renstra

101
206 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Kebijakan program peningkatan mutu SMK berbasis kemitraan di Kota Yogyakarta yang telah dibuat untuk memenuhi kebutuhan pasar kerja Kebijakan peningkatan mutu pendidikan meliputi kebijakan negara sebagai acuan dalam penyelenggaraan pendidikan secara makro, dan kebijakan institusional yang digunakan sebagai acuan dalam penyelenggaraan kegiatan pada tingkat mikro pada satuan pendidikan. Mutu lulusan pendidikan sangat erat kaitannya dengan proses pelaksanaan pembelajaran yang dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain kurikulum, tenaga pendidik, proses pembelajaran, sarana dan prasarana, alat bantu dan bahan, manajemen sekolah, lingkungan sekolah dan lapangan latihan kerja siswa. Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan di sekolah kejuruan, kepala sekolah atau ketua jurusan sebagai manajer berupaya menerapkan pendekatan sistem manajemen mutu (SMM), dimana keberhasilan sekolah diukur dari tingkat kepuasan pelanggan, baik internal maupun eksternal. Sekolah dikatakan berhasil jika mampu memberikan layanan sama atau melebihi harapan pelanggan. Konsep manajemen mutu dalam pendidikan khususnya sekolah kejuruan (SMK) memandang bahwa lembaga pendidikan merupakan industri jasa dan bukan sebagai proses produksi, dalam bentuk pelayanan yang diberikan oleh pengelola pendidikan beserta seluruh komponen yang ada di dalamnya kepada para pelanggan sesuai dengan standar mutu tertentu. Dengan demikian pendidikan yang bermutu tidak dapat hanya dilihat dari kualitas lulusannya, tetapi juga mencakup bagaimana lembaga pendidikan mampu memenuhi kebutuhan pelanggan sesuai dengan standar mutu yang berlaku. Pelanggan dalam hal ini adalah pelanggan internal (tenaga

description

contoh renstra

Transcript of renstra

Page 1: renstra

206

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Kebijakan program peningkatan mutu SMK berbasis kemitraan di Kota Yogyakarta yang telah dibuat untuk memenuhi kebutuhan pasar kerja

Kebijakan peningkatan mutu pendidikan meliputi kebijakan negara sebagai

acuan dalam penyelenggaraan pendidikan secara makro, dan kebijakan institusional

yang digunakan sebagai acuan dalam penyelenggaraan kegiatan pada tingkat mikro

pada satuan pendidikan. Mutu lulusan pendidikan sangat erat kaitannya dengan

proses pelaksanaan pembelajaran yang dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain

kurikulum, tenaga pendidik, proses pembelajaran, sarana dan prasarana, alat bantu

dan bahan, manajemen sekolah, lingkungan sekolah dan lapangan latihan kerja siswa.

Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan di sekolah kejuruan, kepala

sekolah atau ketua jurusan sebagai manajer berupaya menerapkan pendekatan sistem

manajemen mutu (SMM), dimana keberhasilan sekolah diukur dari tingkat kepuasan

pelanggan, baik internal maupun eksternal. Sekolah dikatakan berhasil jika mampu

memberikan layanan sama atau melebihi harapan pelanggan.

Konsep manajemen mutu dalam pendidikan khususnya sekolah kejuruan

(SMK) memandang bahwa lembaga pendidikan merupakan industri jasa dan bukan

sebagai proses produksi, dalam bentuk pelayanan yang diberikan oleh pengelola

pendidikan beserta seluruh komponen yang ada di dalamnya kepada para pelanggan

sesuai dengan standar mutu tertentu. Dengan demikian pendidikan yang bermutu

tidak dapat hanya dilihat dari kualitas lulusannya, tetapi juga mencakup bagaimana

lembaga pendidikan mampu memenuhi kebutuhan pelanggan sesuai dengan standar

mutu yang berlaku. Pelanggan dalam hal ini adalah pelanggan internal (tenaga

Page 2: renstra

207

kependidikan) serta pelanggan eksternal (peserta didik, orangtua, masyarakat dan

pemakai lulusan). Sehingga bagi sekolah kejuruan tantangan yang perlu dikelola

secara strategik dalam rangka menerapkan sistem manajemen mutu dalam pendidikan,

yaitu berhubungan dengan dimensi kualitas, fokus pada pelanggan, kepemimpinan,

perbaikan berkesinambungan, manajemen sumber daya manusia, dan manajemen

berdasarkan fakta.

Dalam penyelenggaraan pendidikan secara formal, SMK memainkan

peranan dalam bentuk layanan pembelajaran, dimana dalam penyelenggaraannya

banyak kendala dan permasalahan yang ditemui, kendala dan permasalahan itu pada

umumnya muncul ketika sekolah ditempatkan sebagai bagian dari panjangnya

birokrasi yang ada. Seperti kita ketahui bahwa selama ini sentralisasi menempatkan

sekolah sebagai bagian dari birokrasi yang panjang, ketika tuntutan secara

kelembagaan untuk dapat mengambil keputusan dan kebijakan yang cepat

dihadapkan kepada kendala birokrasi.

Dengan menempatkan sekolah sebagai institusi yang mampu mengambil dan

menetapkan kebijakan secara otonom, memberikan kesempatan kepada sekolah untuk

memberikan layanan yang sempurna, baik dan strategis. Dapat dipastikan bahwa

perubahan kebijakan dalam pelaksanaanya bukan persoalan yang sederhana.

Perubahan kebijakan memerlukan kesiapan berbagai sumber dan kemampuan

pengelolaan.

Salah satu upaya untuk memperbaiki mutu pendidikan kejuruan secara

berkelanjutan, maka diperlukan suatu sistem manajemen mutu yang telah diakui

secara internasional. Salah satu sistem manajemen mutu yang telah dikenal secara

luas diantaranya adalah ISO 9001:2000 yang merupakan salah satu standar mutu di

Page 3: renstra

208

bidang manajemen yang banyak diterapkan di bidang industri dan jasa, termasuk

pendidikan. ISO 9001:2000 merupakan standar mutu manajemen pelayanan. Sesuai

dengan Renstra Depdiknas telah diamanatkan bahwa dalam kurun waktu 2004-2009,

setiap unit kerja di lingkungan Depdiknas memiliki standar mutu manajemen

pelayanan.

ISO 9001:2000 diberikan kepada unit kerja di lingkungan Depdiknas yang

dinilai berhasil menerapkan strategi internal dan eksternal dalam angka menerapkan

sistem mutu dan manajemen mutu. Strategi internal tersebut meliputi upaya

menumbuhkan komitmen, sikap dan budaya taat azas yang menghargai dan berupaya

mencapai mutu. Sedangkan strategi eksternal adalah adanya pengakuan pelanggan

tentang mutu produk atau jasa yang dihasilkan oleh intuisi dan memberikan kepuasan

kepada pelanggan dan pengakuan penerapan sistem manajemen mutu ISO 9001 :

2000 yang disertifikasi oleh badan sertifikasi.

Bagi sekolah menengah kejuruan (SMK) di Kota Yogyakarta, upaya untuk

meningkatkan mutu khususnya dalam rangka pencapaian pembelajaran telah

dilaksanakan secara berkesinambungan baik dalam pencapaian standar nasional

pendidikan (SNP) maupun sistem manajemen mutu ISO 9001 : 2008. Hampir

sebagian besar SMK di Kota Yogyakarta telah mengimplementasikan SMM ISO

9001 versi 2008 sebagai suatu komitmen dari SMK untuk memberikan pelayanan

yang terbaik kepada semua stake holder sekolah baik internal maupun eksternal.

SMK Negeri 2 Yogyakarta sebagai salah satu SMK tertua di DIY, telah

ditetapka sebagai salah satu SMK Model SBI – Invest oleh Direktorat Pembinaan

SMK Ditjen Mandikdasmen Kemendiknas telah mengimplementasikan sistem

manajemen mutu (SMM) ISO 9001 : 2008, dengan pengakuan sertifikasi ISO dari

Page 4: renstra

209

TüV Rheinland Cert. Gmbh pada tanggal 27 Maret 2008. Sebagaimana disampaikan

oleh Wk. Bidang Kurikulum SMK Negeri 2 Yogyakarta bahwa :

Sesuai visi yang telah ditetapkan, SMK Negeri 2 Yogyakarta telah membuat dan menetapkan kebijakan mutu untuk memberikan arahan kepada seluruh pegawai guna memenuhi persyaratan pelanggan dan peraturan terkait.

Kepala Sekolah SMK Negeri 2 Yogyakarta memastikan bahwa kebijakan

mutu didokumentasikan dan dipahami oleh seluruh stakeholder sesuai ruang lingkup

penerapan SMM ISO 9001 : 2008. Kebijakan mutu akan selalu ditinjau sesuai visi

dan rencana strategis SMK Negeri 2 Yogyakarta dalam upaya untuk selalu

memberikan nilai tambah dan peningkatan yang berkesinambungan.

Lebih lanjut menurut Kepala Sekolah SMK Negeri 2 Yogyakarta bahwa

kebijakan mutu yang telah ditetapkan oleh SMK Negeri 2 Yogyakarta adalah

Membentuk tamatan yang dapat menjadi sumber daya unggul, profesional, memiliki etos kerja tinggi didasari oleh keimanan terhadap Tuhan YME, sehingga memiliki masa depan cerah dengan menjunjung tinggi etika sehingga mampu memberikan nilai tambah bagi kemajuan ekonomi nasional.

Lebih lanjut ditambahkan oleh Waka. Bidang Kurikulum SMK Negeri 2

dalam penjelasannya bahwa

Upaya dalam mewujudkan dan melaksanakan kebijakan mutu tersebut diupayakan melalui kerjasama dengan stakeholder sebagai usaha yang secara adil, sehingga dapat dipertrtanggungjawabkan secara transparan kepada semua stakeholder sekolah.

SMK Negeri 3 Yogyakarta, sebagai salah satu SMK Negeri di Kota

Yogyakarta, hingga saat dilaksanakan penelitian ini sudah berupaya

mengimplementasikan sistem manajemen mutu ISO 9001 : 2008, meskipun belum

memperoleh sertifikat dan masih dalam proses persiapan sertifikasi. Upaya ini

Page 5: renstra

210

merupakan sebuah komitmen dari SMK Negeri 3 Yogyakarta untuk memberikan

jaminan pelayanan kepada semua stakeholder terhadap pelaksanaan proses

pendidikan di sekolah secara berkesinambungan dengan berbagai upaya perbaikan

dan terobosan-terobosan inovatif.

Keterlambatan pelaksanaan sistem manajemen mutu ISO pada SMK Negeri 3

Yogyakarta menurut Kepala Sekolah SMK Negeri 3 Yogyakarta dikarenakan oleh

adanya beberapa kendala internal dan eksternal yaitu :

Diantaranya kurang siapnya SDM yang dimiliki oleh SMK Negeri 3 Yogyakarta dalam mempersiapkan semua perangkat sistem manajemen mutu ISO 9001 : 2008, keterbatasan dana dalam pengembangan sistem manajemen mutu ISO, sehingga sejak kami memimpin mulai kami upayakan untuk mempersiapkan implementasi sistem manajemen mutu ISO, sehingga sekarang SMK Negeri 3 Yogyakarta telah siap untuk melaksanakan sertifikasis sistem manajemen mutu ISO 9001 : 2008.

Sistem manajemen mutu telah diimplementasikan oleh SMK Muhammadiyah

3 Yogyakarta sejak tahun 2006 dan telah memperoleh sertifikat ISO 9001 : 2008 dari

TüV Rheinland Cert Gmbh. Menurut penjelasan Ketua Program Studi Otomotif dan

Kepala Sekolah SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta bahwa :

Upaya untuk mengimplementasikan manajemen mutu pada SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta merupakan sebuah bagian penting dalam mencapai peningkatan mutu sehingga SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta dapat dipercaya sebagai salah satu SMK swasta yang memiliki status sebagai SMK Model RSBI Invest berdasarkan Keputusan Direktur Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional Nomor: 3425b/C5.3/Kep/KU/2007 tertanggal 23 Juli 2007, bersama SMK Negeri 2 Yogyakarta. Hal ini membuktikan kepada masyarakat akan pengakuan lembaga internasional bahwa mutu proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta telah sesuai dengan standar internasional.

Page 6: renstra

211

SMK Piri 1 Yogyakarta sebagai salah satu SMK swasta yang telah

memperoleh pengakuan sebagai salah satu sekolah swasta yang telah mencapai SSN

dalam capaian standar nasional pendidikan (SNP), juga telah mengimplementasikan

sistem manajemen mutu ISO 9001 : 2008 sejak tahun 2008, dan telah memperoleh

sertifikat dari Bureau Veritas pada tanggal 28 Desember 2009. Sebagaimana

disampaikan oleh Ketua Program Studi Ootmotif, SMK Piri 1 Yogyakarta bahwa

SMK Piri 1 telah mengadopsi, merancang, menerapkan, memelihara dan menyempurnakan secara terus menerus SMM mengacu persyaratan standar ISO 9001 : 2008. Semua persyaratan dalam Standar SMM ISO 9001 : 2008 diaplikasikan sesuai ruang lingkup yang ditetapkan.

Lebih lanjut disampaikan oleh Ketua Program Studi Ootmotif, SMK Piri 1

Yogyakarta bahwa tujuan pengadopsian SMM ini adalah

Tujuan kami mengadopsi ISO 9001 : 2008 adalah dalam upaya untuk menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran yang berkualitas sesuai dengan harapan pelanggan serta memenuhi peraturan yang berlaku dalam bidang pendidikan dan pengajaran.

Bagi warga SMK Piri 1, perjalanan panjang untuk memperoleh sertifikat ISO

9001 : 2008 cukup melelahkan dan menguras tenaga serta sumber daya yang sangat

besar, namun memberikan arti tersendiri bagi mereka. Setidaknya, hasil kerja keras

mereka dapat memuaskan semua pihak, terutama bagi siswa dan pengguna lulusan

yang membutuhkan pelayanan prima.

Untuk mendapatkan pelayanan yang memuaskan bagi siswa maupun publik.

Selanjutnya Kepala Sekolah SMK Piri 1 menyampaikan :

Kami berjanji akan terus berusaha meningkatkan kinerja pelayanan publik, melalui manajeman berbasis kualitas, seperti pelayanan administrasi

Page 7: renstra

212

keuangan, pelayanan akademik, hingga kepelayanan karyawan dan kerjasama dengan berbagai stakeholder.

Lebih lanjut disampaikan pula oleh Ketua Program Studi otomotif

menyampaikan bahwa :

Dalam menerapkan manajemen mutu ISO 9001 : 2008 didasari oleh konsepsi bahwa untuk mencapai tujuan pendidikan dilakukan melalui proses atau cara sistematis seperti, penataan, pengawasan, pengaturan, koordinasi dan pengevaluasian berbagai komponen pendidikan secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikan.

SMK Piri 1 mengadopsi, merancang, menerapkan, memelihara dan

menyempurnakan secara terus menerus SMM mengacu persyaratan standar ISO

9001 : 2008. Semua persyaratan dalam Standar SMM ISO 9001 : 2008 diaplikasikan

sesuai ruang lingkup yang ditetapkan. Tujuan pengadopsian SMM ini dalam upaya

untuk menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran yang berkualitas sesuai dengan

harapan pelanggan serta memenuhi peraturan yang berlaku dalam bidang pendidikan

dan pengajaran.

Berlainan dengan sekolah kejuruan baik negeri maupun swasta yang dijadikan

sebagai objek dalam penelitian ini, SMK Perindustrian Yogyakarta belum

mengimplementasikan sistem manajemen mutu dengan berbagai kendala dan

keterbatasan yang dihadapi oleh sekolah dalam upaya untuk mengimplementasikan

sistem manajemen tersebut. Namun meskipun belum mengimplementasikan sistem

manajemen mutu ISO menurut Kepala Sekolah SMK Perindustrian :

Dalam penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran di SMK Perindustrian Yogyakarta tidak semata-mata berupaya meninggalkan mutu, akan tetapi tetap mengupayakan mutu pendidikan menjadi sasaran dan target agar lulusan SMK perindustrian memiliki daya saing untuk dapat berkiprah di masyarakat.

Page 8: renstra

213

Demikian gambaran tentang kebijakan program peningkatan mutu yang telah

dilaksanakan oleh SMK di Kota Yogyakarta sebagai upaya untuk meningkatkan mutu

proses dan hasil pendidikan, sehingga lulusannya diharapkan mampu bersaing dan

memenuhi kebutuhan industri.

a. Bentuk program kegiatan yang telah dibuat dalam rangka kerjasama dengan dunia kerja sebagai upaya untuk meningkatkan mutu SMK

Bagi sebagian besar SMK ukuran mutu atau kualitas pendidikan biasanya

didasarkan pada ukuran-ukuran kuantitatif berupa capaian dalam UN, besarnya daya

serap lulusan terhadap dunia kerja atau bahkan banyaknya lulusan yang dapat

memasuki perguruan tinggi negeri, sehingga upaya dan kegiatan yang direncanakan

oleh sekolah pada akhirnya bermuara pada capaian-capaian tersebut. Demikian pula

halnya dengan program kegiatan yang dibuat dalam rangka kerjasama dengan dunia

kerja sebagai upaya untuk meningkatkan mutu SMK. Faktor- faktor kunci

keberhasilan kebijakan peningkatan mutu pendidikan berbasis kemitraan antara SMK

dengan dunia kerja lebih menfokuskan pada strategi sekolah dalam mencapai tujuan

dan misi sekolah secara efektif dan efisien. Uraian tentang faktor kunci keberhasilan

dimulai dengan melakukan identifikasi indikator dan ukuran yang dapat

menunjukkan tingkat pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Faktor-

faktor kunci keberhasilan tersebut antara lain potensi, peluang, kekuatan, tantangan ,

kendala dan kelemahan yang dihadapi, termasuk sumberdaya, dana, sarana dan

parasarana, serta peraturan perundang-undangan dan kebijakan organisasi dalam

melaksanakan kegiatan-kegiatannya.

Sekolah kejuruan di Kota Yogyakarta bersama masyarakat khususnya dunia

industri telah melakukan beberapa upaya pengembangan dalam meningkatkan

Page 9: renstra

214

kualitas pembelajaran dan kualitas lulusan melalui kerjasama dengan beberapa

perusahaan baik manufactur, jasa, maupun perusahaan lainnya dalam mendukung

program pendidikan. Bentuk kerjasama antara sekolah dengan industri pasangan

dituangkan dalam kesepakatan bersama (MoU) antara sekolah dengan industri

pasangan untuk menjalin kerjasama dalam pengembangan dan peningkatan mutu

sumber daya manusia melalui penyelenggaraan pendidikan pada SMK di Kota

Yogyakarta.

Ruang lingkup kerjasama yang terjalin antara sekolah dengan industri

pasangan berupa (1) penyelenggaraan praktek kerja lapangan (PKL) bagi siswa kelas

XI; (2) pelaksanaan uji kompetensi produktif (UKP) bagi siswa kelas XII; (3)

sinkronisasi dan validasi kurikulum; dan (4) peningkatan kompetensi guru bidang

produktif melalui program magang kerja (on the job training), (5) pengembangan unit

produksi dan jasa (projas); dan (6) pengembangan kelas khusus industri dalam

menyelenggarakan pendidikan yang bekerjasama dengan salah satu industri unggulan.

Sebagai sebuah upaya dalam peningkatan mutu pendidikan berbasis kemitraan

dengan dunia industri, maka hasil yang diharapkan dari kebijakan program

peningkatan mutu tersebut adalah merupakan hasil-hasil pencapaian pelaksanaan

program, baik kuantitas maupun kualitas yaitu dari program-program strategis yang

direncanakan sesuai dengan standar nasional pendidikan. Hasil-hasil yang diharapkan

adalah tingkat pencapaian tujuan yang telah dirumuskan yaitu: (1) terealisasinya

pengembangan kurikulum yang berdasarkan pada standar pendidikan nasional; (2)

terealisasinya proses pembelajaran yang efektif dan efisien; (3) terealisasinya lulusan-

lulusan yang berkualitas di bidang akademis dan non akademis, yang dapat diserap

dan masuk dunia kerja sesuai dengan tuntutan kompetensi dunia kerj; (4)

Page 10: renstra

215

terealisasinya peningkatan kualitas guru dalam proses belajar mengajar; (5)

terealisasinya peningkatan sarana prasarana yang relevan dan mutakhir; (6)

terealisasinya sumber dana dan daya dukung pendanaan yang memadai; (7)

terealisasinya sistem penilaian hasil belajar secara efektif, objektif, dan sistematis.

SMK Negeri 2 Yogyakarta telah menyusun program kegiatan dalam upaya

meningkatkan mutu pendidikan bersama industri pasangan dalam ikatan kerjasama

formal legal yang tertuang dalam kesepakatan kerjasama dan telah RIPS.

Sebagaimana disampaikan oleh Waka Bidang Kurikulum SMK Negeri 2 Yogyakarta

bahwa

Sebagai wujud dari upaya SMK Negeri 2 dalam meningkatkan mutu pendidikan dan daya saing lulusan, maka telah disusun program kegiatan bersama industri pasangan untuk meningkatkan kemampuan dan kompetensi lulusan berupa kegiatan praktek kerja lapangan dan pemagangan.

Sementara program kegiatan yang telah direncanakan oleh SMK Negeri 3

Yogyakarta dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan bersama industri pasangan,

menurut Kepala Sekolah :

Program kegiatan yang dilaksanakan pada SMK Negeri 3 Yogyakarta tertuang dalam rencana strategis (renstra) sekolah sebagai proses hasil pemikiran yang terarah, terpadu memiliki kejelasan sasaran, arah, cara atau metode, criteria keberhasilan dengan mempertimbangkan potensi, peluang dan kendala yang akan timbul dalam mencapai visi dan misi sekolah.

Demikian halnya dengan SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta telah

melaksanakan kerjasama dalam upaya peningkatan mutu dengan pihak industri

pasangan baik di wilayah Yogyakarta maupun diluar kota lainnya, sebagaimana

disampaikan oleh Ketua Program Studi Otomotif dan Wakil. Kepala Sekolah Bidang

Kerjasama dan Humas bagi SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta bahwa :

Page 11: renstra

216

Jalinan kerjasama yang dilakukan dengan industri mitra telah berlangsung cukup lama bahkan telah memiliki ikatan legal berupa MoU yang tujuannya adalah peningkatan mutu dan kualitas lulusan, sebagai contoh dengan PT. Hino Motors Sales Indonesia Jakarta telah dilakukan beberapa kegiatan baik untuk siswa maupun guru dan teknisi baik praktek kerja lapangan (PKL) maupun pemagangan, disamping juga validasi kurikulum dan materi pembelajaran oleh industri pasangan.

Hal tersebut dibenarkan oleh Deputy GM PT. Hino Motors Sales Indonesia

yang menjelaskan tentang jalinan kerjasama antara SMK Muhammadiyah 3

Yogyakarta dengan PT. Hino Motors Sales Indonesia, bahwa

Selama ini jalinan kerjasama antara PT. Hino Motors Sales Indonesia dengan SMK di Yogyakarta adalah dengan SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta dengan kegiatan berupa praktek kerja lapangan bagi siswa, magang bagi guru dan teknisi serta validasi kurikulum dan materi pembelajaran pada SMK.

Bagi SMK Piri 1 Yogyakarta kerjasama merupakan sebuah bagian integral

dalam kegiatan pendidikan sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas dan

kompetensi lulusan. Oleh karenanya SMK Piri 1 Yogyakarta sebagaimana

disampaikan oleh Ketua Program Studi otomotif ditegaskan bahwa :

Selain dengan industri yang ada di Yogyakarta, SMK Piri 1 Yogyakarta juga melakukan kerjasama dengan PT. Yamaha Motor Kencana Indonesia sebagai Main Dealer sepeda motor Yamaha melakukan kerjasama berupa penyelenggaraan Kelas Khusus Yamaha dan Bengkel Resmi Yamaha, sebagai upaya meningkatkan kualitas dan daya serap lulusan di industri khususnya pada jaringan bengkel Yamaha.

Hal tersebut dibenarkan oleh Manager PT. Yamaha Motor Kencana Indonesia

tentang hasil kerjasama antara SMK Piri 1 dengan PT. Yamaha Motor Kencana

Indonesia bahwa :

Untuk mendukung jaringan pemasaran dan pelayanan purna jual produk Yamaha yang semakin berkembang, maka diperkirakan kebutuhan tenaga teknisi tiap tahunnya mencapai 360 orang, sehingga PT. YMKI membutuhkan mitra strategis dalam menyiapkan tenaga teknisi handal melalui kerjasama dengan SMK yang salah satunya adalah SMK Piri 1 Yogyakarta yang telah

Page 12: renstra

217

berlangsung sejak tahun 2008 melalui penyelenggaraan Kelas Khusus Yamaha.

SMK Perindustrian Yogyakarta juga demikian halnya melalui 9 (sembilan)

bidang garapan program kerja yang telah ditentukan oleh sekolah, SMK Perindustrian

berupaya untuk meningkatkan mutu pembelajaran dan pengajaran yang diharapkan

menghasilkan lulusan yang berkualitas dan mampu bersaing dengan sekolah lainnya.

Hal ini ditegaskan oleh Kepala Sekolah SMK Perindustrian bahwa :

Beberapa program kegiatan yang telah dibuat dalam rangka kerjasama dengan dunia kerja sebagai upaya untuk meningkatkan mutu SMK Perindustrian diantaranya (1) pengembangan organisasi dan manajemen sekolah melalui pengembangan kemampuan manajerial personil sekolah, pengembangan pengelolaan sekolah melalui evaluasi dan pengawasan; (2) pengembangan kegiatan pembelajaran melalui peningkatan kinerja karyawan, penambahan pelajaran tambahan dan penyelenggaraan test TOIC, pengembangan sarana dan prasarana PBM; Pembinaan tenaga kependidikan melalui diklat pendayagunaan tenaga kependidikan dan pembinaan karier, peningkatan kesejahteraan; (3) pengembangan dan pembinaan lingkungan sekolah melalui kegiatan 7K; (4) pengembangan fasilitas pendidikan dan pengajaran; (5) pembinaan kesiswaan; (6) pengembangan hubungan masyarakat dan dunia usaha melalui pemasyarakat pemasyarakatan PSG dengan stakeholder, kerjasama dengan dudi, kunjungan industri dan uji kompetensi siswa; (7) peningkatan sumber dana dan unit produski melalui peningkatan efektifitas dan efisiensi pemanfaatan dana, dan pengembangan UPJ.

Hal yang sama disampaikan oleh Manager Service PT. Sumber Baru Aneka

Motor “Suzuki R-4”, Kepala Bengkel PT. Armada Mobil “Isuzu”, Manager Rally

Auto Care Service Station, Supervisor (Ka Bengkel) PT. Astra Motor (Honda), dan

Supervisor (Ka Bengkel) PT. Wahana Sumber Baru “Nissan” bahwa sebagian besar

SMK di Kota Yogyakarta yang menyelenggarakan program studi otomotif (teknik

perawatan kendaraan ringan) melakukan kerjasama dengan bengkel atau perusahaan

yang mereka pimpin dalam beberapa kegiatan diantaranya (1) Program magang

PKL/PSG; (2) Program magang bagi guru dan teknisi (on the job training); (3)

Page 13: renstra

218

Kuliah umum (studium general); (4) Pelaksanaan uji kompetensi produktif (UKP); (5)

Validasi kurikulum; (6) Pengembangan sumber belajar; (7) Pengembangan unit

produksi dan jasa (UPJ); (8) dan Recruitment calon karyawan.

Sehingga setiap waktu pada masing-masing bengkel dan perusahaan yang

mereka pimpin selalu terisi oleh siswa SMK yang sedang melaksanakan PKL/PSG

yang kegiatannya langsung dilaksanakan pada bidang kerja yang sesuai dengan

peminatan mereka. Disamping itu menurut Supervisor (Ka Bengkel) PT. Astra Motor

(Honda) ditegaskan bahwa :

Pada SMK Negeri 2 Yogyakarta telah berdiri sejak tahun 2008 Bengkel AHASS (astra honda after Sales service) sebagai bengkel percontohan (prototype) dan bengkel pendidikan yang berada di lingkungan SMK Negeri 2 Yogyakarta.

Sementara menurut Manager Rally Auto Care Service Station tentang hasil

kerjasama dengan SMK Perindustrian bahwa :

Kami telah melakukan kerjasama dengan SMK Perindustrian dalam memproduksi alat peraga pendidikan yang diselenggarakan pada Unit Produksi dan Jasa (UPJ) sesuai dengan kebutuhan dan pesanan dari beberapa SMK lain di luar daerah.

Program yang disusun oleh SMK dalam rangka meningkatkan mutu lulusan

melalui program magang merupakan pilihan utama bagi sekolah dalam memberikan

pengalaman kerja kepada siswa melalui kerjasama dengan pihak industri pasangan

yang dimiliki.

b. Kesesuaian antara misi dan visi sekolah dengan kebijakan dan rencana program kerjasama SMK dengan dunia kerja

Kerangka kebijakan tingkat mikro yang dibuat oleh sekolah dituangkan dalam

sebuah rencana strategis (renstra) sekolah yang lebih umum dikenal sebagai rencana

induk pengembangan sekolah (RIPS) yang merupakan implementasi dari visi dan

Page 14: renstra

219

misi untuk mencapai tujuan sekolah dalam rangka mewujudkan sekolah

kejuruan ”Menjadi lembaga pendidikan pelatihan kejuruan bertaraf internasional dan

berwawasan lingkungan yang menghasilkan tamatan profesional, mampu berwira

usaha, beriman dan bertaqwa” untuk mencapai visi tersebut dijabarkan dalam misi :

(1) Melaksanakan sistem manajemen mutu (SMM); (2) Meningkatkan kualitas tenaga

pendidik dan kependidikan yang memenuhi kualifikasi dan kompetensi; (3)

Meningkatkan fasilitas dan lingkungan belajar yang nyaman dan memenuhi standar

kualitas dan kuantitas; (4) Mengembangkan kurikulum, metodologi pembelajaran dan

sistem penilaian berbasis kompetensi; (5) Menyelenggarakan pembelajaran sistem

CBT (competency base training) dan PBE (production base education) dengan

pendekatan ICT; (6) Membangun kemitraan dengan lembaga yang relevan baik

dalam maupun luar negeri; (7) Meneyelenggarakan kegiatan ekstrakurikuler agar

peerta didik mampu mengembangkan kecakapan hidup (life skill) dan berakhlak

mulia

Pada hakekatnya visi dan misi setiap sekolah pasti berbeda dan disesuaikan

dengan lingkungan internal dan eksternal serta adanya hambatan, dorongan, peluang

dan ancaman dari masing-masing sekolah. Pada umumnya SMK di Kota Yogyakarta

menetapkan visi sekolah sebagai berikut: (1) Menciptakan sekolah menjadi sekolah

yang diidolakan bagi masyarakat Kota Yogyakarta dan sekitarnya; (2) Menjadikan

sekolah yang berkualitas dan unggul dalam prestasi. Indikator – indikator visi sekolah

tersebut diantaranya : (1) Terwujudnya pengembangan kurikulum yang berdasarkan

pada standar nasional pendidikan; (2) Terwujudnya proses pembelajaran yang efektif

dan efisien; (3) Terwujudnya lulusan – lulusan yang berkualitas di bidang akademis

dan non akademis; (4) Meningkatnya kualitas guru dalam proses belajar mengajar; (5)

Page 15: renstra

220

Meningkatnya sarana prasana yang relevan dan mutakhir dalam mengajar; (6)

Tersedianya sumber dana dan daya dukung pendanaan yang memadai; (7)

Terwujudnya sistem penilaian hasil belajar secara efektif, objektif, dan sistematis; (8)

Meningkatnya daya serap lulusan pada dunia kerja sesuai dengan bidangnya masing-

masing; (9) Meningkatnya minat dan kemampuan lulusan SMK untuk berwirausaha

dalam menggerakkan sektor riil di Daerah Istimewa Yogyakarta. Sedangkan

penjabaran visi ke dalam misi sekolah dapat digambarkan sebagai berikut : (1)

Mewujudkan pengembangan kurikulum yang berdasarkan pada standar nasional

pendidikan; (2) Mewujudkan proses pembelajaran yang efektif dan efisien; (3)

Mewujudkan lulusan - lulusan yang berkualitas di bidang akademis dan non

akademis; (4) Terwujudnya peningkatan kualitas guru dalam proses belajar mengajar;

(5) Terwujudnya peningkatan sarana prasarana yang relevan dan mutakhir; (6)

Mewujudkan sumber dana dan daya dukung pendanaan yang memadai; (7)

Mewujudkan sistem penilaian hasil belajar secara efektif, objektif, dan sistematis.

Sebagai implementasi dari visi dan misi sekolah menurut Kepala Sekolah

SMK Negeri 2 Yogyakarta ditegaskan bahwa :

Pada dasarnya kebijakan dan rencana program kerjasama SMK dengan dunia kerja merupakan implementasi dari misi dan visi sekolah sebagai sebagai sebuah analisis lingkungan baik internal daneksternal terkait kekuatan dan kelemahan lembaga, peluang dan tantangan yang akan dihadapi pada masa mendatang serta strategi yang akan ditempuh untuk memenangkan persaingan tersebut. Sehingga kegiatan dan program kerja yang direncanakan oleh sekolah bersama industri pasangan merupakan implementasi dari misi dan visi SMK Negeri 2 Yogyakarta untuk mewujudkan lulusan yang berkualitas dan unggul dalam prestasi dan kompetensi.

Senada dengan hal tersebut Kepala Sekolah SMK Negeri 3 Yogyakarta

menyampaikan bahwa :

Page 16: renstra

221

Program kegiatan dan kebijakan yang disusun dan direncanakan bersama oleh sekolah dengan industri selalu mengacu pada visi dan misi sekolah dalam mencapai tujuan yang diharapkan bersama semua stakeholder. Kegiatan yang dirancang bersama diantaranya adalah program PKL/PSG bagi siswa, validasi kurikulum serta pengembangan bahan ajar bagi siswa, sehingga setiap kegiatan dapat sesuai dengan kebutuhan dunia industri dan dunia kerja yang akan dihadapi oleh lulusan SMK Negeri 3 Yogyakarta.

Lebih lanjut ditegaskan pula oleh Kepala Sekolah SMK Negeri 3 Yogyakarta

bahwa :

Sesuai dengan visi SMK Negeri 3 Yogyakarta yaitu mencetak kader-kader teknisi menengah yang mempunyai kemampuan bersaing untuk memasuki era globalisasi, yang dijabarkan dalam misinya melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan berwawasan keunggulan, guna menghasilkan lulusan yang siap berkompetensi di dalam dan luar negeri. Visi dan misi tersebut dapat dilaksanakan dengan mengembangkan nilai yang diyakini yaitu kejujuran, kedisiplinan, kerjasama, kebersamaan, keunggulan, pelayanan prima sesuai harapan dan kebutuhan dunia industri.

Sementara bagi SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta berdasarkan penjelasan

Kepala Sekolah disampaikan bahwa :

Visi SMK Muhammadiyah 3 yaitu mewujudkan tamatan yang islami, berintelektualitas tinggi, berorientasi internasional dan berwawasan lingkungan, dengan penjabaran misi sebagai berikut (1) memperkokoh akhlak dan aqidah; (2) mengembangkan semangat nasionalisme kebangsaan; (3) mengembangkan kecakapan hidup; (4) mengembangkan kemampuan berinteraksi secara internasional; dan (5) mengembangkan peran serta dalam pelestarian lingkungan. Oleh karenanya program yang disusun dan disrencanakan bersama sebagai wujud dari implementasimisi tersebut adalah menghasilkan tamatan yang berkarakter islami dan mampu beradaptasi pada dunia kerja yang sesungguhnya.

Demikian halnya pada SMK Piri 1 sebagaimana disampaikan oleh Kepala

Sekolah tentang visi SMK Piri 1 adalah :

Menjadi sekolah yang unggul dan terpercaya sehingga dapat menghasilkan tamatan yang professional dan mampu bersaing di Era Globalisasi serta mempunyai kepribadian yang agamis. Sehingga dalam implementasinya menekankan kerjasama dengan stakeholder untuk menghasilkan tamatan yang

Page 17: renstra

222

profesionalsesuai kebutuhan industri, oleh karenanya dalam kegiatan selalu melibatkan stakeholder khususnya pemakai lulusan.

Sebagai SMK swasta yang telah berdiri cukup lama SMK Perindustrian

Yogyakarta memandang visi sebagai panduan dalam menyongsong masa depan,

sehingga bagi SMK Perindustrian sebagaimana disampaikan oleh Kepala Sekolah

bahwa :

kami berkehendak untuk menjadikan SMK Perindustria Yogyakarta sebagai lembaga pendidikan dan pelatihan yang handal berstandar nasional. Sehingga untuk mewujudkan visi tersebut mereka menjabarkan dalam misi SMK Perindustrian Yogyakarta yaitu (a) mengembangkan sistem pembelajaran yang fleksibel dan profesional; (b) mengembangkan iklim belajar yang berakar pada norma dan budaya bangsa Indonesia; (c) meningkatkan penguasaan kemampuan berbahasa Inggris; (d) meningkatkan kerjasama dengan dunia indsutri/dunia usaha dan memperluas jalinan pemasaran tamatan; (e) mewujudkan layanan prima dalam upayamemberdayakan sekolah dan masyarakat.

Salah satu item yang ditekankan oleh setiap sekolah lakukan adalah

meningkatkan kerjasama dengan dunia indsutri/dunia usaha dan memperluas jalinan

pemasaran tamatan sebagai upaya untuk meningkatkan daya serap lulusan dan

memberikan jaminan kepada siswa, sehingga pelaksanaan kegiatan sekolah selalu dan

akan terus melibatkan industri pasangan atau stakeholder.

c. Pemahaman stakeholder terhadap kebijakan dan rencana program kerjasama SMK dengan dunia kerja

Dalam kerangka kerjasama kemitraan antara sekolah dengan dunia kerja,

implementasi kebijakan sekolah kejuruan telah berupaya melibatkan semua

stakeholder dalam perencanaan, implementasi maupun dalam evaluasi dan

tindaklanjutnya. Sehingga dalam kebijakan pengembangan kerjasama dengan

stakeholder diharapkan semua stakholder mampu memahami setiap kebijakan yang

Page 18: renstra

223

dibuat oleh sekolah. Sebagaimana disampaikan oleh Manager Service PT. Sumber

Baru Aneka Motor “Suzuki R-4”, Kepala Bengkel PT. Armada Mobil “Isuzu”,

Manager Rally Auto Care Service Station, Supervisor (Ka Bengkel) PT. Astra Motor

(Honda), dan Supervisor (Ka Bengkel) PT. Wahana Sumber Baru “Nissan” bahwa

semua SMK berusaha menempatkan industri dan perusahaan mereka menjadi industri

pasangan atau mitra dalam pengembangan sekolah.

Beberapa upaya yang dilaksanakan oleh sekolah adalah melakukan workshop

yang melibatkan industri pasangan khususnya dalam penyusunan program kegiatan

dan validasi kurikulum, sehingga pihak industri dapat memahami sepenuhnya

kebijakan dan kegiatan yang direncanakan oleh sekolah dalam upaya SMK

meningkatkan mutu lulusan sehingga dapat terserap di industri sesuai dengan

kebutuhan industri.

Hanya saja, karena jumlah siswa SMK khususnya jauh lebih banyak

dibandingkan dengan jumlah industri yang tersedia, hal ini menyebabkan industri

tidak dapat menampung semua siswa dalam setiap program yang direncanakan.

Dengan demikian sekolah harus berupaya untuk mendapatkan industri pasangan lain

yang lebih banyak dengan proses seleksi yang lebih longgar, sehingga menyebabkan

semakin variatifnya kualitas penyelenggaraan kegiatan. Sebagian besar SMK

melakukan komunikasi secara langsung dengan industri pasangan dalam

mensosialisasikan program dan kegiatan yang direncanakan.

2. Implementasi program peningkatan mutu SMK berbasis kemitraan di Kota Yogyakarta dalam memenuhi kebutuhan dunia kerja

Dalam impelementasi kebijakan peningkatan mutu SMK berbasis kemitraan

antara SMK dengan dunia kerja, sekolah telah membentuk satuan tugas kerjasama

Page 19: renstra

224

dalam bentuk Team Pengembang yang beranggotakan guru-guru bidang produktif

sesuai dengan bidang keahliannya masing-masing yang dikordinir oleh seorang

kordinator dibawah kordinasi Wakil Kepala Sekolah Bidang Kerjasama, dengan

kewewenangan penuh yang diberikan oleh Kepala Sekolah dalam mengembangkan

kerjasama dengan industri pasangan dengan dukungan baik fasilitas maupun

pendanaan.

Sebagaimana disampaikan oleh Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah

bidang kurikulum SMK Negeri 2 Yogyakarta, Kepala Sekolah SMK Negeri 3

Yogyakarta, Ketua Prodi Otomotif SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta dan Waka

Humas dan hubungan industri SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta, Ketua Prodi

Otomotif SMK PIRI 1 Yogyakarta dan Kepala Sekolah SMK Perindustrian

Yogyakarta bahwa hingga saat ini team pengembang telah melaksanakan kegiatan

khususnya penguatan jaringan kerjasama dengan dudi, penawaran kerjasama dan

MoU, memelihara jaringan kerjasama, mencari partner dan mempromosikan sekolah.

Biasanya diawali oleh upaya dari team pengembang sekolah yang memiliki relasi

terlebih dahulu, sehingga berdasarkan informasi yang diperoleh dari team

pengembang, sekolah melakukan tindak lanjuti secara formal, bahkan beberapa

diantara mereka adalah mitra sekolah khususnya di local Jogja

Disamping itu sekolah melakukan kerjasama dengan perusahaan dalam

penempatan lulusan melalui bursa kerja khusus (BKK) dan program prakerin sebagai

tempat untuk prakerin bagi anak-anak kelas XII. Dalam program pengembangan

kurikulum sekolah telah melakukan kerjasama dengan dudi khususnya dalam

sinkronisasi kurikulum dan workshop untuk peningkatan kualitas SDM khususnya

tentang perkembangan teknologi yang ada di industri bagi guru-guru.

Page 20: renstra

225

Keterlibatan dunia usaha dan dunia industri dalam pengembangan sekolah

diantaranya adalah dalam kegiatan workshop atau rapat bulanan yang diadakan

khususnya dalam rencana pengembangan sekolah. Industri dalam kegiatan workshop

akan memberi masukan kepada sekolah khususnya dalam tuntutan kompetensi

keahlian yang dibutuhkan di industri, sehingga sekolah harus melakukan

pengembangan di bidang yang disarankan.

Hal menarik disampaikan oleh Manager PT. Yamaha Motor Kencana

Indonesia bahwa :

Kegiatan yang dilakukan oleh PT. YMKI dengan SMK Piri 1 Yogyakarta dimana PT. YMKI dalam kegiatan kelas khusus selalu mengawal kegiatan yang diselenggarakan pada program ini semenjak proses perencanaan program, pelaksanaan kegiatan, ealuasi kegiatan hingga proses penggunaan lulusan dari program kelas khusus.

Hal tersebut dimaksudkan agar pelanggan (user) dapat memantau kualitas

penyelenggaraan dan output sesuai yang diharapkan oleh industri, namun

konsekwensinya adalah PT. YMKI memberikan kelengkapan yang sesuai dengan

standar Yamaha, sehingga pemenuhan kebutuhan fasilitas dan perlengkapan sangat

diperhatikan baik fasilits terori, praktek, bahkan ruangan yang dibutuhkan juga

dipersyaratkan. Disamping itu PT. YMKI berharap bahwa kelas khusus ini dapat

memberikan kontribusi yang sangat signifikan untuk semua pihak bukan hanya

sebatas program diatas kertas yang tidak dapat berjalan dan tidak memberikan

kontribusi langsung baik bagi PT. YMKI maupun bagi sekolah dan siswa. Dalam

penyelenggaraannya PT. YMKI memberikan materi dan kurikulum training Yamaha

kepada SMK untuk dapat dibakukan sebagai kurikulum mereka sehingga semua

materi yang dibutuhkan telah tercover dalam pelajaran dan pelatihan yang dilakukan

di sekolah.

Page 21: renstra

226

Dalam pelaksanaan kelas khusus Yamaha, SMK Piri 1 menyediakan beberapa

sarana dan prasarana yang dibutuhkan serta pembiayaan sebagai sharing dalam

penyelenggaraan. Sebelumnya SMK Piri 1 telah memiliki unit produksi dan jasa (UPJ)

bengkel resmi Yamaha yang berloksi di sekolah sebagai tempat pelayanan jasa

perbaikan sepeda motor Yamaha sekaligus sebagai tempat magang siswa dan PBM

praktek. Selanjutnya keberadaan Bengkel Resmi Yamaha ditingkatkan menjadi kelas

khusus Yamaha. Setelah selesai mengikuti program kelas khusus Yamaha lulusannya

dapat langsung diterima sebagai karyawan pada jaringan bengkel Yamaha di seluruh

DIY – Jawa Tengah bahkan di seluruh Indonesia dengan mendapatkan sertifikat

kompetensi Yamaha dari atau bahkan dapat membuka dan mendirikan bengkel resmi

Yamaha sebagai salah satu jaringan resmi Yamaha dengan pola franchise, atau

bahkan adapula yang melanjutkan studi ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi baik

universitas, institut, akademi maupun politeknik yang ada di seluruh DIY – Jateng.

a. Kendala yang dihadapi sekolah dalam kerjasama dengan stakeholder selama ini khususnya dengan industri

Beberapa kendala yang dihadapi oleh sekolah dalam pengembangan dan

implementasi kebijakan peningkatan mutu berbasis kemitraan dengan dunia kerja

diantaranya keterbatasan jumlah industri di Kota Yogyakarta. Sebagaimana diketahui

bersama bahwa Kota Yogyakarta cenderung merupakan kota pendidikan dan

pariwisata, sehingga jumlah industri khususnya industri manufactur sangat terbatas,

hal ini menyebabkan banyaknya sekolah mengalami kendala dalam pengembangan

kerjasama dengan dunia usaha khususnya bagi SMK kelompok teknologi. Sementara

SMK membutuhkan mitra dan industri pasangan yang sesuai dengan bidang dan

kelompoknya, dengan demikian terjadi ketidak seimbangan kebutuhan dan

Page 22: renstra

227

penyediaan industri, meskipun banyak juga diantara SMK melakukan kerjasama

dengan industri pasangan yang berada di luar daerah baik di jakarta maupun luar jawa.

Keterbatasan penyediaan jumlah industri pasangan menjadikan kerjasama

antara SMK dengan industri menjadi tidak efektif, karena banyak diantaranya

kerjasama hanya sebatas memperoleh surat pengakuan dalam bentuk MoU atau surat

dukungan dari industri pasangan tanpa adanya tindak lanjut dari MoU yang

disepakati bersama dan tidak memberikan manfaat bagi kedua belah pihak yang

bekerjasama. Kerjasama yang diselenggarakan oleh SMK dengan dunia kerja selama

ini masih hanya sebatas pemberian tempat untuk pelaksanaan PKL dan magang

dalam kerangka program sistem ganda, sebagian besar belum menyentuh esensi dari

kerjasama dalam rangka mengembangkan potensi kedua belah pihak dalam

memanfaatkan sumberdaya dan potensi yang dimiliki untuk mencapai tujuan bersama.

Beberapa masalah yang menyertai hubungan tersebut adalah sebagian besar

perusahaan (industri) perbengkelan otomotif yang ada di Kota Yogyakarta

merupakan bengkel authorized dealer yang masih terikat dengan ATPM atau

principal yang berada di jakarta atau di negara asalnya, sehingga ketika terjalin

kerjasama antara SMK dengan industri yang berimplikasi pada kewajiban masing-

masing pihak perusahaan tidak dapat berbuat banyak sebelum mendapatkan

peretujuan dari ATPM, sebagaimana disampaikan oleh Manager Service PT. Sumber

Baru Aneka Motor “Suzuki R-4”, Kepala Bengkel PT. Armada Mobil “Isuzu”,

Supervisor (Ka Bengkel) PT. Astra Motor (Honda), dan Supervisor (Ka Beng) PT.

Wahana Sumber Baru “Nissan”. Oleh karenanya kerjasama antara SMK dan industri

pasangan lebih banyak sebatas dukungan dari pihak industri untuk memenuhi

kewajiban dalam mendukung dunia pendidikan dan SMK dalam memperoleh dan

Page 23: renstra

228

memiliki industri pasangan, namun sejauh itu pihak industri tidak memiliki ikatan

yang pasti terhadap pihak SMK demikian sebaliknya, sehingga dari aspek hukum

tidak menimbulkan resiko apapun apabila salah satu pihak mengingkari kesepakatan

tersebut.

Disamping itu beberapa permasalahan yang ada diantaranya adalah masih ada

sebagian industri yang menganggap kerjasama antara SMK dengan industri

merupakan beban, karena obyek dari kerjasama sebatas penempatan PKL/PSG bagi

siswa kelas 2 dan 3, sementara sebagian siswa kurang mendapatkan pembekalan baik

teori dan praktek dengan sistem kerja yang sesuai dengan lingkungan industri,

sehingga banyak yang tidak dapat langsung terjun pada bagian produksi dan jasa,

hanya sebagai pembantu, yang tidak produktif sama sekali.

Dalam hubungan seperti ini pihak SMK tidak dapat mengharapkan terlalu

banyak dari kerjasama yang ada, demikian pula pihak industri pasangan tidak dapat

mengharapkan sesuatu yang lebih yang bersifat profit oriented terhadap pihak SMK

dalam kerjasama ini. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya aturan yang jelas yang

mengikat dan memaksa kedua belah pihak untuk melakukan kerjasama dalam bentuk

yang lebih formal, karena masing-masing pihak memiliki perbedaan orientasi dan

kepentingan. Disamping itu kepercayaan pihak industri terhadap SMK masih terlalu

minim khususnya terhadap kualitas dan kompetensi siswa yang diharapkan oleh

pihak industri.

Namun dalam pelaksanaan kerjasama antara SMK dan industri pasangan ada

bentuk kerjasama formal yang cukup baik antara pihak SMK Piri 1 Yogyakarta

dengan PT. Yamaha Kencana Indonesia dalam menyelenggarakan kelas khusus

Yamaha, dimana pihak Yamaha mensupport penuh pelaksanaan kelas khusus yang

Page 24: renstra

229

terdapat di SMK, sementara pihak SMK melaksanakan keinginan pihak Yamaha

dalam mendidik calon tenaga mekanik Yamaha dengan harapan setelah lulus dari

SMK Piri 1 diharapkan dapat memenuhi kebutuhan mekanik Yamaha yang semakin

besar seiring pertumbuhan perusahaan.

Sebagaimana disampaikan oleh Ketua Program Studi Otomotif SMK Piri 1

yang selanjutnya dibenarkan oleh Manager PT. Yamaha Motor Kencana Indonesia,

bahwa kerjasama yang saling menguntungkan ini terbentuk karena adanya saling

kepercayaan antara kedua belah pihak dan dilandasi oleh kepentingan yang sama,

khususnya dalam menyalurkan lulusan berkualitas sesuai kebutuhan industri bagi

SMK Piri 1 disatu pihak dan kebutuhan tenaga kerja yang handal bagi Yamaha di

pihak yang lain. Dalam kerjasama yang terbina ini masing-masing memiliki

kewajiban dan hak yang mengikat satu sama lainnya khususnya dalam

penyelenggaraan kerjasama ini, sehingga terdapat konsekwensi logis apabila salah

satu pihak mengingkari kesepakatan, maka pihak lain dapat menuntut baik secara

perdata atau menarik semua bantuan dan porperti yang telah diberikan.

b. Ketepatan struktur dan fungsi organisasi kerjasama SMK dengan dunia kerja terhadap visi dan misi sekolah yang telah ditetapkan

Manakala terdapat interaksi antara SMK dengan stakeholder khususnya

industri pasangan yang bertujuan untuk meningkatkan mutu pembelajaran, maka

SMK akan menyusun suatu struktur organisasi yang melukiskan hirarki manajemen

dan saluran komunikasi formal, untuk kelancaran dan efektifitas kerjasama tersebut

berdasarkan peranan, hubungan, aktifitas dan sasaran dari kerjasama tersebut.

Dari hasil pengamatan dan pendalaman yang dilakukan dilapangan selama

penelitian didapatkan beberapa hal diantaranya kerjasama antara sekolah dengan

Page 25: renstra

230

dunia kerja yang dibangun masih belum menunjukkan suatu peran dan bentuk

kerjasama pada tataran kolaborasi, hal ini nampak bahwa pada struktur organisasi

team pengembang yang dibentuk oleh sekolah belum melibatkan sepenuhnya unsur

dunia industri padasemua level baik level pengambil kebijakan, pelaksana ataulevel

lainnya. Hal ini menurut waka bidang kurikulum SMK Negeri 2, Kepala Sekolah

SMK Negeri 3, waka bidang humas dan hubungan industri dan Ketua Program Studi

otomotif SMK Muhammadiyah 3 dan Kepala Sekolah SMK Perindustrian

menyampaikan bahwa sebagian besar pimpinan perusahaan khususnya otomotif tidak

memiliki kewenangan secara kelembagaan untuk mewakili perusahaan dalam struktur

pengembang SMK, hal ini menyebabkan kurang efektifnya kelembagaan team

pengembang dan tidak berperan secara maksimal. Lebih jauh disampaikan Manager

Service PT. Sumber baru Aneka Motor “Suzuki R-4” secara pribadi beliau sangat

bersedia untuk masuk dalam kepengurusan team pengembang terlebih beliau juga

merupakan alumni dari salah satu SMK di Yogyakarta, namun beliau tidak memiliki

kewenangan mewakili perusahaan tanpa ada disposisi dari perusahaan, meskipun

perusahaan dengan SMK telah membuat MoU.

Berlainan dengan SMK Piri 1 Yogyakarta yang menempatkan 2 (dua) orang

staff PT. YMKI untuk duduk sebagai anggota team pengembang, karena menurut

Ketua Program Studi otomotif dan Manager PT. Yamaha Motor Kencana Indonesia,

karena masing-masing pihak memiliki kepentingan dalam pengembangan SMK Piri 1,

maka PT. YMKI menaruh harapan besar terhadap pengembangan dan

keberlangsungan proses pendidikan di SMK Piri 1, sehingga pada beberapa hal

mereka ikut mewarnai kebijakan yang dihasilkan oleh pimpinan sekolah dalam

mengembangkan sekolah menuju sekolah bermutu.

Page 26: renstra

231

c. Dukungan kompetensi SDM team teknis dalam implementasi kerjasama

Dalam implementasi kebijakan peningkatan mutu SMK berbasis kemitraan

yang dilaksanakan oleh team pengembang biasanya terkendala oleh kemampuan team

pengembang yang kurang memahami dunia industri secara utuh, meskipun anggota

team pengembang adalah guru mata pelajaran produktif bidang teknik, namun banyak

diantaranya tidak memiliki latar belakang pengalaman bekerja pada industri, sehingga

kurang dapat mengembangkan dan melakukan terobosan-terobosan dalam

pengembangan kerjasama. Disamping itu struktur organisasi team pengembang tidak

melibatkan industri atau stakeholder secara langsung, hanya berisi unsur internal

sekolah. Dengan demikian implementasi kebijakan peningkatan mutu dalam kegiatan

hanya sebatas penyelenggaraan PKL/PSG belum mampu mengembangkan lebih

lanjut khususnya dalam pengembangan sumber belajar dalam pengembangan sekolah

seutuhnya.

Sebagaimana dikeluhkan oleh Deputy GM PT. Hino Motors Sales Indonesia

dan Supervisor (Ka Bengkel) PT. Wahana Sumber Baru “Nissan” bahwa hampir

sebagian besar anggota team pengembang yang melakukan kegiatan baik

perencanaan, implementasi, evaluasi dan monitoring pelaksananaan PKL/PSG kurang

memahami kondisi lapangan khususnya lingkungan kerja industri, yang pada

akhirnya kurang dapat memberikan pembekalan kepada siswa yang akan melakukan

PKL/PSG, hal ini cukup menyulitkan pihak indsutri, karena siswa PKL menjadi

beban dan kurang dapat diberdayakan. Disamping itu menurut Kepala Bengkel PT.

Armada Mobil “Isuzu” latar belakang pembimbing dan team pengembang yang

bukan dari industri menyebabkan tidak adanya terobosan yang menarik dalam

mengembangkan bentuk dan strategi kerjasama antara SMK dan dunia industri

Page 27: renstra

232

Oleh karenanya sekolah hendaknya dapat melakukan restrukturisasi

kelembagaan team pengembang dengan melibatkan stakeholder terkait atau dapat

memasukkan unsur guru atau team lainnya yang telah memilikipengalaman lapangan,

sehingga dapat memberi warna dan melakukan inovasi terkait kondisi dan lingkungan

kerja.

d. Komitmen masing-masing pihak dalam mendukung implementasi program kerjasama

Komitmen pada organisasi merupakan suatu keadaan dimana seseorang

memihak pada suatu organisasi dan tujuan-tujuannya, serta berniat memelihara

keanggotaan dalam organisasi itu. Komitmen organisasi mencerminkan bagaimana

seorang individu mengidentifikasikan dirinya dengan organisasi dan terikat dengan

tujuan-tujuannya. Dengan demikian nampak bahwa komitmen seseorang terhadap

organisasi atau lembaga adalah kondisi dimana seseorang dapat berkiprah dan

berperan aktif untuk mencapai tujuan organisasi tersebut. Dalam kaitan ini program

kerjasama yang terjadi antara SMK dengan dunia kerja merupakan sebuah organisasi

yang dibentuk dan diselenggarakan untuk meningkatkan mutu SMK khususnya

lulusan agar sesuai dengan kebutuhan dunia kerja.

Keberhasilan program dan tujuan tersebut tidak terlepas dari komitmen

masing-masing pihak dalam mensukseskan semua program kegiatan dan memberikan

baik perhatian, pemikiran, tenaga, materi maupun waktu yang dimiliki untuk

kerjasama tersebut, sehingga hasilnya dapat dirasakan dan dinikmati bersama.

Keberpihakan semua komponen dalam kerjasama akan menentukan keberhasilan

penyelenggaraan kerjasama tersebut. Sebagaimana diketahui bersama bahwa

penyelenggaraan pendidikan pada SMK tidak akan dapat meninggalkan unsur

Page 28: renstra

233

stakeholder sebagai user, sehingga dalam kerjasama ini harus tercipta suatu

mekanisme sisbiosis mutualisme yang saqling menguntukngkan antara SMK disatu

pihak dengan industri pasangan dipihak lainnya.

Sebuah kerjasama merupakan upaya untuk mengatasi keterbatasan dan

memanfaatkan sumber daya yang dimiliki serta mendapatkan keuntungan bersama

dalam kerjasama tersebut. Oleh karenanya yang harus diperhatikan bersama adalah

komitmen dan keterbukaan serta membangun kepercayaan bersama dalam kerangka

kerjasama yang lebih panjang dan berkelanjutan (sustainable) untuk mengatasi

permasalahan yang dihadapi bersama. Selain hal tersebut yang perlu dibangun adalah

komunikasi baik formal maupun informal antar pemangku kepentingan (stake holder),

sehingga perlu dihindari dalam membangun sebuah kepercayaan adalah dengan tidak

memberikan harapan dan janji yang susah dicapai oleh semua pihak. Keberhasilan

sebuah program kerjasama terletak pada komitmen masing-masing pihak dalam

melaksanakan kerjasama tersebut sehingga membuahkan hasil yang bermanfaat bagi

semua pihak. Oleh karenanya untuk mengukur keberhasilan suatu program

diperlukan evaluasi.Evaluasi dapat digunakan untuk memeriksa tingkat keberhasilan

program berkaitan dengan lingkungan program dengan suatu “judgement” apakah

program diteruskan, ditunda, ditingkatkan, dikembangkan, diterima atau ditolak.

Namun dalam kenyataannya banyak kesepakatan dan komitmen yang tidak

dapat dipenuhi oleh masing-masing pihak ketika kerjasama telah disepakati dengan

segala resiko yang timbul khususnya ketika berhubungan dengan materi. Hal ini

dapat ditemui selama penelitian sebagaimana disampaikan oleh Supervisor (Ka

Bengkel) PT. Astra Motor “Honda” bahwa :

Page 29: renstra

234

Dalam upaya pengembangan Bengkel Prototype AHASS (Astra Honda After Sales Service) sebagai bengkel pendidikan pada lingkungan kampus SMK Negeri 2 Yogyakarta tidak dapat berkembang sebagaimana yang diharapkan oleh PT. Astra Motor “Honda” hal ini disebabkan oleh kurangnya kordinasi dari pengelola, sehingga ketika PT. Astra Motor “Honda” akan mengembangkan khususnya dalam rangka menstandarisasi pelayanan, terdapat resistensi, yang lebih banyak disebabkan oleh karena kurangnya kordinasi antara pembuat kebijakan dan pemberian wewenang, sehingga setiap pengembangan tidak dapat dilakukan.

Berbeda dengan SMK swasta yang lebih fleksible dalam sistem birokrasi dan

pemberian wewenang baik dari yayasan kepada kepala sekolah maupun kepada

penanggungjawab program, sehingga kerjasama antara SMK swasta dengan industri

lebih berkembang dengan baik, seperti pada pengembangan Bengkel Resmi Yamaha

pada SMK Piri 1 Yogyakarta, sehingga dapat dikembangkan lebih jauh bersama PT.

Yamaha Motor Kencana Indonesia (YMKI) untuk menyelenggarakan kelas khusus

Yamaha pada SMK Piri 1 karena pihak PT. YKMI merasa puas dengan kerjasama

tersebut, sehingga memungkinkan untuk dikembangkan lebih lanjut.

Seperti disampaikan oleh Manager Rally Auto Care Service Station tentang

pengembangan kerjasama antara SMK dengan industri ditegaskan bahwa :

Ketika sebuah perusahaan akan mengembangkan kerjasama dengan SMK khususnya dalam pengembangan unit produksi dan jasa (UPJ) maka hal utama yang harus diperhatikan adalah komitmen dan kejelasan kewenangan sehingga akan memudahkan dalam kordinasi dan pengembangan.

Sehingga hal yang paling menentukan dalam mengembangkan kerjasama

antara SMK dengan industri pasangan adalah menumbuhkan rasa saling percaya dan

saling membutuhkan pada semua pihak, serta komitmen masing-masing pihak untuk

tetap menjaga dan berupaya melaksanakan setiap kesepakatan. Disamping itu

kewenangan dan pembagian tugas pada masing-masing pihak harus dijelaskan,

sehingga memudahkan kordinasi dan pengembangan kerjasama selanjutnya.

Page 30: renstra

235

3. Efektivitas pengendalian program peningkatan mutu SMK di Kota Yogyakarta dalam memenuhi kebutuhan dunia kerja

Berdasarkan hasil observasi, wawancara dan dokumentasi selama penelitian

menunjukkan bahwa semua SMK yang dijadikan unit analisis telah memiliki akses

hubungan dengan perusahaan/industri, dengan jumlah perusahaan/industri yang

terakses bervariasi antara 43 sampai dengan 200 perusahaan. Akses hubungan

tersebut kebanyakan masih bersifat insidental. Hal penting yang dihasilkan dari

hubungan tersebut antara lain: kerjasama PSG/penempatan PKL, verifikasi KTSP,

informasi teknologi di industri, penempatan lulusan, perkembangan kompetensi di

industri, pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan industri, dan informasi

peluang kerja bagi tamatan SMK. Satu hal yang paling penting dalam kerjasama

tersebut adalah bagaimana semua pihak dapat mengambil manfaat dari kegiatan yang

diselenggarakan dan bagaimana melakukan pengendalian program, sehingga proses

berjalan lancar dan hasil yang diharapkan dapat dicapai secara maksimal.

a. Strategi pengendalian program kerjasama yang telah dilaksanakan antara sekolah dengan dunia kerja

Strategi dalam manajemen sebuah organisasi, dapat diartikan sebagai kiat,

cara dan taktik yang dirancang secara sistematis dalam melaksanakan fungsi-fungsi

manajemen, yang terarah pada tujuan strategik organisasi. Sehingga dalam kerangka

kerjasama antara SMK dengan stakeholder khususnya dunia kerja perlu diupayakan

sebuah cara dan taktik dalam mengendalikan program kerjasama sehingga dapat

mencapai hasil yang diharapkan bersama. Pada prinsipnya semua SMK dalam

penyelenggaraan program kerjasama telah memiliki kiat dan cara untuk

Page 31: renstra

236

mengendalikan program baik melalui team building maupun control secara reguler

yang dilakukan secara bersama oleh wakil kepala sekolah dan kepala sekolah.

Sebagaimana disampaikan oleh Kepala Sekolah dan waka bidang kurikulum

SMK Negeri 2 Yogyakarta; Ketua Program Studi dan waka bidang humas dan

hubungan indsutri SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta; Kepala Sekolah dan Ketua

Program Studi otomotif SMK PIRI 1 Yogyakarta bahwa pada sekolah mereka

kerjasama yang telah dilaksanakan antara sekolah dengan dunia kerja dikendalikan

sepenuhnya oleh team pengembang sekolah yang secara rutin melaporkan setiap

kegiatan kepada kepala sekolah melalui waka humas, sehingga lebih efektif dan

meberikan keleluasaan untuk mengembangkan lebih lanjut.

Sementara menurut Kepala Sekolah SMK Negeri 3 Yogyakarta dan Kepala

Sekolah SMK Perindustrian Yogyakarta pada sekolah mereka pengendalian

langsung dilakukan oleh kepala sekolah mealui waka humas, hal ini dikarenakan

belum berjalanya team pengembang secara optimal, dimana peran team pengembang

lebih banyak sebagai pendampingan dan pembimbing bagi siswa yang tengah

melaksanakan PKL/PSG, sehingga kepala sekolah perlu melakukan pengendalian

secara langsung.

b. Hasil pengendalian program kerjasama antara SMK dengan dunia kerja

Dalam pelaksanaan selanjutnya masing-masing sekolah memiliki tingkat

capaian yang berbeda-beda khususnya dalam implementasi kerjasama ini

sebagaimana tampak pada tabel berikut :

Page 32: renstra

237

Tabel . 4. Capaian program kerjasama kemitraan SMK - Dudi

Program Capaian Dampak SMK Negeri 2 Yogyakarta

Program magang PKL/PSG

Semua siswa mengikuti magang pada industri yang telah memiliki kerjasama

Semua siswa mengikuti sebagai prasyarat kelulusan

Program magang bagi guru dan teknisi (on the job training)

Sebagian besar (80%) guru produktif dan teknisi telah mengikuti program magang di industri

Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan dan pengembangan sumber pengajaran

Kuliah umum (studium general)

Dilakukan setahun sekali khususnya saat program orientasi siswa baru

Siswa memperoleh gambaran terhadap bidang kerja dan perekembangan teknologi di lapangan

Pelaksanaan uji kompetensi produktif (UKP)

82% siswa kelas XII lulus uji kompetensi yang diselenggarakan sekolah

Uji kompetensi belum mendapatkan pengakuan secara luas oleh industri karena tidak melibatkan lembaga sertifikasi profesi LSP – TO

Validasi kurikulum Validasi kurikulum dilaksanakan pada awal implementasi kurikulum

Kurikulum yang digunakan tervalidasi oleh industri dan sesuai tuntutan industri

Pengembangan sumber belajar

Tambahan bahan informasi dan buku-buku sebagai sumber belajar bagi guru dan siswa

Buku-buku dari Toyota dan Honda sebagai bahan referensi bagi guru dan siswa dalam pengembangan lembar kerja praktek

Pengembangan unit produksi dan jasa (UPJ)

Telah berdiri bengkel AHASS SMKN 2

Bengkel kurang berkembang dan tidak mampu menjangkau pelanggan lebih luas

Kelas khusus industri - -

Recruitment calon karyawan

Telah dilakukan recruitmen calon karyawan setiap tahun dari beberapa perusahaan

60% lulusan terserap oleh industri melalui BKK pada berbagai perusahaan yang telah melakukan recruitmen di sekolah

SMK Negeri 3 Yogyakarta

Program magang PKL/PSG

Semua siswa mengikuti magang pada industri yang telah memiliki kerjasama

Semua siswa mengikuti sebagai prasyarat kelulusan

Program magang bagi guru dan teknisi (on the job training)

Sebagian besar (70%) guru produktif dan teknisi telah mengikuti program magang di industri

Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan dan pengembangan sumber pengajaran

Kuliah umum (studium general)

Dilakukan setahun sekali khususnya saat program orientasi siswa baru

Siswa memperoleh gambaran terhadap bidang kerja dan perekembangan teknologi di lapangan

Page 33: renstra

238

Pelaksanaan uji kompetensi produktif (UKP)

84% siswa kelas XII lulus uji kompetensi yang diselenggarakan sekolah

Uji kompetensi belum mendapatkan pengakuan secara luas oleh industri karena tidak melibatkan lembaga sertifikasi profesi LSP – TO

Validasi kurikulum Validasi kurikulum dilaksanakan pada awal implementasi kurikulum

Kurikulum yang digunakan tervalidasi oleh industri dan sesuai tuntutan industri

Pengembangan sumber belajar

Tambahan bahan informasi dan buku-buku sebagai sumber belajar bagi guru dan siswa

Buku-buku dari Toyota dan Honda sebagai bahan referensi bagi guru dan siswa dalam pengem-bangan job sheet

Pengembangan unit produksi dan jasa (UPJ)

- -

Kelas khusus industri - -

Recruitment calon karyawan

Telah dilakukan recruitmen calon karyawan setiap tahun dari beberapa perusahaan

40% lulusan terserap oleh industri melalui BKK pada berbagai perusahaan yang telah melakukan recruitmen di sekolah

SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta

Program magang PKL/PSG Semua siswa mengikuti magang pada industri yang telah memiliki kerjasama

Semua siswa mengikuti sebagai prasyarat kelulusan

Program magang bagi guru dan teknisi (on the job training)

Sebagian besar (50%) guru produktif dan teknisi telah mengikuti program magang di industri

Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan dan pengembangan sumber pengajaran

Kuliah umum (studium general)

Dilakukan setahun sekali khususnya saat program orientasi siswa baru

Siswa memperoleh gambaran terhadap bidang kerja dan perekembangan teknologi di lapangan

Pelaksanaan uji kompetensi produktif (UKP)

78% siswa kelas XII lulus uji kompetensi yang diselenggarakan sekolah

Uji kompetensi belum mendapatkan pengakuan secara luas oleh industri karena tidak melibatkan lembaga sertifikasi profesi LSP – TO

Validasi kurikulum Validasi kurikulum dilaksanakan pada awal implementasi kurikulum

Kurikulum yang digunakan tervalidasi oleh industri dan sesuai tuntutan industri

Pengembangan sumber belajar

Tambahan bahan informasi dan buku-buku sebagai sumber belajar bagi guru dan siswa

Buku-buku dari Hino sebagai bahan referensi bagi guru dan siswa dalam pengembangan lembar kerja praktek

Pengembangan unit produksi dan jasa (UPJ)

Berdiri bengkel motor dan cuci mobil

Pendapatan bengkel belum mampu dikembangan lebih lanjut

Kelas khusus industri - -

Recruitment calon karyawan

Telah dilakukan recruitmen calon karyawan setiap tahun dari beberapa perusahaan

60% lulusan terserap oleh industri melalui BKK pada berbagai perusahaan yang telah melakukan

Page 34: renstra

239

recruitmen di sekolah SMK Piri 1 Yogyakarta

Program magang PKL/PSG Semua siswa mengikuti magang pada industri yang telah memiliki kerjasama

Semua siswa mengikuti sebagai prasyarat kelulusan

Program magang bagi guru dan teknisi (on the job training)

Sebagian besar (80%) guru produktif dan teknisi telah mengikuti program magang di industri khususnya di Yamaha

Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan dan pengembangan sumber pengajaran

Kuliah umum (studium general)

Dilakukan setahun sekali khususnya saat program orientasi siswa baru

Siswa memperoleh gambaran terhadap bidang kerja dan perekembangan teknologi di lapangan

Pelaksanaan uji kompetensi produktif (UKP)

76% siswa kelas XII lulus uji kompetensi yang diselenggarakan sekolah Khusus untuk uji kompetensi Yamaha semua siswa (100%) lulus uji kompetensi yang dilakukan oleh Yamaha

Uji kompetensi Yamaha mendapatkan pengakuan dan merupakan bekal bagi siswa dalam memasuki kerja sebagai mekanik Yamaha

Validasi kurikulum Validasi kurikulum dilaksanakan pada awal implementasi kurikulum

Kurikulum yang digunakan tervalidasi oleh industri dan sesuai tuntutan industri

Pengembangan sumber belajar

Tambahan alat peraga dan unit sepeda motor dari Yamaha dilengkapi buku dan sumber informasi lainnya

Bengkel dan laboratorium berkembang dan lengkap khususnya untuk praktek sepeda motor

Pengembangan unit produksi dan jasa (UPJ)

Telah berdiri bengkel Resmi Yamaha

Bengkel berkembang melayani pelanggan baik internal maupun eksternal dan mendapat dukungan penuh dari Yamaha

Kelas khusus industri

Kelas khusus Yamaha telah berlangsung selama 3 tahun berjalan dengan jumlah siswa 36 orang pertahun

70% siswa terserap olehjaringan bengkel resmi Yamaha dan sisanya 10% melanjutkan, 20% berwiraswasta

Recruitment calon karyawan

Telah dilakukan recruitmen calon karyawan setiap tahun dari beberapa perusahaan

50% lulusan terserap oleh industri melalui BKK pada berbagai perusahaan yang telah melakukan recruitmen di sekolah

SMK Perindustrian Yogyakarta

Program magang PKL/PSG Semua siswa mengikuti magang pada industri yang telah memiliki kerjasama

Semua siswa mengikuti sebagai prasyarat kelulusan

Program magang bagi guru Sebagian besar (50%) guru Peningkatan pengetahuan dan

Page 35: renstra

240

dan teknisi (on the job training)

produktif dan teknisi telah mengikuti program magang di industri

ketrampilan dan pengembangan sumber pengajaran

Kuliah umum (studium general)

Dilakukan setahun sekali khususnya saat program orientasi siswa baru

Siswa memperoleh gambaran terhadap bidang kerja dan perekembangan teknologi di lapangan

Pelaksanaan uji kompetensi produktif (UKP)

68% siswa kelas XII lulus uji kompetensi yang diselenggarakan sekolah

Uji kompetensi belum mendapatkan pengakuan secara luas oleh industri karena tidak melibatkan lembaga sertifikasi profesi LSP – TO

Validasi kurikulum Validasi kurikulum dilaksanakan pada awal implementasi kurikulum

Kurikulum yang digunakan tervalidasi oleh industri dan sesuai tuntutan industri

Pengembangan sumber belajar

Tambahan bahan informasi dan buku-buku sebagai sumber belajar bagi guru dan siswa

Buku-buku dari Toyota sebagai bahan referensi bagi guru dan siswa dalam pengembangan lembar kerja praktek

Pengembangan unit produksi dan jasa (UPJ)

- -

Kelas khusus industri - -

Recruitment calon karyawan

Sekolah belum melakukan recruitment khusus dengan industri

40% lulusan terserap oleh industri melalui BKK pada berbagai perusahaan yang telah melakukan recruitmen di sekolah

Dari tabel diatas nampak bahwa sebagian besar sekolah telah

mengimplementasikan program dan kegiatan yang telah direncanakan dalam

kerangka kerjasama kemitraan antara SMK dengan Dudi, namun beberapa capaian

belum dapat dicapai dengan maksimal. Khusus bagi program magang baik bagi siswa

khususnya dan guru telah melaksanakan, karena program ini merupakan prasyarat

bagi kelulusan siswa kelas XII yang dilaksanakan selama 3 – 6 bulan pada saat kelas

XI di berbagai industri dan perusahaan yang tersebar di Kota Yogyakarta maupun

luar kota yang telah memilki kontak khusus maupun siswa mencarinya sendiri.

Sementara program lainnya yaitu program magang bagi guru dan teknisi (on the job

training), kuliah umum (studium general), pelaksanaan uji kompetensi produktif

(UKP), validasi kurikulum, pengembangan sumber belajar, pengembangan unit

Page 36: renstra

241

produksi dan jasa (UPJ), kelas khusus industri, recruitment calon karyawan tingkat

capaiannya cukup beragam.

Program magang bagi guru SMK Piri 1 yang telah memiliki kerjasama

kemitraan cukup intens dengan PT. Yamaha Motor Kencana Indonesia telah

mencapai capaian paling tinggi, hal ini dikarenakan semua guru yang telah

melaksanakan magang dan pelatihan di PT. YMKI, sehingga diharapkan mampu

mendukung program kelas industri sebagai instruktur yang terstandar oleh PT. YMKI.

Kuliah umum (studium general) sebagai kegiatan seminar yang dialkukan

oleh sekolah bekerjasama dengan industridalam menjelaskan perkembangan

teknologi, tuntutan dunia kerja serta lingkungan kerja memberikan dampak yang

cukup besarbagi siswa baru khususnya dalam mengenal lingkungan kerja dan

perkembangan teknologi, kegiatan ini cukup dapat memberikan motivasi kepada

siswa untuk lebih giat dan tekun menggeluti bidang keahlian yang dipelajari di SMK

dengan harapan bahwa setelah lulus mereka dapat masuk ke dunia kerja yang mereka

minati.

Pelaksanaan uji kompetensi produktif (UKP), sebagai bagian penting dalam

penyelenggaraan pendidikan kejuruan merupakan sebuah program yang dirancang

untuk memberikan jaminan penguasaan pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki

siswa setelah mengikuti serangkaian program pendidikan di SMK. Dalam bidang

otomotif pengujian kompetensi keahlian ini mengacu pada standar SKKNI bidang

teknik kendaraan ringan yang telah disusun oleh Lembaga Sertifikasi Profesi –

Teknik Otomotif (LSP-TO) dan Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP). Namun

dalam implementasinya uji sertifikasi ini tidakdapat dilaksanakan sepenuhnya oleh

semua siswa dan sekolah dikarenakan besarnya biaya yang harus ditanggung oleh

Page 37: renstra

242

siswa dan standar kelulusan yang memang sangat tinggi, sehingga dalam

penyelenggaraan ujian kompetensi yang dilaksanakan oleh LSP-TO hanya 10% dari

peserta yang lulus uji ini.

Untuk mensiasatinya, maka sekolah bekerjasama dengan teknisi dan

supervisor dari industri melakukan pengujian kompetensi yang dilakukan oleh

sekolah dengan tetap mengacu pada standar SKKNI khususnya untuk teknik

perawatan kendaraan ringan, sehingga dari semua siswa peserta uji kompetensi dapat

lulus dan mendapatkan sertifikat uji kompetensi yang diterbitkan oleh sekolah. Inilah

yang banyak menjadi perdebatan di kalangan praktisi otomotif, karena sekolah tidak

dapat independen melakukan uji kompetensi, sehingga hampir semua industri belum

dapat menerima sertifikat tersebut.

Validasi kurikulum telah mampu dilakukan oleh semua sekolah meskipun

dengan kadar dan hasil yang berbeda pula. Validasi ini dimaksudkan oleh sekolah

sebagai upaya untuk menjembatani kesenjangan pelaksanaan kurikulum dengan

tuntutan dunia kerja terhadap kompetensi dan proses pendidikan yang berlangsung.

Biasanya sekolah melakukan ini dalam kerangka workshop dengan mengundang

praktisi untuk dapat memberi masukan tentang informasi perkembangan teknologi,

tuntutan kompetensi dunia kerja dan lingkungan kerja yang sangat dinamis, hanya

saja kebanyakan dari sekolah melakukan pengembangan selanjutnya tanpa

melibatkan industri sehingga kadangkala hasil yang telah ditetapkan sebagai

kurikulum yang digunakan SMK belum mampu menjawab kebutuhan industri.

Pengembangan sumber belajar yang ada di SMK belum sepenuhnya mampu

dipenuhi oleh dunia industri, hal ini dikarenakan banyaknya kendala khususnya

birokrasi yang dimiliki oleh industri disamping kemampuan industri dalam

Page 38: renstra

243

mendukung SMK masih terbatas. Kebanyakan industri yang ada di Kota Yogyakarta

merupakan authorized dealer yang masih terikat dengan segala aturan yang berlaku

dan mengikat dari ATPM, main dealer atau pricipal mereka, sehingga sesuatu yang

berhubungan dengan bantuan baik dana maupun material lainnya masih harus

mendapat persetujuan dari ATPM, main dealer atau pricipal di Jakarta atau di negara

asalnya. Sehingga yang mampu diberikan oleh industri mitra kerja SMK masih

sebatas informasi dan buku-buku berupa material training, dan workshop manual.

Berbeda dengan apa yang didapatkan dan dilakukan oleh SMK Piri 1 yang telah

memiliki kerjasama kemitraan dengan PT. Yamaha Motor Kencana Indonesia sebagai

main dealer Yamaha di Indonesia dalam penyelenggaraan kelas khusus Yamaha,

sehingga kebutuhan penyelenggaraan kelas khusus mulai dari training manual,

workshop manual, training model, engine cutting dan sepeda motor Yamaha dengan

berbagai type dan varian dapat diterima sebagai bahan dan materi dalam pelatihan

dan kegiatan pembelajaran di kelas khusus.

Pengembangan unit produksi dan jasa (UPJ) sebagai salah satu upaya sekolah

dalam mengimplementasikan konsep production base learning dan work base

learning di sekolah belum memperlihatkan hasil yang diharapkan baik dari sisi

pelaksanaan maupun pengembangan dan manfaatnya bagi siswa. Beberapa SMK

telah melakukan dan mendirikan UPJ diantaranya SMK Negeri 2 dengan mendirikan

Bengkel AHASS (Honda), namun dalam perkembangan selanjutnnya PT. Astra

International TBk., melalui PT. Astra Honda Motor tidak mampu mengembangkan

lebih lanjut khususnya dalam capaian target pendapatan dan penjualan spare part, hal

ini disebabkan oleh ketidak pastian kewenangan dalam kebijakan baik pendanaan dan

pengembangan program, sehingga UPJ tidak berkembang sebagaimana mestinya dan

Page 39: renstra

244

manfaat bagi siswa maupun sekolah tidak maksimal. Lain halnya dengan SMK Piri 1

yang menyelenggarakan Bengkel Resmi Yamaha yang melayani internal maupun

eksternal customer sertamendapat dukunga penuh baik dari sekolah maupun PT.

Yamaha Motor kencana Indonesia dapat mengembangkan UPJ dengan baik, sehingga

dapat memberi manfaat bagi siswa dalam kegiatan praktek dan manfaat ekonomi bagi

pengembangan sekolah. Sementara bagi SMK lainnya hingga saat ini UPJ yang

dilakukan masih sebatas penyelenggaraan bengkel perawatan dan perbaikan yang

terintegrasi dengan bengkel sekolah, sehingga menyulitkan dalam pengembangannya

seperti yang dilakukan di SMK Negeri 2, SMK Muhammadiyah 3 dan SMK

Perindustrian.

Kelas khusus industri di SMK baru dapat dilaksanakan oleh SMK Piri 1

Yogyakarta berkerjasama dengan PT. Yamaha Motor Kencana Indonesia yang telah

berlangsung selama 3 (tiga) tahun, dimana setiap tahun mampu menampung 36 orang

siswa yang diharapkan semua lulusannya dapat terserap langsung untuk memenuhi

kebutuhan mekanik pada jaringan bengkel Yamaha di seluruh Indonesia yang cukup

tinggi mengikuti pertumbuhan penjualan dan ekspansi pasar Yamaha. Dalam

pelaksanaannya kelas khusus ini sangat diminati oleh semua siswa, sehingga SMK

Piri bersama PT. YMKI harus melakukan seleksi bagi siswa yang akan masuk kelas

khusus ini untuk mendapatkan siswa yang memiliki kemampuan dan pengetahuan

lebih serta minat besar, yang pada akhirnya ketika mengikuti pendidikan dapat

mengikuti dengan baik.

Recruitment calon karyawan sebagaibagian penting dalam membantu

menyalurkan lulusan dilakukan oleh bursa kerja khusus (BKK) yang terdapat di SMK

bekerjasama dengan beberapa perusahaan yang membutuhkan karyawan. SMK

Page 40: renstra

245

Negeri 2, SMK Negeri 3, SMK Muhammadiyah 3 dan SMK Piri 1 telah secara rutin

melakukan kegiatan ini dengan melakukan test di sekolah bagi lulusan dengan

mendatangkan perusahaan yang membutuhkan karyawan. Kegiatan ini ternyata

sangat membantu siswa untuk memperoleh pekerjaan dan perusahaan untuk

memperoleh karyawan yang terbaik karena mereka melakukan test langsung baik test

tulis, wawancara, psikologi maupun test kesehatan di sekolah. Dalam

perkembangannya sekolah berusaha untuk dapat mendatangkan lebih banyak

perusahaan yang dapat melakukan langsung test di sekolah. Kegiatan ini disamping

bermanfaat bagi siswa juga mampu meningkatkan jumlah siswa baru yang mendaftar

ke sekolah ini dengan harapan setelah selesai mereka langsung mendapatkan kerja.

c. Umpan balik yang diberikan oleh mitra kerja (dunia kerja) terhadap hasil evaluasi kerjasama antara SMK dengan dunia kerja

Dalam implementasinya semua SMK di Kota Yogyakarta telah melaksanakan

dan memiliki kerjasama kemitraan dengan berbagai industri baik yang berada di Kota

Yogyakarta, bahkan di luar kota, dengan berbagai kegiatan baik jasa, manufactur,

maupun lainnya. Masing-masing sekolah bahkan melakukan kegiatan-kegiatan

dengan berbagai sebutan dan program unggulan yang dilaksanakan secara

berkesinambungan khususnya dalam mendukung pencapaian tujuan sekolah dalam

mengahasilkan tamatan yang siap masuk dunia kerja. Beberapa kegiatan yang

umumnya dilakukan dalam kerangka kerjasama dengan dunia kerja atau dunia

industri diantaranya adalah :

1) program magang untuk kepentingan pelaksanaan program PKL/PSG (praktek

kerja industri) yang dilakukan oleh siswa dalam kurun waktu tertentu sebagai

upaya untuk memberikan pengalaman kerja bagi siswa dalam lingkungan kerja

Page 41: renstra

246

sesunguhnya, sehingga disamping siswa memperoleh pengalaman kerja lapangan

juga siswa dapat mengembangkan pengetahuan yang telah diperoleh selama

mengikuti proses belajar mengajar di sekolah baik teori dan praktek.

2) Program magang bagi guru dan teknisi (on the job training) sebagai upaya untuk

memberikan pengalaman sekaligus mengembangkan ketrampilan dan kompetensi

bagi guru-guru dalam menguasai pengetahuan dan teknologi yang berkembang

sangat pesat di industri sebagai bekal dalam memberikan pelatihan dan

pengajaran kepada siswa;

3) Kuliah umum (studium general) yang dilakukan oleh industri untuk memberikan

informasi kepada semua komponen sekolah tentang perkembangan teknologi,

lingkungan kerja dan tuntutan kompetensi yang dibutuhkan oleh industri sebagai

antisipasi sekolah dalam menyiapkan lulusannya untuk masuk ke dunia kerja;

4) Pelaksanaan uji kompetensi produktif (UKP) bagi siswa kelas XII baik yang

dilakukan di sekolah maupun di tempat kerja dengan penguji (assessor) dari

industri yang bersangkutan sebagai sebuah upaya pengakuan terhadap

ketrampilan dan pengetahuan yang telah dikuasai siswa selama mengikuti

program pendidikan dan pelatihan di sekolah;

5) Validasi kurikulum yang dilakukan secara bersama antara industri dan sekolah

dalam membahas kurikulum khususnya untuk mata pelajaran produktif dan

adaptif yang akan diselenggarakan oleh sekolah sebagai upaya untuk

menjembatani kesenjangan dan kebutuhan serta perkembangan teknologi.

Kegiatan ini biasanya dilakukan sebagai upaya untuk mengembangkan materi,

silabus dan kurikulum yang akan dikembangkan dan digunakan oleh sekolah

dlam proses belajar mengajar selama tahun ajaran berlangsung;

Page 42: renstra

247

6) Pengembangan sumber belajar bagi siswa dan guru baik dalam bentuk informasi

maupun buku serta peralatan lainnya yang dapat diberikan oleh industri dan

dimanfaatkan oleh sekolah dalam proses belajar mengajar

7) Pengembangan unit produksi dan jasa (UPJ) yang berada di lingkungan sekolah

sebagai upaya implementasi konsep-konsep pengajaran berbasis produksi maupun

konsep pengajaran learning by doing, yang mengintegrasikan kegiatan produksi

dengan kegiatan pembelajaran di sekolah, sehingga disamping siswa memperoleh

pengetahuan dapat langsung memperoleh pengalaman kerja yang sesungguhnya;

8) Kelas khusus yang dimaksudkan untuk memberikan keleluasaan bagi perusahaan

atau dunia industri untuk turut melakukan pengajaran dan pengembangan

ketrampilan sehingga sesuai dengan kebutuhan industri;

9) Recruitment calon karyawan yang dilakukan di sekolah atau ditempat kerja

melalui mediasi bursa kerja khusus (BKK) pada masing-masing sekolah sebagai

upaya sekolah dalam turut memberikan pelayanan bagi lulusan untuk

mendapatkan informasi dan kesempatan kerja

Evaluasi yang dilakukan dalam kerangka kerjasama antara SMK dengan dunia

kerja khususnya indsutri pasangan dilakukan secara bersama-sama dengan maksud

masing-masing pihak dapat menilai capaian dan peran masing-masing dalam

kerjasama, sehingga dapat segera dilakuakan perbaikan dari masing-masing pihak

terhadap keterlibatan dan perannanya sebagai konsekwensi dari sebuah kerjasama.

Dalam pelaksanaan program kerjasama SMK Negeri 2 Yogyakarta seperti

yang disampaikan oleh Kepala Sekolah dan waka bidang kurikulum telah melakukan

evauasi bersama dengan industri pasangan, mereka terlibat dalam rapat akhir program

yang khusus diundang atau sekolah melakukan kunjungan ke tempat mereka,

Page 43: renstra

248

beberapa masukan dari mereka khususnya adalah kemampuan teknis yang perlu

ditingkatkan oleh siswa karena perusahaan berharap siswa SMK diharapkan bisa

membantu pekerjaan yang dilakukan oleh mereka.

Demikian pula halnya yang disampikan oleh Kepala Sekolah SMK Negeri 3

Yogyakarta bahwa evaluasi program kerjasama yang telah dilaksanakan oleh SMK

Negeri 3 bersama dengan industri pasangan biasanya dilakukan pada program

prakerin yang langsung disampaikan pada siswa sementara untuk program sekolah

biasanya sekolah mengundang stakholder terkait pada setiap akhir program dan

melakukan evaluasi bersama. Dari hasil evaluasi yang dilaskanakan 80% telah sesuai

dengan rencana. Pada dasarnya industri pasangan menganggap ini sudah cukup baik

bahkan industri memliki komitmen untuk tetap melaksanakan kerjasama ini lebih

baik, hanya saja mereka juga belum memiliki rencana bersama terhadap kerjasama

yang seharusnya ada. Kalau melihat kedepan seharusnya bisa lebih baik kalau

seandainya SMK merencanakan program secara bersama dan memiliki tujuan yang

sama, di lain pihak tidak ada dukungan dari pemerintah terhadap kerjasama ini

Senada dengan di atas Kepala Sekolah dan Ketua Program Studi Otomotif

SMK Piri 1 mengatakan bahwa evaluasi telah dilakukan secara bersama-sama

khususnya dalam program kerjasama antara SMK Piri 1 dengan industri pasangan

khususnya Yamaha kedua belah pihak melakukan evaluasi bersama terhadap

kegiatan yang telah dilaksanakan, karena industri tidak mau program ini hanya

sebatas program diatas kertas yang tidak dapat berjalan dan tidak memberikan

kontribusi langsung baik bagi industri maupun bagi sekolah.

Demikian juga menurut Manager PT. Yamaha Motor Kencana Indonesia

bahwa dalam pelaksanaan program, perusahaan memberikan materi dan kurikulum

Page 44: renstra

249

training kepada SMK untuk dapat dibakukan sebagai kurikulum SMK sehingga

semua materi yang dibutuhkan telah tercover dalam pelajaran dan pelatihan yang

dilakukan di sekolah, disamping juga sekolah tetap memberikan mata pelajaran

lainnya seperti matematika, bahasa dan lainnya. Dalam proses pembelajaran

keterlibatan industri lebih banyak dilakukan oleh guru-guru yang telah dilatih

sebelumnya sehingga kualifikasi mereka sama dengan instruktur yang dimiliki oleh

Yamaha, sementara aspek dan metode penilaian mereka (guru-guru) lebih menguasai

dari pada industri, dengan system penilaian yang telah dikembangkan selama ini,

khusus penilaian akhir industri (Yamaha) memiliki kepentingan dalam bentuk ujian

kompetensi

4. Efektivitas implementasi program peningkatan mutu SMK di Kota Yogyakarta dalam memenuhi kebutuhan dunia kerja

Dimensi dari efektivitas program peningkatan mutu SMK berbasis kerjasama

kemitraan antara sekolah (SMK) dengan dunia industri yang dijadikan bahan

penelitian yaitu (a) kebermaknaan proses belajar mengajar (PBM); (b) manajemen

sekolah/pengelolaan sekolah; (c) efektivitas budaya sekolah (iklim sekolah yang

kondusif); (d) kepemimpinan kepala sekolah yang kuat; (e) out put sekolah (hasil dan

prestasi); (f) out-come (benefit)

a. Efektifitas kerjasama antara sekolah dengan stakeholder khususnya dengan industri

Efektivitas sekolah adalah suatu ukuran yang menyatakan berapa besar rasio

hasil (target) baik kuantitas maupun kualitas dalam kurun waktu tertentu dicapai

semakin besar rasio yang dicapai, semakin tinggi tingkat efektivitasnya. Efektivitas

sekolah sebagian besar banyak ditentukan oleh penampilan pekerjaan kepala sekolah.

Page 45: renstra

250

Dalam hal ini tujuan yang telah ditetapkan sekolah bisa tercapai oleh unjuk kerja

kepala sekolah atau kinerja kepala sekolah. Dalam mengukur efektifitas dan

kebermaknaan kerjasama antara SMK dan industri dapat diamati dari beberapa aspek

diantaranya adalah

1) Minat siswa baru untuk melanjutkan pada sekolah yang bersangkutan, besarnya

minat siswa untuk melanjutkan menunjukkan besarnya citra dan kepercayaan

masyarakat terhadapsekolah yang bersangkutan terhadap semua aspek

penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan sekolah dengan dukungan dari

semua stakeholder. Beberapa indikator dalam melihat capaian ini adalah

berdasarkan pertumbuhan jumlah siswa diantaranya meliputi (1) Jumlah pendaftar;

(2) Jumlah siswa yang diterima dan; (3) Prosentasi jumlah pendaftar dengan yang

diterima.

Sebagaimana dapat diamati dari data bahwa terdapat peningkatan minat masuk

SMK pada beberapa tahun terakhir sebesar 2,41% meskipun hal ini belum dapat

dikatakan murni sebagai akibat dari kerjasama, namun menurut Kepala Sekolah

dan Ketua Program Studi otomotif SMK Piri 1 sejak diselenggarakannya kelas

khusus Yamaha dan siswa dapat langsung bekerja pada bengkel jaringan Yamaha

atau berwirausaha, besarnya peminat masuk prodi otomotif semakin tinggi,

bahkan menjadi kelas unggulan dan memiliki peminat paling besar.

2) Capaian kelulusan dan rata-rata NUAN yang dapat dicapai, capaian NUAN ini

menunjukkan keberhasilan sekolah dalam pelaksanaan PBM khususnya dalam

memenuhi standar kelulusan sesuai dengan standar nasional yang ditandai dengan

indikator-indikator : (1) Jumlah peserta UAN; (2) Jumlah peserta lulus; (3)

Page 46: renstra

251

Jumlah peserta tidak lulus; (4) Nilai tertinggi; (5) Nilai terendah; (6) Rata-rata

nilai UAN.

Capaian hasil UAN pada beberapa sekolah pada tahun teakhir menunjukkan

peningkatan yang sangat signifikan, bahkan tingkat kelulusan hampir mencapai

100% dengan rata-rata capaian NUAN mencapai 6,42.

3) Sebaran peserta PKL, menunjukkan penerimaan dan serapan siswa yang

bersangkutan dalam program magang di industri pasangan, meskipun masih harus

dikonfrontir kembali kualitas pelaksanaan PKL dan hasil yang dicapai. Beberapa

indikator diantaranya adalah (1) Dalam Kota Yogyakarta; (2) Luar Kota

Yogyakarta; (3) Luar DIY; (4) Luar Negeri. Sebagaimana disampaikan oleh

Kepala Sekolah dan waka kurikulum SMK Negeri 2 Yogyakarta, bahwa rintisan

untuk melakukan pemagangan dan PKL pada beberapa perusahaan telah

dilakukan bahkan hingga ke luar negeri misalnya Malaysia dan Korea khususnya

untuk program studi multi media. Sementara untuk program studi teknik

kendaraan ringan masih sebatas di seputar DIY, Jakarta dan Kalimantan.

4) Tingkat keberhasilan dalam pelaksanaan uji kompetensi, menunjukkan

keberhasilan siswa dalam mengembangkan ketrampilan dan kemampuan teknis

pada bidang studi yang dipelajari selama di sekolah dan di industri

dalampelaksanaan program PKL. Hal ini menunjukkan besarnya pengaruh PKL

dan keterlibatan industri pasangan dalam turutmengembangkan kemampuan siswa.

Beberapa indikator diantaranya meliputi : (1) Jumlah peserta lulus ujian

kompetensi; (2) Penyelenggara ujian kompetensi. Tingkat keberhasilan ujian

kompetensi pada beberapa SMK memang masih perlu ditingkatkan sebagaimana

disampaikan oleh Djojdok Supardihardjo (Manager Service PT. Sumber baru

Page 47: renstra

252

Aneka Motor “Suzuki R-4”) dan Karjono (Kepala Bengkel PT. Armada Mobil

“Isuzu”) bahwa dalam setiap pencapaian ujian kompetensi yang diselenggarakan

oleh LSP-TO capaiannya kurang dari 30%. Sebagian besar tidak mampu

menunjukkan performancenya sehingga tidak lolos uji kompetensi dikarenakan

kurangnya latihan dan minimnya perlengkapan yang dimiliki oleh SMK

5) Daya serap lulusan, menunjukkan capaian yang amat penting dan menjadi tolok

ukur masyarakat terhadap keberhasilan sekolah dalam mengantarkan siswa

memasuki dunia kerja yang diharapakan oleh sebagaian besar masyarakat.

Beberapa indikator dari capaian ini diantaranya adalah meliputi : (1) Sesuai

bidang; (2) Tidak sesuai bidang; (3) Wiraswasta; (4) Melanjutkan; (5) Tidak ada

keterangan (menganggur); (6) Rata-rata lama tunggu.

Besarnya daya serap lulusan secara nyata dapat dijelaskan meningkat setelah

SMK menjalin kerjasama dengan indsutri pasangan khususnya yang terjadi pada

SMK Piri 1, sebagaimana disampaikan Kepala Sekolah dan Ketua Program Studi

Otomotif bahwa sejak diselenggarakannya kelas khsusus Yamaha maka sebagian

besar hampir 70% siswa kelas khusus Yamaha dapat terserap langsung pada

bengkel jaringan Yamaha yang tersebar diseluruh DIY dan Jawa Tengan bahkan

seluruh Indonesia.

6) Selain itu dalam pelaksanaan peningkatan mutu SMK berbasis kemitraan harus

pula memberikan dampak yang signifikan dalam pengembangan sekolah

khususnya dalam pengembangan (1) sumber-sumber belajar, baik untuk

kepentingan proses belajar-mengajar teori maupun praktek di laboratorium dan di

bengkel; (2) pengembangan sarana dan prasarana sekolah; (c) pengembangan

Page 48: renstra

253

budaya sekolah; (d) pengembangan disiplin siswa dan (e) pengembangan karakter

serta nilai sekolah.

Pengembangan sumber belajar nampaknya belum dapat dilaksanakan oleh

sebagian besar SMK dalam kerangka kerjasama, hal ini seperti disampaikan oleh

Manager Service PT. Sumber Baru Aneka Motor “Suzuki R-4” bahwa selama ini

PT. Sumber Baru Aneka Motor hanya mampu dan dapat memberikan kerjasama

dalam bentuk tempat PKL, namun jika dituntut lebih seperti memberikan bantuan

berupa peralatan dan lainnya saya pikir pimpinan perusahaan juga harus berpikir

untuk kesekian kalinya. Karena untuk bantuan lainnya selain perusahaan

tergantung kebijakan pemilik perusahaan dan pimpinan, juga tergantung dar

principal yang ada di Suzuki Indomobil Jakarta, meskipun PT. SBAM sebagai

authorized dealer, harus tuntuk pada aturan dan kebijakan PT. ISI Jakarta sebagai

main dealer Suzuki.

b. Manfaat kerjasama antara sekolah dengan stakeholder khususnya dengan industri dalam pengembangan sekolah

Salah satu problematika pendidikan di Indonesia adalah keterbatasan anggaran

dan sarana pendidikan, sehingga kinerja pendidikan tidak berjalan dengan optimal.

Persoalan pendidikan merupakan kendala pembangunan bidang pendidikan yang

seharusnya menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat.

Bahkan swasta sebagai stake holder pendidikan harus berperan dan berpartisipasi

dalam pengembangan pendidikan.

Oleh karenanya untuk mengembangkan sistim pendidikan yang ideal harus

terjalin sinergi antara lembaga pendidikan dan stake holder melalui jaringan

kerjasama yang saling menguntungkan. Dalam mewujudkan lembaga pendidikan

Page 49: renstra

254

kejuruan yang memiliki daya saing, maka lembaga pendidikan harus menjalin

kerjasama dengan berbagai lembaga atau instansi, baik perusahaan lokal maupun

perusahaan multi nasional, maupun swasta. Upaya ini bertujuan untuk meningkatkan

kualitas penyelenggaraan program pendidikan akademik dan pendidikan profesional.

Terdapat dua manfaat langsung yang diperoleh sekolah lewat kerjasama.

Pertama, melalui kerjasama program-program akademik yang diselenggarakan akan

dapat dimantapkan secara substansial dengan mengembangkan bidang-bidang

pendidikan dan lain sebagainya. Kedua, melalui kerjasama akan diperoleh manfaat

ekonomis akibat pemanfaatan bersama berbagai sumber daya dan fasilitas yang ada.

Setidak-tidaknya penggunaan sumber daya akan lebih efektif daripada bila hanya

dimanfaatkan oleh lembaga masing-masing secara individual. Semua manfaat itu

pada akhirnya akan menunjang upaya yang dilakukan untuk memperbaiki

pengembangan lembaga pendidikan. Sebagaimana disampaikan oleh Kepala Bengkel

PT. Armada Mobil “Isuzu” bahwa :

Hal yang paling dapat dirasakan oleh SMK adalah tersedianya tempat prakerin bagi siswa SMK, tempat uji kompetensi dan kemungkinan penggunaan lulusan oleh pihak perusahaan, sehingga SMK bisa menyalurkan lulusannya bagi perusahaan.Sementara bagi perusahaan manfaat yang bisa dirasakan adalah manfaat secara ekonomis diantaranya perusahaan mendapatkan tambahan tenaga mekanik meskipun belum memiliki skill dan pengetahuan yang memadai, disamping itu khususnya bagi perusahaan dalam pengembangan citra perusahaan pada masyarakat bahwa perusahaan turut peduli dalam ikut mengembangkan pendidikan kejuruan khusunya di Jogjakarta.

Demikian pula halnya yang disampaikan oleh Supervisor (Ka Bengkel) PT.

Astra Motor “Honda” bahwa :

Sebenarnya cukup besar manfaat yang dapat dirasakan khususnya dalam memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang selama ini dirasakan, karena

Page 50: renstra

255

kebutuhan bagi dealer jaringan Honda juga cukup besar, disamping itu terhadap pencitraan perusahaan juga cukup besar bahkan perusahaan mendapatkan apresiasi yang cukup baik dari masyarakat terhadap keberadaan jaringan Honda di sekolah-sekolah sehingga memudahkan pelanggan dalam memenuhi kebutuhan layanan purna jual Honda.

Menurut Kepala Sekolah manfaat yang pasti dari kerjasama antara SMK

Negeri 2 dengan industri adalah :

Beberapa manfaat kerjasama bagi kami adalah tempat prakerin, tempat uji kompetensi bagi siswa dan penggunaan lulusan, karena banyak diantara mereka bahkan melakukan ijon terhadap siswa, dimana industri sudah melakukan recruitmen kepada siswa SMK Negeri 2, sehingga mereka yang belum lulus sudah mendapatkan tempat untuk bekerja. Banyak diantara siswa SMK Negeri 2 setelah lulus langsung bekerja khususnya untuk jurusan TI dan otomotif, namun sekolahpun tetap menekankan kepada mereka untuk menyelesaikan studi dan lulus UN. Selain itu industri juga memberi pelatihan untuk guru dan teknisi juga siswa SMK baik yang diselenggarakan di sekolah maupun yang diselenggarakan oleh perusahaan dalam bentuk magang.

Sementara menurut Kepala Sekolah SMK Negeri 3 Yogyakarta tentang

manfaat kerjasama dijelaskan bahwa :

Manfaat khusus kerjasama antara SMK Negeri 3 dengan industri adalah dalam pengembangan kurikulum diklat yang diselenggarakan, pengembangan sarana dan prasarana sekolah, tempat uji kompetensi, recruitmen lulusan, pengembangan sumber belajar, tempat prakerin dan sponsorship kegiatan sekolah. Memang SMK Negeri 3 tidak bisa mengharapkan industri selalu terlibat secara utuh dalam pencapaian SNP, karena keterbatasan pemahaman mereka dalam SNP itu sendiri misalkan dalam pencapaian standar isi biasanya kami libatkan dalam perencanaan dan sinkronisasi kurikulum, standar proses industri tidak terlibat dalam proses pembelajaran hanya dalam pelaksanaan prakerin, standar kompetensi lulusan mereka biasanya memeberi masukan tentang kompetensi yang diharapkan dan dituntut oleh dunia kerja, standar pendidik dan tenaga kependidikan keterlibatannya adalah dalam pengembangan ketrampilan dan kompetensi guru serta teknisi dengan memberikan tempat magang dan pelatihan bagi guru dan teknisi, standar sarana dan prasarana mereka tidak terlibat, karena memang sangat sedikit dan hamper tidak ada dalam pengembangan sarpras, standar pengelolaan juga tidak terlibat dalam program pengelolaan diklat, standar pembiayaan apalagi hanya dalam bentuk sponsorship ketika kita mengadakan kegiatan, dalam penilaian mereka terlibat khususnya dalam penilaian prakerin dan uji kompetensi siswa kami yang telah melaksanakan prakerin di tempat mereka.

Page 51: renstra

256

Menurut Waka Bidang Humas dan Hubin SMK Muhammadiyah 3

Yogyakarta tentang manfaat kerjasama bagi sekolah adalah :

Tentunya adalah pengembangan kurikulum diklat yang sesuai dengan industri, penggunaan lulusan, tempat uji kompetensi, tempat prakerin dan rencana ke depan adalah manfaat ekonomis yang diwujudkan dalam bentuk teaching factory perakitan sepeda motor Kanzen. Disamping itu bagi sekolah tentunya ini juga merupakan bentuk promosi secara tidak langsung, karena masyarakat melihat sekolah telah banyak melakukan kerjasama dan lulusannya mudah diserap oleh industri, sehingga membuat daya tarik masyarakat untuk sekolah menjadi lebih tinggi. Bagi industri selama ini mendapatkan manfaat khususnya dalam promosi produk dan pengembangan program CSR yang mereka miliki, disamping itu dalam prakerin industri memperoleh tenaga trampil secara cuma-cuma disamping itu juga dapat memilih calon tenaga kerja sesuai harapan dan target dalam pengembangan perusahaan.

c. Peningkatkan kinerjanya SMK melalui kerjasama dengan stakeholder khususnya dengan industri

Kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang atau organisasi secara

keseluruhan selama periode tertentu di dalam melaksanakan tugas atau bisnis

dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau

sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati

bersama. Kinerja mempunyai hubungan erat dengan produktivitas karena merupakan

indikator dalam menentukan usaha untuk mencapai tingkat produktivitas organisasi

yang tinggi.

Dalam dunia pendidikan ada dua hal pokok yang perlu ditekankan untuk

dikemukakan yaitu, bagaimana hasil pendidikan dan siapa pemakai pendidikan

tersebut. Hasil pendidikan merupakan nilai tambah bagi peserta didik itu sendiri,

yang dapat berguna bagi dirinya sendiri, masyarakat dan pemakai lulusan (pasar

tenaga kerja). Deskripsi kinerja pendidikan berdasarkan pendekatan ekonomi dengan

penekanan pada relevansi keluaran pendidikan dengan dunia kerja ditampilkan

Page 52: renstra

257

melalui istilah-istilah siap kerja dan siap pakai akan berbeda dengan deskripsi yang

memakai pendekatan intrinsic dan instrumental pendidikan.

Kebijakan bidang pendidikan tentang Standar Pendidikan Nasional yang

akhirnya menghasilkan sekolah-sekolah SSN dan SBI merupakan salah satu

terobosan inovasi pendidikan dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan agar

sekolah mampu menghasilkan SDM yang berkualitas. Khususnya bagi SMK

diharapkan dapat memberikan bekal yang relevan bagi lulusannya, baik untuk

berkerja sesuai dengan bidang pekerjaan yang dipelajari atau melanjutkan ke jenjang

pendidikan yang lebih tinggi.

Uraian di atas mengisyaratkan bahwa untuk meningkatkan kualitas pendidikan,

perlu digunakan tolok ukur atau benchmarking tertentu. Tolok ukur secara nasional

telah dirumuskan di dalam undang-undang pendidikan nasional, yang dikenal

sebagai Standard Nasional Pendidikan (SNP). Sandar Nasional Pendidikan (SNP)

sebagai tolok ukur penyelenggaraan pendidikan, terdiri atas 8 komponen utama yaitu

standar: kompetensi lulusan, isi, proses, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana

dan prasarana, pembiayaan, pengelolaan, dan penilaian. Kedelapan komponen SNP

tersebut, tentunya setiap sekolah telah ada, hanya kadar kualitasnya yang sangat

bervariasi atau belum memenuhi kualitas yang diharapkan. Kekurangan-kekurangan

pada kedelapan komponen tersebut, akan menyebabkan menurunnya kualitas proses

pendidikan, yang pada akhirnya berdampak pada lemahnya output proses pendidikan.

Dalam kerangka kerjasama kemitraan antara SMK dengan stakeholder diharapkan

mampu meningkatkan capaian terhadap ke-delapan SMP yang pada akhirnya dapat

meningkatkan kinerja sekolah secara umum. Menurut Kepala Sekolah SMK Negeri 3

dijelaskan bahwa :

Memang SMK tidak bisa mengharapkan industri selalu terlibat secara utuh dalam pencapaian SNP, karena keterbatasan pemahaman mereka dalam SNP

Page 53: renstra

258

itu sendiiri misakan dalam pencapaian standar isi biasanya kami libatkan dalam perencanaan dan sinkronisasi kurikulum, standar proses industri tidak terlibat dalam proses pembelajaran hanya dalam pelaksanaan prakerin, standar kompetensi lulusan mereka biasanya memeberi masukan tentang kompetensi yang diharapkan dan dituntut oleh dunia kerja, standar pendidik dan tenaga kependidikan keterlibatannya adalah dalam pengembangan ketrampilan dan kompetensi guru serta teknisi dengan memberikan tempat magang dan pelatihan bagi guru dan teknisi, standar sarana dan prasarana mereka tidak terlibat, karena memang sangat sedikit dan hampir tidak ada dalam pengembangan sarpras, standar pengelolaan juga tidak terlibat dalam program pengelolaan diklat, standar pembiayaan apalagi hanya dalam bentuk sponsorship ketika kita mengadakan kegiatan, dalam penilaian mereka terlibat khususnya dalam penilaian prakerin dan uji kompetensi siswa kami yang telah melaksanakan prakerin di tempat mereka.

Terkait dengan capaian SNP SMK Muhammadiyah 3 dalam kerjasama

dengan industri menurut Waka Humas dan Hubin dijelaskan bahwa

Sudah cukup banyak hal yang dapat diperoleh dari kerjasama antara sekolah dengan industri, misalkan dalam pengembangan standar isi industri terlibat dalam perencanaan dan sinkronisasi kurikulum diklat, standar proses biasanya sesekali sekolah mengundang pihak industri untuk menjadi nara sumber bagi siswa dan guru serta teknisi, standar kompetensi lulusan biasanya industri memberi masukan tuntutan kompetensi di dunia kerja, standar pendidik dan tenaga kependidikan industri terlibat aktif dalam pengembangan SDM sekolah khususnya guru dan teknisi dalam bentuk magang dan pelatihan yang dilaksanakan pada saat liburan sekolah, standar sarana dan prasarana industri membantu dalam pengadaan media dan sumber belajar dibengkel, standar pengelolaan belum mampu melibatkan industri, karena sekolah memperoleh pembinaan secara langsung dari DPM, standar pembiayaan biasanya cukup kecil yang diperoleh dari industri biasanya hanya bantuan jika sekolah melakukan kegiatan siswa atau sekolah, dalam standar penilaian industri terlibat khususnya dalam penilaian prakerin dan uji kompetensi.

B. Pembahasan

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) memiliki peran yang cukup strategis

dalam turut mengembangkan industri nasional. Pada awal millenium ketiga ini dunia

pendidikan Indonesia khususnya pendidkan kejuruan, dihadapkan pada tantangan

global, dimana penyelenggaraan pendidikan kejuruan saat ini memasuki fase penting,

Page 54: renstra

259

yaitu fase lulusan pendidikan kejuruan akan dipertaruhkan kesiapannya dalam

percaturan dan persaingan tenaga kerja di wilayah regional Asia, baik dalam konteks

Asean Free Trade Association (AFTA) maupun Asean Free Labor Association

(AFLA). Sehingga lembaga pendidikan kejuruan khususnya SMK harus melakukan

penataan dan pembenahan, baik penataan dalam pola rekrutmen, pengembangan

program pendidikan dan pelatihan atau kurikulum, inovasi proses pendidikan dan

pelatihan, pengembangan evaluasi dan sertifikasi.

Isu penting saat ini adalah seberapa besar penyelenggaraan pendidikan

kejuruan (SMK) relevan dengan kebutuhan masyarakat, terutama kebutuhan dunia

usaha maupun industri. Fakta di lapangan mengindikasikan keadaan bahwa

penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan kejuruan berjalan dengan programnya

sendiri, di sisi lain dunia kerja/industri dan asosiasi profesi sering mengeluh bahwa

kualitas lulusan SMK belum memenuhi tuntutan keahlian (kompetensi) yang

diharapkan. Gejala “mismatch” seperti ini pada akhirnya melahirkan lulusan

“underqualified”.

Beberapa permasalahan utama yang menyebabkan rendahnya daya serap

SMK terhadap dunia kerja adalah (1) terdapatnya ketidak sesuaian antara harapan

kompetensi dunia kerja dengan apa yang mampu dihasilkan oleh dunia pendidikan

khususnya pendidikan kejuruan, sehingga banyak lulusan SMK tidak mampu

memenuhi kualifikasi yang diharapkan oleh dunia kerja; (2) kelemahan pengelolaan

pendidikan yang menyebabkan rendahnya kualitas proses pendidikan yang bermuara

pada rendahnya kualitas lulusan; (3) rendahnya akses SMK terhadap dunia kerja

sehingga sekolah kurang mampu menyesuaikan terhadap perkembangan teknologi

dan budaya kerja di dunia kerja.

Page 55: renstra

260

Hasil penelitian Endang Mulyatiningsih (2011:141) ditemukan terdapat

kesenjangan kompetensi antara mahasiswa dan industri khususnya pada kompetensi

manajerial, kepemimpinan, bisnis dan administrasi. Selaini itu dari penelitian yang

dilakukannya didapatkan bahwa mahasiswa hanya baru menguasai kompetensi

teoritis dari ilmunya. Sedangkan karyawan di industri lebih menguasai pengalaman

lapangan seperti kompetensi sosial, sikap kerja, dan kepribadian yang justru

dibutuhkan oleh industri dalam mendukung proses kerja. Dari hasil penelitian

tersebut mengindikasikan perlunya pendekatan lebih jauh khususnya dalam

mengembangkan kompetensi yang dibutuhkan industri.

Selain permasalahan tersebut, persaingan dalam dunia kerja semakin ketat

karena pengguna jasa tenaga kerja (user) menginginkan pekerjanya selain memiliki

kemampuan kognitif (nilai prestasi akademis) juga memiliki soft skill yang

dibutuhkan, seperti motivasi yang tinggi, kemampuan beradaptasi dengan perubahan,

kompetensi interpersonal, dan orientasi nilai yang menunjukkan kinerja yang efektif.

Hasil penelitian NACE (national association of colleges and employers)

menunjukkan bahwa pada tahun 2005 pada umumnya pengguna tenaga kerja

membutuhkan keahlian kerja berupa soft skills 82% dan hard skills 18% (Eny Endah

Pujiastuti dkk. 2012 : 67). Dengan semakin meningkatnya jumlah lulusan suatu

lembaga pendidikan yang tidak berbanding lurus dengan jumlah peluang kerja yang

tersedia, menyebabkan banyak yang tidak dapat terserap oleh dunia kerja sehingga

meningkatkan jumlah penangguran. Oleh karenanya perlu diupayakan perubahan pola

paradigma lulusan SMK sebagai job seeker menjadi job creator untuk bekerja

mandiri dan mempekerjakan orang lain sebagai wirausahawan.

Komponen dalam sistem pendidikan yaitu input berupa siswa dan proses

pendidikan dalam hal ini proses belajar mengajar di sekolah pada akhirnya akan

Page 56: renstra

261

bermuara pada komponen hasil (output) pendidikan yang dapat berupa hasil belajar

siswa. Dalam hal ini dapat berupa sikap, pengetahuan dan keterampilan yang diproleh

siswa setelah selesai mengikuti program-program pendidikan. Jika diakitkan dengan

cost (biaya) pendidikan, keseluruhan komponen tersebut tidak bisa lepas dari biaya

terlebih pada sekolah kejuruan dengan segala kebutuhan investasi khususnya dalam

memenuhi kebutuhan praktek. Para pakar human capital mengasosiasikan human

capital dengan pendidikan, dimana konsep human capital sebagai sumber daya

manusia menekankan pentingnya kualitas disamping kuantitas output lembaga

pendidikan. Untuk mencapai kualitas (mutu) pendidikan yang tinggi sangat

tergantung dari kualitas proses pendidikan itu sendiri berlangsung. Oleh karena itu

proses pendidikan yang baik sangat dipengaruhi oleh keterdukungan dana yang

memadai.

Namun, jika hasil dari pendidikan kejuruan seperti di atas yang tidak mampu

menghasilkan lulusan seperti yang diharapkan, maka yang terjadi adalah sebuah

pemborosan. Pemborosan merupakan kerugian (lost) karena cost akan melibatkan

output. Segala sesuatu yang bersifat pemborosan akan merusak efisiensi. Sedangkan

cost (biaya) mengacu kepada efisiensi dan efektivitas. Pembiayaan pendidikan

(educational finance) mencakup tiga aspek, yaitu: revenue (sumber dana);

expenditure yang merupakan alokasi penggunaan dana yang diperoleh serta

pertanggung jawaban (acuntability) atas penggunaan dana tersebut.

Elchanan Cohn (1979) berpendapat bahwa pendidikan diharapkan dapat

memacu peningkatan produksi dengan cara peningkatan produktivitas dan

pendapatan individu. Sementara menurut Gary S. Becker pendidikan dan pelatihan

merupakan investasi yang paling penting dalam human capital, karena pendidikan

mempunyai peranan yang penting dalam peningkatan sumber daya manusia. Lebih

Page 57: renstra

262

lanjut Gary S. Becker menyampaikan bahwa tenaga kerja dianggap sebagai “pemilik

kapital”, yang tercermin dalam keterampilan, pengetahuan dan produktivitas kerjanya.

Pendidikan mempengaruhi secara penuh pertumbuhan ekonmi bangsa. Hal ini bukan

saja karena pendidikan akan berpengaruh terhadap produktivitas, tetapi juga

berpengaruh terhadap fertilitas masyarakat. Pendidikan menjadikan sumber daya

manusia lebih cepat mengerti dan siap dalam menghadapi perubahan-perubahan

dalam kehidupan. Pada umumnya pendidikan diakui sebagai investasi sumber daya

manusia. Pendidikan memberikan sumbangan yang besar terhadap perkembangan

kehidupan sosial ekonomi melalaui peningkatan pengetahuan, keterampilan,

kecakapan, sikap serta produktivitas.

Efektivitas dan efisiensi merupakan indikator dari produktivitas, efektivitas

mengacu kepada pencapaian target secara kuantitas dan kualitas suatu sasaran

program, makin besar persentase target suatu program yang tercapai makin tinggi

tingkat efektivitasnya. Efektivitas berkaitan dengan kualitas, sedangkan efisiensi

merupakan refleksi hubungan antara output dan input yang bersifat kuantitas.

Efisiensi berkaitan dengan besarnya input untuk mengahsilkan output dan besarnya

tingkat pemborosan. Efektivitas merupakan refleksi kemampuan untuk

mempengaruhi terjadinya suatu produk. Keefektifan menunjukkan besarnya pengaruh

terhadap suatu proses produksi.

Oleh karenanya dibutuhkan sebuah upaya khususnya dalam memanfaatkan

dan meningkatkan efisiensi, hal ini disebabkan pembiayaan merupakan salah satu

sumber daya yang secara langsung menunjang efektifitas dan efisiensi pengelolaan

pendidikan. Khususnya dalam pengelolaan pendidikan yang bermutu pada dasarnya

menyangkut efektivitas dan efisiensi biaya. Salah satu upaya untuk meningkatkan

efisiensi dan efektivitas pendidikan yang dalam menghasilkan pendidikan yang

Page 58: renstra

263

bermutu adalah dengan memanfaatkan segala sumberdaya yang dimiliki dan

melakukan power sharing dengan stake holder dalam kerangka kerjasama dengan

dunia industri.

Bagi sekolah kejuruan (SMK) kerjasama merupakan sebuah keharusan

dalam mewujudkan lembaga pendidikan kejuruan yang memiliki daya saing, upaya

ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan program pendidikan

akademik dan pendidikan profesional. Hasil konkrit dari kerjasama kemitraan

tersebut diharapkan dapat memberikan manfaat terutama dalam mendukung

pelaksanaan program pendidikan akademik dan profesional (Tracey Allen, 2007;

Marilyn J. Amey, 2007). Hal yang paling mendasar dari kerjasama ini adalah

partisipasi seluruh elemen masyarakat termasuk stakeholder pendidikan. Partisipasi

mengisyaratkan adanya kerjasama dalam mengaktualisasikan diri dengan

merealisasikan segenap kemampuannya (Basuki Wibawa, 2005).

Sejak digulirkannya konsep link and match pada era 1993 -1998 hingga saat

ini belum sepenuhnya dapat diimplementasikan, karena kurang direspon oleh dunia

pendidikan dan dunia usaha. Sehingga pada akhirnya dunia usaha merasa tidak

memerlukan dunia pendidikan, demikian juga dengan dunia pendidikan tidak

mungkin menawarkan diri pada dunia usaha. Implementasi link and match pada

hakikatnya bertujuan untuk meningkatkan relevansi pendidikan dengan kebutuhan

lapangan kerja. Hal ini sebagai usaha untuk mencari titik temu antara dunia

pendidikan sebagai produsen dan dunia kerja/industri sebagai konsumen.

Kerjasama sebagai suatu bagian penting dalam sebuah lembaga pendidikan

khususnya SMK dalam mencapai tujuan dengan mengoptimalkan seluruh potensi

sekolah dengan semua pemangku kepentingan (stakeholder) dalam upaya

menumbuh-kembangkan dan meningkatkan kemampuan pemanfaatan sumber daya

Page 59: renstra

264

serta penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kerjasama kemitraan antara

sekolah kejuruan dengan dunia industri dalam pengembangan kualitas dan relevansi

pendidikan merupakan suatu paradigma yang memperlihatkan hubungan antara

beberapa konsep penting, tujuan dan proses dalam tindakan pengorganisasian

masyarakat yang difokuskan pada upaya peningkatan kualitas dan relevansi

pendidikan terhadap kebutuhan dunia industri.

Harapan dari upaya ini adalah sekolah mampu mengikuti perkembangan

teknologi dan iklim usaha di dunia kerja. Sehingga dengan kemampuan dan

keterbatasan yang ada sekolah dapat menyusun suatu strategi yang tepat untuk

memenuhi kemauan semua pihak. Dengan demikian daya serap lulusan menjadi lebih

besar dan daya tampung sekolah menjadi lebih maksimal.Pengembangan profesi pada

sekolah menengah kejuruan menjadi lebih besar artinya manakala sekolah

mengharapkan outputnya dapat memasuki pasar kerja. Profesionalitas kerja dapat

dibentuk dan dilakukan sejak calon tenaga kerja berada pada dunia pendidikan,

dengan memberikan iklim yang kondusif pada peserta pendidikan untuk dapat lebih

mengenal kondisi dan atmosfir industri dalam setiap proses pendidikan. Oleh

karenanya selain program pengajaran baik klasikal maupun praktikum yang telah

dilaksanakan, maka pengalaman lapangan berupa kerja magang dan praktek lapangan

perlu mendapat porsi yang cukup besar. Selain pengenalan iklim kerja pada siswa,

informasi dari ikatan profesi perlu dikembangkan oleh sekolah untuk mendapat

gambaran yang jelas tentang kompetensi dan sikap yang dibutuhkan oleh dunia kerja.

Selain potensi fisik dan material potensi lain perlu dikembangkan oleh

sekolah menengah kejuruan dalam mencapai tujuan. Pengembangan tersebut adalah

suatu upaya optimalisasi segala sumber-sumber yang dimiliki oleh sekolah.

Pengembangan tersebut diharapkan dapat mendukung setiap upaya sekolah dalam

Page 60: renstra

265

mencapai sasaran yang telah ditentukan. Pemanfaatan fasilitas tersebut meliputi

pemanfaatan fasilitas fisik, investasi alat, siswa dan manajemen, terutama dalam

pengembangan profesionalitas yang dapat dilakukan manakala sekolah bekerjasama

dengan industri atau dunia usaha. Yang pada gilirannya investasi sekolah menengah

kejuruan akan semakin berkurang, sementara manfaat lain yang dapat diperoleh oleh

dunia usaha adalah tenaga kerja yang mampu memberikan sumbangan. Pengelolaan

dan penguatan jaringan merupakan suatu hal yang sangat penting artinya dalam

pendekatan ini terutama dalam distribusi pemanfaatan sumber daya yang ada.

Berdasarkan temuan-temuan di atas dapat ditarik benang merah bahwa SMK

belum dapat mengoptimalkan networking (jejaring kerjasama) yang sudah terjalin

dengan perusahaan/industri. Jejaring kerjasama yang sudah dibangun belum secara

maksimal dimanfaatkan untuk mengembangkan sekolah, dan juga belum

mengoptimalkan semua potensi yang dimiliki oleh sekolah.

Konsep utama dalam pengembangan jejaring kerjasama adalah kemitraan,

relevansi pendidikan, nilai dan kepercayaan yang dianut, pengetahuan, partisipasi,

kapasitas dan kepemimpinan yang didasarkan pada pelaksanaan prinsip-prinsip

kepercayaan dan manfaat bersama. Hal ini memberikan pengertian perlunya upaya

kolaborasi dalam mengkombinasikan potensi masing-masing yang dibutuhkan untuk

mengembangkan strategi peningkatan kualitas dan relevansi pendidikan.

Sebagai suatu sistem, pendidikan terdiri dari tiga komponen, yaitu:

komponen input, komponen proses dan komponen output. Sedangkan yang

bertanggung jawab terhadap pembiayaan pendidikan, juga menyangkut tiga

komponen yakni: pemerintah, masyarakat dan orang tua siswa.

Masukan pendidikan dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok, yaitu: (1)

masukan instrumental, yang terdiri dari Program (GBPP), Bahan dan sumber belajar,

Page 61: renstra

266

metode dan media belajar, fasilitas belajar, guru atau pendidik dan manajemen sistem

instruksional; (2) masukan mentah, yaitu siswa dengan segala potensi dan

kemampuan dasar yang dimilikinya, misalnya: kemampuan belajar, prestasi yang

telah dimiliki, sikap, minat dan motivasi, kebiasaan, kepribadian dan kematangan; (3)

masukan lingkungan, yang terdiri dari: alam (waktu dan tempat) sosial ekonomi

keluarga, sosial budaya masyarakat dan lain-lain.

Komponen yang kedua dalam sistem pendidikan adalah proses pendidikan

itu sendiri. Proses pendidikan ini menyangkut bagaimana kegiatan pendidikan itu

diolah atau dikemas, yang dalam prakteknya dilaksanakan melalui kegiatan

manajemen dan kegiatan belajar mengajar atau yang biasa disebut dengan proses

pembelajaran (PBM). Melalui fungsi manajemen pendidikan itu diolah melalui

minimal dalam empat tahap yaitu tahap perencanaan pendidikan, pengorganisasian

pendidikan, pengarahan pendidikan dan pengawasan pendidikan (Hasibuan,1996:19).

Keempat fungsi tersebut sering disederhanakan menjadi tiga saja, yaitu perencanaan,

pelaksanaan dan pengawasan. Sedangkan dalam proses pembelajaran, kegiatan

pendidikan itu menyangkut tugas-tugas guru dalam proses pembelajaran, yang terdiri

dari merencanakan pengajaran, melaksanakan pengajaran dan mengevaluasi kegiatan

belajar mengajar (Suryosubroto, 1997:26).

Pelaksanaan produktivitas sekolah akan berjalan dengan baik dan lancar

apabila didukung oleh: (1) kebermaknaan proses belajar mengajar meliputi: (a)

merencanakan PBM, (b) melaksanakan PBM (prestasi), dan (c) evaluasi PBM; (2)

manajemen sekolah meliputi: (a) Renstra dan rencana pengembangan strategis, (b)

pengorganisasian pelaksanaan progam keuangan dan sarana prasarana, (c)

pengawasan program kegiatan; (3) efektivitas budaya sekolah. (iklim sekolah yang

kondusif) meliputi: (a) kondisi sekolah mendukung untuk PBM, (b) memberi

Page 62: renstra

267

penghargaan bagi siswa yang berprestasi, dan (c) semua siswa mentaati tata tertib

aturan sekolah; (4) kepemimpinan kepala sekolah yang kuat meliputi: (a) bisa

dihubungi dengan mudah, (b) bersikap responsif kepada guru , staf , dan TU, (c)

melaksnakan kepemimpinan yang terfokus pada pembelajaran, dan (d) rasio antara

guru/siswa sesuai dengan rasional; (5) out put sekolah (hasil prestasi ) yang meliputi:

(a) standar kelulusan yang direncanakan sekolah, (b) prestasi akademik yang telah

dicapai tahun terakhir, (c) prestasi non-akademis tahun terakhir, dan (d) kelulusan

siswa tahun terakhir; serta (6) out come (benefit) meliputi: (a) melanjutkan studi, (b)

serapan lapangan kerja (karyawan, swasta, mandiri), dan (c) pengagguran / penunggu

kerja (Sukandar, 2007-265-266)

Tantangan yang berkaitan dengan efisiensi adalah bagaimana mewujudkan

manajemen pendidikan yang memberdayakan peran serta masyarakat secara

demokratis dan efisien (Basuki Wibawa, 2005:44). Dalam praktiknya tidak sedikit

permasalahan yang dihadapi kepala sekolah ketika melaksanakan tugas. Sehubungan

dengan hal tersebut, kepala sekolah berperan untuk membantu produktivitas sekolah

dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi sekolah yang dipimpinnya, baik itu

permasalahan yang berkaitan langsung dengan tugas ataupun permasalahan pribadi

yang dapat menganggu aktivitas pelaksanaan tugas. Kerelaan kepala sekolah untuk

menyediakan waktu sebagai konsultan dalam memecahkan masalah diharapkan dapat

memperbaiki proses supervisi.

Sehingga pada pendidikan kejuruan dibutuhkan kepemimpinan yang kuat

yang mampu memadukan semua sumber daya yang dimiliki dan memberdayakannya

untuk kepentingan proses pendidikan dalam mencapai tujuan yang diharapkan.

Kepemimpinan kepala sekolah merupakan ujung tombak dan kemudi bagi jalannya

lembaga pendidikan. Jika suatu lembaga pendidikan tanpa ada pemimpin yang adaptif

Page 63: renstra

268

dan kreatif, maka kurang optimal dalam pelaksanaannya atau kemunduran suatu

lembaga pendidikan. Pemimpin dalam lembaga pendidikan harus dapat membujuk

pengikutnya atau para guru untuk mencapai tujuan bersama. Hal ini sependapat

dengan James Mac Gregor Burns (1979:19) yang mengatakan ”I define leadership as

leaders inducing followers to act for certain goals that represent the values and the

motivations the wants and the needs, the aspirations and the expectations- of both

leaders and followers.” yang artinya. Kepemimpinan adalah pemimpin mengajak dan

mefasilitasi pengikut untuk mencapai tujuan bersama. Tujuan ini merefleksikan nilai-

nilai, motivasi, keinginan, kebutuhan, aspirasi yang diharapkan oleh pemimpin dan

pengikut. Didukung oleh Wirawan (2002:47) bahwa kepemimpinan dapat

menciptakan visi dan misi organisasi atau lembaga pendidikan, mempengaruhi sikap,

perilaku, pendapat, nilai-nilai, norma dan sebagainya dari pengikut untuk

merealisasikan visi organisasi.

1. Kebijakan program peningkatan mutu SMK berbasis kemitraan di Kota Yogyakarta yang telah dibuat untuk memenuhi kebutuhan pasar kerja

Salah satu faktor keberhasilan pembangunan pendidikan yang diharapkan,

adalah kualitas outcome, output dengan melalui proses terukur. Kualitas pendidikan

dapat dimaknai secara luas, bisa dalam arti kuantitatif dan kualitatif, seperti perolehan

pengetahuan, sikap, dan keterampilan hasil belajar. Selain itu dapat dimaknai

perilaku sebagai gambaran hasil pendidikan secara normatif (kejujuran, taat hukum,

taat etika, dan menghargai budaya), mampu beradaptasi dengan lingkungan sebagai

warga negara yang produktif. Paradigma baru manajemen pendidikan menekankan

pentingnya otonomi lembaga pendidikan yang berlandaskan pada akuntabilitas,

evaluasi, dan akreditasi yang bermuara pada tujuan akhir peningkatan mutu

pendidikan secara berkelanjutan (Basuki Wibawa, 2005:217).

Page 64: renstra

269

Dalam penyelenggaraan pendidikan secara formal, lembaga persekolahan

memiliki, peranan yang utama. Peranan ini diberikan dalam bentuk layanan

pembelajaran. Dalam penyelenggaraannya banyak kendala dan permasalahan yang

ditemui, kendala dan permasalahan itu pada umumnya muncul ketika sekolah

ditempatkan sebagai bagian dari panjangnya birokrasi yang ada. Seperti kita ketahui

bahwa selama ini sentralisasi menempatkan sekolah sebagai bagian dari birokrasi

yang panjang, ketika tuntutan secara kelembagaan untuk dapat mengambil keputusan

dan kebijakan yang cepat dihadapkan kepada kendala birokrasi.

Dengan menempatkan sekolah sebagai institusi yang mampu mengambil dan

menetapkan kebijakan secara otonom, memberikan kesempatan kepada sekolah untuk

memberikan layanan yang sempurna, baik dan strategis. Dapat dipastikan bahwa

perubahan kebijakan dalam pelaksanaanya bukan persoalan yang sederhana.

Perubahan kebijakan memerlukan kesiapan berbagai sumber dan kemampuan

pengelolaan.

Untuk memperbaiki mutu pendidikan secara berkelanjutan, maka diperlukan

suatu sistem manajemen mutu yang telah diakui secara internasional. Mutu lulusan

Pendidikan sangat erat kaitannya dengan proses pelaksanaan pembelajaran yang

dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain kurikulum, tenaga pendidik, proses

pembelajaran, sarana dan prasarana, alat bantu dan bahan, manajemen sekolah,

lingkungan sekolah dan lapangan latihan kerja siswa. Selain itu yang tidak kalah

pentingnya adalah perubahan manajemen dan budaya manajemen.

SMK merupakan salah satu lembaga pendidikan menengah yang memiliki

peran sangat besar dan efektif untuk menyiapkan sumber daya manusia. Hal ini yang

memacu Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) untuk mengeluarkan kebijakan

Page 65: renstra

270

yang sangat penting kaitannya dengan peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia,

dalam rangka peningkatan akuntabilitas dan pencitraan publik internasional, di

jajaran Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) telah diterapkan kebijakan

untuk meraih sertifikat ISO 9001:2001. Dalam tiga tahun kedepan ditargetkan agar 70%

unit kerja pusat maupun di daerah dapat meraih sertifikat ISO 9001:2001.

Pada lembaga pendidikan sepertihalnya SMK sebagian besar telah

mengimplementasikan sistem manajemen mutu ISO 9001 yang merupakan salah satu

standar mutu di bidang manajemen yang banyak diterapkan di bidang industri dan

jasa, termasuk pendidikan. ISO 9001:2000 merupakan standar mutu manajemen

pelayanan. Dalam Renstra Depdiknas telah diamanatkan bahwa dalam kurun waktu

2004-2009, setiap unit kerja di lingkungan Depdiknas memiliki standar mutu

manajemen pelayanan.

Pada dasarnya sistem manajemen mutu (SMM) ISO 9001:2000 bertujuan

meningkatkan kepuasan pelangggan (stakeholder) melalui penerapan sistemnya

secara efektif, termasuk proses perbaikan berlanjut dari sistemnya dan kepastian

kesesuaiannya pada persyaratan pelanggan dan peraturan yang berlaku. Kemampuan

untuk memenuhi persyaratan-persyaratan pelanggan yang telah ditetapkan baik secara

langsung ataupun tidak langsung berdasarkan karakteristik yang dimiliki oleh suatu

produk didefinisikan sebagai mutu. Penjaminan mutu pendidikan pada SMK adalah

proses penetapan dan pemenuhan standar mutu pengelolaan pendidikan secara

konsisten dan berkelanjutan, sehingga stakeholders (siswa, orang tua, dunia kerja,

pemerintah, guru, tenaga penunjang, serta pihak lain yang berkepentingan)

memperoleh kepuasan. Dalam pencapaian mutu pendidikan pada SMK, sekolah dapat

bekerja sama dengan seluruh stakeholder sekolah baik itu (siswa, orang tua, dunia

Page 66: renstra

271

kerja, pemerintah, guru, tenaga penunjang, serta pihak lain yang berkepentingan

untuk mewujudkan mutu yang dapat diberikan kepada semua pelanggan.

Sebagaimana hasil penelitian yang dilakukan pada SMK kelompok teknologi

di Kota Yogyakarta yang sebagian besar telah memiliki akses hubungan dengan

perusahaan/industri, namun belum sepenuhnya melibatkan dunia industri atau mitra

pasangan dalam penyusunan program peningkatan mutu sekolah, yang diwujudkan

dalam Rencana Induk Pengembangan Sekolah (RIPS) yang menjadi skenario

pengembangan sekolah dalam rangka perubahan perilaku organisasi sekolah menuju

masa depan yang lebih baik sejalan dengan perubahan lingkungan secara cepat,

kompleks dan dinamis.

Manajemen peningkatan mutu adalah model manajemen yang memberikan

otonomi lebih besar kepada lembaga pendidikan, memberikan fleksibilitas/

keluwesan-keluwesan kepada lembaga pendidikan, dan mendorong partisipasi secara

langsung warga sekolah (guru, siswa, kepala sekolah, karyawan) dan masyarakat

(orang tua siswa, tokoh masyarakat, ilmuwan, pengusaha, industri, dunia usaha)

untuk meningkatkan mutu lembaga pendidikan berdasarkan kebijakan pendidikan

nasional serta peraturan-peraturan perundangan yang berlaku. Ada dua unsur utama

dalam SMM sebagai partisipan dan pelaku utama dalam upaya lembaga pendidikan

meningkatkan mutu, warga lembaga pendidikan memperoleh kesempatan yang luas

dan luwes untuk mengembangkan berbagai program sekolah yang disesuaikan

dengan kebutuhan siswa dan potensi yang dimiliki, sedangkan masyarakat

memperoleh kesempatan untuk berpartisipasi sesuai dengan aturan-aturan yang

disepakati bersama antara warga sekolah dan masyarakat.

Page 67: renstra

272

SMM merupakan bagian dari manajemen berbasis lembaga pendidikan, jika

SMM bertujuan meningkatkan semua kinerja lembaga pendidikan (efektivitas,

kualitas/mutu, efisiensi, inovasi, relevansi, dan pemerataan serta akses pendidikan),

maka SMM lebih difokuskan pada peningkatan mutu. SMM = otonomi lembaga

pendidikan + fasilitas + partisipasi untuk mencapai sasaran mutu lembaga pendidikan.

Otonomi mengandung pengertian; kewenangan/kemandirian yaitu kemandirian dalam

mengatur dan mengurus dirinya sendiri, dan merdeka/tidak bergantung. Fleksibilitas

adalah keluwesan-keluwesan yang diberikan kepada sekolah untuk mengelola,

memanfaatkan dan memberdayakan sumber daya sekolah seoptimal mungkin untuk

meningkatkan mutu. Peningkatan partisipasi adalah penciptaan lingkungan yang

terbuka dan demokratik, dimana warga sekolah (guru, siswa, karyawan) dan

masyarakat (orang tua siswa, tokoh masyarakat, ilmuwan, usahawan, dunia industri,

dunia kerja) didorong untuk terlibat secara langsung dalam penyelenggaraan

pendidikan mulai dari pengambilan keputusan, pelaksanaan dan evaluasi pendidikan

yang diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan.

Peningkatan mutu lembaga pendidikan melalui penerapan model SMM

dalam pengelolaanya bukan hanya sekedar sesuatu yang dicobakan karena kebetulan,

akan tetapi ada sejumlah alasan rasional yang memungkinkan model tersebut

diterapkan di sekolah-sekolah di Indonesia, alasan-alasan tersebut dapat diperinci

sebagai berikut ;

� Dengan pemberian otonomi yang lebih besar kepada sekolah, maka sekolah akan

lebih inisiatif/kreatif dalam meningkatkan mutu;

� Dengan pemberian fleksibilitas/keluwesan-keluwesan yang lebih besar kepada

sekolah untuk mengelola sumberdaya, maka sekolah akan lebih luwes dan lincah

Page 68: renstra

273

dalam mengadakan dan memanfaatkan sumber daya sekolah secara optimal untuk

meningkatkan mutu;

� Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman bagi

dirinya sehingga dia dapat mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya untuk

memajukan sekolahnya;

� Sekolah lebih mengetahui kebutuhan dirinya, khusunya input pendidikan yang

akan dikembangkan dan didayagunakan dalam proses pendidikan sesuai dengan

tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik;

� Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sekolah lebih cocok untuk

memenuhi kebutuhan sekolah itu sendiri karena pihak sekolah-lah yang paling

tahu apa yang terbaik bagi dirinya;

� Penggunaan sumber daya pendidikan lebih efisien dan efektif bilamana dikontrol

oleh masyarakat setempat;

� Keterlibatan semua warga sekolah dan masyarakat dalam pengambilan keputusan

sekolah menciptakan transfaransi dan demokrasi yang sehat;

� Sekolah dapat bertanggungjawab tentang mutu pendidikan masing-masing kepada

pemerintah, orang tua peserta didik, dan masyarakat pada umumnya, sehingga dia

akan berupaya semaksimal mungkin untuk melaksanakan dan mencapai sasaran

mutu pendidikan yang telah direncanakan;

� Sekolah dapat melakukan persaingan yang sehat dengan sekolah-sekolah lain

untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui upaya-upaya inovatif dengan

dukungan orang tua peserta didik, masyarakat, dan pemerintah daerah setempat,

dan ;

Page 69: renstra

274

� Sekolah dapat secara cepat merespon aspirasi masyarakat dan lingkungan yang

berubah dengan cepat.

SMM bertujuan untuk mendirikan atau memberdayakan lembaga pendidikan

melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepala lembaga pendidikan, pemberian

fleksibilitas yang lebih besar kepada lembaga pendidikan untuk mengelola sumber

daya lembaga pendidikan dan mendorong partisipasi warga lembaga pendidikan dan

masyarakat untuk meningkatkan mutu pendidikan. Hal lainnya yang termasuk dalam

tujuan SMM adalah:

� Meningkatkan mutu pendidikan melalui peningkatan kemandirian, fleksibilitas,

partisipasi, keterbukaan, kerjasama, akuntabilitas, sustainabilitas, dan inisiatif

sekolah dalam mengelola, memanfaatkan, dan memberdayakan sumber daya yang

tersedia;

� Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam penyelenggaraan

pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama.

� Meningkatkan tanggungjawab sekolah kepada orang tua, masyarakat, dan

pemerintah tentang mutu sekolahnya; dan,

� Meningkatkan kompetisi yang sehat antar sekolah tentang mutu pendidikan yang

akan dicapai.

Manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah memiliki sejumlah

karakteristik dalam implementasinya di lembaga pendidikan, yaitu sebagai berikut:

output yang diharapkan: output berupa prestasi akademik (academic achievement),

output berupa prestasi non-akademik (non-academic achievement)

Oleh karenanya perlu suatu upaya dari lembaga pendidikan dan dunia usaha

untuk dapat bersama-sama mengembangkan pendidikan, agar tujuan dunia usaha dan

Page 70: renstra

275

lembaga pendidikan dapat tercapai dan selaras. Harapan tersebut dapat diwujudkan

bila sekolah tidak hanya mau, namun juga mempunyai kemampuan untuk

mengembangkan diri. Oleh karena itu, salah satu syarat yang telah dipenuhi untuk

SMK adalah memiliki sertifikat ISO 9001-2008, meskipun pada beberapa SMK

masih belum mengimplementasikan sistem manajemen mutu ini. Hal ini berarti SMK

telah menguasai sistem pengelolaan kualitas atau Total Quality Management. Dalam

rangka meningkatkan mutu pendidikan di sekolah khususnya SMK, Kepala Sekolah

sebagai manajer telah berupaya untuk menerapkan pendekatan Manajemen Mutu

Terpadu (MMT) yang diterjemahkan dari Total Quality Management (TQM). Kepala

sekolah sebagai manajer telah memahami pentingnya MMT lingkungan sekolahnya.

Dalam penyelenggaraan pendidikan kejuruan khususnya, salah satu isu yang

selalu muncul adalah rendahnya mutu pendidikan yang ditandai dengan rendahnya

capaian nilai UAN, rendahnya daya serap lulusan baik pada dunia kerja maupun

melanjutkan ke perguruan tinggi atau jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Gejala

tentang rendahnya mutu pendidikan kejuruan dewasa ini semakin dirasakan manakala

pihak dunia kerja tidak dapat memperoleh calon tenaga kerja yang sesuai dengan

kompetensi yang diharapkan. Dalam hal ini, terdapat beberapa pandangan dalam

melihat masalah mutu pendidikan yang muncul. Pertama, mutu pendidikan dapat

ditinjau dari prestasi belajar siswa yang mengukur pengetahuan kognitif yang dapat

diwujudkan dalam pencapaian nilai UAN. Dalam pandangan ini, mutu pendidikan

ditentukan berdasarkan capaian siswa dalam mengikuti ujian akhir nasional,

disamping itu ditentukan pula oleh struktur dasar keilmuan yang ketat. Pembakuan

secara terpusat dilakukan mulai dari kurikulum, pokok bahasan, metode pengajaran,

pengadaan sarana dan prasarana, sampai dengan evaluasi belajar.

Page 71: renstra

276

Selanjutnya mutu pendidikan dapat dilihat dari prosesnya. Pandangan ini

menganggap kurikulum tidak perlu terstruktur ketat, yang penting adalah siswa dapat

secara aktif belajar, dan lulusannya dapat terserap oleh dunia kerja. Adapun

pandangan selanjutnya melihat mutu pendidikan dari masukannya seperti guru, alat-

alat pelajaran, buku pelajaran, perpustakaan dan prasarana pendidikan. Pandangan

keempat melihat mutu pendidikan dari efektivitas dan efisiensi pengelolaan satuan

pendidikan. Terakhir, mutu pendidikan dilihat dari relevansinya dengan dunia kerja.

Sorotan terhadap mutu pendidikan memang sangat logis. Sorotan terhadap

relevansi pendidikan sebagai cerminan dari mutu pendidikan yang rendah setidaknya

disebabkan oleh dua alasan. Pertama, praktik pendidikan yang dirasakan selama ini

terlalu teoretis dan kurang sinergis. Menurut Sasongko (2002), pendidikan kurang

membumi dalam praktik kehidupan nyata. Pendidikan tidak mampu

mengakomodasikan kebutuhan masyarakat (aspek sosiologis), falsafah bangsa (aspek

filosofis), hakekat anak didik (aspek psikologis), dan hakekat pengetahuan (aspek

bidang ilmu) secara sinergis.

Oleh karenanya pendidikan kejuruan harus dapat melihat capaian mutu

pendidikan dengan lebih tajam, khususnya terhadap target dan sasaran pendidikan

kejuruan yaitu relevansinya dengan dunia kerja. Dalam kerangka kerjasama

kemitraan antara sekolah dengan dunia kerja, implementasi kebijakan sekolah

kejuruan telah berupaya melibatkan semua stakeholder dalam peningkatan mutu

pendidikan sejak tahap perencanaan, implementasi maupun dalam evaluasi dan

tindaklanjutnya. Beberapa kegiatan yang melibatkan industri dalam perencanaan

biasanya dilakukan sekolah dalam bentuk rapat dan workshop penyusunan dan

validasi kurikulum, pelaksanaan PKL/PSG bagi siswa kelas XI, pelatihan dan

Page 72: renstra

277

magang bagi guru dan teknisi, uji kompetensi bagi siswa kelas XII, pengembangan

unit produksi dan jasa yang diselenggarakan di sekolah, dan pengembangan kelas

khusus industri.

Kerangka kebijakan tingkat mikro yang tertuang dalam rencana induk

pengembangan sekolah (RIPS) merupakan implementasi dari visi dan misi untuk

mencapai tujuan sekolah dalam rangka mewujudkan sekolah kejuruan ”Menjadi

lembaga pendidikan pelatihan kejuruan bertaraf internasional dan berwawasan

lingkungan yang menghasilkan tamatan profesional, mampu berwira usaha, beriman

dan bertaqwa” untuk mencapai visi tersebut dijabarkan dalam misi : (1)

Melaksanakan sistem manajemen mutu (SMM); (2) Meningkatkan kualitas tenaga

pendidik dan kependidikan yang memenuhi kualifikasi dan kompetensi; (3)

Meningkatkan fasilitas dan lingkungan belajar yang nyaman dan memenuhi standar

kualitas dan kuantitas; (4) Mengembangkan kurikulum, metodologi pembelajaran dan

sistem penilaian berbasis kompetensi; (5) Menyelenggarakan pembelajaran sistem

CBT (competency base training) dan PBE (production base education) dengan

pendekatan ICT; (6) Membangun kemitraan dengan lembaga yang relevan baik

dalam maupun luar negeri; (7) Meneyelenggarakan kegiatan ekstrakurikuler agar

peerta didik mampu mengembangkan kecakapan hidup (life skill) dan berakhlak

mulia.

Dalam penyusunan program pengembangan mutu sekolah (SMK) belum

mampu melibatkan stakeholder khususnya dunia industri sebagai mitra mitra, padahal

menurut David J. Hunger and Wheelen L. Thomas (1993) bahwa suatu visi agar

menjadi realistik, dapat dipercaya, meyakinkan, serta mengandung daya tarik maka

dalam proses pembuatannya perlu melibatkan semua stakeholders. Kendala yang

Page 73: renstra

278

dihadapi oelh SMK dalam melibatkan stakeholder disebabkan oleh karena

komunikasi aktif antara SMK dengan dunia industri – dunia usaha belum terjadi

dengan baik sebagaimana hasil penelitian Sri Rahayu (2008), sehingga pihak SMK

perlu mengkomunikasikan program yang dimiliki kepada pihakindustri dengan baik.

Selain keterlibatan berbagai pihak, visi perlu secara intensif

dikomunikasikan kepada semua anggota organisasi sehingga merasa sebagai pemilik

visi tersebut. Selama ini keterlibatan stakeholder khususnya dunia industri dalam

penyusunan rencana strategis adalah hanya dalam kapasitas memberi masukan

kepada sekolah khususnya dalam tuntutan kompetensi keahlian yang dibutuhkan di

industri, sehingga sekolah harus melakukan pengembangan pada bidang-bidang yang

sesuai dengan kebutuhan dan tantangan di industri. Namun terlebih dari itu sekolah

harus mampu memperhatikan kepentingan masyarakat, pelanggan maupun

stakeholder. Oleh karena itu penyusunan renstra dan program pengembangan mutu

SMK harus jelas menyatakan kepedulian sekolah terhadap kepentingan pelanggan

(expressed in customer driven term).

Hal ini disebabkan oleh karena renstra dan program pengembangan mutu

sekolah akan memberi arahan jangka panjang sehingga memberikan stabilitas

manajemen dan kepemimpinan organisasi. Penyusunan dan perumusan renstra harus

selalu melibatkan seluruh anggota organisasi, sehingga proses pengembangan sekolah

sangat ditentukan oleh aspirasi dan persepsi pelanggan maupun input dari para

stokeholder.

Besarnya keterlibatan masyarakat dan stakeholder dalam program

pengembangan mutu sekolah sebenarnya telah memperoleh keran yang cukup besar,

yang menempatkan stakeholder dan masyarakat sebagai bagian dalam proses

Page 74: renstra

279

pendidikan yang berlangsung. Melalui keterlibatan ini diharapkan bahwa para

stakeholder pendidikan mengambil peran yang maksimal, sehingga sekolah mampu

memberikan yang terbaik bagi customer-nya.

Kerjasama sekolah dengan masyarakat khususnya dengan dunia industri

adalah semua bentuk kegiatan bersama yang langsung atau tidak langsung bermanfaat

bagi kedua belah pihak. Dengan demikian, semua bentuk dukungan masyarakat

termasuk dukungan orang tua siswa adalah wujud kerjasama. Demikian juga semua

kegiatan di sekolah, termasuk proses belajar mengajar yang ditujukan untuk

kepentingan masyarakat, adalah wujud kerjasama yang perlu ditingkatkan.

Unsur-unsur di dalam masyarakat yang dapat diajak bekerja sama adalah:

orang tua siswa, warga dan lembaga masyarakat sekitar sekolah, tokoh masyarakat,

lembaga agama, organisasi kemasyarakatan, pemerintah setempat, petugas keamanan

dan ketertiban, sesama sekolah, serta kalangan pengusaha, pedagang dan industri.

Begitu banyak dan luas unsur masyarakat yang mungkin dapat membantu eksistensi

serta pengembangan sekolah, namun tidak semua dapat memberikan sumbangan

secara nyata kepada sekolah, itu sebabnya pengelola SMK perlu berupaya dengan

sungguh-sungguh dan sistematis agar kerjasama dengan masyarakat dapat

diwujudkan dan dikembangkan.

2. Implementasi program peningkatan mutu SMK berbasis kemitraan di Kota Yogyakarta dalam memenuhi kebutuhan dunia kerja

Implementasi kebijakan program peningkatan mutu SMK merupakan sebuah

proses menjalankan, menyelenggarakan, atau mengupayakan agar alternatif-alternatif

yang telah diputuskan oleh sekolah dapat dilaksanakna sehingga dapat dicapai tujuan

yang dikehendaki bersama. Dalam proses perumusan kebijakan program peningkatan

Page 75: renstra

280

mutu pendidikan khususnya di SMK masih dilihat adanya keabstrakan autau

kebijakan, artinya implementasi kebijakan itu merupakan proses membuat yang

tadinya bersifat abstrak menjadi lebih nyata dan aktual dalam pelaksanaannya.

Dalam implementasi program peningkatan mutu berbasis kemitraan, semua

SMK di Kota Yogyakarta telah melaksanakan dan memiliki kerjasama kemitraan

dengan berbagai industri baik yang berada di Kota Yogyakarta, bahkan di luar kota,

dengan berbagai kegiatan baik jasa, manufactur, maupun lainnya. Masing-masing

sekolah bahkan melakukan kegiatan-kegiatan dengan berbagai sebutan dan program

unggulan yang dilaksanakan secara berkesinambungan khususnya dalam mendukung

pencapaian tujuan sekolah dalam mengahasilkan tamatan yang siap masuk dunia

kerja.

Sebagai sebuah upaya dalam mengembangkan sekolah secara terus-menerus,

pada umumnya sekolah telah membentuk team pengembang yang terdiri dari unsur

guru dan sebagian melibatkan pihak eksternal stakeholder dalam team yang memiliki

tugas dan wewenang dalam memberi masukan bagi kepala sekolah terhadap segala

upaya dan kegiatan untuk pengembangan sekolah. Salah satu tugas fungsi pokok

team pengembang adalah melakukan penjajagan terhadap industri pasangan dalam

melakukan kerjasama pengembangan sekolah yang dikordinasikan oleh wakil kepala

sekolah bidang humas atau hubin atau bahkan kordinator team pengembang yang

ditunjuk oleh sekolah.

Semua tugas dan kegiatan yang berhubungan dengan aktivitas program

peningkatan mutu tersebut dilaksanakan oleh team pengembang (development team)

sebagai salah satu aspek strategis dari kerjasama kemitraan, yang secara cerdas

diharapkan mampu membangun masa depan sekolah khususnya SMK yang lebih baik

Page 76: renstra

281

melalui sharing (problem, information, experience and solution), sehingga dapat

mengembangkan kemampuannya yang lebih besar melalui dinamika internal,

menganalisis tugas-tugas keseharian, yang diwujudkan dengan keampuan

memperbaharui diri (self renewal capacity), tampil kompetitif dalam suasana

organisasi sekolah yang sehat di tengah perubaan lingkungan secara cepat, kompleks

dan dinamis.

Dalam menjalankan tugasnya team pengembang telah diberi mandat dan

wewenang oleh sekolah dalam menyusun rencana kerjasama dengan pihak luar

khususnya dengan pihak industri dengan melakukan komunikasi secara intensif dan

memanfaatkan berbagai macam saluran baik formal maupun informal. Dengan

kompetensi dan jaringan yang dimiliki oleh team pengembang telah menghasilkan

beberapa kerjasama antara pihak sekolah dengan pihak industri dalam

mengembangkan sekolah diantaranya adalah pengembangan unit bisnis di sekolah,

kelas industri dan yang lebih banyak merupakan penyaluran tamatan serta

penempatan siswa untuk kegiatan magang dan PSG. Untuk mendukung pelaksanaan

program kerjanya team pengembang perlu melakukan beberapa hal khususnya dalam

melakukan inventarisir data base kebutuhan industri dan masyarakat, kekuatan dan

sumber daya sekolah, serta jaringan yang dimiliki dan yang dapat dikembangkan,

disamping memperbaiki kinerja dan tata kelola kelembagaan untuk mencapai tujuan

program yang telah diamanatkan oleh sekolah kepadanya.

Oleh kareanya team pengembang selalu diharapkan dapat melebarkan sayap

baik peran maupun fungsinya dan mengupayakan kerjasama sinergis antara dunia

industri dengan sekolah dalam kerangka kerjasama yang saling menguntungkan dan

saling mengikat antara satu dengan lainnya. Peran industri akan terlihat dalam

Page 77: renstra

282

pengembangan sekolah manakala industri telah mengetahui profil dan kompetensi

sekolah melalui beberapa upaya yang dilakukan oleh team pengembang baik melalui

kunjungan, seminar, undangan atau acara non formal lainnya.

Efektivitas peran guru dalam wadah team pengembang sekolah sangat

bergantung kepada kreativitas dari team tersebut dalam melahirkan dan menjalankan

bentuk-bentuk dukungannya terhadap program-program sekolah. Makna kreativitas

dalam team pengembang sekolah melekat pada orang-orang yang mengisi organisasi

termaksud, proses-proses kegiatan yang dijalankan oleh team, dan terakhir adalah

produk-produk yang dapat dihasilkan oleh team. Team Pengembang sekolah perlu

diisi oleh orang-orang yang kreatif, mau bekerjasama dan berkorban demi

kepentingan sekolah, sehingga kegiatan-kegiatan yang dijalankannya benar-benar

mengarah pada bantuan pelaksanaan kegiatan program sekolah, dan sekolah dapat

melahirkan keluaran-keluaran yang mencerminkan upaya dan kerja keras.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengidentifikasi potensi

masyarakat antara lain: (1) obyektif, (2) jujur, (3) menggunakan tolok ukur

kepentingan sekolah, (4) dilaksanakan secara sistematis, serta (5) dianalisis secermat

mungkin. Obyektif berarti apa adanya, tidak ditambah-tambah juga tidak dikurangi.

Jujur berarti tidak ada niat atau pretensi mendapatkan keuntungan pribadi dan tidak

meremehkan potensi yang sesungguhnya cukup besar. Menggunakan tolok ukur

kepentingan sekolah, artinya melihat potensi itu dari sudut pandang kebutuhan

sekolah saat ini maupun yang akan datang. Dilakukan secara sistematis, artinya

direncanakan lebih dahulu, dilaksanakan sesuai rencana, dan hasilnya didokumen-

tasikan sebaik-baiknya.

Page 78: renstra

283

Sebagaimana yang disampaikan Sewel (1977) dalam Basuki Wibawa (2005)

bahwa strategi untuk meningkatkan partisipasi stake holder dapat dilakukan dengan

berbagaimacam cara diantaranya : (1) membuat rancangan kebijakan; (2)

menginformasikan dan mendisiminasi rancangan kebijakan tersebut kepada

stakeholder yang akan terlibat; (3) mengumpulkan tanggapan stake holder terhadap

isi rancangan; (4) memadukan pendapat stake holder dengan rancangan kebijakan

yang telah dibuat; (5) membuat kebijakan baru yang sesuai dengan harapan stake

holder. Proses tersebut perlu dilaksanakan agar semua stake holder dapat melibatkan

diri dan memberikan kontribusi yang pada akhirnya memiliki tanggungjawab

terhadap kebijakan yang telah disusun. Karena pada dasarnya terdapat dua macam

keterlibatan stake holder yaitu partisipasi bebas (spontan akibat ketertarikan terhadap

informasi yang diperoleh) dan partisipasi paksaan sebagai konsekwensi dari hukum,

kondisi sosial ekonomi dan kultur masyarakat setempat.

Oleh karenanya pemerintah sebagai regulator memiliki peran yang cukup

penting dalam memfasilitasi kesenjangan ini sehingga dapat mendorong dunia usaha

untuk bersinergi dengan dunia pendidikan dalam bentuk kerjasama yang saling

menguntungkan antara dunia pendidikan dan dunia usaha dalam mengembangkan

sumber daya manusia yang kompeten dan sesuai dengan kebutuhan industri.

Selain itu dalam pengembangan tata kerja dan tata kelola team pengembang

perlu mengembangkan saluran komunikasi yang mampu digunakan sebagai sebuah

wadah dalam melakukan proses pekerjaaannya dalam mengolah setiap data dan

masukan berupa informasi, kebijakan, keputusan, perintah, kritik, saran, tuntutan,

invitasi dan lain sebagainya dari semua stakeholder sekolah baik pemerintah (dinas

pendidikan), dunia industri dan dunia usaha, sekolah sejenis atau universitas, dan

Page 79: renstra

284

masyarakat pada umumnya. Semua data tersebut kemudian diolah oleh team

pengembang dalam sebuah wadah dan system yang dapat dikembangkan bersama

sehingga dapat menghasilkan sebuah advise yang berfungsi sebagai masukan dan

rujukan bagi pimpinan dalam hal ini kepala sekolah sebagai sebuah kebijakan sekolah

dalam pengembangan kelembagaan sekolah secara umum, pengembangan kurikulum

dan proses belajar mengajar di sekolah dan pengembangan kerjasama kemitraan

selanjutnya yang pada akhirnya diharapkan dapat berdampak terhadap akuntabilitas

sekolah, pengembangan lulusan yang berkualitas.

Dalam pelaksanaan program, sekolah memiliki mitra strategis dalam

melaksanakan dan mengembangkan program kegiatan dalam upaya pencapaian

tujuan pendidikan yang dilaksanakan sekolah. Dalam melaksanakan perannya team

pengembang mendapatkan dukungan aktif internal stakholder sekolah baik kepala

sekolah, guru, karyawan maupun siswa dalam program pengembangan kerjasama

industri, semakin besar perhatian sekolah terhadap pengembangan maka semakin

besar pula peran aktif dari semua komponen yang pada akhirnya akan memberikan

dampak yang sangat signifikan terhadap pengembangan sekolah dan capaian siswa.

Disamping itu dibutuhkan apresiasi masyarakat terhadap kerjasama ini agar berjalan

positif yang pada gilirannya akan meningkatkan citra kedua belah pihak khususnya

dalam memberikan sumbangan yang sangat berarti terhadap pengembangan sekolah

dan masyarakat.

Selain internal stakeholder, eksternal stakeholder yaitu dewan pendidikan,

dinas pendidikan dan khususnya dunia industri memiliki peran yang sangat strategis

dan signifikan dalam menunjang keberhasilan program dan tujuan sekolah. Peran

aktif dunia industri dalam mendukung program sekolah ditunjukan dalam bentuk

Page 80: renstra

285

kerjasama antara sekolah dengan dunia industri. Selain dengan pihak industri, sekolah

tentunya memiliki akses pula terhadap sekolah sejenis, dan perguruan tinggi dalam

mengembangkan program sekolah. Salah satu unsur penunjang sekolah selain industri

stakeholder yang aktif dalam pengembangan sekolah adalah ikatan alumni, namun

besarnya peran serta alumni rata-rata masih cukup rendah terhadap pengembangan

sekolah, hal ini disebabkan karena sekolah belum memanfaatkan alumni secara

maksimal dalam pengembangan sekolah, bahkan sekolah belum memiliki strategi dan

kegiatan yang berhubungan dengan pengembangan dan penelusuran alumni.

Agar team pengembang dapat mengembangkan peran dan tugasnya dengan

baik, maka sebaiknya struktur team pengembang tidak secara langsung berada atau

dibawah Wakil Kepala Sekolah Bidang Humas, namun langsung bertanggungjawab

kepada Kepala Sekolah, artinya bahwa lembaga ini merupakan lembaga independen

yang memiliki keleluasaan gerak dan langkah yang lebih jauh namun tetap

bertanggungjawab penuh terhadap sekolah. Agar mampu mengembangkan dengan

baik, maka team harus terdiri dari guru bidang studi atau ketua program, dewan

pendidikan Kabupaten/Kota, tenaga ahli dari dunia industri atau dunia kerja dan

anggota dari lembaga atau asosiasi profesi yang diharapkan mampu memberikan

masukan dan menganalisis setiap isu yang berkembang sesuai dengan keahliannya,

agar keluaran dan produk yang dihasilkan oleh team pengembang dapat merupakan

hasil kerja dan pemikiran bersama yang dapat memberi masukan (advice) kepada

Kepala Sekolah dalam membuat kebijakan dalam pengembangan sekolah selanjutnya.

Untuk mengelola kerjasama yang sinergis atau networking tersebut, sekolah

dan team pengembang (development team) dapat memanfaatkan perkembangan

information and communication technology (ICT). Penggunaan ICT di sekolah

khususnya untuk SMK banyak manfaat yang akan diperoleh, baik dalam kaitannya

Page 81: renstra

286

dengan proses pembelajaran, dan khususnya memungkinkan meningkatnya

kemampuan sekolah untuk merespon perkembangan IPTEKs dan khususnya

kebutuhan kemampuan di lapangan kerja yang relevan dengan pendidikan yang

diselenggarakan. Dengan penerapan ICT, dapat menjalin kerjasama dengan SMK lain

yang lebih maju hingga diperoleh data atau informasi untuk mengatasi kelemahan

yang ada. Di samping itu, juga dapat dilakukan kerjasama dengan industri yang

relevan, baik di dalam ataupun di luar negeri.

Seperti yang telah diketahui bersama, bahwa pemerintah dan sekolah selalu

berusaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan kejuruan. Meskipun sampai

dengan saat ini, usaha tersebut relatif belum membuahkan hasil seperti yang

diharapkan. Salah satu kendala yang dihadapi adalah sangat bervariasinya kondisi

lingkungan sekolah, yang tentunya menyebabkan perlakuan yang berbeda untuk

mencapai sasaran yang dinginkan. Sementara penyelenggaraan pendidikan juga tidak

mungkin disetirilkan dari pengaruh lingkungannya, dan bila itupun dilakukan berarti

bertentangan dengan hakekat diselenggarakannya pendidikan. Oleh karena itu, karena

pendidikan sifatnya memberikan jasa layanan terhadap stakeholdernya, maka akan

lebih baik bila stakeholder pendidikan tersebut diberdayakan untuk meningkatkan

kualitas pendidikan.

Konsep pendekatan kerjasama tersebut sejalan dengan pendekatan

pengelolaan yang berbasis sekolah, dalam rangka peningkatan mutu pendidikan. Di

samping itu, perlu difahami bahwa dalam rangkaian kebijakan pendidikan sekolah

sebagai institusi paling depan dalam kegiatan pendidikan, yang akan menentukan

berhasil atau tidaknya kebijakan tersebut. Oleh karena itu, sekolah perlu diberikan

kewenangan mengelola pendidikan secara mandiri. Pendekatan ini, kemudian dikenal

dengan manajemen peningkatan mutu pendidikan berbasis sekolah (School Based

Page 82: renstra

287

Quality Management) atau dalam nuansa yang lebih bersifat pembangunan

(developmental) disebut School Based Quality Improvement.

Konsep manajemen berbasis sekolah (MBS) menawarkan kerjasama yang

erat antara sekolah, masyarakat dan pemerintah dengan tanggung jawabnya masing -

masing. Konsep MBS, berkembang didasarkan kepada suatu keinginan pemberian

kemandirian kepada sekolah, untuk secara aktif dan dinamis dalam rangka proses

peningkatan kualitas pendidikan, melalui pengelolaan sumber daya sekolah yang ada.

Sekolah harus mampu menterjemahkan dan menangkap esensi kebijakan makro

pendidikan serta memahami kondisi lingkungannya (kelebihan dan kekurangannya)

untuk kemudian melalui proses perencanaan, sekolah harus memformulasi-kannya ke

dalam kebijakan mikro dalam bentuk program-program prioritas yang harus

dilaksanakan dan dievaluasi oleh sekolah yang bersangkutan sesuai dengan visi dan

misinya masing-masing. Sekolah harus menentukan target mutu untuk tahun

berikutnya. Dengan demikian sekolah secara mandiri tetapi masih dalam kerangka

acuan kebijakan nasional dan ditunjang dengan penyediaan input yang memadai,

memiliki tanggung jawab terhadap pengembangan sumber daya yang dimilikinya

sesuai dengan kebutuhan belajar siswa dan masyarakat.

3. Efektivitas pengendalian program peningkatan mutu SMK berbasis kemitraan di Kota Yogyakarta dalam memenuhi kebutuhan dunia kerja

Sebagian besar unit analisis telah mengimplementasikan Sistem Manajemen

Mutu (SMM) ISO 9001 – 2008 dan telah memperoleh sertifikat SMM dari berbagai

lembaga assesor SMM, satu diantaranya (SMK Negeri 3) sedang dalam proses

sertifikasi, sementara satu lainnya (SMK Perindustrian) belum melaksanakan SMM,

dikarenakan beberapa masalah yang dihadapi oleh sekolah khususnya dalam kesiapan

sumber daya dan pembiayaan.

Page 83: renstra

288

Pada umumnya sekolah telah melaksanakan SMM karena tuntutan dan

upaya sekolah memberikan pelayanan yang terbaik bagi stakeholder yang selama ini

sekolah dianggap sebagai suatu "Unit Produksi", dimana siswa sebagai bahan mentah

dan lulusan sekolah sebagai hasil produksi. Dalam SMM sekolah dipahami sebagai

"unit layanan jasa", yakni layanan pembelajaran. Sebagai unit layanan jasa, yang

dilayani sekolah (pelanggan sekolah) adalah (a) pelanggan internal: guru, pustakawan,

laboran,teknisi dan tenaga administrasi dan (b) pelanggan eksternal terdiri atas: (a)

pelanggan primer: siswa; (b) pelanggan sekunder :orang tua, pemerintah, dan

masyarakat; dan (3) pelanggan tertier: pemakai/penerima lulusan (perguruan tinggi

dan dunia usaha)

Mutu lulusan Pendidikan sangat erat kaitannya dengan proses pelaksanaan

pembelajaran yang dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain kurikulum, tenaga

pendidik, proses pembelajaran, sarana dan prasarana, alat bantu dan bahan,

manajemen sekolah, lingkungan sekolah dan lapangan latihan kerja siswa. Menyadari

sepenuhnya bahwa mengelola program pendidikan merupakan tugas yang

memerlukan kebersamaan, kerja keras dan rasa tanggung jawab yang tinggi serta

dedikasi yang tidak kenal lelah dari semua pemangku kepentingan dalam sekolah.

Oleh karenanya sekolah dituntut untuk terus melakukan inovasi dalam pengelolaan

pendidikan dan melakukan terobosan dalam rangka menyongsong globalisasi dan

otonomi daerah, dimana setiap daerah secara otonom mulai mengurus

kepentingannya sendiri yang disesuaikan dengan potensi dan porsinya masing-masing.

Termasuk di dalamnya masalah pengembangan pendidikan kejuruan. Berdasarkan hal

tersebut sudah selayaknya sekolah mulai memikirkan dan melakukan berbagai

terobosan dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan.

Page 84: renstra

289

Salah satu kriteria penentu tingkat daya saing masing-masing sekolah adalah

kemampuan menunjukkan growth producing dalam kerangka sustainability

institusinya. Salah satu elemen yang bisa meningkatkan angka growth producing

adalah nilai-nilai hasil kerjasama atau kemitraan baik berupa ”cash” maupun ”in

kind”. Atas dasar itulah maka, SMK sudah selayaknya mengembangkan pola

kemitraan mulai dari tingkat program studi atau jurusan sampai dengan tingkat

sekolah, serta mengembangkan pola kemitraan masyarakat baik dalam maupun luar

negeri secara elegan dan bersifat saling menguntungkan. Pada umumnya SMK yang

menjadi unit analisis telah melakukan kerjasama kemitraan dengan berbagai pihak

khususnya dengan sekolah sejenis di Indonesia bahkan di luar negeri sebagai upaya

dalam melakukan bench marking dan mengembangkan manajemen sekolah secara

berkelanjutan. Setiap sekolah telah membentuk team penjaminan mutu yang

dikordinir oleh Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum. Kegiatan team penjamin

mutu pada sekolah kejuruan diantaranya adalah melakukan evaluasi secara reguler

baik dalam kerangka internal audit maupun evaluasi program yang hasilnya

diharapkan menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan selanjutnya

bagi kepala sekolah terhadap pelaksanaan program peningkatan mutu berbasis

kemitraan.

Evaluasi sebagai upaya dalam membuat pertimbangan menurut perangkat

dan kriteria yang dapat dipertanggungjawabkan dan merupakan suatu proses yang

berkelanjutan untuk membuat keputusan. Beberapa pendekatan dalam evaluasi

diantaranya berorientasi pada tujuan, pada manajemen, keahlian, pendapat ahli, dan

partisipasi. Kemungkinan hasil dari evaluasi adalah suatu hasil yang

menggembirakan sehingga dapat memberikan rasa puas terhadap pelaksanaan

Page 85: renstra

290

kegiatan karena tujuan yang ditentukan telah tercapai, namun adakalanya hasil

evaluasi juga tidak menggembirakan dimana dijumpai beberapa penyimpangan,

hambatan dan kendala sehingga mengharuskan dilakukan pengkajian ulang terhadap

rencana yang telah disusun serta menambahkan atau mengurangi dan memperbaiki

cara pelaksanaannya.

Evaluasi diperlukan untuk memastikan bahwa kegiatan berjalan sesuai

dengan yang direncanakan. Sesungguhnya program yang diselenggarakan oleh

sekolah merupakan bagian-bagian bagian yang besar dari sebuah sekolah, terutama

berhubungan dengan kegiatanuntuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Program

yang dilaksanakan oleh sekolah merupakan sebuah sistem yang merupakan

satukesatuan dari berbagai bagian atau komponen yang saling terkait dan

berhubungan satu dengan lainnya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam

sistem tersebut. Dengan demikian program yang dilakukan oleh sekolah terdiri dari

berbagai kegiatan yang saling berkaitan dan menunjang dalam mencapai tujuan.

Dalam melakukan evaluasi program yang telah dilakukan oleh sekolah,

maka seharusnya dilihat sebagai sebuah kesatuan yang terdiri dari berbagai kegiatan

sebagai realisasi dan implementasi dari sebuah rencana, kebijakan dan berlangsung

secara berkesinambungan yang melibatkan semua orang baik kepala sekolah, guru

siswa dan stakeholder sekolah secara keseluruhan. Terdapat 3 (tiga) hal penting

dalam menentukan program sekolah yaitu bahwa setiap kegiatan merupakan (1)

realisasi atau implementasi dari sebuah kebijakan yang telah ditetapkan oleh

pimpinan sekolah dalam hal ini kepala sekolah, (2) berlangsung dalam kurun waktu

yang relatif lama, namun merupakan kegiatan jamak dan berkesinambungan, dan (3)

Page 86: renstra

291

melibatkan semua orang yang berada di sekolah tersebut, bukan merupakan kegiatan

individu.

Evaluasi program yang dilakukan dimaksudkan untuk mengetahui efektifitas

dari setiap komponen program dalam mendukung pencapaian tujuan program yang

telahditetapkan, bahkan dimaksudkan juga untuk mengetahui tingkat keterlaksanaan

suatu kebijakan secara cermat dengan cara mengetahui efektifitas masing-masing

komponen program (Arikunto dan Cepi, 2007:7). Hal ini sesuai dengan apa yang

disampaikan oleh Fattah (2004: 108) bahwa sebagai sebuah analisis evaluasi program

yang dilakukan harus menggunakan konsep-konsep penting dan khusus yang meliputi

beberapa hal diantaranya :

(1) populasi sasaran (target population) yaitu merupakan kelompok yang dituju

sebagai sasaran dalam kegiatan evaluasi tersebut

(2) evaluasi komprehensif (comprehensive evaluation) yaitu kegiatan evaluasi yang

mencakup monitoring, menilai dampak dan analisis biaya manfaat (cost benefit)

(3) cost benefit analysis adalah studi hubungan antara ongkos (biaya) dan hasil atau

manfaat dari program yang dapat dinyatakan dan bentuk nilai uang (analisis

keuangan);

(4) analisis keefektifan baiya (cost effectiveness analysis) merupakan studi tentang

hubungan antara ongkos dan hasil program yang dinyatakan dengan biaya per

unit hasil yang dicapai

(5) sistem penyampaian (delivery system) yaitu pengaturan organisasi yang

mencakup staff, prosedur, dan kegiatan, sarana fisik dan bahan-bahan yang

diperlukan untuk menjalankan program;

(6) Perencanaan yaitu proses menjabarkan tujuan-tujuan umum ke dalam tujuan-

tujuan khusus bagi populasi sasaran yang relevan;

(7) Unsur-unsur program yaitu aspek-aspek yang jelas dan diskrit dari suatu

program;

Page 87: renstra

292

(8) Efek-efek yang mangacaukan (confounding) yang dapat mengaburkan efek

yang sesungguhnya dari suatu program;

(9) Hasil netto yaitu dampak suatu program sesudah dikeluarkan efek pengacaunya;

(10) Efek stokastik (stochastik effect) yaitu fluktuasi pengukuran yang disebabkan

oleh faktor kebetulan.

Oleh karenanya evaluasi program yang dilakukan disini dimaksudkan untuk

mengetahui efektifitas program yang sedang berlangsung sebagai sarana dalam

menyediakan informasi kepada pengambil kebijakan apakah program tersebut dapat

dilanjutkan atau diperbaiki bahkan dihentikan. Dalam program kerjasama yang

dilaksanakan oleh SMK di Kota Yogyakarta dengan dunia industri yang dilaksanakan

sebagai upaya untuk mencapai tujuan program sekolah yang lebih besar khsususnya

dalam meningkatkan serapan lulusan memasuki dunia kerja, sehingga kriteria yang

digunakan dalam evaluasi ini adalah besarnya hasil yang yang telah dicapai oleh

sekolah khususnya dalam mengantarkan siswanya untuk memasuki dunia kerja.

Salah satu model pendekatan untuk mengendalikan, merencanakan dan

melaksanakan kebijakan sebagai sebuah strategi dalam memenuhi kebutuhan dunia

kerja yaitu Franklin Reality Model (Oentoro, 2000 dalam Basuki Wibawa, 2005:65),

dimana terdapat enam tahapan keputusan dan pengendalian yang dimulai dengan (1)

penentuan kebutuhan yang harus dipenuhi (needs); (2) penentuan prinsip (principles);

(3) penentuan kebijakan atau aturan-aturan (rules); (4) penerapan rencana (behavior);

(5) pencapaian hasil (result); dan pembandingan hasil dengan kebutuhan yang

ditetapkan semula. Setelah dilakukan pembandingan antara kebutuhan dengan

capaian hasil, akan muncul dua alternatif kemungkinan yang pertama yaitu hasil

memenuhi target dan hasil tidak sesuai dengan target yang diharapkan sehingga harus

Page 88: renstra

293

dicari letak penyimpangan, namun jika telah sesuai, maka proses kepemimpinan dan

manajemen telah dianggap tuntas.

Dalam implementasinya semua SMK di Kota Yogyakarta telah

melaksanakan dan memiliki kerjasama kemitraan dengan berbagai industri baik yang

berada di Kota Yogyakarta, bahkan di luar kota, dengan berbagai kegiatan baik jasa,

manufactur, maupunlainnya. Masing-masing sekolah bahkan melakukan kegiatan-

kegiatan dengan berbagai sebutan dan program unggulan yang dilaksanakan secara

berkesinambungan khususnya dalam mendukung pencapaian tujuan sekolah dalam

mengahasilkan tamatan yang siap masuk dunia kerja. Beberapa kegiatan yang

umumnya dilakukan dalam kerangka kerjasama dengan dunia kerja atau dunia

industri diantaranya adalah :

(1) program magang untuk kepentingan pelaksanaan program PKL/PSG (praktek

kerja industri) yang dilakukan oleh siswa dalam kurun waktu tertentu sebagai

upaya untuk memberikan pengalaman kerja bagi siswa dalam lingkungan kerja

sesunguhnya, sehingga disamping siswa memperoleh pengalaman kerja lapangan

juga siswa dapat mengembangkan pengetahuan yang telah diperoleh selama

mengikuti proses belajar mengajar di sekolah baik teori dan praktek.

(2) Program magang bagi guru dan teknisi (on the job training) sebagai upaya untuk

memberikan pengalaman sekaligus mengembangkan ketrampilan dan

kompetensi bagi guru-guru dalam menguasai pengetahuan dan teknologi yang

berkembang sangat pesat di industri sebagai bekal dalam memberikan pelatihan

dan pengajaran kepada siswa;

(3) Kuliah umum (studium general) yang dilakukan oleh industri untuk memberikan

informasi kepada semua komponen sekolah tentang perkembangan teknologi,

lingkungan kerja dan tuntutan kompetensi yang dibutuhkan oleh industri sebagai

antisipasi sekolah dalam menyiapkan lulusannya untuk masuk ke dunia kerja;

Page 89: renstra

294

(4) Pelaksanaan uji kompetensi produktif (UKP) bagi siswa kelas XII baik yang

dilakukan di sekolah maupun di tempat kerja dengan penguji (assessor) dari

industri yang bersangkutan sebagai sebuah upaya pengakuan terhadap

ketrampilan dan pengetahuan yang telah dikuasai siswa selama mengikuti

program pendidikan dan pelatihan di sekolah;

(5) Validasi kurikulum yang dilakukan secara bersama antara industri dan sekolah

dalam membahas kurikulum khususnya untuk mata pelajaran produktif dan

adaptif yang akan diselenggarakan oleh sekolah sebagai upaya untuk

menjembatani kesenjangan dan kebutuhan serta perkembangan teknologi.

Kegiatan ini biasanya dilakukan sebagai upaya untuk mengembangkan materi,

silabus dan kurikulum yang akan dikembangkan dan digunakan oleh sekolah

dlam proses belajar mengajar selama tahun ajaran berlangsung;

(6) Pengembangan sumber belajar bagi siswa dan guru baik dalam bentuk informasi

maupun buku serta peralatan lainnya yang dapat diberikan oleh industri dan

dimanfaatkan oleh sekolah dalam proses belajar mengajar

(7) Pengembangan unit produksi dan jasa (UPJ) yang berada di lingkungan sekolah

sebagai upaya implementasi konsep-konsep pengajaran berbasis produksi

maupun konsep pengajaran learning by doing, yang mengintegrasikan kegiatan

produksi dengan kegiatan pembelajaran di sekolah, sehingga disamping siswa

memperoleh pengetahuan dapat langsung memperoleh pengalaman kerja yang

sesungguhnya;

(8) Kelas khusus yang dimaksudkan untuk memberikan keleluasaan bagi perusahaan

atau dunia industri untuk turut melakukan pengajaran dan pengembangan

ketrampilan sehingga sesuai dengan kebutuhan industri;

(9) Recruitment calon karyawan yang dilakukan di sekolah atau ditempat kerja

melalui mediasi bursa kerja khusus (BKK) pada masing-masing sekolah sebagai

upaya sekolah dalam turut memberikan pelayanan bagi lulusan untuk

mendapatkan informasi dan kesempatan kerja

Page 90: renstra

295

Berbagai kegiatan pelayanan yang dilakukan SMK begitu beragam, baik

terhadap pihak internal maupun eksternal dengan tampil beda dan langka. Pelayanan

ini dilakukan dalam rangka membangun keunggulan kompetitif secara aktif, kreatif,

efektif, inovatif dan menyenangkan seradi dengan perubahan secara cepat, kompleks

dan dinamis. Hal ini sejalan dengan Atep Adya Barata (2003 : 19-20) menyatakan :

Service merupakan kepanjangan dari (1) self awareness & self esteem yaitu

menanamkan kesadaran diri bahwa melayani adalah tugasnya dan melaksanakannya

dengan menjaga martabat diri dan pihak lain yang dilayani; (2) empathy &

enthusiasm yaitu mengetengahkan empathy dan melayani pelanggan dengan penuh

kegairahan; (3) reform yaitu berusaha untuk selalu memperbaiki pelayanan; (4) vision

& victory, yaitu: berpandangan ke masa depan dan memberikan pelayanan yang baik

untuk memenangkan semua pihak; (5) initiative & impresive yaitu memberikan

layanan dengan penuh inisiatif dan mengesankan pihak yang dilayani; (6) care &

cooperative yaitu: menunjukan perhatian kepada konsumen dan membina kerjasama

yang baik; (7) empowerment & evaluation, yaitu: memberdayakan diri secara ter arah

dan selalu mengevaluasi setiap tindakan yang telah dilakukan.

4. Efektivitas implementasi program peningkatan mutu SMK berbasis kemitraan di Kota Yogyakarta dalam memenuhi kebutuhan dunia kerja

Sebagian besar sekolah telah mengimplementasikan program dan kegiatan

yang telah direncanakan dalam program peningkatan mutu berbasis kerjasama

kemitraan antara SMK dengan Dudi, namun beberapa capaian belum dapat dicapai

dengan maksimal. Beberapa capaian yang sangat menonjol diantaranya adalah

program magang bagi siswa khususnya dalam implementasi program PKL/PSG

karena program ini merupakan prasyarat bagi kelulusan siswa kelas XII yang

Page 91: renstra

296

dilaksnakan selama 3 – 6 bulan. Sementara program lainnya yaitu program magang

bagi guru dan teknisi (on the job training), kuliah umum (studium general),

pelaksanaan uji kompetensi produktif (UKP), validasi kurikulum, pengembangan

sumber belajar, pengembangan unit produksi dan jasa (UPJ), kelas khusus industri,

recruitment calon karyawan tingkat capaiannya cukup beragam.

Program magang bagi guru, kuliah umum (studium general) sebagai

kegiatan seminar yang dilakukan oleh sekolah bekerjasama dengan industri dalam

menjelaskan perkembangan teknologi, tuntutan dunia kerja serta lingkungan kerja

memberikan dampak yang cukup besar bagi pengembangan keahlian. Pelaksanaan uji

kompetensi produktif (UKP), sebagai bagian penting dalam penyelenggaraan evaluasi

pendidikan kejuruan merupakan sebuah program yang dirancang untuk memberikan

jaminan penguasaan pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki siswa setelah

mengikuti serangkaian program pendidikan di SMK. Dalam bidang otomotif

pengujian kompetensi keahlian ini mengacu pada standar SKKNI bidang teknik

kendaraan ringan yang telah disusun oleh Lembaga Sertifikasi Profesi – Teknik

Otomotif (LSP-TO) dan Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP). Namun dalam

implementasinya uji sertifikasi ini tidakdapat dilaksanakan sepenuhnya oleh semua

siswa dan sekolah dikarenakan besarnya biaya yang harus ditanggung oleh siswa dan

standar kelulusan yang memang sangat tinggi, sehingga dalam penyelenggaraan ujian

kompetensi yang dilaksanakan oleh LSP-TO hanya 10% dari peserta yang lulus uji

ini.

Validasi kurikulum telah mampu dilakukan oleh semua sekolah meskipun

dengan kadar dan hasil yang berbeda pula. Validasi ini dimaksudkan oleh sekolah

sebagai upaya untuk menjembatani kesenjangan pelaksanaan kurikulum dengan

tuntutan dunia kerja terhadap kompetensi dan proses pendidikan yang berlangsung.

Page 92: renstra

297

Pengembangan sumber belajar yang ada di SMK belum sepenuhnya mampu dipenuhi

oleh dunia industri, hal ini dikarenakan banyaknya kendala khususnya birokrasi yang

dimiliki oleh industri disamping kemampuan industri dalam mendukung SMK masih

terbatas. Berbeda dengan apa yang didapatkan dan dilakukan oleh SMK Piri yang

telah memiliki kerjasama kemitraan dengan PT. Yamaha Motor Kencana Indonesia

sebagai main dealer Yamaha di Indonesia dalam penyelenggaraan kelas khusus

Yamaha, sehingga kebutuhan penyelenggaraan kelas khusus mulai dari training

manual, workshop manual, training model, engine cutting dan sepeda motor Yamaha

dengan berbagai type dan varian dapat diterima sebagai bahan dan materi dalam

pelatihan dan kegiatan pembelajaran di kelas khusus.

Pengembangan unit produksi dan jasa (UPJ) sebagai salah satu upaya

sekolah dalam mengimplementasikan konsep production base learning dan work

base learning di sekolah belum memperlihatkan hasil yang diharapkan baik dari sisi

pelaksanaan maupun pengembangan dan manfaatnya bagi siswa. Beberapa SMK

telah melakukan dan mendirikan UPJ diantaranya SMK Negeri 2 dengan mendirikan

Bengkel AHASS (Honda), SMK Piri 1 Bengkel Resmi Yamaha, sementara bagi

SMK lainnya hingga saat ini UPJ yang dilakukan masih sebatas penyelenggaraan

bengkel perawatan dan perbaikan yang terintegrasi dengan bengkel sekolah, sehingga

menyulitkan dalam pengembangannya.

Model Unit Produksi yang dimaksud adalah UP yang didirikan oleh sekolah

seperti tertuang dalam PP No. 29/1990 tentang Pendidikan Menengah yang secara

tegas menyebutkan bahwa untuk mempersiapkan siswa SMK sebagai tenaga kerja,

maka SMK dapat mendirikan UP yang beroperasi secara profesional. Melalui mata

pelajaran praktik kejuruan akan dihasilkan barang atau layanan jasa yang diarahkan

Page 93: renstra

298

pada produk yang berorientasi pasar. Keberadaan produk praktik siswa dimanfaatkan

secara komersial melalui unit produksi.

Dilihat dari tujuan penyelenggaraannya, unit produksi sekolah sebenamya

mengemban dua tugas utama, yaitu dikaitkan dengan misi pendidikan dan unit usaha.

Tugas unit produksi dikaitkan dengan misi pendidikan, adalah menjadikan unit

produksi sebagai wahana pelatihan keahlian kejuruan yang nantinya akan

mendekatkan kesenjangan antara mutu tamatan dengan realitas dunia kerja. UP

sebagai wahana pelatihan siswa berarti juga difungsikan sebapi gabungan dari

bengkel dan laboratorium pengajaran dimana kegiatannya dapat merupakan gabungan

kegiatan untuk merealisasi suatu proyek atau pekerjaan (Sukardi: 1992, 16). Kegiatan

pelatihan di UP sebenarnya akan menjadikan praktik yang dilakukan oleh guru siswa

lebih sarat pengalaman. Hal ini disebabkan orientasi praktik di unit produksi sekolah

leblh diarahkan pada kegiatan untuk menghasilkan produk yang berkualitas

profesional yang mampu bersaing di pasaran. Jadi melalui pernbuatan barang-barang

pesanan, keterampilan kejuruan dan kreatifitas siswa akan lebih berkembang, karena

berangkat dari pengalaman pada pengajaran praktik kejuruan akan sulit

mengharapkan kegiatan praktik siswa untuk menghasilkan barang jadi yang siap

untuk dipasarkan. Salah satu penyebabnya kurang ada penanaman konsep orientasi

bisnis di lingkungan pendidikan. Padahal apabila ditinjau dari tujuannya, tamatan

SMK selain dipersiapkan sebagai tenaga kerja, juga dharapkan marnpu menciptakan

lapangan kerja melalui wirausaha dengan bekal keterampilan kejuruan yang

dimilikinya.

Sedangkan tugas unit produksi sebagai unit usaha adalah menghasilkan

produk yang memiliki nilai ekonorni. Dengan demikian secara tidak langsung unit

produksi sebagai suatu unit usaha yang berada di lingkungan sekolah, dapat dikatakan

Page 94: renstra

299

sebagai miniatur perusahaan. Kenyataan ini didukung adanya beberapa kesamaan

dengan suatu perusahaan, antara lain adanya status usaha, tujuan, sasaran, struktur

organisasi dan pengelolaan usaha. Dengan adanya kegiatan unit produksi di SMK

bearti membuka kesempatan bagi siswa untuk melaksanakan kegiatan usaha untuk

menghasilkan produk yang bernilai ekonorni. Untuk itu, unit produksi sekolah yang

memiliki peran sebagai unit usaha yang berorientasi profit, harus marnpu bersaing

dalam merebut atau bahkan menciptakan pasar dengan industri yang ada. Hal serupa

dikemukakan oleh Subijanto (2004 3) bahwa UP dan jasa yang diselenggarakan di

SMK rnempunyai kedudukan utama sebagai badan usaha milik sekolah yang

bernuansa bisnis (profit oriented). UP sebagai badan usaha yang diharapkan dapat

memberikan keuntungan langsung, juga diharapkan menjadi salah satu alternatif

upaya untuk meningkatkan keterampilan guru dan siswa serta membekali wawasan

bisnis. Wawasan bisnis perlu ditanamkan pada personalia/pelaksana UP. Hal ini

penting dilakukan guna melancarkan kegiatan penyelenggaraan suatu unit usaha (unit

produksi), terutama di lingkungan pendidikan (Sugiyono, 1996: 3).

Kelas khusus industri di SMK baru dapat dilaksanakan oleh SMK Piri 1

Yogyakarta berkerjasama dengan PT. Yamaha Motor Kencana Indonesia yang telah

berlangsung selama 3 (tiga) tahun, dimana setiap tahun mampu menampung 36 orang

siswa yang diharapkan semua lulusannya dapat terserap langsung untuk memenuhi

kebutuhan mekanik pada jaringan bengkel Yamaha di seluruh Indonesia yang cukup

tinggi mengikuti pertumbuhan penjualan dan ekspansi pasar Yamaha.

Recruitment calon karyawan sebagai bagian penting dalam membantu

menyalurkan lulusan dilakukan oleh bursa kerja khusus (BKK) yang terdapat di SMK

bekerjasama dengan beberapa perusahaan yang membutuhkan karyawan. SMK

Negeri 2, SMK Negeri 3, SMK Muhammadiyah 3 dan SMK Piri 1 telah secara rutin

Page 95: renstra

300

melakukan kegiatan ini dengan melakukan test di sekolah bagi lulusan dengan

mendatangkan perusahaan yang membutuhkan karyawan. Kegiatan ini ternyata

sangat membantu siswa untuk memperoleh pekerjaan dan perusahaan untuk

memperoleh karyawan yang terbaik karena mereka melakukan test langsung baik test

tulis, wawancara, psikologi maupun test kesehatan di sekolah. Dalam

perkembangannya sekolah berusaha untuk dapat mendatangkan lebih banyak

perusahaan yang dapat melakukan langsung test di sekolah. Kegiatan ini disamping

bermanfaat bagi siswa juga mampu meningkatkan jumlah siswa baru yang mendaftar

ke sekolah ini dengan harapan setelah selesai mereka langsung mendapatkan kerja.

Efektivitas program peningkatan mutu berbasis kerjasama kemitraan antara

SMK dan Dunia Usaha – Dunia industri (dudi) dan keberhasilan sekolah sangat

banyak ditentukan oleh kepemimpinan kepala sekolah dalam melakukan unjuk

kerjanya (performance). Beberapa faktor strategis dalam melaksanakan

kepemimpinan manajerial kepala sekolah antara lain: perencanaan, komunikasi,

motivasi, pengorganisasian, dan pengawasan.

Dibekali dengan berbagai kompetensi kepemimpinan manajerial kepala

sekolah, maka harus mampu mengelola kurikulum, keuangan sekolah, sarana

prasarana sekolah, sumber daya manusia (tenaga kependidikan), selain mampu

mengelola juga harus mampu menterjemahkan kebijakan-kebijakan dalam bidang

pendidikan, serta yang tidak kalah pentingnya yaitu keterlibatan orangtua/ partisipasi

masyarakat dalam turut menentukan kemajuan sekolah sebagaimana diungkapkan

Akdon (2005:14) salah satu karakteristik yang nyata dari sebuah sistem terbuka

adalah adanya pengakuan mengenai saling ketergantungan diantara sistem dan

lingkungan.

Page 96: renstra

301

Mengutip pendapat pakar-pakar kepemimpinan adalah pengaruh antara

pribadi yang dibawakan dalam suatu situasi tertentu dan diarahkan melalui proses

komunikasi, kearah pencapaian satu atau beberapa tujuan tertentu (Tannemboun,

Wsehler dan Mossarik, 1961). Kepemimpinan kepala sekolah adalah kemampuan

mempengaruhi sumber daya manusia sekolah (baik guru, TU, siswa dan dewan

sekolah) melalui proses komunikasi untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan

(mencapai efektivitas sekolah).

Abin Samsuddin (1999:11) mengemukakan bahwa efektivitas sekolah pada

dasarnya menunjukkan tingkat kesesuain antara hasil-hasil yang dicapai (achievement

atau abserved outputs) sebagaimana telah ditetapkan. Ukuran-ukuran yang dipakai

dalam jangka waktu tertentu dibandingkan dengan jumlah yang diperoleh atau

ditargetkan dalam jangka waktu tersebut.

Efektivitas kerjasama antara sekolah (SMK) dengan dunia usaha-dunia

industri adalah suatu ukuran yang menyatakan berapa besar rasio hasil (target) baik

kuantitas maupun kualitas dalam kurun waktu tertentu dapat dicapai, semakin besar

rasio yang dicapai, semakin tinggi tingkat efektivitasnya. Efektivitas kerjasama

sekolah sebagian besar banyak ditentukan oleh penampilan pekerjaan kepala sekolah.

Dalam hal ini tujuan yang telah ditetapkan sekolah bisa tercapai oleh unjuk kerja

kepala sekolah atau kinerja kepala sekolah.

Keberhasilan suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan

tergantung atas cara-cara pemimpin untuk mempraktekkan, dan memanfaatkan

sumber-sumber yang ada. Pemimpin yang efektif harus menghadapi tujuan-tujuan

individu, kelompok, dan organisasi. Keefektivitan pemimpin secara khusus diukur

dengan pencapaian dari satu atau beberapa kombinasi tujuan-tujuan ini. Individu

anggota organisasi dapat memandang pemimpinnya sebagai efektif atau tidak

Page 97: renstra

302

berdasarkan kepuasan yang mereka dapatkan dari pengalaman kerja secara

keseluruhan.

Pemimpin merupakan orang pertama, ibarat nakhoda kapal yang harus

mengarahkan jalannya kapal, dalam sebuah wadah yang disebut organisasi.

Sedang sejumlah manusia lain di dalam kapal adalah sumber daya penggerak

kapal ke arah yang diinginkan nakhoda tersebut. Dengan kata lain ke arah mana

kapal berlayar, ke pelabuhan mana akan dituju, tergantung sang nahoda. Untuk

menggerakkan kapal, nakhoda tak dapat bekerja sendiri, diperlukan bantuan dan

kerja sama dari sejumlah anak buah kapalnya agar lancar perjalanan mencapai

pelabuhan tujuan.

Gibson (1997:5) mendefinisikan kepemimpinan sebagai “Interaksi antar

anggota suatu kelompok. Pemimpin merupakan agen perubahan, orang yang

prilakunya akan lebih mempengaruhi orang lain daripada perilaku orang lain

mempengaruhi mereka. Kepemimpinan timbul ketika satu anggota kelompok

mengubah motivasi atau kompetensi anggota lainnya di dalam kelompok.”

Kepemimpinan adalah suatu usaha menggunakan suatu gaya mempengaruhi dan tidak

memaksa untuk memotivasi invidu dalam mencapai tujuan.

Menurut Nawawi (1983:81) “Kepemimpinan pada dasarnya kemampuan

menggerakkan, memberikan motivasi dan mempengaruhi orang-orang agar bersedia

melakukan tindakan-tindakan yang terarah pada pencapai tujuan melalui keberanian

mengambil keputusan tentang kegiatan yang harus dilakukan”.

Weihrich (1993:491) mendefinisikan kepemimpinan sebagai pengaruh, yaitu,

suatu seni atau proses dalam memberi pengaruh pada seseorang agar bersedia dan

bersemangat dalam mencapai tujuan suatu kelompok. Idealnya, seseorang harus bisa

diyakinkan untuk tidak hanya mempunyai kemauan untuk bekerja namun juga

Page 98: renstra

303

memiliki kemauan untuk bekerja dengan semangat dan percaya diri. Seorang

pemimpin berperan untuk membantu suatu kelompok untuk mencapai tujuannya

semaksimal mungkin dengan menggunakan seluruh kemampuannya. Pemimpin tidak

berdiri di belakang kelompok untuk mendorong dan menekan, namun pemimpin

menempatkan dirinya di dalam kelompok tersebut untuk mendorong kemajuan dan

mendorong kelompok mencapai tujuannya.

Robert Schuller melihat kepemimpinan sebagai kekuatan yang menyeleksi

mimpi dan setelah itu menetapkan tujuan-tujuan. Kepemimpinan adalah suatu

kekuatan yang menggerakkan perjuangan dan kegiatan menuju sukses. Schuller yakin

bahwa dalam setiap orang terdapat potensi kepemimpinan, tetapi sayang banyak

orang tidak menyadarinya.

Ralf M. Stogdill (1974:7) mengatakan kepemimpinan manajerial sebagai

“proses mengarahkan dan mempengaruhi kegiatan yang berhubungan dengan tugas

dari anggota kelompok”. Dari definisi yang dikemukakan oleh Ralf M. Stogdill di

atas, terdapat tiga implikasi yang penting. Pertama, kepemimpinan harus melibatkan

orang lain, bawahan atau pengikut. Kedua, kepemimpinan melibatkan distribusi yang

tidak merata dari kekuasaan diantara pemimpin dan anggota kelompok. Ketiga, selain

secara sah dapat mengarahkan bawahan atau pengikut mereka, karena pemimpin juga

mempunyai pengaruh.

Luthan (1995) menekankan perbedaan antara manajer dan pemimpin.

Sebagai contoh, Bennis menyatakan: “Agar bisa bertahan di abad ke-21, kita akan

memerlukan satu generasi baru pemimpin—pemimpin, bukan manajer. Perbedaan ini

sangat penting. Pemimpin menaklukkan konteks, sedangkan manajer menyerah pada

konteks.”

Page 99: renstra

304

Kemudian Griffin (1996;505) mendefinisikan kepemimpinan adalah sebagai

proses dan sebagai sifat. Sebagai proses adalah apa yang dilakukan oleh pemimpin,

kepemimpinan adalah menggunakan pengaruh yang tidak menggunakan paksaan

untuk mencapai tujuan suatu kelompok, memotivasi tingkah laku dalam mencapai

tujuan tersebut dan membantu menetapkan kebiasaan suatu kelompok. Sebagai sifat,

kepemimpinan adalah suatu karakteristik yang diberikan kepada seseorang yang

dianggap sebagai pemimpin. Lalu pemimpin adalah orang yang mampu

mempengaruhi tingkah laku orang lain tanpa menggunakan paksaan; Pemimpin

adalah seseorang yang diterima sebagai pemimpin oleh orang lain.

Harold Koontz & Cyril O’Donnel menyebutkan bahwa seorang pemimpin

harus: (1) memiliki kecerdasan melebihi orang-orang yang dipimpinnya, (2)

mempunyai perhatian terhadap kepentingan yang menyeluruh, (3) memiliki

kelancaran berbicara, (4) matang dalam berpikir dan emosi, (5) memiliki dorongan

yang kuat untuk memimpin, dan (6) menghayati kepentingan kerjasama.

Kepemimpinan adalah suatu kekuatan untuk menggerakkan perjuangan dan

kegiatan menuju sukses melalui untuk mengambil keputusan, mengarahkan,

memimpin, mempengaruhi, dan memotivasi para pengikut atau bawahan berdasarkan

tipe dan gaya yang dimilikinya untuk mencapai tujuan yang diinginkan oleh

organisasi.

C. Temuan Penelitian

Berdasarkan hasil pembahasan penelitian di depan, maka dapat disampaikan

beberapa temuan hasil penelitian sebagai sebuah temuan lapangan (fact finding)

terhadap beberapa program dan kegiatan dalam upaya meningkatkan mutu SMK

Page 100: renstra

305

berbasis kerjasama dengan dunia usaha dan dunia industri. Beberapa temuan

penelitian tersebut diantaranya adalah :

1. Kegiatan program pengembangan kerjasama antara SMK dengan dunia usaha

belum inovatif, sehingga banyak diantara sekolah menengah kejuruan yang ada di

Kota Yogyakarta memiliki program yang hampir sama dengan sekolah lainnya.

Sehingga banyak diantara industri mitra belum bahkan tidak tertarik terhadap

program kegiatan yang ditawarkan oleh SMK dalam rangka kerjasama, sehingga

banyak diantara industri pasangan menganggap program kerjasama yang

dilaksanakan dengan SMK sebagai beban bukan merupakan supporting terhadap

kegiatan produksi dan jasa yang dihasilkan oleh mitra pasangan. Kebanyakan

SMK merencanakan program kerjasama dalam bentuk PKL/PSG bagi siswa,

magang guru dan teknisi, dan validasi kurikulum yang tidak memberikan manfaat

besar terhadap proses bisnis pada industri pasangan. Sementara salah satu

program kreatif yang telah dilaksanakan oleh SMK Piri 1 bersama PT. Yamaha

Motor Kencana Indonesia adalah penyelenggaraan kelas khusus industri dan

Bengkel Resmi Yamaha yang memberikan manfaat dalam memenuhi kebutuhan

tenaga teknisi Yamaha yang terlatih dan sesuai dengan spesifikasi industri

(Yamaha).

2. Kontribusi dunia usaha dan dunia industri terhadap pengembangan sarana dan

sumber belajar pada SMK belum optimal, sehingga SMK mengalami kendala

dalam memberikan pelatihan yang sesuai dengan perkembangan teknologi yang

terjadi pada dunia industri. Kendala yang dihadapi oleh industri dalam

memberikan support terhadap pemenuhan kebutuhan pengembangan sumber

belajar SMK diantaranya disebabkan oleh kebijakan perusahaan di daerah

(Yogyakarta) yang masih tergantung pada principal, sehingga setiap bantuan dan

Page 101: renstra

306

kegiatan harus mendapatkan persetujuan serta dukungan principal. Oleh

karenanya dalam pemenuhan 8 SNP pada SMK dilakukan secara mandiri dengan

dukungan dari bantuan pemerintah dan orang tua siswa tanpa melibatkan industri

pasangan. Salah satu sekolah yang mendapatkan dukungan penuh dari industri

pasangan adalah SMK Piri 1 yang mendapatkan bantuan pengembangan sumber

belajar dalam penyelenggaraan program kelas khusus industri.

3. Rendahnya tingkat efektifitas pelaksanaan PKL/PSG bagi siswa yang

dilaksanakan oleh siswa SMK pada industri pasangan, sehingga belum

memberikan kontribusi terhadap peningkatan kompetensi siswa. Sehingga

capaian ujian kompetensi yang diselenggarakan oleh LSP-TO capaiannya kurang

dari 30%. Sebagian besar tidak mampu menunjukkan performancenya sehingga

tidak lolos uji kompetensi dikarenakan kurangnya latihan dan minimnya

perlengkapan yang dimiliki oleh SMK. Hal ini juga menyebabkan rendahnya

serapan lulusan SMK dalam memasuki dunia kerja, karena kualifikasi dan

kompetensi yang diharapkan oleh dunia kerja belum mampu dipenuhi oleh

lulusan SMK.

4. Belum optimalnya penyelenggaraan unit produksi dan jasa yang ada pada SMK

khususnya dalam mengembangkan potensi siswa sebagai job creater, hal ini

disebabkan oleh karena siswa tidak terlibat langsung dalam kegiatan dan

pengelolaan unit produksi dan jasa, sehingga siswa tidak mendapatkan

pengalaman nyata dalam menjalankan unit bisnis. Sebagai dampak dari

keterbatasan dalam penyelenggaraan unit produksi dan jasa yang tidak melibatkan

siswa secara langsung menyebabkan rendahnya minat siswa untuk menjadi

seorang wirausahawan, dan hanya menciptakan lulusan sebagai job seeker.