Reorientasi Pengelolaan Taman Burung Jeru -Achmad Sofian

download Reorientasi Pengelolaan Taman Burung Jeru -Achmad Sofian

of 5

description

Tugas Kuliah

Transcript of Reorientasi Pengelolaan Taman Burung Jeru -Achmad Sofian

  • Achmad Sofian

    TUGAS MATA KULIAH EKOSISTEM DAN ANALISISNYADosen : Dr. Bagyo Yanuawiyadi

    Reorientasi Pengelolaan Taman Wisata Burung Jeru (TWBJ)Menjembatani Ekosistem Alami dan Masyarakat

    ACHMAD SOFIAN

    PROGRAM MAGISTER PENGELOLAAN SUMBERDAYALINGKUNGAN DAN PEMBANGUNAN (PSLP)

    PROGRAM PASCA SARJANAUNIVERSITAS BRAWIJAYA

  • Achmad Sofian

    Reorientasi Pengelolaan Taman Wisata Burung Jeru (TWBJ)Menjembatani Ekosistem Alami dan Masyarakat

    Setiap daerah memiliki kekhasan tersendiri baikdari sumberdaya alamnya maupun social ekonomibudaya masyarakatnya. Daerah Malang terkenal denganberagam obyek pariwisatanya. Salah satu objek wisatayang ada di Kabupaten Malang adalah Taman WisataBurung Jeru (TWBJ). Taman Wisata Burung Jeru(TWBJ) Malang dibangun pada tahun 1997. TWBJterletak di Desa Jeru sekitar 12 km dari objek Taman

    wisata Wendit Pakis dan merupakan pusat penangkaran fauna khususnya burung CucakIjo (Chloropsis sonnerati) berasal dari daerah Malang Selatan dan ada juga penangkaransejumlah burung lokal; diantaranya Pelatuk, Punglor,Gelatik, Pipit dan Trocokan.

    TWBJ berdiri diatas lahan seluas 11,7 hektar, dilengkapi dengan berbagai saranadan prasarana seperti : Kandang besi sangkar burung, kantor pengelola, tempat parkir,ruang penjaga, gerbang pintu masuk dan tiket, toilet, sangkar penangkaran, dan fasilitaslainnya. TWBJ dibangun dengan potensi ribuan satwa jenis burung dan dipadu denganekosistem alam layaknya habitat asli. TWBJ pada awalnya dibangun untukmenggairahkan ekonomi dan wisata masyarakat Desa Jeru yang ada diwilayah MalangUtara tersebut disamping agar masyarakat Malang dapat berperan aktif menjaga sertamelestarikan beberapa jenis burung terutama burung Cucak ijo yang menjadi maskotfauna Malang.

    Menurut keterangan petugas TWBJ, pemukimanterletak sekitar 2 km dari TWBJ. Masyarakat juga turutmenikmati keberadaan TWBJ dengan berjualan disekitarTWBJ, namun itu hanya semasa TWBJ masih berfungsi.Sarana dan prasarana perhubungan darat yangmendukung TWBJ berdasarkan informasi yangterpampang di gerbang TWBJ, TWBJ berjarak kuranglebih 21 km dari Kota Malang dengan waktu tempuhsekitar 20 menit. Jalan menuju TWBJ dari Kota Malang cukup bagus, hanya saja jalanmasuk menuju TWBJ kurang mulus karena aspalnya yang rusak.

    Pola pemanfaatan areal TWBJ masih belum tertata, hal ini dapat dilihat dengansemakin banyaknya wilayah sekitar menjadi areal perkebunan tebu, dan belumoptimalnya luas TWBJ yang dikelola yaitu baru 4,5 Ha padahal luasnya sampai 11,7Ha. Persepsi masyarakat terhadap keberadaan TWBJ ketika awal dibangun lebih ke arahpeningkatan aktivitas ekonomi seperti berjualan dan aktivitas lainnya.Permasalahan yang terjadi dan penyebabnya

    Kondisi TWBJ sekarang terlihat cukupmenggenaskan, tak terawat bahkan terkesan dibiarkan.Padahal TWBJ merupakan salah satu aset miliki pemdakabupaten Malang yang dibangun dengan biaya yangsangat mahal. TWBJ berfungsi dan ramai dikunjungi taklebih dari 3 tahun setelah areal wisata itu dibangun .Selebihnya, taman wisata burung hanya menjadi

    onggokan kandang besi raksasa yang tidak terawat dengan kondisi sangat mengenaskan.

  • Achmad Sofian

    Selain satwa banyak yang mati, kondisi rumput liar dan kandang besi raksasa, dibiarkantumbuh subur dan rusak parah (beritajatim.com).

    Keberadaan TWBJ yang seperti sekarang juga menimbulkan permasalahansosial terutama bagi generasi muda. Lokasinya yang jauh dari pemukiman pendudukdan dipenuhi semak-semak yang tinggi memungkinkan areal TWBJ menjadi tempatkencan muda mudi secara bebas.

    Ada miss scenario pembangunan. Scenario pembangungan yang kurangkomprehensif dalam perencanaan, pengelolaan dan dampak yang ditimbulkan termasukdampak social ekonomi masyarakat. Pembangunan TWBJ hanya melihat pada saranadan prasarana yang mendukung sebuah tempat wisata dan dapat meningkatkanpenerimaan PAD melalui tiket kunjungan para wisatawan. Padahal areal TWBJ padaawalnya memang dikenal sebagai habitat banyak burung seperti elang, cucak ijo danlain-lain. Namun, kini TWBJ tidak lagi menjadi habitat burung untuk tinggal danmencari makan.

    Pembangunan TWBJ semestinya tidak hanya melihat habitat burung dan saranaprasarana pendukung ekonomi saja tetapi juga perlu diperhatikan rantai makanan yangmendukung keberlanjutan hidup burung seperti ketersediaan mikroorganisme makananburung tersebut dan proses pelibatan masyarakat sekitar untuk dapat turut serta menjagaTWBJ. Pada kenyataannya dalam perjalanannya, masyarakat melihat peluangkeberadaan TWBJ dengan berbagai fasilitas yang adauntuk meraih penghasilan tanpa pengetahuanmendalam tentang pentingnya menjaga habitat alamiburung yang dapat menjamin keberlanjutan habitatburung dan aktivitas ekonomi masyarakat di TWBJitu sendiri. Disamping itu, aktivitas masyarakat yangjuga banyak menanam tebu sekitar areal TWBJ jugamenambah berkurangnya habitat alami bagi burunguntuk tetap tinggal di TWBJ.

    Meningkatnya perkebunan tebu juga didukung dengan adanya dua pabrik gulayaitu krebet dan kebon agung yang ada di daerah Malang. Oleh karena itu penataan danpengelolaan ekosistem alam yang dapat mendukung pariwisata maupun industrimembutuhkan pendekatan yang komprehensif tidak saja pada fauna, alam danmasyarakat sekitar serta keuntungan ekonomi semata tetapi juga bagaimana dampakperubahan ekosistem, social ekonomi masyarakat sekitar dan keberlanjutannya sebelumdan sesudah TWBJ tersebut dibangun.Kondisi Ideal

    Bagaimana sebuah tempat wisata yang ideal tentunya selain sarana prasaranaserta banyaknya jumlah pengunjung juga bagaimana tempat wisata tetap terjagalingkungan dan keasriannya apalagi wisata yang mengutamakan alam dan ekosistemalami didalamya. Ada tiga tipe wisata berdasarkan pada atraksi utamanya, yaitu(anonim, 2004) :

    Ecotourism, green tourism, atau alternative tourism adalah wisata yangberorientasi pada lingkungan untuk menjembatani kepentingan industrikepariwisataan dan perlindungan terhadap wisata alam/lingkungan

    Wisata budaya, atau cultural tourism merupakan wisata dengan kekayaanbudaya sebagai objek wisata dengan penekanan pada aspek pendidikan;

    Wisata alam, atau nature tourism adalah aktivitas wisata yang ditujukan padapengalaman terhadap kondisi alam atau daya tarik panoramanya.

  • Achmad Sofian

    TWBJ termasuk ecotourism yang merupakan wisata lingkungan yangsemestinya dapat menjembatani kepentingan industri kepariwisataan dalam hal iniDinas Pariwisata melalui Perusahaan Daerah Jasa Yasa (PDJY) sebagai pengelola danjuga terjaganya ekosistem alami dari habitat burung seperti sediakala di TWBJ yangbahkan menjadi ciri khas dibangunya tempat wisata ini.

    Wisatawan yang datang menjadi rujukan seberapa besar tempat wisata mampumenjadi tempat yang menarik dan menyenangkan untuk berekreasi bahkan bagisebagian kalangan juga menjadi sarana edukasi. Wisata (tour, travel, jalan-jalan)didefinisikan sebagai pergerakan orang yang sementara (temporal) dalam jangka waktutertentu ke tempat tujuan diluar rutinitas dan tempat yang biasa mereka tinggal ataubekerja; dan selama tinggal ditempat tujuan tersebut mereka melakukan kegiatan yangrekreatif dan menyenangkan, serta disediakan fasilitas untuk mengakomodasi kebutuhanmereka (anonim, 2004). Oleh karena itu, dukungan penyediaan sarana dan prasaranayang menyenangkan dan mengakomodasi kebutuhan para wisatawan menjadi factoryang sangat penting diperhatikan pengelola taman wisata.

    Pengembangan wisata perlu dilaksanakan dengan tetap menjaga kelestariansumbedaya alam dan ekosistem yang ada, meningkatkan pendapatan masyarakat sekitardan mampu memberikan kepuasan kepada wisatawan. TWBJ merupakan taman wisataalam yang mengandalkan habitat asli burung maka keaslian habitat beserta semuapendukungnya harus menjadi perhatian utama untuk menjamin keberlanjutan danterjaganya keseimbangan ekosistem TWBJ.

    Bali memiliki Bali Bird Park terletak di Desa Singapadu, Gianyar dengan waktutempuh perjalanan hanya 30 menit dari Denpasar atau dari Kuta, lokasi ini dapat dicapaidengan kendaraan bermotor dalam waktu 1 jam. Taman Burung Bali merupakan tamanburung yang memiliki banyak koleksi burung terbaik Indonesia, dan termasuk pulakoleksi burung yang berasal dari Afrika dan Amerika Selatan. Taman Burung seluasdua hektar menjadi tempat tinggal yang nyaman bagi lebih dari 1.000 jenis burung dari250 spesies yang berbeda. Taman Burung Bali akan menampilkan lebih dari 2.000 jenistanaman tropis, termasuk 50 jenis tanaman palm dan diramaikan pula dengan kesehariankupu-kupu yang menarik. Penggabungan sebuah konsep peternakan, penelitian, danfasilitas kesehatan hewan di Taman Burung, memiliki tingkat keberhasilan yang tinggidalam penangkaran burung-burung yang menarik dan dilindungi (Astutik, S 2010).

    Di sini wistawanpun bebas untuk mengambil gambar sebanyak-banyaknyasehingga alam akan terasa dekat. Jika mulai merasa penat, di dalam kawasan wisata punmenyediakan tempat untuk bersantai. Dan selesai menikmati indahnya alam, tempat inijuga menyediakan aneka barang kenangan yang dapat dijadikan oleh-oleh. Di TamanBurung Bali, para turis bisa berfoto bersama dengan burung yang sudah jinak. Di dalamkawasan yang eksotis itu, pengunjung selain disajikan koleksi aneka jenis burung jugadihibur dengan pertunjukkan atraksi burung bersama pawangnya (Astutik, S 2010).Solusi Alternatif

    TWBJ sebenarnya masih bisa difungsikan kembali bahkan mampumembangunkan pertumbuhan ekonomi masyarakat sekitar jika dikelola dengan serius,di areal TWBJ tidak hanya mengandalkan burung saja tetapi banyak objek wisata alamlainnya yang memiliki daya tarik bagi wisatawan seperti panorama alam dan gua. Daritotal luas 11,7 Ha baru dikelola 4,5 hektar lahan saja, sehingga potensi TWBJ masihcukup besar untuk dikembangkan. Dengan kondisi TWBJ yang ada sekarang makadibutuhkan solusi alternatif dan usaha-usaha perbaikan dalam pengelolaan TWBJsehingga tempat wisata tersebut dapat hidup kembali sesuai khas alamnya dan mampu

  • Achmad Sofian

    menjadi daya tarik bagi wisatawan serta mendorong peningkatan ekonomi dengandukungan masyarakat sekitar.

    Salah satu solusi yang dapat dlakukan yaitu mengembangkan TWBJ menjadiTaman Wisata Alam Jeru Berbasis Masyarakat. Konsep ini menggabungkan konseptaman wisata yang telah ada, edukasi dan agrowisata yang ada disekitar TWBJ. Hal inidapat dilakukan dengan usaha-usaha sebagai berikut:

    1. TWBJ dengan sarana dan beberapa burung yang masih ada tetap mendapatperhatian untuk tetap dijaga termasuk perhatian terhadap penjaganya;

    2. Pihak pengelola melakukan koordinasi dengan yang berwenang dalampengelolaan tataguna lahan disekitar areal TWBJ sehingga mendukungkeberadaan TWBJ dan kembalinya ekosistem alami burung di TWBJ;

    3. Membangun kerjasama dengan institusi pendidikan yang berbasis pertanian dankehutanan serta lembaga outbound untuk turut serta mengelola danmengembangkan TWBJ dan sekitarnya;

    4. TWBJ dikembangkan lebih luas menjadi tempat wisata alam, sarana pendidikandan di sekitar TWBJ untuk agroekonomi sekaligus agrowisata bagi masyarakatdengan proporsi lahan dan habitat seimbang yang memungkinkan terjaganyaekosistem alami di TWBJ. Harapannya bisa menjembatani pemerintah, TWBJ,dan masyarakat sekitar untuk sama-sama memahami dan mendukungkeberlanjutan taman wisata. Hal ini juga perlu didukung perencanaan yang baiktidak saja untuk masa kini tetapi juga untuk masa datang;

    5. Pemerintah dan pengelola beserta pihak terkait melakukan sosialisasi, edukasidan pendampingan secara terus-menerus sebelum dan selama prosespengembangan TWBJ kepada masyarakat tentang pentingnya menjagalingkungan, habitat burung dan flora fauna lainnya yang ada disekitar TWBJ,manfaat keberadaan TWBJ dan manfaat sosial ekonomi dan pendidikan yangbisa didapat masyarakat serta pemahaman tentang tatakelola lahan sekitar TWBJyang mendukung keberadaan TWBJ dan pemanfaatan yang berkelanjutan.

    6. Memperbaiki sarana dan prasarana yang mendukung akses menuju TWBJ dankebutuhan wisatawan serta masyarakat sekitar, termasuk yang mendukungpeningkatan dan pengembangan ekonomi yang dapat dirasakan masyarakatsebagai akibat keberadaan TWBJ dengan konsep yang baru taman wisata alamserta alternatif mata pencaharian.

    7. Memberikan pelayanan yang baik service excelent kepada wisatawan ataupengunjung maupun pengguna serta melakukan kegiatan promosi.Membuat sebuah kawasan taman wisata alam yang berbasis masyarakat

    membutuhkan waktu dalam prosesnya, tidak hanya perubahan fisik kawasan sepertisarana dan prasarana wisata tetapi juga persepsi serta kultur masyarakat sekitar terhadapadanya taman wisata sehingga ada kesepahaman dan saling mendukung dalam menatakeberadaan TWBJ.

    Daftar Pustaka1. Anonimus, 2004. Pedoman Pengembangan Wisata Bahari.Berbasis Masyarakat di

    Kawasan Konservasi Laut. Direktorat Konservasi dan Taman Nasional Laut. KKP2. Radar Malang, 26 Oktober 2010