Reproduksi_Vita.doc

5
2. Perkawinan Usia Muda dan Tua Perkawinan adalah ikatan batin antara pria dan wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga/rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasar Ketuhanan YME (UU Perkawinan No 1 Tahun 1974). Perkawinan Usia Muda Menurut UU Perkawinan No 1 Tahun 1974 pasal 7 bahwa perkawinan diijinkan bila laki-laki berumur 19 tahun dan wanita berumur 16 tahun. Namun pemerintah mempunyai kebijakan tentang perilaku reproduksi manusia yang ditegaskan dalam UU No 10 Tahun 1992 yang menyebutkan bahwa pemerintah menetapkan kebijakan upaya penyelenggaraan Keluarga berencana. Banyaknya resiko kehamilan kurang dari perkawinan diijinkan laki-laki berumur 21 tahun dan perempuan berumur 19 tahun. Sehingga perkawinan usia muda adalah perkawinan yang dilakukan bila pria kurang dari 21 tahun dan perempuan kurang dari 19 tahun. Perkawinan Usia Tua Adalah perkawinan yang dilakukan bila perempuan berumur lebih dari 35 tahun.

Transcript of Reproduksi_Vita.doc

2

2.Perkawinan Usia Muda dan TuaPerkawinan adalah ikatan batin antara pria dan wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga/rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasar Ketuhanan YME (UU Perkawinan No 1 Tahun 1974).

Perkawinan Usia MudaMenurut UU Perkawinan No 1 Tahun 1974 pasal 7 bahwa perkawinan diijinkan bila laki-laki berumur 19 tahun dan wanita berumur 16 tahun. Namun pemerintah mempunyai kebijakan tentang perilaku reproduksi manusia yang ditegaskan dalam UU No 10 Tahun 1992 yang menyebutkan bahwa pemerintah menetapkan kebijakan upaya penyelenggaraan Keluarga berencana. Banyaknya resiko kehamilan kurang dari perkawinan diijinkan laki-laki berumur 21 tahun dan perempuan berumur 19 tahun. Sehingga perkawinan usia muda adalah perkawinan yang dilakukan bila pria kurang dari 21 tahun dan perempuan kurang dari 19 tahun.

Perkawinan Usia Tua

Adalah perkawinan yang dilakukan bila perempuan berumur lebih dari 35 tahun.Kelebihan perkawinan usia mudaa. Terhindar dari perilaku seks bebas, karena kebutuhan seksual terpenuhi.

b. Menginjak usia tua tidak lagi mempunyai anak yang masih kecil (Widyastutik,Yani, 2009:107).Kelebihan perkawinan usai tuaKematangan fisik, psikologis, sosial, financial sehingga harapan membentuk keluarga sejahtera berkualitas terbentang.

Kekurangan pernikahan usia mudaa. Meningkatkan angka kelahiran sehingga pertumbuhan penduduk semakin meningkat.b. Ditinjau dari segi kesehatan, perkawinan usia muda meningkatkan angka kematian bayi dan ibu, risiko komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas. Selain itu bagi perempuan meningkatkan risiko ca cerviks karena hubungan seksual dilakukan pada saat secara anatomi sel-sel cerviks belum matur. Bagi bayi risiko terjadinya kesakitan dan kematian meningkat.c. Kematangan psikologis belum tercapai sehingga keluarga mengalami kesulitan mewujudkan keluarga yang berkualitas tinggi.d. Ditinjau dari segi sosial, dengan perkawinan mengurangi kebebasan pengembangan diri, mengurangi kesempatan melanjutkan pendidikan jenjang tinggi.e. Adanya konflik dalam keluarga membuka peluang untuk mencari pelarian pergaulan di luar rumah sehingga meningkatkan risiko penggunaan minum alcohol, narkoba, dan seks bebas.f. Tingkat perceraian tinggi. Kegagalan keluarga dalam melewati berbagai macam permasalahan meningkatkan resiko perceraian.Kekurangan pernikahan usia tuaa. Meningkatkan angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi. Kemungkinan/risiko terjadi ca mammae meningkat.

b. Meningkatnya risiko kehamilan dengan anak kelainan bawaan, misalnya terjadi kromosom non disjunction yaitu kelainan proses meiosis hasil konsepsi (fetes) sehingga menghasilkan kromosom sejumlah 47. Aneoploidy, yaitu ketika kromosom hasil konsepsi tidak tepat 23 pasang. Contohnya : Trisomi 21 (down syndrome), Trisomi 13 (Patau syndrome) dan Trisomi 18 (Edwards syndrome) (Widyastutik,Yani, 2009:108).Penanganan perkawinan usia mudaa. Pendewasaan usia kehamilan dengan penggunaan kontrasepsi sehingga kehamilan pada waktu usai reproduksi sehat.

b. Bimbingan psikologis. Hal ini dimaksudkan untuk membantu pasangan dalam menghadapi persoalan-persoalan agar mempunyai cara pandang dengan pertimbangan kedewasaan, tidak mengedepankan emosi.

c. Dukungan keluarga. Peran keluarga sangat banyak membantu keluarga muda baik dukungan berupa material maupun non material untuk kelanggengan keluarga, sehingga lebih tahan terhadap hambatan-hambatan yang ada.

d. Peningkatan kesehatan dengan peningkatan pengetahuan kesehatan, perbaikan gizi bagi istri yang mengalami kurang gizi.

Penanganan perkawinan usia tua a. Pengawasan kesehatan : ANC secara rutin pada tenaga kesehatan.

b. Peningkatan kesehatan dengan peningkatan pengetahuan kesehatan, perbaikan gizi bagi istri yang mengalami kurang gizi.

Pencegahan :a. Penyuluhan kesehatan untuk menikah pada usia reproduksi sehat.

b. Merubah cara pandang budaya atau cara pandang diri yang tidak mendukung.

c. Meningkatkan kegiatan sosialisasi (Widyastutik,Yani, 2009:109)