REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah...

114
REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN DALAM NOVEL TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK (ANALISIS FRAMING NOVEL) OLEH: ISMA ARIYANI JURUSAN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS HASANUDDIN 2014

Transcript of REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah...

Page 1: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN DALAM NOVEL

TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK (ANALISIS FRAMING NOVEL)

OLEH:

ISMA ARIYANI

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN 2014

Page 2: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

ii

REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN DALAM NOVEL

TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK (ANALISIS FRAMING NOVEL)

OLEH:

ISMA ARIYANI E311 10 264

Skripsi Sebagai Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Jurusan Ilmu Komunikasi

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN 2014

Page 3: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

iii

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Skripsi : Representasi Nilai Siri’ Pada Sosok Zainuddin Dalam

Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck (Analisis

Framing Novel)

Nama Mahasiswa : Isma Ariyani

Nomor Pokok : E311 10 264

Makassar, 14 Mei 2014

Menyetujui

Pembimbing I

Dr. Muh. Nadjib, M.Ed., M.Lib. NIP. 195403061978031002

Pembimbing II

Alem Febri Sonni, S.Sos., M.Si. NIP. 197402232001121002

Mengetahui Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Dr. H. Muhammad Farid, M.Si. NIP. 196107161987022001

Page 4: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

iv

HALAMAN PENERIMAAN TIM EVALUASI

Telah diterima oleh Tim Evaluasi Skripsi Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Hasanuddin untuk memenuhi sebagian syarat-syarat guna

memperoleh gelar kesarjanaan dalam Jurusan Ilmu Komunikasi Konsentrasi

Public Relations. Pada Hari Selasa, Tanggal Tiga Juni Tahun Dua Ribu Empat

Belas

Makassar, 13 Juni 2014

TIM EVALUASI

Ketua : Dr. Muh Nadjib, M.Ed., M.Lib. (......................................)

Sekretaris : Alem Febri Sonni, S.Sos., M.Si. (......................................)

Anggota : 1. Dr. M.Iqbal Sultan, M.Si. (......................................)

2. Dr. Tuti Bahfiarti, S.Sos., M.Si. (.....................................)

Page 5: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

v

PRAKATA

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillah, segala puja dan puji senantiasa tercurah pada Allah SWT.

sang pemilik alam semesta, sang pemberi nikmat, motivasi, dan inspirasi kepada

segenap insan manusia. Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak

terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

jantung yang terpacu hanya untuk bertasbih kepada Allah, sehingga yang kita

lakukan hanya untuk mengharap ridho dari-Nya.

Shalawat dan salam semoga tercurah selalu kepada Nabiullah Muhammad

SAW., yang telah membawa seberkas cahaya dalam kegelapan jahiliyah.

Sehingga sekarang kita berada dalam dunia yang terang benderang, meski kadang

digelapkan oleh dunia itu sendiri.

Skripsi ini saya persembahkan untuk orang tua tercinta yang tiada henti

melantunkan doa dalam sujud, ayahanda Iskandar dan Ibunda Hasirah, terima

kasih atas segala doa dan dukungan. Persembahan skripsi ini tiada setitik pun

sepadan dengan perjuangan yang tiada pernah mengeluh membesarkan kami,

sementara mengerjakan skripsi ini telah banyak keluhan-keluhan yang terlontar

dari bibir.

Ucapan terima kasih tentu tidak mampu membalas segala kebaikan yang

manusia terima. Olehnya itu, hanya doa kemuliaan yang bisa saya panjatkan

untuk segala kebaikan orang-orang yang telah banyak membantu hingga akhirnya

menyelesaikan studi. Meski demikian, saya tetap akan mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi, Bapak Dr. H. Muhammad Farid, M.Si.

beserta Bapak Sekretaris Jurusan, Bapak Sudirman karnay S.Sos., M.Si.

atas segala dukungannya.

2. Bapak Dr. Muh. Nadjib, M.Ed., M.Lib. selaku pembimbing I dan Bapak

Alem Febri Sonni, S.Sos., M.Si. selaku pembimbing II, terima kasih atas

Page 6: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

vi

segala bimbingan bapak. Allah Mahamelihat, semoga senantiasa Dia

memberi rahmat atas segala kebaikan bapak.

3. Seluruh staff pengajar jurusan Ilmu Komunikasi Unhas yang telah tulus

dan ikhlas berbagi ilmu. Semoga ilmu yang telah tulus ikhlas tersampaikan

menjadi amal jariyah yang senantiasa membawa kemuliaan.

4. Ibu Ida, Pak Ridho, dan Pak Amrullah, Kak Ija, Ibu Lini, Pak Saleh

beserta segenap staff fakultas. Terima kasih atas bantuannya dalam

menyelesaikan berkas-berkas ujian saya.

5. Kakak tercinta, Ishak Fajri, terima kasih untuk doa dan motivasinya.

Semoga skripsi ini pun bisa membakar semangatmu untuk segera

menggenggam pula gelar sarjana. Dan Supriadi, sepupu yang telah

mengajarkan banyak hal, bahwa hidup itu adalah tentang berjuang dan

belajar. Semoga kita senantiasa pada senyum yang paling bahagia pada

setiap pencapaian.

6. Forum Lingkar Pena. Terima kasih yang entah bagaimana saya

menggambarkan besarnya pada kalian, keluarga laskar pejuang pena.

Banyak, banyak sekali pengalaman, ilmu, dan cerita yang saya petik dari

rumah kecil ini. Untuk kakak-kakak yang telah banyak membimbing saya

di FLP, semoga ilmu yang ada menjadi permadani di akhirat nantinya.

Untuk Kak Jumrang, terima kasih telah menjadi teman tersabar yang

pernah kutemui, teman seperjuang dari awal menginjakkan kaki di FLP,

hingga pada perjuangan menggapai mimpi-mimpi yang lain. Serta untuk

keluarga kecil FLP Unhas, Batara, Ahmad, Memet, Azure Azalea,

Nurmina, Nunu’, Kak Syahrir, Aris, dan banyak lagi, terima kasih untuk

untaian cerita bahagia nan panjang selama ini, kawan. Kelak jika kita

tuntas pada mimpi menjadi seorang penulis, berbahagialah kita semua

pernah dipertemukan untuk saling memupuk mimpi.

7. Kak Sabda Taro dan Kak Riza Darma Putra, yang selalu siap sedia, tulus

ikhlas, berbagi ilmu kepada adik-adiknya. Terima kasih atas waktu yang

bersedia kak Taro luangkan meski di seberang lautan melalui diskusi via

handphone untuk membantu penyelesaian skripsi ini. Juga kepada Kak

Page 7: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

vii

Riza yang telah banyak memberikan bantuan dan kesempatan-kesempatan

berharga untuk ikut penelitian. Hanya dari Allah balasan yang paling

mulia.

8. Teman-teman Great10 . Terima kasih sudah hadir dalam untaian cerita

panjang selama delapan semester. Di manapun kepakan kalian melebar

nantinya, sesekali menolehlah ke belakang, ada jejak tawa dan haru yang

selalu siap dijadikan buah tutur kala saling merindukan. Kak Hajir, Abang,

Kinah, Darmin, Irham, Amrullah, Ayu, DP, Cancan, Diah, Ria, Ame’, dan

segenap keluarga Great10, terima kasih sudah saling menguatkan hingga

mencapai titik akhir mencapai gelar sarjana. Ah, saya sayang kalian.

9. Sahabat yang selalu mendukung setiap perjuanganku ikut seleksi ini dan

itu, Nenni Asriani, Rezky Mulyana, spesial untuk kalian yang selalu ada

saat suka maupun duka, meski kadang-kadang membawa duka (hahaha).

Saya sayang kalian. Juga sahabat-sahabat yang kadang-kadang saja

pertemuan kita, Luckyta, Nina, Anita, Zahra, Auliyah, Ardiansyah,

Arman, Ardi Mansyur, terima kasih untuk dukungan yang kadang hanya

via handphone dan sosmed, serta Andy Muklin yang selalu siap sedia

untuk saya repotkan. Terakhir sahabat sekaligus adik sepupu manisku,

Mawaddah yang membawa selalu kehangatan dan tawa di kamar kosan.

10. Kakak-kakak dan adik-adik KOSMIK yang terlalu banyak untuk saya

sebutkan satu persatu namanya, serta segenap insan manusia yang telah

bersedia membaca dan mengoreksi skripsi ini, serta berbaik hati

meminjamkan buku dan meluangkan waktunya untuk berdiskusi. Kak

Yusuf, Kak Tyar, Kak Bulqia, Kak Rizka, Kak Kidung, Ricta, Nukman,

Kak Atma, terima kasih untuk semua dukungan kalian.

11. Sahabat KKN Sebatik, sahabat Texas, sahabat volunteer PPI, sahabat

Marvelous, sahabat LIA, sahabat panitia KKN Kebangsaan, sahabat

IMIKI, sahabat seperjuangan PPAN, dan sahabat-sahabat lainnya yang

telah memberikan warna-warni pada kanvas kehidupan saya.

Page 8: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

viii

12. Sahabat blogger (di komunitas blogger energy dan blogger kampus) yang

setia membaca tulisan saya di blog. Kalian adalah penyemangat untuk

menulis setiap kali saya merasa suntuk berhadap-hadapan dengan skripsi.

13. ‘Tokoh cerpenku’, kawan setia dalam doa dan coretan-coretan manis

selama delapan semester, Ziba. Beserta kawannya - Zora, yang selalu

berusaha membuat saya tersenyum.

14. Segenap alam semesta yang telah mendukung segala aktivitas dan

perjuangan saya,beserta orang-orang yang tidak mampu saya sebutkan

namanya satu persatu.

Pada akhirnya, skripsi ini tidak akan menjadi apa-apa jika tiada ridho dari

zat yang Mahasatu. Cobaan selama proses pengerjaan skripsi ini tidak lain akan

menggiring pada kedewasaan. Ungkapan syukur atas segala keadaan, sebab tidak

ada yang tidak patut disyukuri di dunia ini. Alhamdulillah, segala puji bagi zat

pemilik alam semesta.

Makassar, 14 Mei 2014

Isma Ariyani

Page 9: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

ix

ABSTRAK

ISMA ARIYANI, E31110264. Representasi Nilai Siri’ pada Sosok Zainuddin dalam Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck (Analisis Framing Novel). (Dibimbing oleh Dr. Muh. Nadjib, M.Ed., M.Lib. dan Alem Febri Sonni, S.Sos., M.Si.) Skripsi: Program S-1 Universitas Hasanuddin.

Tujuan penelitian ini adalah: (1) untuk mengetahui cara Hamka merekonstruksi nilai siri’ dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, (2) untuk mengetahui sejauh mana Hamka merepresentasikan nilai siri’ pada sosok Zainuddin dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck.

Penelitian ini dilakukan selama bulan Maret hingga Mei 2014 dengan mengambil objek penelitian novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck. Tipe penelitian ini berbentuk deskriptif kualitatif dengan menggunakan teknik analisis framing model Gamson dan Modigliani. Data Primer diperoleh dari sumber data utama berupa dialog dan narasi yang menggambarkan budaya siri’ dalam novel tersebut. Data sekunder diperoleh dari bahan bacaan berupa jurnal-jurnal, buku, artikel di internet, dan berbagai hasil penelitian terkait.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa cara pandang dan latar belakang sangat memengaruhi seseorang dalam menafsirkan realitas sosial berdasarkan konstruksinya masing-masing. Pada novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, Hamka mengemas karakter Zainuddin sebagai sosok berdarah Makassar-Minang berdasarkan cara pandangnya.

Hamka cukup paham dengan makna siri’ yang dianut masyarakat Makassar, namun pencitraan nilai siri’ pada diri Zainuddin masih lemah. Hal ini tentu tidak bisa dilepaskan dari latar belakang Hamka sebagai orang Minangkabau (non-Makassar), maka tidak terdapat kesadaran besar untuk menggambarkan karakter orang Makassar sebagaimana seharusnya pada sosok Zainuddin. Begitu pula tokoh Zainuddin dalam cerita diposisikan sebagai seseorang yang berdarah Makassar-Minang, secara lahiriah bisa saja darah Minang melekat pada diri Zainuddin, sehingga tidak sepenuhnya ia mampu memegang kokoh adat Makassar.

Page 10: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL.................................................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii

HALAMAN PENERIMAAN TIM EVALUASI ................................................. iii

PRAKATA ......................................................................................................... iv

ABSTRAK ....................................................................................................... viii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

A. Latar Belakang .......................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 6

C. Kegunaan Penelitian .................................................................................. 6

D. Kerangka Konseptual ................................................................................ 7

E. Defenisi Operasional ............................................................................... 21

F. Metode Penelitian.................................................................................... 23

BAB II KAJIAN PUSTAKA ............................................................................. 26

A. Novel sebagai Media Komunikasi ........................................................... 26

B. Realitas dan Konstruksi Realitas.............................................................. 29

C. Bahasa sebagai unsur utama pembentuk realitas ...................................... 33

D. Siri’ ......................................................................................................... 36

E. Analisis Framing ..................................................................................... 44

F. Representasi ............................................................................................ 51

BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN .................................... 56

A. Sinopsis Cerita ........................................................................................ 56

Page 11: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

xi

B. Riwayat Pengarang .................................................................................. 61

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 73

A. Rekonstruksi nilai siri’ dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck

............................................................................................................... 73

B. Representasi budaya siri’ pada sosok Zainuddin dalam novel

Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck ..................................................... 94

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................. 99

A. Kesimpulan ............................................................................................. 99

B. Saran ..................................................................................................... 100

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 101

Page 12: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia lahir dalam budaya yang lazimnya tidak pernah dipersoalkan

lagi. Pada dasarnya, budaya adalah cara hidup manusia, sebagai respon atau

tepatnya adaptasi terhadap lingkungan hidup. Secara teoretis, masyarakat

yang hidup dalam suatu lingkungan fisik berbeda akan memiliki budaya yang

berbeda pula (Mulyana, 2008: 33).

Sayangnya, batas-batas budaya menjadi cair seiring dengan

perkembangan zaman. Dalam dunia yang semakin terintegrasi dengan

tatanan-tatanan global, batas-batas antarnegara menjadi cair akibat arus

orang, barang, ide-ide, dan nilai semakin lancar (Abdullah, 2006: 3). Arus

keluar masuk dari dan ke suatu daerah, menjadikan daerah tersebut

mengalami perubahan yang bisa jadi merupakan kemajuan, namun bisa pula

merupakan pengikisan dalam bidang kebudayaan.

Persoalannya adalah, di tengah-tengah mencairnya batas fisik

antarnegara yang menjadikan sifat-sifat kebudayaan lokal mengalami

pengikisan. Pada akhirnya hal ini akan berujung pada sulitnya menemukan

hal yang disebut kebudayaan asli, misalnya kebudayaan Minang, Bugis, atau

pun Makassar. Suatu kebudayaan bagaimanapun tidak akan bisa terlepas dari

ruang di mana kebudayaan itu dibangun. Hal ini menjadikannya sangat

penting untuk dijaga oleh pemilik budaya asli dari masing-masing daerah.

Page 13: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

2

Salah satu upaya mempertahankan budaya asli/tradisionalitas adalah

dengan mengkomunikasikannya, dalam bentuk wacana. Pentingnya

mempertahankan budaya asli ini, sebetulnya sudah sejak lama diwacanakan

negara, yakni termaktub dalam GBHN Bidang Kebudayaan Tahun 1973,

1978, dan 1983. GBHN 1973 memerintahkan inventarisasi kebudayaan

demikian, GBHN 1978 menghendaki agar dibukukan untuk dipelajarai oleh

generasi muda. Serta GBHN 1983 mengulang kembali kedua GBHN tersebut.

Hal ini seyogyanya menjadi tugas anak-anak bangsa.

Perealisasian wacana yang dimaksudkan dapat dilakukan secara lisan

serta dibukukan dalam bentuk buku teks, novel, seri ensiklopedi, majalah,

koran, dan sebagainya. Selanjutnya kehadiran wacana-wacana tersebut akan

diterima oleh beragam manusia dengan latar belakangnya berbeda yang pada

akhirnya manusia akan menafsirkan makna dalam wacana tersebut secara

berbeda-beda pula.

Begitupun pemilik wacana dengan latar belakang yang berbeda, tentu

memiliki pandangan masing-masing. Olehnya itu, sebuah teks sering

diibaratkan sebagai hasil konstruksi atas realitas sosial yang sedang

berkembang. Hadirnya teks juga dipengaruhi oleh kondisi sosial yang

menjadi asas lahirnya sebuah teks.

Pembacaan atau pemahaman terhadap teks tersebut akan tergantung

pada cara pengarang menyampaikannya atau cara pengarang mengkonstruksi

makna. Hal ini tentu saja dipengaruhi latar belakang, pengalaman, budaya,

dan pengetahuan dari pemilik wacana itu sendiri. Contoh nyata yakni

Page 14: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

3

pengkomunikasian nilai tradisional ataupun budaya asli dalam cerita fiksi

berbentuk novel.

Novel yang merupakan karya imajinasi seseorang tentu merujuk pada

kehidupan nyata yang telah terjadi, yang kemudian diolah kembali oleh

pengarang dan mengkreasikannya menjadi kebenaran yang baru. Novel sesuai

dengan isinya mengandung gagasan yang mungkin dimanfaatkan pengarang

untuk menumbuhkan sikap sosial tertentu, ataupun dapat mencetuskan suatu

peristiwa tertentu. Novel merupakan proses komunikasi yang membutuhkan

pemahaman yang sangat luas.

Novel dapat dijadikan media untuk mengungkapkan pemikiran serta

ideologi yang dimiliki seseorang. Melalui novel, penulis menyampaikan

pesan kepada khalayak dengan gaya penceritaan atau bahasa yang menarik

untuk diikuti oleh pembaca. Penulis dapat menggiring pembacanya ke sudut

pandang tertentu dalam memandang atau meyakini suatu hal melalui framing

sehingga pembaca secara sadar atau tidak sadar tergiring saat mengikuti

aliran cerita di dalam tulisannya.

Salah satu novel yang mengangkat nilai tradisionalitas/ budaya asli

adalah novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck. Dalam novel tersebut,

Hamka menceritakan kisah cinta seorang pemuda Makassar kepada seorang

gadis yang dipisahkan oleh tradisi kuat masyarakat adat Minang. Tokoh

utamanya adalah Zainuddin, pemuda berdarah Makassar-Minang. Zainuddin

digambarkan berdarah Makassar-Minang yang lahir dan besar di tanah

Makassar.

Page 15: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

4

Hamka yang pernah menetap di Makassar selama kurang lebih lima

tahun membangun karakter tokoh Zainuddin berdasarkan realitas yang

dipahaminya selama menetap di Makassar. Pada tahun 1932, Hamka diutus

oleh pimpinan pusat Muhammadiyah untuk membangkitkan semangat anak-

anak muda, pengurus, kader dan simpatisan Muhammadiyah di Sulawesi

Selatan menjelang Muktamar Muhammadiyah 1932 yang digelar di

Makassar.

Realitas yang sudah ada kemudian dibangun kembali dalam

penggambaran karakter Zainuddin. Sebagai seseorang yang lahir dan besar di

suku Makassar, Zainuddin sepatutnya dituntut memiliki nilai budaya utama

yang dianut orang Makassar. Nilai budaya utama yang dimaksud adalah siri’

yang juga banyak orang menyebutnya sebagai prinsip hidup orang Makassar.

Novel ini terbit pertama kali pada tahun 1938 dalam bentuk cerita

bersambung di majalah Pedoman Rakyat yang selanjutnya pada tahun 1939

terbit secara utuh dalam bentuk novel. Novel tersebut telah mengangkasa

pada zamannya. Selama puluhan tahun, novel ini menjadi maha karya yang

dicintai masyarakat Indonesia.

Hal yang mendorong penulis untuk mengangkat novel Tenggelamnya

Kapal Van Der Wijck ini sebagai objek penelitian sebab novel ini

mengangkat realitas kehidupan masyarakat suku Makassar, khususnya

mengenai budaya siri’ yang dijunjung tinggi orang Makassar. Bagaimana

seorang Hamka yang notabene berdarah Minangkabau, menuangkan realitas

karakter budaya siri’ orang Makassar dalam sebuah karya fiksi.

Page 16: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

5

Karakter Zainuddin dalam novel ciptaan Buya Hamka ini akan

direlasikan dengan budaya Siri’ yang dijunjung tinggi masyarakat suku

Makassar yang juga sebetulnya oleh masyarakat Bugis, Mandar, dan Toraja.

Sehingga nantinya hasil penelitian ini akan mampu menjelaskan bagaimana

Buya Hamka merekonstruksi budaya siri’ di dalam novel tersebut.

Siri dipahami sebagai kemampuan seseorang mempertahankan

kehormatan dan harga diri terhadap orang-orang yang mau menghina atau

merendahkan harga dirinya, keluarga, ataupun kerabatnya. Siri’ diidentikkan

pula dengan ‘malu’.

Apa yang telah dikonstruksikan dalam bentuk pemahaman budaya siri’

akhirnya dikonstruksikan kembali (direkonsruksi) oleh Hamka dalam

penyajian teks novel tersebut. Rekonstruksi realitas tersebut akan dianalisis

dengan menggunakan analisis framing model Gamson dan Modigliani untuk

mengungkapkan makna di balik penggunaan teks/bahasa pada novel tersebut.

Sehingga pada akhirnya penelitian ini akan menjawab sejauh mana Hamka

mampu menuangkan (merepresentasikan) karakter siri’ pada sosok

Zainuddin.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mengangkat penelitian dengan

judul:

Representasi Nilai Siri’ pada Sosok Zainuddin dalam Novel

Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck (Analisis Framing Novel).

Page 17: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

6

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas,

maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Hamka merekonstruksi nilai siri’ dalam novel

Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck?

2. Bagaimana Hamka merepresentasikan nilai siri’ pada sosok Zainuddin

dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui cara Hamka merekonstruksi nilai siri’ dalam novel

Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck.

2. Untuk mengetahui kedalaman representasi Hamka mengenai nilai siri’

pada sosok Zainuddin dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der

Wijck.

D. Kegunaan Penelitian

1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan berguna bagi

pengembangan studi media khususnya mengenai novel dalam

merekonstruksi realitas.

2. Secara praktis penelitian ini diharapkan mampu menyadarkan para

pengguna media, bahwa media tidak hanya sekadar menginformasikan

sesuatu tetapi juga memaknakan sesuatu, dalam hal ini melalui novel

yang disuguhkan oleh pengarang kepada khalayaknya.

Page 18: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

7

3. Untuk pembuatan skripsi guna memenuhi salah satu syarat dalam

memperoleh gelar sarjana pada Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin

E. Kerangka Konseptual

Realitas sebagai Hasil Konstruksi

Salah satu teori terkenal yang membahas hubungan antara media

dengan realitas sosial adalah teori konstruksi sosial atas realitas yang

dikembangkan oleh Adoni dan Mane. Teori ini memusatkan pada proses

pembentukan realitas, yakni bagaimana realitas dibentuk oleh individu dan

bagaimana individu menginternalisasi realitas yang disajikan oleh media

(http://www.ut.ac.id/html/ suplemen/skom4314/isi_materi2_2.htm).

Adoni dan Mane, membagi realitas dalam tiga bentuk. Pertama, realitas

objektif yang dilihat sebagai dunia yang objektif, diterima secara common

sense sebagai fakta dan tidak diperlukan verifikasi untuk membuktikannya.

Semua realitas itu dipandang sebagai fakta yang diterima sebagai kebenaran

dan dapat dilihat misalnya umur, pendapatan, dan pendidikan.

Kedua, realitas simbolik diartikan sebagai bentuk ekspresi simbolik dari

realitas objektif, misalnya seni, sastra, dan isi media. Realitas ini menafsirkan

dan mengekspresikan dunia yang objektif dan menerjemahkannya ke dalam

realitas baru. Realitas ini tidak sama dengan realitas yang sebenarnya (realitas

objektif) karena telah melewati berbagai saringan dan predisposisi individual.

Tayangan berita dan iklan di televisi, surat kabar, dan majalah adalah contoh-

contoh dari realitas simbolik. Pada tahap ini, realitas yang terjadi di dunia

Page 19: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

8

nyata, diubah dan dibentuk dalam kodifikasi dan simbol-simbol yang bisa

diterima oleh khalayak.

Ketiga, realitas subjektif yaitu realitas yang hadir dalam benak dan

kesadaran individu. Realitas tersebut dapat berasal dari realitas objektif

maupun realitas simbolik, yang secara bersama-sama dapat memengaruhi

realitas subjektif seseorang sehingga setiap individu bisa jadi mempunyai

penafsiran masing-masing atas sebuah realitas. Segala aspek yang terdapat

dalam diri individu seperti pengalaman dan latar belakang kehidupannya

mempunyai andil dalam membentuk persepsi dan pemahaman individu atas

realitas.

Realitas objektif, simbolik, dan subjektif tersebut merupakan proses

yang saling berhubungan dan dinamis. Sebagaimana Peter L. Berger dan

Thomas Luckman yang mengatakan bahwa realitas memiliki dimensi

subjektif dan objektif. Manusia merupakan instrumen dalam menciptakan

realitas yang objektif melalui proses eksternalisasi, sebagaimana ia

memengaruhinya melalui proses internalisasi (Muslich, 2008: 151).

Jika pandangan Adoni dan Mane dikaitkan dengan teori Berger dan

Luckman, maka proses eksternalisasi terjadi dalam realitas simbolik, proses

internalisasi terjadi dalam realitas subjektif, di mana individu mengambil

pengetahuan, nilai-nilai dan etika yang disajikan dalam media maupun

lingkungannya ke dalam dasar pemahaman individu atas realitas.

Page 20: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

9

Selanjutnya, Berger dan Luckman dalam Chrisanty (2012:32)

memaparkan dua gagasan sosiologi pengetahuan, yakni “realitas” dan

“pengetahuan”.

Realitas adalah fakta atau kenyataan yang ada dalam kehidupan bersosial yang memiliki sifat eksternal, umum, dan memaksa terhadap kesadaran masing-masing individu. Entah diterima atau ditolak, setuju atau tidak setuju, “realitas” itu akan selalu ada. Sedangkan “pengetahuan” adalah realitas yang ada atau hadir di dalam kesadaran tiap-tiap individu.

Lebih lanjut Peter dan Berger dalam Bungin (2011: 14-15) memisahkan

pemahaman kenyataan dengan pengetahuan. Realitas diartikan sebagai

kualitas yang terdapat dalam realitas-realitas yang diakui memiliki

keberadaan (being) yang tidak tergantung pada kehendak kita sendiri.

Sedangkan pengetahuan didefinisikan sebagai kepastian bahwa realitas-

realitas itu nyata (real) dan memiliki karakter yang spesifik.

Pandangan Berger dan Luckman diperjelas oleh Eriyanto (2005: 15)

bahwa realitas itu tidak dibentuk secara ilmiah, juga bukan sesuatu yang

diturunkan oleh Tuhan. Namun sebaliknya, realitas itu dibentuk dan

dikonstruksi manusia. Pemahaman ini menyiratkan bahwa realitas itu bersifat

plural/ganda. Setiap orang bisa memiliki konstruksi yang berbeda-beda atas

suatu realitas. Setiap orang memiliki pengalaman, preferensi, pendidikan

tertentu, dan lingkungan pergaulan atau sosial tertentu akan menafsirkan

realitas sosial itu dengan konstruksinya masing-masing.

Page 21: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

10

Bahasa, Konstruksi Realitas, dan Representasi

Yustitia dalam Chrisanty (2012: 32) menjelaskan bahwa bahasa adalah

unsur utama dalam proses konstruksi realitas. Bahasa merupakan instrumen

pokok untuk menceritakan realitas.

Bahkan menurut Hamad dalam Januarti et.al (2012) bahasa bukan

hanya mampu mencerminkan realitas tetapi sekaligus menciptakan realitas.

Bahasa adalah alat konseptualisasi dan alat narasi. Begitu pentingnya bahasa

maka tak ada berita, cerita, ataupun ilmu pengetahuan tanpa adanya bahasa.

Lebih jauh Hamad dalam Chrisanty (2012: 33) menjelaskan bahwa

penggunaan bahasa (simbol) tertentu menentukan format narasi (makna)

tertentu. Keberadaan bahasa tidak lagi hanya sebagai alat semata yang

digunakan untuk menggambarkan sebuah realitas, melainkan bisa

menentukan gambaran (makna citra) mengenai suatu realitas media yang

akan muncul di benak khalayak.

Bahasa merupakan alat yang digunakan dalam usaha memengaruhi

tingkah laku dan tindak tanduk orang lain. Bahasa juga mempunyai relasi

dengan proses-proses sosialisasi suatu masyarakat.

Bahasa digunakan untuk mensignifikasi makna-makna yang dipahami

sebagai pengetahuan yang relevan dengan masyarakatnya, sebagaimana

Berger dan Luckman dalam Bungin (2011: 17) mengatakan pengetahuan itu

relevan bagi semua orang dan sebagian lagi hanya relevan bagi tipe-tipe

orang tertentu saja.

Page 22: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

11

Bahasa merupakan media yang menjadi perantara kita dalam memaknai

sesuatu, memproduksi dan mengubah makna. Bahasa mampu melakukan

semua ini karena ia beroperasi sebagai sistem representasi. Lewat bahasa

(simbol-simbol dan tanda tertulis, lisan, atau gambar) kita mengungkapkan

pikiran, konsep, dan ide-ide kita tentang sesuatu.

Selanjutnya, Ratna dalam Pranachitra (2010: 21) menjelaskan bahwa di

dalam karya sastra, representasi dimediasi oleh bahasa melalui narasi, plot,

citra, gagasan, dan berbagai peralatan literer yang lain; yang secara

keseluruhan disimpulkan dalam ide pokok seperti: pesan, tema, dan

pandangan dunia.

Representasi secara harfiah berarti penampilan atau perwakilan wilayah

studi kultural tempat dikonstruksi dan ditampilkannya berbagai fakta sosial.

Representasi berfungsi mengubah obyek kebudayaan menjadi obyek kultural

(Pranachitra, 2010: 20).

Sardar dan Van Loon dalam Pranachitra (2010: 21) menjelaskan bahwa

representasi itu memberi makna khusus pada tanda terhadap proses dan

hasilnya. Melalui representasi, ide-ide ideologis dan abstrak diberi bentuk

konkretnya.

Representasi adalah sebuah cara untuk memaknai apa yang diberikan

pada benda yang digambarkan. Konsep lama mengenai representasi ini

didasarkan pada premis bahwa ada sebuah gap representasi yang menjelaskan

perbedaan antara makna yang diberikan oleh representasi dan arti benda yang

Page 23: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

12

sebenarnya digambarkan. Hal ini terjadi antara representasi dan benda yang

digambarkan (Yohanna, 2008: 13).

Berlawanan dengan pemahaman standar itu, Stuart Hall dalam Yohanna

(2008: 13) berargumentasi bahwa representasi harus dipahami dari peran aktif

dan kreatif orang memaknai dunia. “So the representation is the way in which

meaning is somehow given to the things which are depicted through the

images or whatever it is, on screens or the words on a page whichstands for

what we’re talking about.”

Hall menjelaskan bahwa sebuah imaji akan mempunyai makna yang

berbeda dan tidak ada garansi bahwa imaji akan berfungsi atau bekerja

sebagaimana mereka dikreasi atau dicipta. Hall menyebutkan “Representasi

sebagai konstitutif”. Representasi tidak hadir sampai setelah selesai

direpresentasikan, representasi tidak terjadi setelah sebuah kejadian.

Representasi adalah konstitutif dari sebuah kejadian. Representasi adalah

bagian dari objek itu sendiri, ia adalah konstitutif darinya.

Novel sebagai media yang merekonstruksi realitas

Media tidak hanya sebatas berita dan publikasi seperti terdapat pada

majalah, tabloid, surat kabar, dan siaran televisi. Burton dalam Chrisanty

(2012: 32) menjelaskan bahwa teks dalam media memiliki berbagai bentuk,

di antaranya adalah publikasi, berita, surat kabar hingga novel.

Shoemaker dan Reese dalam Chrisanty (2012: 32) mengatakan bahwa

buku sebagai salah satu bentuk media komunikasi memiliki peran penting

dalam mensosialisasikan nilai-nilai tertentu dalam suatu masyarakat,

Page 24: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

13

termasuk digunakan untuk melakukan perlawanan atas nilai-nilai dominan

tersebut. Seperti halnya buku, novel juga merupakan media komunikasi untuk

mensosialisasikan nilai-nilai dalam masyarakat.

Novel adalah sebuah teks naratif. Novel menceritakan kisah yang

mempresentasikan suatu situasi yang dianggap mencerminkan kehidupan

nyata atau untuk merangsang imajinasi. Menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia, novel merupakan karangan prosa panjang yang mengandung

rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang di sekelilingnya dengan

menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku.

Novel merupakan karya imajinasi seseorang yang merujuk pada

kehidupan nyata yang telah terjadi, yang kemudian diolah kembali oleh

pengarang dan mengkreasikannya menjadi kebenaran yang baru. Novel sesuai

dengan isinya mengandung gagasan yang mungkin dimanfaatkan pengarang

untuk menumbuhkan sikap sosial tertentu, ataupun dapat mencetuskan suatu

peristiwa tertentu. Novel merupakan proses komunikasi yang membutuhkan

pemahaman yang sangat luas.

Novel dapat dijadikan media untuk mengungkapkan pemikiran serta

ideologi yang dimiliki seseorang. Melalui novel, penulis menyampaikan

pesan yang ingin disampaikan kepada khalayak dengan gaya penceritaan atau

bahasa yang menarik untuk diikuti oleh pembaca. Penulis dapat menggiring

pembacanya ke sudut pandang tertentu dalam memandang atau meyakini

suatu hal melalui framing sehingga pembaca secara sadar atau tidak sadar

tergiring saat mengikuti aliran cerita di dalam tulisannya.

Page 25: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

14

Berdasarkan keterangan di atas, maka novel Tenggelamnya Kapal Van

Der Wijck diketahui sebagai produk kreatif pengarangnya, yang dapat

dikonstruksi secara sosial dengan penggunaan bahasa sebagai medianya.

Sehingga dapat dikatakan bahwa teks dalam novel berkaitan erat dengan

makna dan representasi.

Siri’

Matthes dalam kamusnya pada tahun 1872 halaman 5830 (Mattulada,

1975: 66) menjabarkan siri itu dengan malu, schande, beschaamd,

schroomvallig, verlegen, schaamte dan eergevoel. Diakui beliau, maka

penjabaran baik dengan bahasa Indonesia maupun bahasa Belanda, tidak

menutupi makna sebenarnya.

Siri’ adalah suatu sistem nilai sosio-kultural dan kepribadian yang

merupakan pranata pertahanan harga diri dan martabat manusia sebagai

individu dan anggota masyarakat, seperti dirumuskan oleh Mattulada pada

Seminar masalah siri’ tahun 1977 (Hamid, et al, 2007: 48). Secara singkat

siri’ merupakan pandangan hidup yang bertujuan untuk mempertahankan

harkat dan martabat pribadi, orang lain, atau kelompok, terutama negara.

Sejalan dengan itu, Darwis dan Dilo (2012: 186) menjelaskan bahwa

falsafah siri’ digunakan oleh orang Makassar untuk membela kehormatan

terhadap orang-orang yang mau menghina atau merendahkan harga dirinya,

keluarganya maupun kerabatnya.

Selanjutnya, siri’ merupakan salah satu nilai penting dalam sistem

budaya yang dimiliki masyarakat Sulawesi Selatan. Konsep siri’ telah

Page 26: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

15

menjadi sistem nilai kebudayaan sejak dahulu, jauh sebelum kerajaan

menerima agama sebagai pemegang otoritas resmi dalam prosesi

pemerintahan para raja. Konsepsi siri’ bisa ditemukan pada tulisan-tulisan

lontara dalam sejarah kebudayaan Sulawesi Selatan (Shaff Muhtamar, 2007:

50-51).

Prof. Dr. Hamka menyatakan bahwa kadang-kadang siri’ dinamakan

malu dan dalam perkembangan bahasa di Indonesia boleh dinamakan harga

diri. Siri’ oleh beliau disamakan dengan “pantang” di Sumatra Barat (Farid

dalam Hamid, et al, 2007: 22).

Analisis Framing

Secara sederhana, analisis framing dapat digambarkan sebagai analisis

untuk mengetahui bagaimana realitas (peristiwa, aktor, kelompok, atau apa

saja) dibingkai oleh media (Eriyanto, 2005). Sedangkan Sobur (2012: 161)

menjelaskan bahwa pada dasarnya, analisis framing merupakan versi terbaru

dari pendekatan analisis wacana, khususnya untuk menganalisis teks media.

Gamson dan Modigliani dalam Eriyanto (2005: 76) menyebutkan

bahwa frame adalah cara bercerita atau gugusan ide yang terorganisir

sedemikian rupa dan menghadirkan konstruksi makna peristiwa-peristiwa

yang berkaitan dengan objek suatu wacana. Framing digunakan untuk

mengkonstruksi makna pesan-pesan yang akan disampaikan, serta untuk

menafsirkan makna pesan-pesan yang diterima.

Sementara Tuckman dalam Muslich (2008: 154) mengilustrasikan

bahwa framing adalah jendela dunia.

Page 27: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

16

Apa yang kita lihat, apa yang kita ketahui, dan apa yang kita rasakan mengenai dunia itu tergantung pada jendela yang kita pakai, jendela yang besarkah? Atau yang lebih kecil? Jendela yang besar akan membantu kita melihat dunia lebih luas, sedangkan jendela yang kecil akan membatasi pandangan kita untuk melihat dunia. Selain itu, apakah jendela tersebut berjeruji atau tidak. Apakah jendela itu bisa dibuka lebar atau hanya setengah. Apakah di jendela itu kita bisa melihat dunia secara bebas ke luar, ataukah hanya mengintip dari balik jeruji. Atau, apakah di depan jendela ada pohon yang mungkin akan menghalangi pandangan atau tidak. Ilustrasi ini menggambarkan bahwa realitas yang dikonstruksikan media akan tergantung ada bagaimana khalayak memaknainya dengan bebas atau terbatas.

Berikut ini disajikan beberapa definisi mengenai framing oleh beberapa

ahli,

Robert N. Entman

Proses seleksi dari beberapa aspek realitas sehingga bagian tertentu dari peristiwa itu lebih menonjol dibandingkan aspek lain. Ia juga menyertakan penempatan informasi-informasi dalam konteks yang khas sehingga sisi tertentu mendapatkan alokasi yang besar daripada sisi yang lain.

William A. Gamson dan Andre Modigliani

Cara bercerita atau gugusan ide-ide yang terorganisir sedemikian rupa dan menghadirkan konstruksi makna peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan objek suatu wacana. Cara bercerita itu terbentuk dalam sebuah kemasan (package). Kemasan itu semacam skema atau struktur pemahaman yang digunakan individu untuk mengkonstruksi makna pesan-pesan yang ia sampaikan, serta untuk menafsirkan makna pesan-pesan yang ia terima.

Todd Gitlin Strategi bagaimana realitas/dunia dibentuk dan disederhanakan sedemikian rupa untuk ditampilkan kepada khalayak pembaca. Peristiwa-peristiwa ditampilkan dalam pemberitaan agar tampak menonjol dan menarik perhatian khalayak pembaca. Itu dilakukan dengan seleksi, penekanan, pengulangan, dan presentasi aspek tertentu dari realitas.

David E. Snow and Robert Benford

Pemberian makna untuk menafsirkan peristiwa dan kondisi yang relevan. Frame mengorganisasikan sistem kepercayaan dan diwujudkan dalam kata kunci tertentu, anak kalimat, citra tertentu, sumber informasi, dan kalimat tertentu.

Amy Binder Skema interpretasi yang digunakan oleh individu untuk

Page 28: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

17

menempatkan, menafsirkan, mengidentifikasi, dan melabeli peristiwa secara langsung atau tidak langsung. Frame mengorganisir peristiwa yang kompleks ke daam bentuk dan pola yang mudah dipahami dan membantu individu untuk mengerti makna peristiwa.

Zhongdang Pan and Gerald M Kosicki

Strategi konstruksi dan memproses berita. Perangkat kognisi yang digunakan dalam mengkode informasi, menafsirkan peristiwa, dan dihubungkan dengan rutinitas dan konvensi pembentukan berita.

Sumber: Eriyanto (2005: 67)

Lebih jauh Eriyanto menjelaskan ada dua aspek dalam framing.

Pertama, memilih fakta/realitas. Proses memilih fakta ini didasarkan pada

asumsi, seseorang tidak mungkin melihat peristiwa tanpa perspektif. Dalam

memilih fakta ini selalu terkandung dua kemungkinan: apa yang dipilih

(include) dan apa yang dibuang (exluded). Kedua, menuliskan fakta. Proses

ini berhubungan dengan bagaimana fakta yang dipilih itu disajikan kepada

khlayak. Gagasan itu diungkapkan dengan kata, kalimat dan proposisi apa,

dengan bantuan aksentuasi foto dan gambar apa, dan sebagainya.

Pada penelitian ini, penulis menggunakan model Gamson dan

Modigliani, yakni model yang mendasarkan pada pendekatan konstruksionis

yang melihat representasi media berupa realitas sosial, yang terdiri atas

sejumlah kemasan (package) yang mengandung makna tertentu. Kemasan

(package) adalah rangkaian ide-ide yang menunjukkan isu apa yang

dibicarakan dan peristiwa mana yang relevan (Eriyanto, 2005: 224). Dalam

package terdapat dua struktur, yaitu struktur core frame yang merupakan

gagasan sentral, dan condensing symbol yang merupakan hasil pencermatan

interaksi perangkat simbolik.

Page 29: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

18

Berikut perangkat framing yang digunakan oleh Gamson dan

Modigliani:

Frame Central organizing idea for making sense of relevant event, suggesting what is at issues

Framing Device (perangkat Framing)

Reasoning Device (Perangkat Penalaran)

Methapors Perumpamaan atau pengandaian

Roots Analisis kausal atau sebab akibat

Catchphrases Frase yang menarik, kontras, menonjol dalam suatu wacana. Ini umumnya berupa jargon atau slogan.

Appeals to Principle Premis dasar, kaim-klaim moral

Exemplar Mengaitkan bingkai dengan contoh, uraian (bisa teori, perbandingan) yang memperjelas bingkai

Consequences Efek atau konsekuensi yang didapat dari bingkai

Depiction Penggambaran atau pelukisan suatu isu yang bersifat konotatif. Depiction ini umumnya berupa kosa kata, leksikon untuk melabeli sesuatu.

Visual Image Gambar, grafik, citra yang membingkai secara keseluruhan. Bisa berupa foto, kartun, atau grafik untuk menekankan dan mendukung pesan yang ingin disampaikan.

Sumber: Eriyanto (2005: 225)

Adapun penjelasan mengenai delapan unsur dari perangkat framing

tersebut adalah sebagai berikut:

1. Metaphors dipahami sebagai cara memindahkan makna dengan

merelasikan dua fakta melalui analogi, atau memakai kiasan dengan

menggunakan kata-kata seperti, ibarat, bak, sebagai, umpama, laksana.

Metaphors memiliki arti dan peran ganda; pertama sebagai perangkat

diskursif, dan ekspresi mental. Kedua, berasosiasi dengan asumsi atau

Page 30: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

19

penilaian, serta memaksa realitas dalam teks untuk membuat sense

tertentu.

2. Catchphrases adalah bentuk kata atau istilah (frase) yang mencerminkan

sebuah fakta yang merujuk pemikiran atau semangat sosial demi

mendukung kekuatan tertentu. Dalam sebuah teks atau dialog, wujudnya

berupa jargon, slogan, atau semboyan yang ditonjolkan.

3. Exemplar adalah cara mengemas atau menguraikan fakta tertentu secara

mendalam agar memiliki makna yang lebih untuk dijadikan rujukan.

Posisinya menjadi pelengkap dalam kesatuan wacana atau bingkai pada

sebuah teks atau dialog mengenai isu tertentu. Tujuannya untuk

memperoleh pembenaran isu sosial yang sedang diangkat, bisa berupa

contoh, uraian, teori, dan perbandingan yang bisa memperjelas bingkai.

4. Depictions, penggambaran fakta atau isu tertentu dengan menggunakan

kalimat konotatif, istilah, kata, leksikon untuk melabeli sesuatu supaya

tertentu supaya khalayak terarah ke citra tertentu. Dengan tujuan

menguatkan harapan, kekuatan, posisi moral, dan perubahan. Serta

pemakaian kata khusus diniatkan untuk membangkitkan prasangka,

sehingga mampu menempatkan seseorang atau pihak tertentu pada posisi

tidak berdaya karena kekuatan konotasinya mampu melakukan kekerasan

simbolik.

5. Visual images, adalah perangkat yang dalam bentuk gambar, diagram,

grafik, diagram, tabel, kartun, dan sejenisnya untuk mendukung dan

menekankan pesan yang ingin ditonjolkan. Misalnya perhatian,

Page 31: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

20

penegasan, atau penolakan terhadap isu tertentu. Sifatnya natural, sangat

mewakili realitas atau isu tertentu dan erat dengan ideologi pesan

terhadap khalayak.

6. Roots (analisis kausal), pemberatan isu dengan menghubungkan suatu

objek atau lebih yang dianggap menjadi sebab timbulnya hal yang lain.

Tujuannya untuk membenarkan penyimpulan fakta berdasarkan

hubungan sebab-akibat yang digambarkan atau dijabarkan.

7. Appeal to Principle adalah upaya memberikan alasan tentang kebenaran

suatu isu dengan menggunakan logika dan klaim moral, pemikiran, dan

prinsip untuk mengkonstruksi realitas. Berupa pepatah, cerita rakyat,

mitos, doktrin, ajaran, dan sejenisnya. Fokusnya, memanipulasi emosi

agar mengarah ke sifat, waktu, tempat, serta cara tertentu.

8. Consequences adalah konsekuensi yang didapat pada akhir pembingkaian

tentang suatu isu tertentu dalam teks atau dialog dalam media yang sudah

terangkum pada efek atau konsekuensi dalam bingkai.

Page 32: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

21

Dari uraian di atas, maka dapat disusun kerangka konsetual sebagai berikut:

F. Defenisi Operasional

a. Representasi

Representasi adalah suatu cara untuk memaknai apa yang diberikan

pada benda yang digambarkan. Representasi juga dipahami sebagai

gambaran sesuatu yang akurat atau realita yang terdistorsi.

b. Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck

Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck adalah novel karangan

Hamka yang mengisahkan tentang perbedaan latar belakang budaya dan

sosial yang menghalangi cinta sepasang kekasih yakni Zainuddin yang

berdarah Makassar-Minang dan Hayati keturunan bangsawan Minang.

Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck

Rekonstruksi nilai Siri’ pada novel Tenggelamnya Kapal Van

Der Wijck

Representasi nilai siri’ pada sosok Zainuddin

Framing Device (perangkat Framing)

Reasoning Device

(Perangkat Penalaran)

Analisis Framing Gamson dan Modigliani

Page 33: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

22

c. Realitas

Realitas adalah fakta yang terjadi di lapangan.

d. Rekonstruksi nilai budaya

Menunjukkan bahwa realitas budaya yang disajikan media dibangun

di dunia subjektif pengarang novel. Rekonstruksi nilai budaya artinya

bahwa nilai budaya yang ada di masyarakat digambarkan kembali

(direkonstruksi) dalam novel. Dalam hal ini, apakah konsep realitas siri’

dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck sejalan dengan siri’

yang sebenarnya dipahami oleh masyarakat suku Makassar atau tidak.

e. Siri’

Siri’ merupakan pandangan hidup yang dijunjung tinggi orang

Makassar guna mempertahankan harkat dan martabat pribadi, orang lain,

atau kelompoknya. Siri identik dengan rasa malu.

f. Zainuddin

Zainuddin adalah tokoh utama dalam novel Tenggelamnya Kapal Van

Der Wijck. Zainuddin digambarkan sebagai pemuda berdarah Makassar-

Minang.

g. Framing

Framing adalah cara bercerita atau gugusan ide yang terorganisir

sedemikian rupa dan menghadirkan konstruksi makna peristiwa-peristiwa

yang berkaitan dengan objek suatu wacana. Framing digunakan untuk

mengkonstruksi makna pesan-pesan yang akan disampaikan, serta untuk

menafsirkan makna pesan-pesan yang diterima.

Page 34: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

23

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Tipe Penelitian

Pendekatan yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah

pendekatan kualitatif. Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah

penelitian deskriptif kualitatif, sebab penulis akan menggambarkan secara

jelas bagaimana nilai siri’ dikemas oleh Hamka selaku pengarang novel

Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck.

Dalam tipe penelitian ini, realitas bersifat ganda, holistik, hasil

konstruksi, dan merupakan hasil pemahaman (Sugiyono, 2011: 10). Sehingga

hasil yang diperoleh penulis pada penelitian ini bisa saja berbeda dengan

peneliti lain jika meneliti objek yang sama.

2. Objek Penelitian dan objek analisis

Objek penelitian ini adalah novel Tenggelamnnya Kapal Van Der

Wijck. Adapun objek analisisnya adalah isi pesan yang dituangkan atau

dikonstruksikan oleh pengarang dalam bentuk dialog dan narasi yang

menggambarkan karakter siri’ dalam novel tersebut.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan dua aspek yakni:

a. Data Primer

Data yang diperoleh dari sumber data utama berupa dialog dan

narasi yang menggambarkan budaya siri’ dalam novel

Tenggelamnnya Kapal Van Der Wijck.

Page 35: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

24

b. Data sekunder

Pengumpulan data jenis ini dilakukan dengan menelusuri bahan

bacaan berupa jurnal-jurnal, buku, artikel di internet dan berbagai

hasil penelitian terkait.

4. Teknik Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan akan dianalisis menggunakan teknik

analisis framing. Menurut Kriyanto (2012: 86), teknik analisis data mencakup

dua hal, yaitu analisis data dan interpretasi data.

4.1 Analisis Data

Merupakan analisis terhadap data yang berhasil dikumpulkan oleh

peneliti melalui perangkat metodologi tertentu, dalam hal ini penulis

menggunakan analisis framing.

4.2 Interpretasi Data

Kriyanto menjelaskan bahwa tahap ini merupakan tahap interpretasi

terhadap hasil analisis data. Pada tahap tersebut peneliti mendiskusikan

hasil analisis data, melalui interpretasi terhadap analisis data, dengan

menggunakan kerangka konseptual yang semula ditetapkan.

Kriyanto (2012:196) menguraikan bahwa analisis data kualitatif dimulai

dari analisis berbagai data yang berhasil dikumpulkan peneliti. Data yang

terkumpul kemudian diklasifikasi ke dalam kategori-kategori tertentu.

Setelah pengklasifikasian, peneliti melakukan pemaknaan terhadap

data. Pemaknaan ini merupakan prinsip dasar riset kualitatif, yaitu bahwa

realitas ada pada pikiran manusia, realitas adalah hasil konstruksi manusia.

Page 36: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

25

Dalam melakukan pemaknaan atau interpretasi tersebut, peneliti harus

menggunakan teori untuk menjelaskan dan menyajikan argumen. Selain itu,

interpretasi peneliti juga harus mendialogkan temuan data dengan konteks-

konteks sosial, budaya, politik, dan lainnya yang melatarbelakangi fenomena

yang diteliti.

Adapun tahapan yang dilakukan penulis dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Penulis membaca novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck terlebih

dahulu. Kemudian penulis melakukan koding dan pencatatan mengenai

dialog dan narasi yang berkaitan dengan karakter zainuddin yang

mencerminkan karakter masyarakat suku Makassar dalam hal ini kaitannya

dengan budaya siri’.

2. Data yang sudah terkumpul melalui dialog dan narasi dalam novel tersebut

kemudian dianalisis dengan menggunakan model analisis framing William

A. Gamson dan Andre Modigliani, dengan mengacu pada delapan unsur

yang sudah ada dalam model framing tersebut. Dimana dari kedelapan

unsur itu, lima di antaranya diklasifikasikan dalam perangkat framing

(framing devices), kemudian tiga lainnya dalam perangkat penalaran

(reasoning devices)

3. Dari analisis tersebut, penulis kemudian melakukan interpretasi dengan

membandingkan realitas siri’ di dalam novel dengan realitas sesungguhnya.

Page 37: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

26

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Novel sebagai Media Komunikasi

Jika kembali mengulang sejarah mengenal media massa, maka kita

akan diingatkan kembali mengenai sejarah manusia mengenal tulisan. Tidak

bisa dipungkiri bahwa perkembangan media massa yang pesat ternyata

berawal dari tulisan.

Perkembangan teknologi media yang secara terus menerus mengikuti

perkembangan zaman semakin menekankan bahwa manusia semakin kreatif

menghasilkan, pula semakin masif menggunakan. Perkembangannya sebagai

salah satu bukti bahwa manusia dan media massa tidak bisa saling

meninggalkan.

Secara singkat perkembangan media mengikuti empat era komunikasi

yaitu era tulis, era media cetak, era media telekomunikasi, dan era media

komunikasi interaktif. Dalam era terakhir media komunikasi interaktif dikenal

media komputer, videotext dan teletext, teleconferencing, TV kabel dan

sebagainya.

Meski demikian, di tengah masifnya perkembangan media massa, dunia

tulis menulis tidak pernah lekang oleh zaman. Perkembangan teknologi media

massa memang semakin tidak mampu dibendung keniscayaannya, namun

dunia tulis menulis juga tidak pernah tenggelam. Terbukti dengan semakin

banyaknya media tulis yang hingga saat ini masih eksis di tengah-tengah

Page 38: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

27

masyarakat. Salah satu media tulis yang populer selain surat kabar dan

majalah adalah novel.

Di masyarakat dapat disaksikan bahwa teknologi komunikasi terutama

televisi, komputer dan internet telah mengambil alih beberapa fungsi sosial

masyarakat. Setiap saat kita semua menyaksikan realitas baru di masyarakat.

Realitas itu tidak sekedar sebuah ruang yang merefleksikan kehidupan

masyarakat nyata dan peta analog atau simulasi-simulasi dari suatu

masyarakat tertentu yang hidup dalam media dan alam pikiran manusia, akan

tetapi sebuah ruang tempat manusia bisa hidup di dalamnya. Media massa

merupakan salah satu kekuatan yang sangat memengaruhi umat manusia di

abad 21. Media ada di sekeliling kita, media mendominasi kehidupan kita dan

bahkan memengaruhi emosi serta pertimbangan kita.

Shoemaker dan Reese dalam Chrisanty (2012: 32) mengatakan bahwa

buku sebagai salah satu bentuk media komunikasi memiliki peran penting

dalam mensosialisasikan nilai-nilai tertentu dalam suatu masyarakat,

termasuk digunakan untuk melakukan perlawanan atas nilai-nilai dominan

tersebut. Seperti halnya buku, novel juga merupakan media komunikasi untuk

mensosialisasikan nilai-nilai dalam masyarakat.

Novel adalah sebuah teks naratif. Novel menceritakan kisah yang

mempresentasikan suatu situasi yang dianggap mencerminkan kehidupan

nyata atau untuk merangsang imajinasi. Menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia, novel merupakan karangan prosa panjang yang mengandung

rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang di sekelilingnya dengan

Page 39: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

28

menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku. Novel merupakan suatu bentuk

media komunikasi yang penyampaian informasi dan pesan-pesan moralnya

dikemas dengan bahasa yang ringan dan menarik sehingga membantu para

pembacanya memahami secara baik.

Dalam praktiknya, novel telah banyak mengangkat hal-hal berbau

tradisionalitas dan kearifan lokal. Khasanah tradisionalitas dan kearifan lokal

memang menjadi daya tarik tersendiri dalam dunia kepenulisan. Melalui

novel, pesan disampaikan dengan sangat menarik melalui sebuah alur dan

narasi. Namun, novel yang esensinya bermuatan fiksi, bisa saja

merepresentasikan budaya asli atau tradisionalitas dengan bumbu-bumbu

imajinasi penulis, dalam arti tidak sepenuhnya sesuai realitas yang ada di

masyarakat.

Novel merupakan karya imajinasi seseorang yang merujuk pada

kehidupan nyata yang telah terjadi, yang kemudian diolah kembali oleh

pengarang dan mengkreasikannya menjadi kebenaran yang baru. Novel sesuai

dengan isinya mengandung gagasan yang mungkin dimanfaatkan pengarang

untuk menumbuhkan sikap sosial tertentu, ataupun dapat mencetuskan suatu

peristiwa tertentu. Novel merupakan proses komunikasi yang membutuhkan

pemahaman yang sangat luas.

Novel dapat dijadikan media untuk mengungkapkan pemikiran serta

ideologi yang dimiliki seseorang. Melalui novel, penulis menyampaikan

pesan kepada khalayak dengan gaya penceritaan atau bahasa yang menarik

untuk diikuti oleh pembaca. Penulis dapat menggiring pembacanya ke sudut

Page 40: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

29

pandang tertentu dalam memandang atau meyakini suatu hal melalui framing

sehingga pembaca secara sadar atau tidak sadar tergiring saat mengikuti

aliran cerita di dalam tulisannya.

B. Realitas dan Konstruksi Realitas

Terkait “realitas” , setidaknya ada tiga teori terkenal yang mempunyai

pandangan yang berbeda, yaitu teori fakta sosial, teori definisi sosial, dan

teori konstruksi sosial (Muslich, 2008: 150). Teori fakta sosial beranggapan

bahwa tindakan dan persepsi manusia ditentukan oleh masyarakat dan

lingkungan sosialnya. Norma, struktur, dan institusi sosial menentukan

individu manusia dalam arti luas. Segala tindakan, pemikiran, penilaian, dan

cara pandang terhadap apa saja (termasuk peristiwa yang dihadapi) tidak

lepas dari struktur sosialnya. Jadi realitas dipandang sebagai sesuatu yang

eksternal, objektif, dan ada. Ia merupakan kenyataan yang dapat diperlakukan

secara objektif karena realitas bersifat tetap dan membentuk kehidupan

individu dan masyarakat.

Sementara itu, teori definisi sosial beranggapan sebaliknya. Manusialah

yang membentuk perilaku masyarakat. Norma, struktur, dan institusi sosial

dibentuk oleh individu-individu yang ada di dalamnya. Manusia benar-benar

otonom. Ia bebas membentuk dan memaknakan realitas, bahkan

menciptakannya. Sehingga realitas dipandang sebagai kenyataan subjektif

dan nisbi. Ia merupakan kenyataan subjektif yang bergerak mengikuti

dinamika makna subjektif individu.

Page 41: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

30

Kedua teori tersebut dipandang sangat ekstrem dan sangat kasual. Teori

fakta sosial menafikkan eksistensi individu yang mempunyai pikiran,

rencana, cita-cita, dan kehendak. Individu seolah menjadi kapas yang

geraknya tergantung pada angin sosial. Sebaliknya, teori definisi sosial sangat

menonjolkan subjek individu yang menafikkan struktur sosial. Padahal,

sebagai mahluk sosial, individu sangat membutuhkan perilaku sosial, seperti

penghargaan, prestise, dan kedudukan atau jabatan sosial.

Menyadari kelemahan kedua teori itu, muncullah teori konstruksi

sosial. Teori yang dikembangkan oleh Peter L Berger dan Thomas Luckman.

Mereka berpandangan bahwa realitas memiliki dimensi subjektif dan objektif.

Manusia merupakan instrumen dalam menciptakan realitas yang objektif

melalui proses eksternalisasi, sebagaimana ia memengaruhinya melalui

proses internalisasi yang mencerminkan realitas yang subjektif.

Selain itu, salah satu teori terkenal yang membahas realitas sosial

sekaligus hubungannya dengan media adalah teori konstruksi sosial atas

realitas yang dikembangkan oleh Adoni dan Mane. Teori ini memusatkan

pada proses pembentukan realitas, yakni bagaimana realitas dibentuk oleh

individu dan bagaimana individu menginternalisasi realitas yang disajikan

oleh media. (http://www.ut.ac.id/html/suplemen/skom4314/isi_materi2_2.

htm).

Adoni dan Mane, membagi realitas dalam tiga bentuk. Pertama, realitas

objektif yang dilihat sebagai dunia yang objektif, diterima secara common

sense sebagai fakta dan tidak diperlukan verifikasi untuk membuktikannya.

Page 42: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

31

Semua realitas itu dipandang sebagai fakta yang diterima sebagai kebenaran

dan dapat dilihat misalnya umur, pendapatan, dan pendidikan.

Kedua, realitas simbolik diartikan sebagai bentuk ekspresi simbolik dari

realitas objektif, misalnya seni, sastra, dan isi media. Realitas ini menafsirkan

dan mengekspresikan dunia yang objektif dan menerjemahkannya ke dalam

realitas baru. Realitas ini tidak sama dengan realitas yang sebenarnya (realitas

objektif) karena telah melewati berbagai saringan dan predisposisi individual.

Tayangan berita dan iklan di televisi, surat kabar, dan majalah adalah contoh-

contoh dari realitas simbolik. Pada tahap ini, realitas yang terjadi di dunia

nyata, diubah dan dibentuk dalam kodifikasi dan simbol-simbol yang bisa

diterima oleh khalayak.

Ketiga, realitas subjektif yaitu realitas yang hadir dalam benak dan

kesadaran individu. Realitas tersebut dapat berasal dari realitas objektif

maupun realitas simbolik, yang secara bersama-sama dapat memengaruhi

realitas subjektif seseorang sehingga setiap individu bisa jadi mempunyai

penafsiran masing-masing atas sebuah realitas. Segala aspek yang terdapat

dalam diri individu seperti pengalaman dan latar belakang kehidupannya

mempunyai andil dalam membentuk persepsi dan pemahaman individu atas

realitas.

Jika pandangan Adoni dan Mane dikaitkan dengan teori Berger dan

Luckman, maka proses eksternalisasi terjadi dalam realitas simbolik, proses

internalisasi terjadi dalam realitas subjektif, di mana individu mengambil

Page 43: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

32

pengetahuan, nilai-nilai dan etika yang disajikan dalam media maupun

lingkungannya ke dalam dasar pemahaman individu atas realitas.

Selanjutnya, Berger dan Luckman dalam Chrisanty (2012:32)

memaparkan dua gagasan sosiologi pengetahuan, yakni “realitas” dan

“pengetahuan”.

Realitas adalah fakta atau kenyataan yang ada dalam kehidupan bersosial yang memiliki sifat eksternal, umum, dan memaksa terhadap kesadaran masing-masing individu. Entah diterima atau ditolak, setuju atau tidak setuju, “realitas” itu akan selalu ada. Sedangkan “pengetahuan” adalah realitas yang ada atau hadir di dalam kesadaran tiap-tiap individu.

Ritzer dalam Bungin (2011: 11) menjelaskan bahwa ide dasar semua

teori dalam paradigma defenisi sosial sebenarnya berpandangan bahwa

manusia adalah aktor yang kreatif dari realitas sosialnya. Artinya, tindakan

manusia tidak sepenuhnya ditentukan oleh norma-norma, kebiasaan-

kebiasaan, nilai-nilai, dan sebagainya, yang kesemua itu tercakup dalam fakta

sosial yaitu tindakan yang tergambarkan struktur dan pranata sosial.

Dalam penjelasan ontologi paradigma konstruktivis, realitas merupakan

konstruksi sosial yang diciptakan individu. Namun demikian, kebenaran suatu

reallitas sosial bersifat nisbi, yang berlaku sesuai konteks spesifik yang dinilai

relevan oleh pelaku sosial (Hidayat dalam Bungin, 2011: 11).

Lebih lanjut Peter dan Berger dalam Bungin (2011: 14-15) memisahkan

pemahaman kenyataan dengan pengetahuan. Realitas diartikan sebagai

kualitas yang terdapat dalam realitas-realitas yang diakui memiliki

keberadaan (being) yang tidak tergantung pada kehendak kita sendiri.

Page 44: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

33

Sedangkan pengetahuan didefinisikan sebagai kepastian bahwa realitas-

realitas itu nyata (real) dan memiliki karakter yang spesifik.

Bagi Berger dalam Eriyanto (2005: 15-16), realitas itu tidak dibentuk

secara ilmiah, tidak pula diturunkan oleh Tuhan. Namun sebaliknya, ia

dibentuk dan dikonstruksi. Dengan pemahaman semacam ini, realitas

berwajah ganda/plural. Setiap orang bisa mempunyai konstruksi yang

berbeda-beda atas suatu realitas. Setiap orang mempunyai pengalaman,

preferensi, pendidikan tertentu, dan lingkungan pergaulan atau sosial tertentu

akan menafsirkan realitas sosial itu dengan konstruksinya masing.

C. Bahasa sebagai unsur utama pembentuk realitas

Bungin (2011: 16) menjelaskan bahwa individu melakukan objektivasi

terhadap produk sosial, baik penciptanya maupun individu lain. Kondisi ini

berlangsung tanpa harus saling bertemu. Artinya, objektivasi itu bisa terjadi

melalui penyebaran opini sebuah produk sosial yang berkembang di

masyarakat melalui diskursus opini masyarakat tentang produk sosial, dan

tanpa harus terjadi tatap muka antar-individu dan pencipta produk sosial itu.

Hal terpenting dalam objektivasi adalah pembuatan signifikasi, yakni

pembuatan tanda-tanda oleh manusia (Bungin, 2011: 17). Lebih jauh Berger

dan Luckman dalam Bungin (2011: 17) menjelaskan bahwa sebuah wilayah

penandaan (signifikasi) dapat menjembatani wilayah-wilayah kenyataan,

dapat didefinisikan sebagai sebuah simbol, dan modus linguistik dengan apa

transenden seperti itu dicapai, dapat dinamakan simbol. Dengan demikian,

bahasa memegang peran penting dalam objektivasi terhadap tanda-tanda.

Page 45: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

34

Bahasa merupakan alat simbolis untuk mensignifikasi di mana logika

ditambahkan secara mendasar kepada dunia sosial yng diobjektivasi (Bungin

2011: 17). Bahasa oleh berger dan Luckman menjadi tempat penyimpanan

kumpulan besar endapan-endapan kolektif, yang bisa diperoleh secara

monotetik; artinya, sebagai keseluruhan yang kohesif dan tanpa

merekonstruksi lagi proses pembentukannya semula.

Bahasa digunakan untuk mensignifikasi makna-makna yang dipahami

sebagai pengetahuan yang relevan dengan masyarakatnya, sebagaimana

Berger dan Luckman dalam Bungin (2011: 17) mengatakan pengetahuan itu

relevan bagi semua orang dan sebagian lagi hanya relevan bagi tipe-tipe

orang tertentu saja.

Halliday dalam Sobur dalam Panigoro (2012: 10) menjabarkan fungsi

bahasa secara makro:

1. Fungsi ideasional, yakni untuk membentuk, mempertahankan, dan memperjelas hubungan di antara anggota masyarakat;

2. Fungsi interpersonal, yakni untuk menyampaikan informasi di antara anggota masyarakat;

3. Fungsi tekstual, untuk menyediakan kerangka serta pengorganisasian diskursus (wacana) yang relevan dengan situasi.

Yustitia dalam Chrisanty (2012: 32) menjelaskan bahwa bahasa adalah

unsur utama dalam proses konstruksi realitas. Bahasa merupakan instrumen

pokok untuk menceritakan realitas.

Bahkan menurut Hamad dalam Januarti et.al (2012) bahasa bukan

hanya mampu mencerminkan realitas tetapi sekaligus menciptakan realitas.

Bahasa adalah alat konseptualisasi dan alat narasi. Begitu pentingnya bahasa

maka tak ada berita, cerita, ataupun ilmu pengetahuan tanpa adanya bahasa.

Page 46: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

35

Lebih jauh Hamad dalam Chrisanty (2012: 33) menjelaskan bahwa

penggunaan bahasa (simbol) tertentu menentukan format narasi (makna)

tertentu. Keberadaan bahasa tidak lagi hanya sebagai alat semata yang

digunakan untuk menggambarkan sebuah realitas, melainkan bisa

menentukan gambaran (makna citra) mengenai suatu realitas media yang

akan muncul di benak khalayak.

Bahasa merupakan alat yang digunakan dalam usaha memengaruhi

tingkah laku dan tindak tanduk orang lain. Bahasa juga mempunyai relasi

dengan proses-proses sosialisasi suatu masyarakat.

Bahasa merupakan media yang menjadi perantara kita dalam memaknai

sesuatu, memproduksi dan mengubah makna. Bahasa mampu melakukan

semua ini karena ia beroperasi sebagai sistem representasi. Lewat bahasa

(simbol-simbol dan tanda tertulis, lisan, atau gambar) kita mengungkapkan

pikiran, konsep, dan ide-ide kita tentang sesuatu.

Eriyanto (2006: 116) menjelaskan bahwa representasi dan

misrepresentasi adalah peristiwa kebahasaan. Bagaimana seseorang

ditampilkan tidak baik, bias terjadi pertama-tama dengan menggunakan

bahasa.

Selanjutnya, Ratna dalam Pranachitra (2010: 21) menjelaskan bahwa di

dalam karya sastra, representasi dimediasi oleh bahasa melalui narasi, plot,

citra, gagasan, dan berbagai peralatan literer yang lain; yang secara

keseluruhan disimpulkan dalam ide pokok seperti: pesan, tema, dan

pandangan dunia.

Page 47: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

36

D. Siri’

Secara arti kata, siri’ telah banyak dikupas dan ditinjau oleh para

peneliti terdahulu dalam tulisan-tulisannya dari sudut pandang mereka

masing-masing. Hal itu menunjukkan bahwa kata itu, dapat membangun

pengertian-pengertian tertentu meliputi banyak segi dan aspek kehidupan

masyarakat dan kebudayaan. Matthes dalam kamusnya pada tahun 1872

halaman 5830 (Mattulada, 1975: 66) menjabarkan siri itu dengan malu,

schande, beschaamd, schroomvallig, verlegen, schaamte dan eergevoel.

Diakui beliau, maka penjabaran baik dengan bahasa Indonesia maupun

bahasa Belanda, tidak menutupi makna sebenarnya.

Nilai malu menurut Marzuki (Ras, 2008: 26) merupakan bagian dari

sistem budaya siri’. Namun bagi masyarakat Sulawesi Selatan, siri’

mengandung makna yang lebih luas. Siri’ menjadi sumber inspirasi untuk

mengembangkan potensi manusia serta pengembangan kreativitas atau daya

cipta. Siri’ juga merupakan kekuatan untuk memperkuat daya juang manusia

dalam menghadapi berbagai tantangan dalam kehidupan.

Siri’ adalah suatu sistem nilai sosio-kultural dan kepribadian yang

merupakan pranata pertahanan harga diri dan martabat manusia sebagai

individu dan anggota masyarakat, seperti dirumuskan oleh Mattulada pada

Seminar masalah siri’ tahun 1977 (Hamid, et al, 2007: 48). Secara singkat

siri’ merupakan pandangan hidup yang bertujuan untuk mempertahankan

harkat dan martabat pribadi, orang lain, atau kelompok, terutama negara.

Page 48: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

37

Sejalan dengan itu, Darwis dan Dilo (2012: 186) menjelaskan bahwa

falsafah siri’ digunakan oleh orang Makassar untuk membela kehormatan

terhadap orang-orang yang mau menghina atau merendahkan harga dirinya,

keluarganya maupun kerabatnya.

Siri’ merupakan salah satu nilai penting dalam sistem budaya yang

dimiliki masyarakat Sulawesi Selatan. Konsep siri’ telah menjadi sistem nilai

kebudayaan sejak dahulu, jauh sebelum kerajaan menerima agama sebagai

pemegang otoritas resmi dalam prosesi pemerintahan para raja. Konsepsi siri’

bisa ditemukan pada tulisan-tulisan lontara dalam sejarah kebudayaan

Sulawesi Selatan (Shaff Muhtamar, 2007: 50-51).

Prof. Dr. Hamka menyatakan bahwa kadang-kadang siri’ dinamakan

malu dan dalam perkembangan bahasa di Indonesia boleh dinamakan harga

diri. Siri’ oleh beliau disamakan dengan “pantang” di Sumatra Barat (Farid

dalam Hamid, et al, 2007: 22).

Lebih lanjut, Hamka yang notabene adalah seorang ulama, banyak

menghubungkan siri’ itu sendiri dengan agama Islam. Hamka mengatakan:

Dipandang dari segi agama Islam, siri’ yang berarti menjaga harga diri itu sama artinya dengan menjaga syariat. Menjaga harga diri dipandang dari segi ilmu akhlak merupakan suatu kewajiban moral yang paling tinggi sehingga ada syair yang mengatakan bahwa “jika tidak engkau pelihara hak dirimu, engkau meringankan dia, orang lain pun akan lebiih meringankan, sebab itu hormatilah dirimu dan jika suatu negeri sempit buat dia, pilih tempat lain yang lebih lapang.” Olehnya itu, jika seseorang yang memiliki siri islam tersebut bertemu dengan seseorang yang perbuatannya merendahkan martabatnya sehingga dipandang hina, maka dia pasti akan membalas. (Farid dalam Hamid, et al, 2007: 22).

Page 49: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

38

Hamka memandang Siri’ sebagai suatu hal yang perlu dipelihara,

sebagaimana memelihara syariat. Lebih lanjut pemahamannya mengenai siri’

beliau gambarkan pada sebuah pepatah terkenal “Annaarlal aar”. Artinya

“biar bertikam daripada memikul malu”. Namun siri’ yang demikian menurut

Islam harus dipelihara pada segala seginya yakni dengan meneguhkan iman

dan tawakkal kepada Allah. Sebagaimana Hamka menjelaskannya melalui

sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari: ”apabila engkau tidak malu,

berbuatlah sesuka hatimu.’ Selanjutnya menurut Imam Ghazali: siri’ yang

sejati ialah yang menengah atau Al Ausath...” malu itu termasuk iman,

tegasnya orang yang tidak bermalu adalah orang yang tidak beriman.

Dalam sebuah Seminar Nasional mengenai siri’ yang diselenggarakan

oleh Komando Daerah Kepolisian (KOMDAK) XVIII Sulselra bekerjasama

dengan Universitas Hasanuddin pada 11 Juli 1977 dihasilkan beberapa

konsep dan batasan tentang siri’. Seminar dengan tema “Mengolah Masalah

Siri’ di Sulawesi Selatan Guna Peningkatan Ketahanan Nasional dalam

Menunjang Pembangunan Nasional” ini menyimpulkan konsep dan batasan

tentang siri’ antara lain:

1. Siri’ dalam sistem budaya adalah pranata pertahanan harga diri, kesusilaan dan hukum serta agama sebagai salah satu nilai utamanya yang mempengaruhi dan mewarnai alam pikiran, perasaan, dan kemauan manusia. Sebagai konsep budaya, ia berkedudukan sebagai regulator dalam mendinamisasi fungsi-fungsi struktur dalam kebudayaan.

2. Siri’ dalam sistem sosial, adalah mendinamisasi keseimbangan eksistensi hubungan individu dan masyarakat untuk menjaga kesinambungan kekerabatan sebagai dinamika sosial terbuka untuk beralih peranan (bertransmisi), beralih bentuk (transformasi), dan ditafsir ulang (re-interpretasi) sesuai dengan perkembangan

Page 50: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

39

kebudayaan nasional, sehingga siri’ dapat ikut memperkokoh tegaknya filsafat bangsa Indonesia, Pancasila.

3. Siri’dalam sistem kepribadian, adalah sebagai perwujudan konkret di dalam akal budi manusia yang menjunjung tinggi kejujuran, keseimbangan, keserasian, keimanan, dan kesungguhan untuk menjaga harkat dan martabat manusia (Moein dalam Darwis dan Dilo, 2012: 189-190)

Dalam buku Manusia Bugis (2006: 251), Cristian Pelras menyamakan

siri’ dengan rasa bangga dan malu. Sedangkan, menurut Hamid Abdullah

(Pelras, 2006: 251) menjelaskan sebagai berikut,

Dalam kehidupan manusia Bugis-Makassar, Siri’ merupakan unsur yang prinsipil dalam diri mereka. Tidak ada satu nilaipun yang paling berharga untuk dibela dan dipertahankan di muka bumi selain daripada siri’. Bagi manusia Bugis-Makassar, Siri’ adalah jiwa mereka, harga diri mereka dan martabat mereka. Sebab itu, untuk menegakkan dan membela siri yang dianggap tercemar atau dicemarkan oleh orang lain, maka manusia Bugis-Makassar akan bersedia mengorbankan apa saja, termasuk jiwanya yang paling berharga demi tegaknya siri’ dalam kehidupan mereka.” Lebih lanjut Pelras menerangkan bahwa perkawinan adalah hal yang

paling banyak bersinggungan dengan masalah siri’. Apabila pinangan

seseorang ditolak, pihak peminang bisa merasa mate siri’ (kehilangan

kehormatan) sehingga terpaksa menempuh jalan kawin lari (sillariang) untuk

menghidupkan kembali harga dirinya. Namun, bagi keluarga gadis yang

“dilarikan” hal itu justru merupakan penghinaan yang amat sangat, sehingga

semua kerabat laki-laki gadis itu merasa berkewajiban untuk membunuh si

pelaku demi menegakkan siri’ keluarga. Tugas pembelaan kehormatan

tersebut baru bisa berakhir apabila usaha rekonsiliasi secara formal dilakukan,

setelah melewati proses negosiasi yang rumit dan lama di antara kedua pihak.

Page 51: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

40

Situasi semacam ini, tentu saja, dapat menyebabkan lahirnya dendam

warisan sampai beberapa generasi berikutnya. Jika si gadis ternyata pergi

dengan si pemuda bukan atas keinginannya sendiri, tapi karena dipaksa, jalan

damai sudah tertutup. Bukan hanya si laki-laki tapi juga seluruh kerabat laki-

laki dianggap telah melakukan penghinaan, dan semuanya bisa dibunuh tanpa

rasa sesal sedikitpun. Di Sulawesi Selatan, pada dasawarsa 1980-an, setiap

tahun masih banyak kasus seperti itu yang ditangani oleh pengadilan. Banyak

orang yang rela menerima hukuman berat demi menegakkan siri’ mereka

(Pelras, 2006: 251).

Selanjutnya Pelras menjelaskan bahwa hal yang sama dapat pula terjadi

apabila seseorang merasa tersinggung oleh kata-kata atau tindakan orang lain

yang dianggapnya tidak sopan, yang bagi orang luar mungkin dianggap

sepele. Semua anggota keluarga termasuk pengikut, dan pembantu ikut

merasa tersinggung dan akan melakukan tindakan pembalasan.

Sejak lama, siri’ memang telah dikaji oleh kalangan akademisi. Rahim

(1982: 109-110) menjelaskan bahwa siri’ adalah ideologi kebudayaan Bugis-

Makassar. Beliau kemudian memaparkan konsep siri’ dalam beberapa

pengertian, sebagai berikut:

1. Siri’ dengan pengertian malu De’ anukkua siri’ku risinge’ ri tonganna tau maegae (tak terkirakan malu saya ditagih di tengah orang banyak).

2. Siri’ dengan pengertian segan Masiri’ka, mewaki situdaeng (aku segan duduk dengan tuan, karena tuan berkedudukan)

3. Siri’ dengan pengertian takut Temmasirigo matti ri nabiie, tetturusiwi pangnganjana (tak takutkah engkau kelak pada nabi, tak menuruti ajarannya?)

Page 52: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

41

4. Siri’ dengan pengertian hina Maserro mappakasiri rileppae ri olona to maegae (amat menghinakan ditampar di depan orang banyak)

5. Siri’ dengan pengertian aib Natujua siri’ idikmi tu maka mewaika (saya ditimpa aib, hanya andalah yang dapat membelaku)

6. Siri’ dengan pengertian iri hati Masiriatiwi ri iya apak ubettai menrek pangka (ia iri hati kepadaku karena kudahului naik pangkat)

7. Siri’ dengan pengertian harga diri Naiya to matanre siri’e tennapuji minreng tennapuji toi mellau (adapun orang yang tinggi harga dirinya, tak suka meminjam, tak suka meminta). Narekko de’ siri’mu inrang-inrangko ceddek siri’ (jikalau tak ada harga dirimu, pinjamlah sedikit harga diri).

8. Siri’ dengan pengertian kehormatan Atutuiwi siri’mu, aja mua coe’- coe’to maja’e gaukna, apak iyanatu siri’e modala kaminang maraja (jagalah kehormatanmu sebaik-baiknya, jangan ikut-ikutan pada orang-orang yang buruk kelakuannya, karena kehormatan itu modal yang paling besar).

9. Siri’ dengan pengertian kesusilaan Naiya siri’e kui mattuppu ri adek-e, ri sanak-e, ri rapangnge, ri warie, enrengnge ri tuppu’e; nigi-nigi de’ pappijeppunna ri sikaue ritu, de’ to pappijeppunna ri sesena siri’e (adapun kesusilaan bertemu pada adat, sara, undang-undang, keturunan, dan kelayakan; barang siapa tak memahami yang sekian itu, tak ada pula pahamnya mengenai kesusilaan). Ia pasillaingengngi tauwe na olok-olok e ianaritu siri’e (adapun yang membedakan manusia dari binatang ialah kesusilaan.

Rahim melanjutkan bahwa sebagai pola, siri’ mengarahkan tingkah

laku masyarakatnya dalam pergaulan sehari-hari. Siri’ juga yang merupakan

‘motor penggerak’ masyarakatnya dalam menjasmanikan pola-pola

kebudayaan dan sistem sosialnya. Dan sistem sosialnya itu baik berupa sistem

perkawinan, kekerabatan, hukum, dan organisasi politiknya, maupun sistem

perekonomian, kegotongroyongan, kesenian, dan lain-lainnya. Atau dengan

perkataan lain, bahwa siri’ menentukan arah perkembangan segala aspek

kebudayaan dari bangsa pendukung siri’ itu sebagai pola tingkah lakunya.

Page 53: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

42

Sejalan dengan Rahim yang menilai siri’ sebagai sebuah ideologi

kebudayaan, Hamid, et al (2007: 25) menyajikan pandangan Drs. Widodo

Budidarmo mengenai siri’:

“...Saya dapat mempelajari, bahwa Siri’ adalah pandangan hidup yang mengandung etik pembedaan antara manusia dan binatang dengan adanya rasa harga diri dan kehormatan yang melekat pada manusia, dan mengajarkan moralitas kesusilaan yang berupa anjuran, larangan, hak, dan kewajiban yang mendominasi tindakan manusia untuk menjaga manusia dan mempertahankanharga diri dan kehormatan tersebut. Siri’ adalah hasil proses endapan kaidah-kaidah yang diterima dan berlaku dalam lingkungan masyarakat, mengalami pertumbuhan berabad-abad sehingga membudaya. Maka siri’ adalah budaya masyarakat, hasil budi tak mungkin sama dengan kejahatan. Rasa harga diri dan kehormatan sebagai esensi siri’ secara eksplisit membawa serta pengertian malu, suatu rasa yang timbul akibat kehormatan, karena itu siri’ diidentikkan dengan malu. Siri’ mewajibkan adanya tindakan terhadap penyebab timbulnya sepadan dengan tingkatan rasa malu yang ditimbulkan (reprociteit), dan bentuk-bentuk reprociteit terbentuklah yang kemudian sebagai kejahatan berdasarkan kaidah-kaidah baru karena perkembangan keadaan.”

Sementara dalam disertasi yang disusun Mattulada (1975: 66), C.H.

Salam Basjah dan Sappena Mustaring memberikan batasan atas siri’ dengan

memberikan tiga golongan pengertian, yaitu:

1. Siri’ itu sama artinya dengan malu, isin (Jawa), shame (Inggris);

2. Siri’ merupakan daya pendorong untuk melenyapkan (membunuh), mengasingkan, mengusir, dan sebagainya terhadap siapa saja yang menyinggung perasaan mereka. Hal ini merupakan kewajiban adat, kewajiban yang mempunyai sanksi adat, yaitu hukuman menurut norma-norma adat, jika kewajiban itu tidak dilaksanakan;

3. Siri’ itu sebagai daya pendorong, bervariasi ke arah sumber pembangkitan tenaga utuk membanting tulang, bekerja mati-matian, untuk sesuatu pekerjaan atau usaha.

Lebih lanjut Mattulada (1975: 67) menjelaskan bahwa bagi orang

Bugis-Makassar, siri’ itu sebagai panggilan yang mendalam dalam diri

Page 54: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

43

pribadinya, untuk mempertahankan nilai sesuatu yang dihormatinya. Sesuatu

yang dihormati, dihargai, dan dimilikinya, mempunyai arti esensial, baik bagi

diri maupun persekutuannya.

Berbagai ungkapan dalam bahasa Bugis yang terwujud dalam

kesusateraan, paseng dan amanat-amanat dari leluhurnya, yang dapat

dijadikan petunjuk untuk memahami siri’ itu pada orang Bugis. Mattulada

menjelaskan sebagai berikut:

1. Siri’ emmi ri onroang ri lino. Artinya, hanya untuk siri’ itu sajalah kita hidup di dunia. Dalam ungkapan ini, termaktub arti siri’ sebagai hal yang berberi identitas sosial dan martabat kepada seseorang. Hanya kalau ada martabat atau harga diri, maka itulah hidup yang ada artinya.

2. Mate ri siri’na. Artinya mati dalam siri’, atau mati untuk menegakkan martabat/harga diri. Mati yang demikian dianggap suatu hal yang terpuji dan terhormat.

3. Mate siri’. Artinya orang yang sudah hilang martabat/harga dirinya adalah sebagai bangkai hidup. Orang Bugis-Makassar yang merasa mate siri’, akan melakukan jallo’ (amuk), hingga ia mati sendiri. Jallo’ yang demikian, disebut napatettonngisiri’, artinya ditegakkan kembali martabat dirinya. Banyak terjadi dalam masyarakat Bugis-Makassar, baik di dalam daerah maupun di luar daerah mereka, peristiwa bunuh-membunuh dengan jalan jallo’, dengan latar belakang siri’ . Secara lahir sering tampak seolah-olah orang Bugis-Makassar yang karena alasan siri’, dan sanggup membunuh atau dibunuh, memperkuat sesuatu yang vatal karena alasan-alasan sepele atau karena masalah perempuan yang sesungguhnya harus dapat dipandang biasa saja. Akan tetapi pada hakekatnya apa yang terlihat oleh orang luar sebagai suatu hal yang sepele dan biasa tadi, sesungguhnya (bagi orang Bugis) hanya merupakan suatu alasan lahiriah saja dari kompleks sebab-sebab lain yang menjadikan ialah merasa kehilangan martabat atau harga diri, yang juga menjadi identitas sosialnya.

Selain itu, ada ungkapan lain yang diterangkan Andi Zainal Abidin

Farid (Hamid, et al, 2007: 43) bahwa untuk membedakan substansi dan akibat

jika siri’ diserang, orang Bugis mengenal tiga istilah:

Page 55: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

44

1. Siri’ = harkat, martabat, dan harga diri manusia. 2. Siri’ masiri’ = perasaan aib, hina, sebagai akibat keadaan yang

buruk menimpa, misalnya miskin, dungu, berdosa karena memfitnah, dan perbuatan sendiri yangg menyebabkan seorang merasa aib (dapat timbul karena keadaan atau perbuatan sendiri)

3. Siri’ ripakasiri’ = perasaan aib sehingga merasa diri bukan manusia lagi karena penghinaan orang lain: miisalnya ditampar atau dimaki-maki di depan umum, diludahi wajahnya, dituduh melakukan sebuah aib sedangkan ia tidak melakukannya, dilarikan istri atau anggota keluarga perempuannya.

E. Analisis Framing

Secara sederhana, analisis framing dapat digambarkan sebagai analisis

untuk mengetahui bagaimana realitas (peristiwa, aktor, kelompok, atau apa

saja) dibingkai oleh media (Eriyanto, 2005). Sobur (2012: 161) menjelaskan

bahwa pada dasarnya, analisis framing merupakan versi terbaru dari

pendekatan analisis wacana, khususnya untuk menganalisis teks media.

Berikut, Eriyanto (2005: 67-68) menyajikan beberapa definisi mengenai

framing oleh beberapa ahli:

Robert N. Entman

Proses seleksi dari beberapa aspek realitas sehingga bagian tertentu dari peristiwa itu lebih menonjol dibandingkan aspek lain. Ia juga menyertakan penempatan informasi-informasi dalam konteks yang khas sehingga sisi tertentu mendapatkan alokasi yang besar daripada sisi yang lain.

William A. Gamson dan Andre Modigliani

Cara bercerita atau gugusan ide-ide yang terorganisir sedemikian rupa dan menghadirkan konstruksi makna peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan objek suatu wacana. Cara bercerita itu terbentuk dalam sebuah kemasan (package). Kemasan itu semacam skema atau struktur pemahaman yang digunakan individu untuk mengkonstruksi makna pesan-pesan yang ia sampaikan, serta untuk menafsirkan makna pesan-pesan yang ia terima.

Todd Gitlin Strategi bagaimana realitas/dunia dibentuk dan disederhanakan sedemikian rupa untuk

Page 56: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

45

ditampilkan kepada khalayak pembaca. Peristiwa-peristiwa ditampilkan dalam pemberitaan agar tampak menonjol dan menarik perhatian khalayak pembaca. Itu dilakukan dengan seleksi, penekanan, pengulangan, dan presentasi aspek tertentu dari realitas.

David E. Snow and Robert Benford

Pemberian makna untuk menafsirkan peristiwa dan kondisi yang relevan. Frame mengorganisasikan sistem kepercayaan dan diwujudkan dalam kata kunci tertentu, anak kalimat, citra tertentu, sumber informasi, dan kalimat tertentu.

Amy Binder Skema interpretasi yang digunakan oleh individu untuk menempatkan, menafsirkan, mengidentifikasi, dan melabeli peristiwa secara langsung atau tidak langsung. Frame mengorganisir peristiwa yang kompleks ke daam bentuk dan pola yang mudah dipahami dan membantu individu untuk mengerti makna peristiwa.

Zhongdang Pan and Gerald M Kosicki

Strategi konstruksi dan memproses berita. Perangkat kognisi yang digunakan dalam mengkode informasi, menafsirkan peristiwa, dan dihubungkan dengan rutinitas dan konvensi pembentukan berita.

Sumber: Eriyanto (2005: 67)

Dari beberapa pengertian tersebut, meskipun berbeda dalam penekanan

dan pengertian, ada titik singgung utama dari definisi framing tersebut.

Framing adalah pendekatan unrtuk melihat bagaimana realitas itu dibentuk

dan dikonstruksi media. Proses pembentukan dan konstruksi realitas itu,

akhirnya adalah adanya bagian tertentu dari realitas yang lebih menonjol dan

lebih muda dikenal.

Gamson dan Modigliani dalam Eriyanto (2005: 76) menyebutkan

bahwa frame adalah cara bercerita atau gugusan ide yang terorganisir

sedemikian rupa dan menghadirkan konstruksi makna peristiwa-peristiwa

yang berkaitan dengan objek suatu wacana. Framing digunakan untuk

Page 57: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

46

mengkonstruksi makna pesan-pesan yang akan disampaikan, serta untuk

menafsirkan makna pesan-pesan yang diterima.

Sementara Tuckman dalam Muslich (2008: 154) mengilustrasikan

bahwa framing adalah jendela dunia, yang kemudian dijelaskan sebagai

berikut:

Apa yang kita lihat, apa yang kita ketahui, dan apa yang kita rasakan mengenai dunia itu tergantung pada jendela yang kita pakai, jendela yang besarkah? Atau yang lebih kecil? Jendela yang besar akan membantu kita melihat dunia lebih luas, sedangkan jendela yang kecil akan membatasi pandangan kita untuk melihat dunia. Selain itu, apakah jendela tersebut berjeruji atau tidak. Apakah jendela itu bisa dibuka lebar atau hanya setengah. Apakah di jendela itu kita bisa melihat dunia secara bebas ke luar, ataukah hanya mengintip dari balik jeruji. Atau, apakah di depan jendela ada pohon yang mungkin akan menghalangi pandangan atau tidak. Ilustrasi ini menggambarkan bahwa realitas yang dikonstruksikan media akan tergantung pada bagaimana khalayak memaknainya dengan bebas atau terbatas.

Lebih jauh Eriyanto menjelaskan ada dua aspek dalam framing.

Pertama, memilih fakta/realitas. Proses memilih fakta ini didasarkan pada

asumsi, seseorang tidak mungkin melihat peristiwa tanpa perspektif. Dalam

memilih fakta ini selalu terkandung dua kemungkinan: apa yang dipilih

(include) dan apa yang dibuang (exluded). Kedua, menuliskan fakta. Proses

ini berhubungan dengan bagaimana fakta yang dipilih itu disajikan kepada

khlayak. Gagasan itu diungkapkan dengan kata, kalimat dan proposisi apa,

dengan bantuan aksentuasi foto dan gambar apa, dan sebagainya.

Pada penelitian ini, penulis menggunakan model Gamson dan

Modigliani, yakni model yang mendasarkan pada pendekatan konstruksionis

yang melihat representasi media berupa realitas sosial, yang terdiri atas

Page 58: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

47

sejumlah kemasan (package) yang mengandung makna tertentu. Kemasan

(package) adalah rangkaian ide-ide yang menunjukkan isu apa yang

dibicarakan dan peristiwa mana yang relevan (Eriyanto, 2005: 224). Dalam

package terdapat dua struktur, yaitu struktur core frame yang merupakan

gagasan sentral, dan condensing symbol yang merupakan hasil pencermtan

interaksi perangkat simbolik.

Berikut skema analisis framing model Gamson dan Modigliani:

Media package

Core frame

Condensing Symbols Framing Devices Reasoning Devices 1. Metaphors 2. Exemplars 3. Cacthphrases 4. Depictions 5. Visual Image

1. Roots 2. Appeal to principle 3. Consequences

Sumber: Sobur, 2012: 177

Selanjutnya Eriyanto (2005: 226) menjelaskan bahwa pandangan

Gamson, framing dipahami sebagai seperangkat gagasan atau ide sentral

ketika seseorang atau media memahami dan memaknakan sesuatu. Ide sentral

ini akan didukung oleh perangkat wacana lain sehingga antara satu bagian

wacana dengan bagian lain saling kohesif – saling mendukung.

Ada dua perangkat bagaimana ide sentral ini diterjemahkan dalam teks

berita. Pertama, framing devices (perangkat framing). Perangkat ini

berhubungan dan berkaitan langsung dengan ide sentral atau bingkai yang

ditekankan dalam teks berita. Kedua, reasoning devices (perangkat

Page 59: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

48

penalaran). Perangkat penalaran ini berhubungan dengan kohesi dann

koherensi dari teks tersebut yang merujuk pada gagasan tertentu.

Sementara Eriyanto (2005: 225) menjelaskan mengenai dua perangkat

framing yang digunakan oleh Gamson dan Modigliani tersebut dalam tabel

berikut:

Frame Central organizing idea for making sense of relevant event, suggesting what is at issues

Framing Device (perangkat Framing)

Reasoning Device (Perangkat Penalaran)

Methapors Perumpamaan atau pengandaian

Roots Analisis kausal atau sebab akibat

Catchphrases Frase yang menarik, kontras, menonjol dalam suatu wacana. Ini umumnya berupa jargon atau slogan.

Appeals to Principle Premis dasar, kaim-klaim moral

Exemplar Mengaitkan bingkai dengan contoh, uraian (bisa teori, perbandingan) yang memperjelas bingkai

Consequences Efek atau konsekuensi yang didapat dari bingkai

Depiction Penggambaran atau pelukisan suatu isu yang bersifat konotatif. Depiction ini umumnya berupa kosa kata, leksikon untuk melabeli sesuatu.

Visual Image Gambar, grafik, citra yang membingkai secara keseluruhan. Bisa berupa foto, kartun, atau grafik untuk menekankan dan mendukung pesan yang ingin disampaikan.

Sumber: Eriyanto (2005: 225)

Page 60: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

49

Berikut penjelasan mengenai delapan unsur perangkat framing tersebut:

1. Metaphors dipahami sebagai cara memindahkan makna dengan

merelasikan dua fakta melalui analogi, atau memakai kiasan dengan

menggunakan kata-kata seperti, ibarat, bak, sebagai, umpama,

laksana. Metaphors memiliki arti dan peran ganda; pertama sebagai

perangkat diskursif, dan ekspresi mental. Kedua, berasosiasi dengan

asumsi atau penilaian, serta memaksa realitas dalam teks untuk

membuat sense tertentu.

2. Catchphrases adalah bentuk kata atau istilah (frase) yang

mencerminkan sebuah fakta yang merujuk pemikiran atau semangat

sosial demi mendukung kekuatan tertentu. Dalam sebuah teks atau

dialog, wujudnya berupa jargon, slogan, atau semboyan yang

ditonjolkan.

3. Exemplar adalah cara mengemas atau menguraikan fakta tertentu

secara mendalam agar memiliki makna yang lebih untuk dijadikan

rujukan. Posisinya menjadi pelengkap dalam kesatuan wacana atau

bingkai pada sebuah teks atau dialog mengenai isu tertentu.

Tujuannya untuk memperoleh pembenaran isu sosial yang sedang

diangkat, bisa berupa contoh, uraian, teori, dan perbandingan yang

bisa memperjelas bingkai.

4. Depictions, penggambaran fakta atau isu tertentu dengan

menggunakan kalimat konotatif, istilah, kata, leksikon untuk

melabeli sesuatu supaya tertentu supaya khalayak terarah ke citra

Page 61: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

50

tertentu. Dengan tujuan menguatkan harapan, kekuatan, posisi

moral, dan perubahan. Serta pemakaian kata khusus diniatkan untuk

membangkitkan prasangka, sehingga mampu menempatkan

seseorang atau pihak tertentu pada posisi tidak berdaya karena

kekuatan konotasinya mampu melakukan kekerasan simbolik.

5. Visual images, adalah perangkat yang dalam bentuk gambar,

diagram, grafik, diagram, tabel, kartun, dan sejenisnya untuk

mendukung dan menekankan pesan yang ingin ditonjolkan.

Misalnya perhatian, penegasan, atau penolakan terhadap isu

tertentu. Sifatnya natural, sangat mewakili realitas atau isu tertentu

dan erat dengan ideologi pesan terhadap khalayak.

6. Roots (analisis kausal), pemberatan isu dengan menghubungkan

suatu objek atau lebih yang dianggap menjadi sebab timbulnya hal

yang lain. Tujuannya untuk membenarkan penyimpulan fakta

berdasarkan hubungan sebab-akibat yang digambarkan atau

dijabarkan.

7. Appeal to Principle adalah upaya memberikan alasan tentang

kebenaran suatu isu dengan menggunakan logika dan klaim moral,

pemikiran, dan prinsip untuk mengkonstruksi realitas. Berupa

pepatah, cerita rakyat, mitos, doktrin, ajaran, dan sejenisnya.

Fokusnya, memanipulasi emosi agar mengarah ke sifat, waktu,

tempat, serta cara tertentu.

Page 62: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

51

8. Consequences adalah konsekuensi yang didapat pada akhir

pembingkaian tentang suatu isu tertentu dalam teks atau dialog

dalam media yang sudah terangkum pada efek atau konsekuensi

dalam bingkai.

F. Representasi

Representasi menurut David Croteau dan William Hoynes (Wulandari,

2013: 17), merupakan hasil dari suatu proses penyeleksian yang

menggarisbawahi hal-hal tertentu dan hal lain diabaikan. Dalam representasi

media, tanda yang akan digunakan untuk melakukan representasi tentang

sesuatu mengalami proses seleksi. Mana yang sesuai dengan kepentingan dan

pencapaian tujuan komunikasi, ideologisnya itu yang digunakan sementara

tanda-tanda yang lain diabaikan.

Sementara Marcel Danesi (Wulandari, 2013: 17) mendefinisikan

representasi sebagai suatu proses perekaman gagasan, pengetahuan, atau

pesan secara fisik. Secara lebih tepat dapat didefinisikan sebagai penggunaan

tanda-tanda (gambar, suara, dan sebagainya) untuk menampilkan ulang

sesuatu yang diserap, diindera, dibayangkan, atau dirasakan dalam bentuk

fisik.

Sedangkan menurut Sumardjo dalam Putra (2012: 26) representasi

adalah (1) penggambaran yang melambangkan atau mengacu kepada

kenyataan eksternal, (2) pengungkapan ciri-ciri umum yang universal dari

alam manusia, (3) penggambaran karakteristik general dari alam manusia

yang dilihat secara subjektif oleh senimannya, (4) penghadiran bentu-bentuk

Page 63: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

52

ideal yang berada di balik kenyataan alam semesta yang dikemukakan lewat

pandangan misti-filosofis seniman.

Representasi adalah sebuah cara untuk memaknai apa yang diberikan

pada benda yang digambarkan. Konsep lama mengenai representasi ini

didasarkan pada premis bahwa ada sebuah gap representasi yang menjelaskan

perbedaan antara makna yang diberikan oleh representasi dan arti benda yang

sebenarnya digambarkan. Hal ini terjadi antara representasi dan benda yang

digambarkan (Yohanna, 2008: 13).

Berlawanan dengan pemahaman standar itu, Stuart Hall dalam Yohanna

(2008: 13) berargumen bahwa representasi harus dipahami dari peran aktif

dan kreatif orang memaknai dunia. “So the representation is the way in which

meaning is somehow given to the things which are depicted through the

images or whatever it is, on screens or the words on a page whichstands for

what we’re talking about.”

Hall menunjukkan bahwa sebuah imaji akan mempunyai makna yang

berbeda dan tidak ada garansi bahwa imaji akan berfungsi atau bekerja

sebagaimana mereka dikreasi atau dicipta. Hall menyebutkan “representasi

sebagai konstitutif”. Representasi tidak hadir sampai setelah selesai

direpresentasikan, representasi tidak terjadi setelah sebuah kejadian.

Representasi adalah konstitutif dari sebuah kejadian. Representasi adalah

bagian dari objek itu sendiri, ia adalah konstitutif darinya

Page 64: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

53

Sardar & dan Van Loon (Panachitra, 2010) mengatakan melalui

representasi, ide-ide ideologis dan abstrak diberi bentuk konkretnya. Lebih

lanjut, perbedaan antara representasi dengan teks dijabarkan sebagai berikut:

Sebagai perwakilan pada dasarnya representasi tidak berbeda dengan simbol, tanda dan lambang, yang secara definitif berarti mewakili sesuatu yang lain, sebagai pengganti objek faktual. Perbedaannya, apabila simbol bersifat arbitrer, representasi lebih bersifat pragmatis, strategis, bahkan politis (Panachitra, 2010).

Selanjutnya Stuart Hall (Reza, 2011: 27) menerangkan ada dua proses

representasi. Pertama, representasi mental, yaitu konsep tentang ‘sesuatu’

yang ada di kepala kita masing-masing (peta konseptual), representasi mental

masih merupakan sesuatu yang abstrak. Kedua ‘bahasa’ yang berperan

penting dalam proses konstruksi makna. Konsep abstrak yang ada di dalam

kepala kita harus diterjemahkan dalam bahasa yang lazim, supaya kita dapat

menghubungkan konsep dan ide-ide kita tentang sesuatu dengan tanda dari

simbol-simbol tertentu. Media sebagai sebuah teks banyak menebarkan

bentuk-bentuk representasi pada isinya.

Wulandari (2013: 16) menjelaskan bahwa representasi merupakan

bentuk konkret (penanda) yang berasal dari konsep abstrak. Representasi

dapat berwujud kata, gambar, sekuen, cerita, yang mewakili ide, emosi, fakta,

dan sebagainya. Representasi bergantung pada tanda dan citra yang yang

sudah ada dan dipahami secara kultural, dalam pembelajaran bahasa dan

penandaan yang bermacam-macam atau sistem tekstual secara timbal balik.

Hal ini melalui fungsi tanda “mewakili” sehingga kita tahu dan mempelajari

realitas.

Page 65: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

54

John Fiske merumuskan tiga proses yang terjadi dalam representasi

melalui tabel berikut:

Pertama Realitas (Dalam bahasa tulis, seperti dokumen wawancara transkrip

dan sebagainya. Dalam televisi seperti perilaku, make up, pakaian, ucapan, gerak-gerik dan sebagainya.

Kedua Representasi Elemen tadi ditandakan secara teknis. Dalam bahasa tulis

seperti kata, proposisi, kalimat, foto, caption, grafik, dan sebagainya. Dalam TV seperti kamera, musik, tata cahaya, dan lain-lain. Elemen tersebut ditransmisikan ke dalam kode representasional yang memasukkan di antaranya bagaimana objek digambarkan (karakter, narasi setting, dialog, dan lain-lain).

Ketiga Ideologi Semua elemen diorganisasikan dalam koherensi dan

ideologi, seperti individualisme, liberalisme, sosialisme, patriarki, ras, kelas, materialisme, dann sebagainya.

Sumber: Reza, 2011: 28

Pertama, realitas. Dalam proses ini, peristiwa atau ide dikonstruksi

sebagai realitas oleh media dalam bentuk bahasa gambar ini umumnya

berhubungan dengan aspek seperti pakaian, lingkungan, ucapan, ekspresi, dan

lain-lain. Di sini realitas selalu siap ditandakan.

Kedua, representasi. Dalam proses ini, realitas digambarkan dalam

perangkat-perangkat teknis seperti bahasa tulis, gambar, grafik, animasi, dan

lain-lain. Ketiga, tahap ideologis. Dalam tahap ini, peristiwa-peristiwa

dihubungkan dan diorganisasikan ke dalam koherensi sosial atau kepercayaan

dominan yang ada dalam masyarakat.

Ratna (Panachitra, 2010: 21) menjelaskan bahwa representasi dimediasi

oleh bahasa melalui narasi, plot, citra, gagasan, dan berbagai peralatan literer

Page 66: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

55

yang lain, yang secara keseluruhan disimpulkan dalam ide pokok seperti

pesan, tema, dan pandangan dunia.

Ratna dalam Putra (2012: 25) menjelaskan bahwa representasi

merekonstruksi berbagai fakta sebuah objek sehingga eksplorasi makna dapat

dilakukan dengan maksimal. Jika dikaitkan dengan karya sastra, maka

representasi merupakan penggambaran karya sastra terhadap suatu fenomena

sosial. Representasi dalam sastra muncul sehubungan dengan adanya

pandangan atau keyakinan bahwa karya sastra sebetulnya adalah cermin,

gambaran, bayangan, atau tiruan kenyataan. Dalam konteks ini karya sastra

dipandang sebagai penggambaran yang melambangkan kenyataan (memimes)

(Teeuw dalam Putra, 2012: 25).

Page 67: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

56

BAB III

GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

A. Sinopsis Cerita

Penulis : Haji Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA)

Judul : Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck

Penyunting : Mirza A. Hevicko

Genre : Fiksi

Penerbit : PT Balai Pustaka

Tahun Terbit : 2013

Cetakan ke- : 1 (Edisi Revisi)

Halaman : xxi = 264 hlm.; A5 (14.8 x 21 cm)

ISBN : 979-690-997-9

Roman yang dikarang oleh Hamka ini pertama kali diterbitkan dalam

bentuk cerita bersambung di majalah Pedoman Rakyat pada tahun 1938, yang

selanjutnya diterbitkan dalam bentuk novel utuh pada tahun 1939. Roman ini

mengisahkan tentang adat yang berlaku di Minangkabau dan masalah

kekayaan yang menghalangi hubungan cinta sepasang kekasih, Zainuddin dan

Hayati.

Sejak berumur sembilan bulan, Zainuddin diasuh oleh mak Basse,

(saudara ibunya) setelah ditinggalkan ibunya, Daeng Habibah, menyusul

kemudian ayahnya yang bernama Pandekar Sutan. Daeng Habibah adalah

seorang perempuan berdarah Bugis-Makassar. Sedangkan Pandekar Sutan

Page 68: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

57

adalah lelaki berdarah Minang yang kemudian keduanya dipertemukan sebab

jalan takdir.

Dulu ayahnya memiliki perkara dengan mamaknya, Datuk Mantari

Labih, mengenai warisan. Dalam suatu pertengkaran, Datuk Mantari terbunuh

oleh Pandekar Sutan. Pandekar Sutan kemudian dibuang ke Cilacap selama

lima belas tahun, yang akhirnya masa hukuman dipotong tiga tahun. Setelah

selesai masa hukumannya, ia dibawa orang ke Bugis untuk mengamankan

daerah Bugis kala terjadinya perang Bone. Di sanalah Pendekar Sutan

bertemu dengan Daeng Habibah dan selanjutnya menikah. Lalu lahirlah

Zainuddin dari penyatuan dua suku yang berbeda.

Di usianya yang ke-19, Zainuddin berniat untuk mencari keluarga

ayahnya, Zainuddin pergi ke dusun Batipuh di Padang. Di sana ia tinggal di

rumah saudara ayahnya, Mande Jamilah. Sebagai seorang pemuda yang

datang dari Makasar, ia merasa terasing di Padang. Sebab Padang yang

bernasabkan ibu tidak menganggap Zainuddin sebagai seorang pemuda

bersuku Minang, ia dipandang tak lain sebagai seorang pendatang yang tak

bersuku, sebab darah Minang berasal dari ayahnya.

Lalu di suatu hari ia dipertemukan dengan Hayati, gadis cantik jelita

keturunan bangsawan Minang. Makin hari, hubungan Zainuddin dan Hayati

semakin akrab. Hingga hubungan mereka akhirnya tersiar ke seluruh

masyarakat dusun. Zainuddin tetap dianggap orang asing bagi keluarga

Hayati maupun orang-orang di Batipuh. Untuk menjaga nama baik keduanya

dan keluarga mereka masing-masing, Zainuddin disuruh meninggalkan

Page 69: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

58

Batipuh oleh mamak Hayati. Pasalnya, Hayati yang berketurunan bangsawan

Minang tidak boleh menjalin hubungan dengan Zainuddin yang kata mereka

tak bersuku.

Dengan berat hati Zainuddin meninggalkan Batipuh menuju Padang

Panjang. Di tengah jalan Hayati menemuinya, lalu Hayati bersumpah bahwa

cintanya hanya untuk Zainuddin hingga nyawa berpisah dengan badan, ia tak

akan bersuamikan seseorang selain Zainuddin. Dipeganglah sumpah Hayati

oleh Zainuddin.

Di suatu hari, karena sudah merasa cukup mempunyai kekayaan

warisan dari orang tuanya setelah Mak Base meninggal, Zainuddin mengirim

surat untuk melamar Hayati. Ternyata surat Zainuddin bersamaan dengan

lamaran Aziz. Aziz adalah kakak kandung Khadijah, sahabat Hayati yang ia

temui saat pacuan kuda di Padang Panjang. Aziz memang memiliki kekayaan

dan juga berketurunan asli Minang.

Setelah diminta untuk memilih, Hayati memutuskan memilih Aziz

sebagai calon suaminya. Zainuddin kemudian sakit selama dua bulan karena

Hayati menolaknya. Atas bantuan dan nasehat Muluk sahabatnya, Zainuddin

dapat mengubah pikirannya dan kembali memiliki semangat hidup. Bersama

Muluk, Zainuddin pergi ke Jakarta.

Di Jakarta, Zainuddin memulai karirnya dengan menjadi seorang

pengarang. Ia dikenal dengan nama samaran "Z" dan berhasil menjadi

pengarang yang amat disukai pembacanya. Kehidupannyapun berubah,

Page 70: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

59

Zainuddin menjadi orang terpandang karena pekerjaannya. Ia melanjutkan

usahanya di Surabaya dengan mendirikan penerbitan buku-buku.

Karena pekerjaan Aziz dipindahkan ke Surabaya, Hayati pun mengikuti

suaminya. Suatu kali, Hayati mendapat sebuah undangan dari perkumpulan

sandiwara yang dipimpin dan disutradarai oleh Tuan Shabir atau "Z". Karena

ajakan Hayati, Aziz bersedia menonton pertunjukkan itu. Di akhir

pertunjukan baru mereka ketahui bahwa Tuan Shabir atau "Z" adalah

Zainuddin. Hubungan mereka tetap baik, juga hubungan Zainuddin dengan

Aziz.

Selama Aziz di Surabaya, ia telah menunjukkan sifat-sifatnya yang

tidak baik pada Hayati. la sering keluar malam bersama perempuan jalang,

berjudi, mabuk-mabukan, serta tak lagi menaruh cinta pada Hayati.

Perkembangan selanjutnya Aziz dipecat dari tempatnya bekerja karena

hutang yang menumpuk. Ia harus meninggalkan rumah sewanya karena sudah

tiga bulan ia tidak membayar sewa, bahkan barang-barangnya disita untuk

melunasi hutang.

Akibatnya, setelah mereka tidak memiliki rumah lagi. Mereka terpaksa

menumpang di rumah Zainuddin. Setelah sebulan menumpang di sana, Aziz

pergi ke Banyuwangi meninggalkan untuk mencari pekerjaan dan menitipkan

isterinya kepada Zainuddin. Sepeninggal Aziz, Zainuddin sendiri pun jarang

pulang ke rumah, kecuali untuk tidur. Suatu ketika Muluk memberi tahu pada

Hayati bahwa Zainuddin masih mencintainya. Di dalam kamar kerja

Page 71: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

60

Zainuddin terdapat gambar Hayati sebagai bukti bahwa Zainuddin masih

mencintainya.

Beberapa hari kemudian, Aziz mengirim surat pada Hayati dan

Zainuddin. Ia memberi kabar bahwa ia telah menceraikan Hayati. Aziz

meminta supaya Hayati hidup bersama Zainuddin. Datang pula berita dari

sebuah surat kabar bahwa Aziz telah bunuh diri dengan meminum obat tidur

di sebuah hotel di Banyuwangi. Hayati meminta kesediaan Zainuddin untuk

menerimanya sebagai apa saja, asalkan ia dapat bersama-sama serumah

dengan Zainuddin.

Permintaan itu tidak diterima baik oleh Zainuddin, ia bahkan amat

marah dan tersinggung karena lamarannya dulu pemah ditolak Hayati, dan

sekarang Hayati ingin menjadi isterinya. la tidak dapat menerima perlakuan

Hayati. Ia akhirnya meminta Hayati kembali ke Padang.

Dengan kapal Van Der Wijck, Hayati pulang atas biaya Zainuddin.

Namun Zainuddin kemudian berpikir lagi bahwa ia sebenamya tidak dapat

hidup bahagia tanpa Hayati. Oleh sebab itulah setelah keberangkatan Hayati

ia berniat menyusul Hayati untuk dijadikan isterinya.

Harapan Zainuddin temyata tak tercapai. Kapal Van Der Wijck yang

ditumpangi Hayati tenggelam di perairan dekat Tuban. Hayati tak dapat

diselamatkan. Karena luka-luka di kepala dan di kakinya akhirnya ia

meninggal dunia. Jenazahnya dimakamkan di Surabaya.

Page 72: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

61

Sepeninggal Hayati, kehidupan Zainuddin menjadi sunyi dan

kesehatannya tidak terjaga. Akhirnya pengarang terkenal itu meninggal

dunia. Ia dimakamkan di sisi makam Hayati.

B. Riwayat Pengarang

Muli (2012) dalam website tokohindonesia.com memaparkan riwayat

Hamka dengan sangat jelas dengan judul tulisannya “Ulama, Politisi, dan

Sastrawan Besar”. Hamka lahir pada 17 Februari 1908 di Kampung Molek,

Maninjau, Sumatera Barat, dari pasangan Dr. H. Abdul Karim Amrullah (Haji

Rasul) dan Siti Safiyah Binti Gelanggar yang bergelar Bagindo nan Batuah.

Hamka mewarisi darah ulama dan pejuang yang kokoh pada pendirian dari

ayahnya yang dikenal sebagai ulama pelopor Gerakan Islah (tajdid) di

Minangkabau. Hamka juga merupakan salah satu tokoh utama dari gerakan

pembaharuan yang membawa reformasi Islam (kaum muda).

Nama Hamka sendiri merupakan akronim dari namanya, Haji Abdul

Malik Karim Amrullah, sedangkan sebutan Buya adalah panggilan khas

untuk orang Minangkabau. Kata Buya sebenarnya berasal dari kata abi, atau

abuya dalam bahasa Arab yang berarti ayahku atau orang yang dihormati.

Jika banyak tokoh berpengaruh yang bertahun-tahun menimba ilmu di

sekolah formal, tidak demikian halnya dengan Hamka. Pendidikan formal

yang ditempuhnya hanya sampai kelas dua Sekolah Dasar Maninjau. Setelah

itu, saat usianya menginjak 10 tahun, Hamka lebih memilih untuk mendalami

ilmu agama di Thawalib di Padang Panjang, sekolah Islam yang didirikan

ayahnya sekembalinya dari Makkah sekitar tahun 1906.

Page 73: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

62

Di sekolah itu, Hamka mulai serius mempelajari agama Islam serta

bahasa Arab. Sejak kecil Hamka memang dikenal sebagai anak yang haus

akan ilmu. Selain di sekolah, ia juga menambah wawasannya di surau dan

masjid dari sejumlah ulama terkenal seperti Syeikh Ibrahim Musa, Syeikh

Ahmad Rasyid, Sutan Mansur, R.M. Surjopranoto dan Ki Bagus

Hadikusumo.

Pada tahun 1924, Hamka yang ketika itu masih remaja sempat

berkunjung ke Pulau Jawa. Di sana ia banyak menimba ilmu pada pemimpin

gerakan Islam Indonesia di antaranya Haji Omar Said Chakraminoto, Haji

Fakharudin, Hadi Kesumo bahkan pada Rashid Sultan Mansur yang

merupakan saudara iparnya sendiri.

Selanjutnya pada tahun 1927, berbekal ilmu agama yang didapatnya

dari berbagai tokoh Islam berpengaruh tadi, Hamka memulai karirnya sebagai

Guru Agama di Perkebunan Tebingtinggi, Medan. Dua tahun kemudian, ia

mengabdi di Padang masih sebagai Guru Agama. Masih di tahun yang sama,

Hamka mendirikan Madrasah Mubalighin. Bukan hanya dalam hal ilmu

keagamaan, Hamka juga menguasai berbagai bidang ilmu pengetahuan

seperti filsafat, sastra, sejarah, sosiologi dan politik. Yang menarik, semua

ilmu tadi dipelajarinya secara otodidak tanpa melalui pendidikan khusus.

John L. Espito dalam Oxford History of Islam bahkan menyejajarkan sosok

Hamka dengan Sir Muhammad Iqbal, Sayid Ahmad Khan dan Muhammad

Asad.

Page 74: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

63

Hamka juga pernah menekuni bidang jurnalistik dengan berkarir

sebagai wartawan, penulis, editor dan penerbit sejak awal tahun 1920an. Ia

tercatat pernah menjadi wartawan berbagai surat kabar, yakni Pelita Andalas,

Seruan Islam, Bintang Islam dan Seruan Muhammadiyah.

Bersama dengan KH Fakih Usman (Menteri agama dalam Kabinet

Wilopo 1952), Hamka menerbitkan majalah tengah bulanan Panji Masyarakat

pada Juli 1959. Majalah ini menitikberatkan soal-soal kebudayaan dan

pengetahuan agama Islam. Majalah ini kemudian dibredel pada 17 Agustus

1960 dengan alasan memuat karangan Dr Muhammad Hatta berjudul

'Demokrasi Kita', yang isinya mengkritik tajam konsep Demokrasi

Terpimpin. Majalah ini baru terbit kembali setelah Orde Lama tumbang,

tepatnya pada 1967. Hamka sendiri dipercaya sebagai pimpinan umum

majalah Panji Masyarakat hingga akhir hayatnya.

Hamka juga pernah menjadi editor di majalah Pedoman Masyarakat dan

Gema Islam. Pada tahun 1928 hingga 1932, Hamka pernah menjadi editor

sekaligus penerbit dari dua media yang berbeda, yakni majalah Kemajuan

Masyarakat yang terbit hanya beberapa nomor serta majalah Al-Mahdi di

Makassar.

Di sela kegiatannya sebagai jurnalis, Hamka memulai kiprahnya di

dunia politik dengan menjadi anggota partai Sarekat Islam pada tahun 1925.

Di waktu yang hampir bersamaan, ia ikut mendirikan Muhammadiyah untuk

menentang khurafat, bidaah dan kebatinan sesat di Padang Panjang.

Selanjutnya Hamka terlibat dalam kepengurusan organisasi Islam tersebut

Page 75: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

64

dari tahun 1928 hingga 1953. Mulai tahun 1928, ia memimpin cabang

Muhammadiyah di Padang Panjang. Setahun kemudian, ia mendirikan pusat

latihan pendakwah Muhammadiyah. Pada 1931, ia menjabat sebagai konsul

Muhammadiyah di Makassar.

Lima tahun berselang, usai menjabat sebagai Konsul Muhammadiyah,

Hamka pindah ke Medan. Kemudian di tahun 1945, ia kembali ke kampung

halamannya di Sumatera Barat. Saat itulah, bakatnya sebagai pengarang

mulai tumbuh. Buku pertama yang dikarangnya berjudul Khathibul Ummah,

yang kemudian disusul dengan sederet judul lain yakni Revolusi Fikiran,

Revolusi Agama, Adat Minangkabau Menghadapi Revolusi, Negara Islam,

Sesudah Naskah Renville, Muhammadiyah Melalui Tiga Zaman, Dari

Lembah Cita-Cita, Merdeka, Islam dan Demokrasi, Dilamun Ombak

Masyarakat, dan Menunggu Beduk Berbunyi.

Saat perang revolusi, Hamka juga turut berjuang mengusir penjajah.

Lewat pidato, ia mengobarkan semangat para pejuang untuk merebut

kedaulatan negara. Dalam kisah perjuangannya, Hamka juga pernah ikut serta

menentang kembalinya Belanda ke Indonesia dengan bergerilya di dalam

hutan di Medan. Selain didorong rasa cinta pada Tanah Air yang demikian

besar, semangat perjuangan Hamka juga senantiasa berkobar tiap kali

mengingat pesan ayahnya yang diucapkan ketika Muktamar Muhammadiyah

tahun 1930 di Bukittinggi, "Ulama harus tampil ke muka masyarakat,

memimpinnya menuju kebenaran."

Page 76: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

65

Pasca kemerdekaan, Konferensi Muhammadiyah memilih Hamka untuk

menduduki posisi ketua Majelis Pimpinan Muhammadiyah di Sumatera Barat

menggantikan S.Y. Sutan Mangkuto di tahun 1946. Lalu pada 1947, ia

menjabat sebagai ketua Barisan Pertahanan Nasional yang beranggotakan

Chatib Sulaeman, Udin, Rangkayo Rasuna Said dan Karim Halim. Hamka

juga mendapat amanat dari Wakil Presiden Mohammad Hatta untuk

menjabat sebagai sekretaris Front Pertahanan Nasional.

Pada tahun 1953, Hamka terpilih sebagai penasihat pimpinan Pusat

Muhammadiah. Pada tahun 1951-1960, Hamka mendapat mandat dari

Menteri Agama Indonesia untuk duduk sebagai Pejabat Tinggi Agama.

Namun belakangan, ia lebih memilih untuk mengundurkan diri sebab pada

waktu itu Presiden Soekarno memintanya memilih antara menjadi pegawai

negeri atau berkiprah di dunia politik.

Pada tahun 1955, Hamka memang tercatat sebagai anggota konstituante

Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) dan berpidato dalam Pemilu

Raya di tahun yang sama. Meskipun pada akhirnya, partai yang didirikan di

Yogyakarta pada 7 November 1945 itu dibubarkan Presiden Soekarno di

awal tahun 1960. Pada dekade 1950-an, politik seakan menjadi "panglima",

menyikapi kenyataan tersebut, Hamka pernah menyampaikan pernyataannya

yang melukiskan martabat sebagai pemimpin umat, "Kursi-kursi banyak, dan

orang yang ingin pun banyak. Tetapi kursiku adalah buatanku sendiri," kata

Hamka seperti dikutip dari situs Republika.co.id

Page 77: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

66

Hamka kembali ke dunia pendidikan pada tahun 1957 setelah resmi

diangkat menjadi dosen di Universitas Islam, Jakarta dan Universitas

Muhammadiyah, Padang Panjang. Karirnya sebagai pendidik terus menanjak,

setelah ia terpilih sebagai rektor pada Perguruan Tinggi Islam, Jakarta,

kemudian dikukuhkan sebagai guru besar di Universitas Moestopo, Jakarta,

dan Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta. Di samping sering memberi

kuliah di berbagai perguruan tinggi, Hamka juga menyampaikan dakwahnya

melalui Kuliah Subuh RRI Jakarta dan Mimbar Agama Islam TVRI yang

diminati jutaan masyarakat Indonesia di masa itu.

Menjelang tumbangnya rezim Orde Lama, persisnya tahun 1964,

Hamka pernah mendekam di penjara selama dua tahun karena dituduh pro-

Malaysia. Meski secara fisik ia terkurung, Hamka terus berkarya. Jika

kebanyakan orang usai menjalani hukuman sebagai tahanan politik lebih

memilih untuk mengeluarkan buku kecaman terhadap rezim penguasa, tak

demikian halnya dengan Hamka. Ia justru menghasilkan mahakarya yang

membuat namanya tersohor hingga ke mancanegara, yakni tafsir Al Quran

yang diberi nama Tafsir Al-Azhar, sesuai dengan nama masjid tempat Hamka

selalu memberikan kuliah subuh.

Tafsir Al-Azhar yang berisi terjemahan Al-Quran sebanyak 30 juz

lengkap itu merupakan satu-satunya Tafsir Al Qur'an yang ditulis oleh ulama

melayu dengan gaya bahasa yang khas dan mudah dicerna. Di antara ratusan

judul buku mengenai agama, sastra, filsafat, tasauf, politik, sejarah dan

Page 78: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

67

kebudayaan yang melegenda hingga hari ini, bisa dibilang Tafsir Al-Azhar

adalah karya Hamka yang paling fenomenal.

Di samping dikenal sebagai ulama dan politisi berpengaruh, sejarah

juga mencatat Hamka sebagai seorang sastrawan yang cerdas. Dengan

kemampuan bahasa Arabnya yang mumpuni, ia dapat mendalami karya para

ulama dan pujangga besar asal Timur Tengah seperti Zaki Mubarak, Jurji

Zaidan, Abbas al-Aqqad, Mustafa al-Manfaluti dan Hussain Haikal. Tak

hanya itu, ia juga dapat meneliti karya sarjana Barat seperti Albert Camus,

William James, Sigmund Freud, Arnold Toynbee, Jean Paul Sartre, Karl

Marx dan Pierre Loti.

Hamka juga banyak menyampaikan pemikirannya tentang Islam lewat

sejumlah bukunya yang antara lain berjudul Agama dan perempuan, Pembela

Islam, Adat Minangkabau dan Agama Islam, Kepentingan Tabligh, Ayat-

Ayat Mi'raj, dan masih banyak lagi. Sementara dalam hal agama dan filsafat,

Hamka juga mengarang beberapa buku yang diberi judul Tasauf Moderen,

Falsafat Hidup, Lembaga Hidup, Lembaga Budi, Pedoman Muballigh Islam,

dan lain-lain.

Tak hanya piawai menghasilkan karya yang bernafaskan Islam, Hamka

juga cukup produktif menghasilkan beberapa karya sastra kreatif seperti

novel, diantaranya Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck , Merantau ke Deli,

serta novel terbitan tahun 1936, Di Bawah Lindungan Ka'bah, yang telah dua

kali diangkat dalam film layar lebar. Karya-karya Hamka bahkan tidak hanya

dipublikasikan oleh penerbit nasional sekelas Balai Pustaka dan Pustaka

Page 79: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

68

Bulan Bintang melainkan juga diterbitkan di beberapa negara Asia Tenggara

bahkan dirilis di berbagai situs, blog dan media informasi lainnya.

Hebatnya lagi, hasil karya Hamka menjadi buku teks sastra di luar

negeri seperti Malaysia dan Singapura. Banyak warga Malaysia yang

mengagumi karakter, pemikiran dan perjuangan Buya Hamka bahkan

menjadikannya sebagai salah satu soko guru agama Islam di tanah Melayu.

Pada tahun 1974, Hamka menerima gelar Doctor Honoris Causa dari

Universitas Kebangsaan Malaysia dari pemerintah Malaysia melalui Perdana

Menteri Tun Abdul Razak sebagai bentuk penghargaan atas pemikiran dan

sumbangsihnya dalam memajukan perkembangan agama Islam, serta

kegigihannya dalam berdakwah terutama di tanah Melayu. Karena

dedikasinya di bidang dakwah, gelar yang sama juga pernah diberikan

Universitas Al Azhar pada Hamka yang membawakan pidato ilmiah berjudul

"Pengaruh Ajaran dan Pikiran Syekh Mohammad Abduh di Indonesia".

Pemerintah Indonesia sendiri pernah memberinya gelar Datuk Indono dan

Pangeran Wiroguno.

Tak hanya lewat tulisan, Hamka juga menunjukkan akhlak mulia dan

suri tauladan bagi para pengikutnya, salah satunya secara terbuka memaafkan

semua orang yang pernah menyakitinya. Misalnya pada 21 Juni 1970 ketika

Presiden RI pertama Ir. Soekarno wafat, ia bertindak sebagai imam shalat

jenazahnya. Tak ada sedikit pun rasa dendam atau sakit hati dalam dirinya,

bahkan konon Hamka sempat menitikkan airmata begitu mendengar berita

kepergian Sang Proklamator. Setelah sholat jenazah, ia berkata kepada

Page 80: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

69

jenazah Soekarno, "Aku telah doakan engkau dalam sholatku supaya Allah

memberi ampun atas dosamu. Aku bergantung kepada janji Allah bahwa

walaupun sampai ke lawang langit timbunan dosa, asal memohon ampun

dengan tulus, akan diampuni-Nya".

Pada awal dekade 70-an, Hamka mengingatkan umat Islam terhadap

tantangan al-ghazwul fikri (penjajahan alam pikiran). Menurut Hamka,

penjajahan alam pikiran beriringan dengan penghancuran akhlak dan

kebudayaan di negeri-negeri Islam. Sekularisasi atau sekularisme adalah

setali tiga uang dengan ghazwul fikr yang dilancarkan dunia Barat untuk

menaklukkan dunia Islam, setelah kolonialisme politik dalam berbagai

bentuk, gagal. Cap sebagai mantan narapidana juga tak membuat kharisma

seorang Hamka luntur begitu saja. Usai menjalani hukuman, ia masih

mendapat kepercayaan untuk mengemban sejumlah jabatan, di antaranya

menjadi anggota Badan Musyawarah Kebajikan Nasional Indonesia, anggota

Majelis Perjalanan Haji Indonesia dan anggota Lembaga Kebudayaan

Nasional, Indonesia.

Pada 26 Juli 1977, Menteri Agama RI Prof. Dr. Mukti Ali

mempercayakan jabatan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada Hamka.

Berbagai pihak waktu itu sempat ragu apakah Hamka mampu menghadapi

intervensi kebijakan pemerintah Orde Baru kepada umat Islam yang saat itu

berlangsung dengan sangat masif. Hamka rupanya berhasil menepis keraguan

itu dengan memilih masjid Al-Azhar sebagai pusat kegiatan MUI ketimbang

harus berkantor di Masjid Istiqlal. Istilahnya yang terkenal waktu itu adalah

Page 81: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

70

kalau tidak hati-hati nasib ulama itu akan seperti kue bika , yakni bila MUI

terpanggang dari atas (pemerintah) dan bawah (masyarakat) terlalu panas,

maka situasinya akan menjadi sulit. Bahkan bukan tidak mungkin, MUI bisa

mengalami kemunduran serius.

Usaha Hamka untuk mewujudkan MUI sebagai lembaga yang

independen kian terasa kental pada awal dekade 80-an. Lembaga ini berani

melawan arus dengan mengeluarkan fatwa mengenai persoalan perayaan

Natal bersama. Buya Hamka menyatakan haram bila ada umat Islam

mengikuti perayaan keagamaan itu. Adanya fatwa tersebut kontan membuat

publik geger. Terlebih ketika itu pemerintah tengah gencar mendengungkan

isu toleransi. Berbagai instansi waktu itu ramai mengadakan perayaan natal.

Bila ada orang Islam yang tidak bersedia ikut merayakan natal maka mereka

dianggap orang berbahaya, fundamentalis, dan anti Pancasila. Umat Islam

pun merasa resah, keadaan itulah yang kemudian memaksa MUI

mengeluarkan fatwa. Fatwa tersebut bukan tanpa risiko. Sebagai orang yang

dianggap paling bertanggung jawab atas keluarnya fatwa tersebut, Buya

Hamka pun menuai kecaman dari berbagai pihak tak terkecuali pemerintah.

MUI ditekan dengan gencar melalui berbagai pendapat di media massa yang

menyatakan bahwa keputusan itu hanya akan mengancam persatuan negara.

Akhirnya pada 21 Mei 1981, Hamka meletakkan jabatan sebagai Ketua

MUI daripada harus mencabut fatwa tersebut. Sebagai pengawal akidah umat,

Hamka menyampaikan masukan kepada Presiden Soeharto mengenai

persoalan Kristenisasi. Sikap Soeharto pun sejalan dengan pandangan MUI

Page 82: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

71

bahwa jika hendak menciptakan kerukunan beragama, maka orang yang

sudah beragama jangan dijadikan sasaran untuk propaganda agama yang lain.

Namun tak dipungkiri, keteguhan Hamka dalam mempertahankan prinsipnya,

berhasil membangun citra MUI sebagai lembaga yang mewakili suara umat

Islam. Seperti yang pernah disampaikan Mantan Menteri Agama H.A. Mukti

Ali seperti dikutip dari situs Republika.co.id, "Berdirinya MUI adalah jasa

Hamka terhadap bangsa dan negara. Tanpa Buya, lembaga itu tak akan

mampu berdiri."

Dua bulan setelah pengunduran dirinya itu, Hamka dilarikan ke rumah

sakit karena komplikasi penyakit kencing manis, gangguan jantung, radang

paru-paru, dan gangguan pada pembuluh darah yang dideritanya. Setelah tiga

hari menjalani perawatan di ruang (ICU) RS Pusat Pertamina, Hamka

akhirnya menghadap Sang Khalik di usia 73 tahun pada hari Jumat, 24 Juli

1981 pukul 10.41. Setelah disholatkan di Masjid Al-Azhar, jenazahnya

kemudian dimakamkan di TPU Tanah Kusir, Jakarta.

Atas jasa-jasanya pada negara, Presiden Soeharto

menganugerahkannya Bintang Mahaputera Utama pada tahun 1993.

Kemudian di tahun 2011, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memberi

gelar Pahlawan Nasional pada Hamka berdasarkan surat Keputusan Presiden

Nomor 113/TK/2011. Pemberian gelar tersebut disambut dengan rasa bangga

oleh pihak keluarga Hamka, "Kami, keluarga mengucapkan terima kasih

kepada pemerintah dan beliau itu sejak awal sudah jadi pahlawan bagi kami,"

kata anak kesepuluh Buya Hamka, Afif Hamka kepada wartawan.

Page 83: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

72

Ulama cerdas nan kharismatik itu memang telah berpulang ke

rahmatullah, namun pengabdian dan sumbangannya dalam membangun

kesadaran umat Islam dan cita-cita bangsa tetap dikenang dan menjadi

inspirasi bagi generasi masa kini. Cendekiawan sekaligus budayawan, Dr.

Nurcholish Madjid dalam buku 70 Tahun Buya Hamka (1978) mencatat

peranan dan ketokohan Hamka sebagai figur sentral yang telah berhasil ikut

mendorong terjadinya mobilitas vertikal atau gerakan ke atas agama Islam di

Indonesia, dari suatu agama yang "berharga" hanya untuk kaum sarungan dan

pemakai bakiyak di zaman kolonial menjadi agama yang semakin diterima

dan dipeluk dengan sungguh-sungguh oleh "kaum atas" Indonesia merdeka.

Hamka berhasil mengubah postur kumal seorang kiai atau ulama Islam

menjadi postur yang patut menimbulkan rasa hormat dan respek. Cak Nur

lebih lanjut mengutarakan, melihat keadaan lahiriah yang ada sekarang, sulit

membayangkan bahwa di bumi Indonesia akan lahir lagi seorang imam dan

ulama yang menyamai Buya Hamka.

Sebagai bukti penghargaan yang tinggi dalam bidang keilmuan,

Muhammadiyah mengabadikan namanya menjadi nama sebuah perguruan

tinggi yang berada di Yogyakarta dan Jakarta, yakni Universitas Hamka

(UHAMKA). Akhir tahun 2007, sebuah panitia yang dibentuk oleh

Universitas Prof Dr Hamka Jakarta telah menyelenggarakan beberapa

kegiatan penting dalam rangka 100 tahun Buya Hamka di Masjid Agung Al

Azhar Kebayoran Baru Jakarta Selatan, salah satunya adalah meluncurkan

buku 100 tahun Buya Hamka.

Page 84: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

73

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Rekonstruksi nilai siri’ dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der

Wijck

Untuk menjawab rumusan masalah yang pertama, maka penulis

membagi pembahasan pada dua garis besar, yakni mengenal gagasan sentral

atau elemen inti, dan menjabarkan satu persatu pengemasan gagasan sentral

melalui analisis framing.

1. Gagasan sentral/ elemen inti (Core Frame)

Hamka memang memiliki pandangan sendiri mengenai siri’. Hamka

menyatakan bahwa kadang-kadang siri’ dinamakan malu dan dalam

perkembangan bahasa di Indonesia boleh dinamakan harga diri. Siri’ oleh

Hamka disamakan dengan “pantang” di Sumatra Barat. Pandangan inilah

yang Hamka coba tuangkan dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der

Wijck.

Pandangan Hamka di atas salah satunya dapat kita temukan di akhir

cerita ketika Hayati menyerahkan kembali cintanya kepada Zainuddin setelah

ditinggal mati suaminya, Zainuddin menolak Hayati melalui narasi pada

paragraf di bawah ini:

Zainuddin yang selama ini biasa sabar menerima cobaan, walaupun bagaimana besarnya, sekali ini tak dapat lagi, ibarat bergantang sudah amat penuh, ia berkata dalam hatinya, “Tidak! Pantang pisang berbuah dua kali, pantang pemuda makan sisa!” (Bab Air Mata Penghabisan: 234)

Page 85: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

74

Siri’ sifatnya mutlak, tanpa tawar menawar. Apabila seseorang

dijatuhkan harga dirinya, maka ia tidak akan diam saja. Seperti pada

penjelasan Hamka, menjaga harga diri merupakan kewajiban moral yang

paling tinggi. Demikian pula Hamid Abdullah menjelaskan bahwa demi siri’

seseorang rela mengorbankan apa saja, termasuk jiwanya.

Sebab mengingat kembali perlakuan Hayati yang kejam akan dirinya,

dan telah banyak dipandang hina serta menghinakan diri memohon cinta

Hayati, Zainuddin akhirnya menolak Hayati yang telah mengemis padanya.

Dahulu, Cinta Zainuddin ditolak oleh keluarga Hayati dengan alasan adat.

Begitu pula Hayati sendiri akhirnya menolak Zainuddin dengan alasan

mereka sama-sama miskin, lalu memilih menikah dengan Aziz yang lebih

mapan hidupnya. Hal ini membuat Zainuddin merasa sangat rendah

martabatnya, lalu pada akhirnya mempertahankan harga dirilah yang

menuntun perkataannya untuk menolak Hayati ketika meminta cinta kembali

padanya. Sebab itu ia mendirikan siri’nya dengan mengatakan “tidak” pada

Hayati.

Selanjutnya, Hamka yang notabene adalah seorang ulama, tentu akan

menjadikan karya-karyanya sebagai media dakwah, tak terkecuali novel

Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck. Terbukti pada kebanyakan narasi dan

dialognya, Hamka banyak menyelipkan unsur-unsur dakwah. Begitu pula

islam dijadikannya ideologi untuk membangun makna siri’ yang kemudian

dituangkannya dalam ide novel tersebut.

Page 86: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

75

Lebih lanjut, Hamka banyak menghubungkan siri’ dengan agama

Islam. Hamka mengatakan bahwa siri’ yang berarti menjaga harga diri itu

sama artinya dengan menjaga syariat. Menjaga harga diri dipandang dari segi

ilmu akhlak merupakan suatu kewajiban moral yang paling tinggi sehingga

ada syair yang mengatakan bahwa “jika tidak engkau pelihara hak dirimu,

engkau meringankan dia, orang lain pun akan lebih meringankan, sebab itu

hormatilah dirimu dan jika suatu negeri sempit buat dia, pilih tempat lain

yang lebih lapang.” Olehnya itu, jika seseorang yang memiliki siri’ islam

tersebut bertemu dengan seseorang yang perbuatannya merendahkan

martabatnya sehingga dipandang hina, maka dia pasti akan membalas.

Selain itu, pemahamannya mengenai siri’ ia gambarkan pada sebuah

pepatah terkenal “Annaarlal aar”. Artinya “biar bertikam daripada memikul

malu”. Namun siri’ yang demikian menurut Islam harus dipelihara pada

segala seginya yakni dengan meneguhkan iman dan tawakkal kepada Allah.

Sebagaimana Hamka menjelaskannya melalui sebuah hadits yang

diriwayatkan oleh Bukhari:”apabila engkau tidak malu, berbuatlah sesuka

hatimu.” Selanjutnya menurut Imam Ghazali: siri’ yang sejati ialah yang

menengah atau Al Ausath...” malu itu termasuk iman, tegasnya orang yang

tidak bermalu adalah orang yang tidak beriman.

Melalui Zainuddin sebagai tokoh utama, Hamka secara halus

menyampaikan pesan siri’ dan keimanan itu melalui kesabaran dan

ketabahannya dalam menghadapi cobaan hidup. Dari kata ‘ausath’ yang

berarti menengah, Hamka memposisikan siri’ sebagai sesuatu yang tidak bisa

Page 87: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

76

direndahkan atau dimudah-mudahkan, begitu pula siri’ tidak bisa terlalu

ditinggikan atau dilebih-lebihkan. Demikian pehamahaman Hamka terhadap

siri’ sehingga dalam penggambarannya, Hamka tidak begitu mengagungkan

siri’ pada diri Zainuddin. Zainuddin lebih digambarkan sebagai sosok yang

tekun beribadah dan selalu berserah diri kepada tuhan. Bahkan saat

cobaannya mencapai titik terendah dalam hidupnya.

Keindahan kata-kata yang diramu Hamka dalam novel tersebut adalah

cara khas Hamka memframing novelnya. Banyak perumpamaan-

perumpamaan, pantun-pantun khas Padang, dan juga istilah-istilah melayu

yang digunakan Hamka dalam menyampaikan pesan budaya dan dakwah

dalam novel tersebut. Konstruksi makna siri’ oleh Hamka dapat ditemukan

secara tersirat maupun tersurat melalui kalimat-kalimat yang langsung

menggambarkan wujud siri’ itu sendiri ataupun melalui perumpamaan-

perumpamaan yang diciptakannya.

Pandangan siri’ oleh Hamka akan dijabarkan melalui analisis framing

yang terdiri atas perangkat framing (framing devices) dan reasoning devices

dalam narasi dan dialog novel tersebut.

2. Perangkat pembingkai (framing devices)

Ide atau pemikiran yang dikembangkan dalam teks didukung dengan

pemakaian simbol tertentu untuk menekankan arti yang hendak

dikembangkan dalam teks. Simbol dalam novel karangan Hamka ini dapat

diamati dari pemakaian kata dan kalimat tertentu. Elemen tersebut dipahami

dalam analisis framing sebagai suatu strategi wacana untuk menekankan

Page 88: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

77

makna atau mengedepankan pandangan tertentu agar lebih mudah diterima

khalayak. Elemen-elemen tersebut digunakan Hamka untuk memaknakan

citra siri’ pada novel tersebut.

a. Metaphors

Salah satu perwujudan siri’ oleh orang Makassar adalah sikap

pantang atau ketangguhannya dalam berjuang. Dalam Novel tersebut,

Hamka banyak menggunakan metaphors (metafora) untuk mencitrakan

siri’ melalui narasi dan dialog, salah satu contohnya tergambar pada

kutipan dialog Zainuddin di bawah ini:

“Mamak jangan panjang waswas. Pepatah orang Mengkasar sudah cukup: ‘anak laki-laki tak boleh dihiraukan panjang, hidupnya ialah buat berjuang, kalau perahunya telah dikayuhnya ke tengah, dia tak boleh surut palang, meskipun bagaimana besar gelombang. Biarkan kemudi patah, biarkan layar robek, itu lebih mulia daripada membalik haluan pulang.” (Bab Yatim Piatu: 20)

Paragraf di atas diucapkan Zainuddin kepada ibu asuhnya ketika

akan meninggalkan tanah Makassar menuju tanah ayahnya di Padang.

Penggunaan metafora “biarkan kemudi patah, biarkan layar robek, itu

lebih mulia daripada membalik haluan pulang” menunjukkan sikap

pantang menyerah oleh pemuda Makassar sebelum mencapai tujuan. Tidak

peduli halangan dan rintangan di depan mata, malu jika harus kembali

dengan tangan kosong. Pada paragraf tersebut tergambar secara gamblang

karakter siri’ orang Makassar.

Paragraf di atas seiring dengan pandangan C.H. Salam Basjah dan

Sappena Mustaring dalam disertasi Mattulada (1975) bahwa siri’ itu

sebagai daya pendorong, bervariasi ke arah sumber pembangkitan tenaga

Page 89: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

78

untuk membanting tulang, bekerja mati-matian, untuk sesuatu pekerjaan

atau usaha.

Cukup kompleks penggambaran siri’ dalam novel tersebut. Dialog

dan narasi yang langsung maupun tidak langsung menggambarkan makna

siri’ sebagaimana yang dipahami Hamka selama menetap di Makassar.

Karakter siri’ banyak digambarkan Hamka pada novel tersebut melalui

sikap-sikap Zainuddin dalam menghadapi masalah hidup yang terus

menerus dan seolah-olah tidak berkesudahan.

Metafora yang digunakan untuk menggambarkan kesedihan dan

kepiluannya menerima cobaan tergambarkan pada paragraf berikut:

Begitulah keadaan Zainuddin yang hidup laksana layang-layang yang tak dapat angin, tak tentu turun naiknya, selalu gundah gulana disebabkan pukulan cinta. (Bab Bimbang: 109)

Penggunaan metafora “laksana layang-layang yang tak dapat angin”

memudahkan kepada pembaca membayangkan bahkan turut merasakan

apa yang dirasakan Zainuddin. Tak tentu nasib yang menimpa dirinya,

serta selalu gundah gulana.

Sebagai manusia biasa, Zainuddin bisa pula berpikir di luar

kewajaran. Cobaan berat yang dipikulnya hampir-hampir membuatnya

bunuh diri lantaran tersiksa batinnya. Sebagaimana metafora yang

digunakan pada kalimat bergaris bawah berikut:

Berputar laksana perpusaran buaian di pasar keramaian layaknya otak Zainuddin memikirkan nasibnya, napasnya sesak, matanya menjadi gelap. Dia teringat... teringat satu perbuatan yang berbahaya sekali membunuh diri. Sudah hilang pertimbangan, dinaikinya tempat tidurnya, dicoba-cobanya mengikat tali ke atas

Page 90: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

79

paran yang melintang, supaya berakhir azab dunia yang tidak berhenti-henti atas dirinya ini. (Bab Meminang: 120)

Penyisipan ide bunuh diri dalam alur cerita pada novel tersebut

sebetulnya memberikan kesan lemahnya siri’ oleh orang Makassar, bahkan

bisa disebut sebagai pecundang. Namun tak bisa dipungkiri, demikianlah

cara Hamka mengemas alur sehingga mampu membawa pembaca pada

kehidupan yang seolah-olah nyata.

Hamka memang sangat pandai merangkai kata-kata sehingga dengan

mudah pembaca akan terenyuh membaca kalimat-kalimat yang ia

tuangkan dalam novel tersebut. Penggunaan metafora yang lain membuat

pembaca seolah-olah merasakan pula pilu yang dirasakan Zainuddin.

Seperti pada paragraf di bawah ini:

Malangnya nasibku. Telah rurut bunga hayatku sebelum dia mekar. Tua telah berangsur mendatangiku, padahal umurku masih muda. Seorang diri aku menyeberangi hidup ini sekarang ayahku telah mati, ibuku dan ibu angkatku pun demikian. Seluruh alam membenciku, hatta daun kayu di dekat rumah, angin pagi yang biasa membawa udara nyaman, tidur yang biasanya mengembalikan kekuatan manusia, semuanya meninggalkan daku. Tiba-tiba kau, yang hanya satu tempatku bergantung, telah hilang pula dariku! Ke mana saya mesti pergi lagi, tunjukkanlah, walaupun ke pintu kubur kau tunjukkan, saya pun akan pergi. (Bab Pengharapan yang Putus: 155)

Rasa sakit yang ditanggung Zainuddin menjadikan dirinya kadang

lupa hakikat siri’ yang dijunjung tinggi orang Makassar, bahkan ia rela

menghinakan diri demi mendapatkan cinta Hayati, penyemangat hidupnya.

Ia lupa bahwa harga diri adalah sesuatu yang mutlak dipertahankan oleh

orang Makassar. Demikian cinta telah mampu mengubah segala hal

Page 91: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

80

termasuk prinsip seseorang. Hal ini tergambarkan pada potongan

pembicaraan yang dilontarkan Muluk, sahabat Zainuddin di bawah ini:

Guru telah jatuh sehina selemah ini seakan-akan ditusukkannya sebilah keris yang tajam ke ujung jantung Guru, sehingga kalau bukan kasian Allah, binasa Guru dibuatnya. (Bab Menempuh Hidup: 173)

Jika kalimat-kalimat di atas maknanya dihubungkan dengan

pemahaman siri’ yang dibahasakan Hamid Abdullah dalam Pelras (2006:

251), maka konstruksi makna nilai siri’ yang dibangun Hamka masih

lemah. Sebagaimana pandangan Pelras, bagi manusia Bugis-Makassar,

siri’ adalah jiwa mereka, harga diri mereka dan martabat mereka. Sebab

itu, untuk menegakkan dan membela siri yang dianggap tercemar atau

dicemarkan oleh orang lain, maka manusia Bugis-Makassar akan bersedia

mengorbankan apa saja, termasuk jiwanya yang paling berharga demi

tegaknya siri’ dalam kehidupan mereka.

Sebaliknya, dalam novel ini banyak sekali kalimat yang

menggambarkan betapa Zainuddin rela menghinakan diri atau

merendahkan harga dirinya demi mendapatkan cinta Hayati bahkan ia

hampir saja membunuh dirinya. Hal ini sangat berkebalikan dengan

pandangan Pelras bahwa demi siri’ ia rela mengorbankan apa saja. Hal

tersebut tergambar pula pada paragraf berikut ini:

Siapakah di antara kita yang kejam, hai perempuan muda? Saya kirimkan berpucuk-pucuk surat, meratap, menghinakan diri, memohon dikasihani, sehingga saya yang bagaimanapun hina dipandang orang, wajib juga menjaga kehormatan diri. Tiba-tiba kau balas dengan balasan yang tak tersudu di itik, tak termakan di ayam. Kau katakan bahwa kau miskin, saya pun miskin, hidup tidak akan beruntung kalau tidak dengan uang. Sebab itulah kau

Page 92: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

81

pilih hidup yang lebih senang, mentereng, cukup uang berenang di dalam emas, bersayap uang kertas. (Bab Air Mata Penghabisan: 232)

Meski demikian, Hamka tidak lupa pada hakikat utama siri’, yakni

menjaga harga diri atau kehormatan. Paragraf di atas menggambarkan

bagaimana seorang Zainuddin wajib menjaga kehormatannya setelah

dihinakan Hayati dan orang-orag Batipuh yang menolak kehadirannya.

Paragraf di atas adalah dialog yang dikatakan Zainuddin kepada Hayati

ketika Hayati meminta kembali cintanya pada Zainuddin setelah ditinggal

mati suaminya.

Pada novel ini, tersirat pesan bahwa banyaknya cobaan-cobaan yang

dihadapi Zainuddin hampir saja membuat dirinya tidak lagi

mempertahankan siri’, namun setelah bangkit kembali, ia mencoba

membangun siri’ itu dengan bantuan sahabatnya, Muluk.

b. Catchphrases

Penggunaan catchphrases dapat diamati pada potongan semboyan

dalam paragraf di bawah ini:

Zainuddin yang selama ini biasa sabar menerima cobaan, walaupun bagaimana besarnya, sekali ini tak dapat lagi, ibarat bergantang sudah amat penuh, ia berkata dalam hatinya, “Tidak! Pantang pisang berbuah dua kali, pantang pemuda makan sisa!” (Bab Air Mata Penghabisan: 234)

Kalimat yang diungkapkan Zainuddin di atas menegaskan bahwa

sebagai seorang pemuda yang memiliki siri’, ia tidak ingin kembali kepada

perempuan yang pernah menolak pinangannya. Pantang ia memiliki

Page 93: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

82

seorang perempuan yang telah pernah dinikahi lelaki lain. Pada kalimat

tersebut, kuat karakter siri’ pada diri Zainuddin.

c. Exemplar

Berikut salah satu contoh penggunaan exemplar pada novel tersebut:

“Kau menangis Hayati? Apakah tidak terlalu berlebih-lebihan jika kau akan menanggung rugi lantaran diriku? Bukankah air matamu dan nafasmu yang turun naik, lebih berharga daripada diriku ini? Jangan kau menangis, kau boleh menentukan vonis, mengambil keputusan terhadap diriku. Nyatakan bahwa cintaku kau balas, kalau memang kau ada mempunyai itu. Itulah kelak akan jadi modal hidup kita berdua. Asal saya tahu kau cinta, saya tak harapkan apa-apa sesudah itu, kita tak akan melanggar perintah Ilahi. Tetapi, kalau kau memang tak merasa terhadap diriku sebagai yang kurasa, kau tak cinta kepadaku, nyatakanlah itu dengan terus terang, sebagai pernyataan seorang sahabat kepada sahabatnya. Kalau keputusan itu yang kau berikan, walau pun mukaku akan hitam menghadapimu di sini, lantaran malu, saya akan tahan, saya sudah biasa tahan tergiling dari masa kecilku.” (Bab Berkirim-kiriman Surat: 55)

Paragraf di atas adalah dialog yang diucapkan Zainuddin ketika

meminta cinta Hayati. Betapa bahagia Zainuddin jika Hayati menerima

cintanya, ia akan menjadikannya modal hidup di masa depan, bahwa tidak

ada yang ia harapkan selain dari cinta Hayati. Begitu pula Zainuddin

menjelaskan jika sekiranya Hayati menolak cintanya, ia akan berpasrah

pada keputusan itu, ia menerima Hayati sebagai seorang sahabat.

Zainuddin menegaskan kembali bahwa ia akan menanggung sakit dan

malu sebab ia telah terbiasa menderita sejak masih kecil.

Berikut contoh penggunaan exemplar yang lain pada novel tersebut:

“Janjimu, bahwa jasmani dan rohanimu, telah dipatrikan oleh kasih cinta dengan daku, adalah modalku yang paling mahal. Biarlah dunia ini karam, biarlah alam ini gelap, biarlah... biar seluruh manusia melengongkan mukanya ke tempat lain bila

Page 94: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

83

bertemu dengan aku, biarlah segenap kebencian memenuhi hati insan terhadap kepada diriku, dan saya menjadi tumpahan kejemuan hati manusia, namun saya tak merasa berat menanggungkan itu semua, sebab kau telah bersedia untukku.” (Bab Di Padang Panjang: 79)

Pada potongan dialog di atas Zainuddin menguraikan kembali janji

Hayati yang telah diucapkan padanya ketika akan meninggalkan Batipuh

sebab diusir oleh masyarakat. Ia menegaskan betapa besar arti janji Hayati

baginya, hingga ia tak akan takut menanggung derita yang masa datang,

bahkan ia rela dibenci orang, sebab Hayati telah bersedia memberikan

cintanya pada Zainuddin. Janji itu menjadi modal yang besar dalam

hidupnya.

Contoh penggunaan exemplar yang juga menggambarkan keteguhan

cinta Zainuddin pada Hayati yang menjadikan karakter siri’ pada dirinya

dinilai terombang-ambing oleh penulis.

Sungguh, jika sekiranya pada masa ini kau bertemu olehku di tengah jalan, dengan tidak mempedulikan kata-kata orang, saya akan menyimpuh di hadapanmu, sebagaimana menyimpuh seorang inang pengasuh di hadapan rajanya. Dan kalau tidak peduli lagi, karena kebencian telah memenuhi hatimu kepadaku, akan saya iringkan engkau sampai ke mana pun, supaya agak sekali kau toleh juga saya ke belakang. (Bab Pengharapan yang Putus: 154-155)

Penulis menilai, Zainuddin terlalu merendahkan dirinya sebab cinta

yang teramat besar pada Hayati, seolah-olah melupakan bahwa masih

banyak perempuan lain di dunia ini bisa dicarinya. Bahkan hidup masih

butuh perjuangan yang panjang untuk menggapai cita-cita. Siri’ tidak lagi

menjadi nilai utama yang seharusnya dipertahankan sebagai sosok orang

Makassar.

Page 95: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

84

Selain itu, penggunaan exemplar yang lain juga terdapat pada dialog

yang diucapkan Zainuddin berikut ini:

“Siapakah di antara kita yang kejam, hai perempuan muda? Saya kirimkan berpucuk-pucuk surat, meratap, menghinakan diri, memohon dikasihani, sehingga saya yang bagaimanapun hina dipandang orang, wajib juga menjaga kehormatan diri. Tiba-tiba kau balas denngan balasan yang tak tersudu diitik, tak termakan di ayam. Kau katakan bahwa kau miskin, saya pun miskin, hidup tidak akan beruntung kalau tidak dengan uang. Sebab itulah kau pilih hidup yang lebih senang, mentereng, cukup uang berenang di dalam emas, bersayap uang kertas”. (Bab Air Mata Penghabisan: 232)

Pemaparan contoh-contoh kekejaman Hayati menurut Zainuddin

pada potongan dialog di atas mempertegas pada pembaca, bahwa menolak

Hayati untuk kembali adalah sebuah kewajaran dan sebuah upaya

mempertahankan siri’. Terlampau sakit yang dirasakan Zainuddin akibat

perbuatan Hayati.

d. Depictions

Sudikah engkau jadi sahabatku Hayati? Saya akui saya orang dagang yang melarat dan anak orang terbuang yang datang dari negeri jauh, yatim piatu. Saya akui kerendahan saya, itu agaknya akan menangguhkan hatimu bersahabat dengan daku. Tapi Hayati, meskipun bagaimana, percayalah bahwa hatiku baik. Sukar engkau akan bertemu dengan hati yang begini, yang bersih lantaran senantiasa dibasuh dengan air kemalangan sejak lahirnya ke dunia! (Bab Cahaya Hidup: 42)

Penggunaan frase ‘orang dagang yang melarat’, ‘yatim piatu’,

‘dibasuh dengan air kemalangan’ adalah salah satu contoh penggunaan

depictions pada novel tenggelamnya Kapal Van Der Wijck. Penggunaan

frase tersebut mempertegas keadaan diri dan kehidupan Zainuddin

Page 96: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

85

sehingga memberikan kesan penekanan akan keteguhan Zainuddin

menghadapi cobaan hidup.

“Untuk kemaslahatan Hayati yang engkau cintai,” perkataan ini berhujam ke dalam jantung Zainuddin, laksana panah yang sangat tajam. Dia teringat dirinya, tak bersuku, tak berhindu, anak seorang terbuang, dan tak dipandang sah dalam adat Minangkabau. Sedang Hayati seorang anak bangsawan, turunan penghulu-penghulu pucuk bulat urat tunggang yang berpendam pekuburan, bersasak berjerami di dalam negeri Batipuh itu. Alangkah besarnya korban yang harus ditempuh Hayati, jika sekiranya mereka langsung kawin, dan tentu Hayati tidak akan tahan menderita pukulan yang demikian hebat. (Bab Pemandangan di Dusun: 63)

Demikian pula paragraf di atas, terdapat kata-kata untuk melabeli

diri Zainuddin. ‘Tak bersuku’, ‘tak berhindu’, dan ‘anak seorang terbuang’

yang dilabelkan oleh masyarakat pada diri Zainuddin menggambarkan

betapa Zainuddin tidak pantas berdampingan dengan Hayati, seorang anak

bangsawan. Namun Zainuddin yang teguh pendirian, tidak menjadikannya

menyerah sebab label-label tersebut, ia tetap melamar Hayati, meskipun

pada akhirnya ia ditolak keluarga Hayati. Paragraf tersebut erat kaitannya

dengan salah satu konsep siri’ yang dikemukakan Rahim (1982: 109-110),

yakni siri’ dengan pengertian segan. “Masiri’ka, mewaki situdaeng” (aku

segan duduk dengan tuan, karena tuan berkedudukan).

3. Perangkat Penalaran (Reasoning Devices)

Penyajian siri’ oleh Hamka dalam novel tersebut didukung oleh

perangkat penalaran untuk menekankan kepada khalayak bahwa orang

makassar memiliki siri’ yang patut dipertahankan. Hal tersebut disajikan

dalam bentuk narasi dan dialog yang rasional untuk mengkonstruksikan

Page 97: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

86

makna siri’ sesuai pemahaman Hamka. Perangkat penalaran yang terdiri atas

roots, appeals to principle, dan consequensis dipaparkan sebagai berikut.

a. Roots

Roots tujuannya untuk membenarkan penyimpulan fakta berdasarkan

hubungan sebab-akibat. Berikut salah satu bagian dalam novel tersebut

yang menggambarkan adanya hubungan sebab akibat:

Tidak berapa jauh jaraknya Batipuh dengan kota Padang Panjang, kota yang dingin di kaki Gunung Singgalang itu. Tetapi bagi Zainuddin, dusun itu telah jauh, sebab tak dapat bertemu dengan Hayati lagi. Apalagi budi pekertinya terlalu tinggi, kalau budinya rendah, sejam atau dua jam, tentu dia telah dapat menemui Hayati. (Bab Di Padang Panjang: 74)

Potongan paragraf di atas menekankan karakter Zainuddin yang

berbudi tinggi. Ketika orang Batipuh mengusirnya, ia menuju ke Padang

Panjang yang letaknya tidak begitu jauh dari Batipuh. Sebetulnya bisa saja,

ia kembali ke Batipuh untuk sekadar menemui Hayati, namun karena ia

memiliki budi pekerti yang tinggi, ia tidak berpikir untuk menemui Hayati

di Batipuh.

Esensi siri’ adalah menjaga dan mempertahankan harga diri dan

kehormatan. Sehingga siri’ mampu menjadi landasan dalam bertindak.

Budi pekerti yang tinggi pada paragraf di atas menekankan salah satu

perwujudan nilai siri’ sesuai pandangan Drs. Widodo Budidarmo bahwa

siri’ adalah pandangan hidup yang mengandung etik pembedaan antara

manusia dan binatang dengan adanya rasa harga diri dan kehormatan yang

melekat pada manusia, dan mengajarkan moralitas kesusilaan yang berupa

anjuran, larangan, hak, dan kewajiban yang mendominasi tindakan

Page 98: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

87

manusia untuk menjaga manusia dan mempertahankan harga diri dan

kehormatan tersebut.

“Anjuran, larangan, hak, dan kewajiban yang mendominasi tindakan

manusia” terwakilkan pada frase ‘budi pekerti yang tinggi’ untuk

menjelaskan siri’ pada potongan narasi di atas

b. Appeals to principle

Tapi Zainuddin tidak hendak kembali sebelum maksudnya berhasil, dia hendak memperdalam penyelidikannya dari hal ilmu dunia dan akhirat, supaya kelak dia menjadi seorang yang berguna. (Bab Di Padang Panjang: 74)

Salah satu batasan siri’ yang dikemukakan C.H. Salam Basjah dan

Sappena Mustaring yakni, “Siri’ itu sebagai daya pendorong, bervariasi ke

arah sumber pembangkitan tenaga utuk membanting tulang, bekerja mati-

matian, untuk sesuatu pekerjaan atau usaha.” Hal ini berjalan

berdampingan dengan paragraf di atas. Paragraf tersebut telah menjelaskan

bahwa karena prinsip siri’ yang dipegang teguh, Zainuddiin tidak ingin

kembali ke tanah kelahirannya, sebelum berhasil memperdalam ilmunya.

Paragraf yang sama menjelaskan karakter siri’ berupa perangkat

penalaran appeals to principle juga terdapat pada potongan dialog Muluk

kepada Zainuddin berikut:

Hai Guru Muda! Mana pertahanan kehormatan yang ada pada tiap-tiap laki-laki? Tidakkah ada itu pada Guru? Ingatkah Guru bahwa ayah Guru terbuang dan mati di negeri orang, hanya semata-mata lantaran mempertahankan kehormatan diri? Tidakkah dua aliran darah yang panas ada dalam diri Guru, darah Minangkabau dari jihat ayah, darah Mengkasar dari jihat ibu? (Bab Menempuh Hidup: 174)

Page 99: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

88

Penegasan karakter siri’ yang seharusnya dimiliki oleh tiap-tiap

manusia diingatkan Muluk kepada Zainuddin dengan mengenang kembali

perjuangan ayahnya mempertahankan kehormatannya dengan

menghabiskan hidup di Makassar daipada harus menanggung malu dan

rendah jika memilih kembali ke Minangkabau.

Sebagaimana pandangan Drs. Widodo Budidarmo bahwa “rasa harga

diri dan kehormatan sebagai esensi siri’ secara eksplisit membawa serta

pengertian malu, suatu rasa yang timbul akibat kehormatan, karena itu siri’

diidentikkan dengan malu”, maka paragraf di bawah ini berjalan beriringan

pula dengan pandangan tersebut.

.... Terasa malu yang sebesar-besarnya, terasa perasaan yang mesti tersimpan dalam hati tiap-tiap manusia, bahwa dia tidak mau dihinakan. Minangkabau negeri beradat, seakan-akan di sana saja adat yang ada di dunia ini, di negeri lain tidak.... (Bab Pengharapan yang Putus: 134)

Melalui paragraf di atas, Hamka menggambarkan secara gamblang

mengenai rasa malu dan rasa tidak ingin dihina. Hal menekankan adanya

siri’ yang perlu dipertahankan.

c. Consequences

Di awal cerita tergambar kuat karakter siri’ pada diri Zainuddin,

namun pada pertengahan cerita, Hamka banyak menggambarkan

melemahnya siri’ pada diri Zainuddin. Lalu di akhir kuat kembali

penggambaran karakter siri’ pada diri Zainuddin. Maka konsekuensi yang

didapat pada akhir pembingkaian cerita adalah tegasnya penolakan

Zainuddin kepada Hayati ketika ia memohon kepada Zainuddin untuk

Page 100: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

89

menerimanya kembali. Hal ini sebagai perwujudan mempertahankan harga

diri, sebab hinaan yang didapat Zainuddin selama mengemis cinta Hayati.

Hal ini tergambar pada dua paragraf di bawah:

“Siapakah di antara kita yang kejam, hai perempuan muda? Saya kirimkan berpucuk-pucuk surat, meratap, menghinakan diri, memohon dikasihani, sehingga saya yang bagaimanapun hina dipandang orang, wajib juga menjaga kehormatan diri. Tiba-tiba kau balas dengan balasan yang tak tersudu diitik, tak termakan di ayam. Kau katakan bahwa kau miskin, saya pun miskin, hidup tidak akan beruntung kalau tidak dengan uang. Sebab itulah kau pilih hidup yang lebih senang, mentereng, cukup uang Berenang di dalam emas, bersayap uang kertas”. (Bab Air Mata Penghabisan: 232)

Paragraf di atas menggambarkan betapa ia dihinakan hingga

Zainuddin merasa dirinya sangat rendah. Sehingga pada paragraf di bawah

ini ia kemudian menegaskan bahwa ia memiliki harga diri dan malu yang

harus ia pertahankan, dengan tegas ia mengatakan “pantang pemuda

makan sisa”.

Dilihatnya Hayati duduk menentang bibirnya, laksana seorang pesakitan menentang bibir hakim yang hendak menjatuhkan hukuman, entah bebas entah hukum bunuh. Tampaklah gelung rambut perempuan itu, mukanya masih cantik jelita, air matanya mengalir menambah kecantikan itu. Ke sanalah muara ingatannya selama ini. Menjalar penglihatan matanya ke jarinya yang halus bagai duri landak itu. Tiba-tiba sampai ke ujung jarinya terbayang kembali inainya. Di situ, gelap pemandangannya dan timbul ketetapan hatinya. Zainuddin yang selama ini biasa sabar menerima cobaan, walaupun bagaimana besarnya, sekali ini tak dapat lagi, ibarat bergantang sudah amat penuh, ia berkata dalam hatinya, “Tidak! Pantang pisang berbuah dua kali, pantang pemuda makan sisa!” (Bab Air Mata Penghabisan: 234)

Page 101: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

90

Tabel analisis Framing William A. Gamson dan Andre Modigliani

Frame Framing Device

(perangkat Framing)

Methaphors

“Mamak jangan panjang waswas. Pepatah orang Mengkasar sudah cukup: ‘anak laki-laki tak boleh dihiraukan panjang, hidupnya ialah buat berjuang, kalau perahunya telah dikayuhnya ke tengah, dia tak boleh surut palang, meskipun bagaimana besar gelombang. Biarkan kemudi patah, biarkan layar robek, itu lebih mulia daripada membalik haluan pulang.” (Bab Yatim Piatu: 20)

Begitulah keadaan Zainuddin yang hidup laksana layang-layang yang tak dapat angin, tak tentu turun naiknya, selalu gundah gulana disebabkan pukulan cinta. (Bab Bimbang: 109)

Berputar laksana perpusaran buaian di pasar keramaian layaknya otak Zainuddin memikirkan nasibnya, napasnya sesak, matanya menjadi gelap. Dia teringat... teringat satu perbuatan yang berbahaya sekali membunuh diri. Sudah hilang pertimbangan, dinaikinya tempat tidurnya, dicoba-cobanya mengikat tali ke atas paran yang melintang, supaya berakhir azab dunia yang tidak berhenti-henti atas dirinya ini. (Bab Meminang: 120)

Malangnya nasibku. Telah rurut bunga hayatku sebelum dia mekar. Tua telah berangsur mendatangiku, padahal umurku masih muda. Seseorang diri aku menyeberangi hidup ini sekarang ayahku telah mati, ibuku dan ibu angkatku pun demikian. Seluruh alam membenciku, hatta daun kayu di dekat rumah, angin pagi yang biasa membawa udara nyaman, tidur yang biasanya mengembalikan kekuatan manusia, semuanya meninggalkan daku. Tiba-tiba kau, yang hanya satu tempatku bergantung, telah hilang pula dariku! Ke mana saya mesti pergi lagi, tunjukkanlah, walaupun ke pintu kubur kau tunjukkan, saya pun akan pergi. (Bab Pengharapan yang Putus: 155)

Guru telah jatuh sehina selemah ini seakan-akan ditusukkannya sebilah keris yang tajam ke ujung jantung Guru, sehingga kalau bukan kasian Allah, binasa Guru dibuatnya. (Bab Menempuh Hidup:

Page 102: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

91

173) “Siapakah di antara kita yang kejam, hai

perempuan muda? Saya kirimkan berpucuk-pucuk surat, meratap, menghinakan diri, memohon dikasihani, sehingga saya yang bagaimanapun hina dipandang orang, wajib juga menjaga kehormatan diri. Tiba-tiba kau balas dengan balasan yang tak tersudu diitik, tak termakan di ayam. Kau katakan bahwa kau miskin, saya pun miskin, hidup tidak akan beruntung kalau tidak dengan uang. Sebab itulah kau pilih hidup yang lebih senang, mentereng, cukup uang Berenang di dalam emas, bersayap uang kertas”. (Bab Air Mata Penghabisan: 232)

Catchphrases

Zainuddin yang selama ini biasa sabar menerima cobaan, walaupun bagaimana besarnya, sekali ini tak dapat lagi, ibarat bergantang sudah amat penuh, ia berkata dalam hatinya, “Tidak! Pantang pisang berbuah dua kali, pantang pemuda makan sisa!” (Bab Air Mata Penghabisan: 234)

Exemplar

“Kau menangis Hayati? Apakah tidak terlalu berlebih-lebihan jika kau akan menanggung rugi lantaran diriku? Bukankah air matamu dan nafasmu yang turun naik, lebih berharga daripada diriku ini? Jangan kau menangis, kau boleh menentukan vonis, mengambil keputusan terhadap diriku. Nyatakan bahwa cintaku kau balas, kalau memang kau ada mempunyai itu. Itulah kelak akan jadi modal hidup kita berdua. Asal saya tahu kau cinta, saya tak harapkan apa-apa sesudah itu, kita tak akan melanggar perintah Ilahi. Tetapi, kalau kau memang tak merasa terhadap diriku sebagai yang kurasa, kau tak cinta kepadaku, nyatakanlah itu dengan terus terang, sebagai pernyataan seorang sahabat kepada sahabatnya. Kalau keputusan itu yang kau berikan, walau pun mukaku akan hitam menghadapimu di sini, lantaran malu, saya akan tahan, saya sudah biasa tahan tergiling dari masa kecilku.” (Bab Berkirim-kiriman Surat: 55)

“Janjimu, bahwa jasmani dan rohanimu, telah dipatrikan oleh kasih cinta dengan daku, adalah modalku yang paling mahal. Biarlah dunia ini karam, biarlah alam ini gelap, biarlah... biar seluruh manusia melengongkan mukanya ke tempat lain bila bertemu dengan aku, biarlah

Page 103: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

92

segenap kebencian memenuhi hati insan terhadap kepada diriku, dan saya menjadi tumpahan kejemuan hati manusia, namun saya tak merasa berat menanggungkan itu semua, sebab kau telah bersedia untukku.” (Bab Di Padang Panjang: 79)

Sungguh, jika sekiranya pada masa ini kau bertemu olehku di tengah jalan, dengan tidak mempedulikan kata-kata orang, saya akan menyimpuh di hadapanmu, sebagaimana menyimpuh seorang inang pengasuh di hadapan rajanya. Dan kalau tidak peduli lagi, karena kebencian telah memenuhi hatimu kepadaku, akan saya iringkan engkau sampai ke mana pun, supaya agak sekali kau toleh juga saya ke belakang. (Bab Pengharapan yang Putus: 154-155)

“Siapakah di antara kita yang kejam, hai perempuan muda? Saya kirimkan berpucuk-pucuk surat, meratap, menghinakan diri, memohon dikasihani, sehingga saya yang bagaimanapun hina dipandang orang, wajib juga menjaga kehormatan diri. Tiba-tiba kau balas denngan balasan yang tak tersudu di itik, tak termakan di ayam. Kau katakan bahwa kau miskin, saya pun miskin, hidup tidak akan beruntung kalau tidak dengan uang. Sebab itulah kau pilih hidup yang lebih senang, mentereng, cukup uang berenang di dalam emas, bersayap uang kertas”. (Bab Air Mata Penghabisan: 232)

Depiction

Sudikah engkau jadi sahabatku Hayati? Saya akui saya orang dagang yang melarat dan anak orang terbuang yang datang dari negeri jauh, yatim piatu. Saya akui kerendahan saya, itu agaknya akan menangguhkan hatimu bersahabat dengan daku. Tapi Hayati, meskipun bagaimana, percayalah bahwa hatiku baik. Sukar engkau akan bertemu dengan hati yang begini, yang bersih lantaran senantiasa dibasuh dengan air kemalangan sejak lahirnya ke dunia! (Bab Cahaya Hidup: 42)

“Untuk kemaslahatan Hayati yang engkau cintai,” perkataan ini berhujam ke dalam jantung Zainuddin, laksana panah yang sangat tajam. Dia teringat dirinya, tak bersuku, tak berhindu, anak seorang terbuang, dan tak dipandang sah dalam adat Minangkabau. Sedang Hayati seorang anak bangsawan, turunan penghulu-penghulu pucuk bulat urat tunggang yang berpendam pekuburan,

Page 104: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

93

bersasak berjerami di dalam negeri Batipuh itu. Alangkah besarnya korban yang harus ditempuh Hayati, jika sekiranya mereka langsung kawin, dan tentu Hayati tidak akan tahan menderita pukulan yang demikian hebat. (Bab Pemandangan di Dusun: 63)

V/isual Image Tidak terdapat unsur visual image Reasoning Device

(Perangkat Penalaran)

Roots

Tidak berapa jauh jaraknya Batipuh dengan kota Padang Panjang, kota yang dingin di kaki Gunung Singgalang itu. Tetapi bagi Zainuddin, dusun itu telah jauh, sebab tak dapat bertemu dengan Hayati lagi. Apalagi budi pekertinya terlalu tinggi, kalau budinya rendah, sejam atau dua jam, tentu dia telah dapat menemui Hayati. (Bab Di Padang Panjang: 74)

Appeals to Principle

Tapi Zainuddin tidak hendak kembali sebelum maksudnya berhasil, dia hendak memperdalam penyelidikannya dari hal ilmu dunia dan akhirat, supaya kelak dia menjadi seorang yang berguna. (Bab Di Padang Panjang: 74)

Hai Guru Muda! Mana pertahanan kehormatan yang ada pada tiap-tiap laki-laki? Tidakkah ada itu pada Guru? Ingatkah Guru bahwa ayah Guru terbuang dan mati di negeri orang, hanya semata-mata lantaran mempertahankan kehormatan diri? Tidakkah dua aliran darah yang panas ada dalam diri Guru, darah Minangkabau dari jihat ayah, darah Mengkasar dari jihat ibu? (Bab Menempuh Hidup: 174)

.... Terasa malu yang sebesar-besarnya, terasa perasaan yang mesti tersimpan dalam hati tiap-tiap manusia, bahwa dia tidak mau dihinakan. Minangkabau negeri beradat, seakan-akan di sana saja adat yang ada di dunia ini, di negeri lain tidak.... (Bab Pengharapan yang Putus: 134)

Consequences

Dilihatnya Hayati duduk menentang bibirnya, laksana seorang pesakitan menentang bibir hakim yang hendak menjatuhkan hukuman, entah bebas entah hukum bunuh. Tampaklah gelung rambut perempuan itu, mukanya masih cantik jelita, air matanya mengalir menambah kecantikan itu. Ke sanalah muara ingatannya selama ini. Menjalar penglihatan matanya ke jarinya yang halus bagai duri landak itu. Tiba-tiba sampai ke ujung jarinya

Page 105: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

94

terbayang kembali inainya. Di situ, gelap pemandangannya dan timbul ketetapan hatinya. Zainuddin yang selama ini biasa sabar menerima cobaan, walaupun bagaimana besarnya, sekali ini tak dapat lagi, ibarat bergantang sudah amat penuh, ia berkata dalam hatinya, “Tidak! Pantang pisang berbuah dua kali, pantang pemuda makan sisa!” (Bab Air Mata Penghabisan: 234)

B. Representasi nilai siri’ pada sosok Zainuddin dalam novel Tenggelamnya

Kapal Van Der Wijck

Setelah penjabaran konstruksi realitas budaya siri’ di atas, dapat kita

petik kesimpulan bahwa cara pandang dan latar belakang sangat

memengaruhi seseorang dalam menafsirkan realitas sosial berdasarkan

konstruksinya masing-masing.

Penulis menilai, Hamka cukup paham dengan makna siri’ yang dianut

masyarakat Makassar, namun pencitraan nilai siri’ pada diri Zainuddin

dipandang lemah oleh penulis. Hal ini tentu tidak bisa dilepaskan dari latar

belakang Hamka sebagai orang Minangkabau (non-Makassar), maka tidak

terdapat kesadaran besar untuk menggambarkan karakter orang Makassar

sebagaimana seharusnya pada sosok Zainuddin. Begitu pula tokoh Zainuddin

dalam cerita diposisikan sebagai seseorang yang berdarah Makassar-Minang,

secara lahiriah bisa saja darah Minang melekat pada diri Zainuddin, sehingga

tidak sepenuhnya ia mampu memegang kokoh adat Makassar.

Pada dasarnya, pemikiran Hamka tentang siri’ yang dituangkan dalam

novel tersebut tergambar pada sikap Zainuddin dalam menghadapi cobaan

hidup dan kesedihan yang tidak berkesudahan. Sejak masa ditimang ia telah

ditinggal kedua orang tuanya. Saat memasuki usia dewasa, ia hendak mencari

Page 106: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

95

sanak saudara di negeri ayahnya, namun yang ia dapati adalah penolakan

masyarakat Minang atas dirinya. Lalu ia diusir dari Batipuh karena cintanya

kepada Hayati yang tidak direstui atas nama adat. Tak lama setelahnya ibu

angkat yang satu-satunya pertalian keluarga yang sangat ia cintai meninggal

dunia pula. Kesedihan yang tiada putus saat ia harus mendengar kabar

pernikahan Hayati dengan lelaki lain yang diakui masyarakat lebih beradat,

sampai pada meninggalnya Hayati, perempuan yang dicintainya itu, yang tak

lain adalah satu-satunya penyemangat hidupnya.

Zainuddin diceritakan sebagai seorang berdarah Makassar-Minang. Ia

lahir dan besar di tanah Makassar yang memiliki nilai budaya utama yang

dianut masyarakatnya, yaitu siri’. Sebagaimana realitas asli budaya siri’,

seyogyanya Zainuddin digambarkan dengan berdasar pada realitas yang ada.

Zainuddin digambarkan dalam novel ini dengan karakter siri’ yang lemah

dalam menghadapi cobaan hidup. Banyak narasi maupun dialog yang

menggambarkan terombang-ambingnya Zainuddin dalam mempertahankan

siri’ dalam dirinya. Keterombang-ambingan atau ketidakkonsistenan

Zainuddin mempertahankan siri’nya tergambar saat Zainuddin hendak

membunuh diri sebab tak mampu lagi menanggung beratnya penderitaan

hidup.

Sebagaimana narasi potongan paragraf narasi pada bab Meminang di

bawah ini:

Sudah hilang pertimbangannya, dinaikinya tempat tidurnya, dicoba-cobanya mengikatkan tali ke atas paran yang melintang, supaya berakhir azab dunia yang tidak berhenti-henti atas dirinya ini (halaman 120).

Page 107: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

96

Ketidakkonsistenannya dapat pula kita lihat pada saat Zainuddin

hendak meminang Hayati melalui sepucuk surat.

Sesungguhnya, dengan diri sendiri, tidaklah dapat saya datang ke haribaan engku-engku dan kaum kerabat di sana. Karena Bahasa Minangkabau yang saya pakai tidak begitu bagus, jadi tidak dapat saya mengeluarkan perasaan hati dengan sepuas-puasnya. Sungguhpun begitu saya buat surat ini dengan penuh keyakinan dan berserah diri kepada Tuhan, moga-moga mendapat penerimaan yang baik dari Engku dan kaum kerabat: semuanya. Yaitu, maksud surat itu... (Bab Meminang: 122)

Siri’ adalah harga mati. Seseorang bahkan rela mengorbankan jiwanya

untuk mempertahankan siri’. Namun bunuh diri yang hendak dilakukan

Zainuddin bukanlah cara untuk memperrtahanka siri’ melainkan penegasan

sifat kepengecutannya menghadapi masalah hidup yang berat. Hal ini

melemahkan karakter siri’ dalam dirinya. Sebaliknya, jika siri’ dijunjung

tinggi, Zainuddin tidak mungkin melakukan hal-hal yang mampu

merendahkan harkatnya demi cinta, karena siri’ bukanlah harga yang bisa

ditawar. Siri’ adalah harga mutlak.

Seandainya Zainuddin memiliki karakter siri’ yang kuat, tak ada alasan

untuk takut ataupun ciut dalam hal kebenaran dan mempertahankan harga

diri, termasuk saat hendak meminang. Meminang melalui sepucuk surat

adalah bentuk ketakutan Zainuddin bertemu langsung dengan keluarga besar

Hayati. Demikian pula dapat kita simpulkan tindakan ini adalah wujud sifat

pengecut.

Selain dua paragraf di atas, paragraf di bawah ini juga menggambarkan

lemahnya siri’ pada karakter Zainuddin

Page 108: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

97

Sungguh, jika sekiranya pada masa ini kau bertemu olehku di tengah jalan, dengan tidak mempedulikan kata-kata orang, saya akan menyimpuh di hadapanmu, sebagaimana menyimpuh seorang inang pengasuh di hadapan rajanya. Dan kalau tidak peduli lagi, karena kebencian telah memenuhi hatimu kepadaku, akan saya iringkan engkau sampai ke mana pun, supaya agak sekali kau toleh juga saya ke belakang. (Bab Pengharapan yang Putus: 154-155)

Banyak narasi dan dialog yang menggambarkan Zainuddin sangat

merendahkan diri akibat cintanya yang sangat besar terhadap Hayati. Meski

akhirnya ia sadar bahwa hidup harus tetap berjalan, sebagai seorang lelaki

Makassar, ia memiliki rasa “pantang” dalam memperjuangkan sesuatu dan

dalam menghadapi masalah hidup. Penulis menilai penyajian Hamka

mengenai siri’ pada sosok Zainuddin kurang konsisten sehingga tidak

merepresentasikan secara menyeluruh budaya siri’ yang dimaksudkan

penulis.

Pada penggambaran Hamka, rasa sakit yang ditanggung Zainuddin

menjadikan dirinya kadang lupa hakikat siri’ yang dijunjung tinggi orang

Makassar, bahkan ia rela menghinakan diri demi mendapatkan cinta Hayati,

penyemangat hidupnya. Ia lupa bahwa harga diri adalah sesuatu yang patut

dipertahankan oleh orang Makassar. Demikian cinta telah mampu mengubah

segala hal termasuk prinsip seseorang.

Zainuddin pada penggambaran sosoknya, ia memiliki siri’ yang masih

lemah. Sebagaimana pandangan Pelras, bagi manusia Bugis-Makassar, Siri’

adalah jiwa mereka, harga diri mereka dan martabat mereka. Sebab itu, untuk

menegakkan dan membela siri yang dianggap tercemar atau dicemarkan oleh

orang lain, maka manusia Bugis-Makassar akan bersedia mengorbankan apa

Page 109: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

98

saja, termasuk jiwanya yang paling berharga demi tegaknya siri’ dalam

kehidupan mereka.

Sebaliknya, dalam novel ini banyak sekali kalimat yang

menggambarkan betapa Zainuddin rela menghinakan diri atau merendahkan

harga dirinya demi mendapatkan cinta Hayati bahkan ia hampir saja

membunuh dirinya. Hal ini sangat berkebalikan dengan pandangan Pelras

bahwa demi siri’ ia rela mengorbankan apa saja.

Cukup jelas penggambaran Hamka mengenai siri’. Namun ia kurang

baik dalam merepresentasikan nilai siri’ tersebut pada diri Zainuddin. Penulis

melihat, hal yang ingin ditonjolkan Hamka bukan pada penyajian siri’

sebagai karakter utama orang Makassar, namun Hamka ingin menekankan,

bahwa sekeras apapun budaya seseorang, cinta mampu melemahkannya.

Page 110: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

99

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah penjabaran di atas, penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Cara pandang dan latar belakang sangat memengaruhi seseorang dalam

menafsirkan realitas sosial berdasarkan konstruksinya masing-masing. Pada

novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, Hamka mengemas karakter

Zainuddin sebagai sosok berdarah Makassar-Minang berdasarkan cara

pandangnya. Hamka yang notabene seorang ulama, banyak menghubungkan

siri’ dengan agama islam. Sehingga penggambaran siri’ dalam novel tersebut

tidak jauh dari unsur-unsur dakwah.

2. Hamka cukup paham dengan makna siri’ yang dianut masyarakat Makassar,

namun pencitraan nilai siri’ pada diri Zainuddin masih lemah. Hal ini tentu

tidak bisa dilepaskan dari latar belakang Hamka sebagai orang Minangkabau

(non-Makassar), maka tidak terdapat kesadaran besar untuk menggambarkan

karakter orang Makassar sebagaimana seharusnya pada sosok Zainuddin.

Begitu pula tokoh Zainuddin dalam cerita diposisikan sebagai seseorang yang

berdarah Makassar-Minang, secara lahiriah bisa saja darah Minang melekat

pada diri Zainuddin, sehingga tidak sepenuhnya ia mampu memegang kokoh

adat Makassar.

Page 111: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

100

B. Saran

Melalui penelitian ini, penulis dengan segala kerendahan hati memberikan

saran kepada pembaca:

1. Kebudayaan asli/ tradisional adalah napas kebudayaan bangsa Indonesia.

Sebagai bangsa yang berbudaya, seyogyanya kita mampu memelihara jati diri

bangsa dengan senantiasa mempertahankan kebudayaan asli dan kearifan

lokal.

2. Bagi pengguna media, tanpa terkecuali media massa elektronik, maupun

media tulis seperti novel, hendaknya menyadari bahwa media tidak hanya

sekadar menginformasikan sesuatu tetapi juga memaknakan sesuatu, sajian

media tidak pernah terlepas dari konstruksi makna yang dibangun penyaji

informasi. Olehnya itu, pengguna media harus pandai menyeleksi kebenaran

informasi dan pandai dalam menentukan pilihan terhadap sajian informasi

yang ada, serta perlu lebih banyak mengkaji literatur-literatur yang ada.

3. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi bisa saja menjadi bom

waktu yang akan menghancurkan budaya asli (budaya nasional) bangsa

Indonesia, maka kita sebagai generasi pelanjut sudah saatnya menciptakan

karya-karya yang mampu menetralkan serangan-serangan globalisasi yang

mampu merusak jati diri bangsa melalui karya-karya yang kental akan nilai-

nilai kearifan lokal. Paling tidak kita selaku orang Makassar

mengkampanyekan nilai-nilai siri’ melalui media sosial yang akrab dengan

kehidupan kita. Dan pada saatnya berkaryalah.

Page 112: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

101

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Irwan. 2006. Konstruksi dan Reproduksi Kebudayaan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Bungin, Burhan. 2011. Konstruksi Sosial Media Massa. Jakarta: Kencana Chrisanty, Priscilla. 2012. ‘Konstruksi Realitas Keotoriteran Presiden Soekarno

dalam Novel: Analisis Framing Teks Novel The Year of Living Dangerously’. Jurnal Komunikasi Indonesia. Vol.1. No. 1: 31-36

Darwis, Rizal & Asna Uswan Dilo. 2012. ‘Implikasi Falsafah Siri’Pada

Masyarakat Suku Makassar di Kabupaten Gowa’. Jurnal el Harakah. Vol. 14. No. 2: 186-205

Eriyanto. 2005. Analisis Framing Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media.

Yogyakarta: PT LKis Pelangi Aksara ------------. 2006. Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta:

PT LKis Pelangi Aksara Hamid, Abu, dkk. 2007. Siri’ & Pesse Harga Diri Manusia Bugis Makassar

Mandar Toraja. Makassar: Pustaka Refleksi Hamka. 2013. Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck. Jakarta Timur: PT Balai

Pustaka Januarti, Raisa, et.al. Konstruksi Realitas Pemberitaan Brankas Nasaruddin dalam

Laporan Utama Majalah Tempo. Ejurnal Mahasiswa Universitas Padjajaran. Vol. 1. No.1: 1-16

Kriyanto, Rachmat. 2012. Teknink Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Mattulada. 1975. Latoa Satu Lukisan Analitis terhadap Antropologi Politik Orang

Bugis. Jakarta: Program Doktor Ilmu Antriopologi Universitas Indonesia Muhtamar, Shaff. 2007. Masa Depan Warisan Luhur Kebudayaan Sulsel.

Makassar: Pustaka Refleksi Mulyana, Deddy. 2008. Komunikasi Efektif Suatu Pendekatan Lintas Budaya.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya Muslich, Masnur. 2008. ‘Kekuasaan Media Massa’. Bahasa dan Seni. 36, 2: 150-

158

Page 113: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

102

Panigoro, Istina. 2012. Konstruksi Perilaku Sheila sebagai Anak Cacat Mental dalam Novel “Sheila Luka Hati Seorang Gadis Kecil” (Studi Analisis Wacana). Makassar. Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin

Pranachitra, Bima. 2010. Representasi Byronic Hero dalam Novel Mary Shelley

Frankenstein Karya Mary Shelley. Medan: Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Pelras, Christian. 1996. Manusia Bugis. Cetakan Pertam. Terjemahan oleh Abdul

Rahman Abu, Hasriadi, dan Nurhady Sirimorok. 2006. Jakarta: Nalar Putra, I Gede Gita Purnama Arsa. 2012. Representasi Multikulturalisme dalam

Trilogi novel “Sembalun Rinjani” Karya Djelantik santha. Bali: Program Magister Konsentrasi Wacan Sastra Universitas Udayana

Rahim, A. Rahman. 1982. Sikap Mental Bugis (Berdasarkan Lontarak-Lontarak

Latoa dan budi Istikharah). Ujung Pandang: Universitas Hasanuddin Ras, Atma. 2008. Perubahan Perilaku Masyarakat Pasca Pasca Menerima SLT

dalam Kehidupan Sosial Budaya dan Ekonomi (Studi di Kelurahan Attiro Deceng Kec. Tiroang Provinsi Sulawesi Selatan). Yogyakarta: Program Pasca Sarjana Sosiologi Universitas Gadjah Mada

Reza, Muhammad. 2011. Representasi Citra Budaya Indonesia dalam Iklan (Studi

Analisis Semiotika Representasi Citra Budaya Indonesia dalam Iklan Maskapai Penerbangan Garuda Indoensia). Medan: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Sobur, Alex. 2012. Analisis Teks Media. Bandung: PT Persada Remaja

Rosdakarya Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung:

Alfabeta Wulandari, Putri. 2013. Representasi Budaya Indonesia pada Iklan Kopi Kapal

Api (Analisis Semiotika Representasi Budaya Indonesia pada Iklan Kopi Kapal Api Versi “Secangkir Semangat Untuk Indonesia do televisi Swasta). Medan: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Yohanna. 2008. Representasi Etnis Tionghoa dalam Novel “Dimsum Terakhir”

(Studi Analisis Wacana Tentang Representasi Etnis Tionghoa dalam Novel “Dimsum Terakhir” oleh Clara Ng). Medan: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Page 114: REPRESENTASI NILAI SIRI’ PADA SOSOK ZAINUDDIN … · Sedetik waktu dan sehela napas adalah karunia tak terhingga yang kita miliki. Semoga setiap desah napas yang terhembus dan detak

103

Referensi lain: http://www.ut.ac.id/html/suplemen/skom4314/isi_materi2_2.htm diakses pada

tanggal 13 Februari 2014 pukul 08.03 Wita http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/285-ensiklopedi/1259-ulama-

politisi-dan-sastrawan-besar diakses pada tangga 28 Maret 2014 pukul 07.29 Wita