Reportase Kajian

2
Kuliah Perdana SPI angkatan 3 Hari sabtu lalu (29 Agustus 2015), adalah hari kuliah perdana dari Sekolah Pemikiran Islam (SPI) angkatan 3. Kuliah Perdana tersebut dilaksanakan di Aula TK Al-Azhar lantai 2 yang beralamat di Jalan Sisingamaraja, Kebayoran Baru dekat stasiun Blok M. Awalnya saya tidak mengetahui dimana letak Aula itu berada. Sempat bertanya pada beberapa orang, akhirnya saya mengetahui dengan mengikuti seseorang yang ingin mengikuti kuliah perdana SPI juga. Meskipun datang terlambat, ketika itu waktu menunjukkan pukul 13.45, yang artinya 1 jam lebih 15 menit sesi pertama akan berakhir, tetapi materi yang disampaikan masih bisa diikuti sampai habis. Saya langsung menempaati kursi di bagian kiri baris ke-4. Tak saya sangka, ternyata pemateri kuliah perdana ini adalah Akmal Sjafril, M.Pd.I, salah satu pembicara favorit saya. Yang belakangan saya tahu, ternyata Akmal adalah inisiator dari SPI itu sendiri. Bersiap dengan alat tulis saya, saya berusaha mencoba mengikuti materi dengan mencatat dan mencerna yang terpemapang pada slide. Disana tertulis konsep definisi dari Perang Pemikiran. Ya, sesi pertama dari kuliah perdana tersebut bertemakan Ghawzul Fikr, atau jika diartikan dalam bahasa Indonesia adalah Perang Pemikiran. “Perang itu bersifat sengaja, bertujuan untuk menaklukan, dan rencana lebih banyak porsinya dari pelaksanaan. Sedang Pemikiran yag berarti tanpa kekerasan, bersenjatakan Ilmu, dan lebih bahaya dari perang fisik.”

description

Proses pembelajaran pembuatan reportase

Transcript of Reportase Kajian

Page 1: Reportase Kajian

Kuliah Perdana SPI angkatan 3

Hari sabtu lalu (29 Agustus 2015), adalah hari kuliah perdana dari Sekolah Pemikiran

Islam (SPI) angkatan 3. Kuliah Perdana tersebut dilaksanakan di Aula TK Al-Azhar lantai 2

yang beralamat di Jalan Sisingamaraja, Kebayoran Baru dekat stasiun Blok M. Awalnya saya

tidak mengetahui dimana letak Aula itu berada. Sempat bertanya pada beberapa orang, akhirnya

saya mengetahui dengan mengikuti seseorang yang ingin mengikuti kuliah perdana SPI juga.

Meskipun datang terlambat, ketika itu waktu menunjukkan pukul 13.45, yang artinya 1 jam lebih

15 menit sesi pertama akan berakhir, tetapi materi yang disampaikan masih bisa diikuti sampai

habis. Saya langsung menempaati kursi di bagian kiri baris ke-4.

Tak saya sangka, ternyata pemateri kuliah perdana ini adalah Akmal Sjafril, M.Pd.I, salah

satu pembicara favorit saya. Yang belakangan saya tahu, ternyata Akmal adalah inisiator dari

SPI itu sendiri. Bersiap dengan alat tulis saya, saya berusaha mencoba mengikuti materi dengan

mencatat dan mencerna yang terpemapang pada slide. Disana tertulis konsep definisi dari Perang

Pemikiran. Ya, sesi pertama dari kuliah perdana tersebut bertemakan Ghawzul Fikr, atau jika

diartikan dalam bahasa Indonesia adalah Perang Pemikiran. “Perang itu bersifat sengaja,

bertujuan untuk menaklukan, dan rencana lebih banyak porsinya dari pelaksanaan. Sedang

Pemikiran yag berarti tanpa kekerasan, bersenjatakan Ilmu, dan lebih bahaya dari perang fisik.”

“Awal perang pemikiran memang sebenarnya sudah dari dulu dari zaman Rasul, terbukti

pada Qur’an surat Al-Hijr : 39, yang berbunyi “Ia (Iblis berkata, “Tuhanku, oleh karena Engkau

telah memutuskan bahwa aku sesat, aku pasti akan jadikan (kejahatan) terasa indah bagi mereka

di bumi, dan aku akan menyesatkan mereka di bumi, dan aku akan menyesatkan mereka

semuanya”. Dari ayat ini kita bisa melihat, bahwa maksiat itu akan dipandang baik.” Ujar

Akmal.

“Perang pemikiran hanya bisa dilawan dengan pemikiran juga, artinya ketika orang

Liberal tersebut membaca buku setiap hari, maka kita umat Islam harus membaca lebih banyak

buku dari mereka. Karena hanay dengan sholat tanpa usaha, umat Islam tidak akan menang.

Bahwa usaha juga menentukan menang atau tidaknya kaum muslimin” lanjut pria lulusan S1

Teknik Sipil ITB ini.

Page 2: Reportase Kajian

Materi terakhir berkisar pada 3 modus yang dipakai untuk meluncurkan perang

pemikiran. Akhirnya sampai pada 3 poin kesimpulan, satu, Ghawzul Fikr adalah fenomena

umum, lalu yang kedua memang ternyata banyak pihak yang berkepentingan melakukan

ghawzul fikr. Dan yang terakhir Gahwzul Fikr hanya bisa menang dengan ilmu. Materi

dilanjutkan dengan sesi tanya jawab dengan 4 penanya pada 10 menit terakhir sebelum jam

15.00.

Akhirnya sesi pertama materi pada kuliah perdana di akhiri pada jam 15.00, dan ditutup

oleh doa penutup majelis, peserta dan panitia di perbolehkan untuk istirahat solat Asar.