Rendemen dan Sifat Pengerjaan Kayu Jati (Tectona grandis L...

12
226 — PROSEDING SEMINAR NASIONAL MASYARAKAT PENELITI KAYU INDONESIA XX Rendemen dan Sifat Pengerjaan Kayu Jati (Tectona grandis L. f.) Hutan Rakyat Umur 10 Tahun dan 15 Tahun Aditya Darmawan Sinatrya 1 & Tomy Listyanto 2 1 Diploma III Pengelolaan Hutan Sekolah Vokasi, UGM 2 Departemen Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan Email: [email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai rendemen dan sifat pengerjaan kayu jati umur 10 tahun dan 15 tahun sebagai bahan baku mebel. Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah jati umur 10 tahun dan 15 tahun sebanyak masing-masing 3 pohon. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap yang disusun secara faktorial. Faktor yang digunakan adalah faktor umur, terdiri dari umur 10 dan 15 tahun dan faktor aksial kayu yaitu pangkal, tengah dan ujung. Parameter yang diamati antar lain sifat pembelahan, pengeboran, pembubutan, pengetaman, dan pengampelasan. Parameter kayu yang diamati selanjutnya diuji dengan analisis varian dengan taraf uji 5%, jika terjadi perbedaan maka diuji lanjut dengan Tukey Honestly Significant Different. Hasil penelitian didapat bahwa faktor umur dan faktor letak aksial tidak berbeda nyata pada saat pengetaman, pengampelasan, pengeboran, pembelahan dan pembubutan. Nilai rata-rata persentase cacat pada umur 10 tahun dan 15 tahun berturut-turut untuk pengetaman pada pangkal 17,02% dan 15,40 %; tengah 9,76% dan 16,65%; ujung 15,55% dan 24,27%, untuk pengampelasan pada pangkal 0,59% dan 2,23% ; tengah 4,37% dan 13,17%; ujung 3,15% dan 8,16%, untuk pengeboran pada pangkal 37,46% dan 41,77%; tengah 43,83% dan 40,35%; ujung 42,51% dan 40,09%, untuk pembelahan pada bagian pangkal 32,33% dan 18,71%, tengah 19,37% dan 20,24%, ujung 11,83% dan 16,55%. Berdasarkan sifat pengerjaan tersebut secara umum kayu jati umur 10 tahun dan 15 tahun sama-sama memiliki kualitas pengerjaan I-III (sangat baik sampai sedang) dan dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku meubel dengan kualitas yang sama. Kata kunci: jati muda, pengerjaan, rendemen Pendahuluan Kayu Jati (Tectona grandis L. f.) merupakan salah satu jenis kayu yang paling diminati oleh masyarakat sejak dahulu karena memiliki corak yang unik dan elegan, kuat, awet, stabil, dan mudah dikerjakan. Meskipun keras dan kuat, kayu jati mudah dipotong dan dikerjakan, sehingga disukai untuk membuat furniture dan ukir-ukiran. Pola-pola lingkaran tahun pada kayu teras nampak jelas, sehingga menghasilkan gambaran yang indah. Dengan kehalusan tekstur dan keindahan warna kayunya, jati digolongkan sebagai kayu mewah. Selain mudah dikerjakan, kayu jati memiliki kelas kuat II dan kelas awet I - II (Oey Djoen Seng, 1964). Oleh karena itu, jati banyak diolah menjadi mebel taman, mebel interior, dan kerajinan. Kebutuhan akan kayu jati meningkat berkisar 13-17% setiap tahunnya (Mawardi, 2012) Permasalahan mendasar saat ini yang sering dijumpai adalah keterbatasan pengetahuan tentang perkiraan hasil penggergajian kayu jati glondongan (log) menjadi sortimen tertentu. Faktor yang mempengaruhi rendemen dan sifat pengerjaan kayu diantaranya adalah umur pohon dan posisi aksial dalam batang. Umur pohon diduga mempengaruhi rendemen dn sifat pengerjaanya kaitannya dengan perbedaan besaran diameter, proporsi kayu gubal dan kayu

Transcript of Rendemen dan Sifat Pengerjaan Kayu Jati (Tectona grandis L...

Page 1: Rendemen dan Sifat Pengerjaan Kayu Jati (Tectona grandis L ...teknologihutan.fkt.ugm.ac.id/wp-content/uploads/sites/675/2019/01/... · akan kayu jati meningkat berkisar 13-17% setiap

226 — PROSEDING SEMINAR NASIONAL MASYARAKAT PENELITI KAYU INDONESIA XX

Rendemen dan Sifat Pengerjaan Kayu Jati (Tectona grandis L. f.) Hutan Rakyat Umur 10 Tahun dan 15 Tahun

Aditya Darmawan Sinatrya1 & Tomy Listyanto2

1Diploma III Pengelolaan Hutan Sekolah Vokasi, UGM2Departemen Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan

Email: [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai rendemen dan sifat pengerjaan kayu jati umur 10 tahun dan 15 tahun sebagai bahan baku mebel. Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah jati umur 10 tahun dan 15 tahun sebanyak masing-masing 3 pohon. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap yang disusun secara faktorial. Faktor yang digunakan adalah faktor umur, terdiri dari umur 10 dan 15 tahun dan faktor aksial kayu yaitu pangkal, tengah dan ujung. Parameter yang diamati antar lain sifat pembelahan, pengeboran, pembubutan, pengetaman, dan pengampelasan. Parameter kayu yang diamati selanjutnya diuji dengan analisis varian dengan taraf uji 5%, jika terjadi perbedaan maka diuji lanjut dengan Tukey Honestly Significant Different. Hasil penelitian didapat bahwa faktor umur dan faktor letak aksial tidak berbeda nyata pada saat pengetaman, pengampelasan, pengeboran, pembelahan dan pembubutan. Nilai rata-rata persentase cacat pada umur 10 tahun dan 15 tahun berturut-turut untuk pengetaman pada pangkal 17,02% dan 15,40 %; tengah 9,76% dan 16,65%; ujung 15,55% dan 24,27%, untuk pengampelasan pada pangkal 0,59% dan 2,23% ; tengah 4,37% dan 13,17%; ujung 3,15% dan 8,16%, untuk pengeboran pada pangkal 37,46% dan 41,77%; tengah 43,83% dan 40,35%; ujung 42,51% dan 40,09%, untuk pembelahan pada bagian pangkal 32,33% dan 18,71%, tengah 19,37% dan 20,24%, ujung 11,83% dan 16,55%. Berdasarkan sifat pengerjaan tersebut secara umum kayu jati umur 10 tahun dan 15 tahun sama-sama memiliki kualitas pengerjaan I-III (sangat baik sampai sedang) dan dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku meubel dengan kualitas yang sama.

Kata kunci: jati muda, pengerjaan, rendemen

Pendahuluan

Kayu Jati (Tectona grandis L. f.) merupakan salah satu jenis kayu yang paling diminati oleh masyarakat sejak dahulu karena memiliki corak yang unik dan elegan, kuat, awet, stabil, dan mudah dikerjakan. Meskipun keras dan kuat, kayu jati mudah dipotong dan dikerjakan, sehingga disukai untuk membuat furniture dan ukir-ukiran. Pola-pola lingkaran tahun pada kayu teras nampak jelas, sehingga menghasilkan gambaran yang indah. Dengan kehalusan tekstur dan keindahan warna kayunya, jati digolongkan sebagai kayu mewah. Selain mudah dikerjakan, kayu jati memiliki kelas kuat II dan kelas awet I - II (Oey Djoen Seng, 1964). Oleh karena itu, jati banyak diolah menjadi mebel taman, mebel interior, dan kerajinan. Kebutuhan akan kayu jati meningkat berkisar 13-17% setiap tahunnya (Mawardi, 2012)

Permasalahan mendasar saat ini yang sering dijumpai adalah keterbatasan pengetahuan tentang perkiraan hasil penggergajian kayu jati glondongan (log) menjadi sortimen tertentu. Faktor yang mempengaruhi rendemen dan sifat pengerjaan kayu diantaranya adalah umur pohon dan posisi aksial dalam batang. Umur pohon diduga mempengaruhi rendemen dn sifat pengerjaanya kaitannya dengan perbedaan besaran diameter, proporsi kayu gubal dan kayu

Page 2: Rendemen dan Sifat Pengerjaan Kayu Jati (Tectona grandis L ...teknologihutan.fkt.ugm.ac.id/wp-content/uploads/sites/675/2019/01/... · akan kayu jati meningkat berkisar 13-17% setiap

— 227“Kelestarian Hutan dan Produk Hasil Hutan Untuk Pembangunan Berkelanjutan”

teras, dan kayu juvenile dan kayu dewasa. Misalnya, Krisdianto dan Sumarni (2006) menjelaskan proporsi bagian teras kayu jati umur 7 tahun asal Kalimantan Timur sebesar 39,6%. Damayanti (2010) menyatakan kayu jati umur 4 dan 5 tahun asal Tegal sebesar 21,8%. Secara umum, proporsi kayu teras pada pohon yang muda lebih sedikit (Harris 1986; Kininmonth 1986). Pandit (1996) mengemukakan tentang teori pembentukan kayu teras, salah satunya adalah proses penuaan (ageing process), yaitu semakin tua suatu pohon, maka persentase kayu teras yang terbentuk juga semakin besar, sedangkan bagian gubal merupakan jaringan pohon yang masih hidup, yang diperlukan pohon dalam proses pertumbuhan. Kebutuhan kayu jati yang terus meningkat, menjadikan tekanan terhadap petani untuk memanen pada umur muda. Kondisi ini mendorong perlunya informasi terkait pengaruh perbedaan umur terhadap pemanfaatanya sebagai bahan baku mebel.

Letak sampel dalam posisi aksial batang juga dalam batas batas tertentu diduga mempengaruhi rendemen dan sifat pengerjaan. Bagian bawah batang memiliki kecenderungan memiliki proporsi kayu teras yang lebih besar dan pada batas-batas umur tertentu mulai didominasi oleh kayu dewasa sebagai akibat dari mekanisme pertumbuhan lateral, dibandingkan bagian ujung yang didominasi oleh pertumbuhan apikal. Kayu-kayu yang didominasi oleh hasil pertumbuhan apikal maka kayunya termasuk kayu juvenile. Kayu yang didominasi oleh kayu juvenile diduga memiliki sifat pengerjaan yang berbeda. Lama periode juvenil bervariasi antar species, menurut Panshin dan de Zeeuw (1980) serta Brosyen at al (2005) berkisar antara 5 sampai 20 lingkaran tahun pertama. Mempertimbangkan berbagai alasan tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui rendemen dan sifat pengerjaan dari kayu jati umur 10 tahun dan 15 tahun pada berbagai posisi aksial. Informasi tersebut bermanfaat untuk memberikan gambaran sejauhmana pohon jati yang lebuh muda dapat digunakan sebagai bahan baku mebel berdasarkan rendemen dan sifat pengerjaaannya.

Bahan dan Metode

Pohon jati umur 10 tahun dan 15 tahun sebanyak 6 pohon diperoleh dari hutan rakyat di Desa Banjarharjo, Kec. Kalibawang, Kab. Kulon Progo. Setiap pohon dibagi menjadi 3 bagian dengan panjang 3 m. Setiap log selanjutnya digergaji secara searah (live sawing) dengan tebal 2 cm dan lebar maksimal yang dapat diperoleh (bebas pingul/kulit). Volume log, sortimen, dan rendemen dihitung dengan formulai sebagai berikut.

Volume kayu log = =π (phi)-π (1)

Dimana d= diameter Log dan L adalah Panjang Log.

Perhitungan sortimen = P x L X T (2)

Dimana, P= Panjang sortimen, L = lebar sortimen, T = Tebal sortimen

Rendemen dihitung dengan rumus sebagai berikut.

Rendemen (%) (3)

Page 3: Rendemen dan Sifat Pengerjaan Kayu Jati (Tectona grandis L ...teknologihutan.fkt.ugm.ac.id/wp-content/uploads/sites/675/2019/01/... · akan kayu jati meningkat berkisar 13-17% setiap

228 — PROSEDING SEMINAR NASIONAL MASYARAKAT PENELITI KAYU INDONESIA XX

Setelah dihitung rendemennya, papan yang dekat dengan empulur digunakan untuk uji contoh uji sifat fisika, mekanika dan perngerjaan. Pembutan contoh uji berat jenis dan kekerasan kayu mengacu sesuai dengan British Standar B.S. 373 (1957). Pembuatan contoh uji sifat pengerjaan mengacu kepada ASTM (2002)D 1666-64 yang disesuaikan (Gambar 1)

Sampel uji sifat pengerjaan diuji berdasarkan parameter pengerjaannya. Berdasarkan standar ASTM sifat pengerjaan dapat dihitung dengan mengamati cacat yang ditimbulkan, berupa serat terangkat (raised grain), serat berbulu (fuzzy grain), serat tercabik (torn grain), dan tanda serpih (chip grain), dan kehalusan, kemudian dicari berapa persen cacat yang terjadi dari luasan yang diamati.

Cacat (%) (4)

Kualitas dari hasil pengujian sifat pengerjaan kayu ditentukan berdasarkan Abdurachman dan Karnasudirdja (1982), seperti disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Klasifikasi Sifat Pengerjaan Kayu berdasarkan Abdurachman & Karnasudirdja (1982)

Kelas Nilai Bebas Cacat (%) Sifat Pengerjaan

I 81-100 Sangat Baik

II 61-80 Baik

III 41-60 Sedang

IV 21-40 Jelek

V 0-20 Sangat Jelek

Page 4: Rendemen dan Sifat Pengerjaan Kayu Jati (Tectona grandis L ...teknologihutan.fkt.ugm.ac.id/wp-content/uploads/sites/675/2019/01/... · akan kayu jati meningkat berkisar 13-17% setiap

— 229“Kelestarian Hutan dan Produk Hasil Hutan Untuk Pembangunan Berkelanjutan”

212

Gambar 1. Layout skema pengambilan sampel uji pengerjaanGambar 1. Layout skema pengambilan sampel uji pengerjaan

Hasil dan Pembahasan

Rendemen

Rendemen penggergajian ini dihitung dengan dengan menggergaji log menjadi papan lebar bebas pingul/kulit dengan ketebalan 2 cm. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa rendemen pembelahan pada log yang berasal dari umur 15 tahun menunjuukkan rendemen yang lebih tinggi yaitu sebesar 31,1%, sedangkan rendemen pembelahan dari umur 10 tahun hanya berkisar 26,3% (Gambar 2). Nilai rendemen ini relative kecil. Beberapa hal yang menyebabkan

Page 5: Rendemen dan Sifat Pengerjaan Kayu Jati (Tectona grandis L ...teknologihutan.fkt.ugm.ac.id/wp-content/uploads/sites/675/2019/01/... · akan kayu jati meningkat berkisar 13-17% setiap

230 — PROSEDING SEMINAR NASIONAL MASYARAKAT PENELITI KAYU INDONESIA XX

rendahnya nilai rendemen adalah, bahwa perhitungan volume log didasarkan perhitungan dimeter pangkal termasuk didalamnya tebal kulit, sehingga dengan kulit yang relatif tebal akan mengakibatkan volume log yang tinggi. Alasan kedua adalah karena pembuatan papan yang lebar yang bebas pingul dan kulit, dimana lebar maksimal ditentukan oleh diameter ujung log, sehingga output sortimen akan cenderung kecil. Perhitungan rendemen Log untuk bagian pangkal juga lebih tinggi dibandingkan dengan di bagian ujung (Gambar 3). Rendemen pada bagian pangkal, tengah, dan ujung dari pohon berumur 10 tahun adalah sebesar 32%, 26%, dan 20%, sedang kan dari pohon umur 15 tahun sebesar 42%, 32%, dan 21%. Hal ini mengindikasikan bahwa dengan diameter semakin besarr, maka ada kecenderungan rendemennya semakin besar.

26.3

31.1

20

22

24

26

28

30

32

34

Rend

emen

(%)

Umur Pohon

10 Tahun 15 Tahun

Gambar 2. Grafik rendemen penggergajian pada umur 10 dan 15 tahun

32

42

26

32

20 21

10

15

20

25

30

35

40

45

50

10 Tahun 15 Tahun

Rend

emen

(%)

Umur Pohon

Pangkal Tengah Ujung

a

Gambar 3. Grafik rendemen penggergajian jati pada bagian pangkal, tengah dan ujung dari pohon umur 10 dan 15 tahun

dd

c

b

a

b

Page 6: Rendemen dan Sifat Pengerjaan Kayu Jati (Tectona grandis L ...teknologihutan.fkt.ugm.ac.id/wp-content/uploads/sites/675/2019/01/... · akan kayu jati meningkat berkisar 13-17% setiap

— 231“Kelestarian Hutan dan Produk Hasil Hutan Untuk Pembangunan Berkelanjutan”

Tinggi rendahnya rendemen dalam suatu proses produksi dapat dijadikan salah satu kriteria keberasilan proses produksi. Rendemen untuk mengubah log/ kayu bulat menjadi papan di kilang penggergajian bervariasi 30-70%, dengan limbah berupa serbuk gergaji, slabs, trimming, atau chip. Menurut Ruhendi (1986) Fungsi kegiatan penggergajian adalah merubah log menjadi kayu gergajian yang mempunyai ukuran tertentu sesuai dengan tujuan pemakaian melalui proses pembelahan dan pemotongan. Penggergajian juga berfungsi meningkatkan nilai atau kualitas kayu dengan cara menghilangkan bagian yang cacat atau membuat sortimen tertentu yang nilainya lebih tinggi. Perhitungan rendemen ini sangat berarti karena dapat digunakan untuk menghitung kebutuhan bahan baku dan juga dapat digunakan untuk basis perhitungan biaya produksi. Manfaatnya dalah agar pengrajin bisa dengan sederhana menghitung keuntungan tanpa juga terlalu merugikan pelanggan.

Kadar air kayu

Kadar air kayu diukur setalah penebangan. Perincian data hasil pengukuran kadar air secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 4.

0

10

20

30

40

50

60

70

80

10 Tahun 15 Tahun

Kada

r Air

Awal

(%)

Umur Pohon

Pangkal Tengah Ujung

a

Gambar 4. Grafik kadar air awal jati pada bagian pangkal, tengah dan ujung dari pohon umur 10 dan 15 tahun

Page 7: Rendemen dan Sifat Pengerjaan Kayu Jati (Tectona grandis L ...teknologihutan.fkt.ugm.ac.id/wp-content/uploads/sites/675/2019/01/... · akan kayu jati meningkat berkisar 13-17% setiap

232 — PROSEDING SEMINAR NASIONAL MASYARAKAT PENELITI KAYU INDONESIA XX

Berat Jenis Kayu (BJ)

Perincian data hasil pengukuran berat jenis secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 5.

0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7

0.8

10 Tahun 15 Tahun

Bera

t Jen

is

Umur Pohon

Pangkal Tengah Ujung

a

Gambar 5. Grafik berat jenis awal jati pada bagian pangkal, tengah dan ujung dari pohon umur 10 dan 15 tahun

Penyusutan Dimensi Kayu

Nilai rata-rata hasil pengujian pada variasi umur dan letak aksial terhadap penyusutan lebar disajikan dalam Gambar 6.

0123456789

10

10 Tahun 15 Tahun

Peny

usut

an le

bar (

%)

Umur Pohon

Pangkal Tengah Ujung

a

Gambar 6. Grafik penyusutan lebar jati pada bagian pangkal, tengah dan ujung dari pohon umur 10 dan 15 tahun

Kekerasan Kayu

Pengujian kekerasan kayu dilakukan sebagai informasi pendukung, karena informasi kekerasan kayu juga penting untuk mebel dan kerajinan. Nilai rata-rata kekerasan kayu dapat dilihat pada Gambar 7.

Page 8: Rendemen dan Sifat Pengerjaan Kayu Jati (Tectona grandis L ...teknologihutan.fkt.ugm.ac.id/wp-content/uploads/sites/675/2019/01/... · akan kayu jati meningkat berkisar 13-17% setiap

— 233“Kelestarian Hutan dan Produk Hasil Hutan Untuk Pembangunan Berkelanjutan”

Gambar 7. Grafik penyusutan lebar jati pada bagian pangkal, tengah dan ujung dari pohon umur 10 dan 15 tahun

Gambar 7 menunjukkan bahwa pada umur 10 tahun paling keras pada bagian pangkal, kemudian bagian ujung dan bagian tengah. Sedangkan pada umur 15 tahun terjadi penurunan dari pangkal sampai ujung.

Sifat Pembelahan Kayu

Hasil pengujian sifat pembelahan pada papan dengan faktor umur dan letak aksial disajikan dalam Gambar 8. Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa persentase kerusakan akibat pembelahan cukup beragam berkisar antara 11,83 % sampai 32,33 %. Hasil analisis varian menunjukkan cacat yang ditimbulkan pada umur 10 tahun dan 15 tahun serta pada berbagai letak aksial tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Berdasarkan klasifikasi oleh Abdurachman & Karnasudirdja (1982), sifat pembubutan kayu ini masuk katogeri sedang-sangat baik.

Gambar 8. Grafik Persen Cacat Pembelahan Kayu Jati (Tectona grandis L.f.).

Page 9: Rendemen dan Sifat Pengerjaan Kayu Jati (Tectona grandis L ...teknologihutan.fkt.ugm.ac.id/wp-content/uploads/sites/675/2019/01/... · akan kayu jati meningkat berkisar 13-17% setiap

234 — PROSEDING SEMINAR NASIONAL MASYARAKAT PENELITI KAYU INDONESIA XX

Sifat Pengetaman Kayu

Hasil pengujian sifat pengetaman pada papan dengan faktor umur dan letak aksial disajikan dalam Gambar 9. Hasil penelitian diketahui, bahwa kualitas pengerjaan hasil pengetaman pada papan tebal 2cm berdasarkan umur (10 tahun dan 15 tahun) dan letak aksial (pangkal, tengah dan ujung) memiliki kualitas pengerjaan yang cukup beragam. Menurut klasifikasi Abdurachman & Karnasudirdja (1982), sifat pengetamannya masuk dalam kategori baik-sangat baik. Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa persentase kerusakan akibat pengetaman berkisar antara 4,85 % sampai 18,09 %. Hasil analisis varian menunjukkan bahwa proses pengetaman dengan faktor umur, letak aksial dan interaksi kedua faktor tidak memberikan perbedaan yang nyata.

Gambar 9. Grafik persen cacat pengetaman kayu jati (Tectona grandis L.f.).

Sifat Pengeboran Kayu

Hasil pengujian sifat pengeboran pada papan dengan faktor umur dan letak aksial disajikan dalam Gambar 10. Hasil penelitian diketahui, bahwa kualitas pengerjaan hasil pengeboran pada papan tebal 2 cm berdasarkan umur (10 tahun dan 15 tahun) dan letak aksial (pangkal, tengah dan ujung) memiliki kualitas pengerjaan yang cukup beragam. Menurut klasifikasi Abdurachman & Karnasudirdja (1982), sifat pengeboran ini masuk dalam kategori sedang-baik. Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa persentase kerusakan akibat pengeboran cukup besar berkisar antara 37,47 % sampai 43,84 %. Perbedaan kelas pengerjaan disebabkan oleh beberapa faktor seperti berat jenis kayu, kekerasan kayu, dan persentase kayu gubal dan kayu teras. Hasil analisis menunjukkan bahwa proses pengeboran dengan faktor umur, letak aksial dan interaksi kedua faktor tidak memberikan perbedaan yang nyata .

Page 10: Rendemen dan Sifat Pengerjaan Kayu Jati (Tectona grandis L ...teknologihutan.fkt.ugm.ac.id/wp-content/uploads/sites/675/2019/01/... · akan kayu jati meningkat berkisar 13-17% setiap

— 235“Kelestarian Hutan dan Produk Hasil Hutan Untuk Pembangunan Berkelanjutan”

Gambar 10. Grafik Persen Cacat Pengeboran Kayu jati (Tectona grandis L.f.).

Sifat Pembubutan Kayu

Proses pembubutan dilakukan pada contoh uji ukuran 15x2x2cm, dikerjakan menggunakan mesin bubut (woodlathe). Hasil pengujian pembubutan dengan faktor umur dan letak aksial disajikan dalam Gambar 11. Gambar tersebut menunjukkan bahwa hasilmya beragam baik dari tinjauan umur mapun posisi aksial batang. Secara umum menurut Abdurachman & Karnasudirdja (1982), hasilnya diklasifisikasikan dalam kategori sangat baik. Faktor umur dan letak aksial dalam pohon dan interaksi kedua faktor tidak memberikan perbedaan yang nyata.

Gambar 11. Grafik Persen Cacat Pembubutan Kayu Jati (Tectona grandis L.f)

Sifat Pengamplasan Kayu

Proses pengamplasan contoh uji dilakukan dengan menggunakan mesin pengamplas (disk-sander), dengan kecepatan putaran 1430 rpm. Hasil pengujian sifat pengetaman pada papan

Page 11: Rendemen dan Sifat Pengerjaan Kayu Jati (Tectona grandis L ...teknologihutan.fkt.ugm.ac.id/wp-content/uploads/sites/675/2019/01/... · akan kayu jati meningkat berkisar 13-17% setiap

236 — PROSEDING SEMINAR NASIONAL MASYARAKAT PENELITI KAYU INDONESIA XX

dengan faktor umur dan letak aksial disajikan dalam Gambar 12. Hasil analisis menunjukkan bahwa proses pengamplasan dengan faktor umur, letak aksial dan interaksi kedua faktor tidak memberikan perbedaan yang nyata.

Gambar 12. Grafik Persen Cacat Pengamplasan Kayu jati (Tectona grandis L.f.).

Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:

1. Faktor umur dan interaksi umur dengan letak aksial berpengaruh nyata pada rendemen penggergajian. Rendemen tertinggi di dapat dari bagian pangkal umur 15 tahun yaitu sebesar 42%. Untuk mendapatkan rendemen yang tinggi sebaiknya memilih umur 15 tahun dan diutamakan pada bagian pohon paling bawah.

2. Faktor umur, letak aksial, dan interaksi faktor umur dan letak aksial tidak berpengaruh secara nyata terhadap sifat pengerjaan kayu. Secara umum sifat pengerjaan masuk dalam kategori sedang – sangat baik.

Daftar Pustaka

[ASTM] American Society for Testing and Materials, 2002. Standard Method of Conducting Machining Test of Wood and Wood Base Materials, Annual Book of ASTM, Philadelphia.

Abdurrahman, A.J., Karnasudirdja, S., dan Rachman, O., 1982. Sifat Pemesinan Kayukayu Indonesia, Bagian V. Laporan No 12. Balai Hasil Penelitian Hutan. Bogor.

Britis Standard 373, 1957. Methods of testing small clear specimens of timber london : British Standard Institution. 32 pp.

Bowyer, J.L., R. dan J.G. Haygreen. 2003 Forest Products and Wood Science : An Introduction. lowa State, lowa. 554 p.

Damayanti R. 2010. Struktur Makro, Mikro, dan Ultramikroskopik Kayu Jati Unggul Nusantara

Page 12: Rendemen dan Sifat Pengerjaan Kayu Jati (Tectona grandis L ...teknologihutan.fkt.ugm.ac.id/wp-content/uploads/sites/675/2019/01/... · akan kayu jati meningkat berkisar 13-17% setiap

— 237“Kelestarian Hutan dan Produk Hasil Hutan Untuk Pembangunan Berkelanjutan”

dan Kayu Jati Konvensional. [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Bogor. Tidak Diterbitkan.

Harris JM. 1986. Effect of rapid growth on wood processing. Proceedings 18-th IUFRO World Congress, Division 5 Forest Products, Kyoto (JP).

Kininmonth JA. 1986. Wood from fast-grown, short-rotation trees. Proceedinggs 18th IUFRO World Congress, Division 5 Forest Products, Kyoto (JP).

Krisdianto, Sumarni G. 2006. Perbandingan Persentase Volume Teras Kayu Jati Cepat Tumbuh dan Konvensional Umur 7 Tahun Asal Penajan, Kalimantan Timur. Jurnal Penelitian Hasil Hutan. 24: 385 394.

Mawardi P. 2012. Kaya dari Investasi Jati Barokah. PT Agro Media Pustaka, Jakarta.

Oey Djoen Seng. 1964. Berat Jenis dari Jenis-Jenis Kayu Indonesia dan Pengertian Beratnya untuk Keperluan Praktek. Puslitbang Hasil Hutan. Bogor.

Pandit. 1996. Anatomi, Pertumbuhan dan Kualitas Kayu. Program Pascasarjana IPB. Bogor

Ruhendi, S., 1976. Penggergajian. Lembaga Kerja Sama Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

Panshin, A.J., dan C. de Zeeuw. 1980. Text Book of Wood Technology of Wood Technology. McGraw-Hill Book Company, New York 733 p.