Rencana Umum Dan Rancang Bangun

31
VII1 PENYUSUNAN RTBL KORIDOR JALAN A. YANI MARTAPURA KOTA BAB VII RENCANA UMUM DAN PANDUAN RANCANGAN (DESIGN GUIDELINES) Panduan perancangan kawasan merupakan penjelasan lebih rinci atas konsep perancangan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya. Panduan bersifat mengikat elemen perancangan yang ada pada tiap zona perencanaan, agar dihasilkan ketentuan sebagai upaya mencapai visi pembangunan Kawasan Koridor Jalan A. Yani. 7.1. STRUKTUR PERUNTUKAN LAHAN Struktur peruntukan lahan merupakan komponen rancang kawasan yang berperan penting dalam alokasi penggunaan dan penguasaan lahan/tata guna lahan yang ditetapkan dalam suatu kawasan perencanaan tertentu berdasarkan ketentuan Rencana Tata Ruang Wilayah. Penetapan peruntukan lahan dalam RTBL harus sesuai dengan Peraturan Daerah No. 3 RTRW Kabupaten Banjar Tahun 20122032 serta menjadi bagian yang terintegrasi. Komponen penataan meliputi: 1. Peruntukan Lahan Makro Kawasan Kota Martapura adalah bagian wilayah dari Kabupaten Banjar yang difungsikan sebagai Kawasan Perkotaan di Kabupaten Banjar (Perda No. 3 Tahun 2013, pasal 14 tentang RTRW Kabupaten Banjar 2012–2032). Fungsi Kawasan Martapura Kota sebagai BWP Kawasan Perkotaan ditunjang oleh kebijakankebijakan lain seperti: RTRW Propinsi Kalimatan Selatan Tahun 20102030 dimana Kabupaten Banjar dalam hal ini Martapura Kota dijadikan sebagai Pusat Kegiatan Nasional Promosi (PKNp), dalam RTR Kawasan Metropolitan Banjarbakula (BanjarmasinBanjarbaruMartapura) dimana Martapura Kota merupakan Kota Inti selain Banjarmasin dan Banjarbaru akan menjadi pusat orientasi kawasan dikembangkan fungsinya sebagai pusat kegiatan primer. Seperti yang telah dijelaskan pada bab 2 (dua) laporan ini mengenai kebijakan terkait pengembangan Kawasan Perkotaan Martapura ini sebagaimana dapat dilihat pada RTRW Kabupaten Banjar. 2. Peruntukan Lahan Mikro Peruntukan lahan mikro ditetapkan pada skala keruangan yang lebih rinci (termasuk secara vertikal) berdasarkan prinsip keragaman yang seimbang dan saling menentukan. Peruntukan lahan mikro ini merupakan penjabaran dari Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banjar ke dalam rencana pemanfaatan ruang kawasan yang diatur pada ketentuan dalam Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dalam hal ini RDTR Kota Martapura, yang disusun untuk penyiapan perwujudan ruang dalam rangka pelaksanaan programprogram pembangunan. Di dalam RDTR Kota Martapura dan juga dalam Penyusunan Peraturan Zonasi (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan Martapura telah diatur mengenai Koefisien Dasar Bangunan (KDB), Rencana Ketinggian Bangunan dan Rencana Blok Peruntukan. Berikut adalah gambar peta rencana pola ruang dalam RDTR Kota Martapura seperti terlihat pada gambar 7.1. 7.2 INTENSITAS PEMANFAATAN LAHAN Struktur peruntukan lahan merupakan komponen rancang kawasan yang berperan penting dalam alokasi penggunaan dan penguasaan lahan/tata guna lahan yang ditetapkan dalam suatu kawasan perencanaan berdasarkan ketentuan tata ruang wilayah. Dalam pengertian lain, penetapan peruntukan lahan dalam RTBL harus sesuai dengan RTRW serta menjadi bagian yang terintegrasi. Intensitas pemanfaatan lahan yang akan diatur meliputi: Koefisien Dasar Bangunan (KDB), Ketinggian Lantai Bangunan (KLB), Koefisien Daerah Hijau (KDH), serta penetapanpenetapan insentifdisinsentif pembangunan (pengelola, pemerintah daerah setempat, pengembang, pemilik lahan dan masyarakat umum). Sesuai dengan kebijakan yang telah dibuat dan zona–zona pengembangan kawasan (seperti terlihat pada gambar 7.2) yang diarahkan oleh RDTR Kota Martapura dan Penyusunan Peraturan Zonasi (Zoning Regulation) Kawasan Perkotaan Martapura, maka panduan rancangan masingmasing zona kawasan dapat dilihat pada tabeltabel dan gambargambar di bawah ini.

Transcript of Rencana Umum Dan Rancang Bangun

Page 1: Rencana Umum Dan Rancang Bangun

VII‐1

PENYUSUNAN RTBL KORIDOR JALAN A. YANI MARTAPURA KOTA

 

BAB VII RENCANA UMUM DAN PANDUAN RANCANGAN 

(DESIGN GUIDELINES)  

 

Panduan perancangan kawasan merupakan penjelasan lebih rinci atas konsep perancangan yang 

telah diuraikan pada bab sebelumnya. Panduan bersifat mengikat elemen perancangan yang ada 

pada  tiap  zona  perencanaan,  agar  dihasilkan  ketentuan  sebagai  upaya  mencapai  visi 

pembangunan Kawasan Koridor Jalan A. Yani.  

 

7.1.  STRUKTUR PERUNTUKAN LAHAN 

Struktur  peruntukan  lahan  merupakan  komponen  rancang  kawasan  yang  berperan  penting 

dalam alokasi penggunaan dan penguasaan  lahan/tata guna  lahan yang ditetapkan dalam suatu 

kawasan perencanaan tertentu berdasarkan ketentuan Rencana Tata Ruang Wilayah. Penetapan 

peruntukan  lahan dalam RTBL harus  sesuai dengan Peraturan Daerah No.  3 RTRW Kabupaten 

Banjar Tahun 2012‐2032 serta menjadi bagian yang terintegrasi. Komponen penataan meliputi: 

1. Peruntukan Lahan Makro 

Kawasan  Kota Martapura  adalah  bagian wilayah  dari  Kabupaten  Banjar  yang  difungsikan 

sebagai Kawasan Perkotaan di Kabupaten Banjar (Perda No. 3 Tahun 2013, pasal 14  tentang 

RTRW Kabupaten Banjar 2012–2032). 

Fungsi Kawasan Martapura Kota sebagai BWP Kawasan Perkotaan ditunjang oleh kebijakan‐

kebijakan  lain  seperti:  RTRW  Propinsi  Kalimatan  Selatan  Tahun  2010‐2030  dimana 

Kabupaten Banjar dalam hal  ini Martapura Kota dijadikan  sebagai Pusat Kegiatan Nasional 

Promosi  (PKNp), dalam RTR Kawasan Metropolitan Banjarbakula  (Banjarmasin‐Banjarbaru‐

Martapura) dimana Martapura Kota merupakan Kota Inti selain Banjarmasin dan Banjarbaru 

akan menjadi  pusat  orientasi  kawasan  dikembangkan  fungsinya  sebagai      pusat  kegiatan 

primer.  

Seperti yang telah dijelaskan pada bab 2 (dua) laporan ini mengenai kebijakan terkait 

pengembangan  Kawasan  Perkotaan Martapura  ini  sebagaimana  dapat  dilihat  pada 

RTRW Kabupaten Banjar. 

2. Peruntukan Lahan Mikro 

Peruntukan  lahan mikro ditetapkan pada skala keruangan yang  lebih rinci (termasuk secara 

vertikal) berdasarkan prinsip keragaman yang seimbang dan saling menentukan. Peruntukan 

lahan mikro  ini merupakan penjabaran dari Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banjar 

ke dalam rencana pemanfaatan ruang kawasan yang diatur pada ketentuan dalam Rencana 

Detail Tata Ruang (RDTR) dalam hal ini RDTR Kota Martapura, yang disusun untuk penyiapan 

perwujudan ruang dalam rangka pelaksanaan program‐program pembangunan. 

Di  dalam  RDTR  Kota  Martapura  dan  juga  dalam  Penyusunan  Peraturan  Zonasi  (Zoning 

Regulation) Kawasan Perkotaan Martapura telah diatur mengenai Koefisien Dasar Bangunan 

(KDB), Rencana Ketinggian Bangunan dan Rencana Blok Peruntukan. Berikut adalah gambar 

peta rencana pola ruang dalam RDTR Kota Martapura seperti terlihat pada gambar 7.1.   7.2  INTENSITAS PEMANFAATAN LAHAN 

Struktur  peruntukan  lahan  merupakan  komponen  rancang  kawasan  yang  berperan  penting 

dalam alokasi penggunaan dan penguasaan  lahan/tata guna  lahan yang ditetapkan dalam suatu 

kawasan  perencanaan  berdasarkan  ketentuan  tata  ruang  wilayah.  Dalam  pengertian  lain, 

penetapan peruntukan lahan dalam RTBL harus sesuai dengan RTRW serta menjadi bagian yang 

terintegrasi.  Intensitas pemanfaatan  lahan yang akan diatur meliputi: Koefisien Dasar Bangunan 

(KDB),  Ketinggian  Lantai  Bangunan  (KLB),  Koefisien  Daerah  Hijau  (KDH),  serta  penetapan‐

penetapan  insentif‐disinsentif  pembangunan  (pengelola,  pemerintah  daerah  setempat, 

pengembang, pemilik lahan dan masyarakat umum). 

Sesuai  dengan  kebijakan  yang  telah  dibuat  dan  zona–zona  pengembangan  kawasan  (seperti 

terlihat pada gambar 7.2) yang diarahkan oleh RDTR Kota Martapura dan Penyusunan Peraturan 

Zonasi  (Zoning  Regulation)  Kawasan  Perkotaan Martapura, maka  panduan  rancangan masing‐

masing zona kawasan dapat dilihat pada tabel‐tabel dan gambar‐gambar di bawah ini. 

 

Page 2: Rencana Umum Dan Rancang Bangun

VII‐2

PENYUSUNAN RTBL KORIDOR JALAN A. YANI MARTAPURA KOTA

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 Gambar 7.1. Peta Rencana Pola Ruang Kawasan Perkotaan Martapura 

Page 3: Rencana Umum Dan Rancang Bangun

VII‐2

PENYUSUNAN RTBL KORIDOR JALAN A. YANI MARTAPURA KOTA

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 4: Rencana Umum Dan Rancang Bangun

VII‐4

PENYUSUNAN RTBL KORIDOR JALAN A. YANI MARTAPURA KOTA

 

Tabel 7.1. Panduan Rancangan Sub Zona Commercial City 

No  Elemen Perancangan Aturan 

Aturan Wajib  Aturan Anjuran 1  Peruntukan lahan 

(makro) Perdagangan dan Jasa Skala Nasional 

 Informasi  dan  sosialisasi  untuk berinvestasi  lewat  website Kabupaten  Banjar  dan  berbagai media  untuk  pengembangan kawasan  perdagangan  dan  jasa skala Nasional 

2  

Peruntukan lahan (mikro)  Pusat Perdagangan 

Pusat Perdagangan jasa   Sarana Umum Terbatas  

 

Informasi  dan  sosialisasi  untuk berinvestasi  lewat  website Kabupaten  Banjar  dan  berbagai media  untuk  pengembangan kawasan  perdagangan  dan  jasa skala nasional 

3  KDB/ KLB/KDH  KDB Maksimum 60 %  KLB Minimum 2,1  KDH Minimum 20% 

Untuk  bangunan  yang memanfaatkan KDB sampai dengan 100%,  harus  menciptakan  green roof  sebesar  luas  dasar  bangunan yang  berfungsi  penuh  sebagai daerah  resapan  dengan  penataan sistem drainase yang baik. 

4  Tinggi bangunan  Maksimum 4 lantai  Untuk  bangunan  tingkat  tinggi harus  memenuhi  standar bangunan  tingkat  tinggi  dan menyediakan sarana vertikal 

5  GSB  GSB depan bangunan tiap unit = mengikuti pengaturan GSB sesuai dengan hirarki jaringan jalan yang ada di depannya  

GSB samping bangunan tiap unit bangunan minimal 1/10 tinggi bangunan 

GSB belakang bangunan tiap unit minimal 1/10 tinggi bangunan 

Mengikuti  ketentuan  setempat yang berlaku 

6  Bentuk bangunan  Berupa  bangunan  modern  dan  dapat berupa superblock 

 

7  Jalur pejalan kaki   Lebar 2 – 7,50 meter  Jalur pejalan kaki dilengkapi dengan 

jalur aksesibel 

Dianjurkan  membuat  jalur  sepeda dan parkir sepeda yang aman 

8  Jalur hijau/RTH  Jalur hijau berupa deretan pohon peneduh, linear mengikuti jalur jalan/ pejalan (setapak) paving 

Pohon tidak merintangi aktivitas pejalan 

Jarak antar pohon ± 7,00 meter  Pohon  yang  ada  (eksisting) kawasan tetap dipertahankan 

9  Parkir  Setiap  unit  bangunan  menyediakan  Parkir  gedung  disediakan  untuk 

No  Elemen Perancangan Aturan 

Aturan Wajib  Aturan Anjuran lahan parkir minimum 10% dari  luas kapling.  

Setiap  bangunan  bertingkat  tinggi diwajibkan menyediakan  area  parkir dengan  rasio  1  (satu)  lot  parkir kendaraan untuk  setiap 2 unit  ruang yang dibangun. 

Parkir on street secara pararel 

bangunan  yang  berupa  mall/pusat perbelanjaan  atau  hunian  (hotel atau apartment).   

10 Tata informasi Tidak merintangi akses pejalan, memberi kemudahan dan kenyamanan bagi pengguna ruang 

Signage  berupa  rambu  dan  papan informasi,  bukan  reklame,  tinggi maksimal ±2,00‐3,00 meter 

11 Perlengkapan jalan Menyediakan gerobak  sampah, , lampu jalan, lampu taman, kursi taman tiang payung dan papan informasi/pengumuman 

Fasilitas  ruang  terbuka  publik    di desain  unik  dan  dibuat  terpadu dengan  kawasan  sebagai  kawasan wisata belanja dan kuliner 

12 Drainase Perbaikan  kinerja  saluran  drainase eksisting yang tidak berfungsi maksimal 

Pemilik  lahan  dapat  menutup saluran drainase di sekitarnya 

13 Air Bersih Pelayanan sambungan jaringan perpipaan air bersih mengambil dari jaringan irigasi Riam Kanan 

 

Peningkatan kualitas air bersih  Sistem  sambungan  perpipaan 

air bersih mencapai seluruh  kawasan 

14 Listrik Jaringan listrik diarahkan dikembangkan di belakang bangunan atau dengan menata perletakan kabel distribusi sehingga tidak mengganggu keindahan lingkungan 

Gardu listrik (power house) dan tiang listrik ditentukan perletakannya dengan mempertimbangkan skala ruang kawasan, aspek estetika dan kualitas visual lingkungan. 

15 Kran kebakaran ±100m/kran,  dilengkapi  dengan  sumur pengadaan air 

Pemilik  lahan  dapat  menyediakan hidran sesuai dengan kebutuhan 

16 Persampahan Penyediaan  tiang  gantungan  sampah konsep 3R dan gerobak sampah; 1 tiang gantungan/ ±100 m 1‐2 gerobak sampah/ zona 

Menyediakan  tiang  gantungan kantong  sampah  dgn  jarak  ±100m; membutuhkan  bimbingan  teknis dari dinas terkait 

17 Jalur evakuasi dini Mengikuti jalur jalan yang ada  Papan  informasi  penyelamatan  diri tentang bahaya longsor dan banjir 

Sumber: Analisis 2013 

 

 

 

 

 

Page 5: Rencana Umum Dan Rancang Bangun

VII‐5

PENYUSUNAN RTBL KORIDOR JALAN A. YANI MARTAPURA KOTA

 

 

 

 

 

 

  

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 7.3. Gambar Lokasi dan Potongan Sub Zona Commercial City 

Sumber: Analisis, 2013 

 

 

 

Tabel 7.2. Sub Zona Urban Heritage 

No  Elemen Perancangan Aturan 

Aturan Wajib  Aturan Anjuran 1 Peruntukan lahan 

(makro)  Perdangan dan Jasa, Perkantoran Pemerintah  

Informasi  dan  sosialisasi  untuk berinvestasi  lewat  website Kabupaten  Banjar  dan  berbagai media  untuk  pengembangan kawasan  perdagangan  dan  jasa skala nasional 

Peruntukan lahan (mikro) 

Pusat Peribadatan (Mesjid Al‐Karomah) 

Pusat Budaya Kesultanan Banjar  Pusat Perdagangan Intan  Pusat Perkantoran Pemerintah 

Kabupaten  Kuburan Keluarga Sultan Adam 

Informasi  dan  sosialisasi  untuk berinvestasi  lewat  website Kabupaten  Banjar  dan  berbagai media  untuk  pengembangan kawasan  perdagangan  dan  jasa skala nasional 

3 KDB/ KDH KDB Maksimum 60 %  KDB Minimum 50%  KDH Minimum 20% 

4 Tinggi bangunan Maksimum 4 lantai  Untuk  bangunan  tingkat  tinggi harus  memenuhi  standar bangunan  tingkat  tinggi  dan menyediakan sarana vertikal 

5 GSB GSB  depan  bangunan  tiap  unit  = mengikuti  pengaturan  GSB  sesuai dengan  hirarki  jaringan  jalan  yang ada di depannya  

GSB  samping  bangunan  tiap  unit bangunan  minimal  1/10  tinggi bangunan 

GSB  belakang  bangunan  tiap  unit minimal 1/10 tinggi bangunan 

Mengikuti  ketentuan  setempat yang berlaku 

6 Bentuk bangunan Berupa bangunan modern   Dapat menggunakan ornamen lokal seperti ornamen  dan Denah Rumah Banjar  

7 Jalur pejalan kaki  Lebar 2 – 7,0 meter  Jalur  pejalan  kaki  dilengkapi  dengan 

jalur aksesibel 

Dianjurkan  membuat  jalur  sepeda dan parkir sepeda yang aman 

8 Jalur hijau/RTH Jalur  hijau  berupa  deretan  pohon peneduh, linear mengikuti jalur jalan/ pejalan (setapak) paving 

Pohon  tidak  merintangi  aktivitas pejalan 

Jarak antar pohon ± 10,00 meter  Pohon  yang  ada  (eksisting) kawasan tetap dipertahankan 

Page 6: Rencana Umum Dan Rancang Bangun

VII‐6

PENYUSUNAN RTBL KORIDOR JALAN A. YANI MARTAPURA KOTA

No  Elemen Perancangan Aturan 

Aturan Wajib  Aturan Anjuran 9  Parkir  Setiap  unit  bangunan  menyediakan 

lahan parkir minimum 10% dari  luas kapling.  

Setiap  bangunan  bertingkat  tinggi diwajibkan menyediakan  area  parkir dengan  rasio  1  (satu)  lot  parkir kendaraan untuk  setiap 2 unit  ruang yang dibangun. 

 

10  Tata informasi  Tidak merintangi akses pejalan, memberi kemudahan  dan  kenyamanan  bagi pengguna ruang 

Signage  berupa  rambu  dan  papan informasi,  bukan  reklame,  tinggi maksimal ±2,00‐3,00 meter 

11  Perlengkapan jalan  Menyediakan  gerobak    sampah,  lampu jalan,  lampu  taman,  kursi  taman  tiang payung  dan  papan informasi/pengumuman 

Fasilitas  ruang  terbuka  publik    di desain  unik  dan  dibuat  terpadu dengan  kawasan  sebagai  kawasan wisata belanja dan kuliner 

12  Drainase  Perbaikan  kinerja  saluran  drainase eksisting yang tidak berfungsi maksimal 

Pemilik  lahan  dapat  menutup saluran drainase di sekitarnya 

13  Air Bersih  Pelayanan  sambungan  jaringan perpipaan  air  bersih  mengambil  dari jaringan irigasi Riam Kanan 

 

Peningkatan kualitas air bersih  Sistem  sambungan  perpipaan 

air bersih mencapai seluruh  kawasan 

14  Listrik  Jaringan  listrik  diarahkan  dikembangkan di  belakang  bangunan  atau  dengan menata  perletakan  kabel  distribusi sehingga  tidak  mengganggu  keindahan lingkungan 

Gardu  listrik  (power  house)  dan tiang  listrik  ditentukan perletakannya  dengan mempertimbangkan  skala  ruang kawasan,  aspek  estetika  dan kualitas visual lingkungan. 

15  Kran kebakaran  ±100m/kran, dilengkapi dengan sumur pengadaan air 

Pemilik  lahan  dapat  menyediakan hidran sesuai dengan kebutuhan 

16  Persampahan  Penyediaan tiang gantungan sampah konsep 3R dan gerobak sampah; 1 tiang gantungan/ ±100 m 1‐2 gerobak sampah/ zona 

Menyediakan  tiang  gantungan kantong  sampah  dgn  jarak  ±100m; membutuhkan  bimbingan  teknis dari dinas terkait 

17  Jalur evakuasi dini  Mengikuti jalur jalan yang ada Papan informasi penyelamatan diri tentang bahaya longsor dan banjir 

Sumber: Analisis 2013 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 7.4. Gambar Lokasi dan Potongan Sub Zona Herritage 

Sumber: Analisis, 2013 

Page 7: Rencana Umum Dan Rancang Bangun

VII‐7

PENYUSUNAN RTBL KORIDOR JALAN A. YANI MARTAPURA KOTA

 

 

Tabel 7.3. Sub Zona Martapura Orchad 

No  Elemen Perancangan Aturan 

Aturan Wajib  Aturan Anjuran 1  Peruntukan lahan 

(makro) Hunian Intensitas Sedang dan Tinggi 

 Informasi  dan  sosialisasi  untuk berinvestasi  lewat  website Kabupaten  Banjar  dan  berbagai media  untuk  pengembangan kawasan  perdagangan  dan  jasa skala internasional 

2  

Peruntukan lahan (mikro) 

Permukiman  dengan  kepadatan  tinggi adalah untuk pembangunan rumah susun dan  apartemen  dengan  kepadatan bangunan 51‐100 unit per hektar  

Informasi  dan  sosialisasi  untuk berinvestasi  lewat  website Kabupaten  Banjar  dan  berbagai media  untuk  pengembangan kawasan  perdagangan  dan  jasa skala internasional 

3  KDB/ KDH  KDB Maksimum 60 %  KDB minimum 50%  KDH Minimum 30% 

Untuk  bangunan  yang memanfaatkan KDB sampai dengan 100%,  harus  menciptakan  green roof  sebesar  luas  dasar  bangunan yang  berfungsi  penuh  sebagai daerah  resapan  dengan  penataan sistem drainase yang baik. 

4  Tinggi bangunan  Maksimum  4  lantai  untuk  bangunan rumah susun   

Dianjurkan  membangun  podium setinggi  3  lantai  atau  setara dengan 15 meter 

Untuk  bangunan  tingkat  tinggi harus  memenuhi  standar bangunan  tingkat  tinggi  dan menyediakan sarana vertikal 

5  GSB  GSB depan bangunan tiap unit = mengikuti pengaturan GSB sesuai dengan hirarki jaringan jalan yang ada di depannya  

GSB samping bangunan tiap unit bangunan minimal 1/10 tinggi bangunan 

GSB belakang bangunan tiap unit minimal 1/10 tinggi bangunan 

Mengikuti  ketentuan  setempat yang berlaku 

6  Bentuk bangunan  Berupa bangunan modern   Dapat menggunakan ornamen lokal seperti ornamen Melayu 

7  Jalur pejalan kaki   Lebar 1,8 – 2,00 meter  Jalur pejalan kaki dilengkapi dengan 

jalur aksesibel 

Dianjurkan  membuat  jalur  sepeda dan parkir sepeda yang aman 

8  Jalur hijau/RTH  Jalur hijau berupa deretan pohon  Jarak antar pohon ± 7,00 meter 

No  Elemen Perancangan Aturan 

Aturan Wajib  Aturan Anjuran peneduh, linear mengikuti jalur jalan/ pejalan (setapak) paving 

Pohon tidak merintangi aktivitas pejalan 

Pohon  yang  ada  (eksisting) kawasan tetap dipertahankan 

9 Parkir Setiap  unit  bangunan  menyediakan lahan parkir minimum 10% dari  luas kapling.  

Setiap  bangunan  bertingkat  tinggi diwajibkan menyediakan  area  parkir dengan  rasio  1  (satu)  lot  parkir kendaraan untuk  setiap 2 unit  ruang yang dibangun. 

Parkir  gedung  disediakan  untuk bangunan  yang  berupa  mall/pusat perbelanjaan.  

10 Pagar Bangunan perumahan di jalan utama dan  jalan  kolektor  direncanakan untuk tidak memiliki pagar 

Bangunan  perumahan  terletak  di jalan  lingkungan direncanakan untuk meminimalkan pagar 

Bila terdapat pagar maka sebaiknya pagar berupa tanaman 

11 Tata informasi Tidak merintangi akses pejalan, memberi kemudahan dan kenyamanan bagi pengguna ruang 

Signage berupa  rambu  dan  papan informasi,  bukan  reklame,  tinggi maksimal ±2,00‐3,00 meter 

12 Perlengkapan jalan Menyediakan gerobak  sampah, , lampu jalan, lampu taman, kursi taman tiang payung dan papan informasi/pengumuman 

Fasilitas  ruang  terbuka  publik    di desain  unik  dan  dibuat  terpadu dengan  kawasan  sebagai  kawasan wisata belanja dan kuliner 

13 Drainase Perbaikan  kinerja  saluran  drainase eksisting yang tidak berfungsi maksimal 

Pemilik  lahan  dapat  menutup saluran drainase di sekitarnya 

14 Air Bersih Pelayanan sambungan jaringan perpipaan air bersih mengambil dari jaringan Bukit Senyum  

Peningkatan kualitas air bersih  Sistem  sambungan  perpipaan 

air bersih mencapai seluruh  kawasan 

15 Listrik Jaringan  listrik  diarahkan  dikembangkan di  belakang  bangunan  atau  dengan menata  perletakan  kabel  distribusi sehingga  tidak  mengganggu  keindahan lingkungan 

Gardu  listrik  (power  house)  dan tiang  listrik  ditentukan perletakannya  dengan mempertimbangkan  skala  ruang kawasan,  aspek  estetika  dan kualitas visual lingkungan. 

16 Kran kebakaran ±100m/kran, dilengkapi dengan sumur pengadaan air 

Pemilik  lahan  dapat  menyediakan hidran sesuai dengan kebutuhan 

17 Persampahan Penyediaan tiang gantungan sampah konsep 3R dan gerobak sampah; 1 tiang gantungan/ ±100 m 1‐2 gerobak sampah/ zona 

Menyediakan  tiang  gantungan kantong  sampah  dgn  jarak  ±100m; membutuhkan  bimbingan  teknis dari dinas terkait 

18 Jalur evakuasi dini Mengikuti jalur jalan yang ada  Papan informasi penyelamatan diri tentang bahaya longsor dan banjir 

Sumber: Analisis 2013 

Page 8: Rencana Umum Dan Rancang Bangun

VII‐8

PENYUSUNAN RTBL KORIDOR JALAN A. YANI MARTAPURA KOTA

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 7.5. Gambar Lokasi dan Potongan Sub Zona Martapura Orchad 

Sumber: Analisis, 2013 

 

 

Tabel 7.4. Sub Zona City Arcade 

No  Elemen Perancangan Aturan 

Aturan Wajib  Aturan Anjuran 1 Peruntukan lahan 

(makro) Kawasan Campuran (Mixed Used) 

  Investasi lewat website Kabupaten Banjar dan berbagai media untuk pengembangan kawasan Kawasan Perencanaan khususnya koridor siang malam 

Peruntukan lahan (mikro) 

Rumah Toko  Rumah Kantor  Pusat Perbelanjaan  Perkantoran  Pertokoan/retail  Hotel  Sarana Umum Terbatas 

Investasi lewat website Kabupaten Banjar dan berbagai media untuk pengembangan kawasan perdagangan dan jasa skala regional dan lokal 

3 KDB/KDH KDB Maksimum 100 %  KDB Minimum 50%  KDH Minimum 30% 

Untuk  bangunan  yang memanfaatkan KDB sampai dengan 100%,  harus  menciptakan  green roof  sebesar  luas  dasar  bangunan yang  berfungsi  penuh  sebagai daerah  resapan  dengan  penataan sistem drainase yang baik. 

4 Tinggi bangunan Maksimum 70 lantai  Maksimum 4 lantai untuk rumah toko atau kantor toko 

Maksimum  70  lantai  untuk bangunan perdagangan dan jasa 

Dianjurkan membangun podium setinggi  3  lantai  atau  setara dengan 15 meter 

Untuk  bangunan  tingkat  tinggi harus  memenuhi  standar bangunan  tingkat  tinggi  dan menyediakan sarana vertikal 

5 GSB GSB  depan  bangunan  tiap  unit  = mengikuti  pengaturan  GSB  sesuai dengan  hirarki  jaringan  jalan  yang ada di depannya  

GSB  samping  bangunan  tiap  unit bangunan  minimal  1/10  tinggi bangunan 

GSB  belakang  bangunan  tiap  unit minimal 1/10 tinggi bangunan 

Mengikuti ketentuan setempat yang berlaku 

6 Bentuk bangunan Berupa bangunan modern   Menyediakan  teras  di  muka 

bangunan selebar 3 meter  Display  barang  dagangan  ada  di 

muka bangunan 

Untuk  bangunan  sudut,  perlu menyediakan  ruang  display  di sudutnya. 

Menggunakan ornamen lokal 

Page 9: Rencana Umum Dan Rancang Bangun

VII‐9

PENYUSUNAN RTBL KORIDOR JALAN A. YANI MARTAPURA KOTA

No  Elemen Perancangan Aturan 

Aturan Wajib  Aturan Anjuran 7  Jalur pejalan kaki   Lebar 1,8 – 2,00 meter 

Jalur pejalan kaki dilengkapi dengan jalur aksesibel 

Dianjurkan membuat jalur sepeda dan parkir sepeda yang aman 

8  Jalur hijau/RTH  Jalur hijau berupa deretan pohon peneduh, linear mengikuti jalur jalan/ pejalan (setapak) paving 

Pohon tidak merintangi aktivitas pejalan 

Jarak antar pohon ± 7,00 meter  Pohon yang ada (eksisting) kawasan tetap dipertahankan 

9  Parkir  Setiap  unit  bangunan  menyediakan lahan parkir minimum 10% dari  luas kapling.  

Setiap  bangunan  bertingkat  tinggi diwajibkan menyediakan  area  parkir dengan  rasio  1  (satu)  lot  parkir kendaraan untuk  setiap 2 unit  ruang yang dibangun. 

Parkir  gedung  disediakan  untuk bangunan  yang  berupa  mall/pusat perbelanjaan  dan  hunian  (hotel atau apartment).  

10  Tata informasi  Tidak merintangi akses pejalan, memberi kemudahan  dan  kenyamanan  bagi pengguna ruang 

Signage  berupa  rambu  dan  papan informasi,  bukan  reklame,  tinggi maksimal ±2,00‐3,00 meter 

11  Perlengkapan jalan  Menyediakan gerobak    sampah,  ,  lampu jalan,  lampu  taman,  kursi  taman  tiang payung  dan  papan informasi/pengumuman 

Fasilitas  ruang  terbuka  publik    di desain  unik  dan  dibuat  terpadu dengan  kawasan  sebagai  kawasan wisata belanja dan kuliner 

12  Drainase  Perbaikan  kinerja  saluran  drainase eksisting yang tidak berfungsi maksimal 

Pemilik  lahan  dapat  menutup saluran drainase di sekitarnya 

13  Air Bersih  Pelayanan  sambungan  jaringan perpipaan  air  bersih  mengambil  dari jaringan Bukit Senyum 

 

Peningkatan kualitas air bersih  Sistem  sambungan  perpipaan 

air bersih mencapai seluruh  kawasan 

14  Listrik  Jaringan  listrik  diarahkan  dikembangkan di  belakang  bangunan  atau  dengan menata  perletakan  kabel  distribusi sehingga  tidak  mengganggu  keindahan lingkungan 

Gardu  listrik  (power  house)  dan tiang  listrik  ditentukan perletakannya  dengan mempertimbangkan  skala  ruang kawasan,  aspek  estetika  dan kualitas visual lingkungan. 

15  Kran kebakaran  ±100m/kran, dilengkapi dengan sumur pengadaan air 

 

16  Persampahan  Penyediaan tiang gantungan sampah konsep 3R dan gerobak sampah; 1 tiang gantungan/ ±100 m 1‐2 gerobak sampah/ zona 

Menyediakan tiang gantungan kantong sampah dgn jarak ±100m; membutuhkan bimbingan teknis 

17  Jalur evakuasi dini  Mengikuti jalur jalan yang ada Papan informasi penyelamatan diri tentang bahaya longsor dan banjir 

Sumber: Analisis 2013 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 7.5. Gambar Lokasi dan Potongan Sub Zona City Arcade 

Sumber: Analisis, 2013 

Page 10: Rencana Umum Dan Rancang Bangun

VII‐10

PENYUSUNAN RTBL KORIDOR JALAN A. YANI MARTAPURA KOTA

 

Tabel 7.5. Sub Zona City Center 

No  Elemen Perancangan Aturan 

Aturan Wajib  Aturan Anjuran 1  Peruntukan lahan 

(makro) Zona Pusat Kota dan Sarana Pelayanan Jasa 

 

2  

Peruntukan lahan (mikro) 

Ruang Terbuka Hijau  Sarana Perkantoran dan Jasa   Jalur hijau jalan 

 

3  KDB/ KDH  KDB Maksimum 60 %  KDH Minimum 60% 

 

4  Tinggi bangunan  Bangunan pendukung: 8 lantai  

5  GSB  GSB depan bangunan tiap unit = ½ ROW jalan umum di depan bangunan 

GSB samping bangunan tiap unit minimal 5 meter 

GSB belakang bangunan tiap unit minimal 5 meter 

Mengikuti ketentuan setempat yang berlaku 

6  Jalur pejalan kaki   Lebar 1,8 – 2,00 meter  Jalur pejalan kaki dilengkapi dengan 

jalur aksesibel 

Dianjurkan membuat jalur sepeda dan parkir sepeda yang aman 

7  Jalur jogging track pada taman 

Lebar 1,8 – 2,00 meter  Menggunakan grass block 

Jarak antar pohon ± 7,00 meter  Pohon yang ada (eksisting) kawasan tetap dipertahankan 

8  Vegetasi  Digunakan vegetasi yang cepat tumbuh, rindang dan tidak merusak struktur tanah 

Menggunakan tanaman hias berwarna sebagai perdu 

9  Tata informasi  Tidak merintangi akses pejalan, memberi kemudahan dan kenyamanan bagi pengguna ruang 

Signage berupa rambu dan papan informasi, bukan reklame, tinggi maksimal ±2,00‐3,00 meter 

10  Perlengkapan taman  Menyediakan gerobak  sampah, , lampu jalan, lampu taman, kursi taman tiang payung dan papan iklan 

Fasilitas ruang terbuka publik  di desain unik dan dibuat terpadu dengan kawasan sebagai kawasan  

11  Drainase  Perbaikan  kinerja  saluran  drainase eksisting yang tidak berfungsi maksimal 

Pemilik  lahan  dapat  menutup saluran drainase di sekitarnya 

12  Air Bersih  Pelayanan sambungan jaringan perpipaan air baku air minum yang melalui saluran irigasi 

Sistem sambungan perpipaan air bersih mencapai seluruh  kawasan 

13  Listrik  Jaringan  listrik  diarahkan  dikembangkan utilitas  bawah  tanah  sehingga  tidak mengganggu keindahan lingkungan 

Gardu  listrik  (power  house)  dan tiang  listrik  ditentukan perletakannya  sesuai  dengan  jalur ducting. 

15  Jalur evakuasi dini  Mengikuti jalur jalan yang ada Papan informasi penyelamatan diri tentang bahaya longsor dan banjir 

Sumber: Analisis 2013 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 7.6. Gambar Lokasi dan Potongan Sub Zona City Center 

Sumber: Analisis, 2013 

 

 

Page 11: Rencana Umum Dan Rancang Bangun

VII‐11

PENYUSUNAN RTBL KORIDOR JALAN A. YANI MARTAPURA KOTA

 

Tabel 7.6. Sub Zona City Park 

No  Elemen Perancangan Aturan 

Aturan Wajib  Aturan Anjuran 1  Peruntukan lahan 

(makro) Zona Hijau dan Sarana Sosial 

  

2  

Peruntukan lahan (mikro) 

Ruang Terbuka Hijau  Jalur hijau jalan 

 

3  KDB/ KDH  KDB Maksimum 60 %  KDH Minimum 70% 

 

4  Tinggi bangunan  Bangunan pendukung: 4  lantai Bukan merupakan bangunan masif

5  GSB  GSB depan bangunan tiap unit = ½ ROW jalan umum di depan bangunan 

GSB samping bangunan tiap unit minimal 5 meter 

GSB belakang bangunan tiap unit minimal 5 meter 

Mengikuti ketentuan setempat yang berlaku 

6  Jalur pejalan kaki   Lebar 1,8 – 2,00 meter  Jalur pejalan kaki dilengkapi dengan 

jalur aksesibel 

Dianjurkan membuat jalur sepeda dan parkir sepeda yang aman 

7  Jalur jogging track pada taman 

Lebar 1,8 – 2,00 meter  Menggunakan grass block 

Jarak antar pohon ± 7,00 meter  Pohon yang ada (eksisting) kawasan tetap dipertahankan 

8  Vegetasi  Digunakan vegetasi yang cepat tumbuh, rindang dan tidak merusak struktur tanah 

Menggunakan tanaman hias berwarna sebagai perdu 

9  Tata informasi  Tidak merintangi akses pejalan, memberi kemudahan dan kenyamanan bagi pengguna ruang 

Signage berupa rambu dan papan informasi, bukan reklame, tinggi maksimal ±2,00‐3,00 meter 

10  Perlengkapan taman  Menyediakan gerobak  sampah, , lampu jalan, lampu taman, kursi taman tiang payung dan papan informasi/pengumuman 

Fasilitas ruang terbuka publik  di desain unik dan dibuat terpadu dengan kawasan sebagai kawasan wisata belanja dan kuliner 

11  Drainase  Perbaikan  kinerja  saluran  drainase eksisting yang tidak berfungsi maksimal 

Pemilik  lahan  dapat  menutup saluran drainase di sekitarnya 

12  Air Bersih  Pelayanan sambungan jaringan perpipaan air bersih mengambil dari jaringan Bukit Senyum 

 

Peningkatan kualitas air bersih  Sistem sambungan perpipaan 

air bersih mencapai seluruh  kawasan 

13  Listrik  Jaringan  listrik  diarahkan  dikembangkan utilitas  bawah  tanah  sehingga  tidak mengganggu keindahan lingkungan 

Gardu  listrik  (power  house)  dan tiang  listrik  ditentukan perletakannya  sesuai  dengan  jalur ducting. 

15  Jalur evakuasi dini  Mengikuti jalur jalan yang ada Papan informasi penyelamatan diri tentang bahaya longsor dan banjir 

Sumber: Analisis 2013 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 7.7. Gambar Lokasi dan Potongan Sub Zona City Park 

Sumber: Analisis, 2013 

 

Page 12: Rencana Umum Dan Rancang Bangun

VII‐12

PENYUSUNAN RTBL KORIDOR JALAN A. YANI MARTAPURA KOTA

Tabel 7.7. Sub Zona Welcome Area  

No  Elemen Perancangan Aturan 

Aturan Wajib  Aturan Anjuran 1  Peruntukan lahan 

(makro) Zona Hijau dan Sarana Sosial

  

2  

Peruntukan lahan (mikro) 

Ruang Terbuka Hijau  Pintu Gerbang Landscape 

 

3  KDB/ KDH  KDB Maksimum 60 %  KDH Minimum 70% 

 

4  Tinggi bangunan  Bangunan pendukung: 4  lantai Bukan merupakan bangunan masif

5  GSB  GSB depan bangunan tiap unit = ½ ROW jalan umum di depan bangunan 

GSB samping bangunan tiap unit minimal 5 meter 

GSB belakang bangunan tiap unit minimal 5 meter 

Mengikuti ketentuan setempat yang berlaku 

6  Jalur pejalan kaki   Lebar 1,8 – 2,00 meter  Jalur pejalan kaki dilengkapi dengan 

jalur aksesibel 

Dianjurkan membuat jalur sepeda dan parkir sepeda yang aman 

7  Jalur jogging track pada taman 

Lebar 1,8 – 2,00 meter  Menggunakan grass block 

Jarak antar pohon ± 7,00 meter  Pohon yang ada (eksisting) kawasan tetap dipertahankan 

8  Vegetasi  Digunakan vegetasi yang cepat tumbuh, rindang dan tidak merusak struktur tanah 

Menggunakan tanaman hias berwarna sebagai perdu 

9  Tata informasi  Tidak merintangi akses pejalan, memberi kemudahan dan kenyamanan bagi pengguna ruang 

Signage berupa rambu dan papan informasi, bukan reklame, tinggi maksimal ±2,00‐3,00 meter 

10  Perlengkapan taman  Menyediakan gerobak  sampah, , lampu jalan, lampu taman, kursi taman tiang payung dan papan informasi/pengumuman 

Fasilitas ruang terbuka publik  di desain unik dan dibuat terpadu dengan kawasan sebagai kawasan wisata belanja dan kuliner 

11  Drainase  Perbaikan  kinerja  saluran  drainase eksisting yang tidak berfungsi maksimal 

Pemilik  lahan  dapat  menutup saluran drainase di sekitarnya 

12  Air Bersih  Pelayanan sambungan jaringan perpipaan air bersih mengambil dari jaringan Bukit Senyum 

 

Peningkatan kualitas air bersih  Sistem sambungan perpipaan 

air bersih mencapai seluruh  kawasan 

13  Listrik  Jaringan listrik diarahkan dikembangkan utilitas  bawah  tanah  sehingga  tidak mengganggu keindahan lingkungan 

Gardu  listrik  (power  house)  dan tiang  listrik  ditentukan perletakannya sesuai dengan  jalur ducting. 

15  Jalur evakuasi dini  Mengikuti jalur jalan yang ada Papan informasi penyelamatan diri tentang bahaya longsor dan banjir 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 7.8. Gambar Lokasi dan Potongan Sub Zona Welcome Area 

Sumber: Analisis, 2013 

Page 13: Rencana Umum Dan Rancang Bangun

VII‐13

PENYUSUNAN RTBL KORIDOR JALAN A. YANI MARTAPURA KOTA

Tabel 7.8. Sub Zona Garden City 

No  Elemen Perancangan Aturan 

Aturan Wajib  Aturan Anjuran 1  Peruntukan lahan 

(makro) Ruang Terbuka Hijau dan  Kawasan Perumahan Estate 

 

 

2  

Peruntukan lahan (mikro) 

Ruang Terbuka Hijau  Jalur hijau jalan 

 

3  KDB/ KDH  KDB Maksimum 40 %  KDH Minimum 70% 

 

4  Tinggi bangunan  Bangunan pendukung: 4  lantai Bukan merupakan bangunan masif

5  GSB  GSB depan bangunan tiap unit = ½ ROW jalan umum di depan bangunan 

GSB samping bangunan tiap unit minimal 5 meter 

GSB belakang bangunan tiap unit minimal 5 meter 

Mengikuti ketentuan setempat yang berlaku 

6  Jalur pejalan kaki   Lebar 1,8 – 2,00 meter  Jalur pejalan kaki dilengkapi dengan 

jalur aksesibel 

Dianjurkan membuat jalur sepeda dan parkir sepeda yang aman 

7  Jalur jogging track pada taman 

Lebar 1,8 – 2,00 meter  Menggunakan grass block 

Jarak antar pohon ± 7,00 meter  Pohon yang ada (eksisting) kawasan tetap dipertahankan 

8  Vegetasi  Digunakan vegetasi yang cepat tumbuh, rindang dan tidak merusak struktur tanah 

Menggunakan tanaman hias berwarna sebagai perdu 

9  Tata informasi  Tidak merintangi akses pejalan, memberi kemudahan dan kenyamanan bagi pengguna ruang 

Signage berupa rambu dan papan informasi, bukan reklame, tinggi maksimal ±2,00‐3,00 meter 

10  Perlengkapan taman  Menyediakan gerobak  sampah, , lampu jalan, lampu taman, kursi taman tiang payung dan papan informasi/pengumuman 

Fasilitas ruang terbuka publik  di desain unik dan dibuat terpadu dengan kawasan sebagai kawasan wisata belanja dan kuliner 

11  Drainase  Perbaikan  kinerja  saluran  drainase eksisting yang tidak berfungsi maksimal 

Pemilik  lahan  dapat  menutup saluran drainase di sekitarnya 

12  Air Bersih  Pelayanan sambungan jaringan perpipaan air bersih mengambil dari jaringan Bukit Senyum 

 

Peningkatan kualitas air bersih  Sistem sambungan perpipaan 

air bersih mencapai seluruh  kawasan 

13  Listrik  Jaringan  listrik  diarahkan  dikembangkan utilitas  bawah  tanah  sehingga  tidak mengganggu keindahan lingkungan 

Gardu  listrik  (power  house)  dan tiang  listrik  ditentukan perletakannya  sesuai  dengan  jalur ducting. 

15  Jalur evakuasi dini  Mengikuti jalur jalan yang ada Papan informasi penyelamatan diri tentang bahaya longsor dan banjir 

Sumber: Analisis 2013 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 7.9. Gambar Lokasi dan Potongan Sub Zona Garden City  

Sumber: Analisis, 2013 

 

Page 14: Rencana Umum Dan Rancang Bangun

VII‐14

PENYUSUNAN RTBL KORIDOR JALAN A. YANI MARTAPURA KOTA

 

7.3   TATA BANGUNAN 

Tata  bangunan  merupakan  produk  penyelenggaraan  bangunan  gedung  beserta 

lingkungannya  sebagai  wujud  pemanfaatan  ruang,  meliputi  berbagai  aspek  termasuk 

pembentukan citra/karakter fisik  lingkungan, besaran dan konfigurasi dari elemen‐elemen 

seperti: blok, kaveling/petak lahan, bangunan serta ketinggian dan elevasi lantai bangunan 

yang  dapat  menciptakan  berbagai  ruang  kota  yang  akomodatif  terhadap  keragaman 

kegiatan  yang  ada,  terutama  kegiatan  perdagangan  dan  jasa  serta  kegiatan  yang 

berlangsung dalam ruang publik. 

 

Panduan  tata  bangunan  untuk  Kawasan  Kawasan  Perencanaan  dapat  dijabarkan  sebagai 

berikut: 

1. Blok dan kaveling/petak lahan 

Penguasaan  tanah  oleh  Kabupaten  Banjar,  mempengaruhi  hak  bagi  pemilik  dalam 

menguasai blok dan kavelingnya. Pemilik hanya berhak atas bangunan yang dimiliki di 

atas  blok  dan  kaveling  yang  disewa.  Pemilik  tidak  berhak  atas  ruang bersama  seperti 

teras  atau  ruang  terbuka  yang  berada  di  depan  bangunannya.  Bagi  penyewa  baru, 

apabila memiliki kemampuan keuangan, dapat membeli satu blok pada zona yang ada 

dengan mengikuti peraturan‐peraturan yang berlaku. 

 

 Gambar 7.10. Konsep amalgamation untuk menyatukan beberapa bangunan menjadi satu  

Sumber: kasus China Square dan Tanjong Rhu di Singapura 

   

  

Gambar 7.11. Ilustrasi amalgamation untuk menyatukan beberapa bangunan menjadi satu  di Kawasan Kawasan Perencanaan 

Sumber: Analisis, 2013 

  

Kavling  yang menjadi  besar  karena  penggabungan,  diwajibkan memiliki  ruang  publik 

berupa plaza atau taman sebesar KDB minimal yang berlaku. 

 

2. Ketinggian dan elevasi lantai bangunan 

Ketinggian bangunan diatur dalam panduan RTBL ini. Ketinggian bangunan yang berlaku 

di Kawasan Kawasan Perencanaan maksimal adalah 8 (delapan) lantai. Namun demikian, 

ketinggian  bangunan  tetap  diatur  sedemikian  rupa  sehingga  tercipta  ruang  solid  dan 

void serta terbentuknya garis langit (sky line) di kawasan. 

Arahan untuk bangunan tinggi di atas 8  lantai, sebaiknya menggunakan podium sesuai 

dengan komposisi, proporsi dan estetika bangunan. Elevasi (ketinggian lantai bangunan) 

dibuat lebih tinggi dari permukaan jalan. 

BIGGER is BETTER

Sometimes, it is better to join small, fragmented plots of land into bigger plots. This way, we can build larger developments with the same amount of land. This strategy also helps to revitalise mature areas such as China Square and Tanjong Rhu. (URA-Singapore)

Page 15: Rencana Umum Dan Rancang Bangun

VII‐15

PENYUSUNAN RTBL KORIDOR JALAN A. YANI MARTAPURA KOTA

  

 

 

Gambar 7.11. Konsep bangunan tingkat tinggi di Kawasan Kawasan Perencanaan Sumber: Analisis, 2013 

 

Untuk  bangunan  tingkat  tinggi,  hendaknya  mengikuti  standar  yang  berlaku  baik  itu 

Undang‐Undang  Bangunan  Gedung,  Peraturan  Menteri  Pekerjaan  Umum  Nomor 

29/PRT/M/2006  tentang  Pedoman  Persyaratan  Teknis  Bangunan  Gedung,  Pedoman 

Teknis  Rumah  dan  Bangunan  Tahan  Gempa,  maupun  Peraturan  Daerah  tentang 

Bangunan Gedung yang berlaku.  

 

Persyaratan  yang  wajib  dipenuhi  untuk  bangunan  tingkat  tinggi  adalah  yang 

menyangkut:  asas  kemanfaatan,  keselamatan,  keseimbangan,  serta  keserasian 

bangunan gedung dengan 

lingkungannya.  Persyaratan  yang  wajib  dipenuhi  antara  lain  adalah:  sarana  sirkulasi 

vertikal, sarana parkir di dalam bangunan, sarana keselamatan bangunan seperti tangga 

kebakaran, jalur evakuasi dan lain‐lain. 

 

 

 

  

 Gambar 7.12. Ilustrasi ketinggian bangunan dan garis langis (sky line) di Kawasan Kawasan Perencanaan 

Sumber: Analisis, 2012 

 

3. Jarak kemunduran (set back) bangunan 

Untuk menciptakan  suatu  kawasan  yang  nyaman  dan  aman  bagi  pejalan  kaki, maka 

semua bangunan harus memiliki jarak kemunduran bangunan minimal 3 meter. Jarak ini 

Page 16: Rencana Umum Dan Rancang Bangun

VII‐16

PENYUSUNAN RTBL KORIDOR JALAN A. YANI MARTAPURA KOTA

dapat digunakan sebagai tempat berinteraksi sosial, baik sebagai tempat makan maupun 

pejalan kaki.  

 

Jarak mundurnya  bangunan  ini  harus  difasilitasi  dengan  sistem  arcade  atau  di  bawah 

balkon  lantai dua. Jarak mundurnya bangunan  juga harus difasilitasi dengan pemberian 

teras yang aman, tidak licin bagi pejalan kaki. 

 

  

Gambar 7.13. Ilustrasi kemunduran bangunan di Kawasan Kawasan Perencanaan Sumber: Analisis, 2013 

 

 

 

4. Ekspresi Arsitektur Bangunan 

Bangunan  yang  ditampung  di  dalam  kawasan  perencanaan  terdiri  dari  bangunan 

komersial berupa pusat perbelanjaan, pusat grosir, kantor  sewa, bangunan  residensial 

seperti  hotel,  apartemen,  rumah  susun  dan  juga  kantor  pelayanan  pemerintah. 

Bangunan ada yang terletak di sudut jalan maupun bukan sudut jalan. 

 

Ekspresi  Arsitektur  Bangunan  perlu  ditata  untuk  menciptakan  karakter  yang  kuat 

terhadap  Kawasan  Kawasan  Perencanaan.  Kawasan  yang  berfungsi  sebagai  pusat 

perdagangan dan  jasanya Kabupaten Banjar  ini  akan menggunakan  tipologi bangunan 

modern  namun  pada  beberapa  bangunan  pelayanan  umum,  tetap  menggunakan 

ornamen lokal yang berlaku. 

 

 

Page 17: Rencana Umum Dan Rancang Bangun

VII‐17

PENYUSUNAN RTBL KORIDOR JALAN A. YANI MARTAPURA KOTA

 Gambar 7.14. Arahan Fasade bangunan di Kawasan Kawasan Perencanaan 

Sumber: Analisis, 2012 

Untuk bangunan sudut, diarahkan memiliki penampilan yang menarik atau berbeda dari 

bangunan  yang  non  sudut.  Penampilan  tersebut  bisa  dilakukan  dengan membedakan 

warna, bahan material maupun penyelesaian struktur bangunannya. 

 

  

Gambar 7.15. Arahan penanganan bangunan sudut di Kawasan Kawasan Perencanaan Sumber: Analisis, 2012 

 

 

Tabel 7.9. Ilustrasi Arahan Penataan di Kawasan Perencanaan 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 18: Rencana Umum Dan Rancang Bangun

VII‐18

PENYUSUNAN RTBL KORIDOR JALAN A. YANI MARTAPURA KOTA

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 19: Rencana Umum Dan Rancang Bangun

VII‐19

PENYUSUNAN RTBL KORIDOR JALAN A. YANI MARTAPURA KOTA

SEBELUM (BEFORE)  SESUDAH (AFTER) 

 

 

 

SEBELUM (BEFORE)  SESUDAH (AFTER) 

   

   

 

Untuk bangunan sudut, sisi bangunan yang tidak menghadap jalan/koridor utama, harus 

memiliki bukaan yang berfungsi  sebagai etalase dan diberi penerangan yang memadai 

dengan ilustrasi sebagai berikut: 

Page 20: Rencana Umum Dan Rancang Bangun

VII‐20

PENYUSUNAN RTBL KORIDOR JALAN A. YANI MARTAPURA KOTA

 Gambar 7.10. Arahan penanganan bangunan sudut, sisi yang menghadap bukan jalan utama  

Sumber: Analisis, 2012 

 

 

7.4   SIRKULASI DAN JALUR PENGHUBUNG 

Sistem  sirkulasi  dan  jalur  penghubung  terdiri  dari  jaringan  jalan  dan  pergerakan,  sirkulasi kendaraan  umum,  sirkulasi  kendaraan  pribadi,  sirkulasi  kendaraan  informal  setempat  dan 

sepeda,  sirkulasi pejalan kaki  (termasuk masyarakat penyandang  cacat dan  lanjut usia),  sistem 

dan  sarana  transit,  sistem parkir, perencanaan  jalur pelayanan  lingkungan, dan  sistem  jaringan 

penghubung. 

Jenis  jalan  yang  terdapat  di  kawasan  perencanaan  adalah  Arteri  Primer  dan  jalan  Kolektor 

Sekunder  serta jalan lokal. Di kawasan perencanaan lebih utama mengatur Sistem jaringan jalur 

penghubung  terpadu  (pedestrian  linkage),  yaitu  rancangan  sistem  jaringan  berbagai  jalur 

penghubung yang memungkinkan menembus beberapa bangunan atau pun beberapa kaveling 

tertentu  dan  dimanfaatkan  bagi  kepentingan  jalur  publik.  Jalur  penghubung  terpadu  ini 

dibutuhkan terutama pada daerah dengan  intensitas kegiatan tinggi dan beragam, seperti pada 

area  komersial  lingkungan  permukiman  atau  area  fungsi  campuran  (mixed‐used).  Jalur 

penghubung terpadu harus dapat memberikan kemudahan aksesibilitas bagi pejalan kaki. 

 

 

Sirkulasi  yang  direncanakan  di  kawasan  perencanaan  mempertimbangkan  rencana  sistem 

transportasi kota yang telah direncanakan dala dokumen RDTR Kawasan Perencanaan. Sirkulasi 

di  kawasan  perencanaan  mengakomodasi  atau  berhubungan  dengan  rencana  pembangunan 

Jaringan jalan yang ada. 

Panduan sirkulasi dan jalur penghubung juga memberi arahan pada sarana penunjangnya seperti: 

jembatan  penyeberangan  orang,  halte  angkutan  umum  dan  tempat  parkir.  Jembatan 

penyeberangan orang yang mengubungkan antara Kawasan Perencanaan.Untuk  fasilitas parkir, 

terdiri dari dua macam yaitu on street dan parkir gedung.  

 

Penyediaan  halte  adalah  untuk  naik  turun  penumpang  yang menggunakan  kendaraan  umum. 

Halte  dirancang  sedemikian  rupa  sehingga  menarik,  sesuai  dengan  fungsinya  dan  memberi 

kenyamanan bagi pengguna. Di Kawasan Perencanaan disediakan 4 – 5 halte kendaraan umum 

yang letaknya berada di jalan kolektor (seperti terlihat pada gambar 7.17 dalam bab ini. 

 

 Gambar 7.11. Ilustrasi halte kendaraan umum   

Sumber: Analisis, 2013 

 

 

Page 21: Rencana Umum Dan Rancang Bangun

VII‐21

PENYUSUNAN RTBL KORIDOR JALAN A. YANI MARTAPURA KOTA

7.5    SISTEM RUANG TERBUKA DAN TATA HIJAU 

Sistem Ruang Terbuka dan Tata Hijau merupakan komponen rancang kawasan, yang tidak 

sekadar terbentuk sebagai elemen tambahan atau pun elemen sisa setelah proses rancang 

arsitektural  diselesaikan,  melainkan  juga  diciptakan  sebagai  bagian  integral  dari  suatu 

lingkungan  yang  lebih  luas.  Penataan  sistem  ruang  terbuka  diatur  melalui  pendekatan 

desain  tata hijau yang membentuk karakter  lingkungan serta memiliki peran penting baik 

secara  ekologis,  rekreatif  dan  estetis  bagi  lingkungan  sekitarnya,  dan memiliki  karakter 

terbuka sehingga mudah diakses sebesar‐besarnya oleh publik. 

Manfaat penataan sisten Ruang Terbuka dan Tata Hijau adalah: 

1. Meningkatkan kualitas kehidupan ruang kota melalui penciptaan lingkungan yang aman, 

nyaman, sehat, menarik dan berwawasan ekologis. 

2. Mendorong  terciptanya  kegiatan  publik  sehingga  tercipta  integrasi  ruang  sosial 

antarpenggunanya. 

3. Menciptakan estetika, karakter dan orientasi visual dari suatu lingkungan. 

4. Menciptakan iklim mikro lingkungan yang berorientasi pada kepentingan pejalan kaki. 

5. Mewujudkan lingkungan yang nyaman, manusiawi dan berkelanjutan. 

Rencana  ruang  terbuka  di  Kawasan  Kawasan  Perencanaan  terdiri  dari:  ruang  terbuka 

umum, ruang terbuka privat, ruang terbuka privat yang dapat diakses umum serta area 

jalur hijau. Ruang terbuka umum yaitu ruang yang karakter fisiknya terbuka, bebas dan 

mudah  diakses  publik  karena  bukan milik  pihak  tertentu.  Ruang  terbuka  privat  yaitu 

ruang  yang  karakter  fisiknya  terbuka  tapi  terbatas,  yang  hanya  dapat  diakses  oleh 

pemilik,  pengguna  atau  pihak  tertentu.  Sedangkan  ruang  terbuka  privat  yang  dapat 

diakses oleh umum yaitu ruang yang karakter fisiknya terbuka, serta bebas dan mudah 

diakses  oleh  publik meskipun milik  pihak  tertentu,  karena  telah  didedikasikan  untuk 

kepentingan  publik  sebagai  hasil  kesepakatan  antara  pemilik  dan  pihak 

pengelola/pemerintah daerah  setempat, di mana pihak pemilik mengizinkan  lahannya 

digunakan  untuk  kepentingan  publik,  dengan  mendapatkan  kompensasi  berupa 

insentif/disinsentif tertentu, tanpa mengubah status kepemilikannya. 

 

Ruang terbuka umum diarahkan pada beberapa  lokasi eksisting yang berfungsi sebagai 

taman  serta mengarahkan  pembentukan  pusat/plaza  taman  (central  park)  pada  zona 

hunian  intensitas  tinggi dan menata  jalur hijau  taman di  sekitar Koridor Siang Malam, 

Koridor  Boulveard  Art  dan  Kampung  Bule.  Ruang  terbuka  umum  juga  disediakan  di 

kawasan jalur hijau jalan dan jalur hijau saluran drainase. Penataan ruang terbuka umum 

ini  harus  mengembalikan  fungsi  ruang  terbuka  hijau  yang  saat  ini  lebih  banyak 

digunakan untuk berdagang (pedagang kaki lima). 

Ruang terbuka privat diarahkan untuk menciptakan taman vertikal serta taman di atas 

atap,  khususnya pada bangunan  komersial. Taman di atas atap harus dapat berfungsi 

sebagai serapan air dengan menggunakan sistem pembuangan air hujan yang baik dan 

memperhitungkan teknologi. 

Ruang  terbuka  privat  yang  dapat  diakses  oleh  umum  adalah  ruang  terbuka  hijau 

bersama  yang  terletak  di  antara  dua  bangunan  dengan  fungsi  yang  berbeda 

(amalgamated).  Di  Kawasan  Kawasan  Perencanaan,  diarahkan  pada  ruang  di  antara 

Hotel Formosa dengan Lucky Plaza dan di antara Hotel Formosa dengan Centre Point. 

Bagi  penyewa  bangunan  yang menyediakan  ruang  terbuka  privat  yang  dapat  diakses 

oleh umum, tentunya akan diberikan insentif dari Pemerintah Kabupaten Banjar. 

 

Tabel 7.6. Ilustrasi Arahan Sistem Ruang Terbuka dan Tata Hijau di Kawasan Kawasan Perencanaan 

SEBELUM (BEFORE)  SESUDAH (AFTER) 

 

Page 22: Rencana Umum Dan Rancang Bangun

VII‐22

PENYUSUNAN RTBL KORIDOR JALAN A. YANI MARTAPURA KOTA

SEBELUM (BEFORE)  SESUDAH (AFTER) 

 

 

 

SEBELUM (BEFORE)  SESUDAH (AFTER) 

 

 

 

 

Gambar 7.12. Ilustrasi ruang terbuka privat salah satu bangunan di Kawasan Kawasan Perencanaan   

Sumber: Analisis, 2013 

 

 

 

 

Page 23: Rencana Umum Dan Rancang Bangun

VII‐23

PENYUSUNAN RTBL KORIDOR JALAN A. YANI MARTAPURA KOTA

7.6 TATA KUALITAS LINGKUNGAN 

Penataan  Kualitas  Lingkungan  merujuk  pada  upaya  rekayasa  elemen‐elemen  kawasan  yang 

sedemikian rupa sehingga tercipta suatu kawasan atau subarea dengan sistem  lingkungan yang informatif, berkarakter khas, dan memiliki orientasi tertentu. 

Manfaat dari penataan tata kualitas lingkungan adalah: 

1. Mencapai  kualitas  lingkungan  kehidupan  manusia  yang  aman,  nyaman,  sehat  dan 

menarik, serta berorientasi kepada lingkungan mikro. 

2. Menyatukan kawasan sebagai sistem lingkungan yang berkualitas dengan pembentukan 

karakter dan identitas lingkungan yang spesifik. 

3. Mengoptimalkan  kegiatan  publik  yang  diwadahinya  sehingga  tercipta  integrasi  ruang 

sosial  antarpenggunanya,  serta menciptakan  lingkungan  yang  berkarakter  dan  berjati 

diri.  

4. Menciptakan estetika, karakter, dan orientasi visual, dari suatu lingkungan. 

5. Menciptakan iklim mikro lingkungan yang berorientasi kepada kepentingan pejalan kaki. 

Komponen penataan terdiri dari konsep identitas lingkungan, konsep orientasi lingkungan, wajah 

jalan  (streetscape)  yang  akan memperkuat  karakter  suatu blok perancangan  yang  lebih besar.  

Pengaturannya terdiri dari atas: wajah penampang  jalan dan bangunan, perabot  jalan,  jalur dan 

ruang  bagi  pejalan  kaki,  tata  hijau  pada  penampang  jalan,  elemen  tata  informasi  dan  rambu 

pengarah, elemen papan reklame. 

Berikut  ini  panduan  beberapa  komponen  penataan  tata  kualitas  lingkungan  untuk  Kawasan 

Kawasan Perencanaan: 

1. Wajah jalan 

Wajah  jalan diprioritaskan pada penataan koridor yaitu  seluruh  sub  zona prioritas di 

kawasan  perencanaan.  Koridor  urban  heritage  berisi  kegiatan  perdagangan  dan  jasa 

kuliner dan  tempat  ibadah.  Ilustrasi wajah  jalan dapat dilihat  juga  Jalur pejalan kaki 

dan pengendara sepeda 

Sirkulasi di Kawasan Kawasan Perencanaan lebih mengutamakan jalur pejalan kaki dan 

sepeda  (meminimalkan  kendaraan  bermotor).  Jalur  pejalan  kaki  ditata  di  sepanjang 

koridor dan pedestrian, diikuti  lokasi‐lokasi  lain di dalam kawasan perencanaan.  Jalur 

pejalan kaki memiliki lebar yang distandarkan yaitu antara 2 – 7,5 meter. Jalur pejalan 

kaki  dilengkapi  dengan  fasilitas  bagi  diffabel  dan  juga  kelengkapan  perabot  jalan 

seperti  bangku  taman,  lampu  taman,  lampu  jalan  dan  papan  iklan.  Berikut  akan 

ditampilkan ilustrasi jalur pejalan kaki dan pengendara sepeda. 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 7.14.  Ilustrasi Jalur Pejalan Kaki 

Sumber: Analisis, 2012 

 

 

 

 

Page 24: Rencana Umum Dan Rancang Bangun

VII‐24

PENYUSUNAN RTBL KORIDOR JALAN A. YANI MARTAPURA KOTA

 

 

 

 Gambar 7.14. Ilustrasi Jalur sepeda 

Sumber: Analisis, 2013 

 

2. Papan Iklan dan Rambu Pengarah  

Sebagai  kawasan dengan  fungsi perdagangan,  tentunya  tidak  lepas dari  iklan. Untuk 

menata kawasan menjadi  lebih baik, maka papan  iklan baik di bangunan maupun di 

jalan perlu diarahkan. 

Papan iklan pada bangunan dibuat menarik, diletakan di muka bangunan di atas lantai 

satu. Papan  iklan di  tepi  jalan dapat diletakkan bersama dengan  lampu  jalan. Bahan 

yang  digunakan  adalah  bahan  yang  mudah  didapat  dengan  disain  yang  menarik. 

Penataan  iklan dengan billboard harus dilengkapi  lampu dan dinas terkait diharapkan 

dapat memberi insentif bagi vendor atau pemilik yang memasang lampu dengan daya 

listrik yang diusahakan sendiri (swadaya). 

 

  

Gambar 7.15. Ilustrasi papan iklan pada bangunan Sumber: Analisis, 2013 

Page 25: Rencana Umum Dan Rancang Bangun

VII‐25

PENYUSUNAN RTBL KORIDOR JALAN A. YANI MARTAPURA KOTA

 

 Gambar 7.16. Ilustrasi papan iklan di jalan 

Sumber: Analisis, 2013  

3. Perabot Jalan 

Perabot  jalan  yang ditata di  kawasan  ini  terdiri dari bangku  taman,  tempat  sampah, 

lampu  jalan,  lampu  taman, halte dan  juga gerbang kawasan  sebagai penanda. Disain 

perabot jalan disesuaikan dengan tema kawasan dan bangunan yang bercorak modern. 

Berikut  arahan  mengenai  perabot  jalan  yang  terdapat  di  Kawasan  Kawasan 

Perencanaan. 

 

Gambar 7.17. Ilustrasi lampu jalan dengan panel surya 

 

  

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 7.18. Ilustrasi lampu taman 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 26: Rencana Umum Dan Rancang Bangun

VII‐26

PENYUSUNAN RTBL KORIDOR JALAN A. YANI MARTAPURA KOTA

 

 

 Gambar 7.19. Ilustrasi bangku taman 

Sumber: Analisis, 2013 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

    

 Gambar 7.20. Ilustrasi tempat sampah 

Sumber: Analisis, 2013 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 Gambar 7.21. Ilustrasi halte 

Sumber: Analisis, 2013 

 

 

 

Page 27: Rencana Umum Dan Rancang Bangun

VII‐27

PENYUSUNAN RTBL KORIDOR JALAN A. YANI MARTAPURA KOTA

4. Penataan Pedagang Kaki Lima 

Pedagang  kaki  lima  (PKL)  banyak  ditemukan  di  kawasan  perencanaan.  Pemerintah 

Kabupaten Banjar melalui Dinas Perindustrian mengijinkan atau memfasilitasi adanya 

pedagang kaki lima di kawasan. Namun demikian, Pemerintah Kabupaten Banjar harus 

mengarahkan  atau melokalisasi  PKL  dalam  suatu  tempat  yang  diijinkan  (di median 

jalan,  di  boulevard  art  dan  juga  bekerja  sama  dengan  pihak  penyewa  lahan). 

Operasional  atau  jam  kerja  PKL  harus  ditentukan  berikut  harga  sewa  untuk 

kebersihan/pengelola. Harga sewa harus mencapai kata sepakat agar pihak PKL  tidak 

dirugikan. 

 

Tabel 7.7. Ilustrasi Arahan Pedagang Kaki Lima di Kawasan Perencanaan 

SEBELUM (BEFORE)  SESUDAH (AFTER) 

 

 

 

 

 

 Gambar 7.22. Ilustrasi PKL di median jalan yang diijinkan dengan pengaturan jam operasional 

Sumber: Analisis, 2013 

 

  

Gambar 7.23. Ilustrasi PKL di lahan milik swasta dengan pengaturan jam operasional hanya pagi hari Sumber: Analisis, 2013 

Page 28: Rencana Umum Dan Rancang Bangun

VII‐28

PENYUSUNAN RTBL KORIDOR JALAN A. YANI MARTAPURA KOTA

7.7 SISTEM PRASARANA DAN UTILITAS LINGKUNGAN 

Sistem prasarana dan utilitas  lingkungan adalah kelengkapan dasar  fisik  suatu  lingkungan yang 

pengadaannya memungkinkan  suatu  lingkungan  dapat  beroperasi  dan  berfungsi  sebagaimana 

semestinya.  Sistem  prasarana  dan  utilitas  lingkungan  mencakup  jaringan  air  bersih  dan  air 

limbah, jaringan drainase, jaringan persampahan, jaringan gas dan listrik, serta jaringan telepon, 

sistem jaringan pengamanan kebakaran, dan sistem jaringan jalur penyelamatan atau evakuasi. 

Manfaat yang didapat dari penataan ini adalah: 

1. Meningkatkan  kualitas  kawasan  perencanaan  yang  menjamin  tersedianya    ukungan 

konkret terhadap kegiatan‐kegiatan fisik yang ada.  

2. Mencapai  keseimbangan  antara  kebutuhan  dan  daya  dukung  lingkungan    sehingga 

terwujud sistem keberlanjutan (sustainability) pada lingkungan. 

 

Prasarana dan utilitas  lingkungan yang akan diatur terdiri dari: sistem jaringan air bersih, sistem 

jaringan air kotor, sistem jaringan drainase, sistem jaringan persampahan, sistem jaringan listrik, 

sistem  jaringan  telepon,  sistem pemadam  kebakaran,  sistem  jaringan  jalur penyelamatan  atau 

evakuasi. 

1. Sistem jaringan air bersih 

Pemenuhan  kebutuhan  air  bersih  Kawasan  Kawasan  Perencanaan  dilayani  dengan 

reservoir  distribusi  Bukit  Senyum.  Pengembangan  konsep  air minum  untuk  kawasan 

Kawasan Perencanaan direncanakan akan mengambil tambahan air bakunya dari Waduk 

Riam  Kanan  dan  Sungai  Martapura.  Konsep  penekanan  pada  kawasan  ini  adalah 

pengembangan  sistem  jaringan  yang  ada  dengan  penambahan  jaringan  yang  baru. 

Sehingga proses perencanaan dan pengembangan sistem jaringan air minum di kawasan 

ini tidak harus memulai dari awal. 

2. Sistem jaringan drainase 

Secara  umum  konsep  jaringan  drainase  di  Kawasan  Kawasan  Perencanaan  adalah 

mengoptimalkan  sistem  jaringan  yang  ada,  dan  dibarengi  dengan  rencana 

pengembangan  sistem  jaringan  drainase  yang  baru.  Adapun  untuk  konsep  jaringan 

drainase  yang  baru,  aliran  dari  air  permukaan  dialirkan menuju  saluran‐saluran  yang 

disiapkan  yang  diarahkan menuju  saluran  utama  (Primer).  Saluran  primer  ini,  selain 

sebagai pusat masuk air  limpasan aliran permukaan,  juga berungsi  sebagai pengendali 

banjir.  

3. Sistem jaringan persampahan 

Konsep  pengembangan  sistem  pengelolaan  sampah  di  kawasan  adalah  konsep  3R 

(Reduce‐Reuse‐Recycle) akan menjadi jiwa di dalam setiap tahapan operasi pengelolaan 

sampah di dalam kawasan. 

Arah pengembangan pengelolaan sampah setiap wilayah pelayanan adalah : 

a. Setiap wilayah akan dilengkapi dengan unit  tempat pengelolaan sampah sementara 

(TPSS), 

b. Setiap  unit  tempat  pengelolaan  sampah  sementara  (TPSS)  dilengkapi  dengan  unit 

pengolahan sampah organic dan anorganik 

c. Masing‐masing unit pengelolaan sampah organic dan anorganik akan diproses  lebih 

lanjut di Tempat pemrosesan akhir sampah (TPAS) dan sisa hasil proses pengelolaan 

(residu) dikelola menuju landfill TPAS. 

Konsep Pengelolaan Sampah di Kawasan Martapura Kota di atas diilustrasikan pada 

gambar di bawah ini. 

 

 

Gambar 7.24.  Ilustrasi Konsep Pengelolaan Sampah Kawasan Martapura Kota 

 

Page 29: Rencana Umum Dan Rancang Bangun

VII‐29

PENYUSUNAN RTBL KORIDOR JALAN A. YANI MARTAPURA KOTA

Konsep pengelolaan sampah di kawasan studi dilakukan melalui proses pewadahan, 

pengumpulan, pemindahan, pengangkutan, dan pengolahan. 

a.  Pewadahan  

Disiapkan secara swadaya, kecuali untuk bangunan dan ruang publik; 

Mudah dioperasikan; 

Tidak permanen, kecuali untuk bangunan publik dan ruang terbuka. 

  b.  Pengumpulan  

Rotasi, 3 kali/hari; 

Menggunakan peralatan yang memiliki daya jelajah yang cukup tinggi. 

c.  Pemindahan  

Ditempatkan di pusat timbulan sampah namun jauh dari rumah tinggal/bangunan; 

Desain artistik dan mampu meminimalkan kesan jorok dan sebaran bau; 

Berupa kontainer. 

d.  Pengangkutan  

Sampah harus tertutup selama pengangkutan; 

Menggunakan lebih banyak truk berupa amroll dengan kontainer; 

Penggunaan dump truck untuk pelayanan door to door. 

 

 

 

Gambar 7.25. Sistem pembuangan sampah 

Sumber: Analisis Konsultan 2013 

 

4. Sistem jaringan listrik 

Untuk  meningkatkan  nilai  estetika  kawasan,  maka  pengembangan  jaringan  listrik 

kawasan diintegrasikan melalui jaringan kabel bawah tanah. Pada lingkungan yang harus 

dilayani dengan  jaringan  kabel udara dan agar perletakkan  kabel  ini  tidak menganggu 

estetika  lingkungan  maka  perletakkan  jaringan  listrik  diarahkan  dikembangkan  di 

belakang  bangunan  atau  dengan  menata  perletakan  kabel  distribusi  sehingga  tidak 

mengganggu keindahan lingkungan. Selain itu dapat juga diupayakan dengan mendesain 

tiang listrik sehingga dapat menjadi unsur keindahan kota yang menarik. 

Page 30: Rencana Umum Dan Rancang Bangun

VII‐30

PENYUSUNAN RTBL KORIDOR JALAN A. YANI MARTAPURA KOTA

 

 

Gambar 7.26. Arahan lampu panel surya  

Sumber: Analisis Konsultan 2013 

 

Gardu  listrik/power house ditentukan perletakannya dengan mempertimbangkan skala 

ruang kawasan, aspek estetika dan kualitas visual lingkungan. 

 

 

Gambar 7.27. Arahan desain selubung power house/gardu listrik  

Sumber: Analisis Konsultan 2013 

 

 

 

 

 

 

Gambar 7.28. Arahan perletakan utilitas pada bangunan  

Sumber: Analisis Konsultan 2013 

 

 

 

Page 31: Rencana Umum Dan Rancang Bangun

VII‐31

PENYUSUNAN RTBL KORIDOR JALAN A. YANI MARTAPURA KOTA

5. Sistem jaringan telepon 

Konsep pengembangan dan penyediaan sistem telekomunikasi dan IT diarahkan melalui: 

a. Penyediaan  jaringan  telepon  dan  sistem  pertelekomunikasian  yang  mampu 

menjangkau  seluruh masyarakat  dan mampu melayani  kebutuhan  telekomunikasi 

bagi  sektor  jasa, perdagangan,  industri, dan perkantoran.  Jaringan  telekomunikasi 

yang  disediakan  harus  memiliki  cakupan  layanan  (coverage)  yang  luas  dengan 

kapasitas yang memadai. 

b. Membangun  ’cyber  center/building’  pada  Pusat  Jasa  KPBPB  (MICE),  yang 

menyediakan  fasilitas  co‐location  bagi  operator/penyelenggara  telekomunikasi, 

penyelenggara  jaringan telekomunikasi, dan  jasa telekomunikasi serta value added 

service lainnya. 

c. Teknologi telekomunikasi yang digunakan : mulai dari analog, digital, GSM, CDMA, 

VOIP, dll. disesuaikan dengan karakteristik kawasan yang dilayani. 

d. Pengembangan  tarif  telepon  dan  akses  internet  yang  kompetitif  dan  terjangkau 

oleh pengguna. 

e. Penyediaan akses internet cepat melalui broadband access di lokasi‐lokasi strategis, 

terutama  di  Pusat  Jasa  dan  Perdagangan  disertai  dengan  penetrasi  pengguna 

internet dan pertumbuhan kepemilikan/ketersediaan fasilitas  komputer yang cukup 

tinggi. Menjadikan masyarakat yang tinggal di Kawasan Perencanaan khususnya dan 

pada umumnya, sebagai masyarakat yang memiliki tingkatan ’IT literacy’ yang tinggi 

atau masyarakat yang ’IT minded’ yang ditunjukkan dengan munculnya/tumbuhnya 

komunitas‐komunitas IT di kawasan ini. 

6. Sistem pemadam kebakaran 

Kran Kebakaran, pengadaan kran kebakaran pada kawasan perencanaan, dengan  jarak 

200  m/kran    kebakaran.  Pembangunan  kran  kebakaran  perlu  dilengkapi  dengan 

pengadaan air yang memadai. 

 

   

Gambar 7.29. Arahan pemasangan hidran kebakaran  

Sumber: Analisis Konsultan 2013 

 

 

7. Sistem jaringan jalur penyelamatan atau evakuasi 

Jalur  evakuasi  terdiri  dari  jalur  di  dalam 

bangunan dan di  luar bangunan. Untuk jalur 

di  dalam  bangunan  perlu  memperhatikan 

apa yang diamanatkan pada Undang‐Undang 

No.  28  tahun  2002  tentang  Bangunan  dan Gedung.  Sedangkan,  jalur  evakuasi  di  luar 

bangunan  perlu  direncanakan  dan  disesuaikan  dengan  bencana  yang  sering  terjadi  di 

Kawasan Martapura Kota(banjir dan gempa). Penetapan dan penandaan  jalur evakuasi 

harus jelas dan dapat dimengerti oleh masyarakat.