Renstra Dinkes April 2009

104
KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI DIY Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DIY Nomor : 050/1687/I.3 Tentang Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi DIY Tahun 2009 – 2013 Dinas Kesehatan Provinsi DIY 2009 Rencana Strategis Dinkes Prov DIY 2009-2013 1

description

renstra dinkes

Transcript of Renstra Dinkes April 2009

  • KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI DIY

    Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DIY Nomor : 050/1687/I.3

    Tentang

    Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi DIY

    Tahun 2009 2013

    Dinas Kesehatan Provinsi DIY 2009

    Rencana Strategis Dinkes Prov DIY 2009-2013 1

  • PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

    DINAS KESEHATAN Jalan Tompeyan TR. III / 201 Yogyakarta, Telp. 563153

    KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

    NOMOR : 050/1687/I.3

    TENTANG

    RENCANA STRATEGIS DINAS KESEHATAN PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

    TAHUN 20092013

    KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI DIY Menimbang : a. bahwa dalam rangka menjamin upaya pencapaian tujuan

    pembangunan kesehatan di Provinsi DIY dan sebagai kelanjutan dari pelaksanaan pembangunan jangka menengah tahun 2004-2008, maka perlu disusun rencana strategis Dinas Kesehatan Provinsi DIY;

    b. bahwa rencana strategis sebagaimana dimaksud pada huruf a telah disusun sebagai satu dokumen perencanaan indikatif yang memuat program-program pembangunan kesehatan yang akan dilaksanakan;

    c. bahwa dengan adanya perkembangan situasi internal dan eksternal maka Dinas Kesehatan Provinsi DIY perlu untuk melakukan penyesuaian terhadap visi, misi, dan nilai-nilai yang diakomodir dalam Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi DIY 2009-2013 ;

    Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 3 tahun 1950 tentang

    Pembentukan Daerah Istimewa Yogyakarta sebagaimana telah diubah beberapa kali terkahir dengan Undang-undang nomor 9 tahun 1955;

    2. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan;

    3. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;

    4. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah

    Rencana Strategis Dinkes Prov DIY 2009-2013 2

  • 5. Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem

    Jaminan Sosial Nasional 6. Undang-undang Nomor: 12 Tahun 2008 tentang

    perubahan kedua atas UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;

    7. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional

    8. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah, Provinsi dan Kabupaten/Kota

    9. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah

    10. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2004-2009;

    11. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 574/Menkes/ SK/IV/2000 tentang Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010;

    12. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 131/Menkes/II/SK/2004 tentang Sistem Kesehatan Nasional;

    13. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 4/Menkes/I/SK/2003 tentang Kebijakan Strategis Desentralisasi Kesehatan

    14. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 81/Menkes/I/SK/2004 Perencanaan Kesehatan Provinsi, Kabupaten/kota dan Rumah Sakit;

    15. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 331/Menkes/V/SK/2006 Rencana Strategis Departemen Kesehatan Tahun 2005-2009

    16. Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2007 tentang Urusan Pemerintah yang Menjadi Kewenangan Provinsi DIY ;

    17. Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi DIY ;

    18. Peraturan Gubernur Nomor 36 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas dan Unit Pelaksana Teknis Lembaga Teknis Daerah Provinsi DIY;

    Rencana Strategis Dinkes Prov DIY 2009-2013 3

  • 19.

    20.

    Peraturan Gubernur Nomor 45 Tahun 2008 tentang Rincian Tugas dan Fungsi Dinas serta Unit Pelaksana Teknis Daerah Dinas Kesehatan ; Peraturan Gubernur Nomor 11 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah 2009-2013

    MEMUTUSKAN Menetapkan : Kesatu : Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DIY tentang

    Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi DIY Tahun 2009-2013.

    Kedua Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi DIY Tahun 2009-2013 sebagaimana terlampir dalam keputusan ini.

    Ketiga Rencana Strategis sebagaimana dimaksud dalam Diktum Kedua digunakan sebagai acuan bagi Dinas Kesehatan Provinsi DIY dalam penyelenggaraan program pembangunan kesehatan.

    Keempat Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

    Ditetapkan di : Yogyakarta Pada tanggal : 21 Maret 2009

    KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI DIY

    dr. BONDAN AGUS SURYANTO, SE, MA, AAK NIP. 140135516

    Rencana Strategis Dinkes Prov DIY 2009-2013 4

  • PEJABAT ESELON III

    Sekretaris

    Dinas Kesehatan Provinsi DIY

    Bambang Nugroho, SH NIP. 080070100

    Kepala Bidang

    Kesehatan Masyarakat

    Drg. Daryanto Chadorie, BSc, M.Kes NIP. 140185724

    Kepala Bidang

    Pelayanan Kesehatan

    Dr. Arida Oetami, M.Kes NIP.140207606

    Kepala Bidang Pencegahan dan Penanggulangan Masalah Kes.

    Drg. Inni Hikmatin, M.Kes NIP.140224181

    Kepala Bidang Sumberdaya Kesehatan

    Dr. Djoko Santoso, M.Kes NIP.140255122

    Kepala UPTD Pelatihan Kesehatan

    Drs. Elfy Effendy, M.Kes NIP.140214482

    Kepala UPTD Balai Pengobatan Penyakit Paru-paru

    Dr. Andajani Woerjandari, M.Kes NIP. 140161762

    Kepala UPTD Laboratorium Kesehatan

    Drg. M. Taufiq AK, M.Kes NIP. 140237383

    Kepala UPTD Jamkesos

    Drs. Sugeng Irianto, M.Kes NIP.140219035

    Rencana Strategis Dinkes Prov DIY 2009-2013 5

  • DAFTAR ISI

    DAFTAR ISI ........................................................................... 6 DAFTAR SINGKATAN ........................................................... 8 BAB I. PENDAHULUAN ........................................................ 12

    1.1. LATAR BELAKANG .................................................... 12 1.2. LANDASAN HUKUM ................................................... 14 1.3. MAKSUD DAN TUJUAN ............................................. 22 1.4. HUBUNGAN DENGAN DOKUMEN PERENCANAAN LAINNYA .................................................................... 24

    1.5. SISTEMATIKA PENULISAN....................................... 26 BAB II. PROFIL PROVINSI DIY.............................................. 28

    2.1. GEOGRAFI ................................................................. 28 2.2. EKONOMI ................................................................... 30 2.3. SOSIAL BUDAYA ....................................................... 32

    BAB III. HASIL CAPAIAN PEMBANGUNAN KESEHATAN 36 3.1. DERAJAD KESEHATAN ............................................. 36 3.2. SITUASI KESEHATAN ................................................ 40 3.3. PERMASALAHAN PRIORITAS .................................. 48

    BAB IV. ISU-ISU STRATEGIS ............................................... 51 BAB V. VISI, MISI, DAN NILAI .............................................. 56

    5.1. VISI .............................................................................. 56 5.2. MISI ............................................................................. 57 5.3. NILAI-NILAI.................................................................. 58 5.4. TUJUAN DAN SASARAN ............................................ 60 5.5. STRATEGI .................................................................. 62 5.6. KEBIJAKAN PENYELENGGARAN ............................. 63

    BAB VI. PROGRAM ............................................................... 66 6.1. PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT ... 66 6.2. PELAYANAN KESEHATAN ....................................... 72 6.3. PROMOSI KESEHATAN DAN KEMITRAAN .............. 75

    Rencana Strategis Dinkes Prov DIY 2009-2013 6

  • 6.4. KESEHATAN KELUARGA .......................................... 77 6.5. PEMBIAYAAN KESEHATAN ...................................... 80 6.6. PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT .............................. 82 6.7. LINGKUNGAN SEHAT ................................................ 85 6.8. PENGEMBANGAN PENDIDIKAN DAN SDM KESEHATAN ............................................................... 90

    6.9. SEDIAAN FARMASI MAKANAN, PERBEKALAN KESEHATAN ............................................................... 92

    6.10. PENGEMBANGAN MANAJEMEN KESEHATAN ..... 95 6.11. INFORMASI KESEHATAN ....................................... 98 6.12. PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN............................................................. 100

    BAB VII. PENUTUP ................................................................ 101 Lampiran

    Rencana Strategis Dinkes Prov DIY 2009-2013 7

  • DAFTAR SINGKATAN

    AFP Acute Flaccid Paralysis AI Avian Influenza AIDS Acquired Immuno Deficiency Syndrome AKABA Angka Kematian Balita AKB Angka Kematian Bayi AKI Angka Kematian Ibu ANDAL Analisis Dampak Lingkungan APBD Anggaran Pendapatan Belanja Daerah APBN Anggaran Pendapatan Belanja Negara APM Angka Partisipasi Murni Apras Anak Pra Sekolah ART Antiretroviral therapy ASEAN Association of South East Asia Nations ASI Air Susu Ibu Balita Bawah Lima Tahun Bapel Jamkesos Badan Pelaksana Jaminan Kesehatan Sosial Bapelkes Balai Pelatihan Kesehatan BAppeda Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Batita Bawah Tiga Tahun BBL Bayi Baru Lahir BBLR Berat Bayi Lahir Rendah BPS Badan Pusat Statistik CFR Case Fatality Rate CG Clinical Givernance CHN Community Health Nursing CMHN Community Mental Health Nursing CVD Cardio Vascular Disease D1 Diploma 1 (satu) D3 Diploma 3 (tiga) DBD Demam Berdarah Dengue Depkes Departemen Kesehatan DGS Digital Government Services Dinkes Dinas Kesehatan DIY Daerah Istinewa Yogyakarta DM Diabetes Mellitus DPRD Dewan Perwakilan Rakyat Daerah GAKY Gangguan Akibat Kurang Yodium GDI Gender Development Index HDI Human Development Index

    Rencana Strategis Dinkes Prov DIY 2009-2013 8

  • HIV human immunodeficiency virus ICT Informatioan and Communication Technology IDUs Injection Drug Users IHIS Integrated Health Information System IPG Indeks Pembangunan Gender IPM Indeks Pembangunan Manusia ISPA Infeksi Saluran Pernafasan Atas Jamkesmas Jaminan Kesehatan Masyarakat Jamkesos Jaminan Kesehatan Sosial JPPK Jaringan pengembangan penelitian kesehatan K1 Kunjungan ke 1 K4 Kunjungan ke 4 Kab Kabupaten KB Keluarga Berencana KEP Kurang Energi Protein Keslingk Kesehatan lingkungan KIE Komunikasi Informasi Edukasi KL Kementrian lembaga KLB Kejadian Luar Biasa Litbang Penelitian Pengembangan Litkes Penelitian kesehatan LSM Lembaga Swadaya Masyarakat MA Madrasah Aliyah MCI Midle Case Incidence MDGs Millenium Development Goals Menkes Menteri Kesehatan MPR Majelis Permusyawaratan Rakyat MTs Madrasah Tsanawiyah Musrenbangkes Musyawarah Perencanaan Pembangunan

    Kesehatan NAPZA Narkotik Psikotropik Zat Adiktif Lainnya ODHA Orang dengan HIVAIDS Ormas Organisasi massa Orsos Organisasi Sosial P2 Pemberantasan Penyakit P3K Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan PBM PD3I Penyakit dapat dicegah dengan Imunisasi PDRB Produk Domestik Regional Bruto Pemprov Pemerintah provinsi Perbekes Perbekalan Kesehatan Perda Peraturan Daerah

    Rencana Strategis Dinkes Prov DIY 2009-2013 9

  • Pergub Peraturan Gubernur Permen PAN Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur

    Negara Permendagri Peraturan Menteri Dalam Negeri Permenkes Peraturan Menteri Kesehatan Polindes Poliklinik Desa Poskesdes Pos Kesehatan Desa Poskestren Pos Kesehatan Pesantren Poskokesdes Pos Koordinasi Kesehatan Desa Posyandu Pos Pelayanan Terpadu PP Peraturan Pemerintah PPSDM Pengembagan Pemberdayaan Sumberdaya

    Manusia PPSDMK Pengembagan Pemberdayaan Sumberdaya

    Manusia Kesehatan Prov. Provinsi PSE Pendataan Sosial Ekonomi PTT Pegawai Tidak Tetap Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat Renstra Rencana Strategis RI Republik Indonesia RKPD Rencana Kerja Pembangunan Daerah RPJM Rencana Pembangunan Jangka Menengah RPJMD Rencana Pembangunan Jangka Menengah

    Daerah RPJMN Rencana Pembangunan Jangka Menengah

    Nasional RPJP Rencana Pembangunan jangka Panjang RPJP Rencana Pembangunan jangka Panjang Nasional RPJP Rencana Pembangunan jangka Panjang Daerah RS Rumah Sakit RW Rukun Warga SARS Severe Acute Respiratory Syndrome SD Sekolah Dasar SDKI Survei Demografi Kesehatan Indonesia SDM Sumberdaya Manusia SDMK Sumberdaya Manusia Kesehatan SEAMIC South East Asia Medical Information Center SIK Sistem Informasi Kesehatan SJSN Sistem Jaminan Sosial Nasionakl SK Surat Keputusan SK Gub Surat Keputusan Gubernur

    Rencana Strategis Dinkes Prov DIY 2009-2013 10

  • SKN Sistem Kesehatan Nasional SKP Sistem Kesehatan provinsi SKPD Satuan Kerja Perangkat Daerah SKPG Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi SKRT Survey Kesehatan Rumah Tangga SMA Sekolah Menengah Atas SMM Sistem Manajemen Mutu SMP Sekolah Menengah Pertama SMTA Sekolah Menengah Tingkat Atas SMTP Sekolah Menengah Tingkat Pertama SOP Standard Operating Procedure SPM Standar Pelayanan Minimal SPPN Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional SUPAS Survey Penduduk Antar Sensus TBC/TB Tuberculosis TI Teknologi informasi Toma Tokoh Masyarakat TOT Training of Trainer TTU Tempat-tempat Umum UCI Universal Child Immunization UHH Umur Harapan Hidup UKBM Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat UKM Upaya Kesehatan Masyarakat UKP Upaya Kesehatan Perorangan UPT Unit Pelaksana Teknis UPTD Unit Pelaksana Teknis Daerah UU Undang Undang UUD Undang-Undang Dasar Vit A Vitamin A WHA World Health Assembly WHO World Health Organization Yankes Pelayanan Kesehatan Yankesdas Pelayanan Kesehatan Dasar Yanmedik Pelayanan Medik

    Rencana Strategis Dinkes Prov DIY 2009-2013 11

  • BAB I PENDAHULUAN

    1.1. LATAR BELAKANG

    Perencanan pembangunan daerah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem perencanaan pembangunan nasional yang diatur dalam Undang-undang Nomor 25 tahun 2004. menurut Undang-undang ini, Pemerintah Daerah (Provinsi, Kabupaten dan Kota) merupakan entitas penyusun rencana pembangunan yang dikoordinasikan oleh Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah / Bappeda (pasal 33 ayat (2)).

    Rencana pembagunan yang disusun Bappeda diantaranya juga meliputi rencana pembangunan yang disusun oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yaitu : a. Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra

    SKPD) memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program dan kegiatan-kegiatan pembangunan yang berpedoman kepada RPJM Daerah dan bersifat indikatif

    b. Rencana kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja SKPD) Renja SKPD memuat kebijakan, program dan kegiatan-kegiatan pembangunan baik yang dilaksanakan langsung oleh Pemerintah Daerah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat. Renja-SKPD disusun dengan berpedoman pada Renstra SKPD dan mengacu pada RKPD (Rencana Kerja Pembangunan Daerah) Provinsi DIY.

    Sesuai amanat Undang-undang No.25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN). Pemerintah Daerah harus menyusun RPJM Daerah dan RPJP Daerah, dengan berpedoman dan / atau mengacu kepada RPJM dan RPJP Nasional yang disusun Pemerintah Pusat.

    Mengacu Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 8 Tahun 2008 tentang tahapan, tata cara penyusunan, pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan daerah. Perencanaan pembangunan daerah merupakan satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional, yang dilakukan pemerintah daerah bersama para pemangku kepentingan berdasarkan peran dan kewenangannya, berdasakan kondisi dan potensi yang dimiliki masing-masing daerah, sesuai dinamika perkembangan.

    Rencana Strategis Dinkes Prov DIY 2009-2013 12

  • Kegiatan penyusunan Rencana Strategis SKPD Dinkes Provinsi DIY untuk periode 5 tahun menggunakan dasar hukum yang sama yaitu UU No. 25 Tahun 2004 dimana pada pasal 5 ayat 1 disebutkan bahwa RPJP Daerah memuat visi, misi, dan arah pembangunan Daerah yang mengacu pada RPJP Nasional. Ayat 2 menyebutkan bahwa RPJM Daerah merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Kepala Daerah yang penyusunannya memperhatikan RPJM Nasional, memuat arah kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan daerah, kebijakan umum, dan program Satuan Kerja Perangkat Daerah, lintas Satuan Kerja Perangkat Daerah, dan program kewilayahan disertai dengan rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. Rencana Strategis ini merupakan RPJP dan RPJM Kesehatan Provinsi DIY. Sebagaimana diatur dalam RPJP dan RPJM sebagaimana telah disebutkan diatas, maka pokok-pokok isi Rencana Strategis SKPD Dinkes Provinsi DIY mencakup kepada Visi, Misi Pembangunan Kesehatan, Prioritas Pembangunan Kesehatan Daerah, dan Program SKPD Dinas Kesehatan yang memuat kegiatan dalam kerangka regulasi dan anggaran dengan jangkauan 5 tahun.

    Model penyusunan perencanaan pembangunan kesehatan sebelumnya lebih banyak merujuk kepada determinan kesehatan yang terfokus pada karakteristik dan perilaku individu penyebab meningkatnya risiko terjadinya suatu masalah kesehatan yang merupakan pendekatan faktor risiko dalam epidemiologi klasik dikembangkan dengan pendekatan sosio epidemiologi yang menekankan pula kondisi sosial sebagai faktor fundamental terjadinya suatu masalah kesehatan.

    Faktor-faktor individu termasuk biologi, demografi dan perilaku berisiko yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya suatu penyakit. Faktor-faktor pada jenjang sosial merupakan struktur jejaring dan komunitas yang menghubungan individu dengan masyarakat. Struktur-struktur ini sangat penting untuk memahami difusi dan distribusi masalah-masalah kesehatan. Sedangkan faktor jenjang struktural termasuk faktor sosio-ekonomi, hukum, kebijakan. Model sosio-epidemiologi ini bersama dengan model sistim kesehatan yang dikembangkan oleh WHO (stewardship, financing, healthcare delivery dan resource generation) akan menjadi dasar penyusunan perencanaan pembangunan kesehatan Provinsi DIY.

    Rencana Strategis Dinkes Prov DIY 2009-2013 13

  • 1.2. LANDASAN HUKUM

    Renstra Dinas Kesehatan Provinsi DIY adalah bagian dari Perencanaan Pembangunan Nasional dan Perencanaan Pembangunan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Dengan demikian landasan Renstra adalah sama dengan landasan Pembangunan Nasional maupun Pembangunan Daerah. Secara spesifik landasan tersebut adalah:

    a). Landasan Idiil Landasan idiil yang digunakan yaitu Pancasila

    b). Landasan Konstitusional Landasan konstitusionil yaitu UUD 1945, khususnya: 1) Pasal 28 A; setiap orang berhak untuk hidup serta berhak

    mempertahankan hidup dan kehidupannya. 2) Pasal 28 B ayat (2); setiap anak berhak atas kelangsungan

    hidup, tumbuh, dan berkembang. 3) Pasal 28 C ayat (1); setiap orang berhak mengembangkan diri

    melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.

    4) Pasal 28 H ayat (1); setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan, dan ayat (3); setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat.

    5) Pasal 34 ayat (2); negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan, dan ayat (3); negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak.

    Rencana Strategis Dinkes Prov DIY 2009-2013 14

  • c). Landasan Operasional

    1) Tap MPR, meliputi: a). Tap MPR RI No.X/1998 : Pokok-pokok Reformasi b). Tap MPR RI No.VII/2001 : Visi Indonesia Masa Depan

    2) Peraturan Perundang-undangan, meliputi: a). UU 3/1950 : Pembentukan Daerah Istimewa Yogyakarta

    diubah dengan UU 9/1955. b). UU 1/1962 : Tentang Karantina Laut c). UU 2/1962 : Tentang Karantina Udara d). UU 4 / 1984 : Wabah Penyakit Menular e). UU 23/1992 : Kesehatan f). UU 5/1997 : Psikotropika g). UU 22/1997 : Narkotika h). UU 22/1999 : Pemerintahan Daerah i). UU 25/1999 : Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah j). UU 20/2003 : Sistem Pendidikan Nasional k). UU 17/2003 : Keuangan Negara l). UU 1/2004 : Perbendaharaan Negara m). UU 25/2004 : Perencanaan Pembangunan Nasional n). UU 32/2004 : Pemerintahan Daerah, diubah UU 12/2008 o). UU 33/2004 : Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah p). UU 29/2004 : Praktik Kedokteran q). UU 25/2004 : Sistem Perencanaan Pembangunan r). UU 40/2004 : Sistem Jaminan Sosial Nasional s). UU 17/2007 : RPJP Nasional 2005-2025 t). UU 24/2007 : Penanggulangan Bencana

    3) Peraturan Pemerintah, meliputi :

    a) PP 31/1950 Berlakunya UU 2,3,10 dan 11 tahun 1950. b) PP 40/1991 Penanggulangan Wabah Penyakit Menular c) PP 74/2001 Pengelolaan Bahan Berbahaya & Beracun

    Rencana Strategis Dinkes Prov DIY 2009-2013 15

  • d) PP 20/2004 Rencana Kerja Pemerintah e) PP 28/2004 Keamanan, Mutu, & Gizi Pangan f) PP 7/2005 RPJMN 2004-2009 g) PP 65/2005 Penyusunan dan Penerapan SPM h) PP 72/2005 Pemerintahan Desa i) PP 73/2005 Pemerintahan Kelurahan

    j) PP 79/2005 Pegawasan Pembangunan Pemerintah Daerah

    k) PP 39/2006 Pengendalian dan Evaluasi

    l) PP 38/2007 Pembagian Urusan Pemerintah Pemerintah, Provinsi dan Kabupaten/Kota.

    m) PP 39/2007 Perimbangan keuangan pusat dan daerah

    n) PP 41/2007 Organisasi Perangkat Daerah

    o) PP 50/2007 Tatacara kerjasama antar daerah

    p) PP 8/2008 Penyusunan, pengendalian, evaluasi pembangunan daerah

    q) PP 19/2008 Kecamatan

    r) Kepmendagri 9/2001

    Kader Pemberdayaan Masyarakat

    s) Kepmendagri 126/2003

    Bentuk produk-produk hukum di lingkungan pemerintahan desa.

    t) Permen PAN 9/2007

    Penetapan Indikator

    u) Pemendagri 66/2007

    Perencanaan Pembangunan Desa

    v) Permendagri 59/2007

    Kebijakan Umum APBD

    w) Permendagri 67/2007

    Data Program Pembangunan Desa/Kelurahan

    x) Permendagri 46/2008

    Pedoman organisasi tata kerja badan penanggulangan bencana daerah

    Rencana Strategis Dinkes Prov DIY 2009-2013 16

  • 4) Peraturan / Keputusan Menteri Kesehatan, meliputi:

    (1) 262/Per/VII/1979 Standarisasi ketenagaan rumah sakit pemerintah;

    (2) 806b/SK/XII/1987 Klasifikasi Rumah Sakit Umum Swasta

    (3) 585/Per/IX/1989 Persetujuan Tindakan Medik (4) 749a/Per/XII/1989 Rekam Medis / Medical Record.(5) 084/Menkes/Per/II/1990 Pelayanan Kesehatan Swasta

    di Bidang Medik (6) 282/Menkes/SK/III/1993 Pola Tarif Rumah Sakit Swasta (7) 378/Menkes/Per/V/1993 Pelaksanaan Fungsi Sosial

    Rumah Sakit Swasta (8) 582/Menkes/SK/VI/1997 Pola Tarif Rumah Sakit

    Pemerintah (9) 1333/SK/XII/1999 Standar pelayanan Rumah

    Sakit (10) 1410/Menkes/SK/X/2003 Penetapan Penggunaan Sistem

    Informasi Rumah Sakit di Indonesia

    (11) 191/SK/II/2001 Rumah Sakit (12) 1204/Menkes/SK/X/2004 Persyaratan Kesehatan

    Lingkungan Rumah Sakit (13) 725/Menkes/E/VI/2004 Upaya Pelayanan Kesehatan

    Swasta Di Bidang Medik (14) 1425/Menkes/E/XII/2006 Standar Prosedur Operasional

    Pelayanan Publik di Lingkungan Departemen Kesehatan

    (15) 1019/SK/VII/2000 Registrasi dan izin kerja perawat gigi

    (16) 4/SK/IV/2000 Menuju Indonesia Sehat 2010 (17) 574/Per/2000 Pembangunan Kesehatan (18) 1215/SK/XI/2001 Pedoman kesehatan matra (19) 1215/SK/2001 Kesehatan Matra

    Rencana Strategis Dinkes Prov DIY 2009-2013 17

  • (20) 1279 SK XI 2001 Pedoman penilaian risiko bencana

    (21) 1357/SK/XII/2001 Standar minimal penanggulangan masalah kesehatan akibat bencana

    (22) 1361/SK/XII/2001 Pedoman sistem peringatan dini di daerah potensi bencana

    (23) 1363/SK/XII/2001 Registrasi dan izin praktik fisioterapis

    (24) 6/SK/VIII/2001 Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan

    (25) 876/SK/VIII/2001 Pedoman teknis ANDAL (26) 11/ SK/I/2002 Pengamanan Virus Polio Liar (27) 12 tahun 2002 Pedoman koordinasi

    penanggulangan bencana (28) 727/SK/VI/2002 Pedoman Peraturan Internal

    Rumah Sakit (Hospital by Laws)(29) 1333/SK/X/2002 Penelitian Kesehatan Terhadap

    Manusia (30) 1335/SK/X/2002 SOP pengambilan dan

    pengukuran sampel kualitas udara rumah sakit

    (31) 14/SK/2002 Pedoman penanggulangan masalah kesehatan kedaruratan kompleks

    (32) 1405/SK/XI/2002 Standar Pemeriksaan Kadar Timah Hitam

    (33) 1406/SK/XI/2002 Standar pemeriksaan kadar timah hitam spesimen biomarker manusia

    (34) 1407/SK/XI/2002 Pengendalian Dampak Pencemaran Udara

    (35) 1424/SK/XI/2002 Penyelenggaraan Optikal (36) 1439/SK/XI/2002 Penggunaan gas medis di

    Rencana Strategis Dinkes Prov DIY 2009-2013 18

  • sarana pelayanan kesehatan (37) 1537.A/SK/XII/2002 Program pemberantasan

    penyakit infeksi saluran pernafasan akut

    (38) 220/SK/III/2002 Pedoman tim pembina, pengarah, dan pelaksana kesehatan jiwa masyarakat

    (39) 228/SK/III/2002 Pedoman Penyusunan SPM RS yang wajib dilaksanakan daerah

    (40) 544/SK/VI/2002 Registrasi dan izin kerja refraksionis optisien

    (41) 900/SK/VII/2002 Registrasi dan Praktik Bidan (42) 907/SK/VII/2002 Syarat Pengawasan Kualitas Air

    Minum (43) 913/SK/VII/2002 Angka kecukupan gizi yang

    dianjurkan bagi bangsa indonesia

    (44) 004/SK/I/2003 Kebijakan Strategi Desentralisasi Kesehatan

    (45) 1076/SK/VII/2003 Penyelenggaraan Pengobat Tradisional

    (46) 1098/SK/VII/2003 Persyaratan Hygiene Sanitasi Restoran

    (47) 1116/SK/VIII/2003 Sistem Surveilans, Epidemiologi Kesehatan

    (48) 1202/SK/VIII/2003 Indikator indonesia sehat dan pedoman Provinsi dan kabupaten/kota sehat

    (49) 1277/SK/VIII/2003 Tenaga Akupunktur (50) 1419/SK/X/2003 Pedoman pengendalian

    dampak pencemaran udara (51) 1452/SK/X/2003 Fortifikasi tepung terigu (52) 1457/SK/X/2003 Standar pelayanan minimal

    bidang kesehatan di kabupaten/kota

    Rencana Strategis Dinkes Prov DIY 2009-2013 19

  • (53) 1479/SK/X/2003 Surveilans Epidemiologi Penyakit Terpadu

    (54) 1538/SK/XI/2003 Standar pengelolaan spesimen legionella

    (55) 1758/SK/XII/2003 Standar pelayanan kesehatan kerja dasar

    (56) 288/SK/III/2003 Pedoman penyehatan sarana & bangunan umum

    (57) 364/SK/III/2003 Laboratorium kesehatan (58) 560/SK/IV/2003 Pola tarif Perjan rumah sakit (59) 639/SK/2003 Pengadaan Obat Pelayanan

    Kesehatan Dasar (60) 640/SK/V/2003 Teknisi kardiovaskuler (61) 679/SK/V/2003 Registrasi dan izin kerja asisten

    apoteker (62) 715/SK/V/2003 Persyaratan hygiene sanitasi

    jasaboga (63) 725/SK/V/2003 Pedoman penyelenggaraan

    pelatihan di bidang kesehatan (64) 725/SK/V/2003 Pelatihan di Bidang Kesehatan (65) 912/SK/VI/2003 Penetapan Severe Acute

    Respiratory Syndrome (SARS) sebagai penyakit yang dapat menimbulkan wabah

    (66) 942/SK/VII/2003 Pedoman syarat hygiene sanitasi makanan jajanan

    (67) 1027/SK/IX/2004 Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek

    (68) 1059/SK/IX/2004 Penyelenggaraan Imunisasi (69) 1197/SK/X/2004 Standar Pelayanan Farmasi di

    Rumahsakit (70) 1199/PER/X/2004 Pengadaan tenaga dengan

    perjanjian kerja di sarana kesehatan pemerintah

    Rencana Strategis Dinkes Prov DIY 2009-2013 20

  • (71) 1204/SK/X/2004 Syarat Kesehatan Lingkungan RS

    (72) 1205/PER/X/2004 Syarat Kesehatan di Pelayanan Sehat

    (73) 131/SK/II/2004 Sistem Kesehatan Nasional (SKN)

    (74) 128/SK/II/2004 Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)

    (75) 1457/2004 Standar Pelayanan Minimal Kabupaten/kota

    (76) 81/SK/I/2004 Perencanaan Kesehatan Provinsi, Kabupaten/kota, dan rumah sakit

    (77) 949/SK/VIII/2004 Sistem Kewaspadaaan Dini KLB

    (78) 983/SK/VIII/2004 Warung Obat Desa (79) 988/SK/VIII/2004 Pencantuman Nama Generik

    Label Obat (80) 1173/PER/X/2004 Rumah Sakit Gigi dan Mulut

    (81) 631/SK/IV/2005 Pedoman Peraturan Internal Staf Medis di RS

    (82) 1419/PER/X/2005 Praktik dokter & dokter gigi (83) 1653/SK/XII/2005 Penanganan Bencana Bidang

    Kesehatan (84) 168/PER/II/2005 Prekursor farmasi (85) 836/SK/VI/2005 Pedoman pengembangan

    manajemen kinerja perawat dan bidan

    (86) SE 864/2005 PTT kebijakan pengangkatan dokter dan dokter gigi

    (87) 331/SK/V/2006 Rencana Strategis Depkes Tahun 2005-2009

    (88) 564/SK/VIII/2006 Pelaksanaan Pengembangan

    Rencana Strategis Dinkes Prov DIY 2009-2013 21

  • Desa Siaga (89) 512/PER/2007 Ijin praktik dokter (90) 1424/XII/2006 Surat Advokasi Menkes kepada

    Sri Sultan HB X tentang Desa Siaga

    (91) 741/VII/2008 SPM Bidang Kesehatan Kabupaten Kota

    (92) 922//SK/X/2008 Kewenangan Depkes Pusat, Dinkes Provinsi dan Dinkes Kabupaten/kota

    5) Peraturan Daerah Provinsi D.I. Yogyakarta, a). Perda 5/2005 : Tatacara Penyusunan Perencanaan Daerah; b). Perda 7/2006 : Lingkungan bebas polusi c). Perda 7/2007 : Urusan Pemerintahan yang menjadi

    Kewenangan Provinsi DIY d). Perda 6/2008 : Organisasi dan Tatakerja Dinas Daerah

    Provinsi DIY e). Pergub 36/2008 : Organisasi dan tatakerja Unit Pelaksana

    Teknis Dinas dan Unie Pelaksana Teknis Lembaga Teknis Daerah provinsi DIY

    f). Pergub 45/2008 : Rincian Tugas dan Fungsi Dinas dan Unit Pelaksana Teknis Pada Dinas Kesehatan

    g). Pergub 11/2009 : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah 2009-2013

    h). Surat Keputusan Gubernur DIY 414/0647/2007 : Pelaksanaan dan Pengembangan Desa Siaga

    1.3. MAKSUD DAN TUJUAN

    Dokumen Rencana Strategis SKPD Dinas Kesehatan Provinsi DIY Tahun 2009-2013 difungsikan sebagai pedoman resmi bagi SKPD Dinas Kesehatan Provinsi DIY dalam menyusun Rencana Kerja SKPD dan berbagai kebijakan pembangunan kesehatan di wilayah Provinsi DIY dalam kurun waktu lima tahun. Diharapkan dengan adanya Rencana Strategis SKPD Dinas Kesehatan Provinsi DIY disamping difungsikan sebagai pedoman sektor kesehatan di

    Rencana Strategis Dinkes Prov DIY 2009-2013 22

  • Provinsi DIY juga dapat dipergunakan oleh berbagai lembaga pemerintah dan swasta di sektor kesehatan.

    Renstra SKPD Dinas Kesehatan Provinsi DIY merupakan acuan penentuan pilihan-pilihan program kegiatan tahunan daerah yang akan dibahas dalam rangkaian forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan Kesehatan (Musrenbangkes). Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka Rencana Strategis SKPD Dinas Kesehatan Provinsi DIY disusun dengan maksud sebagai berikut :

    i. Menyediakan satu acuan resmi bagi pembuat kebijakan dalam pembangunan kesehatan di Provinsi DIY dalam menentukan prioritas program dan kegiatan pembangunan tahunan yang akan didanai dari berbagai sumber pendanaan baik dari APBD, APBN maupun sumber-sumber lainnya.

    ii. Menyediakan tolok ukur untuk mengukur dan melakukan evaluasi kinerja tahunan Pembangunan Kesehatan di Provinsi DIY.

    iii. Menjabarkan gambaran tentang kondisi pembangunan kesehatan secara umum di Provinsi DIY saat ini sekaligus memahami arah dan tujuan yang akan dicapai dalam rangka mewujudkan Visi-Misi.

    iv. Memudahkan Pemangku Kepentingan pembangunan kesehatan di Provinsi DIY dalam mencapai tujuan dengan cara menyusun program dan kegiatan secara terpadu, terarah dan terukur.

    v. Memudahkan Pemangku Kepentingan pembangunan kesehatan di Provinsi DIY untuk memahami dan menilai arah kebijakan dan progam serta kegiatan operasional tahunan dalam rentang waktu lima tahunan dan satu tahunan transisi.

    Rencana Strategis SKPD Dinas Kesehatan Provinsi DIY bertujuan untuk menjabarkan arah kebijakan pembangunan Provinsi DIY yang menjadi acuan penyusunan rencana kerja tahunan Dinas Kesehatan Provinsi DIY dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013.

    Rencana Strategis Dinkes Prov DIY 2009-2013 23

  • 1.4. HUBUNGAN DENGAN DOKUMEN PERENCANAAN LAIN

    Hubungan antara Rencana Strategis SKPD Dinas Kesehatan Provinsi DIY dengan dokumen perencanaan lain di tingkat provinsi dan nasional dapat dijelaskan sebagai berikut :

    Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)

    RPJP Nasional telah disahkan dalam Undang-undang no 17 tahun 2007 sehingga Rencana Strategis SKPD Dinas Kesehatan Provinsi DIY ini harus mengacu kepada dokumen perencanaan jangka panjang nasional tersebut. Sementara RPJM (Rencana Pembangunan Jangka Menengah) Nasional dan RPJM Provinsi DIY merupakan dokumen perencanaan berwawasan 5 tahun di tingkat nasional dan Provinsi DIY yang menjadi acuan utama dalam menyusun Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi DIY.

    Rencana Strategis Departemen Kesehatan

    Rencana Strategis Departemen Kesehatan merupakan penjabaran teknis bidang kesehatan atas RPJM nasional. Dokumen perencanaan tersebut merupakan dokumen perecanaan teknis bidang kesehatan yang memuat arah kebijakan pembangunan kesehatan dan indikasi rencana program kegiatan bidang kesehatan di setiap fungsi pemerintahan untuk jangka waktu 5 tahunan. Dokumen Renstra tersebut juga menjadi rujukan acuan bagi penyusunan Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi DIY.

    Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2009-2013 Provinsi DIY

    RPJMD tahun 2009-2013 Provinsi DIY merupakan dokumen perencanaan berwawasan 5 tahun di tingkat Provinsi DIY yang akan menjadi acuan utama dalam menyusun Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi DIY.

    Sistem Kesehatan Provinsi (SKP) DIY

    Sistem Kesehatan Provinsi DIY adalah dokumen yang digunakan sebagai landasan, arah dan pedoman penyelenggaraan pembangunan kesehatan bagi seluruh pemangku kepentingan

    Rencana Strategis Dinkes Prov DIY 2009-2013 24

  • pembangunan kesehatan di Provinsi DIY yang meliputi pemerintah (pusat, provinsi dan kabupaten/kota), masyarakat dan dunia usaha serta pihak-pihak terkait lainnya yang digunakan sebagai acuan dalam menempatkan peran SKPD Dinas Kesehatan Provinsi DIY dalam pembangunan kesehatan kabupaten.

    Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (RENJA-SKPD)dan KL (Kementrian Lembaga) Dinas Kesehatan Provinsi DIY

    Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah dan Kementrian Lembaga (Renja SKPD dan KL) Dinas Kesehatan Provinsi DIY merupakan dokumen perencanaan tahunan Dinas Kesehatan Provinsi DIY yang disusun sebagai derivasi Rencana Strategis dan memuat rencana kegiatan pembangunan tahunan yang dilengkapi dengan formulir kerangka anggaran dan kerangka regulasi serta indikasi pendanaan beberapa tahun ke depan.

    Dikaitankan dengan sistem perencanaan pembangunan maka keberadaan Rencana Strategis Dinas Kesehatan ini merupakan bagian yang utuh dari manajemen kerja pembangunan kesehatan di lingkungan Dinas Kesehatan dalam menjalankan agenda pembangunan kesehatan yang telah tertuang dalam dokumen-dokumen perencanaan. Gambaran tentang hubungan antara Renstra dengan dokumen perencanaan lainnya baik dalam kaitannya dengan sistem perencanaan pembangunan maupun dengan sistem keuangan adalah sebagai berikut

    Gambar 1 : Sistem Perencanaan Pembangunan

    Rencana Strategis Dinkes Prov DIY 2009-2013 25

  • 1.5. SISTEMATIKA PENULISAN

    Bagian I,

    Memaparkan mengenai latar belakang penyusunan Rencana Strategis / Renstra SKPD Dinas Kesehatan Provinsi DIY yang memberikan detail dasar pemikiran dan dasar hukum penyusunannya. Di Bagian ini juga dijelaskan mengenai maksud dan tujuan dari penyusunan Rencana Strategis serta hubungan dengan dokumen perencanaanlainnya.

    Bagian II

    Menguraikan mengenai profil Provinsi DIY ditinjau dari aspek yang terkait erat dengan kesehatan yaitu geografis, ekonomi dan sosial budaya. Aspek geografis disajikan dari mulai administrasi sampai dengan permasalahan klimatologi. Bagian ekonomi menjelaskan mengenai kemampuan fiskal sampai dengan permasalahan lapangan kerja. Bagian sosial budaya menjelaskan mengenai kondisi termasuk pendidikan dan angka buta huruf.

    Bagian III

    Menguraikan mengenai profil atau capaian pembangunan kesehatan sampai dengan saat penyusunan Renstra. Bagian ini dibagi dalam empat sub bagian yaitu derajad kesehatan, situasi kesehatan, permasalahan prioritas dan sasaran utama masalah kesehatan

    Bagian IV

    Memberikan paparan mengenai berbagai macam isu strategis yang diperkirakan dapat mempengaruhi pencapaian tujuan Renstra. Isu dilandasi oleh kondisi masa lalu, kondisi saat ni dan perkiraan kondisi di masa yang akan datang

    Bagian V

    Bagian ini merupakan pokok dari Renstra yang menguraikan mengenai hasil rumusan Visi, misi, nilai, tujuan, sasaran, strategi dan kebijakan. Dalam bagian ini penjelasan mengenai Nilai-nilai yang dianut perlu untuk disampaikan sebagai pegangan moral bagi setiap pelaksana pembangunan kesehatan di Provinsi DIY

    Rencana Strategis Dinkes Prov DIY 2009-2013 26

  • Bagian VI

    Berisi penjelasan mengenai program yang diuraikan dengan sistematika rencana program, bentuk kegiatan, indikator kinerja dan sasaran program. Program-program seluruhnya disampaikan dalam bab ini dimulai dari pemberantasan penyakit sampai dengan sistem informasi kesehatan.

    Bagian VII

    Merupakan bagian penutup

    Rencana Strategis Dinkes Prov DIY 2009-2013 27

  • BAB II PROFIL PROVINSI DIY

    2.1. GEOGRAFI

    2.1.1. Administrasi Pemerintahan Sebagai daerah otonom, provinsi DIY yang dibentuk dengan Undang-undang nomor 3 tahun 1950 jo. Nomor 19 tahun 1950 terbagi yang telah berkembang pada tahun 2005 dengan satu kota dan empat Kabupaten dengan perincian sebagai berikut : a. Kota Yogyakarta terdiri dari 14 kecamatan dan 45 kelurahan b. Kabupaten Bantul terdiri dari 17 kecamatan dan 75 desa c. Kabupaten Kulonpogo terdiri dari 12 kecamatan dan 88 desa d. Kabupaten Gunungkidul terdiri dari 18 kecamatan dan 144 desa e. Kabupaten Sleman terdiri dari 17 kecamatan dan 86 desa

    2.1.2. Luas wilayah

    Provinsi DIY merupakan salah satu provinsi dari 33 provinsi yang ada di Indonesia dan terletak di pulau Jawa bagian tengah. Dikelilingi oleh provinsi Jawa Tengah di bagian selatan dibatasi lautan Indonesia dengan garis pantai sepanjang 110 km, disebelah utara berdiri Gunung Merapi (2968 m) sedagkan di bagian timur laut, tenggara, barat dan barat laut dibatasi Provinsi Jawa Tengah yang meliputi :

    a. Sebelah Timur Laut : Kabupaten Klaten b. Sebelah Tenggara : Kabupaten Wonogiri c. Sebelah Barat : Kkabupaten Purworejo d. Sebelah Barat Laut : Kabupaten Magelang

    Posisi Provinsi DIY terletak antara 7o33-8o12 lintang selatan dan 110o00-110o50 Bujur Timur dengan luas wilayah 3.185,80 km2 atau 0,17% dari luas Indonesia (1.890.754 km2) merupakan provinsi terkecil setelah DKI Jakarta. Luas wilayah dirinci menurut wilayah kabupaten / kota adalah sebagai berikut : a. Kota Yogyakarta : 32,5 km2 (1,02%) b. Kabupaten Bantul : 506,85 km2 (15,91%) c. Kabupaten Kulonprogo : 587,27 km2 (18,40%) d. Kabupaten Gunungkidul : 1.485,36 km2 (46,63%) e. Kabupaten Sleman : 574,82 km2 (18,04%)

    Rencana Strategis Dinkes Prov DIY 2009-2013 28

  • Berdasarkan satuan fisiografis, Provinsi DIY terdiri dari :

    a. Satuan pegunungan selatan seluas 1.656,25 km2, ketinggian 150 700 m, terletak di Kabupaten Gunungkidul (pegunungan seribu) yang merupakan wilayah perbukitan batu gamping (limestone) yang kritis, tandus dan kekurangan air, bagian tengah terdapat dataran (Wonosari basin). Wilayah ini merupakan bentang alam solusional dengan bahan batuan induk batu gamping mempunyai karakteristik lapisan tanah dangkal dan vegetasi penutup relatif jarang

    b. Satuan gunung berapi Merapi seluas 582, 81km2, ketinggian 80-2911mterbentang mulai dari kerucut gunung api hingga dataran fluvial gunung merapi, meliputi daerah Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta, dan sebagian dari Kabupaten Bantul termasuk dalam bentang alam vulkanik. Daerah kerucut dan lereng Gunung Merapi merupakan hutan lindung dan sebagai kawasan serapan air.

    c. Dataran rendah antara pegunungan selatan dan pegunungan Kulonprogo seluas 215,62 km2, ketinggian 0-80 m merupakan bentang alam fluvial yang didominasi oleh dataran alluvial. Membentang di bagian selatan DIY mulai dari kabupaten Kulonprogo sampai dengan kabupaten bantul yang berbatasan dengan pegunungan seribu. Daerah ini merupakan wilayah yang subur. Bentang alam lain yang digunakan adalah bentang alam marine dan aeolin yang merupakan satuan wilayah pantai yang terbentang dari kabupaten Kulonprogo sampai Kabupaten Bantul.

    d. Pegunungan Kulonprogo dan dataran rendah selatan seluas 706,25 km2 dengan ketinggian 0-572m terletak di Kabupaten Kulonprogo. Bagian Utara merupakan lahan struktural denudasionalk dengan topografi berbukit yang mempunyai kendala lereng yang curam dan potensi air tanahnya kecil.

    2.1.3. Topografi, Hidrologi dan Klimatologi

    Berdasarkan data Badan Pertanahan Nasional sebanyak 33,05% luas tanah di Provinsi DIY merupakan jenis tanah lithosol, 27,09 %regosol, 12,38% lathosol, 10,97% grumosol, 10,84% mediteran, 3,19% alluvial dan 2,47% rensina. Sebagian besar wilayah terletak

    Rencana Strategis Dinkes Prov DIY 2009-2013 29

  • pada ketinggian 100-499 dpl (65,65%). Provinsi DIY beriklim tropis dengan curah hujan berkisar 1,83 mm37,08 mm per hari yang dipengaruhi oleh musim kemarau dan musin hujan. Menurut catatan Stasiun Meteorologi Bandara Adisucipto, suhu udara rata-rata di Yogyakarta menunjukkan, maksimun 36,6oC dan minimum 22oC dengan kelembaban udara mencapai 37-97%, serta kecepatan angin antara 01 knot sampai dengan 15 knot.

    2.2. EKONOMI

    2.2.1. Pendapatan Provinsi

    Realisasi pendapatan Provinsi DIY dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan yang signifikan. Pendapatan Asli daerah meningkat cukup drastis dari semula Rp. 105,6 M pada tahun 2001 meningkat menjadi Rp. 263,3 M pada tahun 2003 dan pada tahun 2007 telah mencapai Rp. 489,9 M. Dana perimbangan naik dari Rp. 127,9 M pada tahun 2001 meningkatkan menjadi Rp. 238,6 M pada tahun 2003 dan pada tahun 2007 telah menjadi Rp. 480,9M. Total pendapatan pada tahun 2001 adalah Rp. 257,5M meningkat Rp. 708,2 M tahun 2003 dan pada tahun 2007 menjadi Rp. 1.207,2 M. Berdasarkan Badan Pusat Statistik Nasional tahun 2008, PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) per kapita penduduk di Provinsi DIY pada tahun 2006 telah mencapai Rp. 8.680.500 per tahun berada jauh dari rata-rata nasional yang mencapai Rp. 14.840.400 dan menempati urutan ke 22 dari seluruh provinsi yang ada. Tingkat pertumbuhan PDRB penduduk DIY juga termasuk yang terendah dengan menempati urutan ke 28 dari seluruh provinsi yang ada (tingkat pertumbuhan DIY 3,68, rata-rata nasional 5,48).

    2.2.2. Peternakan Populasi ternak di DIY tahun 2007 mengalami kenaikan sebesar 3,98% dari 660.420 ekor pada tahun 2006 menjadi 686.092 ekor pada tahun 2007. Jenis ternak yang dominan adalah kambing, sapi, dan domba. Ternak lainnya mencapai 2,88%. Jumlah populasi ungas pada tahun 2007 tercatat sebanyak 11,74 juta ekor naik 5,87% dari tahun 2006 sebesar 11,09 juta ekor. Sekitar 33,4% dari keseluruhan unggas adalah ayam kampong disusul ayam ras (63,01%). Besarnya

    Rencana Strategis Dinkes Prov DIY 2009-2013 30

  • populasi ternak tersebut perlu menjadi perhatian mengingat meningkatnya penularan penyakit yang ditularkan melalui ternak.

    2.2.3. Pariwisata Peran sektor pariwisata sebagai salah satu sektor penggerak ekonomi di DIY. Industri pariwisata di DIY saat ini memiliki prospek yang bagus dan memiliki daya tarik yang kompetitif. Hal ii dikuatkan dengan posisi DIY sebagai daerah destinasi unggulan kedua setelah Provinsi Bali. Potesi pariwisata juga didukung oleh adanya Indonesia Mini di DIY karena di DIY banyak ditemkan pendatang dari berbagai suku bangsa si Indonesia dengan berbagai kepentingan seperti belajar (pelajar, mahasiswa) dan bisnis. Kehadiran kelompok ini membentuk akulturasi budaya dan sekaligus membentuk pasar yang potensial dan sebagai alat promosi yang baik untuk pariwisata di DIY. Tahun 2006 kunjungan wisata domestik mencapai 836.682 orang dan mancanegara mencapai 78.145 orang menurun cukup drastis dibanding tahun 2005 yang disebabkan oleh bencana gempa bumi pada tahun 2006. Tahun 2007 kunjungan wisata meningkat kembali menjadi 1.146.197 orang dengan wosatawan manca mencapai 103.215 orang. Lama tinggal wisatawan mancanegara tahun 2006 adalah 2,04 hari dan wisatawan domestik mencapai 1,94 hari menurun menjadi 1,78 hari untuk wisatawan manca dan 1,73 hari untuk wisatawan domestik.

    2.2.4. Pekerjaan

    Pertanian merupakan sektor yang paling banyak dijadikan sumbermata pencaharian penduduk. Tahun 2006 jumlah lapangan usaha pertanian mampu menyerap 32,09% dari seluruh penduduk di DIY. Sektor kedua yang paling banyak menyerap tenaga kerja adalah perdagangan, rumah makan dan hotel yang mencapai 21,91% dan jasa pelayanan yang mencapai 15,13%, industri 14,34%. Jumlah angkatan kerja DIY tahun 2003-2007 mengalami peningkatan dari 1.756.662 menjadi 1.815.362. Berdasarkan Sakernas 2007 persentase penduduk DIY umur 15 tahun keatas yang masuk sebagai angkatan kerja adalah sebanyak 71,69% dari angka tersebut 67,33% bekerja dan 4,36% adalah menganggur. Sementara jumlah pekerja anak di Indonesia terus bertambah tiap tahun dan pada tahun 2008, diperkirakan telah mencapai 6,5 juta anak (data di Yogyakarta belum tersedia). Jumlah tersebut terus

    Rencana Strategis Dinkes Prov DIY 2009-2013 31

  • meningkat seiring dengan jumlah anak putus sekolah dan kekerasan terhadap anak yang terus meningkat. Kebanyakan pekerja anak tersebut lahir dari kondisi ekonomi keluarga yang miskin. Dampak kesehatan dari fenomena pekerja anak ini cukup banyak, baik dari aspek biologis, fisiologis maupun mental.

    2.3. SOSIAL BUDAYA

    2.31. Kependudukan

    Berdasarkan hasil proyeksi SUPAS 2005 tahun 2007 jumlah pendidik di DIY tahun 2007 tercatat 3.434.534 jika dengan persentase penduduk laki-laki 50,16% dan perempuan 49,84%. Penduduk perkotaan mencapai 60,57% dan penduduk pedesaan mencapai 39,1%. Pertumbuhan penduduk pada tahun 2007 sebesar 1,01% relatif lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan sebelumnya. Dua kabupaten yang memiliki pertumbuhan lebih rendah dari angka pertumbuhan tingkat provinsi adalah Gunungkidul dan Kulonprogo. Kepadatan penduduk di DIY pada tahun 2007 mencapai 1.079 jiwa per km2. Kepadatan tertinggi adalah di Kota Yogyakarta (12.881 jiwa / km2) dan terendah di Kabupaten Gunungkidul (461 jiwa / km2). Komposisi kelompok umur penduduk DIY didominasi oleh kelompok usia dewasa (25-29 tahun) yang mencapai 10,71%. Persentase kelompok umur dibawah 24 tahun tercatat sebanyak 36,35%, 25-59 tahun mencapai 50,84% dan diatas 60 tahun adalah 12,81%. Tingginya prosentase penduduk usia lanjut menunjukkan tingginya usia harapan hidup masyarakat DIY.

    2.3.2. Indeks Pembangunan Manusia

    Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebagai alat ukur pencapaian pembangunan manusia merupakan indeks gabungan dari tiga komponen yang mengindikasikan kualitas sumberdaya manusia, yaitu pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Indikator IPM meliputi umur harapan hidup, tingkat pendidikan dan tingkat kehidupan yang layak. IPM di DIY lebih banyak bertumpu kepada daerah Kota Yogykarta dan Kabupaten Sleman. Tahun 2005 IPM Provinsi DIY mencapai 73,5 naik dari tahun sebelumnya yang mencapai 2,9. Dalam skala internasional, nilai IPM DIY tersebut masih masuk dalam skala menengah ke atas (66-79).

    Rencana Strategis Dinkes Prov DIY 2009-2013 32

  • Tabel 1. IPM antar Kabupaten/Kota Provinsi DIY 2004 2005

    IPM Kabupaten / kota 2004 2005

    1. Bantul 71,5 71,9 2. Gunungkidul 68,9 69,3 3. Kulonprogo 70,9 71,5 4. Sleman 75,1 75,6 5. Yogyakarta 77,4 77,7 Provinsi 72,9 73,5

    Hasil Pendataan Sosial Ekonomi penduduk tahun 2005 (PSE 2005), Provinsi DIY memiliki rumah tangga miskin sebanyak 41,33% untuk wilayah perkotaan dan 58,67% untuk wilayah pedesaan. Selama periode Juli 2005 sampai dengan Maret 2007, Garis Kemiskinan (cut point) naik sebesar 19,77% yaitu dari Rp. 148.476,- per kapita per bulan pada Juli 2005 menjadi177.831 per kapita per bulan pada Maret 2007. Data program Jamkesmas yang berbasis kepada data BPS menunjukkan bahwa jumlah total keluarga miskin di DIY yang diindikasikan dari penerima Jamkesmas mencapai 936.032, selengkapnya disajikan pada tabel berikut

    Tabel 2. Peserta Jamkesmas (Keluarga Miskin di DIY)

    Peserta Jamkesmas / Askeskin Kabupaten / kota 2007)*

    SK.Gub 2008)**

    kuota BPS 2009)**

    kuota BPS 1. Bantul 173.152 222.987 222.987 2. Gunungkidul 205.230 340.635 340.635 3. Kulonprogo 163.979 141.893 141.893 4. Sleman 154.505 168.158 168.158 5. Kota 72.225 68.456 68.456 Provinsi 769.091 942.129 942.129 )* Program Askeskin ; )** Program Jamkesmas

    Dari data Dinas Sosial DIY tercatat sebanyak 23.833 lanjut usia terlantar ditangani oleh Panti Sosial Wredha. Menyangkut masalah tuna susial, tuna wisma, bekas narapidana, pengemis dan pengidap HIV/AIDS penanganannya dilakukan melalui panti atau luar panti.

    Rencana Strategis Dinkes Prov DIY 2009-2013 33

  • 2.3.3. Pendidikan

    Angka buta huruf di DIY umur 15-44 tahun di DIY menurun dari 26.183 pada tahun 2006 menjadi 14.159 pada tahun 2007. Ditargtekan pada tahun 2008 angka tersebut akan berkurang 10.156 orang dan sisanya yaitu sebanyak 4003 akan selesai diberantas pada tahun 2009. Provinsi DIY memperoleh kesempatan yang relatif lebih baik dibandingkan daerah lain dalam bidang pendidikan karena telah lama dikenal sebagai pusat pendidikan di Indonesia. Kesempatan tersebut dapat dilihat dari banyaknya pusat-pusat pendidikan dari dasar sampai dengan pendidikan tinggi. Kondisi tersebut juga terlihat pada pusat-pusat pendidikan tinggi bidang kesehatan yang berkembang dengan pesat. Kesempatan pendidikan bagi masyarakat DIY tersebut terlihat dari perkembangan komposisi penduduk menurut pendidikan. Dalam kurun waktu dua tahun (2006-2007), komposisi penduduk DIY menurut tingkat pendidikan belum mengalami banyak perubahan. Proporsi terbesar penduduk DIY adalah pada tingkat pendidikan menengah (SMTP dan SMTA). Jumlah penduduk dengan kategori lulusan SD terlihat justru mengalami peningkatan dari 22,5% pada tahun 2006 menjadi 26,4% pada tahun 2007. Jumlah penduduk berusia 15 tahun lebih yang tidak bersekolah jumlahnya menurun drastis dari 10,4% menjadi 7,1% pada tahun 2007. Proporsi terbesar kedua adalah lulusan SMP yang pad atahun 2007 mencapai 19,2%. Terlihat peningkatan meskipun kecil, untuk kategori penduduk dengan tingkat pendidikan Tinggi (diploma dan sarjana).

    Tabel 3. Jumlah Penduduk usia > 15 tahun Menurut Tingkat Pedidikan

    2006 2007 Jumlah % Jumlah % 1. Tidak sekolah 194.141 10,4% 138.971 7,1% 2. Tidak tamat SD 194.637 10,4% 139.711 7,1% 3. Lulus SD 421.283 22,5% 515.814 26,4% 4. Lulus SMTP 377.288 20,2% 393.458 20,1% 5. Lulus SMTA 465.014 24,8% 525.818 26,9% 6. Lulus DI/DII 26.374 1,4% 28.263 1,4% 7. Lulus DIII 53.325 2,8% 63.123 3,2% 8. Lulus Universitas 139.912 7,5% 149.261 7,6% 1.871.974 100,0% 1.954.419 100,0%

    Sumber : DIY Dalam Angka 2008 (BPS, 2009)

    Rencana Strategis Dinkes Prov DIY 2009-2013 34

  • Indikator mutu pendidikan di DIY dapat dilihat dari tingginya angka partisipasi, yang terdiri dari Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM). Angka Partisipasi Kasar (APK) untuk jenjang SD/MI Provinsi DIY pada tahun 2007/2008 menunjukkan angka sebesar 109,86%, SMP/MTs sebesar 117,15%, SMA/MA sebesar 79,02%. Sedangkan Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI adalah sebesar 95,17%, SMP/MTs sebesar 77,41% dan SMA/MA sebesar 57,22%. Dibanding dengan tahun sebelumnya angka-angka tersebut mengalami kenaikan walaupun relatif kecil. Jumlah bangunan pendidikan di Provinsi DIY sebelum bencana gempa bumi tercatat 4774 sekolah, akibat dari gempa menyebabkan 38,62 % dari total bangunan mengalami kerusakan. Sebanyak 275 unit diantaranya rusak total dan 777 unit rusak berat.

    2.3.4. Pemberdayaan perempuan, perlindungan anak dan remaja Capaian kesetaraan gender dalam pembangunan diukur dengan Indeks Pembangunan Gender (IPG) atau Gender Development Index (GDI) yang meliputi aspek pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Tahun 199 GDI mencapai 66,4% tahun 2002 turun menjadi 65,20% dan meningkat kembali menjadi 70,2% pada tahun 2005. Umur harapan hidup perempuan lebih tinggi daripada lakilaki, namun di bidang pendidikan dan ekonomi akses dan keterlibatan perempuan masih cukup tertinggal. Dilihat dari aspek kesehatan yang terkait langsung dengan perempuan, jumlah kelahiran yang dibantu oleh tenaga kesehatan sudah cukup baik namun masih perlu ditingkatkan.

    Rencana Strategis Dinkes Prov DIY 2009-2013 35

  • kBAB III HASIL CAPAIAN PEMBANGUNAN KESEHATAN

    3.1. SITUASI DERAJAD KESEHATAN

    Tahun 2008 Provinsi DIY memperoleh penghargaan Manggala Bhakti Husada Kartika dari Presiden yaitu sebuah penghargaan atas prestasi sebagai provinsi dengan derajad kesehatan terbaik di Indonesia. Indikator yang dinilai paling peka dan telah disepakati secara nasional sebagai ukuran derajad kesehatan suatu wilayah meliputi : (1) Umur Harapan Hidup, (2) Angka Kematian Ibu, (3) Angka Kematian Bayi, (4) Angka Kematian Balita, dan (5) Status Gizi Balita / bayi.

    3.1.1. Umur Harapan Hidup (UHH)

    Peningkatan umur harapan hidup di DIY merupakan yang terbaik di Indonesia bersama dengan DKI dan Bali, namun demikian bila dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara masih tetap lebih rendah (misal Singapura). Berikut gambaran perkembangan UHH di DIY sampai dengan tahun 2007.

    45.5

    61.267.85 68.35 70.9

    72.37 72.9 74

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    70

    80

    Tahun 1971 Tahun 1980 Tahun 1990 Tahun 1997 Tahun 2002 Tahun 2005 Tahun 2006 Tahun 2007

    Kompas (2004): Thailand : 69,9 tahun Malaysia : 72,2 tahun Singapura : 77,4 tahun Jepang : 80,8 tahun.

    Gambar 2 : Umur Harapan Hidup Penduduk DIY tahun 1971 2007 (sumber : Sensus, Supas, SDKI, Profil Depkes, Profil Dinkes DIY 2007, Kompas)

    Tahun 2008, umur harapan hidup masyarakat DIY diperkirakan telah meningkat kembali mencapai 74,05 tahun. Terjadi peningkatan yang cukup signifikan jika dibandingkan dengan 30 tahun sebelumnya yang baru mencapai 45,5 tahun (1971). Dengan perkembanan

    Rencana Strategis Dinkes Prov DIY 2009-2013 36

  • tersebut, perhitungan prediksi angka umur harapan hidup DIY pada tahun 2013 diharapkan akan mencapai 74,6 tahun (BPS). Gambaran perkembangan tersebut memperlihatkan telah terjadinya transisi demografi di DIY yang sebenarnya telah dimulai pada masa 90-an yang ditunjukkan dengan semakin meningkatnya usia lanjut. Peningkatan umur harapan hidup ini dipengaruhi oleh multifaktor yang dalam hal ini kesehatan menjadi salah satu yang berperan penting didalamnya. Peran pengaruh kesehatan ditunjukkan dari semakin menurunnya angka kematian, perbaikan sistem pelayanan kesehatan dan perbaikan gizi di masyarakat. Transisi demografi yang ditunjukkan dengan peningkatan jumlah kelompok usia lanjut ini juga membawa konsekuensi meningkatnya penyakit-penyakit degeneratif di provinsi DIY. Penyakit-penyakit degeneratif tersebut dicirikan dengan adanya kebutuhan longterm care. Dengan demikian di Provinsi DIY sudah saatnya untuk memulai pengembangan pelayanan jangka panjang tersebut.

    3.1.2. Angka Kematian Ibu

    Kematian ibu telah menunjukkan penurunan signifikan dalam kurun waktu 30 tahun terakhir, meskipun demikian angkanya masih cukup tinggi. Data kematian ibu dalam 4 tahun terakhir menunjukkan penurunan yang cukup baik. Tahun 2007 angka kematian ibu di DIY berada pada angka 105/100rb menurun dari 110/100rb pada tahun 2005.

    3839 36

    25

    30

    35

    40

    45

    2005 2006 2007

    110/100rb 107/100rb105/100rb

    Target nasional 2010 : 150/100rb

    Gambar 3 : Jumlah & Angka Kematian Ibu DIY tahun 2005 2007 (sumber : Profil Dinkes Propinsi DIY 2007)

    Rencana Strategis Dinkes Prov DIY 2009-2013 37

  • Tahun 2008 tidak terjadi penurunan AKI. Angka Kematian Ibu tahun 2008 masih berada pada angka 105 / 100.000 ribu kelahiran hidup. AKI tahun 2008 tersebut telah jauh baik jika dibandingkan AKI nasional (prediksi nasional tahun 2010 turun menjadi 150/100rb). Meskipun AKI di DIY lebih baik dibanding propinsi lain namun masih jauh tertinggal jika dibandingkan di tingkat ASEAN. Diprediksikan tahun 2013 AKI di DIY akan mencapai 100/100rb. Target MDGs secara nasional di tahun 2015 untuk angka kematian Ibu adalah tiga perempat dari kondisi tahun 1999 (132/100 ribu) yaitu 97,5/100 ribu.

    3.1.3. Angka Kematian Bayi

    Sebagaimana gambaran perkembangan angka kematian ibu, angka kematian bayi juga mengalami penurunan yang sangat signifikan jika dibandingkan dengan sebelum tahun 1990. Namun demikian pola penurunan yang terjadi tersebut seringkali dipengaruhi oleh multi faktor seperti yang terlihat pada periode 1997 sampai dengan 1999 yang merupakan masa dimana terjadi krisis multidimensi. Hal ini mengindikasikan bahwa kemungkinan angka kematian bayi masih dimungkinkan terjadi kenaikan jika tidak menjadi perhatian.

    Angka Kematian Bayi 1971 - 2007

    102

    42

    38

    30

    23 27

    25 24 20 19 19 18 17

    62

    0

    20

    40

    60

    80

    0

    0

    th1971

    th1980

    th1990

    th1991

    th1994

    th1997

    th1998 9

    th2000

    th2003

    th2004

    th2005

    th2006

    th2007

    10

    12

    th199

    Target nasional 2010 : 40/1000 KH

    Gambar 4 : Angka Kematian Bayi Propinsi DIY tahun 1971 2007 (Sumber Sensus, SDKI, Supas, Profil Depkes, Profil Dinkes DIY)

    Tahun 2008, angka kematian bayi masih tetap sama dengan pencapaian tahun sebelumnya yaitu 17 per 1000 kelahiran hidup. Angka Kematian Bayi tersebut jauh lebih jika dibandingkan dengan 20 tahun sebelumnya yang mencapai 62 / 1000 kelahiran hidup

    Rencana Strategis Dinkes Prov DIY 2009-2013 38

  • (tahun 1980). Dengan pola penurunan tersebut maka diprediksikan pada tahun 2013 angka kematian bayi di DIY diharapkan akan mencapai 16 / 1000 kelahiran hidup. Secara Nasional, target MDGs untuk angka kematian bayi pada tahun 2015 ditargetkan akan menurun menjadi dua pertiga dari kondisi tahun 1999 (dari 25 menjadi 16).

    3.1.4. Angka Kematian Balita

    Angka kematian balita memiliki kecenderungan penurunan yang cukup baik. Tahun 1971 tercatat tingkat kematian balita yang sangat tinggi yaitu mencapai 148 / 1000 balita yang ada, angka tersebut secara berangsur turun dan 20 tahun kemudian menjadi 53/1000 balita, tahun 2002 sudah mencapai 28 / 1000 dan data tahun 2007 telah mencapai angka 19/1000. Tahun 2008 angka kematian Balita masih tetap bisa dipertahankan pada angka 19/1000 Balita.

    Angka Kematian Balita (/1000)

    148

    84

    53 49 43

    35 30 30 28 23 22 21 20 19

    0

    20

    40

    60

    80

    100

    120

    140

    160

    th1971

    th1980

    th1990

    th1991

    th1992

    th1994

    th1997

    th1999

    th2002

    th2003

    th2004

    th2005

    th2006

    th2007

    Target nasional 2010 : 58/1000 Gambar 5 : Angka Kematian Balita Propinsi DIY Tahun 1971 - 2007

    (Sumber Sensus, SDKI, Supas, Profil Depkes, Profil Dinkes DIY)

    Pola penurunan sedikit mengalami pola yang berbeda pada kisaran tahun 1997 sampai dengan 2002 yang kemungkinan disebabkan oleh adanya krisis multi dimensi di Indonesia. Dengan pola penurunan sejak tahun 1971 tersebut maka diprediksikan di tahun 2013 angka kematian balita akan mencapai 16/1000. Secara Nasional target MDGs untuk angka kematian balita pada tahun 2015 ditargetkan akan menurun menjadi dua pertiga dari kondisi tahun 1999.

    Rencana Strategis Dinkes Prov DIY 2009-2013 39

  • 3.2. SITUASI KESEHATAN

    3.2.1. Pola Kematian Akibat Penyakit

    Penyakit jantung dan stroke dalam sepuluh tahun terakhir selalu masuk dalam 10 penyakit penyebab kematian tertinggi. Analisis tiga tahun terakhir dari data di seluruh rumah sakit di DIY menunjukkan, penyakit-penyakit kardiovaskuler seperti jantung, stroke, hipertensi atau dikenal sebagai penyakit CVD (cardiovasculer disease) menempati urutan paling tinggi penyebab kematian. Sampai dengan tahun 2007 menunjukkan bahwa dominasi kematian akibat penyakit tidak menular sudah mencapai lebih dari 80% kematian akibat penyakit yang ada di DIY (hospital based). CVD tidak hanya menempati urutan tertinggi penyebab kematian tetapi jumlah kematiannya dari tahun ke tahun juga semakin meningkat seiring semakin meningkatnya jumlah penderita penyakit-penyakit CVD sebagaimana laporan RS di DIY.

    Kelompok penyakit penyebab kematian

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    th04 9,86 3,84 0 0 3,32 8,4 2,48 0 1,87

    th05 7,63 7,11 8,91 5,05 0 7,65 7,62 4,08 0

    th06 19,15 13,67 4,26 5,32 2,74 0 0 0 0

    CVD Intracranial injury

    Kecelakaan darat & jatuh

    Infeksi Sal. Nafas

    Diabetes Persalinan Septisima Penyakit syaraf

    Sirosis hati

    Gambar 6 : Penyakit penyebab kematian di DIY (2004 2007) (Sumber laporan RS di DIY)

    Kematian akibat cedera intracranial (kecelakaan) yang selama ini kurang mendapat perhatian ternyata telah menempati urutan kedua terbanyak sebagai penyebab kematian bahkan menunjukkan kecenderungan peningkatan tajam dalam tiga tahun terakhir. Dalam enam tahun terakhir, peristiwa kecelakaan lalu lintas di provinsi DI Yogyakarta terbilang cukup tinggi. Data Kepolisian menunjukkan, tahun 2006 telah terjadi 1.039 kasus kecelakaan di DIY, meningkat tiga kali lipat dibanding tahun 2005 dan setiap tahun

    Rencana Strategis Dinkes Prov DIY 2009-2013 40

  • sedikitnya 130 meninggal (12%) akibat kecelakaan lalu lintas di DIY. Laporan Kepolisin menunjukkan bahwa 88% kematian diakibatkan oleh cedera kepala. Faktor perilaku pengendara memang menjadi faktor dominan bagi tinggi rendahnya tingkat kematian akibat kecelakaan. Meskipun demikian disamping faktor perilaku tersebut, dukungan pelayanan kesehatan dalam bentuk pelayanan pertolongan pertama / prarujukan, rujukan gawat darurat dan kualitas pelayanan di sarana pelayanan kesehatan sedikit banyak juga bisa ikut berperan untuk menurunkan kematian akibat kecelakaan. Oleh karena itu perbaikan sistem pelayanan termasuk pertolongan prarujukan dan rujukan diharapkan akan mampu menurunkan tingkat kematian. Penyakit infeksi saluran nafas merupakan satu dari dua penyakit infeksi yang masuk sebagai penyebab kematian terbanyak di Yogyakarta. Dalam catatan medis jenis penyebab terbanyak adalah Bronchitis dan Pneumonia, namun dengan melihat kondisi prevalensi dan penemuan kasus TBC di DIY pada khususnya, maka sangat dimungkinkan bahwa penyakit TBC ikut pula menjadi salah satu kontributor kematian penyakit tersebut. Kematian akibat penyakit terkait dengan persalinan ibu masuk dalam kelompok 10 besar penyakit penyebab kematian di rumah sakit-rumah sakit di DIY dalam tiga tahun terakhir. Dalam periode tersebut, jumlah kematian akibat bersalinan ini cenderung menurun bahkan pada tahun 2007 penyakit tersebut tidak masuk dalam 10 besar penyebab kematian di rumahsakit rumahsakit di DIY.

    3.2.2. Status Gizi

    Meskipun angka gizi buruk DIY telah jauh melampaui target nasional (15% di tahun 2010) namun penderita gizi buruk masih juga dijumpai di wilayah DIY. Tahun 1998 sampai 2002 terdapat peningkatan prosentase balita dengan status gizi baik, namun demikian tahun 2004 prosentase balita gizi buruk masih tetap dijumpai dengan prosentasenya mencapai 1,14%. Angka tersebut terus menunjukkan kecenderungan penurunan. Penderita gizi buruk di DIY sampai dengan tahun 2007 telah berada mencapai 0,94%, tren penderita gizi kurang juga menunjukkan penurunan yang terlihat stagnan dalam 3 tahun terakhir. Hal tersebut menjadi tantangan tersendiri mengingat bahwa target MDGs yang

    Rencana Strategis Dinkes Prov DIY 2009-2013 41

  • menggariskan bahwa pada tahun 2015 setidaknya telah terjadi penurunan separuh dari kondisi yang ada pada saat ini.

    0.94%1.03%1.08%1.14%

    0%

    1%

    2%

    2004 2005 2006 2007

    Gambar 7 : Gambaran Status Gizi Balita di Propinsi DIY

    tahun 2004 s/d 2007 (Sumber Laporan Rutin Gizi 2004-2007)

    3.2.3. Pola penyakit

    Penyakit menular yang selalu masuk dalam sepuluh besar penyakit (Puskesmas) selama beberapa tahun terakhir adalah ISPA, penyakit saluran nafas (Bronchitis, Asma, Pneumonia), penyakit kulit, hipertensi, pulpa, diare. Sementara untuk Balita, pola penyakit masih didominasi oleh penyakit-penyakit infeksi.

    27.25

    139.5 9 8.75 8 7

    4.5 4.25

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    30

    ISPA

    Sal n

    afas

    Kulit

    Alerg

    i

    Hipe

    rtens

    iPu

    lpaDi

    are

    Dema

    m

    Rema

    toid

    %

    Gambar 8 : Pola penyakit rawat jalan di Puskesmas DIY tahun 2006 (Sumber Profil 2007)

    3.2.4. Penyakit Menular

    Tingkat kematian penyakit DBD (case fatality rate) lebih tinggi dari rata-rata nasional. Data tahun 2007 menunjukkan bahwa CFR DBD

    Rencana Strategis Dinkes Prov DIY 2009-2013 42

  • DIY mencapai 1,01/100.000 penduduk (nasional 1 jenis) positif Avian Influenza. Potensi penyakit Avian Influenza masih terbuka lebar dengan masih buruknya pemahaman dan perilaku masyarakat untuk melakukan pencegahan.

    Rencana Strategis Dinkes Prov DIY 2009-2013 43

  • 3.2.5. Penyakit Tidak Menular Seiring dengan peningkatan status ekonomi, perubahan gaya hidup dan efek samping modernisasi, maka problem penyakit tidak menular pun cenderung meningkat. Beberapa penyakit tersebut diantaranya adalah Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah (kardiovaskuler), Diabetes Mellitus, Kanker, Gangguan Jiwa. Data tahun 1997 menunjukkan bahwa, pola kematian yang tercatat di rumah sakit rumah sakit di DIY telah mulai menunjukkan pergeseran jenis penyakit penyebab kematian terbanyak dari semula penyakit-penyakit menular menjadi kematian akibat penyakit yang masuk dalam kategori penyakit tidak menular. Perkembangan lebih lanjut semakin menunjukkan dominasi penyakit tersebut sebagai penyebab kematian di DIY. Pada beberapa tahun yang akan datang, jumlah penderita penyakit tidak menular akan semakin meningkat. Hal ini disebabkan jumlah penduduk usia tua semakin bertambah. Keadaan ini mengakibatkan bertambahnya kebutuhan akan longterm care. Data pada saat ini memperlihatnkan bahwa pola penyakit pada semua golongan umur telah mulai didominasi oleh penyakit-penyakit degeneratif, terutama penyakit yang disebabkan oleh kecelakaan, neoplasma, kardiovaskuler dan Diabetes Mellitus (DM). Penyakit yang berhubungan dengan organ paru juga menjadi penyakit yang perlu diwaspadai di DIY. Penyakit ini telah menjadi satu penyebab kematian utama, menimbulkan disabilitas dan menurunnya kualitas hidup serta membutuhkan biaya tinggi dalam perawatan kesehatan. Laporan South East Asia Medical Information Center (SEAMIC) tahun 2001 menunjukkan bahwa 5 penyakit paru utama adalah bagian dari 10 penyebab kematian utama di Indonesia. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) secara konsisten menunjukkan bahwa penyakit paru termasuk asma selalu masuk 10 penyebab langsung dan tidak langsung kesakitan dan kematian utama di Indonesia termasuk DIY. Suhu udara yang panas dan meningkatnya asap kendaraan bermotor di Yogyakarta mengakibatkan beberapa parameter pencemaran udara sudah memasuki taraf waspada. Hasil pantauan kualitas udara oleh Kantor Penanggulangan Dampak Lingkungan Kota Yogyakarta tahun 2005 menunjukkan beberapa kadar zat berbahaya di udara melebihi batas baku mutu udara. Selain itu juga jumlah perokok di

    Rencana Strategis Dinkes Prov DIY 2009-2013 44

  • Yogyakarta pada hasil berbagai survey termasuk Susenas, telah mencapai lebih dari 30%. Kondisi tersebut memberikan dampak buruk khususnya kepada organ paru penduduk DIY sehingga permasalahan penyakit paru di masa mendatang tidak hanya akan menjadi meningkat tetapi juga semakin kompleks. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, intra cranial injury (kecelakaan) telah menempati urutan kedua terbanyak sebagai penyebab kematian dan menunjukkan kecenderungan peningkatan. Kecelakaan lalu lintas di DIY mulai tahun 1994 sampai dengan tahun 2002 mengalami peningkatan yang cukup besar. Jumlah kasus untuk periode tahun 2000 sampai dengan tahun 2002 tercatat 112 kecelakaan meningkat menjadi 691 kecelakaan saat ini. Selama tahun 2007 kecelakaan telah merenggut nyawa 292 orang dan 3766 orang menderita luka berat dan ringan. Mencegah kematian dini akibat kecelakaan bagaimanapun tidak lagi hanya menjadi tugas Kepolisian tetapi menjadi tugas semua pihak seperti kesehatan. Meskipun sampai saat ini data mengenai tingkat risiko kematian yang ditimbulkan dari kecelakaan dari sektor kesehatan belum dimiliki, namun peran sistem rujukan dan penanganan pra rujukan diyakini akan memiliki peran besar menurunkan angka risiko kematian dini tersebut. Meningkatnya penyakit degeneratif disertai dengan masih berkembangnya penyakit-penyakit infeksi akan menyebabkan beban ganda pembangunan kesehatan di Propinsi DIY.

    3.2.6. Perilaku Hidup Sehat Masyarakat DIY

    Faktor risiko penyakit kardiovaskuler penduduk DIY ternyata cukup tinggi. Sebanyak 56% rumah tangga di DIY tidak bebas asap rokok, sementara 18,7% remaja di DIY adalah perkok aktif. Sebanyak 52% penduduk DIY kurang melakukan aktifitas olahraga. Hanya 19,8% penduduk DIY yang mengkonsumsi serat mencukupi. Sementara 34,8% wanita dan 24,1% pria di DIY mengalami obesitas. Dalam tiga tahun terakhir angka obesitas pada anak-anak di DIY meningkat hampir 7%. Kegemukan pada usia dini memberikan risiko lebih besar untuk terjadinya penyakit-penyakit seperti kardovaskuler dan diabetes mellitus di masa dewasanya. Permasalahan perilaku lain yang juga perlu mendapat perhatian adalah penyalahgunaan Napza. Pemakai Napza yang ditangkap oleh

    Rencana Strategis Dinkes Prov DIY 2009-2013 45

  • pihak kepolisian berdasarkan laporan dari Polda DIY, meningkat meningkat hampir 200% (158 kasus tahun 1999 menjadi 323 kasus tahun 2007). Permasalahan penyerta dari penyalahgunaan Napza adalah kemungkinan penularan penyakit seperti HIV/AIDS. Kasus penularan HIV/AIDS melalui injeksi di DIY meningkat 5 kali lipat dalam 6 tahun terakhir dan menempatkan DIY dalam urutan ke 11 dalam jumlah AIDS dari IDUs (Injection Drug Users).

    3.2.7. Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan

    Akses masyarakat Yogyakarta terhadap sarana pelayanan kesehatan telah cukup baik. Salah satunya diperlihatkan dari aksesibilitas jarak jangkauan. Hasil survey Dinas Kesehatan Provinsi pada tahun 2008, dimana menunjukkan bahwa lebih dari 80% penduduk DIY hanya berjarak 1-5 km terhadap puskesmas dan lebih dari 70% penduduk hanya berjarak 1-5 km terhadap rumah sakit dan dokter praktek swasta. Tidak ditemukan penduduk yang memiliki jarak tempuh lebih dari 10 km terhadap sarana pelayanan puskesmas, dokter praktek swasta dan bidan, yang menunjukkan mudahnya akses jarak jangkauan penduduk terhadap sarana pelayanan.

    Akses ke Sarana Pelayanan Kesehatan

    Pus

    k

    Pus

    k

    Pus

    k

    Pus

    kRS

    RS

    RS RS

    dokt

    er

    dokt

    er

    dokt

    er

    dokt

    er

    Bid

    an

    Bid

    an

    Bid

    an

    Bid

    an

    0,00%10,00%20,00%30,00%40,00%50,00%

    60,00%70,00%80,00%90,00%

    100,00%

    < 1km 1-5km 6-10km >10km

    Gambar 9. Akses ke Sarana Pelayanan Kesehatan Akses ke Pusk di setiap Kabupaten

    0,0%10,0%

    20,0%30,0%40,0%50,0%

    60,0%70,0%80,0%

    90,0%100,0%

    < 1km 1-5km 6-10km >10km

    BantulGunungkidulKotaSlemanKulonprogo

    Gambar .... Akses ke Puskesmas di Setiap Kabupaten / Kota

    Rencana Strategis Dinkes Prov DIY 2009-2013 46

  • Aksesibilitas jarak jangkauan terhadap sarana pelayanan kesehatan cukup merata antar kabupaten kota. Penduduk DIY di setiap Kabupaten / Kota pada umumnya berada pada kisaran 1-5 km terhadap Puskesmas. Meskipun akses jangkauan sarana cukup baik namun tidak demikian dengan akses informasi pelayanan kesehatan. Salah satu hasil survey tahun 2008 yang menunjukan bahwa hanya 76% masyarakat DIY yang menyatakan pernah menerima informasi Jamkesmas dan Jamkesos. Sementara informasi mengenai pelayanan di berbagai rumah sakit dan standar pelayanan rumah sakit (yang dibutuhkan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan sesuai pilihan mereka), belum banyak bisa diakses oleh masyarakat. Akses masyarakat terhadap informasi pelayanan kesehatan masih terbatas dengan mengandalkan kepada sumber sarana pelayanan kesehatan secara langsung tanpa bisa memperbandingkan dan menilai. Peningkatan mutu pelayanan kesehatan khususnya di jalur pemerintah telah dilaksanakan melalaui berbagai strategi. Salah satu contoh peningkatan mutu sarana pelayanan adalah puskesmas. Puskesmas ditingkatkan mutu pelayanannya melalui penerapan Sistem Manajemen Mutu (SMM). Sampai dengan tahun 2008 sebanyak 20% dari 118 puskesmas yang ada di Provinsi DIY telah menerapkan SMM. Sementara sebanyak 7% rumah sakit yang ada di Provinsi DIY telah menerapkan standarisasi pelayanan dengan ISO 9001:2006. Sebanyak 17% RS telah terakreditasi dengan 12 standar dan 5% RS telah terakreditasi 16 standar pelayanan. Sarana pelayanan kesehatan yang memiliki unit pelayanan gawat darurat meningkat menjadi 40% pada tahun 2007 dan RS dengan pelayanan kesehatan jiwa meningkat menjadi 9%. Meskipun demikian cakupan rawat jalan tahun 2006 baru mencapai 10% (nasional 15%) sementara untuk rawat inap 1,2% (nasional 1,5%). Rasio pelayanan kesehatan dasar bagi keluarga miskin secara cuma-cuma di Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Provinsi maupun Kabupaten/Kota telah mencapai 100%.

    Proporsi persalinan yang ditangani oleh tenaga medis pada tahun 2006 sebesar 87,79% (target SPM 77%). Cakupan kunjungan ibu hamil (K4) telah mencapai 84,01%. Pemberian tablet Fe pada ibu hamil sebagai perlindungan dari risiko anemia telah mencapai 80,74% pada tahun 2007. Sejak tahun 2003 telah dibentuk Badan

    Rencana Strategis Dinkes Prov DIY 2009-2013 47

  • Penyelenggara Jaminan Pelayanan Kesehatan Sosial (Bapel Jamkesos). Jumlah peserta pada tahun 2005 sebanyak 95.000 dan pada tahun 2008 ditingkatkan menjadi 332.139 orang.

    3.3. PERMASALAHAN PRIORITAS

    Program-program kesehatan yang akan dibangun pada periode 2009-2013 mengacu kepada kondisi dan permasalahan kesehatan yang telah disajikan dalam analisis situasi kesehatan di DIY. Penetapan prioritas perlu dilakukan untuk memberikan penekanan urgensi pemecahan permasalahan yang paling berpotensi mempengaruhi pencapaian derajad kesehatan. Pertimbangan pengaruh terhadap pencapaian derajad kesehatan menjadi pertimbangan pertama dalam menetapkan prioritas.

    Pertimbangan kedua dalam menetapkan prioritas permasalahan didasari oleh pertimbangan ketersediaan sumberdaya serta pertimbangan terhadap keberadaan kebijakan baik secara Nasional maupun Daerah (Propinsi dan Kabupaten/Kota). Pertimbangan ketiga adalah pertimbangan praktis yaitu dengan melihat kepada besaran akibat, faktor risiko, issue, dan kemudahan untuk mengatasi.

    Penetapan pertimbangan prioritas permasalahan dilakukan dengan melibatkan seluruh unsur yang ada di lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi DIY serta dari berbagai stakeholder pembangunan kesehatan di DIY melalui berbagai mekanisme dan mediasi.

    Berdasarkan dasar pertimbangan tersebut maka prioritas permasalahan kesehatan di DIY menetapkan prioritas utama kepada indikator derajad kesehatan yang meliputi :

    a. Umur Harapan Hidup (UHH) b. Kematian ibu c. Kematian bayi d. Kematian balita e. Permasalahan gizi khususnya pada balita.

    Rencana Strategis Dinkes Prov DIY 2009-2013 48

  • Berikut disajikan gambaran permasalahan prioritas yang telah ditetapkan.

    Penjelasan : 1. Tingginya kematian akibat penyakit kardiovaskuler

    Penyakit kardiovaskuler menjadi penyakit penyebab kematian terbesar dan memperlihatkan kecenderungan peningkatan.

    2. Tingginya kematian dan kesakitan akibat kecelakaan dan rudapaksa Cedera intracranial menjadi penyebab kematian terbesar setelah penyakit kardiovaskuler dan meningkat sangat tajam.

    3. Tingginya Prevalensi Gizi Buruk Penderita gizi kurang meskipun telah menunjukkan tren penurunan masih namun masih berpotensi besar mengalami peningkatan karena masih buruknya faktor perilaku dan belum optimalnya pelayanan

    4. Tingginya prevalensi penyakit TBC Kematian dan kesakitan akibat penyakit infeksi saluran pernafasan, menjadi penyebab kematian terbesar dan memiliki

    Rencana Strategis Dinkes Prov DIY 2009-2013 49

  • kecenderungan peningkatan. Penyakit TBC memegang peran penting kasus kesakitan dan kematian penyakit saluran pernafasan tersebut dan bertanggungjawab terhadap kecendeurngan peningkatannya mengingat sifat penularan dan faktor perilaku masyarakat

    5. Tingginya Prevalensi Penyakit HIV/AIDS Prevalensi HIV/AIDS peningkatanya menjadi salah satu yang tertinggi di Indonesia dan mulai memperlihatkan meluasnya penularan dan meningkatnya faktor risiko.

    6. Tingginya Kematian dan Kesakitan Penyakit DBD Penyakit infeksi DBD tetap menjadi perhatian karena masih sering memunculkan kematian dan KLB serta memiliki dampak psikososial yang sangat kuat.

    7 . Kematian dan Kesakitan Penyakit Diabetes Mellitus Kesakitan Diabetes menunjukkan tren meningkat dalam beberapa tahun terakhir dan menjadi salah satu dari 10 besar penyakit penyebab kematian di DIY.

    8. Masih Ditemukannya Penularan Indigenous Malaria Kematian dan kesakitan Malaria meskipun telah menurun tajam namun masih tetap dijumpai dan memiliki kecenderungan perluasan wilayah penularan serta risiko untuk terjadinya KLB masih cukup tinggi mengingat kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat yang belum baik

    9. Tingginya Penyakit Akibat Penyalahgunaan Napza Pemakai Napza di DIY meningkat cukup tajam dalam beberapa tahun terakhir dengan kasus terbesar terjadi pada kelompok generasi muda. Permasalahan penyerta dari penyalahgunaan Napza juga meningkat seperti dalam penularan penyakit HIV/AIDS, hepatisis, jiwa dan lain sbagainya.

    Rencana Strategis Dinkes Prov DIY 2009-2013 50

  • BAB IV ISU-ISU STRATEGIS

    Hasil analisis perkembangan dan masalah kesehatan selanjutnya

    dipadukan dengan batasan tugas dan peran Dinas Kesehatan Propinsi DIY serta dengan memperhatikan perkembangan dan tantangan yang mutakhir dewasa ini, maka isu strategis yang dihadapi oleh Dinas Kesehatan propinsi DIY adalah sebagai berikut :

    4.1. Derajad Kesehatan

    a. Kesetaraan Derajad Kesehatan

    Derajat kesehatan di DIY merupakan salah satu yang tertinggi di Indonesia dan telah mengalami kemajuan meskipun demikian derajad kesehatan di DIY masih tertinggal jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN. MDGs (Millenium Development Goals) merupakan target global dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk dunia. MDGs telah diratifikasi oleh pemerintah Indonesia dan menjadi salah satu agenda penting dalam pembangunan kesehatan di seluruh Indonesia. Indikator pokok MDGs merupakan komponen utama dalam derajad kesehatan, sehingga upaya pencapaian target MDGs akan berarti pula sebagai upaya untuk menyetarakan derajad kesehatan dan kesejahteraan di tingkat global.

    b. Permasalahan Kesehatan Ibu

    Kematian dan kesakitan penyakit berhubungan dg persalinan (anemia, perdarahan, hipertensi, eklamsi) meskipun juga telah menunjukkan penurunan namun masih cukup tinggi dan masih tetap mengancam upaya penurunan angka kematian ibu dan bayi. Dalam beberapa tahun terakhir angka penurunan menunjukkan stagnasi sedangkan target MDGs pada tahun 2015 masih jauh dari kondisi yang ada pada saat ini

    c. Perkembangan Status Gizi Balita

    Penderita gizi buruk masih dijumpai di DIY dan dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan kecenderungan penurunan yang stagnan. Kondisi tersebut juga diperburuk dengan masih adanya

    Rencana Strategis Dinkes Prov DIY 2009-2013 51

  • potensi peningkatan penderita karena masih belum baiknya perilaku, pelayanan dan kondisi lingkungan sosial ekonomi. Disi lain permasalahan gizi juga mulai bergeser ke arah gizi lebih khususnya pada anakpanak yang akan menjadi manifestasi tingginya kasus CVD dalam beberapa tahun mendatang. Kondisi ini mengancam upaya pencapaian tujuan MDGs.

    d. Peningkatan Kematian Akibat CVD (Jantung Stroke Hipertensi)

    Telah terjadi perubahan pola demografi dengan meningkatnya jumlah usia lanjut yang memberi konsekuensi peningkatan jumlah kasus penyakit degeneratif. Pola epidemi penyakit di DIY juga telah berubah dari semula infeksi menjadi non infeksi yang tergambar dari peningkatan penyakit kardiovaskuler dan kecelakaan sebagai penyebab kematian tertinggi di rumah sakit-rumah sakit DIY. Permasalahan ini akan semakin meningkat mengingat masih belum baiknya perilaku hidup sehat masyarakat dan semakin tingginya angka kejadian kecelakaan.

    e. Endemisitas Penyakit Menular

    KLB DBD berkurang namun tiap tahun masih tetap ditemui, sementara malaria meskipun telah menurun tetapi kasus indigenous masih ditemukan. Penyakit TBC diduga menjadi pemicu tingginya kematian akibat gangguan pernafasan di DIY. Namun penemuan penderita masih belum sesuai harapan dan tingkat kesembuhan juga belum maksimal. Penyakit menular seksual menunjukkan peningkatan dan telah menempatkan DIY sebagai propinsi ke 17 dengan penderita penyakit HIV/AIDS terbesar. Peningkatan penyalahguna Napza memberikan pengaruh peningkatan penularan HIV dan penyakit lainnya.

    4.2. Aksesibilitas dan Mutu Pelayanan Kesehatan

    a. Mutu Upaya Pelayanan Kesehatan Meskipun jumlah fasilitas pelayanan di DIY terus meningkat namun distribusinya belum merata. Mutu pelayanan juga belum optimal ditunjukkan dari belum maksimalnya pencapaian upaya yang menyeluruh, terpadu dan sustainabel sementara Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat belum banyak berperan. Tuntutan kesetaraan mutu semakin mengemuka bahkan sampai ke tataran regional

    Rencana Strategis Dinkes Prov DIY 2009-2013 52

  • seperti tergambar dari fenomena berobat ke luar negeri. Di sisi lain disparitas masih pula dijumpai dimana hambatan ekonomi masih menjadi penyebab masalah aksesibilitas kelompok tidak mampu yang tergambar dari belum seluruh penduduk belum memiliki jaminan kesehatan.

    b. Sinergisme Pembangunan Kesehatan

    Berbagai upaya pembangunan di tingkat nasional, provinsi dan kabupaten/kota perlu untuk disinergikan melalui peningkatkan kerjasama lintas sektoral dalam meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia melalui sektor-sektor pembangunan. Sinergisme horisontal dan vertikal diperlukan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas pembangunan secara keseluruhan.

    c. Kesiapsiagaan Bencana

    Yogyakarta memiliki pengalaman berharga terkait dengan kejadian gempa bumi (27 Mei 2006), yang memberikan pemahaman kepada semua pihak bahwa DIY termasuk dalam daerah rawan bencana alam. Kenyataan menunjukkan, DIY memiliki banyak peristiwa bencana misalnya dalam bentuk Lava Gunung Merapi, banjir di beberapa wilayah, tanah longsor, Tsunami, angin ribut. Bencana bersumber manusia jumlahnya juga tidak sedikit, misalnya konflik kelompok, kecelakaan juga masih banyak ditemukan. Berbagai bencana tersebut memberikan konsekuensi bagi kesehatan ketika tidak dilakukan persiapan kesiapsiagaan dengan baik

    d. Manajemen Perencanaan

    Sistem perencanaan dan penganggaran Dinas Kesehatan Propinsi DIY belum optimal. Salah satu sebabnya adalah orientasi perencanaan yang masih didominasi oleh pekerjaan administratif dan belum seimbang dengan kewajibannya untuk memfasilitasi pengembangan arah dan kebijakan pembangunan kesehatan. Kurangnya dukungan informasi kesehatan yang memadai di berbagai unit, menyebabkan perencanaan berbasis bukti masih hanya sebatas kepada wacana. Sementara permasalahan wacana juga masih terjadi dalam mengimplementasikan perencanaan berbasis kinerja. Kewajibannya penyusunan perencanaan kinerja masih terabaikan dan masih sangat didominasi pekerjaan

    Rencana Strategis Dinkes Prov DIY 2009-2013 53

  • penganggaran, yang berdampak antara lain kesulitan dalam menilai performa dan arah pembangunan kesehatan.

    e. Pembiayaan Kesehatan

    Besarnya biaya pemerintah untuk pembangunan termasuk pelayanan kesehatan masih rendah. Saat ini kontribusi pemerintah baru mencapai 30% sedangkan masyarakat/swasta 70%. Sementara distribusi dana pemerintah juga belum efektif. Pengeluaran private goods masih lebih besar daripada public goods dan pembelanjaan belum mengedepankan keluarga miskin. Upaya mobilisasi dana dan sumberdaya di masyarakat juga belum maksimal dan masih bersifat out of pocket. Ketika biaya kesehatan terus meningkat, mekanisme DIYi biaya belum juga berkembang dan sementara itu hanya 40% masyarakat memiliki Jaminan Kesehatan meskipun kemampuan masyarakat untuk membayar pelayanan cukup baik.

    f. Kemandirian dan Peran Serta Masyarakat

    Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM) yang telah berjalan dengan baik. Propinsi DIY memiliki peluang dan keuntungan yang lebih baik dengan keberadaan akses sarana pelayanan kesehatan yang cukup baik meskipun belum sepenuhnya merata. Namun demikian konsep kemitraan UKBM dengan unit pelayanan kesehatan masih belum berjalan baik dan terkadang masih menempatkan masyarakat sebagai objek ketimbang subjek. Peran aktif masyarakat yang meliputi pengabdian, advokasi, dan pengawasan belum berjalan maksimal Visi sehat pada masa mendatang akan bertumpu kepada pencapaian Desa Sehat yang dimulai pada lingkup keluarga. Strategi khusus yang telah dikembangkan di DIY melalui Dusun / RW Siaga dengan lima tatarannya yang telah disepakati sebagai strategi integratif untuk mendukung upaya penanganan berbagai masalah kesehatan dengan basis UKBM. Namun demikian, dalam pelaksanaannya masih dalam tataran konseptual dan belum memiliki kemandirian manajerial yang memadai untuk mendukung peningkatan aksesibilitas pelayanan.

    Rencana Strategis Dinkes Prov DIY 2009-2013 54

  • 4.3. Tujuan / Pusat Pendidikan, Pelatihan dan Penelitian

    Sebagai tempat yang memiliki predikat tujuan pendidikan, pemerintah DIY telah menempatkan bidang pendidikan sebagai prioritas. Pendidikan kesehatan di DIY juga menjadi pilihan bagi masyarakat Indonesia bahkan tingkat regional. Untuk mendukung tujuan tersebut, Dinas Kesehatan memiliki tanggungjawab dalam mewarnai, memelihara, meningkatkan kualitas dan mendukung pemasaran program-program pendidikan kesehatan. Sementara di sisi lain, penelitian dan pengembangan kesehatan serta pemanfaatan hasil-hasilnya sampai saat ini masih belum sesuai harapan sehingga menjadi tantangan dalam upaya menempatkan DIY sebagai barometer pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan di tingkat nasional, regional dan internasional

    Rencana Strategis Dinkes Prov DIY 2009-2013 55

  • BAB V VISI, MISI DAN NILAI-NILAI

    5.1. VISI

    Pembangunan kesehatan di DIY diselenggarakan dalam upaya mendukung Visi Indonesia Sehat. Guna mendukung visi nasional tersebut serta mendasarkan kepada analisis perkembangan situasi dan kondisi, memperhatikan dasar penyelenggaraan pembangunan dalam RPJM Nasional bidang kesehatan, Rencana Strategis Departemen Kesehatan serta Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Propinsi DIY maka ditetapkan VISI DINAS KESEHATAN PROPINSI DIY sebagai berikut :

    Dinas Kesehatan Propinsi DIY berkewajiban mewujudkan Propinsi DIY sebagai propinsi yang memiliki keunggulan derajad kesehatan tidak hanya dalam batas-batas nasional tetapi memiliki kesetaraan di tataran dunia internasional khususnya di wilayah regional Asia Tenggara. Untuk mewujudkan hal tersebut propinsi DIY harus memiliki berbagai upaya pelayanan yang lebih baik dengan menjadikannya sebagai pusat upaya pelayanan kesehatan yang bermutu secara nasional maupun internasional yang diimplementasikan kepada seluruh masyarakat DIY secara merata namun tetap terjangkau.

    Rencana Strategis Dinkes Prov DIY 2009-2013 56

  • Sebagai upaya mens