ARAH PEMBANGUNAN KOTA TANGERANG...

67
RANCANGAN ISU ISU STRATEGIS DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN (BAPPEDA) KOTA TANGERANG SELATAN 2009

Transcript of ARAH PEMBANGUNAN KOTA TANGERANG...

Page 1: ARAH PEMBANGUNAN KOTA TANGERANG SELATANlabpm2.ipdn.ac.id/.../2013/05/Draft-Rancangan-isu-strategis-final.pdf · Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

RANCANGAN ISU – ISU STRATEGIS

DAERAH

KOTA TANGERANG SELATAN

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN (BAPPEDA)

KOTA TANGERANG SELATAN

2009

Page 2: ARAH PEMBANGUNAN KOTA TANGERANG SELATANlabpm2.ipdn.ac.id/.../2013/05/Draft-Rancangan-isu-strategis-final.pdf · Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perencanaan daerah disusun atas dasar potensi dan tantangan strategis yang

dihadapi saat ini dan masa datang. Penyusunan dokumen isu-isu strategis merupakan bagian

dari proses teknokratik dalam rangka penyusunan dokumen perencanaan pembangunan

daerah seperti RPJP, RPJMD. Perencanaan strategis erat kaitannya dengan proses

menetapkan arah pengembangan daerah dan target yang hendak dicapai dalam tahun -

tahun mendatang; bagaimana mencapainya dan langkah-langkah strategis apa yang perlu

dilakukan agar tujuan tercapai. Penyusunan dokumen-dokumen perencanaan tersebut

berpedoman pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah, dengan berbagai turunan peraturan pelaksanaannya.

Pasal 14 ayat (2) UU No.25 Tahun 2004 mengamanatkan Kepala Bappeda untuk

menyiapkan rancangan awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD).

Rancangan awal tersebut selanjutnya dikaji ulang disesuaikan sebagai penjabaran dari visi,

misi dan program Kepala Daerah terpilih. Kepentingannya adalah merumuskan strategi

pembangunan daerah, kebijakan umum, program prioritas Kepala Daerah, dan kerangka

ekonomi daerah selaras dengan visi dan misi Kepala Daerah terpilih. Ketentuan tentang

penyampaian visi dan misi kepala daerah pemilihan kepala daerah secara langsung juga

diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 Pemerintahan Daerah pasal 76 ayat (2)

yang mewajibkan pasangan calon Kepala Daerah untuk menyampaikan visi, misi dan program

secara lisan maupun tertulis kepada masyarakat.

Selain dokumen perencanaan RPJMD, setiap daerah juga diwajibkan menyusun

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD). Sebagai amanat peraturan

perundang-undangan (UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan

Nasional, UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dan PP No. 8 Tahun 2008

tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana

Pembangunan Daerah) adalah mewajibkan kepada Daerah untuk menyusun Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) yang memuat visi, misi, dan arah

pembangunan/kebijakan Daerah yang mengacu pada RPJP Nasional.

Sebagai daerah otonom baru sesuai dengan Undang-undang Nomor 51 Tahun 2008,

Kota Tangerang Selatan belum memiliki rangkaian dokumen perencanaan yang lengkap yang

diperlukan sebagai acuan dalam perencanaan pembangunannya. Namun demikian, sebagai

Page 3: ARAH PEMBANGUNAN KOTA TANGERANG SELATANlabpm2.ipdn.ac.id/.../2013/05/Draft-Rancangan-isu-strategis-final.pdf · Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

2

bahan masukan dalam merumuskan kerangka kebijakan dan strategi pembangunan Kota

Tangerang Selatan, memandang perlu menyusun dokumen yang berisi isu – isu strategis

pembangunan Kota Tangerang Selatan sebagai bahan penyusunan rancangan dokumen

perencanaan pembangunan jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dari penyusunan dokumen rancangan isu – isu strategis daerah ini adalah

untuk memberikan dasar bagi perumusan kebijakan dan prioritas pembangunan Kota

Tangerang Selatan baik perencanaan dan pembangunan jangka pendek, menengah dan

panjang.

Tujuan penyusunan Rancangan Isu – isu Strategis Daerah Pembangunan Kota

Tangerang Selatan tidak dapat dilepaskan dari proses perencanaan pembangunan

sebagaimana yang tercantum dalam UU No.25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional, yaitu:

a. mendukung koordinasi antarpelaku pembangunan;

b. menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antarDaerah,

antarruang, antarwaktu, antarfungsi pemerintah maupun antara Pusat dan

Daerah;

c. menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran,

pelaksanaan, dan pengawasan;

d. mengoptimalkan partisipasi masyarakat; dan

e. menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif,

berkeadilan, dan berkelanjutan.

1.3 Dasar Penyusunan

Penyusunan dokumen isu – isu strategis ini merupakan tahapan awa dari penyusunan

dokumen RPJMD dan RPJPD yang merupakan dokumen resmi dalam perencanaan

pembangunan daerah. Dengan demikian penyusunan dokumen ini berlandaskan pada

landasan hukum sebagai berikut:

1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara Yang Bersih dan

Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme;

2. Undang-undang No. 23 Tahun 2000 Tentang Pembentukan Provinsi Banten (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4010)

Page 4: ARAH PEMBANGUNAN KOTA TANGERANG SELATANlabpm2.ipdn.ac.id/.../2013/05/Draft-Rancangan-isu-strategis-final.pdf · Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

3

3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;

4. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;

5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan

Nasional;

6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana

telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang

Perubahan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

menjadi Undang-Undang;

7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah;

8. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional;

9. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;

10. Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kota Tangerang Selatan di Provinsi Banten (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 88, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 4935)

11. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi Sebagai Daerah Otonom;

12. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antar Pemerintah Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737)

13. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional Tahun 2004 - 2009;

14. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 050/2020/SJ Tahun 2005 Tentang Petunjuk Penyusunan Dokumen RPJP dan RPJM Daerah;

15. Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2007 Propinsi Banten Tentang RPJMD Propinsi Banten.

16. Peraturan Walikota Tangerang Selatan Nomor 01 Tahun 2009 tentang Organisasi Perangkat Daerah Kota Tangerang Selatan (Berita Daerah Kota Tangerang Selatan Tahun 2009 Nomor 01) sebagaimana telah diubah dengan peraturan Walikota Tangerang Selatan Nomor 07 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas Peraturan Walikota Tangerang Selatan Nomor 01 Tahun 2009 tentang Organisasi Perangkat Daerah Kota Tangerang Selatan (Berita Daerah Kota Tangerang Selatan Tahun 2009 Nomor 07)

Page 5: ARAH PEMBANGUNAN KOTA TANGERANG SELATANlabpm2.ipdn.ac.id/.../2013/05/Draft-Rancangan-isu-strategis-final.pdf · Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

4

1.4 Sistematika Penulisan

Sebagai dokumen publik, Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Tangerang Selatan memuat arah kebijakan Keuangan Daerah, strategi pembangunan daerah, kebijakan umum, program disertai dengan rencana-rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka kegiatan yang bersifat indikatif. Sesuai dengan Surat Edaran Mendagri Nomor 050/2020/SJ perihal petunjuk penyusunan dokumen RPJP Daerah dan RPJM Daerah maka sistematika penyusunan dokumen Rancangan RPJMD Kota Tangerang Selatan adalah sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan yang mengawali naskah RPJMD ini menguraikan secara ringkas latar belakang, maksud dan tujuan, dasar penyusunan, hubungan RPJMD dengan dokumen perencanaan lainnya, serta sistematika penulisan.

Bab II Gambaran Umum, isinya menguraikan kondisi geografis, perekonomian daerah, sosial budaya, infrastruktur, tata ruang dan lingkungan hidup, serta pemerintahan umum Kota Tangerang Selatan.

Bab III Gambaran Umum Keuangan Daerah, memuat hasil kondisi keuangan daerah sebagai dasar dalam perumusan arah kebijakan keuangan daerah yang mencakup kebijakan bidang pendapatan, belanja, dan pembiayaan.

Bab IV Isu-isu Strategis Pembangunan Daerah, membahas potensi dan permasalahan strategis Kota Tangerang Selatan yang menjadi bahan utama perumusan strategi dan arah kebijakan pembangunan daerah Kota Tangerang Selatan.

Bab VI Penutup

Page 6: ARAH PEMBANGUNAN KOTA TANGERANG SELATANlabpm2.ipdn.ac.id/.../2013/05/Draft-Rancangan-isu-strategis-final.pdf · Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

5

BAB II

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

II.1 Geografi

II.1.1 Kondisi Geografis

Kota Tangerang Selatan terletak di bagian timur Provinsi Banten dan secara

administratif terdiri dari 7 (tujuh) kecamatan, 49 (empat puluh sembilan) kelurahan dan 5

(lima) desa dengan luas wilayah 147,19 Km2.

Menurut Kabupaten Tangerang Dalam Angka Tahun 2007/2008, luas wilayah

kecamatan-kecamatan yang berada di Kota Tangerang Selatan (yang kemudian diambil

sebagai luas wilayah kota Tangerang Selatan) adalah sebesar 150,78 Km2 sedangkan

menurut Kompilasi Data untuk Penyusunan RTRW Kota Tangerang Selatan adalah sebesar

147,19 Km2 dengan rincian luas kecamatan masing-masing yang berbeda pula. Angka yang

digunakan adalah 147,19 Km2 karena sesuai dengan Undang-undang Nomor 51 Tahun 2008

tentang Pembentukan Kota Tangerang Selatan di Propinsi Banten.

Batas wilayah Kota Tangerang Selatan adalah sebagai berikut:

- Sebelah utara berbatasan dengan Provinsi DKI Jakarta & Kota Tangerang

- Sebelah timur berbatasan dengan Provinsi DKI Jakarta & Kota Depok

- Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor & Kota Depok

- Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Tangerang

No Keterangan

1 Letak geografis Di sebelah timur Propinsi Banten

2 Luas Wilayah 147,19 Km2 atau 14.719 Ha

3 Batas-batas

- Sebelah Utara Kota Tangerang

- Sebelah Timur Provinsi DKI Jakarta

- Sebelah Selatan Kota Depok dan Kabupaten Bogor

- Sebelah Barat Kabupaten Tangerang

4 Wilayah Pemerintahan

- Kecamatan 7 Kecamatan

- Kelurahan 49 Kelurahan

- Desa 5 Desa

Sumber:

- Undang-undang Nomor 51 Tahun 2008

- Hasil Olah Potensi Desa Tahun 2006 dalam Kompilasi Data untuk Penyusunan RTRW Kota

Tangerang Selatan (2008)

Tabel 2.1Potensi Fisik Dasar

Kota Tangerang Selatan

Potensi Fisik Dasar

Page 7: ARAH PEMBANGUNAN KOTA TANGERANG SELATANlabpm2.ipdn.ac.id/.../2013/05/Draft-Rancangan-isu-strategis-final.pdf · Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

6

Luas wilayah masing-masing kecamatan tertera dalam Tabel 1.2. Kecamatan dengan

wilayah paling besar adalah Pondok Aren dengan luas 2.988 Ha atau 20,30% dari luas

keseluruhan Kota Tangerang Selatan, sedangkan kecamatan dengan luas paling kecil adalah

Setu dengan luas 1.480 Ha atau 10,06%.

No Kecamatan Luas Wilayah (Ha) Persentase terhadap luas kota (%)

1 Serpong 2,404 16.33%

2 Serpong Utara 1,784 12.12%

3 Ciputat 1,838 12.49%

4 Ciputat Timur 1,543 10.48%

5 Pamulang 2,682 18.22%

6 Pondok Aren 2,988 20.30%

7 Setu 1,480 10.06%

Kota Tangerang Selatan 14,719 100.00%

Tabel 2.2Luas Wilayah Menurut Kecamatan

Kota Tangerang Selatan

Sumber : Hasil Olah Potensi Desa Tahun 2006 dalam Kompilasi Data untuk Penyusunan RTRW Kota

Tangerang Selatan (2008)

Luas wilayah masing-masing kelurahan/desa tertera dalam Tabel 1.3. Kelurahan/desa

dengan wilayah di atas empat ratus hektar terletak di Kecamatan Pamulang, yaitu Pondok

Cabe Udik dan Pamulang Barat, dan di Kecamatan Serpong Utara, yaitu Paku Jaya.

Kelurahan/desa dengan wilayah di bawah seratus lima puluh hektar terletak di Kecamatan

Serpong, yaitu Cilenggang dan Serpong, dan di Kecamatan Serpong Utara, yaitu Jelupang.

Kelurahan/desa dengan luas wilayah paling besar adalah Pondok Cabe Udik dengan luas 483

Ha sedangkan kelurahan/desa dengan luas wilayah paling kecil adalah Jelupang dengan luas

126 Ha.

II.1.2 Keadaan Iklim

Keadaan iklim didasarkan pada penelitian di Stasiun Geofisika Klas I Tangerang, yaitu

berupa data temperatur (suhu) udara, kelembaban udara dan intensitas matahari, curah

hujan dan rata-rata kecepatan angin. Temperatur udara rata-rata berkisar antara 23,5 - 32,6

°C, temperatur maksimum tertinggi pada bulan Oktober yaitu 33,9 °C dan temperatur

minimum terendah pada bulan Agustus dan September yaitu 22,8 °C. Rata-rata kelembaban

udara dan intensitas matahari sekitar 78,3 % dan 59,3 %. Keadaan curah hujan tertinggi

terjadi pada bulan Februari, yaitu 486mm, sedangkan rata-rata curah hujan dalam setahun

adalah 177,3mm. Hari hujan tertinggi pada bulan Desember dengan hari hujan sebanyak 21

hari. Rata-rata kecepatan angin dalam setahun adalah 3,8 m/detik dan kecepatan maksimum

12,6 m/detik.

Page 8: ARAH PEMBANGUNAN KOTA TANGERANG SELATANlabpm2.ipdn.ac.id/.../2013/05/Draft-Rancangan-isu-strategis-final.pdf · Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

7

No Kecamatan Luas Wilayah (Ha)

1 Serpong 1 Buaran 334

2 Ciater 376

3 Rawa Mekar Jaya 235

4 Rawa Buntu 328

5 Serpong 139

6 Cilenggang 143

7 Lengkong Gudang 361

8 Lengkong Gudang Timur 262

9 Lengkong Wetan 226

2 Serpong Utara 1 Lengkong Karya 210

2 Jelupang 126

3 Pondok Jagung 209

4 Pondok Jagung Timur 225

5 Pakulonan 279

6 Paku Alam 281

7 Paku Jaya 454

3 Ciputat 1 Sarua 368

2 Jombang 345

3 Sawah Baru 274

4 Sarua Indah 193

5 Sawah 249

6 Ciputat 172

7 Cipayung 237

4 Ciputat Timur 1 Pisangan 391

2 Cireundeu 308

3 Cempaka Putih 227

4 Pondok Ranji 246

5 Rengas 165

6 Rempoa 206

5 Pamulang 1 Pondok Benda 386

2 Pamulang Barat 416

3 Pamulang Timur 259

4 Pondok Cabe Udik 483

5 Pondok Cabe Ilir 396

6 Kedaung 256

7 Bambu Apus 220

8 Benda Baru 266

6 Pondok Aren 1 Perigi Baru 310

2 Pondok Kacang Barat 252

3 Pondok Kacang Timur 252

4 Perigi Lama 389

5 Pondok Pucung 362

6 Pondok Jaya 233

7 Pondok Aren 217

8 Jurang Mangu Barat 253

9 Jurang Mangu Timur 258

10 Pondok Karya 271

11 Pondok Betung 191

7 Setu 1 Kranggan 205

2 Muncul 361

3 Setu 364

4 Babakan 170

5 Bakti Jaya 174

6 Kademangan 206

Jumlah 14,719

Sumber : Hasil Olah Potensi Desa Tahun 2006 dalam Kompilasi Data untuk Penyusunan RTRW Kota Tangerang

Selatan (2008)

Tabel 2.3Luas Wilayah Kelurahan/Desa

Kota Tangerang SelatanKelurahan/Desa

Page 9: ARAH PEMBANGUNAN KOTA TANGERANG SELATANlabpm2.ipdn.ac.id/.../2013/05/Draft-Rancangan-isu-strategis-final.pdf · Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

8

II.1.3 Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan Kota Tangerang Selatan sebagian besar adalah untuk perumahan

dan permukiman yaitu seluas 9.941,41 Ha atau 67,54% dari 14.719 Ha. Sawah ladang dan

kebun menempati posisi kedua terluas dengan 2.794,41 Ha atau 18,99%. Penggunaan lahan

paling kecil adalah untuk pasir dan galian yaitu seluas 15,27 Ha atau 0,1%.

No Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha)Persentase Luas

(%)

1 Perumahan dan permukiman 9,941.41 67.54%

2 Industri / Kawasan Industri 167.61 1.14%

3 Perdagangan dan jasa 487.08 3.31%

4 Sawah, ladang, dan kebun 2,794.41 18.99%

5 Semak belukar dan rerumputan 366.48 2.49%

6 Pasir dan galian 15.27 0.10%

7 Situ dan danau / tambak / kolam 137.43 0.93%

8 Tanah kosong 809.31 5.50%

14,719 100.00%

Sumber : Kompilasi Data untuk Penyusunan RTRW Kota Tangerang Selatan (2008)

Tabel 2.4Luas Penggunaan Lahan di Kota Tangerang Selatan

Tahun 2008

Jumlah

Gambar 2.1

Persentase penggunaan lahan

II.1.4 Penduduk

Penduduk Kota Tangerang Selatan berjumlah 1.051.374 jiwa pada tahun 2007, dengan

komposisi jumlah penduduk laki-laki sebesar 532.670 jiwa sedangkan perempuan 518.704

jiwa. Rasio jenis kelamin adalah sebesar 102,69, yang menunjukkan bahwa jumlah laki-laki

sedikit lebih banyak dibandingkan jumlah perempuan (Tabel 3.1.1.).

1%

3%

19%

5%2%

0%1%

69%

Perumahan dan

permukiman

Industri/Kawasan

Industri

Perdagangan dan jasa

Sawah, ladang dan

kebun

Semak belukar dan

rerumputan

Pasir dan galian

Situ dan

danau/tambak/kolam

Tanah kosong

Page 10: ARAH PEMBANGUNAN KOTA TANGERANG SELATANlabpm2.ipdn.ac.id/.../2013/05/Draft-Rancangan-isu-strategis-final.pdf · Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

9

Dengan luas wilayah 147,19 Km2, kepadatan penduduk Kota mencapai 7.143

orang/Km2. Kepadatan tertinggi terdapat di Kecamatan Ciputat Timur yaitu 10.396

orang/Km2 sedangkan kepadatan terendah di Kecamatan Setu yaitu 3.812 orang/Km2.

Komposisi penduduk berdasarkan kelompok umur pada tahun 2008 menunjukkan

bahwa kelompok umur dengan jumlah penduduk terbesar adalah 0 – 4 tahun, yaitu sebesar

9,69% sedangkan kelompok umur dengan jumlah penduduk terkecil adalah ≥ 60, yaitu

sebesar 3,47%.

Tabel 2.5 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin

Kota Tangerang Selatan Hingga Agustus 2008

No Kelompok Umur Jumlah Penduduk

1 0 - 4 9.69%

2 5 - 9 9.32%

3 10 - 14 8.93%

4 15 - 19 9.52%

5 20 - 24 9.37%

6 25 - 29 8.70%

7 30 - 34 9.10%

8 35 - 39 7.27%

9 40 - 44 5.00% 10 45 - 49 6.77%

11 50 - 54 6.37%

12 55 - 59 6.50%

13 ≥ 60 3.47%

Jumlah 100.00%

Sumber : Hasil Olah Potensi Desa Tahun 2006 dan data bulanan Kecamatan 2008 dalam Kompilasi Data untuk Penyusunan RTRW Kota Tangerang Selatan (2008)

Gambar 2.2

Komposisi Penduduk Berdasarkan Komposisi Umur

6.00 4.00 2.00 - 2.00 4.00 6.00

0 - 4

5 - 910 - 1415 - 1920 - 2425 - 29

30 - 3435 - 3940 - 4445 - 4950 - 54

55 - 59≥ 60

Perempuan (dalam persen)

Laki-laki (dalam persen)

Page 11: ARAH PEMBANGUNAN KOTA TANGERANG SELATANlabpm2.ipdn.ac.id/.../2013/05/Draft-Rancangan-isu-strategis-final.pdf · Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

10

Dilihat dari gambar di atas, tidak ada perbedaan yang signifikan antara komposisi

penduduk perempuan dan lak-laki, terutama untuk usia produktif. Dengan demikian,

perencanaan pembangunan Kota Tangerang Selatan harus berpihak pada perluasan akses

pelayanan dasar dan kesempatan kerja bagi seluruh lapisan masyarakat, tidak memandang

jenis kelamin maupun tingkat ekonomi.

II.2 Ekonomi

II.2.1 Perkembangan PDRB

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan besaran nilai tambah bruto yang

dihasilkan dalam memproduksi barang dan jasa oleh sektor produktif dalam perekonomian

suatu daerah (region) tanpa melihat pelaku ekonominya. Pelaku ekonomi bisa berasal dari

daerah tersebut dan atau dari luar daerah tersebut.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku Kota Tangerang

Selatan pada tahun 2007 adalah sebesar Rp.5.256.882,05 Juta atau tumbuh sebesar 11,18%

dibandingkan dari tahun 2006 yang nilainya Rp 4.752.381,60 Juta. Dengan jumlah penduduk

pertengahan tahun 2007 mencapai 1.042.682 orang. Perkembangan PDRB Kota Tangerang

Selatan cenderung menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun demikian juga dengan

PDRB per kapita. Pada tahun 2007, laju pertumbuhan ekonomi (LPE) adalah sebesar 6,51%.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku Kota Tangerang

Selatan jika dibandingkan dengan PDRB atas dasar harga berlaku Provinsi Banten sejak tahun

2007 mempunyai nilai sebesar Rp 112.190,11 Trilyun. Artinya, Kota Tangerang Selatan

mempunyai kontribusi sebesar 4,68% terhadap Provinsi Banten.

II.2.2 Distribusi PDRB

Distrbusi persentase PDRB secara sektoral menunjukkan peranan masing-masing sektor

dalam sumbangannya terhadap PDRB secara keseluruhan. Semakin besar persentase suatu

sektor, berarti semakin besar pula kontribusi sektor tersebut dalam perkembangan ekonomi

suatu daerah.

Berdasarkan data PDRB tahun 2007, struktur ekonomi Kota Tangerang Selatan

didominasi oleh sektor lapangan usaha pengangkutan dan komunikasi (30,29%) dan

perdagangan hotel dan restoran (26,81%). Sektor lain yang juga memberikan kontribusi

cukup besar adalah jasa-jasa (17,39%) dan bank, persewaan dan jasa perusahaan (15,40%).

Lima sektor lain masing-masing memberikan kontribusi di bawah 10%.

Page 12: ARAH PEMBANGUNAN KOTA TANGERANG SELATANlabpm2.ipdn.ac.id/.../2013/05/Draft-Rancangan-isu-strategis-final.pdf · Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

11

Gambar 2.3

Struktur Ekonomi berdasarkan Distribusi PDRB ADH yang Berlaku Tahun 2007

Struktur ekonomi tersebut menunjukkan bahwa perekonomian Tangerang Selatan

didominasi oleh sektor tersier, yaitu pengangkutan dan komunikasi; perdagangan hotel dan

restoran; jasa-jasa; dan bank, persewaan dan jasa perusahaan, yang memberikan kontribusi

hampir 90%. Sektor sekunder (industri pengolahan; listrik, gas dan air bersih; dan konstruksi)

memberikan kontribusi 8,76%, dan sektor primer (pertanian; pertambangan dan penggalian)

hanya memberikan kontribusi kurang dari 2%.

Jika dilihat kecenderungan sejak tahun 2004 hingga tahun 2007, sektor primer dan

sekunder mengecil kontribusinya secara signifikan sedangkan sektor tersier meningkat

kontribusinya.

Jasa-jasa

17.39%

Bank, persewaan

& jasa perusahaan

15.40%Pengangkutan &

Komunikasi

30.29%

Perdagangan,

Hotel dan Restoran

26.81%

Bagunan /

Konstruksi

1.63%

Listrik, Gas dan Air

Bersih

6.05%

Industri

Pengolahan

1.07%

Pertambangan

dan Penggalian

0.03%

Pertanian

1.32%

Page 13: ARAH PEMBANGUNAN KOTA TANGERANG SELATANlabpm2.ipdn.ac.id/.../2013/05/Draft-Rancangan-isu-strategis-final.pdf · Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

12

Kecamatan PertanianPertambangan &

Penggalian

Industri

Pengolahan

Listrik, Gas

& Air Bersih

Bagunan /

Konstruksi

Perdagangan, Hotel

& Restoran

Pengangkutan &

Komunikasi

Bank,

persewaan &

jasa perusahaan

Jasa-jasa Jumlah

Serpong 0.13% 0.01% 0.14% 1.52% 0.07% 2.94% 3.99% 12.54% 0.57% 21.91%

Serpong Utara 0.00% 0.00% 0.25% 1.05% 1.18% 3.70% 2.75% 0.09% 0.58% 9.59%

Setu 0.03% 0.03% 0.01% 0.09% 0.00% 0.38% 0.69% 0.01% 0.11% 1.35%

Pamulang 0.43% 0.00% 0.20% 0.95% 0.02% 3.29% 5.18% 0.20% 1.21% 11.48%

Ciputat 0.33% 0.00% 0.07% 0.45% 0.02% 4.09% 1.75% 0.03% 3.00% 9.75%

Ciputat Timur 0.01% 0.00% 0.17% 0.69% 0.03% 8.33% 9.93% 2.15% 10.63% 31.93%

Pondok Aren 0.37% 0.00% 0.22% 1.32% 0.31% 4.08% 6.00% 0.40% 1.30% 14.00%

Kota Tangerang Selatan 1.32% 0.03% 1.07% 6.05% 1.63% 26.81% 30.29% 15.40% 17.39% 100.00%

Sumber: PDRB Kabupaten Tangerang Tahun 2007

Tabel 2.6Distribusi Produk Domestik Regional Bruto

A.D.H. Berlaku Menurut Kecamatan Dan Lapangan UsahaTahun 2007 (Juta Rupiah)

Kecamatan yang memberikan kontribusi paling besar adalah Ciputat Timur yaitu

sebesar Rp.1.678.739,29 Trilyun atau 31,93persen dari total PDRB sedangkan yang terkecil

adalah Setu dengan Rp.71.045,74 Trilyun atau 1,35 persen.

Kecamatan PertanianPertambangan &

Penggalian

Industri

Pengolahan

Listrik, Gas &

Air Bersih

Bagunan /

Konstruksi

Perdagangan,

Hotel &

Restoran

Pengangkutan &

Komunikasi

Bank,

persewaan &

jasa

perusahaan

Jasa-jasa Jumlah

Serpong 6,659.97 274.58 7,407.20 79,760.51 3,517.02 154,795.05 209,811.20 659,223.42 30,147.51 1,151,596.46

Serpong Utara 137.99 - 13,324.22 54,938.95 62,286.31 194,321.90 144,301.93 4,509.32 30,331.55 504,152.17

Setu 1,805.90 1,429.24 623.41 4,751.97 113.11 20,208.66 36,278.95 288.74 5,545.76 71,045.74

Pamulang 22,831.25 - 10,628.32 49,715.02 1,061.42 172,877.24 272,274.51 10,267.64 63,609.31 603,264.71

Ciputat 17,496.49 30.29 3,907.60 23,393.60 1,018.25 215,245.20 92,184.77 1,452.74 157,568.54 512,297.48

Ciputat Timur 713.35 - 8,995.89 36,317.67 1,618.12 437,823.58 521,756.56 112,909.27 558,604.85 1,678,739.29

Pondok Aren 19,565.40 16.48 11,350.14 69,231.00 16,298.92 214,291.65 315,468.09 21,124.42 68,440.10 735,786.20

Kota Tangerang Selatan 69,210.35 1,750.59 56,236.78 318,108.72 85,913.15 1,409,563.28 1,592,076.01 809,775.55 914,247.62 5,256,882.05

Sumber: PDRB Kabupaten Tangerang Tahun 2007

Tabel 2.7Produk Domestik Regional Bruto

A.D.H. Berlaku Menurut Kecamatan Dan Lapangan UsahaTahun 2007 (Juta Rupiah)

Page 14: ARAH PEMBANGUNAN KOTA TANGERANG SELATANlabpm2.ipdn.ac.id/.../2013/05/Draft-Rancangan-isu-strategis-final.pdf · Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

13

2004 2005 2006 2007

Serpong 264,181.58 787,551.15 1,039,550.85 1,151,596.46

Serpong Utara 413,737.45 491,506.96 561,546.84 504,152.17

Setu 31,693.49 38,888.39 65,657.49 71,045.74

Pamulang 283,324.39 338,581.94 546,091.35 603,264.71

Ciputat 310,012.46 372,293.53 476,991.14 512,297.48

Ciputat Timur 795,038.10 851,537.68 1,379,223.31 1,678,739.29

Pondok Aren 393,322.90 454,282.72 683,320.62 735,786.20

Kota Tangerang Selatan 2,491,310.37 3,334,642.37 4,752,381.60 5,256,882.05

Sumber: PDRB Kabupaten Tangerang Tahun 2007

Kecamatan

Tabel 2. 8Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto

A.D.H. Berlaku Menurut KecamatanTahun 2004 - 2007 (Juta Rupiah)

II.2.3 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per Kapita

PDRB per kapita digunakan sebagai pendekatan data pendapatan per kapita. Karena,

sampai saat ini sangat sulit untuk mendapatkan data pendukung untuk menghitung

pendapatan per kapita. Angka pendapatan per kapita diperoleh dengan cara membagi PDRB

dengan jumlah penduduk pertengahan tahun.

PDRB per kapita masih dijadikan sebagai indikator dalam mengukur tingkat

kesejahteraan masyarakat secara makro yang dapat dijadikan cermin kesejahteraan

masyarakat. Semakin tinggi PDRB per kapita yang diterima oleh penduduk berarti semakin

tinggi tingkat kesejahteraannya. Sebaliknya, penurunan PDRB per kapita pada suatu daerah

menggambarkan penurunan tingkat kesejahteraan. Perlu diingat pula, bahwa kesejahteraan

penduduk akan meningkat jika peningkatan PDRB per kapita melebihi inflasi yang terjadi.

Akan tetapi, nilai PDRB per kapita tidak dapat dijadikan acuan untuk melihat pemerataan

kemakmuran.

PDRB per kapita Kota Tangerang Selatan tahun 2007 sebesar Rp 5.041,69 Ribu.

Sedangkan PDRB per kapita Propinsi Banten tahun 2007 sebesar Rp 11.400,59 Ribu.

Page 15: ARAH PEMBANGUNAN KOTA TANGERANG SELATANlabpm2.ipdn.ac.id/.../2013/05/Draft-Rancangan-isu-strategis-final.pdf · Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

14

Tabel 2.9

Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto per Kapita

A.D.H. Berlaku Menurut Kecamatan

Tahun 2005 - 2007 (Juta Rupiah)

Kota Tangerang Selatan

Kota/Kabupaten PDRB Total

2005 2006 2007

Serpong 7.243.076 10.742.132 11.570.891

Serpong Utara 5.861.079 7.523.751 6.567.979

Setu 808.209 1.211.940 1.269.750

Pamulang 1.479.922 2.283.817 2.450.811

Ciputat 2.732.698 3.055.867 3.194.094

Ciputat Timur 6.559.194 8.908.884 10.552.942

Pondok Aren 1.938.083 2.871.281 3.005.307

Tangerang Selatan 3.437.949 4.688.672 5.041.693

PDRB 3.334.642 4.752.382 5.256.882

Jumlah Penduduk 969.951 1.013.588 1.042.682

Sumber: PDRB Kabupaten Tangerang Tahun 2007

Tabel 2.10 Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto per Kapita

Provinsi Banten

Tahun 2005 - 2007 (Ribu Rupiah)

Kota/Kabupaten PDRB Total

2005 2006 2007

Kota Cilegon 39.97,92 43.715,48 47.447,94

Kota Tangerang 20.630,14 23.705,99 26.090,04

Kab. Tangerang 7.483,25 8.329,95 8.896,15

Kab. Serang 6.344,25 7.056,02 7.590,35

Kab. Pandeglang 4.635,37 5.241,65 5.660,47

Kab. Lebak 4.209,28 4.595,99 4.982,35

PROVINSI BANTEN 9.372,52 10.610,24 11.400,59

Sumber: PDRB Kabupaten Tangerang Tahun 2007

II.2.4 Industri, Perdagangan dan Koperasi

Industri

Secara mikro, kondisi perekonomian lokal dapat diwakili oleh beberapa UKM yang

menjadi motor penggerak ekonomi lokal. Ada lima jenis industri kerajinan yang merupakan

UKM terdapat di Kota Tangerang Selatan, yaitu kerajinan kayu berjumlah 165 unit, anyaman

Page 16: ARAH PEMBANGUNAN KOTA TANGERANG SELATANlabpm2.ipdn.ac.id/.../2013/05/Draft-Rancangan-isu-strategis-final.pdf · Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

15

28 unit, gerabah 1 unit, kain 293 unit dan makanan 164 unit. Selain itu industri kerajian

tersebut, juga terdapat 7 unit pabrik yang di dalamnya terdapat 1 kawasan industri. Jadi

keseluruhan industri kecil dan besar yang ada di wilayah Tangerang Selatan mencapai 658

unit yang didominasi oleh industri kecil/rumahan (home industry) yang perlu dkembangkan.

Tabel 2.11

Sebaran Industri Kecil, Menengah / Besar

di Kota Tangerang Selatan

No Kecamatan

Sebaran

Kerajinan Kayu

Kerajinan Anyaman

Kerajinan Gerabah

Kerajinan Kain

Industri Makanan

Pabrik

1 Serpong 8 5 0 0 12 0

2 Serpong Utara 7 0 0 0 13 5

3 Ciputat 35 1 0 6 18 0

4 Ciputat Timur 64 0 0 4 10 0

5 Pamulang 33 4 0 2 39 1

6 Pondok Aren 5 3 1 281 3 0

7 Setu 13 15 0 0 69 1 (kawasan industri)

Kota Tangerang Selatan 165 28 1 293 164 7

Sumber: Kompilasi Data untuk Penyusunan RTRW Kota Tangerang Selatan (2008)

Perdagangan dan Jasa

Fasilitas perdagangan dan jasa yang tersedia berupa pasar, baik modern maupun

tradisional, bank, BPR, KUD/koperasi, kompleks ruko dan minimart. Pasar tradisional yang

terdapat di tanah milik pemerintah daerah adalah sebanyak 6 unit, yaitu Pasar Ciputat, Pasar

Ciputat Permai, Pasar Jombang, Pasar Bintaro Sektor 2, Pasar Serpong, dan Pasar Gedung

Hijau. Seluruhnya berfungsi kecuali Pasar Gedung Hijau. Secara total, luas lahan yang

ditempati oleh pasar-pasar tersebut adalah 25.721 m2 dengan 1.966 kios, 865 los dan 1.795

pedagang kaki lima.

Berdasarkan tanda daftar perusahaan (TDP), terdapat perseroan terbatas (PT),

comanditer venotschaap / perseroan komanditer (CV), perusahaan perorangan (PO),

koperasi, firma, dan bentuk usaha lain yang keseluruhannya berjumlah 5.146 unit. Yang

paling banyak adalah adalah PT yaitu berjumlah 2.467 unit sedangkan yang paling sedikit

adalah firma yang hanya berjumlah 2 unit.

Page 17: ARAH PEMBANGUNAN KOTA TANGERANG SELATANlabpm2.ipdn.ac.id/.../2013/05/Draft-Rancangan-isu-strategis-final.pdf · Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

16

Pasar

Modern

Pasar

TradisionalBank BPR

KUD /

Koperasi

Kompleks

RukoMinimart

1 Serpong 2 1 21 0 0 10 8

2 Serpong Utara 1 0 4 1 0 5 3

3 Ciputat 1 0 5 2 0 4 13

4 Ciputat Timur 1 1 9 0 0 15 13

5 Pamulang 1 2 9 0 1 20 23

6 Pondok Aren 1 2 12 0 0 6 4

7 Setu 1 2 1 1 0 0 7

8 8 61 4 1 60 71

Sumber: Kompilasi Data untuk Penyusunan RTRW Kota Tangerang Selatan (2008)

Kota Tangerang Selatan

Tabel 2.12

Sebaran Fasilitas Perdagangan dan Jasa

di Kota Tangerang Selatan

No Kecamatan

Sebaran

No Nama Pasar Lokasi Kondisi Komoditi Yg DijualJumlah

Kios

Jumlah

Los

Pedagang

Kaki Lima

Luas Areal

(M2)

Status

TanahKet.

1 Pasar Ciputat Kec. Ciputat Cukup

Baik

Sembako, sandang,

perhiasan

1,136 386 608 5,670 Milik

Pemkab

3 Lantai

2 Pasar Ciputat Permai Kec. Ciputat Kurang

Baik

Sembako 12 40 366 1,000 Milik

Pemkab

2 Lantai

3 Pasar Jombang Kec. Ciputat Kurang

Baik

Sembako, sandang,

perhiasan

195 21 188 6,095 Milik

Pemkab

2 Lantai

4 Pasar Bintaro Sektor 2 Kec. Ciputat

Timur

Kurang

Baik

Sembako, sandang 23 95 8 830 Milik

Pemkab

Sedang

dibangun

5 Pasar Serpong Kec. Serpong Baik Sembako, sandang,

perhiasan

600 323 625 8,730 Milik

Pemkab

Dibangun

2007

6 Pasar Gedung Hijau Kec. Serpong

Utara

Cukup

Baik

-- -- -- -- 3,396 Milik

Pemkab

Tidak

digunakan

JUMLAH 1,966 865 1,795 25,721

Sumber: PD Pasar Niaga Kerta Raharja Kabupaten Tangerang 2009

Tabel 2.13

Pasar Tradisional Di Tanah Milik Pemerintah

Di Kota Tangerang Selatan

Tahun 2009

Koperasi

Koperasi seluruhnya berjumlah 330 unit yang terdiri dari koperasi karyawan (Kopkar),

koperasi simpan pinjam (KSP), koperasi serba usaha (KSU), dan Koperasi Pegawai Republik

Indonesia (KPRI). Namun, koperasi yang terdaftar pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Kabupaten Tangerang baru sejumlah 81 unit. Secara keseluruhan, jumlah anggota mencapai

24.553 orang.

Page 18: ARAH PEMBANGUNAN KOTA TANGERANG SELATANlabpm2.ipdn.ac.id/.../2013/05/Draft-Rancangan-isu-strategis-final.pdf · Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

17

No Kecamatan Jumlah Koperasi Jumlah Anggota Keterangan

1 Ciputat Kopkar, KSP,

2 Ciputat Timur KSU, KPRI

3 Serpong Kopkar, KSP,

4 Serpong Utara KSU, KPRI

5 Setu 26 650 Kopkar, KSP,

6 Pamulang 69 1,518 KSU, KPRI

7 Pondok Aren 46 1,380 Kopkar, KSP, KSU, KPRI

JUMLAH 330 24,553

Sumber : Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kabupaten Tangerang, 2009

76 11,400

Tabel 2.14Koperasi Kota Tangerang Selatan

Tahun 2009

113 9,605

PT CV PO Koperasi Firma BUL

1 Ciputat 509 413 241 25 - 5 1,193

Ciputat Timur

2 Serpong 1,261 575 418 26 1 5 2,286

Serpong Utara

Setu

3 Pamulang 271 292 177 15 1 2 758

4 Pondok Aren 426 299 167 15 - 2 909

2,467 1,579 1,003 81 2 14 5,146

Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Tangerang 2009

PT : Perseroan Terbatas

CV : Comanditer Venotschaap / Perseroan Komanditer.

PO : Perusahaan Perorangan

BUL : Bentuk Usaha Lain

Jumlah

Tabel 2.15Perusahaan Perdagangan Berdasarkan Tanda Daftar Perusahaan (TDP)

Kota Tangerang SelatanTahun 2009

No KecamatanBentuk Badan Hukum Jumlah

(Unit)

II.2.5 Ketenagakerjaan

Berdasarkan tingkat pendidikan pencari kerja yang tercatat pada Dinas Tenaga Kerja

Kabupaten Tangerang pada tahun 2007, pencari kerja dengan tingkat pendidikan SLTA

merupakan kelompok pencari kerja terbesar dengan jumlah 9.690 orang dari total 16.426

orang atau sebesar 58,99%. Pencari kerja dengan tingkat pendidikan perguruan tinggi (DI-DII,

DIII dan Sarjana) juga tercatat cukup besar yaitu berjumlah 3.297 orang atau 20,07%. Pencari

kerja tak tamat SD hanya sebanyak 16 orang atau 0,1%.

Page 19: ARAH PEMBANGUNAN KOTA TANGERANG SELATANlabpm2.ipdn.ac.id/.../2013/05/Draft-Rancangan-isu-strategis-final.pdf · Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

18

SerpongSerpong

UtaraSetu Pamulang Ciputat

Ciputat

Timur

Pondok

Aren

Laki-laki - - - 1 - - 3 4

Perempuan - - - - - 2 10 12

Jumlah - - - 1 - 2 13 16

Laki-laki 39 55 1 6 7 5 7 120

Perempuan 54 71 4 5 8 10 8 160

Jumlah 93 126 5 11 15 15 15 280

Laki-laki 235 286 120 207 215 86 311 1,460

Perempuan 224 212 232 229 309 177 300 1,683

Jumlah 459 498 352 436 524 263 611 3,143

Laki-laki 1,618 324 956 927 425 106 258 4,614

Perempuan 1,634 254 1,334 1,123 349 120 262 5,076

Jumlah 3,252 578 2,290 2,050 774 226 520 9,690

Laki-laki 57 46 24 30 43 22 32 254

Perempuan 56 59 18 42 28 20 31 254

Jumlah 113 105 42 72 71 42 63 508

Laki-laki 21 34 6 104 129 51 15 360

Perempuan 29 25 6 115 143 80 21 419

Jumlah 50 59 12 219 272 131 36 779

Laki-laki 124 24 6 256 194 71 292 967

Perempuan 133 28 4 287 137 79 375 1,043

Jumlah 257 52 10 543 331 150 667 2,010

Laki-laki 2,094 769 1,113 1,531 1,013 341 918 7,779

Perempuan 2,130 649 1,598 1,801 974 488 1,007 8,647

Jumlah 4,224 1,418 2,711 3,332 1,987 829 1,925 16,426

Tingkat

PendidikanJenis Kelamin

KecamatanKota Tangerang

Selatan

Tabel 2.16

Jumlah Pencari Kerja Berdasarkan Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin Menurut Kecamatan

Kota Tangerang Selatan

Tahun 2007

Tak Tamat SD

SD

SLTP

SLTA

Sumber: Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Tangerang dalam Kabupaten Tangerang Dalam Angka 2007/2008

DI-DII

DIII

Sarjana

Total

II.3 Sosial dan Budaya

II.3.1 Pendidikan

Berdasarkan tingkat pendidikan, komposisi penduduk Kota Tangerang Selatan sebagian

besar merupakan lulusan SLTA yaitu mencapai 29,22%. Penduduk dengan tingkat lulusan

perguruan tinggi meliputi sarjana muda dan sarjana mencapai 29,05%. Pada tingkat

pendidikan dasar, masih terdapat 0,38% penduduk yang belum menyelesaikan sekolah dasar

dan 0,14% masih buta huruf, kedua hal ini terdapat di Kecamatan Setu. Penduduk dengan

tingkat pendidikan perguruan tinggi di kecamatan lain di Kota Tangerang Selatan melebihi

angka 29%, namun di Kecamatan hanya sebesar 15,10%.

Page 20: ARAH PEMBANGUNAN KOTA TANGERANG SELATANlabpm2.ipdn.ac.id/.../2013/05/Draft-Rancangan-isu-strategis-final.pdf · Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

19

SerpongSerpong

UtaraCiputat

Ciputat

TimurPamulang Pondok Aren Setu

1 Sarjana 8.71% 8.71% 8.71% 8.71% 8.71% 8.69% 7.05% 8.63%

2 Sarjana Muda 21.02% 21.02% 21.02% 21.02% 21.02% 20.97% 8.05% 20.42%

3 SLTA 29.03% 29.03% 29.03% 29.03% 29.03% 29.08% 32.85% 29.22%

4 SLTP 25.03% 25.03% 25.02% 25.03% 25.02% 25.43% 14.42% 24.64%

5 SD 5.20% 5.20% 5.21% 5.20% 5.21% 5.23% 23.08% 6.02%

6 TK 11.01% 11.01% 11.01% 11.01% 11.01% 10.59% 3.06% 10.55%

7 Drop Out SD 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 8.35% 0.38%

8 Buta Huruf 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 3.13% 0.14%

100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00%

Sumber: Hasil Olah Data dari Kompilasi Data untuk Penyusunan RTRW Kota Tangerang Selatan (2008)

Jumlah

Tabel 2.17

Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Menurut Kecamatan

Kota Tangerang Selatan

2008

No Pendidikan

Kecamatan Kota

Tangerang

Selatan

Untuk bangunan sekolah, Kota Tangerang Selatan memiliki total unit sekolah sebanyak

667 unit, yaitu sebanyak 236 sekolah negeri, 5 madrasah negeri, 292 sekolah swasta dan 134

madrasah swasta. Di antara unit sekolah tersebut masih ada beberapa unit ruang kelas yang

mengalami kerusakan. Sebanyak 213 ruang atau 18,22% dari total ruang kelas SD negeri di

Kota Tangerang Selatan (1.169 ruang) mengalami kerusakan. Sedangkan untuk tingkat

pendidikan menengah, ruang kelas yang mengalami kerusakan sebanyak 5,56% untuk SMP

negeri, dan sebanyak 5,45 % untuk SMA negeri.

Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta

1 Jumlah SD 207 109 25 17 17 12 40 27 40 18 26 6 47 28 12 1

Jumlah total ruang kelas SD 1,169 1,198 144 136 122 144 249 308 176 270 128 42 282 290 68 8

Jumlah ruang kelas rusak SD 213 26 12 - 19 - 49 10 36 6 58 5 39 5 - -

2 Jumlah MI 2 76 - 15 - 3 - 16 2 8 - 9 - 21 - 4

Jumlah total ruang kelas MI 12 158 - 28 - 8 - 34 12 14 - 29 - 32 - 13

Jumlah ruang kelas rusak MI NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA

3 Jumlah SMP 17 104 3 18 2 7 3 24 1 15 4 9 3 26 1 5

Jumlah total ruang kelas SMP 486 1,191 90 216 40 70 95 240 30 150 115 150 86 350 30 15

Jumlah ruang kelas rusak 27 - 9 - - - 3 - 3 - 6 - 6 - - -

4 Jumlah MTs 1 43 - 8 - 3 1 7 - 9 - 4 - 11 - 1

Jumlah total ruang kelas MTs NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA

Jumlah ruang kelas rusak NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA

5 Jumlah SMA 11 33 - 8 1 3 2 5 3 3 3 6 1 8 1 -

Jumlah total ruang kelas SMA 312 255 - - 24 32 60 56 82 32 76 65 30 70 40 -

Jumlah ruang kelas rusak 17 19 - - - - - 3 3 6 6 6 5 4 3 -

6 Jumlah MA 2 15 - 3 - - - 3 - 4 - 1 - 4 2 -

Jumlah total ruang kelas MA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA

Jumlah ruang kelas rusak MA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA NA

7 Jumlah SMK 1 46 1 8 - 3 - 7 - 8 - 11 - 8 - 1

Jumlah total ruang kelas SMK 6 624 6 103 - 39 - 179 - 75 - 120 - 99 - 9

Jumlah ruang kelas rusak - - - - - - - - - - - - - - - -

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tangerang Selatan, Tahun 2009

Pamulang Ciputat Ciputat Timur Pondok Aren Setu

Tabel 2.18

Jumlah Sekolah, Ruang Kelas dan Ruang Kelas Rusak

Kota Tangerang Selatan

Tahun 2008

Uraian *)

Kota

Tangerang

Selatan

Serpong Serpong Utara

Page 21: ARAH PEMBANGUNAN KOTA TANGERANG SELATANlabpm2.ipdn.ac.id/.../2013/05/Draft-Rancangan-isu-strategis-final.pdf · Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

20

APK APM APK APM APK APM APK APM

1 Serpong 118.40 98.59 120.83 83.62 38.17 28.94 41.84 32.85

2 Pamulang 80.17 66.92 58.96 36.46 18.97 13.22 43.43 36.92

3 Ciputat 109.45 91.21 109.42 82.47 39.32 27.90 40.43 26.11

4 Pondok Aren 71.62 59.17 52.72 36.41 20.52 14.46 10.73 7.75

5 Serpong Utara 88.51 71.09 80.31 70.17 24.96 20.43 35.60 29.48

6 Ciputat Timur 58.44 49.01 60.69 58.84 35.47 25.48 44.18 36.42

7 Setu 85.85 71.13 60.17 59.05 33.24 23.16 20.76 17.91

87.49 72.45 77.59 61.00 30.09 21.94 33.85 26.78

Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang, 2009

Tabel 2.19

Angka Partisipasi Kasar (APK) Angka Partisipasi Murni (APM) Menurut Kecamatan

Kota Tangerang Selatan

2008

SMP

Jumlah Rata-rata

SMA SMKNo Kecamatan

SD

II.3.2 Kesehatan

Pelayanan kesehatan di wilayah Kota Tangerang Selatan telah dilayani oleh 10

puskesmas tersebar di 7 kecamatan yang didukung oleh 8 puskesmas pembantu, 10 unit

kendaraan puskesmas keliling dan 192 tenaga kesehatan. Walaupun demikian belum ada

Rumah Sakit Umum Daerah untuk melayani masyarakat Kota Tangerang Selatan. Jumlah

rumah sakit yang berada di Kota Tangerang Selatan sebanyak 9 unit seluruhnya merupakan

milik swasta.

SerpongSerpong

UtaraPamulang Ciputat

Ciputat

Timur

Pondok

ArenSetu

1 Puskesmas 1 1 1 3 1 2 1 10

2 Puskesmas Pembantu 1 1 1 3 - 1 1 8

3 Tempat tidur Puskesmas Perawatan - - 14 - - - - 14

4 Balai Pengobatan Swasta 30 22 44 14 31 24 11 176

5 Praktek Dokter Umum Swasta 113 131 167 71 93 65 20 660

6 Praktek Dokter Gigi Swasta 42 46 81 28 36 28 6 267

7 Praktek Dokter Spesialis 6 26 31 11 30 8 - 112

8 Praktek Bidan Swasta 40 29 80 48 41 22 16 276

9 Laboratorium Klinik Swasta 1 3 7 7 5 6 1 30

10 Optik 2 - 9 5 15 9 2 42

11 Apotik 6 5 10 9 25 18 2 75

12 Toko Obat Berijin 2 - - 2 1 - 1 6

13 Industri Kecil Obat Tradisional 8 - 17 16 - 7 - 48

14 Rumah Bersalin Swasta 2 1 4 6 9 10 1 33

15 Pengobatan Tradisional 4 8 4 5 2 7 1 31

16 Puskesmas Keliling 1 1 1 3 1 2 1 10

Sumber: Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, 2009

Tabel 2.20Jumlah Prasarana Kesehatan Menurut Kecamatan

di Kota Tangerang SelatanTahun 2009

Kecamatan Kota

Tangerang

Selatan

JenisNo.

Page 22: ARAH PEMBANGUNAN KOTA TANGERANG SELATANlabpm2.ipdn.ac.id/.../2013/05/Draft-Rancangan-isu-strategis-final.pdf · Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

21

Dokter

Umum

Dokter

Gigi Bidan Perawat Ahli Gizi

Ahli

Sanitasi

Ahli Kesehatan

MasyarakatJumlah

1 Serpong 3 1 13 1 1 1 0 20

2 Pondok Jagung 2 3 10 7 1 1 0 24

3 Pamulang 3 4 9 6 1 1 0 24

4 Ciputat 2 3 4 4 1 0 0 14

5 Kampung Sawah 2 3 7 5 1 1 0 19

6 Jombang 2 2 8 5 1 0 0 18

7 Ciputat Timur 1 1 9 3 1 0 0 15

8 Pondok Aren 2 2 9 7 1 1 0 22

9 Jurang Mangu Timur 2 2 6 2 0 1 0 13

10 Setu 3 2 12 5 0 0 1 23

Kota Tangerang Selatan 22 23 87 45 8 6 1 192

Sumber: Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, 2009

No Puskesmas

Tenaga Kesehatan

Tabel 2.21Jumlah Tenaga Kesehatan pada 10 (Sepuluh) Puskesmas

Kota Tangerang SelatanTahun 2009

Selain didukung oleh keberadaan Puskesmas dan tenaga kesehatan, keberadaan

Posyandu dan Posbindu di tengah-tengah lingkungan masyarakat Kota Tangerang Selatan

juga telah membawa dampak penting bagi perbaikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat.

Hingga tahun 2009 tercatat terdapat 771 Posyandu (klasifikasi pratama, madya, purnama dan

mandiri) dan 108 Posbindu, yang didukung oleh 4.127 kader posyandu aktif atau mencapai

97,8% dan 501 kader posbindu aktif atau mencapai 100%.

Total Aktif Total Aktif

1 Serpong 10 12 42 10 74 19 420 420 1,158 72 72

2 Pondok Jagung 17 22 24 5 68 7 351 351 351 21 21

3 Pamulang 31 46 38 16 131 24 820 820 970 42 42

4 Ciputat 9 22 3 1 35 5 216 216 216 25 25

5 Kampung Sawah 1 29 47 2 79 9 404 404 404 42 42

6 Jombang 5 32 12 2 51 9 300 300 300 51 51

7 Ciputat Timur 5 69 34 10 118 11 708 708 708 55 55

8 Pondok Aren 16 41 18 7 82 10 366 366 700 80 80

9 Jurang Mangu Timur 10 23 60 - 93 6 469 375 575 77 77

10 Setu - 40 - - 40 8 167 167 167 36 36

Kota Tangerang Selatan 104 336 278 53 771 108 4,221 4,127 5,549 501 501

Sumber: Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, 2009

Tabel 2.22Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) dan Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu)

Di Wilayah 10 (Sepuluh) Puskesmas Kota Tangerang SelatanTahun 2009

Kader

No PosyanduDasawisma

PosbinduPuskesmas PosbinduPratama Madya Purnama Mandiri Jumlah

Posyandu

Page 23: ARAH PEMBANGUNAN KOTA TANGERANG SELATANlabpm2.ipdn.ac.id/.../2013/05/Draft-Rancangan-isu-strategis-final.pdf · Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

22

Hingga tahun 2007, rata-rata balita di Kota Tangerang Selatan berada pada kondisi gizi

baik yaitu mencapai 92,70% dari jumlah balita yang ditimbang sebanyak 82.098 orang. Selain

itu dari jumlah tersebut, 0,37% gizi buruk, 5,18% gizi kurang dan 1,74% gizi lebih.

Baik Buruk Kurang Lebih Baik Buruk Kurang Lebih

1 Serpong 7,319 6,785 24 454 56 107.87% 100.00% 0.35% 6.69% 0.83%

2 Serpong Utara 6,304 5,746 34 357 167 109.71% 100.00% 0.59% 6.21% 2.91%

3 Setu - - - - - - - - - -

4 Pamulang 21,200 19,392 71 1,368 369 109.32% 100.00% 0.37% 7.05% 1.90%

5 Ciputat 29,454 28,030 130 1,003 291 105.08% 100.00% 0.46% 3.58% 1.04%

6 Ciputat Timur - - - - - - - - - -

7 Pondok Aren 17,821 16,154 48 1,072 547 110.32% 100.00% 0.30% 6.64% 3.39%

Kota Tangerang Selatan 82,098 76,107 307 4,254 1,430 107.87% 100.00% 0.40% 5.59% 1.88%

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang dalam Kabupaten Tangerang Dalam Angka 2007/2008

Jumlah

Balita

Keadaan Gizi (%)

Tabel 2.23Jumlah dan Persentase Keadaan Gizi Balita Yang Ditimbang Menurut Kecamatan

di Kota Tangerang SelatanTahun 2007

No. KecamatanJumlah

Balita

Keadaan Gizi (Orang)

Selain melayani masyarakat mampu, Puskesmas juga melayani masyarakat yang kurang

mampu. Berdasarkan data Dinas Kesehatan, tercatat hingga tahun 2009 Rumah Tangga

Rawan Gakin yang dilayani di 10 Puskesmas mencapai 31.543 RT dengan jumlah peserta

Jamkesmas sebanyak 104.558 orang. Untuk lebih rinci dapat dilihat pada tabel II.3.2.5

No Puskesmas

Rumah Tangga

Rawan Gakin

(RT)

Jiwa Peserta

Jamkesmas

(Orang)

Anak Umur 0-11

Bulan Gakin

(Orang)

Anak Umur 11-59

Bulan Gakin (Orang)

Bumil Gakin

(Orang)

1 Serpong 2,911 9,311 34 186 54

2 Pondok Jagung 2,872 6,485 17 NA 39

3 Pamulang 7,877 22,047 116 NA 189

4 Ciputat 5,420 4,817 20 51 53

5 Kampung Sawah 1,693 6,570 67 NA 117

6 Jombang 1,678 5,391 26 280 13

7 Ciputat Timur NA 12,551 79 325 96

8 Pondok Aren 4,246 12,431 56 NA 100

9 Jurang Mangu Timur 4,846 11,407 31 486 49

10 Setu NA 13,548 29 - 21

Kota Tangerang Selatan 31,543 104,558 475 1,328 731

Sumber: Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, 2009

Tabel 2.24Data Terkait Kesehatan Keluarga Miskin pada 10 (Sepuluh) Puskesmas

Kota Tangerang SelatanTahun 2009

Page 24: ARAH PEMBANGUNAN KOTA TANGERANG SELATANlabpm2.ipdn.ac.id/.../2013/05/Draft-Rancangan-isu-strategis-final.pdf · Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

23

II.3.3 Kesejahteraan Keluarga

Kondisi masyarakat Kota Tangerang Selatan sangat beragam, baik menurut agama,

suku, pekerjaan maupun menurut tingkat kesejahteraan. Berdasarkan tingkat kesejahteraan,

jumlah keluarga dengan tingkat kesejahteraan Pra Sejahtera adalah sebesar 8.789 Keluarga

atau 3,65% dari total 24.700 keluarga, sedangkan tingkat kesejahteraan KS I adalah sebesar

39.319 Keluarga atau 16,34%. Sisanya, yaitu sebanyak 192.592 Keluarga atau 80,01% adalah

Keluarga Sejahtera Tahap II, Tahap III dan Tahap III Plus (tabel II.3.3.1). Berdasarkan validasi

data Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang dilakukan oleh BPS pada tahun 2008, jumlah rumah

tangga penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT) di Kota Tangerang Selatan adalah sebanyak

19.104 RT. Jumlah penerima paling banyak di Kecamatan Pamulang yaitu sebanyak 5.963

rumah tangga, sedangkan paling sedikit di Kecamatan Ciputat Timur yaitu sebanyak 1.685

rumah tangga (tabel II.3.3.2).

No KecamatanPra

SejahteraKS I Tahap II Tahap III

Tahap III

PlusJumlah

1 Serpong 1,157 4,538 9,439 6,876 4,444 26,454

2 Serpong Utara 647 2,547 8,961 5,290 2,990 20,435

3 Setu 348 3,478 2,575 3,840 1,300 11,541

4 Pamulang 4,155 8,609 19,621 14,596 7,784 54,765

5 Ciputat 678 7,213 5,115 7,310 13,618 33,934

6 Ciputat Timur 236 6,204 10,334 10,946 8,621 36,341

7 Pondok Aren 1,568 6,730 23,401 15,931 9,600 57,230

Kota Tangerang Selatan 8,789 39,319 79,446 64,789 48,357 240,700

Sumber: Dinas Kependudukan Catatan Sipil dan Keluarga Berencana Kabupaten Tangerang dalam

Kabupaten Tangerang Dalam Angka 2007/2008

Tabel 2.25Jumlah Keluarga Berdasarkan Tingkat Kesejahteraan Menurut Kecamatan

Kota Tangerang SelatanTahun 2007

Keterangan:

Pra Sejahtera: Keluarga Pra Sejahtera

KS I : Keluarga Sejahtera I

Tahap II : Keluarga Sejahtera II

Tahap III : Keluarga Sejahtera III

Tahap III Plus : Keluarga Sejahtera III Plus

Page 25: ARAH PEMBANGUNAN KOTA TANGERANG SELATANlabpm2.ipdn.ac.id/.../2013/05/Draft-Rancangan-isu-strategis-final.pdf · Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

24

No KecamatanRumah Tangga

Penerima BLT

Hasil Verifikasi PPLS

'08

1 Serpong 2,463 2,420

2 Serpong Utara 1,742 1,590

3 Setu 1,993 1,817

4 Pamulang 5,963 5,299

5 Ciputat 2,438 1,848

6 Ciputat Timur 1,685 918

7 Pondok Aren 2,820 2,411

19,104 16,303

Sumber: Bappeda Kabupaten Tangerang (2008) dan BPS Kabupaten Tangerang (2009)

Tahun 2008

Kota Tangerang Selatan

Tabel 2.26Jumlah Rumah Tangga

Penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT) Menurut KecamatanKota Tangerang Selatan

Walaupun sebagian besar masyarakat Kota Tangerang Selatan termasuk Keluarga Sejahtera

II, masih terdapatnya keluarga fakir miskin sebanyak 37.538 keluarga, anak terlantar

sebanyak 1.141 orang, korban bencana alam setahun lalu sebanyak 6.312 orang dan

pemulung sebanyak 234 orang menjadi permasalahan kesejahteraan sosial yang harus

dihadapi Pemerintah Kota Tangerang Selatan. Sehingga dalam perencanaan pembangunan

bidang sosial perlu menjadikan permasalahan ini sebagai sasaran utama untuk diselesaikan.

Page 26: ARAH PEMBANGUNAN KOTA TANGERANG SELATANlabpm2.ipdn.ac.id/.../2013/05/Draft-Rancangan-isu-strategis-final.pdf · Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

25

No Jenis SerpongSerpong

UtaraSetu Pamulang Ciputat

Ciputat

Timur

Pondok

Aren

Kota

Tangerang

Selatan

1 Balita Terlantar 78 - 9 7 6 1 - 101

2 Anak Terlantar 147 278 101 76 251 125 163 1,141

3 Anak Nakal 5 4 24 30 15 - 16 94

4 Anak Jalanan - - - 8 7 - 5 20

5 Anak 5-21 th Korban Kekerasan - - - 2 - 5 - 7

6 Wanita 22-59 th Korban Kekerasan - - - 2 - - - 2

7 Wanita Rawan Sosial - - 65 - 194 95 52 406

8 Lansia >60 th Terlantar 103 68 74 50 186 59 46 586

9 Lansia >60 th Korban Kekerasan - - - - - - - -

10 Anak Cacar Usia 5-21 th 119 36 - 55 63 - 18 291

11 Penyandang Cacat 152 80 56 114 55 12 129 598

12 Penyandang Cacat Eks TBC 1 - 3 38 - 10 39 91

13 Penyandang Cacat Eks Kusta - - 3 20 - 16 - 39

14 Mantan Napi - - 3 74 18 11 9 115

15 Pekerja Seks Komersial - - 14 - 23 21 20 78

16 Waria 13 - - - - - 1 14

17 Pengemis - - - 15 8 8 1 32

18 Pemulung - - - 164 - - 70 234

19 Gelandangan - - - 35 - - 2 37

20 Eks Korban NAPZA - - 4 15 18 15 9 61

21 Pengidap HIV/AIDS - - - - - - - -

22 Eks HIV/AIDS yg ditangani Dinsos - - - - - - - -

23 Korban Bencana Sosial/Pengungsi - - - - - - - -

24 Korban Bencana Alam setahun Lalu - - 43 1,880 1,891 1,326 1,172 6,312

25 Penduduk di daerah Rawan Bencana

Alam

- - 29 - 117 - 252 398

26 Keluarga Fakir Miskin 3,301 3,548 4,245 9,308 5,750 3,102 8,284 37,538

27 Yang Tinggal di Rumah Tidak Layak Huni 177 - 76 76 136 70 159 694

28 Keluarga Bermasalah Sosial Psikologi - - - - - - - -

29 Keluarga Rentan Sosial Ekonomi - - - - - - - -

Sumber: Dinas Sosial Kabupaten Tangerang dalam Kabupaten Tangerang Dalam Angka 2007/2008

Tabel 2.27Jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial Menurut Kecamatan

di Kota Tangerang SelatanTahun 2007

Panti sosial yang terdapat di Kota Tangerang Selatan adalah panti asuhan anak

sejumlah 14 panti dan tresna werdha sejumlah 5 panti dan bina grahita sejumlah 1 panti.

Selain itu, potensi dan sumber daya kesejahteraan sosial di antaranya adalah tenaga

kesejahteraan masyarakat, organisasi masyarakat, karang taruna dan panti sosial.

Page 27: ARAH PEMBANGUNAN KOTA TANGERANG SELATANlabpm2.ipdn.ac.id/.../2013/05/Draft-Rancangan-isu-strategis-final.pdf · Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

26

No Jenis SerpongSerpong

UtaraSetu Pamulang Ciputat

Ciputat

Timur

Pondok

Aren

Kota Tangerang

Selatan

1 Petirahan Anak - - - - - - - -

2 Taman Penitipan Anak - - - - - - - -

3 Panti Asuhan Anak 1 - 1 4 3 - 5 14

4 Bina Remaja - - - - - - - -

5 Tresna Werdha - - 1 2 1 - 1 5

6 Bina Daksa - - - - - - - -

7 Bina Netra - - - - - - - -

8 Bina Rungu - - - - - - - -

9 Bina Grahita - - - - - - 1 1

10 Bina Laras - - - - - - - -

11 Bina Pasca Laras Kronis - - - - - - - -

12 Marsudi Putra - - - - - - - -

13 Pamardi Putra - - - - - - - -

14 Karya Wanita - - - - - - - -

15 Bina Karya - - - - - - - -

1 - 2 6 4 - 7 20

Sumber: Dinas Sosial Kabupaten Tangerang dalam Kabupaten Tangerang Dalam Angka 2007/2008

Jumlah

Tabel 2.28Jumlah Panti Sosial Menurut Jenis dan Kecamatan

di Kota Tangerang SelatanTahun 2007

Tenaga

Kesejahteraan

Masyarakat

Organisasi

Masyarakat

Karang

TarunaPanti Sosial

Anggota

PKK

LSM

Perempuan

1 Serpong 14 6 3 1 - -

2 Serpong Utara 12 1 2 - - -

3 Setu 10 1 2 2 - -

4 Pamulang 42 4 7 6 - -

5 Ciputat 14 15 8 4 - -

6 Ciputat Timur 4 1 3 - - -

7 Pondok Aren 15 6 5 6 - -

111 34 30 19 - -

Sumber: Dinas Sosial Kabupaten Tangerang dalam Kabupaten Tangerang Dalam Angka 2007/2008

Kota Tangerang Selatan

Tabel 2.29Jumlah Potensi dan Sumberdaya Kesejahteraan Sosial Menurut Kecamatan

di Kota Tangerang SelatanTahun 2007

No Kecamatan

Potensi dan Sumberdaya Kesejahteraan Sosial

Berdasarkan data keluarga di wilayah Tangerang Selatan tahun 2007, sebagian besar

pasangan usia subur yaitu 63,37% merupakan peserta KB aktif yang didukung oleh 48 orang

petugas KB yang merupakan dokter dan bidan. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat di

wilayah ini memandang bahwa pengaturan kehamilan dan jumlah anak merupakan hal yang

penting, apalagi jika dikaitkan dengan kegiatan masyarakat perkotaan yang sebagian besar

bekerja di luar rumah. Namun hal ini belum didukung oleh keberadaan petugas penyuluh

lapangan keluarga berencana yang selayaknya memberikan penyuluhan kepada keluarga

peserta KB secara proaktif.

Page 28: ARAH PEMBANGUNAN KOTA TANGERANG SELATANlabpm2.ipdn.ac.id/.../2013/05/Draft-Rancangan-isu-strategis-final.pdf · Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

27

Tabel 2.30

Jumlah Peserta KB Aktif Berdasarkan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)

dan Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (Non MKJP) Menurut Kecamatan

Kota Tangerang Selatan

Tahun 2007

Metode

Kecamatan Kota Tangerang

Selatan Serpong Serpong

Utara Setu Pamulang Ciputat

Ciputat Timur

Pondok Aren

MKJP

IUD 3,264 2,803 364 10,570 5,924 6,854 7,681 37,460

MOP 329 219 78 470 292 294 294 1,976

MOW 298 298 67 605 743 408 607 3,026

IMP 570 409 215 527 231 325 392 2,669

Jumlah 4,461 3,729 724 12,172 7,190 7,881 8,974 45,131

Non MKJP

Suntik 4,560 3,283 1,994 13,735 7,260 6,982 9,595 47,409

Pil 2,634 1,910 1,159 7,750 4,006 4,080 5,592 27,131

Kondom 31 21 12 72 61 82 131 410

Ovag 0 0 0 0 0 0 0 0

Jumlah 7,225 5,214 3,165 21,557 11,327 11,144 15,318 74,950

Total Peserta KB Aktif 11,686 8,943 3,889 33,729 18,517 19,025 24,292 120,081

Total Pasangan Usia Subur 18,451 17,419 8,817 43,030 29,893 26,631 45,262 189,503

Persentase 63.34% 51.34% 44.11% 78.38% 61.94% 71.44% 53.67% 63.37%

Sumber: Dinas Kependudukan Catatan Sipil dan Keluarga Berencana Kabupaten Tangerang dalam Kabupaten Tangerang Dalam Angka 2007/2008

Tabel 2.31

Jumlah Petugas Keluarga Berencana Menurut Kecamatan di Kota Tangerang Selatan

Tahun 2007

No. Kecamatan PPLKB PLKB/PKB Dokter Bidan Jumlah 1 Serpong - - 3 3 6

2 Serpong Utara - - 4 4 8

3 Setu - - 2 2 4

4 Pamulang - - 5 5 10

5 Ciputat - - 3 3 6

6 Ciputat Timur - - 1 1 2

7 Pondok Aren - - 6 6 12 Kota Tangerang Selatan - - 24 24 48

Sumber: Dinas Kependudukan Catatan Sipil dan Keluarga Berencana Kabupaten Tangerang dalam Kabupaten Tangerang Dalam Angka 2007/2008

Keterangan: PPLKB : Petugas Penyuluh Lapangan Keluarga Berencana PLKB/PKB : Petugas Lapangan Keluarga Berencana / Penyuluh Keluarga Berencana

II.4 Infrastruktur, Tata Ruang, dan Lingkungan Hidup

II.4.1 Fisik Dasar dan Pemanfaatan Lahan

Wilayah Kota Tangerang Selatan dilintasi oleh Kali Angke, Kali Pasanggrahan dan Sungai

Cisadane sebagai batas administrasi kota di sebelah barat. Posisi Kota Tangerang Selatan

Page 29: ARAH PEMBANGUNAN KOTA TANGERANG SELATANlabpm2.ipdn.ac.id/.../2013/05/Draft-Rancangan-isu-strategis-final.pdf · Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

28

yang berbatasan dengan DKI Jakarta karena pada awalnya memang dijadikan sebagai kota

satelit bagi DKI Jakarta maka penduduknya lebih banyak yang bekerja di Jakarta tapi tinggal di

Kota Tangerang Selatan. Hal ini terlihat dari banyaknya perumahan-perumahan yang tumbuh

dan berkembang di Kota Tangerang Selatan. Laju pertumbuhan penduduk terus meningkat,

sebagian besar bersifat non-alamiah, seiring dengan tumbuhnya kawasan-kawasan

perumahan, mulai dari yang berskala kecil-menengah hingga berskala besar, seperti: Bumi

Serpong Damai (BSD) seluas 6.000 ha, Bintaro Jaya seluas 1.500 ha, dan Perumahan Alam

Sutera. Akhirnya mengakibatkan sektor perdagangan dan jasa menjadi berkembang sesuai

kebutuhan disertai juga dukungan sektor transportasi yang cukup memadai karena banyak

akses menuju DKI Jakarta baik melalui jalan tol Serpong – Pondok Indah atau jalan regional

yang sudah tersebar dan tersambung langsung.

Gambar 2.3

Peta Wilayah Kota Tangerang Selatan

Page 30: ARAH PEMBANGUNAN KOTA TANGERANG SELATANlabpm2.ipdn.ac.id/.../2013/05/Draft-Rancangan-isu-strategis-final.pdf · Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

29

Topografi (Ketinggian dan Kemiringan)

Sebagian besar wilayah Kota Tangerang Selatan merupakan dataran rendah, dimana

sebagian besar wilayah Kota Tangerang Selatan memiliki topografi yang relatif datar dengan

kemiringan tanah rata-rata 0 – 3% sedangkan ketinggian wilayah antara 0 – 25 m dpl.

Untuk kemiringan garis besar terbagi dari 2 (dua) bagian, yaitu :

1. Kemiringan antara 0 – 3% meliputi Kecamatan Ciputat, kecamatan Ciputat Timur,

Kecamatan Pamulang, Kecamatan Serpong dan Kecamatan Serpong Utara.

2. Kemiringan antara 3 – 8% meliputi Kecamatan Pondok Aren dan Kecamatan Setu.

Klimatologi

Kota Tangerang Selatan merupakan wilayah dengan suhu yang relatif panas dengan

kelembaban tinggi. Temperatur udara berdasarkan penelitian di stasiun Geofisika klas I di

Tangerang rata-rata berkisar antara 21,2-33,7˚C, suhu maksimum tertinggi rata-rata terjadi

pada bulan Oktober yaitu 36,6˚C dan suhu minimum terendah pada bulan Juni yaitu 19,2 ˚C .

Rata-rata kelembaban udara 78,0 % dan rata-rata intensitas matahari 56,8 %. Keadaan curah

hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari dan pada bulan September hanya satu kali hujan,

sedangkan rata-rata curah hujan dalam setahun adalah 108,4 mm. Hari hujan tertinggi pada

bulan Januari dengan hari hujan sebanyak 26 hari. Keadaan ini terjadi pada hampir seluruh

wilayah Kota Tangerang Selatan.

Geologi

Kota Tangerang Selatan merupakan daerah yang relatif datar. Adapun beberapa

Kecamatan ada yang lahannya bergelombang seperti di perbatasan antara Kecamatan Setu

dan kecamatan Pamulang serta sebagian di kecamatan Ciputat Timur. Kondisi geologi Kota

Tangerang Selatan umumnya adalah batuan alluvium, yang terdiri dari batuan lempung,

lanau, pasir, kerikil, kerakal dan bongkah. Berdasarkan klasifikasi dari United Soil

Classification System, batuan ini mempunyai kemudahan dikerjakan atau workability yang

baik sampai sedang, unsur ketahanan terhadap erosi cukup baik oleh karena itu wilayah Kota

Tangerang Selatan masih cukup layak untuk kegiatan perkotaan.

Page 31: ARAH PEMBANGUNAN KOTA TANGERANG SELATANlabpm2.ipdn.ac.id/.../2013/05/Draft-Rancangan-isu-strategis-final.pdf · Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

30

Hidrologi

Sistem hidrologi di Kota Tangerang Selatan terdiri atas :

Air permukaan yaitu diartikan sebagai air yang mengalir atau muncul di permukaan. Aliran

air permukaan yang terdapat di wilayah ini berupa aliran sungai Cisadane, Sungai Angke

dan sebagian wilayah dilewati sungai Pesanggrahan. Ada juga saluran-saluran alam yang

dialiri air sepanjang tahun sebagai penampung drainase lokal. Saluran semacam ini

cenderung meluap pada musim hujan.

Kedua Air Tanah, air tanah di wilayah Kota Tangerang Selatan secara kualitas dalam

kondisi baik, hal ini menyebabkan banyak penduduk yang masih menggunakannya sebagai

air bersih. Potensi air tanah Kota Tangerang Selatan, Berdasarkan laporan studi potensi

dan pengembangan sumberdaya air tersebar di Kabupaten Tangerang, Dinas PU

kabupaten Tangerang tahun 2002 diketahui bahwa potensi air sungai dan situ/rawa

merupakan potensi air permukaan di Kota Tangerang Selatan berdasarkan Satuan Wilayah

Sungai (SWS) menunjukkan potensi sebagai berikut :

Debit terkecil rata-rata bulanan SWS Cisadane – Ciliwung, sebesar 2,551 m³/dt diwakili

oleh pengukuran Sungai Cidurian, stasiun Parigi dalam tahun 1995, sedang debit

terbesar rata-rata bulanan sebesar 115,315 m³/dt, diukur di Sungai Cisadane, stasiun

Batu Beulah dalam periode 1991 sampai 1998.

Mata air jumlahnya ada 3 yang semuanya berlokasi di Kecamatan Ciputat dengan total

debit 210 liter/detik.

Air hujan yang setelah dianalisis dengan perhitungan neraca air menunjukkan bahwa

Kabupaten Tangerang termasuk juga Kota Tangerang Selatan mengalami defisit air

pada bulan Maret sampai bulan November (8 bulan) sementara surplus air hanya

terjadi pada bulan Desember, Januari dan Februari (3 Bulan).

Air tanah dangkal, debit air tanah di Kabupaten Tangerang termasuk juga Kota

Tangerang Selatan berkisar antara 3 – 10 liter/detik/km². Air tanah ini cenderung

diambil secara berlebihan di sepanjang jalan-jalan utama terutama oleh industri/pabrik.

Untuk di permukiman warga rata-rata kedalaman air tanah mencapai 5 – 10 meter.

Terdapat juga penggunaan air tanah dalam, melalui pompa deepwell pada kawasan-kawasan

perumahan baru yang dikelola pengembang swasta.

Page 32: ARAH PEMBANGUNAN KOTA TANGERANG SELATANlabpm2.ipdn.ac.id/.../2013/05/Draft-Rancangan-isu-strategis-final.pdf · Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

31

Mengenai gambaran kualitas air sungai dan air tanah di Kota Tangerang Selatan bila

mengacu kepada gambaran kualitas air sungai Cisadane sebagai sungai yang terbesar maka

didapatkan pencemaran yang cukup bervariasi yang ditunjukkan oleh beberapa parameter.

Tabel 2.32 Gambaran Kualitas Air Sungai Cisadane

Jenis Tanah

Dilihat dari data jenis tanah berdasarkan keadaan geologi, di wilayah Kota Tangerang

Selatan sebagian besar terdiri dari batuan endapan hasil gunung api muda dengan jenis

batuan kipas aluvium dan aluvium/alivial. Sedangkan dilihat dari sebaran jenis tanahnya,

pada umumnya di Kota Tangerang Selatan berupa asosiasi latosol merah dan latosol coklat

kemerahan. Oleh karena itu secara umum lahan cocok untuk pertanian/ perkebunan. Jenis

tanah yang sangat sesuai dengan kegiatan pertanian tersebut makin lama makin berubah

penggunaannya untuk kegiatan lainnya yang bersifat non-pertanian. Sedangkan untuk

sebagian wilayah seperti di Kecamatan Serpong dan Kecamatan Setu jenis tanahnya ada yang

mengandung pasir khususnya untuk daerah yang dekat dengan Sungai Cisadane.

II.4.2 Penggunaan Lahan

Perkembangan penduduk yang cepat yang dilihat dari semakin menjamurnya

permukiman di wilayah Tangerang Selatan mengakibatkan banyak terjadinya perubahan

fungsi guna lahan. Kecenderungan yang terjadi adalah beralihnya lahan pertanian atau

bahkan kawasan lindung menjadi kawasan perumahan ataupun untuk kegiatan perdagangan

dan jasa, sehingga hal ini perlu mendapat perhatian khusus antara lain mengenai

keseimbangan fungsi kawasan tak terbangun dan kawasan terbangun.

Karakter perkembangan kawasan terbangun (perumahan, industri, perdagangan dan

jasa) pada Kota Tangerang Selatan tidak lepas dari keberadaan perlintasan pergerakan antar

Page 33: ARAH PEMBANGUNAN KOTA TANGERANG SELATANlabpm2.ipdn.ac.id/.../2013/05/Draft-Rancangan-isu-strategis-final.pdf · Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

32

wilayah serta adanya jaringan jalan regional yang menghubungkan kota-kota utama seperti

DKI Jakarta, Kota Tangerang dan Kabupaten Tangerang. Sehingga konsekuensinya

perkembangan kawasan terbangun mengikuti pola jaringan jalan utama.

Tabel 2.33

Luas Penggunaan Lahan di Kota Tangerang Selatan

Tahun 2008

No Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase

Luas (%)

1 Perumahan dan permukiman 9,941.41 67.54%

2 Industri / Kawasan Industri 167.61 1.14%

3 Perdagangan dan jasa 487.08 3.31%

4 Sawah, ladang, dan kebun 2,794.41 18.99%

5 Semak belukar dan rerumputan 366.48 2.49%

6 Pasir dan galian 15.27 0.10%

7 Situ dan danau / tambak / kolam 137.43 0.93%

8 Tanah kosong 809.31 5.50%

Jumlah 14,719 100.00%

Sumber : Kompilasi Data untuk Penyusunan RTRW Kota Tangerang Selatan (2008)

Gambar 2.4

Peta Penggunaan Lahan Wilayah Kota Tangerang Selatan

Page 34: ARAH PEMBANGUNAN KOTA TANGERANG SELATANlabpm2.ipdn.ac.id/.../2013/05/Draft-Rancangan-isu-strategis-final.pdf · Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

33

Pola pengembangan fisik / tata guna lahan saat ini berupa pola ekstensifikasi dan

intensifikasi. Pola ekstensifikasi banyak dijumpai di daerah pinggiran, sedangkan intensifikasi

banyak dijumpai di daerah yang menjadi pusat kegiatan. Bila dilihat berkembangnya

perumahan baik skala besar ataupun skala kecil mengakibatkan bertambahnya jumlah

penduduk ataupun aktifitas penduduk di Kota Tangerang Selatan ini sendiri. Bila peningkatan

jumlah ataupun aktifitas penduduk tidak dibarengi dengan peningkatan sarana dan prasarana

yang memadai akan menimbulkan berbagai permasalahan yang berkaitan satu dengan yang

lainnya.

Perumahan dan Permukiman

Kawasan perumahan dan permukiman berfungsi sebagai hunian bagi masyarakat Kota

Tangerang Selatan. Berdasarkan penghitungan pada peta diketahui luas penggunaan lahan

untuk perumahan dan permukiman sebesar 9.941,41 Ha dari keseluruhan Kota Tangerang

Selatan. Untuk Kota Tangerang Selatan terdapat tiga pengembang perumahan skala besar

yaitu BSD, Bintaro dan Alam Sutera. Selain itu ketiga kawasan ini didukung dengan adanya

prasarana transportasi seperti kereta api dan jalan tol. Saat ini pengembangan perumahan di

Kota Tangerang Selatan banyak menggunakan pola cluster dengan tipe rumah beragam (tipe

kecil hingga tipe besar). Banyak lahan perkampungan yang sudah berubah fungsi dan

kepemilikannya biasanya mayoritas pemilik lahan perkampungan adalah para pendatang.

Berdasarkan tampilan tabel dan peta penggunaan lahan di atas, dapat dilihat bahwa

sebesar 67,54% lahan di wilayah Kota Tangerang Selatan digunakan sebagai kawasan

perumahan dan permukiman dan sebesar 18,99% merupakan lahan sawah, ladang dan

kebun.

Industri / Kawasan Industri dan Pergudangan

Dilihat dari data penggunaan lahan di wilayah Kota Tangerang Selatan, industri/kawasan

industri bukan sektor yang signifikan mempengaruhi tata letak ruang wilayah. Luas lahan

industri dan kawasan industri yaitu sebesar 167,61 Ha atau 1,14% dari keseluruhan luas

wilayah Kota Tangerang Selatan. Walaupun demikian pengembangan industri yang

kegiatannya tidak mencemari lingkungan (clean industry) menjadi sektor yang potensial

sebagai faktor pendukung pertumbuhan ekonomi kota.

Page 35: ARAH PEMBANGUNAN KOTA TANGERANG SELATANlabpm2.ipdn.ac.id/.../2013/05/Draft-Rancangan-isu-strategis-final.pdf · Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

34

Kegiatan perdagangan dan jasa

Luas lahan untuk kegiatan perdagangan dan jasa ini sebenarnya tersebar hampir di

seluruh wilayah Kota Tangerang Selatan. Namun yang lebih banyak menonjol adalah kegiatan

perdagangan dan jasa yang terjadi saat ini dapat diidentifikasi berada disepanjang koridor

jalan-jalan utama seperti Jalan Raya Serpong, Jalan Raya Ceger, Jalan Raya Bintaro Utama –

Jalan kesehatan, Jalan Raya Pondok Betung - Jalan Raya WR Supratman, Jalan Raya Pamulang

– Ciputat Jalan Raya Pamulang – Pondok Cabe dan Jalan Raya Ir. H. Juanda (Ciputat Raya).

Luas kegiatan perdagangan dan jasa ini adalah sebesar 487,08 Ha.

Sawah ladang dan kebun

Luas penggunaan lahan sawah dan ladang oleh petani pengarap mencapai 2.794,41 Ha

atau sebesar 18,99%. Sebagian besar lahan digunakan untuk pengembangan produksi

palawija, sayuran dan tanaman budidaya karena sebagian besar luas lahan merupakan lahan

kering (117 Ha).

Semak belukar dan rerumputan

Semak belukar yang dimaksud disini adalah tanah kosong yang tidak dikelola/diurus

oleh pemiliknya namun bukan berarti tidak ada pemiliknya adapun luasnya hanya 366,48 Ha.

Pasir dan galian

Mempunyai luas yang sangat kecil karena bukan penggunaan yang dominan dan hanya

ada di Kecamatan Setu yaitu dengan luas 15,27 Ha.

Situ dan danau/tambak/kolam

Dari hasil interpretasi peta udara diketahui banyak danau /situ yang sudah tidak ada

lagi di peta oleh karena itu luas penggunaannya untuk situ/danau/kolam/tambak ini hanya

sebesar 137,43 Ha.

Tanah Kosong

Page 36: ARAH PEMBANGUNAN KOTA TANGERANG SELATANlabpm2.ipdn.ac.id/.../2013/05/Draft-Rancangan-isu-strategis-final.pdf · Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

35

Tanah kosong disini termasuk juga lapangan olahraga seperti lapangan bola dan

halaman rumah adapun luasnya hanya 809,31 Ha.

II.4.3 Prasarana Transportasi

Jalan merupakan salah satu infrastruktur terpenting sebagai salah satu faktor daya tarik

investasi di suatu daerah. Semakin banyak akses jalan ke luar wilayah, maka semakin tinggi

pula tingkat perkembangan daerah tersebut. Jalan di Kota Tangerang Selatan berdasarkan

Kompilasi Data untuk Penyusunan RTRW Kota Tangerang Selatan (2008) memiliki total

panjang 115,81 Km dengan 70,36% dari panjang total tersebut dalam kondisi baik, 18,37%

dalam kondisi sedang dan 11,28% dalam kondisi rusak. Data ini berbeda dengan data Dinas

Pekerjaan Umum Kota Tangerang Selatan yang menyatakan bahwa total panjang jalan kota

adalah 137,773 Km dan diperkirakan 5% rusak ringan, 5% rusak sedang dan 20% rusak berat.

Dari jumlah ruas jalan yang ada, tingkat pelayanan jaringan jalan masih perlu

ditingkatkan. Hal ini disebabkan oleh masih terdapatnya titik-titik kemcaetan di beberapa

daerah. Titik rawan kemacetan utamanya terdapat pada 12 titik yang umumnya terdapat

pada sekitar persimpangan jalan atau pasar. Stasiun kereta rel listrik (KRL) berjumlah 5 buah

dan tersebar di tiga kecamatan yaitu Serpong, Ciputat dan Ciputat Timur. Titik rawan

kemacetan dan titik lokasi stasiun KRL didapatkan dari Kompilasi Data untuk Penyusunan

RTRW Kota Tangerang Selatan (2008) sedangkan nama lokasi, desa dan kecamatan diperoleh

berdasarkan informasi dari Jakarta Jabotabek Street Atlas and Index CD-ROM 2005/2006

karya Gunther W. Holtorf.

Tabel 2.34

Kondisi Jalan Kota Tangerang Selatan

Tahun 2008

No. Nama Jalan / Ruas Jalan Status Jalan Panjang

Jalan (Km)

Kondisi Jalan

Baik Sedang Rusak

1 Jl. Raya Serpong - Pahlawan Seribu

Arteri Sekunder 5.88 5.88

2 Jl. Letnan Sutopo (BSD) - Ciater Kolektor Sekunder 3.96 3.96

3 Jl. Kapten Subianto (BSD) - Rawa Buntu

Arteri Sekunder 3.67 3.67

4 Jl. Ciater Raya - Bukit Indah Kolektor Sekunder 2.54 2.54

5 Jl. Astek - Jombang Kolektor Sekunder 3.55 3.55

6 Jl. Jombang Raya - Aria Putra Kolektor Sekunder 3.63 3.63

Page 37: ARAH PEMBANGUNAN KOTA TANGERANG SELATANlabpm2.ipdn.ac.id/.../2013/05/Draft-Rancangan-isu-strategis-final.pdf · Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

36

7 Jl. Aria Putra - Pasar Ciputat Kolektor Sekunder 3.06 3.06

8 Jl. Otista - Dewi Sartika - Pasar Ciputat

Arteri Sekunder 1.94 1.94

9 Jl. Pamulang Raya - Pajajaran Arteri Sekunder 2.18 2.18

10 Jl. Setiabudi - Cabe Raya Kolektor Sekunder 2.15 2.15

11 Jl. Cabe Raya - Cireundeu Kolektor Sekunder 7.00 7.00

12 Jl. Ir. H. Juanda - Pasar Jum'at Arteri Sekunder 3.52 3.52

13 Jl. Tegal Rotan - Cenderawasih - Ki Hajar Dewantara - Pasar Ciputat

Kolektor Sekunder 5.16 5.16

14 Jl. Rempoa - Gintung Kolektor Sekunder 2.65 2.65

15 Jl. Menteng Raya (Bintaro) - Bintaro Utama

Kolektor Sekunder 3.41 3.41

16 Jl. Pondok Betung Raya - WR. Supratman (IAIN Ciputat)

Kolektor Sekunder 6.02 6.02

17 Jl. Ceger Raya - Pondok Betung Kolektor Sekunder 5.31 5.31

18 Jl. Pondok Kacang - Parigi Kolektor Sekunder 4.15 4.15

19 Jl. Elang (Bintaro) - Menteng Raya (Bintaro)

Kolektor Sekunder 1.99 1.99

20 Jl. Graha Bunga - Parigi Kolektor Sekunder 6.25 6.25

21 Jl. Bhayangkara - Mas Mansyur Kolektor Sekunder 3.95 3.95

22 Jl. Sutera Utama (Alam Sutera) Kolektor Sekunder 4.58 4.58

23 Jl. Raya Puspitek - Pamulang Arteri Sekunder 2.78 2.78

24 Jl. Tol Serpong - Bintaro Arteri Primer 11.07 11.07

25 Jl. German Center - Muncul Arteri Sekunder 7.14 7.14

26 Jl. Rawa Buntu - Viktor Arteri Sekunder 2.15 2.15

27 Jl. Lingkar Selatan Arteri Sekunder 2.71 2.71

28 Parakan - Ciater Raya Kolektor Sekunder 3.41 3.41

Jumlah 115.81 81.48 21.27 13.06

Persentase 70.36% 18.37% 11.28%

Sumber: Kompilasi Data untuk Penyusunan RTRW Kota Tangerang Selatan (2008)

Page 38: ARAH PEMBANGUNAN KOTA TANGERANG SELATANlabpm2.ipdn.ac.id/.../2013/05/Draft-Rancangan-isu-strategis-final.pdf · Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

37

No. Titik Rawan Kemacetan

1 Jalan Serpong Raya sekitar PT Pratama Abadi Industri hingga Gading Serpong

2 Jalan Serpong Raya sekitar Rumah Sakit Ashshobirin

3 Jalan Pahlawan Seribu di sekitar Pasar Serpong (lintasan Kereta Rel Listrik)

4 Perempatan Jalan Pahlawan Seribu menuju Kampus ITI

5 Perempatan Puspiptek Pasar Jengkol

6 Pasar Jombang sekitar Jalan Tol

7 Pertigaan Jalan Pondok Betung Raya sekitar Kantor Kelurahan Pondok Betung

8 Perempatan Bintaro - Jalan Pondok Betung Raya

9 Perempatan Jalan Ir. H. Juanda - Jalan Pahlawan, Rempoa

10 Pertigaan Jalan WR Supratman - Jalan Ir. H. Juanda, Ciputat

11 Pertigaan Pasar Ciputat

12 Perempatan Pondok Cabe Jalan Setiabudi - Jalan RE Martadinata

Sumber:

- Kompilasi Data untuk Penyusunan RTRW Kota Tangerang Selatan (2008)

- Jakarta Jabotabek Street Atlas and Index CD-ROM 2005/2006, Gunther W. Holtorf

Tabel 2.35

Titik Rawan Kemacetan Kota Tangerang Selatan

Tahun 2009

No. Nama Stasiun Kereta Rel Listrik Kelurahan/Desa Kecamatan

1 Stasiun Serpong Serpong Serpong

2 Stasiun Rawabuntu Rawabuntu Serpong

3 Stasiun Sudimara Jombang Ciputat

4 Stasiun Tegal Rotan Sawah Ciputat

5 Stasiun Pondok Ranji Pondok Ranji Ciputat Timur

Sumber:

- Kompilasi Data untuk Penyusunan RTRW Kota Tangerang Selatan (2008)

- Jakarta Jabotabek Street Atlas and Index CD-ROM 2005/2006, Gunther W. Holtorf

Tabel 2.36

Stasiun Kereta Rel Listrik di Kota Tangerang Selatan

Tahun 2009

II.4.4 Prasarana Telekomunikasi dan Energi

Selain prasarana transportasi, prasarana dan sarana terkait energi dan telekomunikasi

juga sangat penting. Di Kota Tangerang Selatan terdapat tiga kantor PLN, yaitu di Serpong,

Ciputat dan Pamulang. Gardu listrik berjumlah 71 unit dengan 195.352 sambungan listrik. Di

Page 39: ARAH PEMBANGUNAN KOTA TANGERANG SELATANlabpm2.ipdn.ac.id/.../2013/05/Draft-Rancangan-isu-strategis-final.pdf · Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

38

setiap kecamatan terdapat lebih dari 15.000 sambungan listrik kecuali di Setu yang hanya

berjumlah 9.686 sambungan.

Kantor Telkom berjumlah 5 buah dan tersebar di 5 kecamatan. Tower GSM/BTS

berjumlah 83 unit sedangkan sambungan telepon berjumlah 108.529 sambungan.

Sambungan telepon paling banyak terdapat di Pamulang dengan 26.447 sambungan

sedangkan paling sedikit terdapat di Setu dengan 5.381 sambungan.

Gardu

Listrik

Kantor

PLN

Sambungan

ListrikSPBU

Tower

GSM/BTS

Kantor Telkom

/ STO

Sambungan

Telepon

1 Serpong 14 1 18,508 12 12 - 10,282

2 Serpong Utara 4 - 15,165 6 10 1 8,425

3 Ciputat 10 1 28,375 7 9 1 15,764

4 Ciputat Timur 11 - 28,944 9 8 - 16,080

5 Pamulang 20 1 47,604 13 24 1 26,447

6 Pondok Aren 8 - 47,070 3 8 1 26,150

7 Setu 4 - 9,686 2 12 1 5,381

71 3 195,352 52 83 5 108,529

Sumber: Kompilasi Data untuk Penyusunan RTRW Kota Tangerang Selatan (2008)

Kota Tangerang Selatan

Tabel 2.37

Sebaran Gardu Listrik, Kantor PLN

Menara Telekomunikasi/BTS dan Kantor Telkom/STO

di Kota Tangerang Selatan

No Kecamatan

Energi Telekomunikasi

II.4.5 Utilitas

Terkait dengan pengelolaan limbah baik limbah padat (sampah) maupun limbah cair,

terdapat 21 tempat pembuangan sementara (TPS) yang sebagian besarnya menurut Dinas

Kebersihan dan Pertamanan adalah TPS liar. Selain itu juga terdapat 5 unit water treatment

plant (WTP) yang seluruhnya dibangun oleh pengembang, tersebar di Serpong, Serpong

Utara dan Pondok Aren.

Ada dua makam pahlawan yang terdapat di Pondok Aren dan Setu, sedangkan tempat

pemakaman umum (TPU) berjumlah 26 unit dengan jumlah terbanyak terdapat di Ciputat

yaitu sebanyak 6 unit. Di Serpong Utara dan Pondok Aren masing-masing hanya terdapat 2

unit TPU.

Page 40: ARAH PEMBANGUNAN KOTA TANGERANG SELATANlabpm2.ipdn.ac.id/.../2013/05/Draft-Rancangan-isu-strategis-final.pdf · Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

39

TPS WTP

1 Serpong 1 3

2 Serpong Utara 3 1

3 Ciputat 3 0

4 Ciputat Timur 1 0

5 Pamulang 3 0

6 Pondok Aren 3 1

7 Setu 7 0

21 5

Sumber: Kompilasi Data untuk Penyusunan RTRW Kota Tangerang Selatan (2008)

Kota Tangerang Selatan

Tabel 2.38

Sebaran Tempat Pembuangan Sementara (TPS) dan Water Treatment Plant (WTP)

di Kota Tangerang Selatan

No NoSebaran

Jumlah Luas

1 Serpong 0 5 5.6

2 Serpong Utara 0 2 2.5

3 Ciputat 0 6 10.6

4 Ciputat Timur 0 3 4.5

5 Pamulang 0 5 5.0

6 Pondok Aren 1 2 4.0

7 Setu 1 3 3.5

Kota Tangerang Selatan 2 26 35.7

Sumber: Kompilasi Data untuk Penyusunan RTRW Kota Tangerang Selatan (2008)

Tabel 2.39Makam Pahlawan dan Tempat Pemakaman Umum (TPU)

di Kota Tangerang SelatanTahun 2008

No Kecamatan Makam PahlawanTPU

II.4.6 Rawan Bencana

Bencana banjir merupakan masalah yang harus dihadapi oleh penduduk yang bahkan di

lokasi tertentu harus dihadapi secara rutin. Lokasi rawan banjir terdapat di sepanjang

beberapa sungai yang mengalir di Kota Tangerang Selatan, di antaranya Kali Angke, Kali

Page 41: ARAH PEMBANGUNAN KOTA TANGERANG SELATANlabpm2.ipdn.ac.id/.../2013/05/Draft-Rancangan-isu-strategis-final.pdf · Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

40

Serua, Kali Pasanggrahan, Kali Ciputat dan Kali Kedaung. Titik-titik lokasi rawan banjir

tersebut dapat dilihat pada Tabel 6.4.1.

Di Kota Tangerang Selatan terdapat 9 situ, yang tersebar di 5 kecamatan. Situ-situ

tersebut adalah Situ Pondok Jagung / Rawa Kutup, Situ Parigi, Situ Bungur, Situ Antak, Situ

Rompang, Situ Gintung, Situ Legoso, Situ Pamulang / Pondok Benda, dan Situ Ciledug /

Kedaung. Namun, ada 4 situ yang sudah tidak tertera pada peta, yaitu Situ Bungur, Situ

Antak, Situ Rompang, dan Situ Legoso.

No Nama Situ Kecamatan Luas Situ (Ha)

1 Situ Pondok Jagung / Rawa Kutup Serpong Utara 8.2

2 Situ Parigi Pondok Aren 5.1

3 Situ Bungur Ciputat -

4 Situ Antak Ciputat -

5 Situ Rompang Ciputat Timur -

6 Situ Gintung Ciputat Timur 29.3

7 Situ Legoso Ciputat -

8 Situ Pamulang / Pondok Benda Pamulang 27.0

9 Situ Ciledug / Kedaung Pamulang 9.7

Kota Tangerang Selatan 79.3

Tabel 2.40

Situ di Kota Tangerang Selatan

Tahun 2008

No Lokasi Sungai Kecamatan

1 Kompleks Sekretariat Negara Kali Angke Pondok Aren

2 Perumahan Maharta Kali Serua Pondok Aren

3 Taman Mangu Kali Pasanggrahan Pondok Aren

4 Graha Permai, Bintaro Kali Ciputat Ciputat

5 Perumahan Bintaro Sektor 9, Bintaro Kali Serua Pondok Aren

6 Kompleks Inhutani Kali Pasanggrahan Ciputat

7 Perumahan Pondok Hijau Kali Ciputat Ciputat

8 Perumahan Graha Hijau Kali Pasanggrahan Ciputat

9 Perumahan Reni Jaya Kali Angke Pamulang

10 Perumahan Bukit Pamulang Indah Kali Kedaung Pamulang

Sumber: Kompilasi Data untuk Penyusunan RTRW Kota Tangerang Selatan (2008)

Tabel 2.41Lokasi Rawan Banjir

di Kota Tangerang Selatan

Page 42: ARAH PEMBANGUNAN KOTA TANGERANG SELATANlabpm2.ipdn.ac.id/.../2013/05/Draft-Rancangan-isu-strategis-final.pdf · Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

41

II.5 Pemerintahan

II.5.1 Kelembagaan dan Ketatalaksanaan Pemerintahan

Selama periode 2002-2008 berbagai tuntutan terhadap pembentukan daerah otonom

baru (pemekaran wilayah) berkembang di lingkungan masyarakat. Wacana serta tuntutan

pembentukan daerah otonom baru hendaknya tidak sekedar mempertimbangkan aspek

politis dan kemauan sebagian kecil elite daerah tapi merupakan aspirasi dan harapan yang

perlu direspon untuk dinilai terhadap ketepatan dan kelayakannya secara normatif maupun

teknis. Pembentukan Kota Tangerang Selatan yang merupakan pemekaran dari wilayah

induknya yaitu Kabupaten Tangerang telah memenuhi kaidah peraturan perundangan

maupun teknis pada tahun 2008 dapat direalisasikan, yang dituangkan dalam Undand-

undang Nomor 51 tahun 2008 tentang Pembentukan Kota Tangerang Selatan.

Pembentukan pondasi penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah

diawali dengan ditunjuknya Penjabat Walikota Tangerang Selatan oleh Gubernur Banten.

Selanjutnya Penjabat Walikota menyusun formasi perangkat daerah, guna membantu dalam

menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan. Ditetapkan perangkat daerah yang

terdiri dari Sekretariat Daerah (3 Asisten Daerah, 9 Bagian), Sekretariat DPRD, Inspektorat, 6

Badan, 11 Dinas dan 1 Satuan, dimana legalitas atas kedudukan serta tugas pokok dan

fungsinya diatur dalam peraturan Walikota Tangerang Selatan Nomor 7 Tahun 2009 tentang

Perubahan Atas Peraturan Walikota Tangerang Selatan Nomor 01 Tahun 2009 tentang

Organisasi Perangkat Daerah Kota Tangerang Selatan.

Dalam implementasinya, beberapa permasalahan yang dihadapi dalam

penyelenggaraan tugas dan fungsi seluruh perangkat daerah antara lain seperti belum

efektifnya penetapan struktur kelembagaan perangkat daerah, masih dirasakannya tumpang

tindih tugas pokok dan fungsi antar perangkat daerah, belum optimalnya penetapan dan

pemilahan tugas pokok dan fungsi perangkat daerah berdasarkan kebutuhan

penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan, serta belum optimalnya hubungan kerja

antar lembaga, termasuk antara pemerintah daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah,

masyarakat, dan organisasi non pemerintah.

Pada awal penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah, belum didukung

dengan produk hukum daerah (perda, dll), jadi sementara masih menggunakan regulasi

wilayah induk. Sehingga permasalahan yang dihadapi berkaitan dengan kewenangan daerah

masih banyak yang belum maksimal. Hal ini mengakibatkan berbagai kendala antara lain

Page 43: ARAH PEMBANGUNAN KOTA TANGERANG SELATANlabpm2.ipdn.ac.id/.../2013/05/Draft-Rancangan-isu-strategis-final.pdf · Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

42

dalam hal pelaksanaan kewenangan, pengelolaan APBD, pengelolaan suatu kawasan atau

pelayanan tertentu, serta pengaturan pembagian hasil sumberdaya alam dan pajak, dan

lainnya.

II.5.2 Prasarana dan Sarana Pemerintah Daerah

Sebagian besar pelaksanaan tugas dan fungsi perangkat daerah juga masih

diselenggarakan pada bangunan-bangunan yang berstatus sewa, dengan kapasitas ruang

yang tidak memadai dengan keberadaan pegawai, sehingga mengurangi efektifitas dan

kenyamanan kerja. Sementara itu, berdasarkan informasi dari berbagai perangkat daerah,

dukungan sarana dalam menunjang pelaksanaan operasional kantor maupun operasional

lapangan belum sepenuhnya terpenuhi.

II.5.3 Penyelenggaraan Koordinasi

Koordinasi dalam bidang pemerintahan hakikatnya merupakan upaya yang

dilaksanakan oleh Kepala Daerah guna mencapai keselarasan dan keterpaduan baik

perencanaan maupun pelaksanaan tugas semua instansi baik antar dinas. lembaga teknis

daerah, pemerintah kecamatan, desa dan kelurahan, maupun dengan instansi vertikal agar

tercapai hasil yang optimal. Hal ini telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun

1988 tentang Koordinasi Kegiatan Instansi Vertikal di Daerah serta Instruksi Menteri Dalam

Negeri Nomor 18 Tahun 1989 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 6

Tahun 1988.

II.5.3.1 Penyelenggaraan Koordinasi Horisontal dengan Unsur Muspida

Kualitas penyelenggaraan forum kemuspidaan yang prinsip dan penting yang dilakukan,

mengikuti pola aturan :

Terhadap permasalahan yang bersifat mendesak dan memerlukan waktu yang segera,

forum diselenggarakan secara insedentil di luar ketentuan vang ada;

Terhadap permasalahan yang telah disepak-ati oleh Forum Muspida ditindaklanjuti oleh

perangkat masing-masing instansi dan bila dipandang perlu dilakukan secara Tim

Terpadu yang dilaksanakan dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kebijakan yang telah

digariskan.

Page 44: ARAH PEMBANGUNAN KOTA TANGERANG SELATANlabpm2.ipdn.ac.id/.../2013/05/Draft-Rancangan-isu-strategis-final.pdf · Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

43

II.5.3.2 Penyelenggaraan Koordinasi Vertikal dengan Instansi/Dinas Daerah

Penyelenggaraan koordinasi vertikal antara instansi/dinas daerah dilaksanakan secara

komprehensif, terpadu dan berkelanjutan meliputi pelaksanaan pelaporan, pengawasan,

dan koordinasi pembinaan.

1) Koordinasi Perencanaan

Walikota akan meminta program/rencana kegiatan dari masing-masing

komponen/instansi vertikal serta membahasnya di daerah;

2) Koordinasi Pelaksanaan

Walikota selaku Kepala Daerah meminta laporan pelaksaan tugas dari masing-masing

instansi vertikal mengenai hambatan dan permasalahan yang dihadapi dalam

melaksanakan kegiatannya. Apabila terdapat hambatan dan permasalahan, maka

Walikota memberikan petunjuk alternatif pemecahannya;

3) Koordinasi Pelaporan

Masing-masing Kepala Dinas/Komponen dan Instansi Vertikal wajib menyampaikan

laporan kegiatan bulanan secara periodik mengenai hal-hal yang berkaitan dengan

perkembangan pelaksanaan tugasnya, laporan tahunan setiap akhir tahun anggaran

serta laporan insidentil terhadap hal-hal yang perlu segera mendapat penyelesaian.

4) Koordinasi Pengawasan

Hasil pelaksanaan pengawasan yang dilakukan oleh aparat pengawasan Departemen dan

Lembaga Pemerintahan Non Departemen di bawah koordinasi Kepala BPKP disampaikan

ke Menteri/Kepala Departemen yang bersangkutan dan ditembuskan kepada Walikota

sebagai informasi kepada Menteri/Kepala Departemen yang bersangkutan.

5) Koordinasi Pembinaan

Walikota memberikan pertimbangan terhadap pengangkatan /pemindahan serta

pelantikan dan pengambilan sumpah Kepala Instansi Vertikal dalam wilayah Kota

Tangerang Selatan. Selain koordinasi secara formal seperti tersebut di atas, juga

dilakukan koordinasi secara informal seperti pada setiap kesempatan pertemuan, olah

raga maupun kegiatan lainnya.

Page 45: ARAH PEMBANGUNAN KOTA TANGERANG SELATANlabpm2.ipdn.ac.id/.../2013/05/Draft-Rancangan-isu-strategis-final.pdf · Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

44

II.5.3.3 Hubungan Pemerintah Kota dengan DPRD

Hubungan antara Pemerintah Kota Tangerang Selatan dan DPRD dilaksanakan melalui

forum-forum pertemuan, sidang, hearing, kunjungan kerja bersama serta pembahasan

terhadap suatu Rancangan Peraturan Daerah dan produk kebijakan daerah. Keharmonisan

hubungan dibangun melalui mekanisme pelaksanaan tugas masing-masing yang

menempatkan pihak eksekutif dan legislatif sebagai mitra kerja yang saling mengisi dan saling

mendukung.

1. Kelembagaan Daerah

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2003 tentang Pedoman Organisasi

Perangkat Daerah Tugas penyusunan dan pengaturan di bidang kelembagaan ini

dilaksanakan oleh Bagian Hukum dan Organisasi pada Sekretariat Daerah.

Susunan kelembagaan daerah tersebut adalah sebagai berikut :

a. Sekretariat Daerah terdiri dari 1 orang Sekretaris Daerah, 3 orang Asisten

Sekretaris Daerah dan 9 Bagian, yaitu:

1. Asisten Tata Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat;

2. Asisten Perekonomian dan Pembangunan;

3. Asisten Administrasi Umum;

4. Bagian Pemerintahan;

5. Bagian Kesejahteraan Sosial;

6. Bagian Pertanahan;

7. Bagian Perekonomian;

8. Bagian Pembangunan;

9. Bagian Pengelolaan Teknologi Informasi;

10. Bagian Hukum dan Organisasi;

11. Bagian Umum dan Perlengkapan;

12. Bagian Humas dan Protokol.

b. Sekretariat DPRD terdiri dari 1 orang Sekretaris DPRD dan 3 orang Kepala Bagian,

sebagai berikut :

1. Sekretaris DPRD

Page 46: ARAH PEMBANGUNAN KOTA TANGERANG SELATANlabpm2.ipdn.ac.id/.../2013/05/Draft-Rancangan-isu-strategis-final.pdf · Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

45

2. Bagian Perlengkapan

3. Bagian Humas dan Hukum

4. Bagian Persidangan dan Risalah

5. Bagian Tata Usaha

c. Lembaga Teknis Daerah terdiri dari 1 Inspektorat, 1 Satuan dan 6 Badan, sebagai

berikut:

1. Inspektorat;

2. Satuan Polisi pamong Praja;

3. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah;

4. Badan Kepegawaian Daerah;

5. Badan Pelayanan Perizinan Terpadu;

6. Badan Lingkungan Hidup Daerah;

7. Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat;

8. Badan Pemberdayaan Masyarakat, Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga

Berencana.

d. Dinas Daerah terdiri dari 11 Dinas, sebagai berikut :

1. Dinas Pendidikan;

2. Dinas Kesehatan;

3. Dinas Pekerjaan Umum;

4. Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika;

5. Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman;

6. Dinas Kependudukan, Catatan Sipil, Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi;

7. Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah;

8. Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata;

9. Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah;

10. Dinas Pertanian dan Perikanan;

11. Dinas Perindustrian dan Perdagangan.

2. Penyelenggaraan Pemerintahan Kecamatan

Implementasi kebijakan otonomi daerah telah mendorong dan memacu terjadinya

perubahan baik secara struktural, fungsional maupun kultural dalam tatanan

Page 47: ARAH PEMBANGUNAN KOTA TANGERANG SELATANlabpm2.ipdn.ac.id/.../2013/05/Draft-Rancangan-isu-strategis-final.pdf · Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

46

penyelenggaraan pemerintahan daerah. Salah satu perubahan yang mendasar

adalah menyangkut kedudukan, tugas pokok dan fungsi kecamatan yang sebelumnya

merupakan perangkat wilayah dalam kerangka asas dekonsentrasi. Berdasarkan

Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 berubah statusnya menjadi perangkat

daerah dalam kerangka asas desentralisasi. Sebagai perangkat daerah yang diangkat

oleh kepala daerah kabupaten/kota, maka Camat dalam menjalankan tugasnya

mendapat pelimpahan kewenangan dari dan bertanggung jawab kepada kepala

daerah. Hal ini mengandung pengertian bahwa tanpa pelimpahan sebagian

kewenangan dari kepala daerah maka tugas seorang camat menjadi tidak jelas

sehingga dapat berpengaruh pada pelaksanaan tugas dan fungsinya di lapangan.

Sehubungan dengan hal tersebut dan dalam rangka upaya pemberdayaan

kecamatan guna percepatan otonomi daerah, maka dengan merujuk pada Undang-

undang Nomor 22 Tahun 1999, Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2003 dan

Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 158 Tahun 2004 tentang Pedoman

Organisasi Kecamatan. Pemerintah Kota Tangerang Selatan mencoba

memformulasikan suatu kebijakan tentang pengaturan organisasi kecamatan di

daerah ini. Langkah ini diawali dengan upaya melimpahkan sebagian kewenangan

yang dimiliki oleh pemerintah daerah kepada Camat dalam rangka efisiensi dan

efektifitas penyelenggaraan pemerintahan.

Tabel 2.42 Luas Wilayah Menurut Kecamatan

Kota Tangerang Selatan

No Kecamatan Luas Wilayah (Ha) Persentase Terhadap

Luas Kota (%)

1 Serpong 2,404 16.33%

2 Serpong Utara 1,784 12.12%

3 Ciputat 1,838 12.49%

4 Ciputat Timur 1,543 10.48%

5 Pamulang 2,682 18.22%

6 Pondok Aren 2,988 20.30%

7 Setu 1,480 10.06%

Kota Tangerang Selatan 14,719 100.00%

Page 48: ARAH PEMBANGUNAN KOTA TANGERANG SELATANlabpm2.ipdn.ac.id/.../2013/05/Draft-Rancangan-isu-strategis-final.pdf · Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

47

Tabel 2.43 Jumlah Kelurahan dan Desa per Kecamatan

Kota Tangerang Selatan Tahun 2009

No Kecamatan Jumlah

Kelurahan Jumlah

Desa Jumlah

Rukun Warga (RW)

Jumlah Rukun Tetangga

(RT)

1 Serpong 9 - 69 337

2 Serpong Utara 7 - 65 272

3 Ciputat 7 - 92 460

4 Ciputat Timur 6 - 75 416

5 Pamulang 8 - 129 690

6 Pondok Aren 11 - 113 677

7 Setu 1 5 29 144

Jumlah 49 5 572 2,996

Tabel 2.44

Luas Wilayah Kelurahan/Desa Kota Tangerang Selatan

No Kecamatan Kelurahan/Desa Luas Wilayah (Ha)

1 Serpong 1 Buaran 334

2 Ciater 376

3 Rawa Mekar Jaya 235

4 Rawa Buntu 328 5 Serpong 139

6 Cilenggang 143

7 Lengkong Gudang 361

8 Lengkong Gudang Timur 262

9 Lengkong Wetan 226

2 Serpong Utara 1 Lengkong Karya 210

2 Jelupang 126

3 Pondok Jagung 209

4 Pondok Jagung Timur 225

5 Pakulonan 279

6 Paku Alam 281

7 Paku Jaya 454

3 Ciputat 1 Sarua 368

2 Jombang 345

3 Sawah Baru 274

4 Sarua Indah 193

5 Sawah 249

6 Ciputat 172 7 Cipayung 237

4 Ciputat Timur 1 Pisangan 391

2 Cireundeu 308

3 Cempaka Putih 227

4 Pondok Ranji 246

Page 49: ARAH PEMBANGUNAN KOTA TANGERANG SELATANlabpm2.ipdn.ac.id/.../2013/05/Draft-Rancangan-isu-strategis-final.pdf · Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

48

5 Rengas 165

6 Rempoa 206

5 Pamulang 1 Pondok Benda 386

2 Pamulang Barat 416

3 Pamulang Timur 259

4 Pondok Cabe Udik 483

5 Pondok Cabe Ilir 396

6 Kedaung 256

7 Bambu Apus 220

8 Benda Baru 266 6 Pondok Aren 1 Perigi Baru 310

2 Pondok Kacang Barat 252

3 Pondok Kacang Timur 252

4 Perigi Lama 389

5 Pondok Pucung 362

6 Pondok Jaya 233

7 Pondok Aren 217

8 Jurang Mangu Barat 253

9 Jurang Mangu Timur 258

10 Pondok Karya 271

11 Pondok Betung 191

7 Setu 1 Kranggan 205

2 Muncul 361

3 Setu 364

4 Babakan 170

5 Bakti Jaya 174

6 Kademangan 206

II.5.3.4 Hukum, Politik serta Ketenteraman dan Ketertiban Umum

Disamping itu munculnya berbagai bentuk asosiasi masyarakat sipil baik dalam bentuk

organisasi kemasyarakatan, lembaga swadaya masyarakat maupun forum-forum lainnya,

merupakan bentuk pencapaian dalam mewujudkan proses demokratisasi.

Munculnya berbagai aspirasi dan respon masyarakat terhadap kebijakan

pembangunan yang dikeluarkan oleh Pemerintah, baik yang bersifat mendukung ataupun

memberikan kritik membangun, disampaikan langsung ataupun melalui lembaga perwakilan

(legislatif), merupakan cerminan terjadinya peningkatan kesadaran masyarakat akan politik

dan nilai-nilai demokrasi.

Kondisi keamanan ketentraman dan ketertiban dalam kehidupan kemasyarakatan di

wilayah Kota Tangerang Selatan dalam kurun waktu 2003-2008 secara umum masih dalam

kondisi yang stabil dan terkendali. Upaya pembinaan dan penanganan ketentraman dan

Page 50: ARAH PEMBANGUNAN KOTA TANGERANG SELATANlabpm2.ipdn.ac.id/.../2013/05/Draft-Rancangan-isu-strategis-final.pdf · Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

49

ketertiban wilayah dilaksanakan secara terpadu, terintegrasi dan proporsional sesuai tugas

dan fungsi masing-masing instansi.

Ruang lingkup kerjasama dalam rangka Pembinaan Ketentraman dan Ketertiban

umum serta Pemeliharaan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat ini meliputi :

a. Penyelenggaraan/pemeliharaan ketentraman dan ketertiban umum serta keamanan

dan ketertiban masyarakat di Kota Tangerang Selatan;

b. Penegakan Peraturan Daerah (Perda) dan penegakan hukum sesuai peraturan

perundang-undangan yang berlaku;

c. Pemberian perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat di Kota

Tangerang Selatan;

d. Pengembangan sumber daya manusia dan sarana prasarana untuk mendukung

penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum serta keamanan dan ketertiban

masyarakat di Kota Tangerang Selatan.

e. Penilaian eskalasi gangguan ketentraman dan ketertiban umum serta keamanan dan

ketertiban masyarakat di Kota Tangerang Selatan untuk menentukan langkah--

langkah yang dipandang perlu, baik yang bersifat pencegahan maupun

penanggulangan.

Selain itu pembinaan keamanan dan ketertiban diarahkan untuk menciptakan

kondisi tenteram, serasi dan teratur serta mantapnya stabilitas keamanan di Kota Tangerang

Selatan. Upaya yang dilakukan untuk mendukung keberhasilan kegiatan tersebut adalah

melalui kegiatan koordinasi antara instansi terkait secara terpadu.

Di bidang keamanan yang berkaitan dengan tindak pidana umum dilaksanakan

melalui upaya represif dan preventif oleh pihak Kepolisian untuk membantu menciptakan

rasa tenteram dan tertib di masyarakat, antara lain dengan meningkatkan partisipasi

masyarakat di bidang pengamanan swakarsa dengan menggiatkan siskamling.

Berbagai kerentanan dan kerawanan sosial merupakan sumber-sumber

permasalahan masyarakat yang masih dihadapi yang dapat berdampak pada terjadinya

gangguan ketenteraman dan ketertiban umum. Banyaknya keluarga penyandang masalah

Page 51: ARAH PEMBANGUNAN KOTA TANGERANG SELATANlabpm2.ipdn.ac.id/.../2013/05/Draft-Rancangan-isu-strategis-final.pdf · Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

50

kesejahteraan sosial (PMKS) hingga tahun 2007 sebesar 48.889 jiwa, yang didominasi oleh

keluarga fakir miskin berjumlah 37.538 jiwa (76,78%) dan anak terlantar sebanyak 1.141 jiwa

(2,33%). Keberadaan PMKS tersebut merupakan potensi terhadap bertumbuhkembangnya

ketunaan sosial dan penyimpangan perilaku masyarakat.

Kasus gelandangan dan pengemis serta pekerja seks komersial (PSK) semalin

merebak terutama pada pusat-pusat kota, pasar, terminal serta daerah hiburan merupakan

salah satu potensi permasalahan yang dapat menganggu ketentraman dan ketertiban umum

di wilayah Kota Tangerang Selatan. Berbagai upaya pencegahan terhadap berkembangnya

gelandangan, pengemis dan PSK ini tengah dipersiapkan dan akan dilaksanakan oleh

Pemerintah Kota tanerang Selatan.

Demikian halnya dengan penyalahgunaan NARKOBA/NAPZA (Narkotika, Psikotropika

dan Zat Adiktif) yang semakin berkembang dikalangan remaja, bahkan telah memasuki

kawasan-kawasan pendidikan (sekolah).

Kejadian luar biasa (KLB) merupakan suatu kondisi tak terduga yang dapat

mengganggu ketenteraman dan ketertiban umum. Berbagai kasus bencana banjir dan

kekeringan sampai dengan tahun 2008 diketahui masih terjadi. Sedangkan kasus wabah

penyakit yang terjadi di wilayah Kota Tangerang Selatan akhir-akhir ini meliputi : Muntaber,

DBD, Polio dan Flu Burung. Kasus flu burung merupakan wabah penyakit yang melanda

wilayah nasional yang penanganannya belum tuntas hingga saat ini. Di tahun 2009 terjadi

bencana alam dengan jebolnya tanggul Situ Gintung yang merupakan bencana nasional,

dimana kejadian ini dikenal dengan tragedi Situ Gintung.

II.5.3.5 Kerjasama Pembangunan

Kerjasama Wilayah Perbatasan

Sesuai dengan amanat dalam Pasal 195 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah, bahwa dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat,

daerah dapat mengadakan kerjasama dengan daerah lain yang didasarkan pada efisiensi dan

efektifitas pelayanan publik.

Belum terintegrasinya rencana-rencana pembangunan, keterbatasan dan lemahnya kapasitas

pengelolaan sumber daya di kawasan perbatasan, seperti diantaranya dalam penataan ruang

Page 52: ARAH PEMBANGUNAN KOTA TANGERANG SELATANlabpm2.ipdn.ac.id/.../2013/05/Draft-Rancangan-isu-strategis-final.pdf · Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

51

dan pembangunan prasarana wilayah serta perencanaan pembangunan lainnya, telah

disadari sebagai suatu permasalahan yang dapat menyebabkan terjadinya ketidakserasian

dan ketimpangan pembangunan di wilayah perbatasan.

Oleh karenanya kerjasama pembangunan antar daerah yang didasarkan pada pertimbangan

efisiensi dan efektifitas dalam pelayanan publik yang saling menguntungkan, merupakan hal

yang perlu mendapatkan perhatian bersama.

Sejalan dengan kepentingan tersebut, Pemerintah Provinsi Banten telah melaksanakan

kesepakatan dengan Pemerintah Provinsi lain yang berbatasan dalam rangka kerjasama

pembangunan di wilayah perbatasan seperti dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat

sebagaimana hal ini telah ditandatanganinya Surat Keputusan Bersama Gubernur Jawa Barat

dan Gubernur Banten Nomor 69 Tahun 2002 dan Nomor 35 Tahun 2002 tanggal 4 Desember

2002, tentang Kerjasama Pembangunan Wilayah Perbatasan. Sebagai implementasi tindak

lanjut kerjasama pembangunan perbatasan yang telah disepakati bersama, diselenggarakan

forum koordinasi kerjasama pembangunan antar kedua daerah yang dilaksanakan melalui

”Musyawarah Perencanaan Pembangunan Perbatasan (MUSRENBANGTAS) Banten-Jawa

Barat” yang diselenggarakan secara periodik setiap dua tahun sekali.

Pemerintah Kota Tangerang Selatan akan menjadikan surat Keputusan Bersama tersebut

sebagai dasar dalam pelaksanaan kerjasama antar daerah dan kemungkinan untuk

menuangkannya ke dalam regulasi daerah.

Kerjasama Antar Daerah

Kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah telah memberikan kewenangan yang

lebih besar kepada Pemerintah Daerah untuk melaksanakan dan mengelolah pembangunan

di daerah berdasarkan kondisi dan kebutuhannya masing-masing. Namun demikian dalam

pelaksanaan dan pengelolaan pembangunan di daerah seringkali dihadapkan kepada

permasalahan yang tidak dapat diatasi sendiri, tetapi memerlukan kerjasama antar daerah

yang memiliki kepentingan bersama.

Sejalan dengan semangat yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun

2004 dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004, perlu disikapi secara komprehensif dan

langkah strategis untuk melakukan kerjasama antar daerah yang sinergis dengan

Page 53: ARAH PEMBANGUNAN KOTA TANGERANG SELATANlabpm2.ipdn.ac.id/.../2013/05/Draft-Rancangan-isu-strategis-final.pdf · Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

52

perencanaan pembangunan guna mewujudkan keselarasan, keserasian dan keterpaduan

perencanaan pembangunan antar wilayah dan antar sektor.

Sementara itu, di lain pihak bahwa tekanan pertumbuhan penduduk dan

perekonomian yang terkonsentrasi di Ibukota negara Jakarta dan wilayah sekitarnya dalam

wilayah Jabotabek maupun secara umum pada wilayah Pulau Jawa dan Bali telah

menyebabkan tingginya tuntutan dalam peningkatan pelayanan dan pembangunan yang

dirasakan semakin kompleks. Sehingga dapat dipahami apabila di wilayah Jabotabek serta

wilayah Jawa-Bali perlu mendapatkan perhatian secara lebih intensif untuk melakukan

koordinasi dalam rangka penanganan bersama terhadap permasalahan pembangunan dan

persoalan lainnya yang bersifat lintas wilayah dan lintas sektor.

Dalam rangka mengkoordinasikan kegiatan pembangunan sesuai Instruksi Presiden

Nomor 13 Tahun 1976 tentang Pengembangan Wilayah Jabotabek telah dilakukan kerjasama

wilayah Jabotabek yang telah ditetapkan dengan Peraturan Bersama Pemerintah Provinsi

Daerah tingkat I Jawa Barat dan DKI Jakarta Nomor 1/DP/040/PD/1976 dan Nomor 3 Tahun

1976 tentang Kerjasama Dalam Rangka Pembangunan Jabotabek yang selanjutnya dibentuk

Badan Kerjasama Pembangunan (BKSP) Jabodetabek berdasarkan Keputusan Bersama

Pemerintah Provinsi Daerah tingkat I Jawa Barat dan DKI Jakarta Nomor D.IV-8201/d/II/1976

dan Nomor 197/Pem.121/sk/1976.

Kerjasama tersebut telah ditindaklanjuti dan ditingkatkan dengan terbentuknya Kota

Depok, Provinsi Banten dan keikutsertaan Kabupaten Cianjur yang diwujudkan dalam

Kesepakatan Bersama Gubernur DKI Jakarta, Gubernur Jawa Barat, Gubernur Banten Bupati

Bogor, Walikota Bogor, Walikota Depok, Bupati Tangerang, Walikota Tangerang, Bupati

Bekasi, Walikota Bekasi dan Bupati Cianjur tanggal 16 Juni 2005.

Memperhatikan kompleksitas permasalahan pembangunan regional yang terjadi saat

ini di wilayah Jawa-Bali dan sejalan dengan makna yang termaktub dalam Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004 dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2005, maka merupakan langkah

yang sangat strategis diselengarakannya forum “Musyawarah Perencanaan Pembangunan

Regional (MUSRENBANGREG) Se Jawa-Bali”, yang hal ini merupakan kesepakatan bersama

yang telah direkomendasikan agar keberadaannya semakin dapat diperkokoh dan

dikembangkan eksistensinya dalam rangka mendukung perencanaan pembangunan nasional.

Page 54: ARAH PEMBANGUNAN KOTA TANGERANG SELATANlabpm2.ipdn.ac.id/.../2013/05/Draft-Rancangan-isu-strategis-final.pdf · Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

53

Dilatarbelakangi berbagi pengalaman memecahkan permasalahan antar daerah

secara legal formal, membangun silaturahmi dan membangun satu persepsi dan

pemahaman, pada tahun 1988, Provinsi DKI Jakarta dan Provinsi Jawa Barat mempelopori

terbentuknya forum kerjasama antar daerah Dwi Praja sebagai cikal bakal forum Mitra Praja

Utama (MPU) yang sekarang anggotanya terdiri dari 10 Provinsi yaitu Provinsi DKI Jakarta,

Provinsi Jawa Barat, Provinsi Jawa Tengah, Provinsi DI. Yogyakarta, Provinsi Jawa Timur,

Provinsi Bali, Provinsi Lampung, Provinsi Nusa Tenggara Barat, Provinsi Banten dan Provinsi

Nusa Tenggara Timur.

Prinsip kerjasama dalam forum MPU dibangun dalam semangat kebersamaan,

kemitraan, saling menguntungkan, berbagi tanggungjawab dan berkelanjutan dalam upaya

berpadu daya mengatasi permasalahan kesejahteraan antar daerah secara bersama-sama.

Dalam setiap tahunnya diadakan Rapat Kerja Gubernur yang menyepakati usulan

program/kegiatan kerjasama untuk dilaksanakan pada tahun berikutnya, terdiri dari bidang

Pemerintahan, bidang Ekonomi, bidang Kesos dan Tenaga Kerja, serta bidang Lingkungan dan

Pariwisata

Pembentukan forum Koordinasi Kerjasama pembangunan wilayah perbatasan ini

sangat penting untuk memperkuat koordinasi antar Pemerintah Daerah dalam mengatasi

persoalan ketidakintegrasian dalam berbagai kepentingan pembangunan dan pemerintahan

antar daerah, agar rencana-rencana pembangunan yang akan dilaksanakan antar daerah

khususnya di wilayah perbatasan dapat terselenggara dengan sinergi dan terintegrasi dalam

rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat di wilayah perbatasan.

Page 55: ARAH PEMBANGUNAN KOTA TANGERANG SELATANlabpm2.ipdn.ac.id/.../2013/05/Draft-Rancangan-isu-strategis-final.pdf · Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

54

BAB III

GAMBARAN UMUM KEUANGAN DAERAH

3.1 Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Daerah Pada Tahun 2007

Kota Tangerang Selatan baru terbentuk pada akhir tahun 2008, karena itu belum ada

pengukuran indikator ekonomi makro kota tersebut secara khusus. Namun demikian,

gambaran perekonomian Kota Tangerang Selatan, dapat diwakili oleh gambaran agregat 7

kecamatan (Serpong, Serpong Utara, Setu, Pamulang, Ciputat, Ciputat Timur, dan Pondok

Aren) yang tadinya masih menjadi bagian dari Kabupaten Tangerang. Data yang disajikan

berikut ini diperoleh dari hasil pengolahan data PDRB Kabupaten Tangerang Tahun 2007

(BPS, 2008).

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku Kota Tangerang

Selatan pada tahun 2007 adalah sebesar Rp.5.256.882,05 Juta Rupiah, sedangkan PDRB atas

dasar harga konstan adalah sebesar Rp.2.768.787,17 Juta Rupiah (Gambar 2.1). Angka

tersebut jauh di bawah angka PDRB Kabupaten Tangerang dengan 29 kecamatan yang

melebihi angka Rp.25 Trilyun untuk PDRB adh Berlaku dan melebihi angka Rp.16 Trilyun

untuk PDRB adh Konstan tahun 2000.

Gambar 3.1 Perbandingan PDRB Kota Tangerang Selatan (7 kecamatan) dengan Kabupaten

Tangerang awal dengan 36 kecamatan dan Kabupaten Tangerang dengan 29

kecamatan pada Tahun 2007 (Hasil pengolahan data PDRB Tahun 2007, BPS

2008).

0 5.000.000

10.000.000 15.000.000

20.000.000 25.000.000 30.000.000 35.000.000

6,20% 6,30% 6,40% 6,50% 6,60% 6,70% 6,80% 6,90% 7,00% 7,10%

PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (Jutaan rupiah)

30.898.750,66 5.256.882,05 25.641.869

PDRB Atas Dasar Harga Konstan Tahun Dasar 2000 (Jutaan rupiah)

18.789.457,30 2.768.787,17 16.020.670

Laju Pertumbuhan Ekonomi / LPE (%)

6,90% 6,51% 6,97%

Kab. Tangerang 36 Kecamatan

Kota Tangsel 7 Kecamatan

Kab. Tangerang 29 Kecamatan

Page 56: ARAH PEMBANGUNAN KOTA TANGERANG SELATANlabpm2.ipdn.ac.id/.../2013/05/Draft-Rancangan-isu-strategis-final.pdf · Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

55

Dengan jumlah penduduk pertengahan tahun 2007 mencapai 1.042.682 orang, PDRB

per kapita adalah sebesar Rp.5.041.692,53. Angka tersebut di bawah PDRB per kapita

Kabupaten Tangerang dengan 29 kecamatan, yang dengan jumlah penduduk pertengahan

tahun sebesar 2.430.589 orang, mencapai Rp. 10.549.652,21.

0

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

2004 2005 2006 2007

PDRB (Milyar

Rupiah)

PDRB Konstan 2000

Gambar 3.2 Perkembangan PDRB Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Kota Tangerang

Selatan 2004 - 2007 (Hasil pengolahan data PDRB Tahun 2007, BPS 2008).

Perkembangan PDRB Kota Tangerang Selatan menunjukkan kecenderungan

meningkat dari tahun ke tahun (Gambar 2.2). Pada tahun 2007, Laju Pertumbuhan Ekonomi

(LPE) mencapai angka 6,51%, masih lebih rendah dibandingkan LPE Kabupaten Tangerang

yang mencapai 6,97%.

Berdasarkan data PDRB tahun 2007, struktur ekonomi Kota Tangerang Selatan

didominasi oleh sektor lapangan usaha pengangkutan dan komunikasi (30,29%) dan

perdagangan hotel dan restoran (26,81%). Sektor lain yang juga memberikan kontribusi

cukup besar adalah jasa-jasa (17,39%) dan bank, persewaan dan jasa perusahaan (15,40%).

Lima sektor lain masing-masing memberikan kontribusi di bawah 10%. (Gambar 2.3)

Struktur ekonomi tersebut menunjukkan bahwa perekonomian Tangerang selatan

didominasi oleh sektor tersier, yaitu pengangkutan dan komunikasi; perdagangan hotel dan

restoran; jasa-jasa; dan bank, persewaan dan jasa perusahaan, yang memberikan kontribusi

hampir 90%. Sektor tersier (industri pengolahan; listrik, gas dan air bersih; dan konstruksi)

memberikan kontribusi 8,76%, dan sektor primer (pertanian; pertambangan dan penggalian)

hanya memberikan kontribusi kurang dari 2%. Struktur ekonomi tersebut berbeda dengan

Page 57: ARAH PEMBANGUNAN KOTA TANGERANG SELATANlabpm2.ipdn.ac.id/.../2013/05/Draft-Rancangan-isu-strategis-final.pdf · Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

56

struktur ekonomi Kabupaten Tangerang yang didominasi oleh sektor sekunder yang berasal

dari sektor industri pengolahan yang memberikan kontribusi sangat besar.

Gambar 3.2 Struktur Ekonomi Berdasarkan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2007

(Hasil pengolahan data PDRB Tahun 2007, BPS 2008).

3.2 Perkiraan Ekonomi Makro Pada Tahun 2010

Berdasarkan kecenderungan sejak tahun 2004 hingga tahun 2007, Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku Kota Tangerang Selatan pada

tahun 2010 diperkirakan sebesar Rp 7.095.983,99 Juta Rupiah, sedangkan PDRB atas

dasar harga konstan diperkirakan sebesar Rp.3.422.271,07 Juta Rupiah. Target PDRB per

kapita diharapkan mencapai Rp.6.028.590. Pada tahun 2010, Laju Pertumbuhan

Ekonomi (LPE) diharapkan mencapai angka 6,8 %.

Perkiraan tersebut didasarkan pada kecenderungan peningkatan PDRB pada 7

(tujuh) kecamatan Kabupaten Tangerang yang saat ini menjadi Kota Tangerang Selatan

sejak tahun 2004 hingga 2007 (Tabel 2.1).

Tingkat pengangguran Kota Tangerang Selatan masih dalam proses

penghitungan, namun diperkirakan lebih tinggi dibandingkan tingkat pengangguran

Kabupaten Tangerang yang pada tahun 2007 adalah sebesar 9,56% (BPS, 2008) karena

ingkat urbanisasi yang diasumsikan lebih tinggi.

Jasa-jasa

17.39%

Bank, persewaan

& jasa perusahaan

15.40%Pengangkutan &

Komunikasi

30.29%

Perdagangan,

Hotel dan Restoran

26.81%

Bagunan /

Konstruksi

1.63%

Listrik, Gas dan Air

Bersih

6.05%

Industri

Pengolahan

1.07%

Pertambangan

dan Penggalian

0.03%

Pertanian

1.32%

Page 58: ARAH PEMBANGUNAN KOTA TANGERANG SELATANlabpm2.ipdn.ac.id/.../2013/05/Draft-Rancangan-isu-strategis-final.pdf · Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

57

Tabel. 3.1 Perkembangan Realisasi PSRB 2004-2007 dan

Perkiraan PDRB Tahun 2008-2010

No. Indikator

Makro Ekonomi

Tahun

Realisasi Perkiraan

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

1 PDRB ADH Berlaku (Juta rupiah)

2.491.310.37

3.334.642.37

4.752.381.60

5.256.882.05

5.869.916.03

6.482.950.01

7.095.983.99

2 PDRB ADH Konstan 2000 (Juta rupiah)

1.730.192.27

2.028.385.15

2.599.601.42

2.768.787.17

2.986.615.14

3.204.443.11

3.422.271.07

3 Jumlah Penduduk

965.493.00

969.951.00

1.013.588.00

1.042.682.00

1.087.473.14

1.132.264.28

1.177.055.42

4 PDRB per Kapita

2.580.351

3.437.949

4.688.672

5.041.693

5.397.757

5.725.651

6.028.590

3.3 Pendapatan, Penerimaan dan Pembiayaan Daerah Tahun 2009

Tahun Anggaran 2009, pendapatan daerah hanya berasal dari lain-lain pendapatan

daerah yang sah, yaitu dari pendapatan hibah, bagi hasil pajak dari provinsi dan pemerintah

daerah lainnya, dan bantuan keuangan dari provinsi atau pemerintah daerah lainnya. Hal

tersebut disebabkan pendapatan asli daerah, baik pajak maupun retribusi, masih masuk ke

dalam pendapatan daerah Pemerintah Kabupaten Tangerang. Kota Tangerang Selatan juga

belum mendapatkan dana perimbangan baik berupa bagi hasil pajak / bagi hasil bukan pajak,

dana alokasi umum maupun dana alokasi khusus, karena peraturan mengenai dana

perimbangan ditetapkan sebelum ditetapkannya Undang-undang Nomor 51 Tahun 2008

Tentang Pembentukan Kota Tangerang Selatan di Propinsi Banten. Dalam perkembangannya,

pendapatan asli daerah sudah dapat diterima langsung oleh Pemerintah Kota Tangerang

Selatan, tidak lagi seperti asumsi awal yang harus masuk ke dalam kas Pemerintah

Kabupaten Tangerang.

Dari segi pembiayaan, tidak ada kebijakan untuk mendapatkan penerimaan dari

penerimaan pembiayaan. Belum ada sisa lebih perhitungan anggaran daerah tahun 2008,

pencairan dana cadangan, serta penerimaan piutang daerah karena Perubahan APBD Tahun

Anggaran 2009 merupakan perubahan dari rencana penganggaran pertama yang disusun

Pemerintah Kota Tangerang Selatan yaitu APBD Tahun Anggaran 2009. Pada tahun 2009 ini

juga belum ada rencana penerimaan pembiayaan dari penerimaan pinjaman daerah dan

obligasi daerah.

Page 59: ARAH PEMBANGUNAN KOTA TANGERANG SELATANlabpm2.ipdn.ac.id/.../2013/05/Draft-Rancangan-isu-strategis-final.pdf · Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

58

Sebagaimana tertera dalam Tabel 2.1, besar target pendapatan daerah semula pada

tahun 2009 adalah sebesar Rp.162.832.859.180,00, yang seluruhnya berasal dari lain-lain

pendapatan daerah yang sah, yaitu dari pendapatan hibah sebesar Rp.15.000.000.000,00,

bagi hasil pajak dari provinsi dan pemerintah daerah lainnya sebesar

Rp.127.832.859.180,00, dan bantuan keuangan dari provinsi atau pemerintah daerah

lainnya sebesar Rp.20.000.000.000,00. Pendapatan hibah seluruhnya berasal dari

Pemerintah Kabupaten Tangerang, sedangkan bantuan keuangan dari provinsi atau

pemerintah daerah lainnya adalah bantuan dana dari Pemerintah Propinsi Banten sebesar

Rp.5.000.000.000,00. Besar hibah dan bantuan keuangan tersebut sesuai dengan yang

ditetapkan dalam UU No. 51 Tahun 2008. Selain itu, Pemerintah Propinsi Banten juga

memberikan bantuan khusus pendidikan (specific grant) sebesar Rp. Rp.15.000.000.000,00.

Karena adanya penerimaan dari pendapatan asli daerah, pendapatan diperkirakan

meningkat menjadi sebesar Rp.191.699.005.762,00. Target pendapatan dari pendapatan asli

daerah adalah sebesar Rp.25.367.150.025,00, yang berasal dari pajak daerah sebesar

Rp.15.397.425.025,00, retribusi daerah Rp.9.219.725.000,00, dan lain-lain pendapatan asli

daerah yang sah Rp.750.000.000,00. Target lain-lain pendapatan daerah yang sah berubah

dari semula sebesar Rp.162.832.859.180,00 bertambah sebesar Rp.3.498.996.557,25

menjadi sebesar Rp.166.331.855.737,00 dari bagi hasil pajak dari provinsi dan pemerintah

daerah lainnya. Tidak ada target pendapatan dari dana perimbangan.

Tabel 3.2 juga menunjukkan bahwa tidak ada perubahan target penerimaan dari

penerimaan pembiayaan daerah.

Page 60: ARAH PEMBANGUNAN KOTA TANGERANG SELATANlabpm2.ipdn.ac.id/.../2013/05/Draft-Rancangan-isu-strategis-final.pdf · Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

59

Tabel 3.2 Target pendapatan dan penerimaan pembiayaan daerah Tahun Anggaran 2009

Target APBD T.A.

2009

Target Perubahan

APBD T.A. 2009

Penambahan /

(Pengurangan)

Persentase

Perubahan

Pendapatan Asli Daerah - 25,367,150,025.00 25,367,150,025.00 100.00%

Hasil Pajak Daerah - 15,397,425,025.00 15,397,425,025.00 100.00%

Hasil Retribusi Daerah - 9,219,725,000.00 9,219,725,000.00 100.00%

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah

yang Dipisahkan

- - - -

Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang

Sah

- 750,000,000.00 750,000,000.00 100.00%

Dana Perimbangan - - - -

Bagi Hasil Pajak / Bagi Hasil Bukan

Pajak

- - - -

Dana Alokasi Umum - - - -

Dana Alokasi Khusus - - - 0.00%

Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 162,832,859,180.00 166,331,855,737.00 3,498,996,557.00 2.15%

Pendapatan Hibah 15,000,000,000.00 15,000,000,000.00 - 0.00%

Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan

Pemerintah Daerah Lainnya

127,832,859,180.00 131,331,855,737.00 3,498,996,557.00 2.74%

Dana Penyesuaian dan Otonomi

Khusus

- - - 0.00%

Bantuan Keuangan dari Provinsi atau

Pemerintah Daerah Lainnya

20,000,000,000.00 20,000,000,000.00 - 0.00%

162,832,859,180.00 191,699,005,762.00 28,866,146,582.00 17.73%

Penerimaan Pembiayaan Daerah

Sisa Lebih Perhitungan Anggaran

Daerah Tahun 2008

- - - -

Pencairan Dana Cadangan - - - -

Penerimaan Pinjaman Daerah dan

Obligasi Daerah

- - - -

Penerimaan piutang daerah - - - -

- - - -

162,832,859,180.00 191,699,005,762.00 28,866,146,582.00 17.73%

Pendapatan dan Penerimaan

Pembiayaan Daerah

Jumlah Pendapatan

Jumlah Penerimaan Pembiayaan

Jumlah Dana Tersedia

Besar alokasi belanja pada APBD Tahun Anggaran 2009 semula adalah sebesar

Rp.162.832.859.180,00 yang dialokasikan untuk belanja di 28 SKPD Kota Tangerang Selatan.

Dengan adanya perkembangan asumsi baik dari sisi pendapatan maupun belanja, besar

belanja pada Perubahan APBD Tahun anggaran 2009 meningkat sebesar

Rp.28.866.146.582,00 menjadi sebesar Rp.191.699.005.762,00. Besar belanja langsung

sebesar Rp.103.749.407.900,00 dan meningkat sebesar Rp.33.313.484.161,00 menjadi

sebesar Rp.137.062.892.061,00, sedangkan besar belanja tidak langsung sebesar

Rp.59.083.451.280,00 dan menurun sebesar Rp.4.447.337.579,00 menjadi sebesar

Rp.54.636.113.701,00.

Page 61: ARAH PEMBANGUNAN KOTA TANGERANG SELATANlabpm2.ipdn.ac.id/.../2013/05/Draft-Rancangan-isu-strategis-final.pdf · Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

60

Tabel 3.2

Ringkasan Rencana Perubahan Belanja

Tahun Anggaran 2009

Rencana APBD T.A.

2009

Rencana Perubahan

APBD T.A. 2009

Penambahan /

(Pengurangan)

Persentase

Perubahan (%)

Belanja Tidak Langsung 59,083,451,280.00 54,636,113,701.00 (4,447,337,579.00) -7.53%

Belanja Pegawai 43,159,187,441.20 38,001,849,862.20 (5,157,337,579.00) -11.95%

Belanja Bunga - - - 0.00%

Belanja Subsidi - - - 0.00%

Belanja Hibah 8,853,787,000.00 8,853,787,000.00 - 0.00%

Belanja Bantuan Sosial 6,070,476,838.80 6,780,476,838.80 710,000,000.00 11.70%

Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi /

Kabupaten / Kota dan Pemerintahan

Desa

- - - 0.00%

Belanja Bantuan Keuangan Kepada

Provinsi / Kabupaten / Kota dan

Pemerintahan Desa

- - - 0.00%

Belanja Tidak Terduga 1,000,000,000.00 1,000,000,000.00 - 0.00%

Belanja Langsung 103,749,407,900.00 137,062,892,061.00 33,313,484,161.00 32.11%

Jumlah Belanja 162,832,859,180.00 191,699,005,762.00 28,866,146,582.00 17.73%

Jenis Belanja

Dalam perubahan APBD Tahun Anggaran 2009, plafon anggaran sementara terbesar adalah

untuk Dinas Pekerjaan Umum yaitu sebesar Rp.40.768.006.500,00 yang meningkat sebesar

Rp.6.211.086.100,00 dari nilai semula Rp.34.556.980.400,00. Dinas Pendidikan menempati

urutan kedua dengan plafon sementara sebesar Rp.8.519.811.343,00 yang meningkat

sebesar Rp.630.000.000,00 dari nilai semula Rp.7.889.811.343,00. Dinas Kesehatan berada di

urutan ketiga dengan plafon sebesar Rp. 10.855.446.050,00 yang meningkat sebesar

Rp.5.550.632.250,00 dari nilai semula Rp.5.555.446.050,00. Alokasi yang besar untuk SKPD-

SKPD tersebut disebabkan SKPD-SKPD tersebut melaksanakan urusan-urusan prioritas yaitu

pekerjaan umum, pendidikan, dan kesehatan.

Page 62: ARAH PEMBANGUNAN KOTA TANGERANG SELATANlabpm2.ipdn.ac.id/.../2013/05/Draft-Rancangan-isu-strategis-final.pdf · Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

61

BAB IV

ISU – ISU STRATEGIS PEMBANGUNAN DAERAH

Yang dimaksud dengan isu strategis suatu daerah adalah permasalahan

aktual/penting yang dihadapi masyarakat dan pemerintah daerah, yang diidentifikasi dengan

menggunakan pendekatan ilmiah (teknokratik) memakai analisis data dan informasi dalam

lingkup upaya pencapaian visi dan misi daerah. Pencapaian sasaran strategis akan berhasil

bila komponen faktor penentunya yang merupakan isu-isu strategis dapat dikelola secara

efektif. Selain masalah (existing atau potential) yang dapat menghambat atau mendorong,

ada juga kendala yang membatasi. Pengenalan komponen strategis tersebut dan komponen

lain merupakan hal yang harus dilakukan dalam perencanaan.

4. 1 Kebijakan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi Banten

Sebagai daerah otonom yang baru dibentuk pada tahun 2008 sesuai dengan

amanat Undang – undang Nomor 51 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kota

Tangerang Selatan, urusan perencanaan dan pengendalian pembangunan menjadi

urusan wajib yang harus dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Tangerang Selatan.

Adapun sebagai dasar perumusan kebijakan pembangunan Kota Tangerang Selatan

dapat menggunakan kebijakan pemerintah pusat, Pemerintah Provinsi Banten dan

pemerintah induk yaitu Kabupaten Tangerang.

Kebijakan Pemerintah Pusat sebagaimana tertuang dalam RPJM 2004 – 2009

dirumuskan berdasar pada permasalahan pokok negara yaitu :

1. Masih rendahnya pertumbuhan ekonomi

2. Kualitas sumber daya manusia Indonesia masih rendah

3. Derajat kesehatan dan status gizi masyarakat masih rendah

4. Tingginya laju pertumbuhan dan kuantitas penduduk

5. Kesejahteraan sosial masyarakat relatif masih rendah

6. Rendahnya partisipasi perempuan dalam pembangunan

7. Rendahnya kualitas pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup

8. Kesenjangan pembangunan antar daerah masih lebar

9. Rendahnya pelayanan dan penyediaan infrastruktur

10. Rendahnya kualitas pelayanan umum kepada masyarakat

Page 63: ARAH PEMBANGUNAN KOTA TANGERANG SELATANlabpm2.ipdn.ac.id/.../2013/05/Draft-Rancangan-isu-strategis-final.pdf · Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

62

Sehingga rencana kegiatan pembangunan pemerintah mengacu pada pengentasan

permasalahan pokok tersebut.

Sedangkan kebijakan Provinsi Banten sebagaimana tertuang pada RPJMD

Provinsi Banten tahun 2007 – 2012 dibangun atas dasar isu – isu strategis yang menjadi

agenda pembangunan Provinsi Banten seperti berikut :

a. Tata kelola pemerintahan, bertujuan meningkatkan perilaku birokrasi yang efisien

dan efektif dengan sistem kelembagaan dan ketatalaksanaan pemerintahan yang

profesional dan akuntabel.

- Kinerja kelembagaan dan ketatalaksanaan pemerintahan

- Sarana dan prasarana pemerintahan daerah

- Aparatur pemerintah daerah

- Otonomi daerah dan kerjasama pembangunan

- Stabilitas politik, ketentraman dan ketertiban umum

- Keuangan daerah

b. Sumberdaya manusia, bertujuan untuk meningkatkan akses dan mutu pendidikan

serta peningkatan derajat kesehatan masyarakat.

- Kemiskinan

- Pengangguran

- Layanan pendidikan dan kesehatan

- Kependudukan, Keluarga Berencana, gender dan perlindungan anak

c. Ekonomi, bertujuan untuk pertumbuhan ekonomi yang berkualitas melalui

pengembangan pertanian dan pariwisata, mewujudkan iklim investas yang semakin

sehat serta meningkatkan kapasitas dan daya saing industri sehingga dapat

menciptakan lapangan kerja dan mengurangi kemiskinan.

- Revitalisasi pertanian

- Ketahanan pangan daerah

- Kelembagaan sosial – ekonomi masyarakat

- Perkembangan perekonomian daerah

- Pengembangan kawasan ekonomi khusus dan megapolitan/megacity

d. Pengembangan kawasan dan wilayah, bertujuan untuk mengembangkan potensi

unggulan yang dimiliki masing2 kawasan dan wilayah secara terintegrasi.

- Sarana dan prasarana dasar wilayah

- Sumberdaya alam dan lingkungan hidup

Page 64: ARAH PEMBANGUNAN KOTA TANGERANG SELATANlabpm2.ipdn.ac.id/.../2013/05/Draft-Rancangan-isu-strategis-final.pdf · Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

63

- Pembangunan desa – kota

- Penataan ruang daerah

4. 2 Isu Strategis Kota Tangerang Selatan

Prioritas pembangunan daerah didasarkan pada lima (5) masalah dan tantangan

pokok daerah sebagaimana disebutkan di bawah ini :

1. Belum optimal penyelenggaraan pemerintahan daerah. Hal ini berkaitan dengan

kondisi pemerintahan Kota Tangerang Selatan saat ini. Dari aspek hardware, selain

kualitas dan kuantitas sarana perkantoran yang masih terbatas, jumlah pegawai juga

masih minim untuk pengelolaan suatu pemerintahan. Dari aspek software,

mekanisme perencanaan pembangunan dan penganggaran juga belum terlaksana

secara optimal karena keterbatasan waktu dan sumber daya. Selain itu sebagai kota

penyangga ibukota, Tangerang Selatan tidak akan bisa lepas dari pengaruh

pertumbuhan ekonomi dan pergerakan penduduk dari Jakarta (backward and

forward linkages). Dengan demikian, Kota Tangerang Selatan dibangun atas dasar

kerjasama dengan daerah lain demi kepentingan bersama termasuk kota-kota

sekitarnya.

2. Mendesaknya peningkatan kualitas infrastruktur dasar. Hal ini didorong oleh

beberapa infrastruktur dasar yang perlu pengadaan/pembangunan dan pemeliharaan

seperti ruang jalan di wilayah ini yang harus dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya.

Walaupun berdasarkan data 70,36% kondisi jalan tergolong dalam kondisi baik,

namun sistem jaringan jalan yang ada belum terstruktur sehingga menimbulkan

tingkat kemacetan yang tinggi di beberapa ruas jalan atau persimpangan. Selain itu,

sarana penampungan sampah dan ketersediaan air bersih harus menjadi perhatian

penting dalam perencanaan pembangunan di masa yang akan datang. Hingga tahun

2009, Pemerintah Kota Tangerang Selatan belum memiliki TPA (Tempat Pembuangan

Akhir). Saat ini penanganan sampah masih dibantu oleh Kabupaten Tangerang.

Seiring dengan laju pertumbuhan penduduk di Kota Tangerang Selatan menuntut

kebutuhan akan sarana permukiman. Jika tidak ditata dan dikelola dengan

perencanaan terpadu, hal ini akan berdampak kepada menurunnya daya dukung

lingkungan yang berakibat terjadinya masalah lingkungan, misalnya banjir. Ada 3

(tiga) kecamatan yang menjadi kawasan rawan bencana banjir, yaitu Kecamatan

Page 65: ARAH PEMBANGUNAN KOTA TANGERANG SELATANlabpm2.ipdn.ac.id/.../2013/05/Draft-Rancangan-isu-strategis-final.pdf · Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

64

Pondok Aren, Kecamatan Ciputat, dan Kecamatan Pamulang. Dengan demikian

sebagai daerah otonom baru, Kota Tangerang Selatan harus menata kawasannya

melalui penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) paling lambat tiga tahun

sejak terbentuknya Kota Tangerang Selatan sebagai alat pengendali sesuai amanat

Undang-undang No 51 Tahun 2008.

3. Pelayanan pendidikan yang masih belum optimal. Kualitas sumber daya manusia

berkaitan dengan kemudahan akses masyarakat kepada pelayanan pendidikan, dan

kesehatan. Sebagian besar penduduk Kota Tangerang Selatan merupakan lulusan dan

siswa SMA, namun ironisnya sebagian besar pencari kerja juga merupakan lulusan

SMA. Jadi masih banyak lulusan SMA yang belum bisa memenuhi kebutuhan pasar

akan tenaga kerja. Selain itu prasarana pendidikan seprti gedung/bangunan sekolah

mash perlu ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya. Berdasarkan data dinas

pendidikan Kota Tangerang Selatan tahun 2009, masih terdapat 257 ruang kelas yang

perlu diperbaiki. Dari segi kualitas tenaga pendidik, masih banyak guru yang belum

bersertifikat sesuai kompetensinya.

4. Pelayanan kesehatan yang masih belum optimal. Berdasarkan data tahun 2007,

sebanyak 307 kasus gizi buruk atau sebesar 0,37% ditemukan di wilayah Kota

Tangerang Selatan. Pada tahun 2009 ditemukan kasus gizi buruk di Kecamatan

Serpong. Dengan demikian, kasus gizi buruk merupakan hal yang harus dicegah

secara berkesinambungan salah satunya dengan memperluas akses pelayanan

kesehatan terutama untuk keluarga tidak mampu yang rentan terkena gizi buruk.

Selain itu penyebaran penyakit menular merupakan hal lain yg penting untuk

dieleminasi kasusnya, seperti kasus penyebaran penyakit filariasis, demam berdarah,

dan penyakit menular lainnya. Masih ditemukan beberapa penderita filariasis yang

belum optimal pelayanan kesehatannya.

5. Belum meratanya kesejahteraan masyarakat. Di Kota Tangerang Selatan masih

terdapat 31.543 Rumah Tangga miskin yang di dalamnya terdapat anak-anak antara 0

– 11 bulan dan ibu hamil dari keluarga yang berkategori miskin. Peningkatan

angkatan pengangguran juga perlu diwaspadai, mengingat imbas krisis global belum

berakhir sedangkan masih banyak para pencari kerja di Kota Tangerang Selatan

sebagian besar merupakan usia produktif. Potensi produksi industri di Kota

Page 66: ARAH PEMBANGUNAN KOTA TANGERANG SELATANlabpm2.ipdn.ac.id/.../2013/05/Draft-Rancangan-isu-strategis-final.pdf · Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

65

Tangerang Selatan yang sebagian besar merupakan industri kecil dan menegah perlu

dikembangkan lagi untuk mengurangi angka pencari kerja usia produktif.

Page 67: ARAH PEMBANGUNAN KOTA TANGERANG SELATANlabpm2.ipdn.ac.id/.../2013/05/Draft-Rancangan-isu-strategis-final.pdf · Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

Rancangan Isu – isu Strategis Pembangunan Daerah Kota Tangerang Selatan

66

BAB V

PENUTUP

Dokumen ini disusun sebagai langkah awal dari suatu penyusunan dokumen

perencanaan baik jangka pendek, menengah maupun panjang di Kota Tangerang Selatan

berdasarkan potensi dan tantangan yang dihadapi Kota Tangerang Selatan saat ini dan masa

depan. Pelaksanaan arah pembangunan ini harus didukung keterpaduan dan sinkronisasi

antar kegiatan, baik diantara kegiatan dalam satu program maupun kegiatan antar program,

dalam satu SKPD dan antar SKPD, dengan tetap memperhatikan tugas pokok dan fungsi yang

melekat pada SKPD se-Kota Tangerang Selatan, sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.