Rendy_BabIV

38
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengambilan Data 4.1.1. Gambaran Umum Lokasi Pengambilan Data (Desa Pukdale ) Desa Pukdale terletak di Kelurahan Oesao, Kecamatan Kupang Timur, Kabupaten Kupang. Secara umum Desa Pukdale merupakan daerah pertanian, ini dapat dilihat dari hampir sebagian besar lahan yang ada di Desa Pukdale merupakan daerah persawahan. Sesuai dengan kebijakan Pemerintah Nusa Tenggara Timur tentang pengembangan dan peningkatan swasembada pangan di N.T.T maka muncullah suatu program pemerintah yaitu pembentukan kawasan agropolitan, dan Kabupaten Kupang menjadi kawasan agropolitan pertama di N.T.T dimana Kecamatan Kupang Timur sebagai wilayah administratif dengan Oesao sebagai pusat pertumbuhan. Agropolitan adalah kota pertanian yang tumbuh dan berkembang, memacu berkembangnya sistem dan usaha agribisnis sehingga dapat melayani, mendorong, menarik kegiatan pertanian di wilayah sekitarnya. Sedangkan kawasan agropolitan merupakan kawasan agribisnis yang terdiri dari kota pertanian dan desa sentra produksi pertanian yang ada di sekitarnya (Desa Pukdale). Sesuai dengan gambaran diatas maka bisa dikatakan bahwa hampir semua penduduk Desa Pukdale bekerja sebagai petani. Sebelum ditetapkan sebagai salah satu desa sentra produksi pada kawasan agropolitan Oesao, Desa Pukdale merupakan daerah terisolir, dikatakan terisolir karena sarana dan prasarana untuk menghubungkan daerah ini dengan daerah luar belum ada, ini menjadi kendala bagi pengembangan daerah tersebut sebagai desa sentra produksi. 4–1

description

analisa dan pembahasan pembangunan jalan dengan metode manfaat biaya

Transcript of Rendy_BabIV

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1. Pengambilan Data

4.1.1. Gambaran Umum Lokasi Pengambilan Data (Desa Pukdale )

Desa Pukdale terletak di Kelurahan Oesao, Kecamatan Kupang Timur, Kabupaten

Kupang. Secara umum Desa Pukdale merupakan daerah pertanian, ini dapat dilihat dari

hampir sebagian besar lahan yang ada di Desa Pukdale merupakan daerah persawahan.

Sesuai dengan kebijakan Pemerintah Nusa Tenggara Timur tentang pengembangan dan

peningkatan swasembada pangan di N.T.T maka muncullah suatu program pemerintah yaitu

pembentukan kawasan agropolitan, dan Kabupaten Kupang menjadi kawasan agropolitan

pertama di N.T.T dimana Kecamatan Kupang Timur sebagai wilayah administratif dengan

Oesao sebagai pusat pertumbuhan.

Agropolitan adalah kota pertanian yang tumbuh dan berkembang, memacu

berkembangnya sistem dan usaha agribisnis sehingga dapat melayani, mendorong, menarik

kegiatan pertanian di wilayah sekitarnya. Sedangkan kawasan agropolitan merupakan

kawasan agribisnis yang terdiri dari kota pertanian dan desa sentra produksi pertanian yang

ada di sekitarnya (Desa Pukdale).

Sesuai dengan gambaran diatas maka bisa dikatakan bahwa hampir semua

penduduk Desa Pukdale bekerja sebagai petani. Sebelum ditetapkan sebagai salah satu

desa sentra produksi pada kawasan agropolitan Oesao, Desa Pukdale merupakan daerah

terisolir, dikatakan terisolir karena sarana dan prasarana untuk menghubungkan daerah ini

dengan daerah luar belum ada, ini menjadi kendala bagi pengembangan daerah tersebut

sebagai desa sentra produksi.

Melihat keadaan ini maka pemerintah menyikapinya dengan menyediakan sarana

dan prasarana yang bertujuan memperlancar segala bentuk aktifitas yang akan menunjang

peningkatan produksi dan juga peningkatan taraf hidup masyarakat sekitarnya.

Pembangunan jalan dilakukan guna menunjang program pemerintah diatas. Selain itu

pembangunan jalan itu juga berdampak pada sektor lainnya selain pertanian, misalnya

munculnya tukang ojek dan angkutan umum yang keberadaannya sangat membantu

kalancaran transportasi dan juga daerah sekitar jalan tersebut menjadi ramai yang

menyebabkan para pedagang yang berjualan di sepanjang jalan tersebut. Pembangunan

jalan tersebut tidak hanya mendatangkan manfaat kepada masyarakat sekitar namun juga

menimbulkan kerugian yang dirasakan secara langsung maupun tidak langsung antara lain

4–1

hilangnya sebagian lahan pertanian yang terletak didekat lokasi proyek karena di pakai untuk

pembuatan jalan baru dan terganggunya ekosistem yang mendiami daerah sekitarnya pada

saat awal pengerjaan proyek tersebut misalnya polusi udara, kebisingan akibat mobilisasi

alat berat.

Secara umum pembangunan jalan tersebut sangat membantu masyarakat

disekitarnya yang pada umumnya berkerja sebagai petani dan juga yang merasakan

pentingnya keberadaan jalan tersebut adalah tukang ojek, angkutan umum dan pedagang

karena memberikan peluang untuk memperoleh lapangan pekerjaan baru. Untuk menilai

layaknya jalan itu dibangun maka akan ditelusuri manfaat yang diperoleh dalam hal ini

petani, tukang ojek, angkutan umum dan juga pedagang terhadap biaya yang dikeluarkan

oleh pemerintah.

4.1.2. Kronologis Pengambilan Data

Proses pengambilan data dilakukan pada bulan april sampai bulan mei yaitu pada

pukul 07.00 sampai 15.00, yang mana terdiri dari dua tahap, yaitu pada tahap pertama

dilakukan pengambilan data petani dan tahap kedua dilakukan pengambilan data tukang

ojek, pemilik angkutan umum dan pedagang kaki lima.

Berikut rincian kegiatan yang dilakukan pada tahap pertama dan tahap kedua adalah

sebagai berikut :

4.1.2.1. Tahap pertama

Pada tahap ini yang dilakukan adalah pengambilan data penghasilan, manfaat yang

dirasakan,kerugian yang timbul dengan adanya jalan dan juga data – data lain, untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada urutan kegiatan dibawah ini :

1. Survei ke lapangan melihat keadaan eksisting yang terjadi, yang dilakukan pada saat itu

adalah menentukan populasi dan sampel.

2. Sesudah menentukan populasi yang akan di tinjau maka selanjutnya dilakukan

penentuan sampel untuk mewakili populasi tersebut.

3. Dalam menentukan sampel dari populasi di gunakan teknik sampel random sederhana

dengan menggunakan metode “Bejana Ikan Mas” dengan langkah – langkah sebagai

berikut ;

a) Tiap item dalam populasi disusun dalam satu daftar dan diberi nomor urut.

b) Nomor urut tersebut dituliskan pada secarik kertas dengan ukuran yang sama.

c) Kertas tersebut digulung dan dimasukan dalam kotak atau bejana selanjutnya

dikocok.

d) Setelah dikocok, gulungan kertas diambil secara acak, satu kali satu gulungan kertas

sehingga mencapai jumlah sampel yang diinginkan. ( 20 % dari populasi ).

4–2

4. Sesudah mendapatkan jumlah sampel yang diinginkan maka selanjutnya dilakukan

pembagian dan pengisian kuisioner.

5. Kuisioner dibagikan kepada masing – masing petani untuk selanjutnya diisi sesuai

dengan daftar pertanyaan yang terdapat dalam kuisioner.

6. Pengisian kuisioner tidak semuanya dilakukan oleh petani, ada petani yang

bersedia mengisi kuisioner secara langsung, ada yang hanya bersedia diwawancarai dan

menjawab pertanyaan sesuai dengan isi kuisioner. Pengisian kuisioner itu sendiri

dilakukan oleh petugas.

7. Dalam proses pengisian kuisioner, petugas berada bersama petani dan

memberikan penjelasan kepada petani baik yang mengisi kuisioner secara langsung atau

yang diwawancarai yang mengalami kesulitan dalam menjawab pertanyaan yang ada

dalam kuisioner.

8. Setelah kuisioner selesai diisi oleh petani, lalu dikumpulkan kembali.

Populasi petani yang akan diambil data - datanya adalah petani yang berada pada Desa

Pukdale yang merupakan tempat penelitian.

4.1.2.2. Tahap Kedua

Pada tahap ini yang akan diambil data – datanya adalah data tukang ojek, pemilik

angkutan, dan pedagang kaka lima. Proses pengambilan datanya dilakukan dengan cara;

1. Survai ke lapangan selanjutnya yang dilakukan adalah menentukan populasi dan

sampel dari ketiga kelompok masing – masing.

2. Sampel yang diambil dari ketiga kelompok ini adalah semua sampel yang ada dari

ketiga kelompok ini. Hal ini disebabkan karena jumlah populasi dari ketiga kelompok ini

tidak terlalu banyak.

3. Sesudah pengambilan sampel dan mendapatkan hasil yang sesuai, maka selanjunya

dilakukan pembagian kuisioner kepada masing – masing sampel.

4. Proses pengisian kuisioner ada yang dilakukan oleh sampel itu sendiri ada juga yang

dilakukan oleh petugas, karena ada sampel yang hanya mau diwawancarai dan

menjawab pertanyaan sesuai dengan pertanyaan dalam kuisioner.

5. Dalam proses pengisian kuisioner, petugas berada bersama anggota sampel dan

memberikan penjelasan kepada sampel baik yang mengisi kuisioner secara langsung

atau yang diwawancarai yang mengalami kesulitan dalam menjawab pertanyaan yang

ada dalam kuisioner.

6. Sesudah kuisioner selesai diisi, kemudian dikumpulkan kembali.

4–3

4.1.3 Data

1. Data Primer

Data yang diperoleh di lapangan berupa data penghasilan pertahun dari Petani,

tukang ojek, pemilik angkutan dan pedagang kaki lima. Di Desa Pukdale, Populasi yang

ada untuk petani adalah 100 orang sedangkan jumlah sampel yang diambil sebanyak 20

orang sedangkan untuk penghasilan diambil rata–rata penghasilan dari jumlah populasi.

a. Data petani.

Penghasilan petani untuk 1 kali panen ( 1 tahun 1 kali panen )

Jumlah sampel : 20 orang

Luas area rata - rata untuk ditanam: 1 hektar

Hasil panen untuk 1 hektar dalam 1 tahun : 4 ton gabah. 1 ton gabah ini setelah

diolah akan menghasilkan 650 kg beras. Berarti 4 ton gabah akan menghasilkan

2.600 kg beras.

Beras dijual dengan harga Rp 2.100/ Kg ( sebelum ada jalan ) dan Rp 3.500/ Kg

(sesudah ada jalan ).

Penghasilan rata – rata pertahun sebelum adanya jalan adalah Rp 5.510.000,00

(lampiran II) sedangkan untuk penghasilan rata – rata pertahun sesudah adanya jalan

adalah Rp 9.552.500,00 ( lampiran II )

Semua keadaan diatas berdasarkan asumsi bahwa setiap tahunnya curah hujan

selalu bagus, ini artinya persediaan air cukup sehingga tidak terjadi kegagalan panen

sehingga hasil yang diperoleh seperti data – data diatas.

b. Data tukang ojek.

Waktu efektif bekerja dalam satu bulan kurang lebih 26 hari.

Waktu bekerja dalam 1 tahun adalah 12 bulan.

Penghasilan rata – rata tukang ojek untuk satu hari sebelum adanya jalan adalah

Rp 12.357,14 ( lampiran II ), sedangkan untuk Penghasilan rata – rata tukang ojek

untuk satu hari sesudah adanya jalan adalah Rp 26.714,29 ( lampiran II )

Untuk biaya pemeliharaan dan perawatan diabaikan karena hadirnya biaya – biaya ini

tidak setiap saat atau bersifat situasional.

c. Data pemilik angkutan

Waktu efektif bekerja dalam satu bulan kurang lebih 30 hari.

Waktu bekerja dalam satu tahun adalah 12 bulan.

4–4

Penghasilan rata – rata perhari sebelum adanya jalan adalah Rp 69.000 sedangkan

untuk penghasilan rata – rata perhari sesudah adanya jalan adalah Rp146.000

(lampiran II)

Data – data diatas merupakan penghasilan bersih yang tidak termasuk dengan biaya

pemeliharaan dan perawatan. Biaya – biaya ini bersifat situasional artinya keperluan

akan biaya ini tidak setiap saat, jadi secara umum biaya ini diabaikan.

d. Data pedagang kaki lima

Penghasilan rata – rata perhari sebelum adanya jalan adalah Rp 32.857,14

sedangkan untuk penghasilan rata – rata perhari sesudah adanya jalan adalah Rp

68.571,43 ( lampiran II )

Tabel 4.1. Data Penghasilan Petani, Tukang Ojek, Pemilik Angkutan, Pedagang Kaki Lima

No DataJumlah populasi (Orang)

Jumlah sampel (orang)

Penghasilan rata – rata ( rupiah )

Perhari Perbulan Pertahun

1 Petani Padi100 20 --- --- 9.552.500,00

2 Tukang Ojek14 14 26.714,29 694.571,54 8.334.858,48

3 Pemilik Angkutan

10 10 146.000,00 4.380.000,00 52.560.000,00

4Pedagang Kaki

Lima7 7 68.571,43 2.057.142,90 24.685.714,80

Keterangan :.1. hari bekerja efektif dalam sebulan untuk t.ojek = 26 hari

2. hari bekerja efektif dalam sebulan untuk angkutan = 30 hari

Dalam mengidentifikasikan manfaat dari data penghasilan rata–rata untuk tiap-

tiap populasi di atas maka ditelusuri peningkatan penghasilan akibat adanya

pembangunan jalan yang menyebabkan transportasi menjadi lancar sehingga proses

penjualan hasil pertanian menjadi lebih mudah yang mengakibatkan penghematan biaya

transportasi. Disamping itu juga kehadiran jalan tersebut menimbulkan keramaian

disepanjang jalan sehingga munculnya pedagang disepanjang jalan tersebut. Kehadiran

jalan tersebut juga membuka lapangan pekerjaan baru seperti munculnya tukang ojek

dan juga angkutan umum yang melewati daerah sepanjang jalan tersebut.

Secara umum kehadiran jalan tersebut dinilai sangat bermanfaat bagi masyarakat

sekitar yang pada umumnya bekerja sebagai petani, ini dapat dilihat dari peningkatan

pendapatan yang terjadi. Sebelum adanya jalan, untuk menjual hasil pertanian petani

biasanya menggunakan gerobak atau dengan cara dipikul, dilihat dari proses

pengangkutan hasil yang terjadi maka terlihat jelas bahwa hanya sebagian saja hasil

produksi yang dapat dipasarkan, otomatis pendapatannya pun hanya sedikit. Ini

menyebabkan para spekulan beras (tengkulak) memanfaatkan keadaan ini, beras dibeli

dengan harga dibawah standar yang ada, kemudian dijual dipasaran dengan harga pasar

4–5

yang sesuai. Hal inilah yang menyebabkan menurunnya pendapatan petani.

Sesudah jalan dibangun maka semua fenomena yang terjadi diatas berubah,

petani dengan mudah menjual hasil pertanian dipasar dengan harga yang sesuai

sehingga pendapatannya pun meningkat dan juga secara tidak langsung menghentikan

para spekulan beras. Hal yang sama juga terjadi pada tukang ojek, angkutan umum dan

pedagang, ramainya transportasi menyebabkan munculnya tukang ojek dan angkutan

umum, secara otomatis terbentuknya lapangan pekerjaan baru yang berdampak pada

peningkatannya pendapatan para tukang ojek dan pemilik angkutan umum yang sebelum

adanya jalan mempunyai pendapatan yang minim.

Selain manfaat yang secara langsung dirasakan adapun manfaat sekunder yang

timbul dari dibangunnya jalan tersebut, misalnya adanya kenyamanan yang dirasakan

oleh pengguna jalan dan juga meningkatnya nilai jual tanah disepanjang jalan yang

berdampak pada meningkatnya pertumbuhan ekonomi didaerah tersebut untuk waktu –

waktu yang akan datang dan juga secara tidak langsung menghentikan spekulan beras.

Untuk lebih lengkap proses pengolahan data dari masing–masing populasi

berdasarkan peningkatan penghasilan dapat dilihat pada tabel manfaat di bawah ini:

Tabel 4.2 Data Penghasilan Petani Padi

TahunPenghasilan bersih

Rp/ha

% manfaat yang

diterima dengan adanya

jalan

Manfaat yang

diterima dengan

adanya jalan

kenaikan manfaat (%)

pred. ken. Manf

1 2 3 4=3x2 5 62002 Rp.5,510,000.00 0.0000 0 0

8.4642003 Rp.5,510,000.00 0.0000 0 02004 Rp.5,510,000.00 0.0000 0 02005 Rp.5,510,000.00 0.0000 0 02006 Rp.9,552,500.00 0.4232 4042500.0 42.319

sumber : Data hasil penelitian

Tabel 4.3 Data Penghasilan Tukang Ojek

Tahun Penghasilan bersih

% manfaat yang

diterima dengan adanya

jalan

manfaat yang diterima

dengan adanaya

jalan

Kenaikan Manfaat (%)

prediksi kenaikan

1 2 3 4=3x2 5 62002 Rp.3,855,427.68 0.0000 0 0

10.7492003 Rp.3,855,427.68 0.0000 0 02004 Rp.3,855,427.68 0.0000 0 02005 Rp.3,855,427.68 0.0000 0 0

2006 Rp.8,334,858.48 0.5374 4479430.8 53.74333362sumber : Data hasil penelitian

4–6

Tabel 4.4 Data Penghasilan Angkutan

Tahun Penghasilan bersih

% manfaat yang

diterima dengan adanya

jalan

manfaat yang diterima

dengan adanya jalan

Kenaikan Manfaat (%)

pred.ken.manfaat

1 2 3 4=3x2 5 6

2002 Rp.24,840,000.00 0.0000 0 0

10.5482003 Rp.24,840,000.00 0.0000 0 02004 Rp.24,840,000.00 0.0000 0 02005 Rp.24,840,000.00 0.0000 0 0

2006 Rp.52,560,000.00 0.5274 27720000 52.73972603sumber : Data hasil penelitian

Tabel 4.5 Data Penghasilan Pedagang Kaki Lima

Tahun Penghasilan bersih

% manfaat yang

diterima dengan adanya

jalan

Manfaat yang diterima

dengan adanya jalan

kenaikan manfaat (%)

pred. ken. Manf

1   3 4=3x2 5 6

2002 Rp.11,828,570.40 0.0000 0 0

10.4172003 Rp.11,828,570.40 0.0000 0 02004 Rp.11,828,570.40 0.0000 0 02005 Rp.11,828,570.40 0.0000 0 02006 Rp.24,685,714.00 0.5208 12857143.6 52.083

sumber : Data hasil penelitian

Prediksi kenaikan pendapatan hanya dapat dihitung dengan prediksi beberapa

tahun sebelum ada jalan dengan asumsi bahwa keadaan tersebut pada setiap tahun

keadaannya sama, sehingga data – data yang digunakan dianggap berlaku setiap

tahunnya. Ini karena data – data yang ada tidak mencukupi untuk prediksi beberapa

tahun yang lalu. Sedangkan untuk prediksi kenaikan pendapatan tahun – tahun kedepan,

diasumsikan kenaikannya sesuai dengan tingkat suku bunga yang digunakan yaitu 5 %

setiap tahunnya.

Pembangunan jalan tersebut secara langsung dapat dilihat manfaatnya, khusus

untuk petani dapat dilihat yaitu sebelum jalan dibangun ( tahun 2002 – 2005 ) dan

sesudah jalan dibangun (tahun 2005 - 2006), penghasilan bersih untuk setiap petani

meningkat. Dalam menganalisa manfaat maka manfaat yang dipakai adalah manfaat

netto, artinya peningkatan manfaat bersih yang diperoleh petani yaitu selisih antara

manfaat sebelum dan sesudah adanya jalan. Hal ini sesuai dengan harapan mereka

yaitu meningkatnya harga jual hasil pertanian karena transportasi yang semakin lancar

sehingga petani dengan mudah menjual hasil pertanian ke pasar dan secara tidak

4–7

langsung menghentikan sepak terjang para spekulan beras yang sering membeli padi

dari petani dengan harga miring yang menyebabkan kerugian bagi petani. Pembangunan

jalan tersebut bukan hanya bermanfaat bagi sektor pertanian, namun kehadiran jalan

tersebut juga memberi peluang pada terciptanya lapangan pekerjan baru yang

berakibatkan meningkatnya pendapatan masyarakat disekitarnya misalnya munculnya

tukang ojek, pedagang kaki lima, angkutan umum. Untuk ketiga kelompok diatas dalam

menanalisa manfaat dari ketiga populasi tersebut dilakukan hal yang sama, yaitu manfaat

yang diambil adalah manfaat netto, artinya manfaat bersih yaitu selisih antara manfaat

sebelum dan sesudah adanya jalan.

Untuk melihat peningkatan manfaat petani, tukang ojek, pemilik angkutan dan pedagang yang

terjadi maka dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.6 Perhitungan Manfaat Per/ Hari, Per/Bulan

No

Manfaat dari pengguna

Jumlah Populasi Penghasilan / hari Penghasilan / bulan

  (orang) Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah

1 Petani 100        

 

Manfaat yang diterima  

    

2Tukang ojek 14 Rp.12,375,14 Rp.26,714,29 Rp.321,753.64 Rp.694,571,54

 

Manfaat yang diterima   Rp.14339,15 Rp.372.817,90

3Pengusaha Angkutan 10 Rp.69,000.00 Rp.146,000.00 Rp.2.070.000,00 Rp.4,380,000.00

 

Manfaat yang diterima   Rp.77.000,00 Rp.2.310,000.00

4Pedagang kaki lima 7 Rp.32,857.14 Rp.68,571.42 Rp.985.714.20 Rp.2,057,142.60

 

Manfaat yang diterima   Rp.35.714,28 Rp.1.071.428,40

4–8

NoManfaat dari pengguna  

JumlahPopulasi (orang)

Penghasilan / tahun

Sebelum Sesudah

1 Petani 100 Rp.5,510,000.00 Rp.9,552,500.00

 Manfaat yang diterima

Rp.4.042.500.00

2 Tukang ojek 14 Rp. 3,861,043.68 Rp.8,334,858,48

 Manfaat yang diterima

Rp.4.473.814.80

3Pengusaha Angkutan

10 Rp.24,840,000.00 Rp.52,560,000.00

 Manfaat yang diterima

Rp.27,720,000,00

4Pedagang kaki lima

7 Rp.11,828,570.40 Rp.24,685,711.20

 Manfaat yang diterima

Rp.12,857,140.80

Dari tabel diatas menunjukan bahwa kehadiran jalan tersebut sangat

bermanfaat, ini dapat dilihat dari bertambahnya penghasilan petani, tukang ojek, pemilik

angkutan dan pedagang setelah jalan ini dibangun.

2. Data Sekunder

Data Sekunder berupa data yang diperoleh dari instansi terkait dalam hal ini

berupa data Biaya Pembangunan dan pemeliharaan jalan pada Tahun Anggaran 2005

pada Dinas Kimpraswil Sub Dinas Pemukiman dan Tata Ruang Propinsi Nusa Tenggara

Timur.

4.2. Biaya – Biaya Yang Ditimbulkan Dengan Adanya Pembangunan Jalan

4.2.1. Biaya Proyek

Data yang diperoleh dari Dinas Kimpraswil Sub Dinas Pemukiman dan Tata Ruang

Propinsi Nusa Tenggara Timur Tahun anggaran 2005 dengan total biaya proyek untuk

membangun jalan sebesar Rp. 850.016.000,00 (Delapan Ratus Lima Puluh Juta Enam Belas

Ribu Rupiah)

Nilai proyek pembangunan jalan pada tahun 2005 dapat dihitung dengan mengalikan

faktor (F/P;i=5%,n=1) dengan biaya proyek, sehingga diperoleh nilai proyek saat ini (tahun

2006) adalah:

P = Rp 850.016.000

0 1

i = 5 % n = 1

F = ?

4–9

F = (F/P;i=5%,n=1) x P

=1,0500 x 850.016.000,00

= Rp.892.516.800,00

Untuk mengkonversikan nilai proyek saat ini (tahun 2006) pada nilai seragam (At)

pada periode 20 tahun mendatang dengan tingkat suku bunga 5% diperoleh dengan cara

mengalikan faktor (A/P;i=5%;n=20), sehingga deret seragam yang diperoleh adalah :

A = ?

i = 5 % n = 20

P = Rp.892.516.800,00

A = (A/P;i=5%;n=20) x P

At = 892.516.800,00 x 0.0802

= Rp.71.579.847,00

4.2.2. Menghitung biaya Perawatan.

Data diperoleh bahwa besarnya biaya proyek pembangunan jalan tahun anggaran

2005 sebesar Rp 850.016.000,00 dan untuk menghitung biaya perawatan jalan diprediksikan

sebesar 4% dari biaya proyek

Data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan pihak Dinas Kimpraswil Sub

Dinas Pemukiman dan Tata Ruang Propinsi Nusa Tenggara Timur yang dipergunakan untuk

menghitung biaya perawatan jalan dipakai persamaan (2.14) sebagai berikut:

Br = BP x 4% ……………………………………...................................................….(2.11)

= Rp. 850.016.000,00 x 4%

= Rp.34.000.640,00

Sedangkan besarnya biaya Perawatan jalan pada tahun 2006 dapat dihitung dengan

mengalikan faktor (F/P;i=5%,n=1) dengan biaya perawatan awal periode sehingga diperoleh:

0 1

i = 5 % n = 1 F = ?

F = (F/P;i=5%,n=1) x P

= 1,0500 x 34.000.640,00

= Rp 35.700.672,00.

4–10

Selanjutnya dicari deret seragam pada periode antara biaya pemeliharaan berkala

antara tahun 2006 sampai 2009 sehingga deret seragam yang terjadi adalah dengan

mengalikan faktor (A/F;I=5%;n=3) sehingga diperoleh

i = 5 % n = 3 F = Rp. 35.700.672,00.

0 1 2 3 A = ?

A = (A/F;I=5%;n=3) x F

= Rp. 35.700.672,00 x 0,3172

. = Rp. 11.324.253,00

Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.7 di bawah ini:

4–11

Tabel 4.7. Biaya Perawatan

Thn B.Perawatan Prode

F/P

(5%)

B. Perawatan

(F)

A/F

(5%) A/F (5%)

Nilai Deret

Seragam (At)

  (Rupiah) (n) (Tabel) (Rupiah) (Tabel) Seragam (Rupiah)

1 2 3 4 5=2 x 4 6 7 8=5x7

2006 11,324,253.00 0 1.0000 11,324,253.00 0.0000 0.3172 3,592,053.05

2007 1 1.0500 1.0000 0.3172 3,592,053.05

2008 2 1.1025 0.4878 0.3172 3,592,053.05

2009 3 1.1576 0.3172 0.3172 3,592,053.05

2010 11,890,465.65 4 1.2155 14,452,935.31 0.2320 0.3172 4,584,471.08

2011 5 1.2763 0.1810 0.3172 4,584,471.08

2012 6 1.3401 0.1470 0.3172 4,584,471.08

2013 7 1.4071 0.1228 0.3172 4,584,471.08

2014 12,484,988.93 8 1.4775 18,446,014.86 0.1047 0.3172 5,851,075.91

2015 9 1.5513 0.0907 0.3172 5,851,075.91

2016 10 1.6289 0.0795 0.3172 5,851,075.91

2017 11 1.7103 0.0704 0.3172 5,851,075.91

2018 13,109,238.38 12 1.7959 23,542,308.67 0.0628 0.3172 7,467,620.31

2019 13 1.8856 0.0565 0.3172 7,467,620.31

2020 14 1.9799 0.0510 0.3172 7,467,620.31

2021 15 2.0789 0.0463 0.3172 7,467,620.31

2022 13,764,700.30 16 2.1829 30,046,614.50 0.0423 0.3172 9,530,786.12

2023 17 2.2920 0.0387 0.3172 9,530,786.12

2024 18 2.4066 0.0355 0.3172 9,530,786.12

2025 19 2.5270 0.0327 0.3172 9,530,786.12

2026 14,452,935.31 20 2.6533 38,347,940.10 0.0302 0.3172 12,163,966.60

Data Hasil Analisis Penelitian.

Tabel diatas menggambarkan adanya biaya pemeliharaan dari suatu proyek. Biaya

pemeliharaan ini muncul setiap 3 tahun sekali. Pada tahun keempat biaya ini muncul lagi,

namun meningkat sebesar 5 % dari biaya semula, dan seterusnya sampai dengan 20 tahun

kedepan. Kemudian besarnya biaya ini dikonversikan menjadi biaya akan datang dengan

mengalikan biaya tersebut dengan faktor (F/P;i=5 %,n=1) setiap tahunnya dan seterusnya

sampai periode 20 tahun. Setelah biaya ini dikonversikan menjadi nilai akan datang,

kemudian biaya ini diasumsikan akan muncul setiap tahunnya selama 20 tahun secara

seragam. Dengan kata lain biaya ini dipecahkan menjadi nilai deret seragam dengan cara

mengalikan biaya ini dengan factor (A/F;i=5 %,n=3) seterusnya sampai dengan 20 tahun

kedepan.

4–12

4.3. Manfaat – Manfaat yang ditimbulkan dengan adanya pembangunan jalan.

4.3.1. Manfaat Primer.

4.3.1.1. Menghitung Penghasilan Petani.

Data :

1) Penghasilan petani pertahun untuk satu kali panen dari sampel yang ada

Rp 9.552.500/ha

2) Periode penanaman padi dalam setahun 1 kali

3) Manfaat yang diterima petani dengan adanya pembangunan jalan

(Rp, 4.042.500,00). Tabel 4.6

4) Jumlah populasi yang ada (100 orang)

Dengan data – data yang ada diatas maka penghasilan petani pertahun dapat dihitung

dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

PP = Mpn x Pr x Jpp

Keterangan :

PP = Penghasilan petani pertahun ( rupiah/tahun/ha ).

Pr = Periode penanaman padi dalam setahun.

Mpn = Manfaat yang diterima petani. (rupiah)

Jsp = Jumlah populasi petani.

Dengan demikian penghasilan petani setiap tahun adalah sebagai berikut :

PP = Mpn x Pr x Jpp

= Rp. 4.042.500,00 x 1 x 100

= Rp. 404.250.000,00 pertahun

Untuk selanjutnya peningkatan penghasilan petani diasumsikan akan mengalami

kenaikan setiap tahun sebesar 5% dari manfaat sebelumnya sesuai dengan asumsii tingkat

suku bunga.

Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.8

4.3.1.2. Menghitung Penghasilan Tukang Ojek.

Data :

1) Penghasilan perhari yang diperoleh tukang ojek.(Rp 26.714,29/hari/orang)

2) Jumlah waktu efektif bekerja dalam sebulan ( 26 hari )

4–13

3) Jumlah waktu efektif bekerja dalam setahun ( 12 bulan )

4) Manfaat yang diperoleh sesudah adanya jalan perhari ( Rp.14.339,15) tabel 4.6

5) Jumlah tukang ojek yang menggunakan jalan tersebut. ( 14 orang )

Dengan data – data yang ada diatas maka penghasilan tukang ojek perbulan dapat

dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

PTO = Mph x Jwef x Jto

Keterangan :

PTO = Penghasilan tukang ojek perbulan. ( rupiah/bulan)

Mph = Manfaat yang diterima tukang ojek perhari. ( rupiah )

Jwef = Jumlah waktu efektif bekerja dalam sebulan

Jto = Jumlah tukang ojek.

Dengan demikian penghasilan tukang ojek setiap bulan adalah sebagai berikut :

PTO = Mpb x Jwef x Jto

= Rp. 14.339,15 x 26 x 14

= Rp. 5.219.450,60 perbulan

Untuk mendapatkan penghasilan tukang ojek pertahun dapat dihitung dengan

persamaan sebagai berikut :

Data :

1) Penghasilan perbulan yang diperoleh tukang ojek.(Rp 5.226.002,60

/bulan/orang)

2) Jumlah waktu efektif bekerja dalam setahun ( 12 bulan )

Dengan data – data yang ada diatas maka penghasilan tukang ojek pertahun dapat

dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

PTO = Jwef x Pto

Keterangan :

PTO = Penghasilan tukang ojek pertahun. ( rupiah/tahun)

Jwef = Jumlah waktu efektif bekerja dalam setahun

Pto = Penghasilan tukang ojek perbulan

Dengan demikian penghasilan tukang ojek setiap tahun adalah sebagai berikut :

PTO = Jwef x Pto

4–14

= Rp. 5.219.450,60 x 12

= Rp. 62.633.407,20 pertahun

Untuk selanjutnya peningkatan penghasilan tukang ojek diasumsikan akan mengalami

kenaikan setiap tahun sebesar 5% dari manfaat sebelumnya sesuai dengan asumsi tingkat

suku bunga.

Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.8

4.3.1.3. Menghitung penghasilan pemilik angkutan.

Data :

1) Penghasilan perhari yang diperoleh oleh pemilik angkutan (Rp. 146.000,00/hari)

2) Manfaat yang diterima angkutan dengan adanya jalan perhari.(Rp.77.000,00).

tabel 4.6

3) Jumlah waktu efektif bekerja dalam sebulan (30 hari )

4) Jumlah angkutan yang melewati jalan tersebut ( 10 angkutan )

Dengan data – data yang ada diatas maka penghasilan pemilik angkutan perbulan

dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

PAK = Mab x Jwef x Jak

Keterangan :

PAK = Penghasilan angkutan umum perbulan. ( rupiah/tahun )

Mab = Manfaat yang diterima angkutan umum perhari. ( rupiah )

Jwef = Jumlah waktu efektif bekerja dalam sebulan.

Jak = Jumlah angkutan umum.

Dengan demikian penghasilan angkutan umum setiap bulan adalah sebagai berikut:

PAK = Mab x Jwef x Jak

= Rp. 77.000,00 x 30 x 10

= Rp. 23.100.000,00 perbulan

Untuk mendapatkan penghasilan angkutan umum pertahun dapat dihitung dengan

persamaan sebagai berikut :

Data :

4–15

1) Penghasilan perbulan yang diperoleh angkutan umum. (Rp23.100.000,00 / bulan /

orang)

2) Jumlah waktu efektif bekerja dalam setahun (12 bulan)

Dengan data – data yang ada diatas maka penghasilan angkutan umum pertahun

dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

PAK = Jwef x Pak

Keterangan :

PAK = Penghasilan angkutan umum pertahun. (rupiah/tahun)

Jwef = Jumlah waktu efektif bekerja dalam setahun

Pak = Penghasilan angkutan umum perbulan

Dengan demikian penghasilan angkutan umum setiap tahun adalah sebagai berikut :

PAK = Jwef x Pto

= Rp. 23.100.000,00 x 12

= Rp. 277.200.000,00 pertahun

Untuk selanjutnya peningkatan penghasilan angkutan umum diasumsikan akan

mengalami kenaikan setiap tahun sebesar 5% dari manfaat sebelumnya sesuai dengan

asumsi tingkat suku bunga.

Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.8

4.3.1.4. Menghitung Penghasilan Pedagang Kaki Lima

Data :

1) Penghasilan perhari yang diperoleh pedagang ( Rp.68,571.42/ hari)

2) Jumlah bulan efekif bekerja dalam setahun ( 12 bulan )

3) Waktu bekerja efektif dalam sebulan ( 30 hari )

4) Jumlah pedagang kaki lima. ( 7 orang )

5) Manfaat yang diterima dengan adanya jalan perhari ( Rp.35.714,28.), tabel 4.6

Dengan data – data yang ada diatas maka penghasilan pedagang kaki lima perbulan

dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

PKL = Mpk x Jwef x Jp

Keterangan :

PKL = Penghasilan pedagang kaki lima perbulan. ( rupiah/tahun )

4–16

Mpk = manfaat yang diterima pedagang kaki lima perhari. ( rupiah )

Jwef = Jumlah bulan efektif bekerja dalam sebulan.

Jp = Jumlah pedagang kaki lima.

Dengan demikian penghasilan pedagang kaki lima setiap bulan adalah sebagai berikut:

PKL = Mpk x Jwef x Jp

= Rp. 35.714,28 x 30 x 7

= Rp. 7.499.998.80 perbulan

Untuk mendapatkan penghasilan pedagang pertahun dapat dihitung dengan

persamaan sebagai berikut :

Data :

1) Penghasilan perbulan yang diperoleh pedagang.(Rp 7.499.998.80/bulan/orang)

2) Jumlah waktu efektif bekerja dalam setahun ( 12 bulan )

Dengan data – data yang ada diatas maka penghasilan pedagang pertahun dapat

dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

PKL = Jwef x Pkl

Keterangan :

PKL = Penghasilan pedagang pertahun. ( rupiah/tahun)

Jwef = Jumlah waktu efektif bekerja dalam setahun

Pkl = Penghasilan pedagang perbulan

Dengan demikian penghasilan pedagang kaki lima setiap tahun adalah sebagai berikut:

PKL = Jwef x Pkl

= Rp. 7.499.998.80 x 12

= Rp. 89.999.985.60 pertahun

Untuk selanjutnya peningkatan penghasilan pedagang kaki lima diasumsikan akan

mengalami kenaikan setiap tahun sebesar 5% dari manfaat sebelumnya sesuai dengan

asumsi tingkat suku bunga.

Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.8

Semua manfaat ( benefit ) secara lengkap dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

4–17

Tabel 4.8. Manfaat Yang Dihasilkan

Thn Petani Tukang ojek Angkutan Pedagang Manfaat Total (F) Prde P/F (%5) Manfaat Total (P)  (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (n) (Tabel) (Rp)

1 2 3 4 5 6 7 8 92006 404,250,000.00 62,633,407.20 277,200,000.00 89,999,985.60 834,083,392.80 0 1.0000 834,083,392.802007 424,462,500.00 65,765,077.56 291,060,000.00 94,499,984.88 875,787,562.44 1 0.9524 834,083,392.80

2008 445,685,625.00 69,053,331.44 305,613,000.00 99,224,984.12 919,576,940.56 2 0.9070 834,083,392.802009 467,969,906.25 72,505,998.01 320,893,650.00 104,186,233.33 965,555,787.59 3 0.8638 834,083,392.80

2010 491,368,401.56 76,131,297.91 336,938,332.50 109,395,545.00 1,013,833,576.97 4 0.8227 834,083,392.802011 515,936,821.64 79,937,862.81 353,785,249.13 114,865,322.25 1,064,525,255.82 5 0.7835 834,083,392.80

2012 541,733,662.72 83,934,755.95 371,474,511.58 120,608,588.36 1,117,751,518.61 6 0.7462 834,083,392.802013 568,820,345.86 88,131,493.74 390,048,237.16 126,639,017.78 1,173,639,094.54 7 0.7107 834,083,392.802014 597,261,363.15 92,538,068.43 409,550,649.02 132,970,968.67 1,232,321,049.27 8 0.6768 834,083,392.802015 627,124,431.31 97,164,971.85 430,028,181.47 139,619,517.10 1,293,937,101.73 9 0.6446 834,083,392.802016 658,480,652.87 102,023,220.44 451,529,590.54 146,600,492.95 1,358,633,956.82 10 0.6139 834,083,392.802017 691,404,685.52 107,124,381.47 474,106,070.07 153,930,517.60 1,426,565,654.66 11 0.5847 834,083,392.802018 725,974,919.79 112,480,600.54 497,811,373.57 161,627,043.48 1,497,893,937.39 12 0.5568 834,083,392.802019 762,273,665.78 118,104,630.57 522,701,942.25 169,708,395.66 1,572,788,634.26 13 0.5303 834,083,392.802020 800,387,349.07 124,009,862.10 548,837,039.36 178,193,815.44 1,651,428,065.97 14 0.5051 834,083,392.802021 840,406,716.53 130,210,355.20 576,278,891.33 187,103,506.21 1,733,999,469.27 15 0.4810 834,083,392.802022 882,427,052.35 136,720,872.96 605,092,835.90 196,458,681.52 1,820,699,442.73 16 0.4581 834,083,392.802023 926,548,404.97 143,556,916.61 635,347,477.69 206,281,615.60 1,911,734,414.87 17 0.4363 834,083,392.802024 972,875,825.22 150,734,762.44 667,114,851.58 216,595,696.38 2,007,321,135.61 18 0.4155 834,083,392.802025 1,021,519,616.48 158,271,500.56 700,470,594.16 227,425,481.20 2,107,687,192.40 19 0.3957 834,083,392.802026 1,072,595,597.30 166,185,075.59 735,494,123.87 238,796,755.26 2,213,071,552.02 20 0.3769 834,083,392.80Sumber: Hasil analisa data penelitiancatatan:

6=[2+3+4+5]

9=6x8

4–18

Setelah semua manfaat dihitung berdasarkan peningkatan manfaat setiap sampel

maka selanjutnya semua manfaat tersebut akan mengalami peningkatan sebesar 5 % setiap

tahunnya sampai dengan 20 tahun akan datang. Kemudian semua manfaat yang ada

dijumlahkan untuk mendapatkan manfaat total secara keseluruhan. Nilai manfaat total yang

ada ini merupakan nilai yang sudah dikonversikan menjadi nilai akan datang untuk setiap

tahun selama periode 20 tahun. Selanjutnya nilai manfaat total ini dikonversikan lagi menjadi

nilai sekarang dengan mengalikan setiap nilai manfaat dengan faktor (P/F;i=5%,n=1) untuk

setiap tahunnya selama 20 tahun kedepan.

4.3.2. Manfaat sekunder

Selain manfaat yang dapat dihitung dengan nilai uang ( manfaat primer ), ada juga

manfaat yang dapat dirasakan oleh masyarakat setempat dengan dibangunnya jalan

tersebut.manfaat itu antara lain :

1. Adanya kenyamanan yang dirasakan oleh setiap pengguna jalan dalam

melakukan aktifitas sehari – hari.

Dengan dibangunnya jalan tersebut maka aktifitas sehari – hari akan menjadi

lancar. Dengan kondisi jalan yang baik maka secara langsung menimbulkan rasa

nyaman bagi pengguna jalan yang melewatinya.

2. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi didaerah sekitar.

Pembangunan jalan tersebut secara langsung mengakibatkan transportasi

menjadi lancar, dampaknya adalah semakin meningkatnya aktifitas yang terjadi disekitar

daerah tersebut. Secara tidak langsung ini mempengaruhi orang untuk melakukan atau

membangun usaha, baik besar maupun kecil didaerah tersebut. Ini menyebabkan harga

tanah disekitar daerah tersebut menjadi tinggi.

3. Menghentikan para spekulan beras (tengkulak).

Dengan adanya jalan, petani dapat menjual hasil pertanian mereka secara

langsung ke pasar dengan harga yang sesuai, tentunya ini sangat menguntukan bagi

mereka karena penghasilan mereka pun meningkat. Ini berbeda dengan keadaan

sebelum adanya jalan. Kesulitan transportasi menyebabkan petani kesulitan menjual

hasil pertanian ke pasar, ini memberi peluang pada tengkulak untuk membeli dengan

harga yang jauh dibawah standar, kemudian menjual dengan harga yang tinggi.

4–19

4.3.2.1. Menhitung Manfaat Sekunder

Manfaat sekunder adalah manfaat yang muncul tidak langsung dari keberadaan

suatu proyek tapi muncul dari adanya manfaat primer. Manfaat ini ada yang dapat

dihitung dengan nilai dan ada juga yang tidak dapat dihitung dengan nilai uang, ini

disebabkan sulitnya menentukan parameter pembanding dan parameter hitungan yang

tepat. Banyak faktor yang menyebabkan parameter – parameter tersebut menjadi tidak

pasti nantinya. Manfaat ini dapat dihitung namun biasanya menggunakan asumsi –

asumsi yang mengandaikan seolah – olah keadaan nantinya berjalan sesuai rencana.

Berdasarkan uraian diatas maka akan dicoba menghitung manfaat sekunder yang terjadi.

Manfaat yang akan coba dihitung adalah Meningkatnya pertumbuhan ekonomi didaerah

sekitar. Akibat adanya maka aktifitas yang terjadi didaerah sekitar menjadi lebih ramai, ini

membuka peluang orang untuk membangun usaha didaerah tersebut, hal ini

menyebabkan harga tanah disekitar daerah tersebut menjadi tinggi. Nilai jual tanah

biasanya berdasarkan ZNT (zona nilai tanah ). Untuk Desa Pukdale nilai jual tanah

berada pada ZNT 41 sampai ZNT 38 dengan harga Rp 2.450 per M sampai Rp 7.150

per M . Peningkatan nilai jual tanah biasanya dipengaruhi oleh pembangunan yang

terjadi didaerah tersebut (aksesibilitas).

Berdasarkan penjelasan diatas maka untuk menghitung nilai jual tanah diDesa

Pukdale maka dibuat beberapa asumsi yaitu sebagai berikut :

a. Harga tanah ZNT 38 = Rp 7.150 per M .

b. Luas daerah yang masuk dalam ZNT 38 adalah ; 19.051 M .( data – data luas

daerah yang masuk dalam ZNT 41 sampai 39 sulit diperoleh karena data – data

yang ada pada kantor pelayanan pajak bumi dan bangunan untuk Desa Pukdale

masih bersifat manual, sehingga penyajian datanya memerlukan proses yang lama).

c. Harga tanah menjadi = Rp 7.150 x 19.051 M .

= Rp 136.214.650

d. Dengan adanya jalan harga jual tanah Desa Pukdale akan menjadi ZNT 37 dengan

harga jual Rp 10.000 per M .

e. Dengan demikian harga tanah akan menjadi = Rp 10.000 x 19.051 M .

= Rp 190.510.000

4–20

4.4Pembahasan Kelayakan Proyek Dengan Menggunakan Metode Manfaat

Biaya (Benefit Cost Ratio/BCR).

Setelah menganalisa semua benefit atau manfaat terdapat dilapangan, maka

selanjutnya dilakukan pengkonversian benefit atau manfaat di lapangan kedalam nilai

rupiah. Setelah itu dilakukan penilaian kelayakan proyek dengan menggunakan Metode

Manfaat Biaya (Benefit Cost Ratio/BCR).

4.4.1 Penilaian Kelayakan Proyek Dengan Menggunakan Metode Manfaat Biaya

(Benefit Cost Ratio/BCR).

Dari gambar 3.1. proses pengolahan data, terlihat bahwa untuk menilai layak

tidaknya suatu proyek untuk dilaksanakan maka terlebih dahulu harus dilakukan analisa

perbandingan antara manfaat yang diterima terhadap besarnya biaya yang dikeluarkan.

Dari hasil analisa yang dilakukan sebelumnya terhadap manfaat primer yang mana

secara langsung dapat dinilai dengan satuan mata uang, ternyata ada Peningkatan

Penghasilan petani seiring dengan dibangunnya jalan tersebut .

Selanjutnya biaya yang muncul yakni biaya proyek dan biaya pemeliharaan yang

kemudian dimasukkan ke dalam ongkos – ongkos yang dikeluarkan dengan hadirnya jalan

tesebut. semua ongkos ini akan ditanggung oleh pemerintah. Jadi nilai manfaat biaya (BCR)

dapat diketahui dengan menggunakan persamaan (2.26).

4.4.2. Perhitungan Benefit Cost Ratio untuk 20 Tahun.

Untuk menghitung BCR untuk 20 tahun dapat dilakukan dengan cara membagi

manfaat total terhadap hasil penjumlahan biaya proyek, dan biaya pemeliharaan yang semua

biaya tersebut telah dikonversikan untuk 20 tahun pada saat sekarang. Hasil

perhitungannya dapat dilihat pada tabel di bawah ini

4–21

Tabel 4.9. Benefit Cost Ratio (BCR) Selama 20 Tahun Untuk Saat Sekarang

ThnB.Proyek (P) Biaya Perawatan Manfaat Total (P)

(BCR)(Rp) (Rp) (Rp)

1 2 3 4 52006 71,579,847 3,592,053.05 834,083,392.802007 71,579,847 3,592,053.05 834,083,392.802008 71,579,847 3,592,053.05 834,083,392.802009 71,579,847 3,592,053.05 834,083,392.802010 71,579,847 4,584,471.08 834,083,392.802011 71,579,847 4,584,471.08 834,083,392.80

2012 71,579,847 4,584,471.08 834,083,392.80

2013 71,579,847 4,584,471.08 834,083,392.802014 71,579,847 5,851,075.91 834,083,392.802015 71,579,847 5,851,075.91 834,083,392.802016 71,579,847 5,851,075.91 834,083,392.802017 71,579,847 5,851,075.91 834,083,392.802018 71,579,847 7,467,620.31 834,083,392.802019 71,579,847 7,467,620.31 834,083,392.802020 71,579,847 7,467,620.31 834,083,392.802021 71,579,847 7,467,620.31 834,083,392.802022 71,579,847 9,530,786.12 834,083,392.802023 71,579,847 9,530,786.12 834,083,392.802024 71,579,847 9,530,786.12 834,083,392.802025 71,579,847 9,530,786.12 834,083,392.802026 71,579,847 12,163,966.60 834,083,392.80

1,503,176,787.00 136,267,992.51 17,515,751,248.80 10.68

Hasil analisa data penelitian

Untuk mengetahui kelayakan proyek pada masa mendatang maka dapat dicari BCR

untuk periode 20 tahun mendatang. Untuk menghitung benefit untuk 20 tahun dapat

dilakukan dengan cara membagi manfaat total terhadap hasil penjumlahan biaya proyek,

biaya rutin dan biaya pemeliharaan yang semua biaya tersebut telah dikonversikan untuk 20

tahun mendatang .

Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

4–22

Tabel 4.10. Benefit Cost Ratio (BCR) Selama 20 Tahun Untuk Masa Mendatang

ThnB.Proyek (P) Biaya Perawatan Manfaat Total (P)

(BCR)(Rp) (Rp) (Rp)

1 2 4 5 62006 71,579,847 3,592,053.05 834,083,392.80 11.102007 71,579,847 3,592,053.05 875,787,562.44 11.652008 71,579,847 3,592,053.05 919,576,940.56 12.232009 71,579,847 3,592,053.05 965,555,787.59 12.842010 71,579,847 4,584,471.08 1,013,833,576.97 13.312011 71,579,847 4,584,471.08 1,064,525,255.82 13.982012 71,579,847 4,584,471.08 1,117,751,518.61 14.682013 71,579,847 4,584,471.08 1,173,639,094.54 15.412014 71,579,847 5,851,075.91 1,232,321,049.27 15.922015 71,579,847 5,851,075.91 1,293,937,101.73 16.712016 71,579,847 5,851,075.91 1,358,633,956.82 17.552017 71,579,847 5,851,075.91 1,426,565,654.66 18.422018 71,579,847 7,467,620.31 1,497,893,937.39 18.952019 71,579,847 7,467,620.31 1,572,788,634.26 19.902020 71,579,847 7,467,620.31 1,651,428,065.97 20.892021 71,579,847 7,467,620.31 1,733,999,469.27 21.942022 71,579,847 9,530,786.12 1,820,699,442.73 22.452023 71,579,847 9,530,786.12 1,911,734,414.87 23.57

2024 71,579,847 9,530,786.12 2,007,321,135.61 24.752025 71,579,847 9,530,786.12 2,107,687,192.40 25.992026 71,579,847 12,163,966.60 2,213,071,552.02 26.43

*)Hasil analisa data penelitian

4–23

Berdasarkan nilai BCR pada tabel dapat dibuat grafik manfaat biaya untuk 20 tahun mendatang sebagai berikut :

Grafik 4.1. Hubungan Manfaat Biaya Untuk 20 Tahun Mendatang

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21

TAHUN

BC

R

4–24

4.4.3 Pembahasan kelayakan proyek untuk 20 tahun mendatang.

Berdasarkan Grafik di atas, dapat diungkapkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Dengan adanya jalan maka muncul manfaat yang dirasakan, manfaat – manfaat itu

berupa manfaat primer dan sekunder. Manfaat primer adalah manfaat yang dirasakan

secara langsung dari adanya jalan tersebut misalnya untuk petani, ini sangat membantu

dalam hal kemudahan dalam menjual hasil pertanian, begitu pula halnya dengan tukang

ojek, angkutan umum dan juga pedagang, Sedangkan manfaat yang muncul dari

manfaat primer dikatakan manfaat sekunder yaitu adanya kenyamanan yang dirasakan

oleh setiap pengguna jalan dalam melakukan aktifitas sehari – hari, meningkatnya

pertumbuhan ekonomi didaerah sekitar, dan juga dengan adanya jalan tersebut secara

tidak langsung menghentikan para spekulan beras.

2. Manfaat – manfaat tersebut selanjutnya akan dihitung untuk mencari BCR yang akan

terjadi. Dalam analisa manfaat yang digunakan adalah manfaat primer, sedangkan

manfaat sekunder disajikan hanya sebagai data tambahan untuk menunjukan adanya

manfaat – manfaat lain yang muncul akibat adanya jalan. Hal ini disebabkan karena

untuk menghitung manfaat sekunder data – data yang diperoleh sangat sedikit sehingga

hasilnya cenderung tidak pasti. Pertimbangan lainnya adalah,dalam analisa yang

digunakan hanya manfaat primer, hasilnya sudah melebihi target BCR, jadi manfaat

sekunder yang sudah dihitung digunakan sebagai data tambahah.

3. Proyek pembangunan jalan pada tahun pertamanya sudah dikatakan layak, ini dapat

dilihat dari perbandingan antara manfaat dan biaya sudah lebih besar dari satu. Hal ini

berarti pembanguna jalan tersebut sangat bermanfaat bagi masyarakat disekitar.

4. Dari grafik Hubungan Manfaat Biaya untuk 20 tahun mendatang terlihat bahwa BCR yang

terjadi dari tahun 2006-2026 terus meningkat, ini menunjukan bahwa untuk beberapa

tahun kedepan proyek pembangunan jalan ini masih bermanfaat jika dilihat dari manfaat

yang ditimbulkan dari pembangunan jalan tersebut.

5. Dari grafik Hubungan Manfaat Biaya untuk 20 tahun, terlihat kecenderungan grafik

mengalami patahan untuk setiap periode 4 tahun. Ini terjadi karena setiap tahun ke 4 dari

periode awal terjadi peningkatan biaya dimana biaya pemeliharaan meningkat sebesar 5

% dari biaya semula.

6. Secara keseluruhan pembangunan jalan ini sangat bermanfaat, baik untuk sekarang

maupun untuk masa 20 tahun yang akan datang dan juga demikian untuk beberapa

tahun selanjutnya, ini terlihat dari grafik yang cenderung naik, hal ini sebabkan karena

untuk setiap tahunnya manfaat yang muncul akan mengalami peningkatan dari manfaat

semula dan juga biaya yang akan mengalami perubahan hanya biaya pemeliharaan yang

muncul tiap 3 tahun sekali. Akan mengalami perubahan jika terjadi peningkatan biaya

pemeliharaan yang signifikan dan juga hal – hal yang menyebabkan manfaat – manfaat

diatas tidak lagi muncul dan dirasakan oleh masyarakat.

4–25

4–26