RENCANA STRATEGIS OPERASIONAL TAHUN 2015 …sakip.pertanian.go.id/admin/file/RENCANA STRATEGIS...
Transcript of RENCANA STRATEGIS OPERASIONAL TAHUN 2015 …sakip.pertanian.go.id/admin/file/RENCANA STRATEGIS...
RENCANA STRATEGIS OPERASIONAL TAHUN 2015 – 2019
STASIUN KARANTINA PERTANIAN KELAS I PAREPARE
1. Pendahuluan
Strategi Induk Pembangunan Pertanian (SIPP) 2015-2045, pembangunan
sektor pertanian dalam lima tahun ke depan (2015-2019) akan mengacu pula
pada paradigma pertanian untuk pembangunan (agriculture for development)
yang memposisikan sektor pertanian sebagai penggerak transformasi
pembangunan yang berimbang dan menyuluruh mencakup aspek demografi,
ekonomi, intersektoral, spasial, institusional, dan tata kelola pembangunan.
Sasaran pembangunan pertanian ke depan yang disesuaikan dengan
cakupan pembangunan pertanian yang lebih luas dan skala yang lebih besar
guna mengungkit peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani. Dengan
mencermati hasil evaluasi selama periode lima tahun terakhir dan perubahan
paradigma sebagaimana tertuang dalam SIPP, maka sasaran strategis
Kementerian Pertanian adalah: (1) peningkatanketahanan atau kedaulatan
pangan; (2) peningkatan nilai tambah, daya saing, ekspor dan subtitusi impor ;
(3) penyediaan dan peningkatan bahan baku bioindustri dan bioenergi; serta (4)
peningkatan kesejahteraan petani.
Pendirian Badan Karantina Pertanian merupakan amanat dari Undang
Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan.
Dengan demikian, keberadaan Badan Karantina Pertanian tidak terlepas dari
strategi pemerintah untuk menjaga kelestarian sumberdaya alam hayati hewan
dan tumbuhan melalui penyelenggaraan perkarantinaan. Dalam perkembangan
perencanaan dan strategi pembangunan nasional, Badan Karantina Pertanian
memegang peran besar dalam mendukung kebijakan ketahanan atau kedaulatan
pangan.
Renstra merupakan dokumen perencanaan lima tahunan yang berisi visi,
misi, tujuan dan strategis yang disususn sesuai sistematika paket pedoman
reformasi dibidang perencanaan dan penganggaran yang dikeluarkan
Pemerintah dengan mempertimbangkan aspek-aspek intenral dan eksternal
yang mempengaruhi dan mungkin akan mempengaruhi keberhasilan mencapai
tujuan yang ditetapkan.
2. Tujuan
a. Terjaganya sumber daya alam hayati hewan dan tumbuhan dari serangan
HPHK dan OPTK
b. Terjaminnya keamanan produk pertanian yang berasal dari hewan dan
tumbuhan
c. Pengendalian importasi dan percepatan eksportasi melalui pencegahan
masuk dan keluarnya media HPHK dan OPTK
d. Memberdayakan masyarakat dalam pelaksanaan perkarantinaan
e. Mewujudkan pelayanan prima.
3. Profil Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Parepare
Karakteristik
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Parepare adalah Unit Pelaksana Teknis
yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan Karantina
Pertanian Kementerian Pertanian yang dipimpin oleh Kepala Stasiun.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor :
22/Permentan/OT.140/4/2008 tanggal 3 April 2008 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Unit Pelaksana Teknis Karantina Pertanian yang mempunyai tugas
melaksanakan kegiatan operasional perkarantinaan hewan dan tumbuhan, serta
pengawasan keamanan hayati hewani dan nabati.
a. VISI
Visi merupakan gambaran tentang masa depan realistik yang dipilih dan
ingin diwujudkan dalam kurun waktu tertentu. Visi merupakan kondisi ideal
tentang masa depan, terjangkau, dipercaya, meyakinkan dan mengandung daya
tarik, sekaligus merupakan refleksi keadaan internal dan potensi kemampuan inti
serta keliatan (fleksibilias) suatu organisasi dalam menghadapi hambatan dan
tantangan masa depan. Oleh karena itu sebagai unit pelaksana teknis Badan
Karantina Pertanian, Visi SKP Kelas I Parepare yaitu “Menjadi Instansi yang
Tangguh dan Terpercaya Dalam Perlindungan Kelestarian Sumberdaya Alam
Hayati Hewan dan Tumbuhan, Lingkungan dan Keanekaragaman Hayati serta
Keamanan Pangan”.
b. MISI
Untuk mewujudkan Visi tersebut maka Stasiun Karatina Pertanian Kelas I
Parepare mengemban misi :
1. Melindungi kelestarian sumberdaya alam hayati hewan dan tumbuhan dari
serangan hama dan penyakit hewan karantina (HPHK), dan organisme
pengganggu tumbuhan karantina (OPTK);
2. Mendukung terwujudnya keamanan pangan;
3. Memfasilitasi perdagangan dalam rangka mempertahankan dan
meningkatkan akses pasar komoditas Pertanian;
4. Meningkatkan citra dan kualitas layanan publik.
c. MOTTO
Motto merupakan aktualisasi diri serta cermin dari target sasaran atau
tujuan pokok organisasi. Tahun 2013 SKP Kls I Parepare menetapkan motto ”
Bersama Anda Melindungi Negeri “ dan motto ini adalah motto yang sama untuk
Badan Karantina Pertanian berikut seluruh unit pelaksana teknis di seluruh
indonesia. Motto atau semboyan tersebut yang melandasi sikap dan perilaku
pelayanan yang diberikan oleh setiap dalam pelaksanaan tupoksi hingga
berjalan secara efektif dan tepat sasaran
d. JANJI LAYANAN
Stasiun Karatina Pertanian Kelas I Parepare merupakan salah satu unit
pelaksana teknis lingkup Badan Karantina Pertanian disamping mengemban
amanat undang-undang No. 16 tahun 1992 tentang karantina hewan, ikan dan
tumbuhan juga memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa sertifikasi
komoditas wajib periksa karantina demi tercegah masuk dan tersebarnya Hama
Penyakit Hewan Karantina(HPHK) atau Organisme Pengganggu Tumbuhan
Karantina (OPTK) dari/ke wilayah Republik Indonesia.
Terkait hal tersebut, pelayanan prima menjadi poin perhatian utama yang
harus senantiasa dijaga agar terjalin komunikasi yang efektif dan informasi
terkait prosedur berikut persyaratan diketahui secara jelas dan transparan oleh
pengguna jasa atau pemangku kepentingan lainnya.
Wujud Komitmen terhadap pelayanan yang diberikan kepada masyarakat
maka di tahun 2013, Stasiun Karatina Pertanian Kelas I Parepare mengeluarkan
janji layanan berupa “pelayanan yang cepat, tepat dan profesional”.
e. NILAI BUDAYA KERJA
Budaya kerja merupakan nilai dan falsafah yang telah disepakati dan
diyakini oleh seluruh pegawai Stasiun Karatina Pertanian Kelas I Parepare
sebagai landasan dan acuan untuk mencapai tujuan. Stasiun Karatina Pertanian
Kelas I Parepare mendefinisikan budaya kerja dalam 17 (tujuh belas) pasang
nilai dan dari 17 (tujuh belas) pasang nilai tersebut disarikan/kerucutkan menjadi
5 (lima) nilai yang meresap ke dalam segenap perilaku pegawai yaitu :
1. Komitmen
2. Keteladanan
3. Profesionalisme
4. Integritas
5. Disiplin
Dalam melaksanakan tugas pokok di atas, Stasiun Karantina Pertanian
Kelas I Parepare menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :
1. Penyusunan rencana, evaluasi dan pelaporan
2. Pelaksanaan pemeriksaan, pengasingan, pengamatan, perlakuan,
penahanan, penolakan, pemusnahan dan pembebasan media pembawa
Hama Penyakit Hewan Karantina (HPHK) dan Organisme Pengganggu
Tumbuhan Karantina (OPTK)
3. Pelaksanaan pemantauan daerah sebar HPHK dan OPTK
4. Pelaksanaan pembuatan koleksi HPHK dan OPTK
5. Pelaksanaan pengawasan keamanan hayati hewani dan nabati
6. Pelaksanaan pemberian pelayanan operasional pengawasan keamanan
hayati hewani dan nabati
7. Pengelolaan informasi, dokumentasi dan sarana teknik karantina hewan dan
tumbuhan.
8. Pelaksanaan pengawasan dan penindakan pelanggaran peraturan
perundang-undangan di bidang karantina hewan, karantina tumbuhan dan
keamanan hayati hewani dan nabati.
9. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.
Sebagai unit pelaksana teknis, Stasiun Karantina Pertanian Kelas I
Parepare mempunyai susunan organisasi yang terdiri dari :
a. Urusan Tata Usaha, mempuyai tugas melakukan penyiapan bahan
penyusunan rencana dan pelaporan, serta urusan tata usaha dan rumah
tangga.
b. Subseksi Pelayanan Operasional, mempuyai tugas melakukan pemberian
pelayanan operasional karantina hewan dan karantina tumbuhan,
pengawasan keamanan hayati hewani dan nabati, dan sarana teknik serta
pengelolaan system informasi dan dokumentasi, serta pengawasan dan
penindakan pelanggaran peraturan perundang-undangan dibidang karantina
hewan dan karantina tumbuhan serta keamanan hayati hewani dan nabati.
c. Kelompok jabatan fungsional terdiri dari jabatan fungsional medik veteriner,
jabatan fungsional paramedik veteriner, dan jabatan fungsional pengendali
organisme pengganggu tumbuhan serta jabatan fungsional lain, yang terbagi
dalam berbagai kelompok jabatan fungsional berdasarkan bidang keahlian
masing-masing sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dalam rangka kelancaran dan ketertiban pelaksanaan
pekerjaan/kegiatan, maka diawal setiap tahun anggaran kepala UPT
menetapkan Surat Keputusan tentang Struktur Organisasi Kerja dan Uraian
Tugas Pegawai Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Parepare yang berisi tugas
yang harus dijalankan serta wewenang dan tanggung jawab yang diberikan.
Uraian tugas tersebut antara lain :
A. Kelompok Jabatan Fungsional Medik Veteriner dan Paramedik veteriner
mempunyai tugas:
1. Melakukan pemeriksaan, pengasingan, pengamatan,
perlakuan,penahanan, penolakan, pemunahan dan pembebasan media
pembawa hama penyakit hewan karantina (HPHK).
2. Melakukan pemantauan daerah sebar HPHK
3. Melakukan pembuatan koleksi HPHK
4. Melakukan pengawasan keamanan hayati hewani
5. Melakukan kegiatan fungsional lainnya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
B. Kelompok Jabatan Fungsional Pengendali Organisme Pengganggu
Tumbuhan, mempunyai tugas:
1. Melakukan pemeriksaan, pengasingan, pengamatan, perlakuan
penahanan, penolakan, pemunahan dan pembebasan media pembawa
organisme pengganggu tumbuhan karantina ( OPTK )
2. Melakukan pemantauan daerah sebar OPTK
3. Melakukan pembuatan koleksi OPTK
4. Melakukan pengawasan keamanan hayati nabati
5. Melakukan kegiatan fungsional lainnya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Struktur Organisasi Stasiun Karantina Pertanian Kelas Parepare
berdasarkan permentan No. 22/Permentan/OT.140/4/2008 tanggal 3 April 2008 ,
sebagai berikut:
STRUKTUR ORGANISASI
STASIUN KARANTINA PERTANIAN KELAS I PAREPARE
KEPALA STASIUN
Drh. Sri Utami, M, Sc
KAUR TATA USAHA
Kurniaty, SE
KASUB SIE YANOP
A. Halid, SP
KELOMPOK
JABATAN FUNGSIONAL
Berdasarkan lampiran Peraturan Menteri Pertanian No.
22/Permentan/OT.140/4/2008 tanggal 3 April 2008 maka SKP Kelas I Parepare
mempunyai wilayah kerja yang terdiri dari 13 Kab./Kota yaitu: Kab. Barru, Kota
Parepare, Kab. Sidrap, Kab. Pinrang, Kab.Enrekang, Kab. Tana Toraja, Kab.
Toraja Utara, Kab. Soppeng, Kab. Wajo, Kab. Luwu, Kota Palopo, Kab. Luwu
Timur dan Kab. Luwu Utara.
Sedangkan berdasarkan permentan Nomor : 94/Permentan/OT.140/12/2011
tentang Tempat Pemasukan dan Pengeluaran Media Pembawa Penyakit Hewan
Karantina dan Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina. SKP Kelas I
Parepare memiliki 10 (sepuluh) tempat pemasukan dan pengeluaran yang
tersebar di seluruh wilayah kerja, terdiri dari 7 (tujuh) pelabuhan laut dan 3 (tiga)
bandar udara yaitu:
Kota Parepare terdiri dari :
o Pelabuhan Laut Nusantara
o Pelabuhan Laut Cappa Ujung
Kabupaten Barru :
o Pelabuhan Laut Awerangnge
o Pelabuhan Laut Garongkong
Kabupaten Siwa - Wajo
o Pelabuhan Laut Bangsala ‘ E
Kota Palopo
o Pelabuhan laut Tanjung Ringgit
Kabupaten Luwu Utara
o Bandar Udara Andi Jemma
Kabupaten Luwu Timur
o Pelabuhan Laut Balantang
o Bandar Udara Soroako – Inco
Kabupaten Tana Toraja
o Bandar Udara Pongtiku
Geografis
Kota Parepare merupakan salah satu Kota di Propinsi Sulawesi Selatan.
Secara geografis Kota Parepare berada pada posisi antara 03O57’39” –
04O04’49” Lintang Selatan dan 119O36’24” – 119O34’40” Bujur Timur dan
secara adminitrasi wilayah Kota Parepare memiliki batasan dengan beberapa
kabupaten sebagai berikut : • Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten
Pinrang • Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Sidenreng Rappang •
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Barru • Sebelah Barat
berbatasan dengan Selat Makassar. Kota ini memiliki luas wilayah 99,33 km² dan
berpenduduk sebanyak ±140.000 jiwa.
Salah satu keunggulan Kota Parepare adalah letaknya yang langsung
bersinggungan dengan garis pantai, dilindungi tanjung menjadikan tingginya
akivitas bongkar muat di Pelabuhan Parepare. Disamping itu, pelabuhan laut di
Parepare banyak dilalui oleh penumpang dari Malaysia melalui pelabuhan
Nunukan - Kalimantan Timur maupun sebaliknya.
Tingginya aktivitas bongkar muat barang berupa komoditi pertanian maupun
peternakan merupakan titik rawan masuknya Hama Penyakit Hewan Karantina
(HPHK) dan Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK) melalui
media pembawa masuk atau keluar Kota Parepare. Hal tersebut dapat
mengganggu kesehatan masyarakat dan stabilitas ekonomi Kota Parepare pada
khususnya dan Propinsi Sulwesi Selatan pada Umumnya, dimana mayoritas
bekerja pada sektor pertanian dan peternakan.
Data Frekuensi/Volume lalulintas
Kegiatan teknis operasional perkarantinaan yang lebih dikenal dengan
kegiatan 8 P (Pemeriksaan, Pengasingan, Pengamatan, Perlakuan, Penolakan,
Penahanan, Pemusnahan dan Pembebasan) terhadap media pembawa Hama
Penyakit Hewan Karantina dan Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina
baik impor, ekspor dan atau antar area.
A. Domestik Masuk
Komoditi Karantina Hewan
Data kegiatan operasional domestik masuk produk/komoditi wajib
periksa karantina hewan sesuai Keputusan Menteri Pertanian Nomor :
3238/Kpts/PD.630/9/2009 tentang Penggolongan Jenis-Jenis Hama Penyakit
Hewan Karantina yang masuk melalui pelabuhan di wilayah kerja SKP Kelas I
Parepare selama TA. 2015.
Pada tahun 2015 dilakukan tindak karantina pemusnahan terhadap media
pembawa daging ayam asal Malaysia yang dilalulintaskan secara illegal sebagai
upaya pencegahan terhadap masuk dan tersebarnya Hama penyakit Hewan
Karantina (HPHK) ke dalam wilayah Indonesia.
Komoditi Karantina Tumbuhan
Data kegiatan operasional domestik masuk komoditi wajib periksa
karantina tumbuhan sesuai Keputusan Menteri Pertanian Nomor :
38/Kpts/HK.060/1/2006 tentang Jenis-Jenis Organisme Pengganggu Tumbuhan
Karantina Golongan I Kategori A1 dan A2, Golongan II Kategori A1 dan A2,
Tanaman Inang, Media Pembawa dan Daerah Sebarnya yang masuk melalui
pelabuhan di wilayah kerja SKP Kelas I Parepare selama TA. 2015.
B. Domestik Keluar
Komoditi Karantina Hewan
Data kegiatan operasional domestik keluar komoditi wajib periksa
karantina hewan sesuai Keputusan Menteri Pertanian Nomor :
3238/Kpts/PD.630/9/2009 tentang Penggolongan Jenis-Jenis Hama
Penyakit Hewan Karantina yang keluar melalui pelabuhan dalam
wilayah kerja Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Parepare selama TA. 2015.
Pada tahun 2015 telah dilakukan tindakan pemusnahan terhadap
beberapa media pembawa salah satunya adalah pada Singa Afrika yang mati
sebelum diberangkatkan juga pemotongan bersyarat yang dilakukan pada sapi
potong yang secara serologis RBT positif brusellosis sebagai upaya pencegahan
terhadap masuk dan tersebarnya Hama penyakit Hewan Karantina (HPHK) ke
dalam wilayah Indonesia.
Komoditi Karantina Tumbuhan
Data kegiatan operasional domestik keluar komoditi wajib periksa
karantina tumbuhan sesuai Keputusan Menteri Pertanian Nomor :
38/Kpts/HK.060/1/2006 tentang Jenis-Jenis Organisme Pengganggu Tumbuhan
Karantina Golongan I Kategori A1 dan A2, Golongan II Kategori A1 dan A2,
Tanaman Inang, Media Pembawa dan Daerah Sebarnya yang masuk melalui
pelabuhan di wilayah kerja SKP Kelas I Parepare selama TA. 2015.
C. Ekspor
Data kegiatan operasional ekspor Tahun Anggaran 2015 pada Stasiun
Karantina Pertanian Kelas I Parepare yang melalui pelabuhan di wilayah kerja
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Parepare selama TA. 2015.
D. Impor
Kegiatan impor Tahun Anggaran 2015 pada Stasiun Karantina Pertanian
Kelas I Parepare dan wilayah kerjanya nihil, baik untuk komoditi hewan, bahan
asal hewan, hasil bahan asal hewan maupun komoditi bibit/benih tumbuhan,
hasil tumbuhan hidup dan hasil tumbuhan mati.
A. Domestik Masuk
Tabel 1. Data Kegiatan Operasional Domestik Masuk Komoditi Hewan, BAH, HBAH dan Benda Lain SKP Kelas I Parepare Tahun 2015
Pemeriksaan Pengasingan Pengamatan Perlakuan Penahanan Penolakan Pemusnahan Pembebasan
NO
JENIS MEDIA
PEMBAWA WILKER DAERAH ASAL
JML
TK 1
FRE
TK1
JML
TK2
FRE
TK2
JML
TK 3
FRE
TK 3
JML
TK 4
FRE
TK 4
JML
TK 5
FRE
TK 5
JML
TK 6
FREK
TK 6
JML
TK 7
FRE
TK 7
JML
TK 8
FRE
TK8 SATUAN KET
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
1 AYAM PEL. NUSANTARA TARAKAN 240 53 − − − − − − − − − − − − 240 53 EKOR
NUNUKAN 141 41 − − − − − − − − − − − − 141 41 EKOR
SAMARINDA 376 120 − − − − − − − − − − − − 376 120 EKOR
BALIKPAPAN 183 46 2 2 2 2 2 2 − − − − − − 183 46 EKOR
BONTANG 165 73 − − − − − − − − − − − − 165 73 EKOR
2 AYAM PEL. AWERANGE BATULICIN 416 34 − − − − − − − − − − − − 416 34 EKOR
0 0
3 AYAM KATE PEL. NUSANTARA BONTANG 1 1 − − − − − − − − − − − − 1 1 EKOR
4 BURUNG PEL. NUSANTARA SAMARINDA 19 10 − − − − − − − − − − − − 19 10 EKOR
NUNUKAN 42 11 − − − − − − − − − − − − 42 11 EKOR
BALIKPAPAN 7 5 − − − − − − − − − − − − 7 5 EKOR
BONTANG 26 11 − − − − − − − − − − − − 26 11 EKOR
5 BURUNG PEL. AWERANGE BATULICIN 109 60 − − − − − − − − − − − − 109 60 EKOR
6 DOC PEL. NUSANTARA SAMARINDA 10 1 − − − − − − − − − − − − 10 1 EKOR
7 KELINCI PEL. NUSANTARA BALIKPAPAN 2 1 − − − − − − − − − − − − 2 1 EKOR
8 LANDAK PEL. NUSANTARA BONTANG 1 1 − − − − − − − − − − − − 1 1 EKOR
9
KERBAU
POTONG PEL NUSANTARA BALIKPAPAN 44 13 − − − − − − − − − − − − 44 13 EKOR
NUNUKAN 15 4 − − − − − − − − − − − − 15 4 EKOR
AWERANGE BATULICIN 26 10 − − − − − − − − − − − − 26 10 EKOR
10 SAPI POTONG AWERANGE BATULICIN 3 1 − − − − − − − − − − − − 3 1 EKOR
11 DAGING AYAM PEL NUSANTARA SAMARINDA 10 1 − − − − − − − − − − − − 10 1 KG
NUNUKAN 2 1 − − − − − − 2 1 2 1 2 1 - - KG
12 TELUR TETAS PEL NUSANTARA BALIKPAPAN
280
850 6 − − − − − − − − − − − −
280
850 6 BUTIR
Tabel 2. Data Kegiatan Operasional Domestik Masuk Bibit/Benih Tumbuhan, Hasil Tumbuhan Hidup dan Hasil Tumbuhan Mati SKP Kelas I Parepare Tahun 2015
NO NAMA KOMODITAS SATUAN
WILAYAH KERJA
NUSANTARA CAPPA UJUNG AWERANGE WAJO GARONGKONG PALOPO TOTAL SKP
VOLUME
FREK
VOLUME
FREK
VOLUME
FREK VOLUME FREK
VOLUME
FREK
VOLUME FREK VOLUME FREK
A. BIBIT TANAMAN
1 BIBIT TANAMAN HIAS Batang 10 1 - - - - - - - - - - 10 1
B. HASIL TANAMAN HIDUP
1 BUAH NANAS Kilogram 11,000 6 - - - - - - - - - - 11,000 6
- -
C. HASIL TANAMAN MATI
1 KAKAO BIJI Kilogram 39,000 9 - - - - - - - - - - 39,000 9
2 KOPRA Kilogram 2,000 1 - - - - - - - - - - 2,000 1
4. Permasalahan
a. Operasional
- Masih banyak ditemui lalulintas media pembawa HPHK/OPTK yang tidak
dilengkapi sertifikat kesehatan/sanitasi produk dari daerah asal.
- Adanya pemasukan media pembawa HPHK/ternak melalui tempat-
tempat yang belum ditetapkan dan belum ada petugas karantina.
- Masih banyak juklak dan juknis yang belum sepenuhnya
diimplementasikan dikarenakan berbagai hal yang menyangkut
ketidaksiapan dalam implementasi, baik dari aspek SDM, sarana dan
prasarana pendukung maupun aspek koordinasi dengan instansi terkait.
- Luas wilayah kerja Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Parepare dan
keterbatasan jumlah petugas sehingga tidak maksimalnya pengawasan.
- Mengingat sebagaian besar pelabuhan laut wilayah kerja Stasiun
Karantina Pertanian Kelas I Parepare merupakan pelabuhan
penyeberangan/penumpang sehingga pengawasan media pembawa
yang dikategorikan sebagai barang tentengan tidak optimal.
b. Non Operasional
- Sarana dan Prasarana Operasional masih memerlukan penataan dan
peningkatan kualitas mengikuti peningkatan beban operasional dan
kepuasan masyarakat dalam pelayanan
- Belum tersedianya instalasi karantina hewan yang permanen di wilayah
kerja.
- Belum tersedianya laboratorium yang memadai untuk pemeriksaan
sampel di wilayah kerja.
- Belum adanya sarana prasarana khususnya alat fumigasi (media
pembawa OPTK).
- Kurangnya petugas yang membantu pengelolaan pada bagian
administrasi dan keuangan sehingga banyak yang merangkap tugas.
- Petugas laboratorium merangkap tugas sebagai petugas lapangan.
5. Analisa Resiko Strengths, Weaknesses, Oppurtunities, dan Threats (SWOT)
a. Kekuatan (Strengths)
- Karantina merupakan salah satu dari 3 unsur teknis (CIQ) berdasarkan
ketentuan international (Annex IX) bertanggung jawab dan mempunyai
kewenangan di tempat pemasukan dan pengeluaran suatu negara
- Berdasarkan peraturan perundang-undangan dan SK Mentan Badan
Karantina Pertanian beserta Unit Pelaksana Teknisnya mempunyai tugas
dan fungsi melaksanakan perkarantinaan hewan dan tumbuhan serta
pengawasan keamanan hayati
- Karantina memiliki landasan hukum yang kuat dalam operasionalnya,
yang terdiri dari Undang-undang (UU), Peraturan Pemerintah (PP),
Kep/Peraturan Menteri serta Juklak/Juknis dan Manual
- Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Parepare memiliki SDM yang
kompeten dalam penyelenggaraan perkarantinaan dan pengawasan
keamanan hayati, yang terdiri dari tenaga fungsional karantina hewan
(Medik Veteriner dan Paramedik Veteriner), fungsional karantina
tumbuhan (Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan), Penyidk
Pegawai Negeri Sipil (PPNS), Polsus dan Intelijen Karantina
- Mempunyai sarana dan prasarana operasional berupa gedung kantor,
laboratorium beserta sarana pendukung lainnya serta Instalasi Karantina
Hewan.
- Komitmen dari pimpinan dan pegawai Stasiun Karantina Pertanian
Kelas I Parepare untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik semakin
menguat.
- Telah adanya pengukuran Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) sebagai
bagian dari sistem monitoring evaluasi perbaikan pelayanan publik.
- Dari aspek pendanaan, selain APBN Rupiah Murni, Stasiun Karantina
Pertanian Kelas I Parepare mempunyai Penerimaan Negara Bukan Pajak
(PNBP) yang besarannya diatu dalam Peraturan Pemerintah Nomor 48
Tahun 2012.
b. Kelemahan (Weaknesses)
- Masih ada komoditi kegiatan domestik yang belum dilengkapi dengan
sertifikat kesehatan antar area/daerah asal.
- Adanya pemasukan media pembawa melalui tempat-tempat yang belum
ditetapkan dan belum ada petugas karantina;
- Pemeriksaan karantina terhadap barang bawaan atau bagasi oleh
petugas karantina tidak efektif karena kurangnya perlengkapan
pemeriksaan yang memadai;
- Belum adanya alat perlakuan khususnya alat fumigasi;
- Peralatan laboratorium di wilayah kerja masih kurang;
- Petugas laboratorium merangkap tugas sebagai petugas lapangan;
- Luasnya wilayah kerja yang terdiri dari 13 kabuoaten tidak sebanding
dengan jumlah petugas karantina sehingga pengawasan yang dilakukan
tidak maksimal;
- Kualitas, kompetensi dan jumlah SDM yang masih memerlukan
peningkatan mengikuti meningkatnya beban kerja operasional;
- Kesadaran masyarakat dan pengguna jasa yang masih kurang terhadap
arti penting tindkan karantina demi terjaganya kelestarian sumber daya
alam hayati;
c. Peluang (Oppurtunities)
- Peningkatan jumlah konsumen produk pertanian
- Adanya ketentuan-ketentuan antar Negara yang harus disepakati dan
telah harmoni di dalam MoU
- Kerjasama penerapan standarisasi mutu secara internasional berbasis
ISO
- Kesempatan mengikuti pendidikan dan pelatihan di luar negeri
- Pengembangan dan produksi berbagai produk untuk kesehatan hewan
dan tanaman (pencegahan, diagnosis dan pengobatan)
d. Tantangan (Threats)
- Semakin meningkatnya hambatan non tarif terhadap produk-produk
pangan yang dikenakan oleh Negara tujuan ekspor utama (USA, EU,
Asia Timur Jauh, dan Australia) terutama terkait dengan Sanitary and
Phytosanitary (SPS).
- Meningkatnya volume dan kompleksitas perdagangan
- Standarisasi produk pertanian dari negara pengimpor
- Tingginya frekuensi lalu lintas perdagangan internasional untuk produk
pertanian
- Meningkatnya permintaan konsumen di negara tujuan ekspor terkait
produksi pertanian yang sehat bermutu dan aman konsumsi serta bebas
penyakit
- Meningkatnya ancaman kelestarian sumberdaya alam hayati hewan dan
tumbuhan selain HPHK dan OPTK, seperti IAS dan GMO serta ancaman
terhadap keanekaragaman hayati
- Adanya kebijakan zoning dalam importasi produk hewan (daging)
- Data hasil riset yang dilakukan oleh pihak Indonesia sangat mudah
diakses pihak luar
- Data hasil riset yang dilakukan pihak asing sangat sulit diakses oleh
peneliti Indonesia
- Kemajuan teknologi transportasi, perdagangan dan pariwisata
mengakibatkan peningkatan kegiatan lalu lintas komoditas
- Kemajuan dalam bidang bioteknologi dan teknologi pengolahan pangan
- Banyaknya HPHK dan OPTK dari berbagai negara
- Makin beragamnya jenis media pembawa HPHK & OPTK
- Adanya bioterorisme.
- Semakin beragamnya bentuk dan jenis komoditas berkaitan dengan
produk produk rekayasa genetik (Genetically Modified Organism/GMO)
- Sulitnya menelusuri tempat asal suatu produk.
6. Rencana Kerja sampai dengan 5 tahun :
Penguatan Kelembagaan (koordinasi) inline Inspection/PSI
- Penguatan pengawasan pintu-pintu pemasukan/ pengeluaran antara lain
dengan mengusulkan pengurangan Tempat Pemasukan dan
Pengeluaran Media Pembawa Penyakit Hewan Karantina dan Organisme
Pengganggu Tumbuhan Karantina sesuai permentan Nomor :
94/Permentan/OT.140/12/2011 dari 10 (sepuluh) menjadi 5
(lima) terkait frekuensi lalu lintas media pembawa HPHK/OPTK dan
keterbatasan SDM yaitu :
1. Pelabuhan Laut Nusantara, Parepare
2. Pelabuhan Laut Cappa Ujung, Parepare
3. Pelabuhan Laut Awerangnge, Barru
4. Pelabuhan Laut Garongkong, Barru
5. Pelabuhan Laut Bangsala‘ E, Siwa – Wajo
- Laboratoriun SKP Kelas I Parepare melakukan peningkatan kualitas
pelayanan Laboratorium dan telah dilakukan assessment oleh Komite
Akreditasi Nasional tanggal 1 – 2 Juni 2016 untuk memperoleh sertifikat
Akreditasi SNI ISO/IEC 17025 : 2008 untuk ruang lingkup pengujian :
Brucellosis metode RBT,
Kekebalan terhadap virus Avian Influenza metode HI test,
Identifikasi Sitophylus zeamais dan Tribolium castaneum
- Melaksanakan koordinasi baik internal (pembinaan ke wilayah kerja)
maupun eksternal (instansi terkait)
- Melakukan pengawasan dan penindakan
- Patroli terpadu bersama KSOP Parepare dan Polsek Pelabuhan
Nusantara Parepare.
- Pengembangan sistem informasi perkarantinaan dengan melakukan :
Sosialisasi dengan tujuan menumbuhkan kepedulian, kesadaran dan
peran aktif masyarakat dalam rangka perlindungan kekayaan alam
hayati nabati.
Public Hearing dengan tujuan terwujudnya kesamaan pemahaman
tentang standar pelayanan public, tersusunnya standard dan
prosedur pelayanan perkarantinaan.
- Sistem/aplikasi pelaporan telah dibuat untuk menjamin data akurat, dan
cepat.
- Telah melakukan pengukuran indeks penilaian budaya kerja
Penguatan SDM (inhouse training)
- Meningkatkan kompetensi SDM dengan mengikuti diklat baik
administrasi, teknis maupun laboratorium, inhouse training, workshop dan
magang
Pengembangan infrastruktur/Sarana/Prasarana
- Melengkapi sarana/prasarana operasional dan penataan untuk
peningkatan kualitas pelayanan seperti :
- Rehab pagar instalasi
- Pembangunan parkir
- Pengadaan Tanah
- Penimbunan tanah
- Pembangunan talud
- Pembangunan gedung kantor wilker Siwa/Garongkong
- Pembangunan pagar wilker Siwa
- Pembangunan IKH wilker Garongkong
- Pengadaan Kendaraan Operasional Roda 4
- Pengadaan Kendaraan Operasional Roda 2
- Pengadaan Alat Pengolah Data
- Pengadaan Alat Komunikasi
- Pengadaan Alat Laboratorium
- Pengadaan Meubelair Wilker Garongkong/Siwa
- Pengadaan AC wilker Garongkong/Siwa
- Pengadaan Meubelair Wilker Awerange
- Pengadaan AC wilker Awerange
- Pembangunan Gedung Kantor Wilker Awerange
- Rehab IKP SKP Parepare
- Pembangunan Pengolahan Limbah Wilker Garongkong
- Pembangunan Kandang Isolasi Wilker Garongkong
- Pembangunan Gudang
- Pembangunan Gedung Arsip
- Pembangunan Pagar Keliling Wilker Awerange
- Pembangunan Pagar Wilker Garongkong
- Pembangunan Rumah Jaga Wilker Awerange
- Pembangunan Gedung Bedah Bangkai Wilker Garongkong
- Pembangunan Incenerator Wilker Garongkong
- Pembangunan Gudang Pakan wilker Awerange
- Pembangunan Instalasi penahanan hewan dan produk hewan
- Meningkatkan pelayanan dan manajemen kinerja dengan memanfaatkan
teknologi dan system informasi.
7. Lampiran Matrik Rencana Kerja 5 Tahun (Tahun 2015 – 2019)
No. 3 Pilar Karantina Pertanian Tahun
I II III IV V
1 Penguatan Kelembagaan
- Pengawasan pintu-pintu pemasukan/ pengeluaran √ √ √ √ √
- Peningkatan kualitas pelayanan Laboratorium √ √ √ √ √
- Koordinasi baik internal (pembinaan ke wilayah kerja) maupun eksternal (instansi terkait)
√ √ √ √ √
- Pengawasan dan penindakan √ √ √ √ √
- Patroli terpadu bersama KSOP Parepare dan Polsek Pelabuhan Nusantara Parepare
√ √ √ √ √
- Pengembangan sistem informasi perkarantinaan √ √ √ √ √
- Sistem/aplikasi pelaporan telah dibuat untuk menjamin data akurat, dan cepat
√ √ √ √ √
- Telah melakukan pengukuran indeks penilaian budaya kerja
√ √ √ √ √
2 Penguatan SDM
- Meningkatkan kompetensi SDM dengan mengikuti diklat baik administrasi, teknis maupun laboratorium, inhouse training, workshop dan magang
√ √ √ √ √
3 Pengembangan Infrastruktur/Sarana/Prasarana
- Melengkapi sarana/prasarana operasional dan penataan untuk peningkatan kualitas
- Rehab pagar instalasi √
- Pembangunan parkir √
- Pengadaan Tanah √
- Penimbunan tanah √
- Pembangunan talud √
- Pembangunan gedung kantor wilker Siwa/Garongkong
√
- Pembangunan pagar wilker Siwa √
- Pembangunan IKH wilker Garongkong √
- Pengadaan Kendaraan Operasional Roda 4 √
- Pengadaan Kendaraan Operasional Roda 2 √
- Pengadaan Alat Pengolah Data √ √ √ √ √
- Pengadaan Alat Komunikasi √ √ √ √
- Pengadaan Alat Laboratorium √ √ √
- Pengadaan Meubelair Wilker Garongkong/Siwa √
- Pengadaan AC √ √ √ √
- Pengadaan Meubelair √ √ √ √ √
- Pembangunan Gedung Kantor Wilker Awerange √
- Rehab IKH SKP Parepare √ √
- Pembangunan Pengolahan Limbah Wilker Garongkong
√
- Pembangunan Kandang Isolasi Wilker Garongkong
√
- Pembangunan Gudang √
- Pembangunan Gedung Arsip √
- Pembangunan Pagar Keliling Wilker Awerange √
- Pembangunan Pagar Wilker Garongkong √
- Pembangunan Rumah Jaga Wilker Awerange √
- Pembangunan Gedung Bedah Bangkai Wilker Garongkong
√
- Pembangunan Incenerator Wilker Garongkong √
- Pembangunan Gudang Pakan wilker Awerange √
- Pembangunan Instalasi penahanan hewan dan produk hewan
√
- Meningkatkan pelayanan dan manajemen kinerja dengan memanfaatkan teknologi dan system informasi
√ √ √ √ √