REPRESENTASI NILAI NASIONALISME DALAM …digilib.unila.ac.id/58938/3/3. SKRIPSI FULL TANPA...
Transcript of REPRESENTASI NILAI NASIONALISME DALAM …digilib.unila.ac.id/58938/3/3. SKRIPSI FULL TANPA...
REPRESENTASI NILAI NASIONALISME DALAM DAKWAH CAK NUNPADA CHANNEL YOUTUBE CAKNUN.COM
(Skripsi)
Oleh
AJI SETIO NUGROHO
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIKUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2019
ABSTRAK
REPRESENTASI NILAI NASIONALISME DALAM DAKWAHCAK NUN PADA CHANNEL YOUTUBE CAKNUN.COM
OlehAji Setio Nugroho
1416031010
YouTube sebagai media sosial saat ini menjadi salah satu media yang banyakdigunakan dalam menyebarkan informasi dan dakwah karena sifatnya yang dapatdiakses kapanpun dan dimanapun melalui jaringan internet. Salah satu akun yangmenggunakan youtube sebagai media dakwah adalah channel CAKNUN.COM,dalam channel ini, banyak dakwah yang disampaikan oleh Emha Ainun nadjib atauCak Nun yang mengandung nilai-nilai nasionalisme dan religius terutama dalamrubrik Akik Maiyah. Hal ini sesuai dengan latar belakang Emha Ainun Nadjibsendiri sebagai seorang intelektual dan budayawan yang mengusung tema islamidalam setiap kegiatannya.
Berdasarkan latar belakang diatas, tujuan penelitian adalah untuk mengetahuirepresentasi nilai nasionalisme yang terkandung dalam dakwah Cak Nun padachannel YouTube CAKNUN.COM. Penelitian ini merupakan studi kualitatif danpengumpulan data diperoleh melalui studi dokumentasi dan studi literatur yangkemudian dianalisis menggunakan analisis semiotik John Fiske. Analisis dilakukandalam tiga level yaitu level realitas, level representasi, dan level ideologi..
Dalam penelitian ini, Penulis menemukan nilai-nilai nasionalisme religius dalamdakwah Cak Nun dengan indikator yang dicirikan sebagai berikut 1). Semangatberjihad, seperti bagi generasi sekarang mau berjuang untuk kemaslahatan negeri. 2).Nilai memiliki kemauan untuk melaksanakan Amar Ma’ruf Nahi Munkar, sepertitidak ikut menambah masalah, tidak serakah dalam pengambilan dan pemanfaatansumber daya alam. 3) Nilai untuk semangat membangun solidaritas sosial, sepertimengambil keputusan bersama dengan searif mungkin. 4) Adanya penerapan ilmuagama dan keduniaan, seperti memberikan pemahaman bahwa revolusi bukanlahhanya pukul-pukulan melaikan melakukan perubahan-perubahan konsep, pikiranmenuju ke yang lebih baik.
Kata Kunci: Representasi, Nasionalisme Religius, Semiotika, John Fiske
ABSTRACT
REPRESENTATION OF NATIONALISM VALUE IN CAK NUNDA'WAH ON YOUTUBE CHANNEL CAKNUN.COM
ByAji Setio Nugroho
1416031010
YouTube as a social media is currently one of the media that is widely used inspreading information and da'wah because of its nature that can be accessed anytimeand anywhere through the Internet network. One of the account that use YouTube asa medium of Da'wah is the channel CAKNUN.COM, in this channel, many Da'wahsubmitted by Emha Ainun Nadjib or Cak Nun which contain values of nationalismand religious especially in Akik Maiyah rubric. This is in accordance with thebackground of Emha Ainun Nadjib itself as an intellectual and culture that carries anIslamic theme in every activity
Based on the above background, the purpose of research is to know therepresentation of the value of nationalism contained in the preaching Cak Nun onYouTube channel CAKNUN.COM. The study was a qualitative study and datacollection was obtained through documentation studies and literature studies whichwere later analyzed using the semiotic analysis of John Fiske. Analysis isconducted in three levels, namely level of reality, level of representation, andideology level
In this study, the author discovered the values of religious nationalism in Da'wahNun with the indicator which is characterized as the following 1).The spirit ofjihad, as for today's generations, struggled for the nation's benefit. 2). The valuehas a willingness to implement Amar Ma'ruf Nahi Munkar, such as notcontributing to the problem, not greedy in the retrieval and utilization of naturalresources.3) value for the spirit of building social solidarity, such as takingdecisions along wise as possible. 4) The application of religious and worldlysciences, such as giving the understanding that the revolution is not only hit by theblow to make a change of concept, the mind leads to better.
Key words: representation, religious nationalism, Semiotic, John Fiske
REPRESENTASI NILAI NASIONALISME DALAM DAKWAH CAK NUNPADA CHANNEL YOUTUBE CAKNUN.COM
Oleh :
AJI SETIO NUGROHO
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
SARJANA ILMU KOMUNIKASI
Pada Jurusan Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIKUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2019
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Palas pada tanggal 13 Februari 1996.
Penulis bernama lengkap Aji Setio Nugroho yang
merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, buah hati
dari Bapak Jumadi dan Ibu Sri.
Pendidikan formal yang penulis tempuh dimulai dari
Sekolah Dasar (SD) Negeri 2 Bangunan, pada tahun 2002
dan lulus pada tahun 2008, setelah itu melanjutkan pendidikan menengah di SMP
Negeri 1 Kalianda, dan lulus pada tahun 2011. Kemudian melanjutkan pendidikan
Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Kalianda, lulus pada tahun 2014. Pada
tahun 2014 penulis terdaftar sebagai mahasiswi Program Strata Satu (S1) di
Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP)
Universitas Lampung melalaui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi
Negeri (SBMPTN).
Selama menjalani studi, penulis juga aktif mengikuti organisasi internal yang ada
di kampus. Penulis menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Ilmu
Komunikasi pada bidang Advertising. Pada Januari tahun 2017 penulis
melaksanakan KKN di Desa Karang Jawa Kecamatan Anak Ratu Aji Kabupaten
Lampung selama 40 hari. Dan pada tahun yang sama penulis juga melaksanakan
PKL di Kompas TV Lampung.
MOTTO
“Memuliakan manusia, berarti memuliakanpenciptanya. Merendahkan dan menistakan manusiaberarti merendahkan dan menistakan penciptanya.”
(KH. Abdurrahman Wahid)
“Seorang terpelajar harus juga belajar berlaku adilsudah sejak dalam pikiran, apalagi perbuatan.”
(Pramoedya Ananta Toer)
“Bagaimanapun anda menyangkal kebenaran,kebenaran akan terus ada”
(George Orwell)
PERSEMBAHAN
Bismillahirrahmanirrahiim
Kupersembahkan karya sederhana namun penuh perjuanganini kepada kedua orang tuaku, yang selalu sabar dan
mendoakan setulus hati, memberi nasihat serta semangat. Ibuadalah sumber kekuatan, untuk bapak yang senantiasa
memberi motivasi untuk tidak mudah menyerah dalam setiapperjuangan.
Terimakasih untuk kedua saudari-ku. Terimakasih atas doadan bantuan kalian serta memberi motivasi kepadaku.
Bapak pembimbing dan penguji yang selama ini telah tulusdan ikhlas meluangkan waktunya untuk menuntun dan
mengarahkan saya, memberikan bimbingan dan pelajaran yangtiada ternilai harganya, agar saya menjadi lebih baik,
terimakasih bapak pembimbing dan penguji jasa kalian akanselalu terpatri dihati.
Kupersembahkan juga untuk semua sahabat,
Serta orang-orang yang selalu bersedia mendukungku sepenuh
hati
Serta kepada almamaterku, Universitas Lampung
SANWACANA
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah
SWT, yang telah memberikan petunjuk, rahmat, dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Representasi Nilai
Nasionalisme Dalam Dakwah CAK NUN Pada Channel YouTube
CAKNUN.COM” sebagai salah satu persyaratan untuk meraih gelar strata satu
(S1) di Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Lampung.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini jauh dari kata
sempurna dan tidak terlepas dari berbagai hambatan dan kesulitan. Namun penulis
berusaha semaksimal mungkin dalam penyusunan skripsi ini dengan kemampuan
dan pengetahuan yang penulis miliki selama perkuliahan, serta berkat bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak penulis dapat menyelesaikan laporan ini. Pada
kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tak
terhingga kepada :
1. Terimakasih kuhanturkan kepada Allah SWT, atas berkat rahmat dan kasih-
Nya yang telah diberikan dalam setiap nafas dan langkah di kehidupan ini.
2. Kedua orang tua saya, Jumadi dan Sri Eko Purwaningsing Hartuti yang selalu
sabar menghadapi keluh kesah anaknya. Terimakasih untuk kasih sayang yang
selalu berlimpah serta dukungan dan doa disetiap waktu yang telah diberikan.
3. Untuk kedua saudari saya, terimakasih atas segala dukungan dan doa yang
selalu kalian berikan.
4. Bapak Dr. Syarief Makhya selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Lampung.
5. Ibu Dhanik Sulistyarini S.Sos, M.Comn&MediaSt, selaku Ketua Jurusan Ilmu
Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
6. Ibu Wulan Suciska, S.I.Kom, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Ilmu
Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung,
sekaligus dosen pembahas penulis yang selalu memberikan arahan, perbaikan
dan masukan kepada penulis. Terima kasih atas semua kebaikan serta bantuan
yang ibu berikan selama ini.
7. Bapak, Toni Wijaya,S.Sos.,M.A selaku dosen pembimbing penulis. Terima
kasih atas kesediaan bapak untuk selalu meluangkan waktu untuk
mendengarkan keluh kesah yang penulis hadapadi selama proses penyelesaian
skripsi di tengah jadwal yang padat. Terimakasih atas segala kesabaran,
masukan, saran dan bimbingan yang bapak berikan kepada penulis dalam
penyusunanan skripsi ini dari awal hingga akhir. Terimakasih untuk semua
motivasi dan nasihat yang bapak berikan kepada penulis sehingga penulis
tetap semangat dalam menyususn skripsi ini. Semoga Allah SWT selalu
melimpahkan kesehatan dan kebahagiaan kepada bapak.
8. Bapak Dr. Abdul Firman Ashaf, M.Si, selaku dosen pembahas yang telah
memberikan pencerahan pemikiran terhadap penulis, tanpa kritik dan saran
dari bapak niscaya skripsi ini jauh dari harapan. Terimakasih atas semua
kebaikan serta bantuan yang bapak berikan selama ini. Semoga Allah SWT
selalu melimpahkan kesehatan dan kebahagiaan kepada bapak.
9. Bapak Drs. Sarwoko, M.Si, selaku dosen pembimbing akademik penulis yang
selalu bersedia mendengarkan berbagai pertanyaan serta memberikan saran
yang membangun kepada penulis selama masa perkuliahan. Terima kasih pak.
10. Seluruh jajaran dosen FISIP Universitas Lampung, khususnya dosen Jurusan
Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmu bermanfaat selama penulis
menimba ilmu di Jurusan Ilmu Komunikasi.
11. Keluarga besar ku tersayang (kakek-nenek,om-tante,sepupu-sepupu) yang
selalu memberikan semangat dihidupku dalam menyelesaikan skripsi ini.
12. Seluruh teman-teman Jurusan Ilmu Komunikasi angkatan 2014 tanpa
terkecuali.
13. Terimakasih untuk vinggo, regis, rudi, anggit, anton, kidiw, puji dan anak-
anak mancunian yang selalu memberikan gojekan juga motivasi baik dalam
kehidupan juga dalam proses penyusunan skripsi ini.
14. Untuk Arin saya ucapkan terimakasih, yang telah banyak membantu dalam
memberikan saran-saran dalam proses penyusunan skripsi ini, dan juga untuk
Ayu, Puput, Hariska, Wak Arif, Bimawan, Adhi.
15. Untuk lae Sony, Diah, Rahmat, Ayung, Riska, Ceceh, Adit. Terimakasih telah
menjadi kawan menikmati masa-masa perkuliahan, banyak suka duka yang
telah dialami bersama.
16. Untuk teman-teman Ani, Widya, Madon, Ucup, Tya, Devi, Dila, Jajak,
terimakasih atas segala doa dan semangatnya dalam proses penyusunan
skripsi ini.
17. Untuk teman-teman KKN Desa Karang Jawa, Moko, Pandu, Rachel, Yogi,
Ve, mbak Astri, bapak Kasman beserta keluarga. Terimakasih keluarga
baruku atas keseruan dan pengalaman yang kalian kasih selama masa KKN.
18. Tim Kompas TV Lampung, Bang Thomy, Bang Andro, Mba Cindy, dan
Bintang yang menjadi partner kerja sekaligus mentor selama Praktik Kerja
Lapangan (PKL).
19. Untuk semua pihak yang telah membatu dalam penelitian ini, yang tidak
dapat disebutkan satu per satu. Tanpa mengurangi rasa hormat, saya ucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya. Semoga apa yang telah dilakukan
mendapatkan balasan yang terbaik dari Allah SWT.Aamiin.
Semoga Allah SWT selalu memberikan nikmat dan ridho-Nya untuk kita semua
dalam hidup ini. Akhir kata, penulis berharap semoga penelitian ini bisa
bermanfaat dan memberikan keluasan ilmu bagi semua pihak yang telah
membantu. Terima kasih banyak untuk segala bentuk doa dan dukungan yang
kalian berikan.
. Penulis,
Aji Setio Nugroho
i
Daftar Isi DAFTAR TABEL ...................................................................................................... iii DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. iv BAB I ............................................................................................................................ 1 PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 12
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 12
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 12
BAB II ........................................................................................................................ 14 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................ 14
2.1. Penelitian Terdahulu .................................................................................. 14
2.2. Media Baru ................................................................................................. 16
2.2.1. YouTube……………………………………………... …………...……..19
2.3. Konsep Representasi .................................................................................. 21
2.4. Konsep Nasionalisme ................................................................................. 24
2.5. Semiotika John Fiske ................................................................................. 30
2.6. Kerangka Pikir ........................................................................................... 33
BAB III ....................................................................................................................... 36 METODOLOGI PENELITIAN .............................................................................. 36
3.1. Tipe Penelitian ............................................................................................ 36
3.2. Metode Penelitian ....................................................................................... 37
3.3. Fokus Penelitian ......................................................................................... 38
3.4. Dasar-dasar kategorisasi nasionalisme .................................................... 39
3.5. Sumber Data ............................................................................................... 40
1. Data primer ............................................................................................. 41
2. Data Sekunder ......................................................................................... 41
3.6. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 41
3.7. Teknik Pengolahan Data ............................................................................ 42
3.8. Teknik Keabsahan Data ............................................................................ 44
BAB IV ....................................................................................................................... 46 HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................. 46
4.1. Hasil Penelitian ........................................................................................... 46
ii
4.1.1 Gambaran Umum Channel YouTube CAKNUN.COM ................. 46
4.2. Temuan data ............................................................................................... 47
4.1.2 Analisis video ....................................................................................... 48
4.3. Pembahasan ................................................................................................ 84
BAB V ......................................................................................................................... 99 SIMPULAN DAN SARAN ....................................................................................... 99
5.1. Simpulan ...................................................................................................... 99
5.2. Saran .......................................................................................................... 100
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 101
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Tabel Penelitian terdahulu…………………………………. ....................... 14
Tabel 2. Kategorisasi ................................................................................................... 40 Tabel 3. level realitas .................................................................................................. 67
Tabel 4 Level Representasi………………………………………………………… 72
Tabel 5 Level Ideologi……………………………………………………………… 74
Tabel 6 Nilai Nasionalisme Religius………………………………………………. 82
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Proyeksi APJII tentang jumlah pengguna internet di Indonesia .................. 3
Gambar 2 Berlomba dalam kebaikan, bukan kebenaran ............................................. 49 Gambar 3 Tak perlu dijelaskan lagi, sekarang indonesia sudah jelas ......................... 53
Gambar 4 Cukup ucapkan dan jawablah salam sesuai keyakinan masing-masing ..... 56
Gambar 5 Semuanya NKRI, semuanya dihatiku ........................................................ 59 Gambar 6 Bangunlah kesadaran baru negara .............................................................. 64
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dakwah adalah seruan dan ajakan kepada keinsafan, atau usaha mengubah
situasi yang tidak baik kepada situasi yang lebih baik dan sempurna, baik
terhadap pribadi ataupun masyarakat (Shihab, 1992:194). Perwujudan dakwah
bukan hanya sekedar usah peningkatan pemahaman keagamaan dalam tingkah
laku dan pandangan hidup saja, tetapi juga menuju sasaran yang lebih luas.
Apalagi masa sekarang ini, ia harus berperan menuju kepada pelaksanaan ajaran
Islam secara menyeluruh dalam berbagai aspek kehidupan.
Adapun tujuan diadakannya dakwah adalah untuk menumbuhkan pengertian,
kesadaran, penghayatan, dan pengenalan terhadap agama yang dibawa oleh para
juru dakwah. Juga untuk mempertemukan kembali fitrah manusia dengan
agama, atau menyadarkan manusia tentang perlunya bertauhid dan mau
mengamalkan ajaran Islam, serta berperilaku baik. Secara umum, dakwah
bertujuan untuk memanggil manusia kembali pada syariat atau hokum-hukum
agama, supaya dapat mengatur dirinya sesuai dengan ketentuan agama. Disini
agama bukan sekedar satu sistem kepercayaan saja, tetapi di dalamnya terdapat
2
multisistem untuk mengatur kehidupan manusia, baik hubungan secara vertical
(hablumminallah) dan horizontal (hablumminannas). (an-Nabiry, 2008: 33)
Dengan berkembangnya teknologi informasi dan media massa yang begitu
pesat, sedikit banyaknya mempengaruhi pola pikir masyarakat dunia. Maka dari
itu, agar pola atau strategi dakwah tidak ketinggalan harus mengikuti
perkembangan zaman yaitu dengan menggunakan berbagai media salah satunya
media sosial. Media sosial yang sering digunakan sebagai sarana berdakwah
salah satunya yaitu YouTube.
YouTube merupakan situs video yang menyediakan berbagai informasi berupa
gambar bergerak dan bisa diandalkan. Situs ini memang disediakan bagi mereka
yang ingin melakukan pencarian informasi video dan menontonnya langsung.
Kita juga bisa berpartisipasi mengunggah video ke server YouTube dan
membaginya ke seluruh dunia (Baskoro, 2009:58). Pertimbangan utama
penggunaan YouTube sebagai media berdawah yaitu karena sifatnya fleksibel
yang bisa ditonton dimana saja, kapan saja dan oleh siapa saja melalui
smartphone, tablet ataupun komputer. YouTube juga bersifat interaktif karena di
websitenya disediakan kolom komentar agar penonton dapat mengomentari
tayangan dan bisa saling mendiskusikan tayangan yang ada.
Menurut proyeksi dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet (APJII), jumlah
pengguna internet di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup pesat, hal
3
ini dapat dilihat dari jumlah pengguna internet yang dari tahun ke tahun yang
terus meningkat.
Gambar 1 Proyeksi APJII tentang jumlah pengguna internet di
Indonesia
Dengan peningkatan tersebut, penggunaan internet sebagai sarana atau media
berdakwah yang dapat menunjang kegiatan atau aktifitas dakwah dan
penyebarluasan materi ataupun pesan dakwah dapat dilakukan dengan mudah.
Dakwah bil lisan adalah sarana dan metode dalam penyampaian pesan-pesan
dakwah kepada mad‟u melalui media vidio, hal tersebut dapat dilakukan melalui
internet.
Dakwah melalui internet, baik melalui media sosial yakni YouTube dan lain
sebagainya berpotensi dilihat oleh jutaan bahkan lebih oleh semua orang
diseluruh penjuru dunia. Dakwah Islam akan berkembang menjadi luar biasa.
Karena informasi dapat diakses dengan cepat dan mudah melalui internet.
4
Namun disisi lain, banyak dijumpai dakwah-dakwah yang justru berisikan pesan
dakwah yang bersifat radikal. Dakwah yang seperti inilah yang justru membuat
perpecahan di dalam masyarakat yang beragam. Dalam tataran kenegaraan
terdapat kelompok radikal yang selalu mengangkat isu khilafah (satu
pemerintahan atas nama Islam ). Setiap permasalahan negara selalu dibawa ke
ranah khilafah. Bahkan, ada kalangan yang menganggap pemerintahan selain
khilafah adalah thaghut. Meskipun, bentuk negara ini merupakan perkara yang
ijtihadi (diperlukan ijtihad dan tidak mutlak).
Kalangan-kalangan radikal ini pun sangat gencar menyuntikkan paradigma-
paradigmanya sehingga tidak sedikit kalangan muda yang terbius oleh
paradigma-paradigma semu tersebut. Didorong oleh pahala dan surga, kalangan
muda banyak yang terpengaruh dan ikut mendukung gerakan-gerakan radikal
tersebut. Bahkan, banyak kalangan muda yang bersedia menjadi pelaku bom
bunuh diri. Ironisnya, bekal keagamaan mereka pun belum dapat dikatakan
mencukupi (belum „alim dan faqih), namun mereka sudah gencar berdakwah atas
perspektif yang mereka pelajari sendiri. Model gerakan mereka pun sangat masif
dan terkordinir dengan baik sehingga mampu memengaruhi hampir seluruh
lapisan masyarakat. Sehingga, paradigma ini harus menjadi perhatian serius.
Menurut Badan Intelijen Negara (BIN) sekitar 39% mahasiswa dari sejumlah
perguruan tinggi telah terpapar paham radikal. Dari survey diperoleh 24%
mahasiswa dan 23,3% pelajar SMA setuju dengan jihad demi tegaknya Negara
5
Islam. Kondisi ini sangat memperhatinkan karena akan mengancam
keberlangsungan NKRI. (https://nasional.tempo.co/read/1084027/budi-gunawan-
ungkap-temuan-bin-39-persen-mahasiswa-radikal/full&view=ok)
Radikalisme atas nama agama ini tidak jarang kemudian menimbulkan konflik
sampai pada puncaknya, yaitu terorisme dalam taraf membahayakan stabilitas
dan keamanan negara. Pada akhirnya, radikalisme ini menyebabkan peperangan
yang justru menimbulkan rasa tidak aman. Pada taraf terendah, radikalisme
sampai mengganggu keharmonisan dan kerukunan masyarakat. Pada bulan Mei
2018 lalu terjadi peristiwa bom bunuh diri yang ditujukan ke 3 gereja di
Surabaya, menurut Kaporli Tito Karnavian peristiwa tersebut dilakukan oleh
pimpinan Jaringan Ansharut Tauhid (JAD) di Surabaya, dengan motif
penyerangan adalah pembalasan atas ditangkapnya pimpinan JAD. yang diduga
pendukung Islamic Stage in Iraq and Syria (ISIS).
(https://news.detik.com/berita/4020714/pembalasan-motif-bomber-gereja-
surabaya)
Dakwah yang demikianlah yang merupakan salah satu penyebab dari turunnya
nilai nasionalisme. Nasionalisme merupakan wacana global yang sering
dipisahkan dengan konteks keagamaan di era ini. Namun pada kenyataannya,
banyak fakta-fakta sejarah bahwa nasionalisme dan agama saling terkait, dapat
dilihat dari pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 pada alenia ketiga yang
berbunyi “Atas berkat rahmat Allah yang maha kuasa dan dengan didorongkan
6
oleh keinginan luhur supaya berkehidupan bangsa yang bebas, maka rakyat
Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya”.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (dalam Listiyarti, 2007:26)
“nasionalisme berasal dari kata nasional dan isme yaitu paham kebangsaan yang
mengandung makna kesadaran dan semangat cinta tanah air, memiliki rasa
kebangsaan bangsa, atau memelihara kehormatan bangsa”. Nasionalisme kita
terancam seiring dengan maraknya gerakan saparatisme dan radikalisme, maka
menjadi suatu kewajiban bagi setiap bangsa Indonesia untuk kembali
menimbulkan semangat cinta tanah air agar tidak mudah terpecah sebagai
bangsa.
Penyebaran paham yang bersifat radikal tersebut saat ini justru sering muncul
melalui dakwah–dakwah yang disebarkan di YouTube, dengan pesan dakwah
yang bisa menimbulkan berbagai macam masalah sosial, mengganggu kestabilan
keamanan, solidaritas, toleransi yang membuat persatuan dan kesatuan bangsa
mudah terpecah belah.
Meski begitu dakwah juga bisa digunakan sebagai sarana untuk menimbulkan
kembali semangat cinta tanah air, dakwah yang memiliki pesan yang baik serta
disebarkan lewat YouTube. Akan membuat dakwah semakin mudah mencapai
khalayak yang dituju karena dengan kemudahan akses yang dimiliki YouTube,
Pesan dakwah dengan semangat menjaga perdamaian bersama, menjadi pilihan
7
bagi para pendakwah yang lebih mementingkan pesan perdamaian dalam
beragama dari pada harus menimbulkan perpecahan.
Didalam penelitian Fatiha Ardi Hatta yang berjudul Analisis Semiotika Pesan
Dakwah Ulama Islam Indonesia dalam Acara Talkshow Mata Najwa Metro Tv
Edisi “Cerita Dua Sahabat” (Analisis Semiotika John Fiske). Menjelaskan
bahwa pesan dakwah ulama Islam Indonesia menunjukkan mengenai Islam
sebagai ajaran moderat, dengan cara dakwah yang damai, persuasif, dan sejalan
dengan pancasila dan pemerintah. Hal ini sengaja disampaikan, karena
banyaknya gerakan umat Islam bersatu yang mampu memberikan warna dan
perubahan terhadap tatanan pemerintahan, hingga akhirnya pemerintah berusaha
membatasi gerak umat Islam dalam berita-berita.
Penelitian yang lain dari Christina Ineke Widhiastuti yang berjudul Representasi
Nasionalisme Dalam Film Merah Putih (Analisis semiotika Roland Barthes).
Berdasarkan penelitian ini secara denotasi film merah putih menceritakan
perjuangan para tentara indonesia yang berperang mati-matian melawan penjajah
demi mempertahankan indonesia. Sedangkan secara konotasi ditemukan bahwa
pemahaman nasionalisme masih diartikan secara dangkal. Nasionalisme masih
terbatas pada bendera merah putih, lagu kebangsaan, bambu runcing, senjata,
ataupun perang. Film ini bisa dijadikan pembelajaran bagi kita untuk lebih
memaknai lagi bagaimana nasionalisme yang dibutuhkan bangsa ini sekarang.
8
Kemudian pada penelitian Retno Dwi Ningsih dengan judul Nilai-Nilai
Nasionalisme Religius Dalam Rubrik DAUR (Edisi 03 sampai 28 februari 2016
Rubrik Daur WWW.CAKNUN.COM). Dari penelitian didapatkan kesimpulan
bahwa dalam esai-esai Cak Nun dalam Rubrik Daur terdapat nilai-nilai
nasionalisme religius yang terwujud dalam bentuk nilai nasionalisme yaitu 1.
Nilai semangat berjihad 2. Nilai memiliki kemauan menyebarkan amar ma‟ruf
nahi munkar. 3. Nilai kemauan untuk menerapkan ilmu keagamaan dan ilmu
keduniaan. 4. Nilai membangun solidaritas sosial.
Dari penelitian terdahulu tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa sudah
semestinya ustad atau ulama dalam menyampaikan dakwahnya selalu
mempunyai pesan yang baik bagi kemaslahatan umat. Menjaga rasa cinta tanah
air merupakan salah satu kewajiban bagi setiap warga negara, hal itu bisa dilihat
dari penelitian Fatiha Ardi Hatta, bagaimana M. Quraish Shihab dan KH.
Mustofa Bisri dalam penyampaian dakwahnya selalu menggunakan cara dakwah
yang damai, persuasif, dan sejalan dengan pancasila dan pemerintah. Kemudian
pada penelitian Retno Dwi Ningsih, mendapatkan kesimpulan bahwa dakwah
yang dilakukan Cak Nun yang dalam hal ini melalui esai-esainya dalam rubrik
DAUR. Juga ditemukan nilai-nilai nasionalisme religius.
Oleh karena itu, setelah melihat dari penelitian-penelitian terdahulu tersebut.
Peneliti coba mencari pesan nasionalisme yang dilakukan oleh ulama-ulama
Indonesia melalui sarana dakwahnya, dalam hal ini peneliti memilih dakwah dari
9
Emha Ainun Nadjib (Cak Nun) yaitu melalui video dakwahnya di channel
YouTube CAKNUN.COM.
Cak Nun merupakan salah satu pendakwah yang menggunakan media sosial
YouTube sebagai media dakwahnya. Emha Ainun Najhib (Cak Nun), adalah
sastrawan, budayawan, juga seorang pendakwah. Pemikirannya mengenai
masalah-masalah sosial, politik, budaya dan agama sangat mendalam. Dengan
cara pengungkapannya yang menggunakan bahasa sederhana sehingga mudah
untuk dipahami oleh kalangan bawah. Metode yang digunakan Cak Nun dalam
berdakwah adalah dengan pendekatan kultural. Dakwah kultural adalah dakwah
yang penuh dengan kebijaksanaan dalam menyikapi dan memahami budaya yang
berkembang dalam masyarakat dengan penuh kedamaian (Hana, 2011). Metode
yang sama seperti yang dahulu digunakan oleh walisongo untuk meng-Islam-kan
masyarakat jawa-hindu. Bila dahulu walisongo seperti sunan bonang
menggunakan gamelan, Cak Nun memodernisasi dengan menambahkan drum,
gitar, bahkan keyboard.
Dengan cara pengungkapan yang sederhana, kajian Cak Nun ini mudah untuk
diterima dengan logika umum. Cinta kasihnya kepada sesama membuat dirinya
bisa diterima oleh berbagai aliran bahkan agama, maka bukan hal langka jika
penonton dakwah Cak Nun di YouTube juga banyak yang berasal dari yang
beragama lain, bahkan tak jarang mereka yang beragama lain ikut hadir langsung
ke acara maiyahan. Didalam setiap dakwah nya Cak Nun selalu menyelipkan
10
nilai nasionalisme mengenai pentingnya kebudayaan bangsa, keberagaman dan
menjaga NKRI sesuai dengan ideologi pancasila.
Menurut Cak Nun dikutip dari Republika.co.id, “Cinta tanah air, merawat
Indonesia wajib hukumnya karena kalau tidak dilakukan Tuhan akan marah”.
Cak Nun menilai cinta tanah air atau rasa nasionalisme hukumnya wajib bagi
seluruh elemen bangsa sebagai warga negara. Maka itu sebagai bentuk rasa bakti
dan syukur kepada Tuhan, maka wajib hukumnya setiap warga negara Indonesia
mencintai negara yang telah ditakdirkan tuhan sebagai tanah tumpah darah
mereka tersebut.
Melalui channel YouTube CAKNUN.COM. Cak Nun banyak mengunggah
video-video dahwahnya, terbagi dalam berbagai rublik, yaitu AKIK MAIYAH,
jurnal Cak Nun, Cak Nun-Kiai Kanjeng. Dari video-video tesebutlah banyak
mengandung nilai-nilai nasionalisme, serta kereligiusan yang sejatinya telah
menjadi latar belakang Cak Nun sendiri sebagai intelektual yang mengusung
tema Islam. Untuk itu maka dapat dijadikan sebagai alasan akademik, yang mana
didalam video Cak Nun tersebut banyak pemikiran-pemikiran dari Cak Nun yang
patut untuk didiskusikan dengan mencari dan memahami nilai-nilai yang
terkandung.
Untuk menemukan nilai nasionalisme yang muncul, peneliti menggunakan
analisis semiotika yaitu semiotika John Fiske. Menurut Kriyantono dalam
Prasetya (2014:1), semiotik adalah ilmu yang mengartikan makna-makna yang
11
terkandung dalam sebuah tanda. Semiotik berguna juga untuk memahami isi
pesan yang dibangun oleh komunikator. Dalam ilmu semiotik, budaya atau
pengalaman dari seseorang dapat menjadi landasan pemikiran untuk memaknai
suatu tanda atau obyek. Yang dimana semiotik berdasarkan sistem, aturan, serta
konvensi yang memiliki arti berupa tanda-tanda. Kode kultural sebagai cara
untuk mengetahui isi pesan dan makna pesan yang terdapat pada sebuah tanda.
Yang dimana pelaku komunikasi akan memberikan sebuah tanda dari sebuah
pesan berupa kode kultural yang akan ditujukan kepada penerima pesan.
Fiske mengemukakan teori tentang kode-kode televisi (the codes of television).
Menurut Fiske, kode-kode yang muncul atau yang digunakan dalam acara
televisi saling berhubungan sehingga terbentuk sebuah makna. Menurut teori ini
pula, sebuah realitas tidak muncul begitu saja melalui kode-kode yang timbul,
namun juga diolah melalui penginderaan sesuatu referensi yang telah dimiliki
oleh pemirsa televisi, sehingga sebuah kode akan dipersepsi secara berbeda oleh
orang yang berbeda juga. Pada perkembangannya, model dari Fiske tidak hanya
digunakan dalam menganalisis acara televisi, tapi juga digunakan untuk
menganalis teks media yang lain, seperti film, iklan, dan lain-lain (Vera,
2014:35).
Dari sini peneliti menganggap bahwa penelitian ini layak diteliti dengan
anggapan bahwa nasionalisme terkait erat dengan religiusitas. Berdasarkan latar
belakang di atas, peneliti tertarik untuk mengambil judul “Representasi Nilai
Nasionalisme Dalam Dakwah Cak Nun Pada Channel YouTube
12
CAKNUN.COM”. Penelitian ini dilakukan karena belum banyak penelitian
mengenai pemahaman nilai nasionalisme melalui dakwah, terutama dakwah yang
dilakukan di media sosial YouTube. Penelitian sendiri terbatas pada video yang
terdapat pada rubrik AKIK MAIYAH.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalahnya adalah:
Bagaimana representasi nilai nasionalisme dalam dakwah Cak Nun pada channel
YouTube CAKNUN.COM?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : Untuk mengetahui representasi nilai
nasionalisme dalam dakwah Cak Nun pada channel YouTube CAKNUN.COM.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang di dapat dalam penelitian ini, diantaranya :
a. Manfaat Teoritis
1) Memberikan penjelasan representasi nilai nasionalisme dalam dakwah
Cak Nun pada channel YouTube CAKNUN.COM.
2) Menjadi bahan rujukan bagi mahasiswa yang ingin mengadakan
penelitian lebih lanjut mengenai representasi nilai nasionalisme dalam
dakwah Cak Nun pada channel YouTube CAKNUN.COM.
b. Manfaat Praktis
13
1) Memberikan wacana tentang representasi nilai nasionalisme dalam
dakwah Cak Nun pada channel YouTube CAKNUN.COM.
2) Menyajikan wawasan kepada masyarakat khususnya masyarakat
Maiyah tentang makna nilai-nilai nasionalisme dalam dakwah Cak
Nun pada channel YouTube.
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu menjadi acuan dan bahan referensi untuk menunjang
penelitian penulis terkait dengan penelitian sebelumnya mengenai representasi
nasionalisme yang sudah diteliti sebelumnya, sehingga penulis tepat menentukan
judul dalam penelitian yang berhubungan dengan representasi nasionalisme.
Dibawah ini adalah matriks dari penelitian terdahulu yang penulis kumpulkan.
Tabel 1. Penelitian Terdahulu
1.
Judul Penelitian Analisis Semiotika Pesan Dakwah Ulama Islam
Indonesia dalam Acara Talkshow Mata Najwa
Metro Tv Edisi “Cerita Dua Sahabat” (Analisis
Semiotika John Fiske)
Penulis Fatiha Ardi Hatta (UIN Sunan Ampel Surabaya
2018)
Metode Penelitian Kualitatif
Hasil Penelitian
Terdahulu
Berdasarkan data yang didapatkan, hasil penelitian
menjelaskan bahwa pesan dakwah ulama Islam
Indonesia menunjukkan mengenai Islam sebagai
ajaran moderat, dengan cara dakwah yang damai,
persuasif, dan sejalan dengan pancasila dan
pemerintah. Hal ini sengaja disampaikan, karena
banyaknya gerakan umat Islam bersatu yang
mampu memberikan warna dan perubahan
terhadap tatanan pemerintahan, hingga akhirnya
pemerintah berusaha membatasi gerak umat Islam
dalam berita-berita Metro Tv satu bulan
15
sebelumnya. Media menampilkan pesan dakwah
tersebut dalam acara Mata Najwa berkepentingan
untuk menyampaikan ideologi media, yakni cinta
tanah air, nasionalisme. Media Metro Tv
mendominankan Islam dengan jalan moderat dan
membungkam masyarakat yang bertentangan
dengan kepentingan Metro Tv berdasarkan video
acara Mata Najwa.
Perbedaan penelitian
Terdahulu
Perbedaan terletak pada objek penelitian dan fokus
penelitian
Kontribusi Penelitian
Terdahulu
Memberikan gambaran mengenai semiotika John
Fiske
2
Judul Penelitian Representasi Nasionalisme Dalam Film Merah
Putih (Analisis semiotika Roland Barthes)
Penulis Christina Ineke Widhiastuti (UNTIRTA 2012)
Metode Penelitian Kualitatif
Hasil Penelitian
Terdahulu
Berdasarkan penelitian ini secara denotasi film
merah putih menceritakan perjuangan para tentara
indonesia yang berperang mati-matian melawan
penjajah demi mempertahankan indonesia.
Sedangkan secara konotasi ditemukan bahwa
pemahaman nasionalisme masih diartikan secara
dangkal. Nasionalisme masih terbatas pada
bendera merah putih, lagu kebangsaan, bambu
runcing, senjata, ataupun perang. Film ini bisa
dijadikan pembelajaran bagi kita untuk lebih
memaknai lagi bagaimana nasionalisme yang
dibutuhkan bangsa ini sekarang. Tidak luput dari
semuanya, penelitian ini diharapkan dapat
menambah dan memberikan sumbangan
pemikiran, serta dapat bermanfaat untuk
pengembangan studi ilmu komunikasi.
Perbedaan penelitian
Terdahulu
Perbedaan terletak pada objek penelitian dan fokus
penelitian
Kontribusi Penelitian
Terdahulu
Memberikan gambaran mengenai nasionalisme
3.
Judul Penelitian Nilai-Nilai Nasionalisme Religius Dalam Rubrik
DAUR (Edisi 03 sampai 28 februari 2016 Rubrik
Daur WWW.CAKNUN.COM)
Penulis Retno Dwi Ningsih (Universitas Islam Negeri
Sunan Kalijaga Yogyakarta 2016)
Metode Penelitian Kualitatif
Hasil Penelitian
Terdahulu
Jenis penelitian yang digunakan ialah penelitian
kualitatif deskriptif dengan metode analisis
16
semiotik Roland Barthes. Dengan kesimpulan
terdapat nilai nasionalisme religius yang terwujud
dalam bentuk nilai nasionalisme yaitu 1. Nilai
semangat berjihad 2. Nilai memiliki kemauan
menyebarkan amar ma‟ruf nahi munkar. 3. Nilai
kemauan untuk menerapkan ilmu keagamaan dan
ilmu keduniaan. 4. Nilai membangun solidaritas
sosial.
Perbedaan penelitian
Terdahulu
Penelitian terdahulu meneliti pada esai-esai dalam
Rubrik Daur WWW.CAKNUN.COM, sedangkan
penelitian ini meneliti pada channel YouTube
CAKNUN.COM.
Kontribusi Penelitian
Terdahulu
Memberikan wawasan mengenai nilai-nilai
nasionalisme.
2.2. Media Baru
Selama tahun 2000, internet telah memasuki fase yang disebut web 2.0. (web two
point-oh), dimana semua menjadi lebih interaktif dan telah menjadi area untuk
semua orang, tidak hanya milik beberapa pihak saja. Semua orang saat ini dapat
langsung mengambil peran dan menaruh apapun kedalam internet.
Perkembangan web 2.0 sebagai platform telah mengubah sifat interaktivitas di
web dan membuka alam semesta bagi pengguna media. Sedangkan metafora
halaman web 1.0 hanya diperbolehkan untuk mengunduh informasi sejalan dan
karena itu tidak berbeda dengan konsumsi media penyiaran, aplikasi web 2.0
memungkinkan pengguna untuk menjadi produsen otonom. Blog, Youtube,
Wikipedia, Ebay, Flickr, Second Life dan situs jaringan sosial online lainnya
seperti memungkinkan pengguna media untuk memiliki pengalaman siaran.
Pentingnya Web 2.0 adalah media siar menghasilkan sebuah konteks hubungan
sosial instan nasional atau internasional, ada beberapa cara di mana individu
17
mendapatkan interaksi berharga untuk membuat koneksi global secara nyata.
Faktanya bahwa pengguna sekarang dapat bekerja dengan materi media siar
sebagai sebuah cara mengembangkan ide pada ruang publik
(Littlejohn,2009:686).
Internet adalah salah satu bentuk dari media baru (new media). Internet dinilai
sebagai alat informasi paling penting untuk dikembangkan kedepannya. Internet
memiliki kemampuan untuk mengkode, menyimpan, memanipulasi dan
menerima pesan (Ruben, 1998:110). Internet merupakan sebuah media dengan
segala karakteristiknya. Internet memiliki teknologi, cara penggunaan, lingkup
layanan, isi dan image sendiri. Internet tidak dimiliki, dikendalikan atau dikelola
oleh sebuah badan tunggal tetapi merupakan sebuah jaringan komputer yang
terhubung secara intensional dan beroperasi berdasarkan protokol yang
disepakati bersama. Sejumlah organisasi khususnya provider dan badan
telekomunikasi berperan dalam operasi internet (McQuail, 2009: 28-29).
Menurut Septiawan Santana Kurnia dalam bukunya Jurnalisme Kontemporer,
internet adalah sebuah medium terbaru yang mengkonvergensikan seluruh
karakteristik media dari bentuk-bentuk yang terdahulu. Apa yang membuat
bentuk-bentuk komunikasi berbeda satu sama lain bukanlah penerapan aktualnya,
namun perubahan dalam proses komunikasi seperti kecepatan komunikasi, harga
komunikasi, persepsi pihakpihak yang berkomunikasi, kapasitas storage dan
fasilitas mengakses informasi, densitas (kepekatan atau kepadatan) dan kekayaan
arus-arus informasi, jumlah fungsionalitas atau intelijen yang dapat ditransfer.
18
Jadi menurut Santana, titik esensinya adalah bahwa keunikan internet terletak
pada esensinya sebagai sebuah medium (Setyani, 2013:5).
Menurut Denis McQuail dalam bukunya Teori Komunikasi Massa (2011:43) ciri
utama media baru adalah adanya saling keterhubungan, aksesnya terhadap
khalayak individu sebagai penerima maupun pengirim pesan, interaktivitasnya,
kegunaan yang beragam sebagai karakter yang terbuka, dan sifatnya yang ada di
mana-mana.
Terdapat 5 kategori utama media baru yang sama-sama memiliki kesamaan
saluran tertentu dan kurang lebih berdasarkan jenis penggunaan, konten, dan
konteks. Menurut McQuail (dalam Utami, 2018) sebagai berikut :
1. Media komunikasi antarpribadi (Interpersonal communication media)
Meliputi telepon (yang semakin mobile) dan surat elektronik (terutama untuk
pekerjaan, tetapi menjadi semakin personal). Secara umum, konten bersifat
pribadi dan mudah dihapus dan hubungan yang tercipta lebih penting
daripada informasi yang disampaikan.
2. Media permainan interaktif (interactive play media) Media ini terutama
berbasis komputer dan video game, ditambah peralatan realias virtual.
Inovasi utamanya terletak pada interaktivitas dan mungkin dominasi dari
kepuasan proses atau penggunaan.
3. Media pencarian informasi (Information search media) Ini merupakan
kategori yang luas tetapi internet/www merupakan contoh yang paling
19
penting, dianggap sebagai perpustakaan dan sumber dat yang ukuran,
aktualitas, dan aksebilitasnya belum pernah ada sebelumnya.Posisis mesin
pencari telah menjadi sangat penting sebagai alat bagi para pengguna
sekaligus sebagai sumber pendapatan untuk internet. Disamping internet,
telepon (mobile) juga semakin menjadi saluran penerimaan informasi,
sebagaimana juga teleteks yang disiarkan dan layanan data radio.
4. Media partisipasi kolektif Kategorinya, khususnya meliputi penggunaan
internet untuk berbagi dan bertukar innformasi, gagasan dan pengalaman,
serta untuk mengembangkan hubungan pribadi aktif (yang diperantarai
komputer)
5. Substitusi media pnyiaran (Substitution of broadcasting media) Acuan
utamanya adalah penggunaan media untuk menerima atau mengunduh konten
yang dimasa lalu biasanya disiarkan atau disebarkan dengan metode lain
serupa.
2.2.1. YouTube
Youtube merupakan sistus video yang menyediakan berbagai informasi berupa
“gambar bergerak” dan bisa diandalkan.Situs ini memang disediakan bagi
mereka yang ingin melakukan pencarian informasi video dan menontonnya
langsung. Kita juga bisa berpartisipasi mengunggah (upload) video ke server
YouTube dan membaginya ke seluruh dunia (Baskoro, 2009: 58)
Seperti yang tertera pada lamannya YouTube memilki misi sebagai berikut :
20
YouTube memiliki misi : Misi kami adalah memberi kebebasan
untuk menyampaikan pendapat dan menunjukkan dunia kepada
setiap orang.
Kami yakin setiap orang berhak menyampaikan pendapat, dan dunia
akan menjadi tempat yang lebih baik jika kita bersedia mendengar,
berbagi, dan membangun komunitas melalui kisah-kisah yang kita
miliki.
Nilai yang kita miliki didasarkan pada empat kebebasan utama
yang menentukan siapa kita.
Kebebasan Berekspresi Kami yakin setiap orang harus punya kebebasan untuk berbicara,
menyampaikan pendapat, mengadakan dialog terbuka, dan kebebasan
berkreasi dapat menghasilkan suara, format, dan kemungkinan baru.
Kebebasan Mendapatkan informasi Kami yakin setiap orang harus memiliki akses yang mudah dan
terbuka untuk mendapatkan informasi.Selain itu, video adalah media
yang paling berpotensi untuk pendidikan, membangun pemahaman,
dan mendokumentasikan peristiwa di dunia, baik yang besar maupun
kecil.
Kebebasan Menggunakan peluang Kami meyakini bahwa setiap orang harus punya peluang untuk
ditemukan, membangun bisnis, dan meraih sukses sesuai keinginannya
sendiri. Mereka jugalah yang menentukan hal apa saja yang populer,
bukan pihak-pihak tertentu.
Kebebasan Memiliki tempat berkarya Kami meyakini bahwa setiap orang perlu menemukan komunitas yang
saling mendukung satu sama lain, menghilangkan perbedaan,
melampaui batas-batas diri, dan berkumpul bersama atas dasar minat
dan passion yang sama.
Saat ini popularitas YouTube tdak dapat diragukan lagi, dengan tidak
terbatasnya waktu untuk mengakses video dan juga dapat menikmati berbagai
konten yang ada, dan pada tahun 2017 jumlah penonton YouTube telah
mencapai 1,8 miliar yang terdaftar setiap bulannya (http://tekno.kompas.com).
Sebagai media sosial yang dapat dilihat dan didengar, YouTube tidak hanya
memaparkan sebuah informasi audio-visual, melainkan juga menjadi media
yang membuka peluang bagi siapapun berbagi informasi audio-visual, dan
21
mereka yang melihat video tersebut dapat memberikan penilaian terhadap
informasi yang diterima. (Bening, 2014 : 2)
Siapa saja dapat mengakses video YouTube salah satu keuntungan dari
penggunaan media sosial, maka dari itu berbagai konten yang ada tersedia bagi
semua kalangan masyarakat mulai dari bayi, anak-anak, remaja, orangtua juga
para lansia.YouTube denga misinya yakni memperoleh „kebebasan‟ tentu
memiliki dua sisi, positif dan negative. Setiap kebebasan dalam mengunggah
(upload) dan mengunduh video memiliki sebuah maksud tertentu, baik hanya
sekedar hiburan atau juga dengan latar belakang kepentingan yang lain. Namun
yang perlu diperhatikan ialah dalam video YouTube yang ada, perlunya
perhatian terhadap konten anak-anak.
2.3. Konsep Representasi
Menurut kamus besar bahasa Indonesia Representasi memiliki arti sesuatu
perbuatan yang mewakili. Menurut Marcel Danesi, representasi adalah proses
merekam ide, pengetahuan, atau pesan dalam beberapa cara fisik. Hal tersebut
dapat didefiniskan lebih tepat sebagai kegunaan dari tanda yaitu untuk
menyambungkan, melukiskan, meniru sesuatu yang dirasa, dimengerti,
diimajinasikan atau dirasakan dalam beberapa bentuk fisik.
Menurut Stuart Hall ada dua proses representasi. Pertama, representasi mental,
yaitu konsep tentang „sesuatu‟ yang ada dikepala kita masing-masing (peta
konseptual), representasi mental masih merupakan sesuatu yang abstrak. Kedua,
22
„bahasa‟ yang berperan penting dalam proses konstruksi makna. Konsep abstrak
yang ada dalam kepala kita harus diterjemahkan dalam „bahasa‟ yang lazim,
supaya kita dapat menghubungkan konsep dan ide-ide kita tentang sesuatu
dengan tanda dari simbol-simbol tertentu. Media sebagai suatu teks banyak
menebarkan bentuk-bentuk representasi pada isinya. Representasi dalam media
menunjuk Pada bagaimana seseorang atau suatu kelompok, gagasan atau
pendapat tertentu ditampilkan dalam pemberitaan (Wibowo, 2010: 123).
Menurut David Croteau dan Wiliam Hoynes (dalam Wibowo, 2010: 120),
representasi merupakan hasil dari suatu penyeleksian yang menggaris bawahi
hal-hal tertentu. Dalam representasi media, tanda yang akan digunakan untuk
melakukan representasi tentang suatu mengalami proses seleksi. Mana yang
sesuai dengan kepentingan- kepentingan dan pencapaian tujuan-tujuan
komunikasi ideologisnya itu yang digunakan, sementara tanda lain diabaikan.
Konsep representasi sendiri bisa berubah-ubah, selalu ada pemaknaan baru.
Representasi berubah-ubah akibat makna yang juga berubah -ubah. Setiap waktu
terjadi proses negoisasi dalam pemaknaan. Jadi representasi bukanlah suatu
kegiatan atau proses statis tapi merupakan proses dinamis yang terus berkembang
seiring dengan kemampuan intelektual dan kebutuhan para pengguna tanda yaitu
manusia sendiri yang juga terus bergerak dan berubah. Representasi merupakan
suatu proses usaha konstruksi. Karena pandangan-pandangan baru yang
menghasilkan pemaknaan baru , juga merupakan hasil pertumbuhan konstruksi
23
pemikiran manusia, melalui representasi makna diproduksi dan dikonstruksi. Ini
menjadi proses penandaan, praktik yang membuat suatu hal bermakna sesuatu.
Menurut John Fiske, saat kelompok atau seseorang menampilkan objek peristiwa
maupun gagasan, paling tidak ada tiga proses yang dihadapi:
1. Realitas
Pada level pertama adalah peristiwa yang ditandakan sebagai realitas.
Bagaimana peristiwa itu dikonstruksi sebagai realitas oleh media. Dalam
bahasa gambar ini umumnya berhubungan dengan aspek seperti pakaian,
lingkungan, ucapan, dan ekspresi. Di sini, realitas selalu siap ditandakan.
2. Representasi
Pada level kedua, ketika kita memandang sesuatu sebagai realitas,
pertanyaan berikunya adalah bagaimana realitas itu digambarkan. Di sini,
kita menggunakan perangkat teknis.Dalam bahasa gambar, alat teknis itu
berupa kamera, pencahayaan, editing, atau musik.Pemakaian kata-kata,
kalimat atau preposisi tertentu misalnya, membawa makna tertentu ketika
diterima oleh khalayak.
3. Ideologi
Pada level ketiga, bagaimana peristiwa tersebut diorganisir ke dalam
konvensi-konvensi yang diterima secara ideologis. Bagaimana kode-kode
representasi dihubungkan dan diorganisasikan ke dalam hal yang berkaitan
dengan sosial seperti kelas sosial, atau kepercayaan dominan yang ada
24
dalam masyarakat (patriarki, materialisme, kapitalisme, dan sebagainya).
(Fiske dalam Wibowo, 2011:123)
2.4. Konsep Nasionalisme
Nasionalisme berasal dari kata Nation yang berarti bangsa. Secara etimologis,
termanasionalisme, natie, national, kesemuanya berasal dari bahasa latin,yakni
nation yang berarti bangsa yang dipersatukan karena kelahiran. Kata nation ini
berasal dari kata nascie yang berarti dilahirkan. Sedangkan pengertian bangsa
menurut Grosby adalah wilayah komunitas dari tanah kelahiran. Dan
nasionalisme adalah paham dan proses di dalam sejarah ketika sekelompok orang
merasa menjadi anggota dari suatu bangsa (nation) dan mereka secara bersamaan
ingin mendirikan suatu negara (state) yang mencakup semua anggota kelompok
itu. Jadi dapat dikatakan, Nasionalisme berarti paham (ajaran) untuk mencintai
bangsa dan negara sendiri; politik untuk membela pemerintahan sendiri, dapat
pula berarti kesadaran keanggotaan dalam suatu bangsa yang secara potensial
atau aktual bersama-sama mencapai, mempertahankan, dan mengabadikan
identitas, integritas, kemakmuran, dan kekuatan bangsa itu; semangat
kebangsaan.
Dalam artian lain, nasionalisme adalah paham kebangsaan yang tumbuh karena
adanya persamaan nasib dan sejarah serta kepentingan untuk hidup bersama
sebagai suatu bangsa yang merdeka, bersatu, berdaulat, demokratis, dan maju
didalam satu kesatuan bangsa dan negara serta cita-cita bersama guna mencapai,
memelihara, dan mengabdikan identitas, persatuan, kemakmuran, dan kekuatan
25
atau kekuasaan negara bangsa yang bersangkutan.Nasionalisme membangun
kesadaran rakyat sebagai suatu bangsa serta memberi seperangkat sikap dan
program tindakan. Tingkah laku seseorang nasionalis didasarkan pada perasaan
menjadi bagian dari suatu komunitas bangsa. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (dalam Listiyarti, 2007:26) “nasionalisme berasal dari kata nasional
dan isme yaitu paham kebangsaan yang mengandung makna kesadaran dan
semangat cinta tanah air, memiliki rasa kebangsaan bangsa, atau memelihara
kehormatan bangsa,”
Nasionalisme memiliki beberapa bentuk-bentuk menurut Retno Listyarti
(2007 :28) antara lain :
1. Nasionalisme kewarganegaraan (nasionalisme sipil) adalah nasionalisme
dimana negara memperoleh kebenaran politik dari partisipasi aktif rakyatnya.
Keanggotaan suatu bangsa bersifat sukarela. Bentuk nasionalisme ini mula-
mula dibangun oleh Jean-Jacques Rousseau dan menjadi bahan tulisannya.
2. Nasionalisme etnis atau etnonasionalisme adalah dimana negara memperoleh
kebenaran politik dari budaya asal atau etnis sebuah masyarakat. Keanggotaan
suatu bangsa bersifat turun-temurun.
3. Nasionalisme romatik adalah bentuk nasionalisme etnis dimana negara
memperoleh kebenaran politik sebagai suatu yang alamiah dan merupakan
eksprresi dari bansa atau ras. Nasionalisme romantik menitik beratkan pada
budaya etnis yang sesuai dengan idealisme romantik
26
4. Nasionalisme budaya adalah nasionalisme dimana negara meperoeh
kebenaran politik dari budaya bersama dan tidak bersifat turun-temurun
seperti warna kulit
5. Nasionalisme kenegaraan adalah merupakan variasi nasionalisme
kewarganegaraan yang sering dikombinasikan dengan nasionalisme etnis.
Dalam nasionalisme kenegaraan bangsa adalah suatu komonitas yang
memberikan kontribusi terhadap pemeliharaan dan kekuatan negara.
6. Nasionalisme agama adalah nasionalisme dimana negara memperoleh
legitimasi politik dari persamaan agama.
Benedict Anderson melihat nasionalisme sebagai sebuah ide komunitas yang
dibayangkan (imagined communities). Menurutnya, nasionalisme adalah sebuah
komunitas politik berbayang yang dibayangkan sebagai kesatuan yang terbatas
dan kekuasaan yang tertinggi. Maksud dari berbayang adalah anggota suatu
negara atau bangsa hanya mengetahui dan mampu membayangkan komunitasnya
(negaranya), akan tetapi tidak semua dari mereka saling mengenal. Dibayangkan
karena setiap anggota dari suatu bangsa, bahkan bangsa yang terkecil sekalipun,
tidak mengenal seluruh anggota dari bangsa tersebut.Bangsa dibayangkan
sebagai kekuasaan tertinggi karena hal tersebut matang di panggung sejarah
manusia ketika kebebasan adalah suatu hal yang langka dan secara idealis
berharga. Bangsa dibayangkan sebagai komunitas karena dipahami sebagai
sebuah persahabatan horizontal yang dalam.
27
Nasionalisme berakar dari sistem budaya suatu kelompok masyarakat yang tidak
saling mengenal satu sama lain. Kebersamaan mereka yang timbul karena
konstruksi komunitas melalui khayalan menjadi dasar nasionalisme.
Nasionalisme hidup dari bayangan tentang komunitas yang senantiasa hadir
dipikiran setiap anggota bangsa yang menjadi referensi identitas sosial.
Sedangkan nasionalisme Indonesia adalah kualitas kejiwaan yang didasarkan
pada kesadaran nasional, yang mempunyai daya pemersatu seluruh bangsa untuk
hidup bersama dan bekerja sama berdasarkan atas harga diri yang timbul dari
masyarakat kebudayaan Indonesia. Nasionalisme Indonesia lahir bersamaan
dengan tumbuhnya keinginan membentuk negara nasional Indonesia.
Namun menurut Soekarno (dalam Moesa, 2007:315), nasionalisme tidak
bertentangan dengan Islam , dan pandangan itu pada saat ini dapat diterima.
Sebab, Islam memang menganjurkan umatnya untuk mengabdi kepada
masyarakat dan kawasan dimana ia dilahirkan dan dibesarkan. Soekarno
menyatakan bahwa nasionalisme pada dasarnya adalah suatu ide yang bebas dari
ideologi, termasuk ideologi agama. Akan tetapi netralitas itu memungkinkan
setiap ideologi, termasuk agama, untuk memberi warna dan corak pada
nasionalisme.
Jadi yang dimaksud nilai nasionalisme adalah paham kebangsaan yang tumbuh
dari kecintaan terhadap negara, tidak bertentangan dengan budaya Indonesia,
bebas dari ideologi termasuk ideologi agama. Dalam peraturan perundang-
28
undangan sendiri telah ditetapkan mengenai kebebasan beragama, serta
perlindungan untuk masyarakat beragama dengan adanya perundangan tentang
penodaan agama. Hal ini sekali lagi menunjukan nilai-nilai nasionalisme secara
sadar telah terbentuk dari religiusitas itu sendiri.
Kecintaan pada negara dapat digambarkan dengan berbagai sikap dan karakter.
Berikut adalah beberapa karakteristik yang dapat diterapkan oleh seluruh lapisan
masyarakat dalam sebuah negara dari Dhiauddin Rais (dalam Ningsih, 2016)
yang kemudian disebut sebagai karakteristik nasionalisme religius;
a. Adanya Keimamahan
Yang dimaksud dengan kewajiban pertama adalah kewajiban mendirikan
negara Islam yang legal yang merupakan dasar utama untuk terealisasinya
seluruh kewajiban yang akan diterapkan pada komunitas sosial.
b. Adanya Keadilan Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tata Negara
Pengadilan adalah kewajiban yang mendapatkan perhatian besar dari para
ulama. Merekan mengigatkan akan adanya bahaya jika tidak diperhatikan
secara serius. Para ulama meletakan persyaratan bagi orang yang akan
menduduki jabatan secara khusus. Mereka kemudian membedakan antara
yang bertanggung jawab terhadap penegakan hukum karena takut pada allah
dan yang bertujuan menegakkan hukum itu sendiri, menghilangkan adanya
permusuhan yang disebabkan oleh sebuah keputusan hokum dan
melaksanakan hukum Islam .
c. Adanya semangat Berjihad
29
Kewajiban ini yang akan mampu mempertahankan kestabilan negara, agama,
dan bangsa. Pada gilirannya tercapai sebuah independenitas dalam berbagai
hal, menjaga harga diri dan menjamin adanya kebebasan.
d. Adanya Amar Ma‟ruf Nahi Munkar
Perintah tersebut meliputi berbagai permasalahan yang beraneka ragam
bentuk dan jenisnya, yaitu menyeru setiap individu, keharusan pelaksanaan
undang-undang, bertanggung jawab terhadap segala perbuatan yang
dilakukannya, menyeru untuk berbuat baik, melarang melakukan hal-hal yang
cenderung tidak mendatangkan keuntungan dari orang banyak.
e. Adanya Penerapan Ilmu Agama dan Keduniaan
Setiap ilmu yang bermanfaat untuk penambahan pembangunan serta menjaga
kelangsungan hidup dan mengembangkan peradaban, disamping ilmu
pengetahuan yang berorientasi pada penjagaan agama, penjagaan hukum
Islam , sah tidaknya mengerjakan sesuatu yang sesuai dengan hukum, dan
yang berhubungan dengannya. Seluruh ilmu pengetahuan itu wajib bagi
negara untuk mengembangkan dan menjaganya dengan mengajarkannya pada
bangsa.
f. Adanya Perangkat-Perangkat Pembangunan
Salah satu kewajiban yang diharuskan oleh agama atau negara pada
umumnya, adalah menyediakan sarana yang dapat merealisasikan
pembangunan dan memberikan fasilitas yang dapat dipakai untuk
meningkatkan kehidupan rakyat, menggali sumber daya alam, dan
memproduksinya dengan sendirinya. Hal itu menunjukkan bahwa Islam
30
adalah agama yang membangun dan mengembangkan ilmu pengetahuan,
Islam sangat memperhatikan kepentingan dunia seperti halnya
memperhatikan kepentingan agama.
g. Adanya Semangat Membangun Solidaritas Sosial
Sikap sepenanggungan satu sama lain sehingga seseorang diantara mereka
tidak dibiarkan begitu saja jika memiliki kebutuhan. Setiap individu-muslim
atau non muslim-akan saling membahu satu sama lainnya. Prinsip yang
demikian merupakan prinsip yang sangat tinggi, yang telah dirintis oleh Islam
sejak pertamanya, mendahului sistem yang lainnya selain Islam .
Itulah kewajiban umum penting yang dibebankan kepada negara dalam Islam,
yang kemudian oleh penulis mengkategorikannya sebagai karakteristik
nasionalisme religius.
2.5. Semiotika John Fiske
Semiotika adalah studi mengenai pertandaan dan makna dari sistem tanda,
bagaimana makna dibangun dalam teks media atau studi tentang bagaimana
tanda dari jenis karya apapun dalam masyarakat yang mengkonsumsi makna
(Fiske, 2007 : 282).
Pusat dari konsentrasi ini adalah tanda. Kajian mengenai tanda dan cara tanda-
tanda tersebut bekerja disebut semiotik atau semiologi. Semiotika, sebagaimana
kita menyebutnya, memiliki tiga wilayah kajian :
31
1. Tanda itu sendiri. Wilayah ini meliputi kajian mengenai berbagai jenis tanda
yang berbeda, cara-cara berbeda dari tandatanda di dalam menghasilkan
makna, dan cara tanda-tanda tersebut berhubungan dengan orang yang
menggunakannya. Tanda adalah konstruksi manusia dan hanya bisa dipahami
di dalam kerangka penggunaan/konteks orang-orang yang menempatkan
tanda-tanda tersebut.
2. Kode-kode atau sistem dimana tanda-tanda diorganisasi. Kajian ini
melingkupi bagaimana beragam kode telah dikembangkan untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat atau budaya, atau untuk mengeksploitasi saluran-
saluran komunikasi yang tersedia bagi pengiriman kode-kode tersebut.
3. Budaya tempat di mana kode-kode dan tanda-tanda beroperasi. Hal ini pada
gilirannya bergantung pada penggunaan dari kode-kode dan tanda-tanda untuk
eksistensi dan bentuknya sendiri (Fiske, 2012 : 66-67).
John Fiske mengemukakan teori tentang kode-kode televisi (the codes of
televsion). Menurut Fiske, kode-kode yang muncul atau yang digunakan dalam
acara televisi saling berhubungan sehingga terbentuk sebuah makna. Sebuah
realitas tidak akan muncul begitu saja melalui kode-kode yang timbul, namun
juga diolah melalui alat indera sesuai referensi yang telah dimiliki oleh penonton
televisi, sehingga sebuah kode diapresiasi secara berbeda oleh orang yang
berbeda. Model dari John Fiske tidak hanya digunakan dalam menganalisis acara
televisi, tetapi juga dapat digunakan untuk menganalisis teks media yang lain,
32
seperti film, iklan, dan lainnya. Kode-kode televisi yang diungkapkan pada teori
John Fiske terbagi dalam tiga level sebagai berikut :
1. Level realitas (Reality)
2. Level representasi (Representation)
3. Level ideologi (Ideology)
Fiske menjelaskan bagaimana sebuah peristiwa menjadi “peristiwa televisi”
apabila telah dienkode oleh kode-kode sosial, yang dikonstruksi dalam tiga
tahapan berikut. Pada tahap pertama adalah realitas (reality), yakni peristiwa
yang ditandakan sebagai realitas tampilan, pakaian, lingkungan, perilaku,
percakapan, gestur, ekspresi, suara, dan sebagainya (Vera, 2014:35). Pada tahap
kedua disebut representasi (representation). Realitas yang ter-enkode dalam
encoded electronically harus ditampakkan pada technical codes, seperti kamera,
pencahayaan, editing, musik, suara. Dalam Bahasa tulis ada kata, kalimat,
proposisi, foto, grafik, dan sebagainya. Sedangkan dalam Bahasa gambar atau
televisi ada kamera, tata cahaya, editing, musik, dan sebagainya. Elemen-elemen
ini kemudian ditransmisikan kedalam kode representasional yang dapat
mengaktualisasikan, antara lain karakter, narasi, action, dialog, setting, dan
sebagainya. Ini sudah tampak sebagai relitas televisi (Vera, 2014:36). Tahap
ketiga adalah ideologi (ideology). Semua elemen diorganisasikan dan
dikategorikan dalam kode-kode ideologis, seperti patriarki, individualise, ras,
kelas, materialisme, kapitalisme, dan sebagainya. Ketika kita melakukan
33
representasi atas suatu realita, menurut Fiske, tidak dapat dihindari adanya
kemungkinan memasukkan ideologi dalam konstruksi realitas (Vera, 2014:36).
Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa peneliti menggunakan teori
semiotika dari John Fiske untuk penelitian ini karena setiap level yang
dipaparkan oleh John Fiske, yaitu realitas, representasi dan ideologi mampu
digunakan sebagai alat untuk menganalisa tanda dan makna yang terdapat di
dalam video dakwah Cak Nun dengan tepat. Itulah kenapa peneliti memilih
semiotika John Fiske sebagai pendekatan untuk penelitian ini.
2.6. Kerangka Pikir
Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui nilai nasionalisme dalam Dakwah
Cak Nun dalam channel YouTube CAKNUN.COM. Maka, untuk mengetahui
maknanya peneliti menggunakan analisis semiotika dari John Fiske sebagai
landasan teori untuk menganalisis nilai nasionalisme dakwah Cak Nun. Dalam
dakwah Cak Nun tersebut, peneliti mengambil beberapa sequence yang akan di
analisis menggunakan konsep pemikiran dari John Fiske. Dalam semiotika yang
dikaji oleh John Fiske terdapat satu teori untuk menganalisis tentang film yaitu
kode-kode televisi. Kode-kode televisi tersebut terbagi lagi menjadi 3 bagian,
yaitu :
1. Level realitas (Reality) yang meliputi appearance (penampilan), dress
(kostum), make-up (riasan), environment (lingkungan), behavior (kelakuan),
speech (cara berbicara), gesture (gerakan) dan expression (ekspresi).
34
2. Level representasi (Representation) yang kode teknis, yang melingkupi
camera (kamera), lighting (pencahayaan), editing (perevisian), music (musik)
dan sound (suara). Serta kode representasi konvensional yang terdiri dari
narative (naratif), conflict (konflik), character(karakter), action (aksi),
dialogue (percakapan), setting (layar) dan casting (pemilihan pemain).
3. Level ideologi (Ideology) yang meliputi individualism (individualisme),
feminism (feminisme), race (ras), class (kelas), materialism (materialisme),
capitalism (kapitalisme) dan lainlain.
Pertama, realitas, dalam proses ini peristiwa atau ide dikonstruksi sebagai realitas
oleh media dalam bentuk bahasa gambar ini umumnya berhubungan dengan
aspek seperti pakaian, lingkungan, ucapan ekspresi dan lain-lain. Di sini realitas
siap ditandakan.
Kedua, representasi, dalam proses ini realitas digambarkan dalam perangkat-
perangkat teknis seperti bahasa tulis, gambar, grafik, animasi dan lain-lain.
Ketiga, tahap ideologis, dalam proses ini peristiwa-peristiwa dihubungkan dan
diorganisasikan ke dalam konvensi yang diterima secara ideologis. Bagaimana
kode-kode representasi dihubungkan dan diorganisasikan ke dalam koherensi
sosial atau kepercayaan dominan yang ada dalam masyarakat. Dari kerangka
konseptual ini, maka peneliti mendapatkan model dari alur pemikiran penelitian
dalam bentuk bagan sebagai berikut :
35
Bagan 1. Kerangka pimikiran analisis semiotika “Representasi Nilai
Nasionalisme dalam Dakwah Cak Nun Pada Channel YouTube
CAKNUN.COM”
Dakwah Cak Nun pada channel
YouTube CAKNUN.COM
Representasi Nilai Nasionalisme
Semiotika John Fiske
Level Realitas Level Representasi Level Ideologi
Representasi Nilai Nasionalisme dalam Dakwah Cak Nun pada channel
YouTube CAKNUN.COM
36
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Tipe Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif. Peneliti
menggunakan pendekatan kualitatif agar sesuai dengan tujuan penelitian ini
yaitu untuk memahami makna nasionalisme yang ada di dalam video dakwah
Cak Nun. Pendekatan kualitatif memusatkan perhatian pada prinsip-prinsip
umum yang mendasari perwujudan sebuah makna dari gejala-gejala sosial di
dalam masyarakat (Bungin, 2013: 306). Riset kualitatif bertujuan untuk
menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data
sedalam-dalamnya. Di sini yang lebih ditekankan adalah persoalan kedalaman
(kualitas) data bukan banyaknya (kuantitas) data (Kriyantono, 2012: 56).
Analisis kualitatif umumnya tidak digunakan untuk mencari data dalam arti
frekuensi, akan tetapi digunakan untuk menganalisis makna dari data yang
tampak di permukaan itu, dengan demikian maka analisis kualitatif digunakan
untuk memahami sebuah fakta dan bukan untuk menjelaskan fakta tersebut
(Bungin, 2013: 313).
37
3.2. Metode Penelitian
Metode (method), secara harfiah berarti cara. Metode atau metodik berasal dari
bahasa Yunani, metha (melalui atau melewati), dan hodos (jalana tau cara), jadi
metode dapat berarti jalan atau cara yang harus dilalu iuntuk mencapai tujuan
tertentu. Metode adalah prosedur atau cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan
tertentu (Pujileksono, 2015:3). Penelitian dapat diartikan sebagai suatu kegiatan
ilmiah yang dilakukan secara sistematis untuk menjawab permasalahan yang
terjadi dalam kehidupan yang bersifat abstrak atau konkret dan umum atau
khusus (Pujileksono, 2015:3). Dengan demikian, metode penelitian adalah
prosedur atau cara dalam melakukan penelitian untuk menjawab tujuan
penelitian. Tujuan penelitian dapat meliputi penemuan, pembuktian dan
pengembangan ilmu pengetahuan (Pujileksono, 2015:3).
Metode penelitian dalam studi ini menggunakan metode semiotika yang bersifat
kualitatif-interpretatif. Metode semiotika pada dasarny abersifat kualitatif
interpretatif (interpretation), yaitu sebuah metode yang memfokuskan dirinya
pada tanda dan teks sebagai objek kajiannya, serta bagaimana peneliti
menafsirkan dan memahami kode (decoding) di balik tanda dan teks tersebut
(Piliang, 2003:270). Persepektif interpretative ditandai dengan adanya sebuah
pemahaman atau interpretasi yang kreatif dari peneliti yang artinya juga
membuka sisi-sisi subyektifitas peneliti. Perspektif interpretative meyakini
bahwa kebenaran bersifat subjektif dan makna dapat dipahami dari hasil
38
interpretasi subjektif, serta meyakini bahwa teks memiliki makna yang beragam
tergantung dari subjek yang menginterpretasikannya.
Perspektif interpretative juga meyakini bahwa realitas dipandang sebagai
bentukan dari interaksi manusia yang penuh dengan makna (meaningfull social
action). Realitas sosial dipahami sebagai pemaknaan (meaning) dimana hanya
bias ditafsirkan (verstehen) dan hendak dilukiskan secara mendalam
(Pujileksono, 2015:78). Metode analisis pendekatan semiotik bersifat
interpretative kualitatif, maka secara umum teknik analisis datanya menggunakan
alur yang lazim digunakan dalam metode penulisan kualitatif, yakni
mengidentifikasi objek yang diteliti untuk dipaparkan, dianalisis, dan kemudian
ditafsirkan maknanya. Secara relevan film merupakan bidang kajian bagi analisis
semiotika, karena film dibangun dengan tanda semata-mata. Tanda-tanda itu
termasuk berbagai sistem tanda yang bekerja sama dengan baik untuk mencapai
efek bersamaan dengan tanda-tanda arsitektur, terutama indeksikal pada film
digunakan tanda-tanda ikonis, yakni tanda-tanda yang menggambarkan sesuatu.
(Sobur, 2013:128). Dalam hal ini peneliti menggunakan metode semiotika John
Fiske untuk mengkaji nasionalisme yang digambarkan dalam video dakwah Cak
Nun.
3.3. Fokus Penelitian
Dalam melakukan suatu penelitian dengan pendekatan kualitatif sangat penting
adanya fokus penelitian, karena fokus penelitian akan membatasi ruang lingkup
39
penelitian yang akan diteliti dan memegang peranan yang sangat penting dalam
memadu serta menjalankan suatu penelitian.
Fokus penelitian dalam penelitian ini adalah bagaimana representasi
nasionalisme dalam dakwah Cak Nun. Adapun sub fokus yang ingin diangkat
oleh peneliti adalah :
(1). Menganalisis level realitas nasionalisme dalam dakwah Cak Nun di channel
YouTube CAKNUN.COM
(2). Menganalisis level representasi nasionalisme dalam dakwah Cak Nun di
channel YouTube CAKNUN.COM
(3). Menganalisis level ideologi nasionalisme dalam dakwah Cak Nun di channel
YouTube CAKNUN.COM
3.4. Dasar-dasar kategorisasi nasionalisme
a. Adanya nilai memiliki kemaunan amar ma”ruf nahi munkar
Ayat Al-Quran yang dapat dijadikan landasan berlakunya perintah amar
ma”ruf nahi munkar adalah
“Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma‟ruf dan mencegah dari
yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (Ali Imran:
104)
b. Adanya nilai membangun semangat solidaritas sosial
Adanya sikap sepenanggungan satu sama lain sehingga seseorang diantara
mereka tidak dibiarkan begitu saja jika memiliki kebutuhan. Setiap individu
akan saling membahu satu sama lainnya.
40
c. Adanya semangat Berjihad
Kewajiban ini yang akan mampu mempertahankan kestabilan negara,
agama, dan bangsa. Pada gilirannya tercapai sebuah independenitas dalam
berbagai hal, menjaga harga diri dan menjamin adanya kebebasan.
Tabel 2. Kategorisasi
Nilai nasionalisme Kategori nasionalisme
Nilai semangat berjihad Bersedia mati, bersedia kalah,
bersedia meniadakan diri
Nilai memiliki kemauan amar
ma‟ruf nahi munkar
Mengajarkan, melarang, menyeru,
dakwah, mengatasi masalah,
menyelesaikan masalah.
Adanya kemauan untuk
menerapkan ilmu agama dan
keduniaan.
Pengetahuan, ilmu, buku,
pemahaman, konsentrasi, kreatif,
interaksi sosial, paham agama,
paham duniawi.
Nilai semangat membangun
solidaritas social
Perjuangan bersama, dorongan
untuk; bangkit, kuat, dan bertahan,
keadaan yang bertambah baik,
bertambah buruk. Saling membantu,
saling memberi semangat.
Kategorisasi, menurut Stempel, harus memperhatikan tiga hal. Pertama,
kategori harus berkaitan dengan tujuan riset. Kedua, kategorisasi harus
bersifat fungsional. Ketiga, sistem kategorisasi harus dapat dimanfaatkan
atau difungsikan. Maka ke-empat nilai tersebut dianggap memenuhi tiga hal
tersebut oleh peneliti.
3.5. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini meliputi :
41
1. Data primer
Data primer atau data utama merupakan sumber data yang diperoleh dari hasil
observasi lapangan terhadap channel YouTube CAKNUN.COM, dengan
menonton channel YouTubenya berulang kali dan mengambil beberapa
adegan yang peneliti anggap merupakan wujud representasi dari sebuah
fenomena.
Observasi adalah metode pengumpulan data dimana peneliti atau kolabornya
mencatat informasi sebagaimana yang mereka saksisan selama penelitian.
2. Data Sekunder
Data yang diperoleh dari studi kepustakaan (Literature) yaitu buku-buku,
majalah, koran, arsip-arsip, dokumen pribadi atau dokumen resmi yang
mengandung penelitian ini. Data sekunder di dapat sebagai pelengkap dan
penunjang dari data primer.
3.6.Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang lengkap dan akurat serta dapat dipertanggung
jawabkan kebenaran ilmiahnya, penulis menggunakan teknik pengumpulan data
sebagai berikut:
1. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan metode pengumpulan data yang berbentuk tulisan,
gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang dokumen yang
berbentuk tulisan, gambar, foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain yang
berkaitan dengan masalah yang diteliti. Dalam penelitian ini dokumentasi
42
dilakukan dengan cara mengelompokkan scene-scene terpilih untuk mencari
pemaknaan atas tanda-tanda dan simbol-simbol yang muncul dalam setiap
shoot menggunakan analisis Semiotika John Fiske yaitu mencari realitas,
representasi, dan ideologi.
2. Studi Pustaka
Melalui pencarian literatur-literatur dari beberapa buku pendukung yang
berhubungan dengan ilmu komunikasi, terkait dengan semiotika untuk
mencari informasi-informasi penting dan penelitian-penelitian relevan yang
mendukung dalam penelitian ini.
3.7. Teknik Pengolahan Data
Miles dan Huberman, mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data
kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus
sampai tuntas, sehingga datanya jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data
reduction (Reduksi Data), data display (Penyajian Data), dan conclusion.
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan
pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak
perlu. Setelah data direduksi, maka langkah berikutnya adalah mendisplaykan
data. Display data dalam penelitian kualitatif bias dilakukan dalam bentuk uraian
singkat, bagan, hubungan antarkategori dan sebagainya. Langkah selanjutnya
adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan
masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti
43
yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulandata berikutnya (Emzir,
2010).
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan penulis dengan langkah sebagai
berikut:
a. Tahap Reduksi Penulis menyelesaikan berdasarkan rumusan masalah
penelitian, representasi nasionalisme dalam dakwah Cak Nun pada channel
YouTube CAKNUN.COM. Kemudian menentukan adegan-adegan yang
akan dianalisis dan yang tidak. Pada tahap ini video yang menjadi objek
penelitian dibagi-bagi menurut adegan yang ada untuk mempermudah
pengamatan. Pembagian ini dilakukan untuk mengamati dan menganalisis
bagian demi bagian yang sesuai dengan nilai nasionalisme.
b. Tahap Kategorisasi, Setelah data-data direduksi, penulis mengklasifikasi dan
mengkategorisasi simbol- simbol visual pada video dakwah Cak Nun
berdasarkan subtema analisis
c. Tahap Analisis, Penulis data berupa gambar-gambar visual secara kualitatif
dalam frame semiotika yang mengacu pada kode-kode televisi John Fiske,
sesuai dengan level realita, level representasi dan level ideologi.
d. Tahap Interpretasi Data, Setelah dilakukan analisa yang mengacu pada fokus
penelitian. Dimulai dari mencari bagian dalam isi dakwah Cak Nun yang
sarat akan nilai nasionalisme.
e. Simpulan Tahap terakhir, peneliti menarik kesimpulan dari seluruh argumen
yang telah dibuat.
44
3.8. Teknik Keabsahan Data
Teknik pemeriksaan keabsahan data yang digunakan adalah triangulasi data.
Triangulasi data merupakan teknik pemeriksaan data yang menggunakan
berbagai sumber data seperti dokumen, arsip, hasil observasi atau juga dengan
mewawancarai lebih dari satu subjek yang dianggap memiliki sudut pandang
yang berbeda. Menurut Dwi djowinoto (2002) Ada beberapa macam triangulasi
data, yaitu :
1. Triangulasi Sumber
Membandingkan atau mengecek ulang derajat kepercayaan suatu informasi
yang diperoleh dari sumber yang berbeda. Misalnya membandingkan hasil
pengamatan
2. Triangulasi Waktu
Berkaitan dengan perubahan suatu proses dan perilaku manusia, karena
perilaku manusia dapat berubah setiap waktu. Karena itu periset perlu
mengadakan observasi atau analisis tidak hanya satu kali.
3. Triangulasi Teori
Memanfaatkan dua atau lebih teori untuk diadu atau dipadu. Untuk itu
diperlukan rancanan riset, pengumpulan data, dan analisis data yang lengkap
supaya hasilnya komprehensif.
4. Triangulasi Metode
45
Usaha mengecek keabsahan data atau keabsahan temuan riset. Triangulasi
metode dapat dilakukan dengan menggunakan lebih dari satu teknik
pengumpulan data untuk mendapatkan yang sama.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan triangulasi sumber untuk
memeriksa keabsahan data. Triangulasi sumber dilakukan dengan cara
membandingkan atau mengecek ulang derajat kepercayaan suatu informasi.
Dalam penelitian ini, peneliti membandingkan hasil penelitian dengan
penelitian terdahulu supaya didapatkan hasil penelitian yang kredibel.
99
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Berdasarkan penyajian data yang diuraikan oleh penelitian serta hasil dari
analisis data-data yang telah diperoleh dari berbagai sumber data, maka peneliti
dapat menyimpulkan bahwa:
Dalam video dakwah Cak Nun yang terdapat pada rubrik AKIK MAIYAH,
yang diunggah dalam channel YouTube CAKNUN.COM. Merepresentasikan
bahwa Cak Nun berupaya supaya rakyat bersama-sama menjaga negara
Indonesia dari segala ancaman. Karena dari realitas masyarakat Indonesia saat
ini dengan banyaknya perpecahan-perpecahan yang ditimbulkan dari adanya
perbedaan pendapat dan juga pandangan. Kemudian dengan semakin
banyaknya yang meninggalkan kebudayaan bangsa sendiri, beralih dengan
menggunakan kebudayaan-kebudayaan dari luar.
Dari representasi yang ada dalam video dakwah tersebut memunculkan ideologi
yang didapatkan dengan metode yang digunakan peneliti, yaitu analisis
semiotika john fiske. Maka representasi nilai nasionalisme yang muncul dari
dakwah tersebut berupa upaya Cak Nun dalam mengajak rakyat Indonesia
untuk ikut membangun solidaritas bersama, saling menghargai sebagai sesama
100
bangsa Indonesia dan membangun kestabilan negara sebagai upaya dalam
menjaga keutuhan NKRI.
5.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, peneliti memiliki beberapa saran yang
diharapkan dapat berguna dan bermanfaat bagi orang lain yang membaca
penelitian ini:
1. Penelitian ini membahas mengenai aliran nasionalisme religius. Disarankan
untuk penelitian selanjutnya agar lebih menggali lagi mengenai aliran
nasionalisme religius ini agar dapat memperkaya bahan penelitian mengenai
nasionalisme religius dalam video dakwah di YouTube atau media lainnya.
2. Peneliti menyarankan kepada nasionalis untuk lebih aktif dalam
menyuarakan dan mengekpresikan gerakan nasionalisme ini di dalam
masyarakat, karena peneliti melihat bahwasanya saat ini banyak media yang
dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk menyisipkan paradigma tentang
nasionalisme religius.
101
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Adams, Cindy, 2014. Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia. Yayasan
Bung Karno: Jakarta
An-Nabiry, Fathul Bahri, 2008. Meniti Jalan Dakwah Bekal Perjuangan Para Da’i.
Amzah: Jakarta
Anderson, Benedict, 2008, Imagined Communities: Komunitas-Komunitas
Terbayang. INSIST –Pustaka Pelajar: Yogyakarta.
Ariel Heryanto, dkk, 1996 NASIONALISME Refleksi Krisis Kaum Ilmuwan, Pustaka
Pelajar, hlm.34: Yorgyakarta
Baskoro, Adi. 2009. Panduan Praktis Searching di Internet. PT TransMedia: Jakarta
Bungin, Burhan. 2010. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan
Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Kencana: Jakarta.
Bungin, Burhan. 2013. Sosiologi Komunikasi. Kencana Prenada Media Group:
Jakarta
Cangara, Hafied. 2008. Pengantar Ilmu Komunikasi. PT Raja Grafindo Persada:
Jakarta
Dhiauddin Rais. 2001. Teori Politik Islam , Gema Insani, hlm. 252: Jakarta
Effendy, Onong Uchjana. 2011. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktik. PT. Remaja
Rosdakarya: Bandung
Fathul Wahid, 2004. E-dakwah Melalui Internet. Penerbit gava Media: Yogyakarta
Fiske, John. 2007. Cultural and Communication Studies Sebuah Pengantar Paling
Komprehensif. Jalasutra: Yogyakarta
Fiske, John. 2012 Pengantar Ilmu komunikasi- Ed. 3-1. Rajawali Pers: Jakarta
Jones, 2009. Pengantar Teori-Teori Sosial. Yayasan Obor Indonesia: Jakarta
Kriyantono, Rachmat. 2012. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Kencana Prenada
Media Group: Jakarta
102
Listyarti, Retno. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan. Esis: Jakarta.
McQuail, D. 2011. Teori Komunikasi Massa. Salemba Humatika: Jakarta
Moesa, Ali Maschan, 2007. Nasionalisme Kiai, LKIS: Yogyakarta
Mondry. 2008. Pemahaman Teori dan Praktek Jurnalistik. Penerbit: Ghalia Indonesia
Pujileksono, Sugeng. 2015. Metode Penelitian Komunikasi Kualitatif. Intrans
Publishing: Malang
Rahmat, Jalaluddin. 2004. Psikologi Agama: Sebuah Pengantar. Mizan: Bandung
Rais, M. Dhiauddin 2001. Teori Politik Islam (diterjemahkan oleh Abd al-Hayyi al-
Kattani dkk dari Al-Nazariyah al-Siyasah al- Islam iyah).(cetakan I), Gema
Insani Press, Jakarta.
Sobur, Alex. 2013. Semiotika Komunikasi. Remaja Rosdakarya: Bandung
Shihab, M. Quraish. 1992. Membumikan Al-Quran. Mizan: Bandung
Vera, Nawiroh. 2014. Semiotika dalam Riset Komunikasi. Ghalia Indonesia: Bogor
Wibowo, Indiwan Seto Wahyu. 2011. SEMIOTIKA KOMUNIKASI: Aplikasi
Praktis bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi. Mitra Wacana Media: Jakarta
Zaini, A. Helmi Faishal. 2018. Nasionalisme Kaum Sarungan. Penerbit Buku
Kompas: Jakarta
SUMBER LAIN :
JURNAL INTERNET:
Bening, Era Swara. 2014. Membedah Youtube Sebagai New Media Dengan
Pemikiran Jean Baudrillard. http://lib.ui.ac.id/naskahringkas/201605/S57164-
Enobening%20Swara
Faishal, Ach. Nur. 2018.Simbolisme Sangkok Dalam Komunitas Forum Silaturahmi
Mahasiswa Keluarga Madura. Skripsi. Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga Yogyakarta
Hana, Rudy Al. 2011. Strategi Dakwah Kultural Pengurus Wilayah Muhammadiyah
Jawa Timur. Jurnal Komunikasi Islam, volume 01, nomor 02.
103
Prayoga, Rilla Hesti. 2018. Representasi Nasionalisme Dalam Iklan Bukalapak Versi
“Dirgahayu Republik Indonesia. Skripsi, universitas Islam negeri sunan
ampel Surabaya.
Saputra, Farid Zulian Dwi. 2018. Pesan Dakwah Emha Ainun Nadjib di Situs
YouTube CAKNUN.COM tanggal 5 juni 2017 (analisis wacana). Skripsi,
universitas Islam negeri sunan ampel Surabaya.
Widhiastuti, Christina Ineke. 2012. Representasi Nasionalisme Dalam Film Merah
Putih. Skripsi, Universitas tirtayasa: Banten
Ningsih, Retno Dwi. 2016. Nilai-Nilai Nasionalisme Religius Dalam Rubrik DAUR
(Edisi 03 sampai 28 februari 2016 Rubrik Daur WWW.CAKNUN.COM).
Skripsi, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
INTERNET
https://historia.id/agama/articles/koko-masuk-islam-Pdak6. Diakses 7 agustus 2019
pukul 20.30 wib
https://kmfh.hukum.ugm.ac.id/2017/08/20/cak-nun-dan-relevansi-dakwah-
kontemporer/. Diakses 23 mei 2018 pukul 16.30 wib
https://nasional.tempo.co/read/1084027/budi-gunawan-ungkap-temuan-bin-39-
persen-mahasiswa-radikal/full&view=ok. diakses 20 agustus 2018 pukul
20.20 wib
https://nasional.republika.co.id/berita/ookwj0365/cak-nun-cinta-tanah-air-hukumnya-
wajib. Diakses 19 Agustus 2019 pukul 22.15 wib
https://news.detik.com/berita/4020714/pembalasan-motif-bomber-gereja-surabaya.
Diakses 20 agustus 2018 pukul 20.30 wib
https://quraishshihab.com/article/dakwah-yang-bijak/
diakses 6 mei 2019 pukul 20.30 wib
https://tekno.kompas.com/read/2018/05/04/14250087/berapa-banyak-orang-yang-
menonton-youtube-setiap-harinya-. Diakses 21 agustus 2018 pukul 21.00 wib
https://www.apjii.or.id/content/read/39/342/Hasil-Survei-Penetrasi-dan-Perilaku-
Pengguna-Internet-Indonesia-2017. Diakses 23 mei 2018 16.40 wib
https://www.CAKNUN.COM/2018/nasionalisme-muhammad/
diakses 2 maret 2019 pukul 16.40 wib
104
https://www.nu.or.id/post/read/64719/ Islam -radikalisme-dan-terorisme. Diakses 20
juni 2018 pukul 09.30 wib
https://www.nu.or.id/post/read/84166/memahami-amar-maruf-nahi-mungkar-secara-
benar . Diakses 6 mei 2019 pukul 21.00 wib
https://www.YouTube.com/user/Cak Nundotcom
https://www.YouTube.com/intl/id/yt/about