RENCANA STRATEGIS BIRO HUKUM DAN INFORMASI PUBLIK …sakip.pertanian.go.id/admin/file/Renstra Biro...

41
RENCANA STRATEGIS BIRO HUKUM DAN INFORMASI PUBLIK SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN 2011 - 2014 BIRO HUKUM DAN INFORMASI PUBLIK 2011

Transcript of RENCANA STRATEGIS BIRO HUKUM DAN INFORMASI PUBLIK …sakip.pertanian.go.id/admin/file/Renstra Biro...

Page 1: RENCANA STRATEGIS BIRO HUKUM DAN INFORMASI PUBLIK …sakip.pertanian.go.id/admin/file/Renstra Biro Hukum 2011... · 2016-06-10 · laporan kompendium hukum, himpunan Peraturan Menteri

RENCANA STRATEGIS

BIRO HUKUM DAN INFORMASI PUBLIK

SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN

TAHUN 2011 - 2014

BIRO HUKUM DAN INFORMASI PUBLIK 2011

RENCANA STRATEGIS

BIRO HUKUM DAN INFORMASI PUBLIK

SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN

TAHUN 2011 - 2014

BIRO HUKUM DAN INFORMASI PUBLIK 2011

Page 2: RENCANA STRATEGIS BIRO HUKUM DAN INFORMASI PUBLIK …sakip.pertanian.go.id/admin/file/Renstra Biro Hukum 2011... · 2016-06-10 · laporan kompendium hukum, himpunan Peraturan Menteri

KATA PENGANTAR

Biro Hukum dan Informasi Publik merupakan salah satu unit kerja di lingkungan Kementerian Pertanian yang mempunyai tugas melaksanakan koordinasi dan penyusunan peraturan perundang-undangan bidang pertanian, penyusunan naskah perjanjian dan pemberian bantuan hukum serta pengelolaan informasi publik kepada masyarakat yang membutuhkan.

Untuk penyusunan peraturan perundang-undangan, layanan perjanjian dan

bantuan hukum bidang pertanian harus dapat mengantisipasi pergesaran paradigma pembangunan pertanian, seiring dengan isu lingkungan hidup, perlindungan HKI, perlindungan HAM, dan otonomi daerah, sehingga dapat menjawab tantangan di masa mendatang dan mengamankan hasil pembangunan pertanian yang telah dicapai.

Dalam pengelolaan informasi publik, Biro Hukum dan Informasi Publik

melakukan penyiapan, penyimpanan, pendokumentasian penyediaan dan/atau pelayanan informasi publik di bidang pertanian. Untuk itu dalam pengelolaan informasi publik dituntut agar dapat memberikan informasi yang tepat sesuai peraturan perundang-undangan dan dibawah kewenangan berkaitan dengan pelaksanaan pembangunan pertanian.

Tahun Anggaran 2012 Biro Hukum dan Informasi Publik mempunyai kegiatan :

(1) Penyusunan dokumen perundangan bidang tanaman, ternak, kesehatan hewan, karantina pertanian, dan sumber daya prasarana dan sarana; (2) Penyediaan laporan kompendium hukum, himpunan Peraturan Menteri dan penempatan dalam Berita Negara; (3) Penyusunan perjanjian dan pemberian layanan bantuan hukum; (4) Penyediaan laporan layanan informasi publik bidang pertanian; (5) Penyediaan dokumen perencanaan dan pengelolaan anggaran; (6) Penyediaan laporan kegiatan dan pembinaan (7) Penyediaan layanan perkantoran; (8) Penyediaan kendaraan bermotor; (9) Penyediaan perangkat pengolah data dan komunikasi; (10) Penyediaan peralatan dan fasilitas perkantoran; (11) Penyediaan gedung/bangunan.

Kegiatan Biro Hukum dan Informasi Publik Tahun Anggaran 2012

selengkapnya tertuang dalam Petunjuk Operasional Kerja (POK), TOR, dan RKA-KL 2012 terlampir.

Jakarta, Januari 2012 Kepala Biro Hukum dan Informasi Publik Suharyanto, SH NIP. 19550804.198303.1.001

Page 3: RENCANA STRATEGIS BIRO HUKUM DAN INFORMASI PUBLIK …sakip.pertanian.go.id/admin/file/Renstra Biro Hukum 2011... · 2016-06-10 · laporan kompendium hukum, himpunan Peraturan Menteri

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ..................................................................................................... I Daftar Isi .............................................................................................................. II BAB. I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Kondisi Saat Ini ..................................................................................... 4 1. Aspek Hukum .................................................................................. 4 2. Aspek Informasi Hukum .................................................................. 5 3. Aspek Sumber Daya Manusia ......................................................... 6 4. Aspek Pembiayaan (Anggaran) ...................................................... 7 5. Aspek Sarana dan Prasarana ......................................................... 8

B. Kondisi Yang Diharapkan ..................................................................... 8 1. Aspek Hukum .................................................................................. 8 2. Aspek Informasi Publik .................................................................... 9

BAB. II VISI, MISI, DAN TUJUAN ORGANISASI ................................................ 11 A. Visi ........................................................................................................ 13 B. Misi ....................................................................................................... 13 C. Tujuan .................................................................................................. 14 D. Sasaran ................................................................................................ 14 E. Strategi ................................................................................................. 15

BAB. III CARA MENCAPAI TUJUAN DAN SASARAN ........................................ 16 A. Kebijakan .............................................................................................. 16 B. Program ............................................................................................... 16 C. Kegiatan ............................................................................................... 17

1. Program Legislasi Nasional (Prolegnas) ........................................ 17 2. Program Legislasi Pertanian (Prolegtan) ......................................... 27 3. Pengembangan Sistem Jaringan Dokumentasi dan Informasi

Hukum Pertanian ............................................................................ 28 4. Program Pelayanan Perjanjian dan Pemberian Bantuan Hukum .... 32 5. Program Pengelolaan Informasi Publik ........................................... 33

D. Indikator Pencapaian Tujuan ................................................................ 35 E. Aspek Sumber Daya Manusia ............................................................. 36 F. Aspek Sarana dan Prasarana ............................................................... 37

BAB. IV PENUTUP .............................................................................................. 38

Page 4: RENCANA STRATEGIS BIRO HUKUM DAN INFORMASI PUBLIK …sakip.pertanian.go.id/admin/file/Renstra Biro Hukum 2011... · 2016-06-10 · laporan kompendium hukum, himpunan Peraturan Menteri

BAB I. PENDAHULUAN

Rencana Kerja Strategis Kementerian Pertanian Tahun 2010-2014, yang merupakan

alat pengendalian program dan kegiatan pembangunan di lingkup Kementerian

Pertanian dan untuk memenuhi kebutuhan landasan operasional produk hukum dan

peraturan perundang-undangan, serta pengelolaan informasi publik dalam pelayanan

kepada masyarakat, maka arah kebijakan dan pengembangan hukum bidang

Pertanian dan pengelolaan informasi publik harus berwawasan dan dapat

mengantisipasi, menata sistem secara nasional khususnya hukum pertanian, dan

mensosialisasikan pembangunan pertanian.

Pembangunan pertanian di Indonesia sangat dipengaruhi oleh terwujudnya Politik

Pembangunan dan Sistem Hukum Pertanian Terpadu. Hal ini dikarenakan hukum

merupakan sebuah entitas yang meliputi kenyataan kemasyarakatan yang majemuk,

multi aspek, dimensi, dan fase. Hukum harus berorientasi untuk melindungi ruang

lingkup publik sesuai dengan fungsi masyarakat. Hukum responsif akan mewujudkan

masyarakat untuk menerimanya sebagai hukum yang hidup dalam masyarakat

(living law), dan secara spontan ditaati dan dipatuhi karena mengikat semua

kepentingan yang terakomodasi dalam substansinya secara tegas dan jelas tentang

semua sanksi hukumnya.

Pada perkembangannya, hukum selalu mengikuti kebutuhan masyarakat. Hal ini

menunjukkan hukum itu bersifat dinamis sehingga hukum berinteraksi dengan segala

aspek kehidupan di masyarakat. Hukum juga merupakan faktor pengintegrasi

penyelenggaraan kegiatan pemerintahan. Pembangunan hukum di bidang pertanian

merupakan bagian tak terpisahkan dari pembangunan hukum nasional yang sangat

erat kaitannya dengan pembangunan bidang ekonomi, politik, sosial budaya,

kelestarian lingkungan hidup, Hak Kekayaan Intelektual Indonesia (HKI), Hak Asasi

Manusia (HAM), dan Pertahanan Keamanan. Sebagaimana yang telah diketahui

bahwa materi hukum pertanian meliputi pengaturan di bidang Sumber Daya, Sarana

Produksi, Produksi, Panen dan Pasca Panen, Perlindungan Tanaman, Peternakan

dan Kesehatan Hewan. Pengaturan di bidang Sumber Daya juga secara langsung

Page 5: RENCANA STRATEGIS BIRO HUKUM DAN INFORMASI PUBLIK …sakip.pertanian.go.id/admin/file/Renstra Biro Hukum 2011... · 2016-06-10 · laporan kompendium hukum, himpunan Peraturan Menteri

maupun tidak langsung mengatur mengenai Sumber Daya Genetik, baik mengenai

Tanaman, Hewan, dan Jasad Renik. Kemudian berkaitan dengan Sumber Daya

Manusia maka mengatur mengenai Pegawai Negeri Sipil (PNS)/birokrat,

petani/pekebun/peternak, pelaku usaha, poktan, gapoktan, asosiasi. Sumberdaya

Lahan Dan Air misalnya lahan pertanian, wilayah indikasi geografis, dan irigasi.

Politik hukum nasional merupakan kebijakan dasar penyelenggara negara (Republik

Indonesia) dalam bidang hukum yang akan, sedang dan telah berlaku, yang

bersumber dari nilai-nilai yang berlaku di masyarakat untuk mencapai tujuan negara

(Republik Indonesia) yang dicita-citakan. Dari pengertian tersebut ada lima agenda

yang ditekankan dalam politik hukum nasional, yaitu (1) masalah kebijakan dasar

yang meliputi konsep dan letak; (2) penyelenggara negara pembentuk kebijakan

dasar tersebut; (3) materi hukum yang meliputi hukum yang akan, sedang dan telah

berlaku; (4) proses pembentukan hukum; (5) dan tujuan politik hukum nasional.

Idealitas sistem hukum nasional itu pada dasarnya adalah dalam rangka membantu

terwujudnya keadilan sosial dan kemakmuran masyarakat atau sebagaimana

disebutkan dalam Pembukaan UUD 1945.

Kementerian Pertanian telah memiliki 13 (tiga belas) Undang-Undang di bidang

Pertanian yang berlaku pada saat ini. Ketiga belas Undang-Undang tersebut

meliputi: (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2010 tentang Hortikultura, (2)

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan,

(3) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman, (4)

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan, (5) Undang-Undang

Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan, (6) Undang-

Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan, (7) Undang-Undang Nomor 16 Tahun

2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, Kehutanan; (8) Undang-

Undang Nomor 29 Tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman; (9)

Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian

Pangan Berkelanjutan; (10) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2006 tentang

Perjanjian Sumber Daga Genetik Tanaman Pangan dan Pertanian; (11) Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan

Ekosistemnya; (12) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1994 tentang Pengesahan

Page 6: RENCANA STRATEGIS BIRO HUKUM DAN INFORMASI PUBLIK …sakip.pertanian.go.id/admin/file/Renstra Biro Hukum 2011... · 2016-06-10 · laporan kompendium hukum, himpunan Peraturan Menteri

Konvensi PBB Mengenai Keanekaragaman Hayati; dan (13) Undang-Undang Nomor

26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

Untuk melaksanakan dan menegakkan peraturan perundang-undangan dibidang

pertanian kementerian pertanian melakukan kerjasama dengan mitra kerja dengan

menyusun perjanjian/nota kesepahaman, disamping itu juga melakukan pemberian

pertimbangan dan bantuan hukum dibidang pertanian bagi yang membutuhkan.

Pertanian terpadu merupakan suatu kesisteman dengan menggabungkan berbagai

kegiatan pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan dan bidang lain dalam

pengembangan pertanian, sehingga merupakan salah satu solusi dalam upaya bagi

peningkatan produktivitas lahan, program pembangunan dan konservasi lingkungan

serta pengembangan desa secara terpadu. Keberadaan sektor-sektor ini akan

mengakibatkan kawasan tersebut memiliki ekosistem yang lengkap dan seluruh

komponen produksi tidak akan menjadi limbah karena pasti akan dimanfaatkan oleh

komponen lainnya. Disamping itu akan terjadi peningkatan hasil produksi dan

penekanan biaya produksi sehingga efektivitas dan efisiensi produksi akan tercapai.

Sedangkan Sistem Pertanian Terpadu (integrated farming system) adalah satu

sistem yang menggunakan ulang dan mendaur ulang, menggunakan tanaman dan

hewan sebagai mitra, menciptakan suatu ekosistem yang “tailor-made”, meniru cara

alam bekerja.

Dalam hal ini masyarakat aktif mengamati dan mengevaluasi perkembangan yang

terjadi dalam proses pembangunan dan siap memberikan reaksi yang tidak jarang

keluar konteks dari permasalahan yang sebenarnya. Pada kondisi tersebut berbagai

komunikasi, informasi, faktor dan realita menjadi bias, oleh karena itu agar informasi

dapat sampai ke masyarakat dengan benar, maka dalam pengelolaan informasi

harus disesuaikan dengan tuntutan masyarakat.

Guna mendukung terwujudnya percepatan pemberian pelayanan informasi

pembangunan pertanian dimasa mendatang, perlu dibangun pengelolaan informasi

publik yang efektif dan efisien, jaringan multimedia yang kuat dan bekerjasama

dengan lembaga-lembaga pemerintahan, lembaga tinggi negara, asosiasi profesi

dan lembaga kemasyarakatan pertanian dalam bentuk pameran dan peragaan,

Page 7: RENCANA STRATEGIS BIRO HUKUM DAN INFORMASI PUBLIK …sakip.pertanian.go.id/admin/file/Renstra Biro Hukum 2011... · 2016-06-10 · laporan kompendium hukum, himpunan Peraturan Menteri

sebagai partner Kementerian Pertanian dalam melakukan tugas pembangunan

pertanian.

Dengan latar belakang tersebut di atas, Biro Hukum dan Informasi Publik telah

menyusun Rencana Strategis (Renstra) Biro Hukum dan Informasi Publik Tahun

2010–2014 yang memuat visi, misi, kondisi saat ini, kondisi yang diharapkan, tujuan,

sasaran, strategi, kebijakan, program, kegiatan, indikator pencapaian tujuan dan

jadwal pelaksanaan.

A. Kondisi Saat Ini

Untuk menganalisa situasi dan kondisi Biro Hukum dan Informasi Publik saat ini,

terdapat beberapa aspek yang mempengaruhi baik secara internal maupun

eksternal, sebagai berikut:

1. Aspek Hukum

a. Peraturan perundang-undangan di bidang pertanian saat ini perlu

diselaraskan dengan komitmen internasional pemerintah Indonesia yang

tertuang dalam berbagai perjanjian internasional yang disesuaikan dengan

kepentingan nasional Indonesia.

b. Peraturan perundang-undangan bidang pertanian baik dalam bentuk Undang-

Undang, Peraturan Pemerintah, maupun Peraturan Presiden masih perlu

untuk ditindaklanjuti.

c. Produk hukum bidang pertanian disesuaikan dengan desentralisasi

pembangunan pertanian, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

d. Peraturan perundang-undangan dalam bidang pertanian termasuk investasi

dan permodalan belum cukup melindungi usaha pertanian.

e. Peraturan Perundang-undangan di bidang pertanian belum sepenuhnya

sesuai dengan kebijakan untuk pemberdayaan masyarakat, pelestarian

sumber daya alam hayati dan perlindungan HAM, yang dituangkan dalam

berbagai bentuk kebijakan privatisasi yang menghendaki adanya

penyederhanaan perizinan dan menghormati kreativitas terutama yang

menyangkut HKI, standarisasi, sertifikasi dan akreditasi.

f. Produk peraturan perundang-undangan dari eselon I masih banyak bersifat

kasuistis belum dirancang secara sistematik.

Page 8: RENCANA STRATEGIS BIRO HUKUM DAN INFORMASI PUBLIK …sakip.pertanian.go.id/admin/file/Renstra Biro Hukum 2011... · 2016-06-10 · laporan kompendium hukum, himpunan Peraturan Menteri

g. Penanganan kasus (keputusan dalam tingkat, kasasi) belum dapat dengan

cepat diperoleh hasilnya dengan optimal, sehingga kasus belum di

tindaklanjuti (follow up), belum mempunyai kekuatan hukum yang tetap.

h. Formulasi suatu peraturan (legislasi) belum mendapat suatu kejelasan

kebijakan, publiknya (belum mengacu pada good regulatory practices).

i. Pertimbangan dan pemberian bantuan hukum belum maksimal

j. Penyusunan perjanjian dan nota kesepahaman dengan mitra kerja belum

sepenuhnya memenuhi harapan yang diinginkan.

2. Aspek Informasi Publik

a. Dengan era Keterbukaan Informasi Publik membawa perubahan paradigma

baru Badan Publik dalam pengelola informasi publik dari pemerintahan yang

tertutup menuju pemerintahan yang terbuka. Sebelum Undang Undang

tersebut diundangkan, paradigmanya adalah seluruh Informasi Publik adalah

rahasia kecuali yang terbuka. Namun setelah Undang-undang ini, paradigma

bergeser menjadi seluruh Informasi Publik adalah terbuka untuk diakses

masyarakat kecuali yang dirahasiakan.

b. Keterbukaan Informasi Publik mendorong mewujudkan tata kelola

pemerintahan yang baik dan bertanggung jawab (good governance) melalui

penerapan prinsip-prinsip akuntabilitas, transparansi dan supremasi hukum

serta melibatkan partisipasi masyarakat dalam setiap proses kebijakan

publik. Namun, dalam proses keterlibatan masyarakat belum seluruhnya

diakomodasi untuk mengakses informasi publik melalui pengelolaan

informasi publik dan dokumentasi.

c. Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008,

Badan Publik wajib menyediakan, memberikan dan/atau menerbitkan

informasi publik yang berada di bawah kewenangannya, selain informasi

yang dikecualikan. Namun, belum semua Badan Publik termasuk

Kementerian Pertanian membangun dan mengembangkan sistem informasi

dan dokumentasi untuk mengelola informasi publik secara baik dan efisien,

sehingga layanan informasi dapat diakses dengan mudah. Ini menjadi

penting pemanfaatan teknologi informasi/multimedia sebagai media untuk

Page 9: RENCANA STRATEGIS BIRO HUKUM DAN INFORMASI PUBLIK …sakip.pertanian.go.id/admin/file/Renstra Biro Hukum 2011... · 2016-06-10 · laporan kompendium hukum, himpunan Peraturan Menteri

mempermudah akses masyarakat terhadap penyelenggaraan negara yang

merupakan informasi publik.

d. Pemberlakukan Asas Informasi Proaktif dimana Kementerian Pertanian

mengumumkan Informasi Publik tanpa harus dengan pemohon. Hal ini

sebagai pertanggungjawaban kepada publik dan juga meningkatkan akses

informasi publik dalam rangka pengawasan publik dan keterlibatan

partisipasi masyarakat dalam setiap proses kebijakan Kementerian Pertanian

diperlukan pengelolaan informasi publik yang akuntabel dan transparan.

Namun, informasi publik belum dikelola dalam bentuk media informasi yang

dapat menjangkau masyarakat.

3. Aspek Sumber Daya Manusia

Berdasarkan tupoksi masing-masing bagian dari Biro Hukum dan Informasi

Publik sampai dengan tahun 2012 jumlah personil 73 orang (termasuk Kepala

Biro), yang berlatar belakang:

pendidikan S3 = 1 orang (semua non teknis)

pendidikan S2 = 8 orang (semua non teknis)

pendidikan S1 = 37 orang (teknis dan sosial)

pendidikan D3/SMU = 27 orang (teknis dan sosial)

Berdasarkan latar pendidikan diatas, yang berpendidikan S3 (1 orang), S2 (8

orang), S1 (37 orang), D3/SMU (27 orang), dengan demikian tercermin kualitas

SDM Hukum dan Informasi Publik perlu ditingkatkan baik dalam pengetahuan

maupun keterampilan, sehingga lebih profesional dan mampu memberikan

pelayanan prima kepada pimpinan, unit kerja Kementerian Pertanian, dan

masyarakat pemangku kepentingan.

Dalam tahun 2011, jajaran staf/personil Biro Hukum dan Informasi sangat minim

mendapatkan kesempatan diklat maupun kursus yang diselenggarakan oleh

internal maupun eksternal Kementerian Pertanian, seperti terlihat pada tabel di

bawah ini:

Page 10: RENCANA STRATEGIS BIRO HUKUM DAN INFORMASI PUBLIK …sakip.pertanian.go.id/admin/file/Renstra Biro Hukum 2011... · 2016-06-10 · laporan kompendium hukum, himpunan Peraturan Menteri

No. Kegiatan Diklat / Kursus Peserta Keterangan

1. Latihan Legal Dfrating - Bagian perundang-undangan

2. Kursus Bendaharawan 3 orang Biro Hukum dan Informasi Publik

3. Latihan Kearsipan 2 orang Subbagian Perundang-undang IB

4. Sertifikasi Pengadaan Barang dan jasa

5 orang Biro Hukum dan Informasi Publik.

6. Latihan SJDI 2 orang Subbag Dokumentasi dan Informasi Hukum

7. Pembinaan karakter 3 orang

Kabag Perjanjian dan Bantuan Bantuan Hukum; Kasubbag Pameran dan Peragaan; Kasubbag TU Biro

8. Latihan Pengacara - Bagian Perjanjian dan Bantuan Hukum

9. Latihan Komputer 2 orang Bagian Pengelolaan Informasi Publik

4. Aspek Pembiayaan (Anggaran)

Melalui program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya

Kementerian Pertanian, yang sasarannya adalah terwujudnya dokumen rumusan

rancangan dan tersosialisasinya peraturan perundang-undangan bidang pertanian,

penyusunan kompendium hukum, Himpunan Peraturan Menteri, dan penempatan

dalam berita negara, penyusunan dan tersosialisasinya naskah perjanjian dan

layanan bantuan hukum, layanan informasi publik bidang pertanian serta layanan

perkantoran dalam rangka pemasyarakatan serta peningkatan arus informasi melaui

multi media pengelolaan informasi dengan lembaga media instansi terkait dan

masyarakat secara efektif dan efisien dalam mendukung program tersebut.

Untuk membiayai program kegiatan dalam tahun 2012, Biro Hukum dan

Informasi Publik memanfaatkan alokasi biaya pada TA 2012 sebesar Rp.

20.000.000.000,- (Dua puluh milyar rupiah) :

Page 11: RENCANA STRATEGIS BIRO HUKUM DAN INFORMASI PUBLIK …sakip.pertanian.go.id/admin/file/Renstra Biro Hukum 2011... · 2016-06-10 · laporan kompendium hukum, himpunan Peraturan Menteri

Anggaran Program Dukungan Manajemen Dan Pelaksanaan Tugas Teknis

Lainnya Kementerian Pertanian TA 2012 – 2014

Pembinaan Hukum dan Pengelolaan Informasi Publik

2012 2013 2014 2015 2016 2017

1.    

 

Jumlah dokumen

peraturan perundang-

undangan bidang

pertanian yang

diterbitkan (Dokumen)

8 5,261,270 5,787,397 6,366,137 7,002,750 7,703,025 8,473,328

2.    

 

Jumlah naskah

perjanjian dan layanan

bantuan hukum

(Dokumen)

3 2,126,800 2,339,480 2,573,428 2,830,771 3,113,848 3,425,233

3.    

 

Kualitas layanan

informasi publik bidang

pertanian (Laporan)

4 6,163,729 6,780,102 7,458,112 8,203,923 9,024,316 9,926,747

4.    

 

Jumlah kompendium

hukum, himpunan

peraturan menteri, dan

penempatan dalam

berita negara (Persen)

85 1,647,790 1,812,569 1,993,826 2,193,208 2,412,529 2,653,782

5.    

 

Kelengkapan prasarana

dan sarana pendukung

di Biro Hukum dan

Informasi Publik (Bulan)

12 4,800,411 5,280,452 5,808,497 6,389,347 7,028,282 7,731,110

No Indikator Target

Prakiraan Maju (Rp. 000)

5. Aspek Sarana dan Prasarana

Dalam rangka mendukung program kegiatan Biro Hukum dan Informasi di atas

maka pengadaan sarana dan prasarana tahun anggaran 2011-2014 sesuai dengan

kebutuhan yang diperlukan dalam kurun waktu tahun anggaran 2011-2014.

B. Kondisi yang Diharapkan

1. Aspek Hukum

Terwujudnya produk hukum dan peraturan perundang-undangan di bidang

pertanian yang lengkap, kuat, terdesentralisasi sesuai dengan komitmen

internasional dan perkembangan serta tuntutan publik, seperti antara lain :

kebijakan untuk pemberdayaan masyarakat, pelestarian sumber daya hayati

dan perlindungan HAM, penyederhanaan perizinan, standarisasi, sertifikasi

dan akreditasi.

Terwujudnya kesadaran hukum masyarakat sejalan dengan tuntutan

perwujudan “good governance” dengan unsur-unsur transparansi, responsif,

Page 12: RENCANA STRATEGIS BIRO HUKUM DAN INFORMASI PUBLIK …sakip.pertanian.go.id/admin/file/Renstra Biro Hukum 2011... · 2016-06-10 · laporan kompendium hukum, himpunan Peraturan Menteri

tidak diskriminatif, efektif dan efisien, partisipatif, konsensus, dan akuntabel

dalam setiap penetapan kebijakan publik yang dituangkan dalam produk

hukum.

Terlaksananya pemberian pertimbangan bantuan hukum dibidang pertanian.

Terlaksananya kerjasama dan kesepakatan dengan mitra kerja sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Tersusunnya program kerja dan rencana kegiatan yang terjadwal dengan

pasti, dan terselenggaranya sosialisasi hukum pertanian.

Terwujudnya pengembangan Sistem Jaringan Dokumentasi dan Informasi

Hukum.

Terkelolanya dokumentasi dan informasi hukum

Terwujudnya pengembangan SDM hukum yang profesional.

Terwujudnya naskah perjanjian/kerjasama/MoU dan layanan bantuan dan

pertimbangan hukum.

Terwujudnya ketata usahaan, kepegawaian, keuangan, surat menyurat

kerumah tanggaan dan kearsipan, serta terwujudnya LAKIP Biro serta

tersusunnya Renstra Biro yang cepat tepat.

2. Aspek Informasi Publik

Terbangunnya fungsi pengelolaan dan layanan informasi publik Kementerian

Pertanian dalam Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas

Teknis Lainnya di bidang pertanian sesuai dengan tuntutan dan harapan

yang berkembang di masyarakat.

Terwujudnya pemahaman pejabat lingkup Kementerian Pertanian tentang

pentingnya keterbukaan informasi publik dan terjalinnya koordinasi antar PPID

dalam hal pelaksanaan pelayanan informasi publik lingkup Kementerian

Pertanian.

Ketersediaan SDM yang kompeten, sarana dan prasaran dan anggaran yang

memadai.

Tersusunnya Pedoman Umum Pengelolaan Informasi Publik, Standar

Pelayanan Minimal Layanan Informasi Publik, Penetapan Informasi yang

Page 13: RENCANA STRATEGIS BIRO HUKUM DAN INFORMASI PUBLIK …sakip.pertanian.go.id/admin/file/Renstra Biro Hukum 2011... · 2016-06-10 · laporan kompendium hukum, himpunan Peraturan Menteri

dikuasai lingkup Kementerian Pertanian, Informasi yang dikecualikan, SOP

pengelolaan dan pelayanan informasi publik, dan tersedianya daftar informasi

publik wajib disediakan dan diumumkan secara berkala, wajib diumumkan

secara serta merta, dan wajib tersedia setiap saat yang dikelola secara

manual melalui perpustakaan dan dokumentasi serta pengalihmediaaan

melalu sarana dokumentasi sistem digital.

Tersusunnya laporan hasil monitoring pengelolaan dan layanan informasi

publik lingkup Kementerian Pertanian dan laporan hasil evaluasi pengelolaan

dan layanan informasi publik lingkup Kementerian Pertanian.

Page 14: RENCANA STRATEGIS BIRO HUKUM DAN INFORMASI PUBLIK …sakip.pertanian.go.id/admin/file/Renstra Biro Hukum 2011... · 2016-06-10 · laporan kompendium hukum, himpunan Peraturan Menteri

BAB II. VISI, MISI

DAN TUJUAN ORGANISASI

Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian nomor 61/Permentan/OT.140/10/2010

tanggal 14 Oktober 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementeri Pertanian,

Biro Hukum dan Informasi Publik mempunyai tugas melaksanakan koordinasi dan

penyusunan peraturan perundang-undangan dan bantuan hukum, serta pengelolaan

informasi publik.

Pada periode 2010 - 2014 program kerja Biro Hukum dan Informasi publik yang

dilaksanakan antara lain : 1) koordinasi dan penyusunan peraturan perundang-

undangan bidang pertanian; 2) pengembangan sistem jaringan dan pengelolaan

dokumentasi dan informasi hukum pertanian; 3) penyusunan naskah perjanjian,

pemberian pertimbangan dan bantuan hukum; 4) penyimpanan, pendokumentasian,

penyediaan, dan/atau pelayanan informasi publik bidang pertanian; 5) pelaksanaan

urusan tata usaha Biro Hukum dan Informasi publik.

Biro Hukum dan Informasi Publik dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, secara

struktural membawai 4 Bagian masing-masing mempunyai tugas dan fungsi sebagai

berikut :

1. Bagian Perundang-undangan I mempunyai tugas melaksanakan penyiapan

evaluasi dan penyusunan rancangan, serta penelaahan peraturan perundang-

undangan di bidang tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, prasarana dan

sarana, penelitian dan pengembangan pertanianketahanan pangan, pengolahan

dan pemasaran hasil pertanian, penyuluhan dan pengembangan sumber daya

manusia pertanian, dan kesekretariatan jenderal, serta pengawasan, yang

menyelenggarakan fungsi :

a. Penyiapan evaluasi dan penyusunan rancangan, serta penelaahan

peraturan perundang-undangan di bidang tanaman pangan, hortikultura dan

perkebunan.

Page 15: RENCANA STRATEGIS BIRO HUKUM DAN INFORMASI PUBLIK …sakip.pertanian.go.id/admin/file/Renstra Biro Hukum 2011... · 2016-06-10 · laporan kompendium hukum, himpunan Peraturan Menteri

b. Penyiapan evaluasi dan penyusunan rancangan, serta penelaahan

peraturan perundang-undangan di bidang prasarana dan sarana, penelitian

dan pengembangan pertanian, serta ketahanan pangan.

c. Penyiapan evaluasi dan penyusunan rancangan, serta penelaahan

peraturan perundang-undangan di bidang pengolahan dan pemasaran hasil

pertanian, penyuluhan dan pengembangan sumber daya manusia pertanian

dan kesekretariatan jenderal, serta pengawasan internal.

2. Bagian Perundang-undangan II mempunyai tugas melaksanakan penyiapan

evaluasi dan penyusunan rancangan, serta penelaahan peraturan perundang-

undangan di bidang ternak dan hewan, karantina, dan pengembangan system

jaringan dan pengelolaan dokumentasi dan informasi hukum., yang

menyelenggarakan fungsi :

a. Penyiapan evaluasi dan penyusunan rancangan, serta penelaahan

peraturan perundang-undangan di bidang ternak dan hewan;

b. Penyiapan evaluasi dan penyusunan rancangan, serta penelaahan

peraturan perundang-undangan di bidang pengolahan dan pemasaran hasil

pertanian, penyuluhan dan pengembangan sumber daya manusia pertanian

dan kesekretariatan jenderal, serta pengawasan internal.

c. Penyiapan pengembangan sistem jaringan, dan pengelolaan dokumentasi

dan informasi hukum.

3. Bagian perjanjian dan Bantuan Hukum mempunyai tugas melaksanakan

penyiapan penyusunan naskah perjanjian, pemberian pertimbangan dan bantuan

hukum, menyelenggarakan fungsi:

Penyiapan penyusunan naskah perjanjian di bidang pertanian;

a. Penyiapan pemberian pertimbangan dan bantuan hukum di bidang

pertanian serta penyelesaian sengketa perdata dan tata usaha negara;

b. Pelaksanaan tata usaha Biro Hukum dan Informasi Publik.

4. Bagian Pengelolaan informasi Publik mempunyai tugas melaksanakan

penyiapan penyimpanan, pendokumentasian, penyediaan, dan/atau pelayanan

informasi publik bidang pertanian, yang menyelenggarakan fungsi:

Page 16: RENCANA STRATEGIS BIRO HUKUM DAN INFORMASI PUBLIK …sakip.pertanian.go.id/admin/file/Renstra Biro Hukum 2011... · 2016-06-10 · laporan kompendium hukum, himpunan Peraturan Menteri

a. Pengumpulan, pengujian konsekuensi, penyiapan penyediaan dan

pelayanan, serta pendokumentasian informasi publik bidang pertanian;

b. Penyiapan penyajian hasil pembangunan yang terbarukan melalui

penyelenggaraan pameran dan peragaan, serta pengelolaan perpustakaan

c. Penyiapan penyajian, pemutakhiran, dan pengemasan informasi publik

bidang pertanian.

Dengan memperhatikan tugas dan fungsi tersebut diatas, maka ditetapkanlah visi,

misi, tujuan, sasaran dan strategi dari Biro Hukum dan Informasi Publik, sebagai

berikut:

A. Visi

Terwujud dan berfungsinya sistem hukum pertanian dan tersedianya informasi

publik yang lengkap dalam mendukung pembangunan pertanian.

B. Misi

Dalam upaya mewujudkan visi tersebut, Biro Hukum dan Informasi Publik

menetapkan 5 misi sebagai berikut:

1. Mengkoordinasi dan menyusun peraturan perundang-undangan di bidang

pertanian (tanaman, ternak, kesehatan hewan, karantina pertanian, dan sumber

daya sarana prasarana)

2. Mengembangkan sistem jaringan dan mengelola dokumentasi dan informasi

hukum.

3. Menyusun naskah perjanjian, memberikan pertimbangan, dan bantuan hukum;

4. Menyimpan, mendokumentasikan, menyediakan, dan/atau meningkatkan

pelayanan informasi publik bidang pertanian

5. Melaksanakan urusan tata usaha Biro Hukum dan Informasi Publik

C. Tujuan

Sesuai dengan visi, misi, tugas dan fungsi Biro Hukum dan Informasi Publik,

maka tujuan yang dicapai adalah:

1. Menginventarisir bahan peraturan perundang-undangan bidang hukum pertanian

yang lengkap, terhimpunnya bahan dan informasi sebagai bahan penyusunan

kebijakan serta tersusunnya konsep kebijakan yang ditetapkan dalam bentuk

peraturan.

Page 17: RENCANA STRATEGIS BIRO HUKUM DAN INFORMASI PUBLIK …sakip.pertanian.go.id/admin/file/Renstra Biro Hukum 2011... · 2016-06-10 · laporan kompendium hukum, himpunan Peraturan Menteri

2. Berkembangnya dan terkelolanya Sistem Jaringan Dokumentasi dan Informasi

Hukum pertanian yang cepat, tepat dan lengkap serta pemahaman hukum

pertanian.

3. Tersusunnya naskah perjanjian/Kontrak atau MOu bidang Pertanian

4. Mewujudkan kepastian hukum dan keadilan bagi para pelaku usaha, dan

pemangku kepentingan.

5. Terlayaninya Pertimbangan dan Bantuan hukum Perdata dan Tata Usaha

Negara dan MK/MA

6. Memfasilitasi berbagai kegiatan ketata usahaan.

7. Terhimpunnya dan mensosialisasikan informasi dan penerangan kepada

masyarakat tentang kebijakan, program dan kegiatan pembangunan

Kementerian Pertanian serta citra positif pembangunan pertanian.

D. Sasaran

Sesuai tujuan yang ingin dicapai, maka ditetapkan sasaran sebagai berikut :

1. Terbitnya himpunan peraturan perundang-undangan, telaahan hukum serta

tersusunnya peraturan perundang-undangan bidang pertanian;

2. Terbentuknya koleksi bahan hukum berupa buku-buku hukum, UU, PP, Perpu,

Perpres, Inpres, Permentan, Kepmentan dan tersebarnya bahan hukum

ke pemangku kepentingan

3. Tersusunnya naskah perjanjian/Kontak atau MOu bidang Pertanian

4. Terwujudnya kepastian hukum dan keadilan bagi para pelaku usaha, dan

pemangku kepentingan.

5. Terlayaninya Pertimbangan dan Bantuan Hukum Perdata dan Tata Usaha

Negara

6. Terfasilitasi berbagai kegiatan ketata usahaan.

7. Tersebarnya informasi peningkatan pembangunan pertanian dan terwujudnya

pengelolaan informasi multi media, pameran dan peragaan sehingga

terbentuknya opini positif pendapat umum serta terwujudnya partisipasi

masyarakat serta perpustakaan digital

Page 18: RENCANA STRATEGIS BIRO HUKUM DAN INFORMASI PUBLIK …sakip.pertanian.go.id/admin/file/Renstra Biro Hukum 2011... · 2016-06-10 · laporan kompendium hukum, himpunan Peraturan Menteri

E. Strategi

Untuk terwujudnya sasaran dan tujuan sesuai visi dan misi yang telah

ditetapkan, maka strategi hukum dan informasi publik adalah sebagai berikut :

1. Peningkatan penyempurnaan, pengkajian produk hukum di bidang pertanian

sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat;

2. Peningkatan pengembangan pemberian bantuan dan pertimbangan hukum serta

perjanjian di bidang pertanian;

3. Operasionalisasi, pendekatan persuasif dan edukatif dalam mengembangkan

pengelolaan informasi melalui multi media, pameran dan peragaan

pembangunan pertanian dan tersedianya perpustakaan digital

4. serta menyelenggarakan ketatausahaan yang profesional;

5. Peningkatan profesionalisme dan semangat kerja SDM di bidang hukum dan

informasi publik.

Page 19: RENCANA STRATEGIS BIRO HUKUM DAN INFORMASI PUBLIK …sakip.pertanian.go.id/admin/file/Renstra Biro Hukum 2011... · 2016-06-10 · laporan kompendium hukum, himpunan Peraturan Menteri

BAB III. CARA MENCAPAI TUJUAN

DAN SASARAN

A. Kebijakan

1. Peningkatan kualitas pelayanan hukum secara konsisten (cepat, tepat dan aman)

dengan memperhatikan pergeseran paradigma pembangunan hukum yaitu

privatisasi, desentralisasi dan globalisasi untuk menghormati HAM, HKI dan

lingkungan hidup serta menjamin terwujudnya supremasi hukum bagi masyarakat

petanian.

2. Peningkatan kualitas ketersediaan dan pengelolaan dokumentasi dan informasi

hukum.

3. Peningkatan kualitas pelayanan informasi Publik yang transparan dan akuntabel

dengan multi media, mengembangkan pengelolaan informasi publik melalui

multimedia serta pameran dan peragaan dan tersedianya perpustakaan digital

dalam melaksanakan proses pembangunan pertanian.

B. Program

Dalam upaya mencapai tujuan dan sasaran sesuai visi dan misi Biro Hukum dan

Informasi Publik, Kementerian Pertanian dalam melaksanakan tugas dan fungsinya,

maka program kerja Biro Hukum dan Informasi Publik Tahun 2011-2009 meliputi:

1. Penyiapan evaluasi dan penyusunan rancangan, serta penelaahan peraturan

perundang-undangan pertanian

2. Pengembangan Sistem Jaringan dan Pengelolaan Dokumentasi dan informasi

hukum pertanian

3. Pelayanan koordinasi penyusunan perjanjian dan bantuan hukum

4. Penyiapan, penyimpanan, pendokumentasian, penyediaan, uji konsekuensi dan

atau pelayanan informasi publik di bidang pertanian melalui multimedia,

peragaan, pameran dan perpustakaan digital.

Page 20: RENCANA STRATEGIS BIRO HUKUM DAN INFORMASI PUBLIK …sakip.pertanian.go.id/admin/file/Renstra Biro Hukum 2011... · 2016-06-10 · laporan kompendium hukum, himpunan Peraturan Menteri

C. Kegiatan

Biro Hukum dan Informasi Publik Kementerian Pertanian dalam melaksanakan

kegiatannya mengacu pada Program Legislasi Nasional (PROLEGNAS) dan

Program Legislasi Pertanian (PROLEGTAN).

1. Program Legislasi Nasional (PROLEGNAS)

a. Penyempurnaan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem

Budidaya Tanaman.

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman

telah mengawal proses dan mengamankan pembangunan budidaya

tanaman beserta hasil-hasilnya. Beberapa substansi pengaturan di dalam

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 telah diatur secara tersendiri ke

dalam Undang-Undang, meliputi ketentuan Undang-Undang Nomor 29

Tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman, Undang-Undang 18

Tahun 2004 tentang Perkebunan, Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009

tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan, dan Undang-

Undang Nomor 13 Tahun 2010 tentang Hortikultura, maka Undang-Undang

Nomor 12 Tahun 1992 perlu untuk ditinjau kembali pengaturannya untuk

menyesuaikan dengan beberapa Undang-Undang yang baru tersebut.

Penyempurnaan terhadap ketentuan-ketentuan di dalam Undang-Undang

Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman sebagai berikut:

(1) Terutama perlunya dimasukkan materi hukum mengenai tanaman yang

dapat diartikan sebagai tanaman pangan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan lainnya.

(2) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 hanya mengatur secara umum

sistem budidaya tanaman sebagai sistem pengembangan dan

pemanfaatan sumber daya alam nabati melalui upaya manusia yang

dengan modal, teknologi, dan sumberdaya lainnya menghasilkan

barang guna memenuhi kebutuhan manusia secara lebih baik (vide

Pasal 1 Ketentuan Umum). Oleh karena itu ruang lingkup yang sistem

budidaya tanaman hanya mencakup proses kegiatan produksi sampai

Page 21: RENCANA STRATEGIS BIRO HUKUM DAN INFORMASI PUBLIK …sakip.pertanian.go.id/admin/file/Renstra Biro Hukum 2011... · 2016-06-10 · laporan kompendium hukum, himpunan Peraturan Menteri

dengan pasca panen ( ketentuan Pasal 4). Sehingga pada dasarnya

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 masih sangat umum.

(3) Pengaturan substansi yang terkait dengan pengaturan Pupuk masih

sangat terbatas, yaitu hanya pada Bab IV Sarana Produksi Pasal 37

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992. Pengertian pupuk menurut

ketentuan Pasal 37 ayat (1) tidak termasuk pupuk organik, dengan

demikian pengaturan pupuk dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun

1992 masih bersifat parsial, padahal pupuk organik harus diatur dalam

undang-undang sehingga memiliki dasar hukum, menjamin kepastian

hukum yang lebih kuat, dan dilengkapi ketentuan sanksi yang tegas,

atau minimal dalam tingkat Peraturan Pemerintah.

Dalam Penjelasan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2001 tentang

Pupuk Budidaya Tanaman sebagai tindak lanjut dari ketentuan Pasal 37

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992, pupuk organik belum dapat diatur

mengingat masih sulit ditentukan standarnya. Penjelasan ini sudah tidak

relevan lagi seiring dengan perkembangan, standarisasi mutu pupuk

organik dapat dilakukan melalui mekanisme pendaftaran dan pengujian.

Justru untuk menjamin standar mutu tersebut, diperlukan peraturan yang

lebih tinggi tidak cukup pada tingkat peraturan menteri yang terbatas

ketentuan sanksinya.

Kemudian, muatan pengaturan tentang pupuk dalam Undang-Undang

Nomor 12 Tahun 1992 sudah tidak relevan dengan perkembangan zaman,

kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Seiring dengan kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi, industri pupuk an-organik telah berkembang,

termasuk di samping pupuk organik dan pembenah tanah, berkembang

pula industri Pupuk Hayati untuk sektor pertanian. Oleh karena itu definisi

pupuk dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 harus disesuaikan

dengan perkembangan zaman.

Page 22: RENCANA STRATEGIS BIRO HUKUM DAN INFORMASI PUBLIK …sakip.pertanian.go.id/admin/file/Renstra Biro Hukum 2011... · 2016-06-10 · laporan kompendium hukum, himpunan Peraturan Menteri

b. Penyempurnaan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina

Hewan, Ikan dan Tumbuhan.

Penyelenggaraan perkarantinaan yang selama ini dilakukan sebagai bagian

dalam sistem perlindungan tumbuhan dan kesehatan hewan.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dinamika masyarakat

maupun perdagangan dunia menyebabkan penyelenggaraan

perkarantinaan bukan hanya sebagai bagian dari sistem perlindungan

tumbuhan dan kesehatan hewan tetapi juga merupakan bagian dari sistem

perdagangan dan transportasi. Sehubungan dengan hal itu,

penyelenggaraan perkarantinaan hewan, ikan dan tumbuhan harus mampu

menjawab ancaman, tantangan dan peluang tersebut. Penyelenggaraan

karantina hewan, ikan dan tumbuhan akan lebih berhasil guna dan berdaya

guna serta mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi, dinamika masyarakat maupun perdagangan dunia apabila

dilakukan peninjauan kembali terhadap ketentuan-ketentuan yang

tercantum dalam Undang-Undang Nomor 16 tahun 1992.

Ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina

Hewan, Ikan dan Tumbuhan, ditetapkan berdasarkan pada kondisi saat

diuandangkan sehingga ada beberapa bagian dari materi/substansi

muatannya yang sudah tidak sesuai lagi dengan keadaan dan kebutuhan

saat ini, antara lain:

(1) Perlu adanya Policy perkarantinaan di negara kepulauan seperti

Indonesia, yang dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien dalam

pengawasan sumber daya hayati untuk pertanian;

(2) Substansi pengaturan baru terbatas pada mencegah keluar, masuk

dan tersebarnya OPTK dan HPHK. Dalam terminologi HPHK ada yang

namanya hama hewan, oleh karena itu hama hewan dihilangkan dari

norma di UU No. 16 Tahun 1992;

(3) Pencegahan keluar, masuk Sumber Daya Genetik (SDG), Living

Modified Organism (LMO)/ atau Genetically Modified Organism

(GMO), Keamanan Pangan Segar, IAS, agens hayati, SDG yang

terancam punah/ endangered species.

Page 23: RENCANA STRATEGIS BIRO HUKUM DAN INFORMASI PUBLIK …sakip.pertanian.go.id/admin/file/Renstra Biro Hukum 2011... · 2016-06-10 · laporan kompendium hukum, himpunan Peraturan Menteri

(4) Ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 terlalu

teknis dan kaku (rigid) sehingga kurang memberikan ruang gerak bagi

peraturan pelaksanaannya.

(5) Ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 kurang

lengkap ( a.l. ketentuan-ketentuan tentang pengeluaran, transit media

pembawa, dll).

(6) Beberapa Ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992

sulit dilaksanakan (a.l. ketentuan-ketentuan tentang sertifikat

kesehatan untuk reekspor, penolakan dan pemusnahan, dll).

(7) Ketentuan tentang sanksi pidana terlalu sempit dan ringan.

(8) Ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tidak cukup

ruang untuk precautionary treatment (Pasal 13 ayat 2).

(9) Dengan diratifikasinya berbagai perjanjian international yang

bersangkutan dengan sumber daya alam hayati dan perdagangan

international, telah terjadi perluasan tugas Karantina, tidak hanya

bersangkutan dengan hama dan penyakit hewan serta organisme

pengganggu tumbuhan, tetapi juga bersangkutan dengan keamanan

hayati yang berhubungan dengan produk rekayasa genetic

(transgenic), invasive alien spesies dan keamanan pangan dan pakan

dari cemaran biologis, kimiawi, dan fisik yang dapat mengganggu dan

membahayakan kesehatan manusia, hewan dan tumbuhan;

(10) Perkembangan hukum internasional khususnya Sanitary and

phytosanitary (SPS)Agreement, InternationalPlant Protection

Convention (IPPC) dan InternationalAnimal Health Commision (IAHC)

telah menghasilkan kaidah-kaidah dalam pelaksanaan

perkarantinaan. Undang-Undang Nomor 16 tahun 1992 belum

memuat Kaidah-kaidah tersebut, antara lain:

- Tidak merujuk kepada Pest Risk Analysis dan beberapa prinsip-

prinsip lainnya, seperti: Appropriate Level Of

Protection/Appropriate Level Of Risk dan risk management.

- PenggunaanPhytosanitary Certificate tidak sejalan dengan

ketentuan IPPC (transit, regulated articles);

Page 24: RENCANA STRATEGIS BIRO HUKUM DAN INFORMASI PUBLIK …sakip.pertanian.go.id/admin/file/Renstra Biro Hukum 2011... · 2016-06-10 · laporan kompendium hukum, himpunan Peraturan Menteri

- Tidak ada ketentuan tentang Organisme Pengganggu Tumbuhan

Penting (OPTP)/ Regulated Non Quarantine Pest (RNQP).

(11) Dengan adanya SPS Measures sebagai bagian dari General

Agreement on Trade and Tariffs (GATT) merupakan suatu barrier

pertanian yang signifikan untuk membendung masuknya produk-

produk pertanian yang tidak bermutu dan tidak aman bagi lingkungan

dan kesehatan manusia, maka Undang-Undang 16 Tahun 1992 harus

disesuaikan dengan kaidah internasional tersebut.

c. Penyempurnaan UU Nomor 29 Tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas

Tanaman.

Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki keragaman Sumber

Daya Genetik (SDG) tanaman termasuk varietas lokal. Hal tersebut

menyebabkan Indonesia berkewajiban untuk melestarikan dan memberikan

manfaat ekonomi atas varietas lokal bagi masyarakat. Manfaat ekonomi

atas varietas lokal tersebut dapat dilakukan dengan cara penyusunan

peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan sistem budidaya

tanaman dan Perlindungan Varietas Tanaman (PVT) disesuaikan dengan

nilai budaya, sosial dan ekonomi yang ada di masyarakat Indonesia.

Kesejahteraan Petani juga perlu ditingkatkan sehingga diharapkan dapat

menggerakkan perekonomian di Indonesia. Hal ini dapat diwujudkan

dengan cara membebaskan para Petani untuk menggunakan varietas lokal,

mengembangkan varietas tanaman dan melakukan pola tanam sesuai

dengan lahan pertanian yang dimilikinya di dalam kegiatan sistem budidaya

tanaman. Kebebasan kesempatan pola tanam tersebut diharapkan dapat

meningkatkan kemampuan petani untuk mengolah lahan pertanian dalam

rangka mengoptimalkan hasil produksi pertaniannya.

Revisi terhadap Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000 (UU No. 29 Tahun

2000) bila dilakukan maka revisi tersebut harus dapat meningkatkan

kesejahteraan petani dan sektor pertanian di Indonesia. Revisi Undang-

Undang Nomor 29 Tahun 2000 harus memuat ketentuan hukum yang lebih

baik termasuk perlindungan terhadap hak para petani dan Benefit Sharing

Page 25: RENCANA STRATEGIS BIRO HUKUM DAN INFORMASI PUBLIK …sakip.pertanian.go.id/admin/file/Renstra Biro Hukum 2011... · 2016-06-10 · laporan kompendium hukum, himpunan Peraturan Menteri

(pembagian keuntungan) atas pemanfaatan varietas lokal oleh pihak lain

dibandingkan substansi hukum yang telah ada di UU No. 29 Tahun 2000.

Latar belakang dari pembentukan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000

disebabkan karena berlakunya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1994

tentang Pengesahan United Nations Convention on Biological Diversity

(Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Keanekaragaman Hayati)

dan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan

Agreement Establishing The World Trade Organization (Persetujuan

Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia). Latar belakang tersebut

menunjukkan bahwa UU No. 29 Tahun 2000 telah disesuaikan dengan

kewajiban Indonesia di dalam perjanjian internasional yakni ketentuan

Convention on Biological Diversity dan ketentuan WTO. Substansi UU No.

29 Tahun 2000 juga telah memuat standard dari Union for the Protection of

New Varieties of Plants (UPOV) yakni Konvensi UPOV 1991 dalam

menentukan varietas tanaman hasil pemuliaan yang dapat diberikan PVT,

yakni varietas tersebut harus baru, unik, seragam, stabil dan diberi nama.

Revisi terhadap UU No. 29 Tahun 2000 hanya dapat dilakukan bila revisi

tersebut bertujuan untuk menyesuaikan dengan ketentuan Undang-Undang

Nomor 4 Tahun 2006 Tentang Pengesahan Treaty On Plant Genetic

Resources For Food And Agriculture (Perjanjian Mengenai Sumber Daya

Genetik Tanaman Untuk Pangan Dan Pertanian). Hal itu disebabkan

karena Indonesia memiliki kewajiban Internasional untuk melaksanakan

International Treaty On Plant Genetic Resources For Food And Agriculture

(ITPGRFA).

ITPGRFA telah mewajibkan Indonesia untuk lebih meningkatkan

perlindungan hukum terhadap varietas lokal/SDG tanaman, hak petani dan

Benefit Sharing atas pemanfaatan SDG tanaman oleh pihak lain. ITPGRFA

juga mengakui hak berdaulat negara untuk mengatur sistem pertanian

masing-masing. Hal ini yang dapat menjadi dasar bagi Indonesia untuk

melindungi keberadaan varietas lokal dan Benefit Sharing di dalam sistem

PVT.

Page 26: RENCANA STRATEGIS BIRO HUKUM DAN INFORMASI PUBLIK …sakip.pertanian.go.id/admin/file/Renstra Biro Hukum 2011... · 2016-06-10 · laporan kompendium hukum, himpunan Peraturan Menteri

Varietas lokal harus tetap diatur di dalam hukum nasional Indonesia. Hal

tersebut disebabkan karena varietas lokal merupakan SDG tanaman yang

diwariskan secara turun temurun di masyarakat. Varietas lokal, hak petani

dan hak komunal masyarakat diatur oleh UU No. 29 Tahun 2000 sebagai

konsekuensi keikutsertaan Indonesia di dalam Convention on Biological

Diversity. UU No. 29 Tahun 2000 juga telah menindaklanjuti ketentuan

invensi (penemuan) terhadap varietas tanaman sebagaimana yang telah

diatur di dalam Pasal 27 ayat (3) huruf b TRIPs Agreement sebagai salah

satu perjanjian di WTO. Pasal 27 ayat (3) huruf b TRIPs Agreement telah

memberikan kebebasan secara Sui Generis bagi Indonesia untuk mengatur

PVT sesuai dengan nilai moral dan nilai gotong royong di masyarakat.

Varietas lokal diatur di dalam ketentuan UU No. 29 Tahun 2000 sebagai

upaya untuk mewujudkan sila kelima Pancasila yakni “Keadilan Sosial Bagi

Seluruh Rakyat Indonesia” dan ketentuan Pasal 33 Undang-Undang Dasar

1945. Revisi terhadap UU No. 29 Tahun 2000 harus memperhatikan aspek

filosofis, sosiologis dan yuridis agar dapat berlaku efektif.

Indonesia tidak perlu menjadi anggota UPOV. Hal ini disebabkan karena

Pasal 27 ayat (3) huruf b TRIPs Agreement telah memberikan kebebasan

kepada negara anggota termasuk Indonesia untuk mengatur mengenai

PVT secara Sui Generis. Indonesia hanya memiliki kewajiban untuk

melaksanakan TRIPs Agreement dan CBD sedangkan Indonesia tidak

terikat kewajiban untuk melaksanakan UPOV. Ketentuan UU No. 29 Tahun

2000 juga telah memuat standard PVT sesuai dengan standard UPOV

meskipun Indonesia bukan anggota UPOV. Sistem UPOV dikhawatirkan

dapat menghambat pelaksanaan sistem budidaya tanaman di Indonesia.

Hambatan tersebut dirasakan karena UPOV tidak mengatur mengenai hak

petani dan pelestarian varietas lokal termasuk juga aspek Benefit Sharing

atas pemanfaatan varietas lokal.

Indonesia memiliki keuntungan dengan tidak menjadi anggota UPOV.

Indonesia akan lebih dapat melindungi hak petani untuk menggunakan

varietas tanaman hasil pemuliaan sebatas hanya untuk digunakan sendiri

oleh Petani tersebut. Indonesia juga memiliki SDG tanaman yang berlimpah

Page 27: RENCANA STRATEGIS BIRO HUKUM DAN INFORMASI PUBLIK …sakip.pertanian.go.id/admin/file/Renstra Biro Hukum 2011... · 2016-06-10 · laporan kompendium hukum, himpunan Peraturan Menteri

sehingga masyarakat lokal harus tetap mendapatkan Benefit Sharing atas

pemanfaatan varietas lokal oleh pihak lain. Kesejahteraan para petani dan

pelestarian varietas lokal menjadi alasan utama bagi Indonesia untuk tidak

masuk ke dalam UPOV.

Apabila Indonesia ingin menjadi anggota UPOV maka semua aturan di

bidang varietas tanaman yang bukan hasil pemuliaan harus dikeluarkan

sehingga varietas tanaman esensial dan varietas lokal yang didaftar, oleh

karena bukan rezim HKI.

d. Rancangan Undang-Undang dari Usulan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)

1. Rancangan Undang-Undang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani

Jangkauan pengaturan Rancangan Undang-Undang Perlindungan dan

Pemberdayaan Petani dibatasi pada sektor pertanian tanaman pangan,

hortikultura, perkebunan, dan peternakan. Dari hasil invetarisasi hukum

positif yang berkaitan dengan Perlindungan dan Pemberdayaan Petani,

ditemukan sejumlah peraturan perundang-undangan yang secara

parsial telah diatur dan belum terintegrasi satu dengan yang lain. Maka

untuk mewujudkan kesejahteraan petani sebagaimana diamanatkan

dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menganggap sangat perlu menyusun

Undang-Undang tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani

sebagai landasan untuk menyelesaikan permasalahan petani yang

terstruktur, yang disebabkan oleh faktor internal, eksternal, dan faktor

bencana alam dan perubahan iklim global yang tidak bisa dikontrol oleh

petani.

Pengaturan yang terkait dengan Perlindungan dan Pemberdayaan

Petani diantaranya tersebar dalam 21 (dua puluh satu) Undang-Undang

yaitu: Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1960 tentang Bagi Hasil Tanah

Pertanian, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok

Agraria, Undang-Undang Nomor 56 PRP Tahun 1960 tentang

Penetapan Luas Tanah Pertanian, Undang-Undang Nomor 2 Tahun

1992 tentang Usaha Perasuransian, Undang-Undang Nomor 12 Tahun

Page 28: RENCANA STRATEGIS BIRO HUKUM DAN INFORMASI PUBLIK …sakip.pertanian.go.id/admin/file/Renstra Biro Hukum 2011... · 2016-06-10 · laporan kompendium hukum, himpunan Peraturan Menteri

1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman, Undang-Undang Nomor 16

Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan, Undang-

Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan, Undang-Undang Nomor

29 Tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman, Undang-

Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Undang-

Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air, Undang-

Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan, Undang-Undang

Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional,

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2006 tentang Perjanjian Internasional

Mengenai Sumberdaya Genetik Untuk Pangan dan Pertanian, Undang-

Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian,

Perikanan, dan Kehutanan, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007

tentang Penanggulangan Bencana, Undang-Undang Nomor 26 Tahun

2007 tentang Penataan Ruang, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008

tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, Undang-Undang Nomor 11

Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial, Undang-Undang Nomor 18

Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan, Undang-

Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian

Pangan Berkelanjutan, dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2010

tentang Hortikultura. Oleh karena itu Peraturan perundang-undangan

yang berlaku pada saat ini dapat dikatakan masih bersifat parsial dan

hanya mengatur kepentingan subsektor.

Perlindungan petani adalah segala upaya untuk membantu petani

dalam menghadapi permasalahan baik karena pengaruh internal,

eksternal maupun karena bencana alam dan perubahan iklim global

sehingga petani dapat hidup mandiri, berdaulat dalam rangka

kebutuhan hidupnya secara layak. Perlindungan petani dilakukan

antara lain melalui jaminan harga komoditas yang menguntungkan,

jaminan memperoleh sarana produksi, jaminan infrastruktur pertanian,

jaminan pemasaran hasil pertanian, jaminan pengutamaan hasil

pertanian dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional,

jaminan kepastian usaha, jaminan penghasilan karena program

Page 29: RENCANA STRATEGIS BIRO HUKUM DAN INFORMASI PUBLIK …sakip.pertanian.go.id/admin/file/Renstra Biro Hukum 2011... · 2016-06-10 · laporan kompendium hukum, himpunan Peraturan Menteri

pemerintah, jaminan penghapusan praktik-praktik ekonomi biaya tinggi,

dan jaminan ganti rugi akibat gagal panen, serta asuransi pertanian.

Sedangkan konsep dari Pemberdayaan petani adalah segala upaya

untuk mengubah pola pikir para petani, peningkatan usahatani,

penumbuhan dan penguatan kelembagaantani dalam meningkatkan

kesejahteraannya. Pemberdayaan petani dilakukan antara lain melalui

penyuluhan, pendidikan dan pelatihan, penguatan kelembagaan petani,

pemberian fasilitas sumber pembiayaan/ permodalan, pemberian

bantuan kredit kepemilikan lahan, pembentukan kelembagaan

keuangan/bank bagi petani, dan pemberian fasilitas untuk mengakses

ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dan informasi.

2. Rancangan Undang-Undang Pangan.

Materi muatan dalam Undang-Undang Pangan sifatnya sangat umum

dan banyak dilakukan pendelegasian pengaturan sehingga dalam

pelaksanaannya ditemui beberapa kendala. Terutama dalam hal

penegakan hukum menyangkut penerapan sanksi yang relatif masih

rendah sehingga tidak menimbulkan efek jera.

Konsep ketahanan pangan dalam Undang-Undang Pangan belum

menjawab penyediaan pangan dan produksi pangan dalam negeri, hal

ini berkaitan dengan kelembagaan pangan. Belum adanya pengaturan

yang jelas dan tegas menyangkut keamanan pangan (labelisasi) untuk

dikonsumsi masyarakat, misalnya dalam hal pencantuman tanggal

kadaluarsa. Negara bertanggung jawab untuk menghormati,

melindungi, dan memenuhi Hak atas Pangan serta menjamin

ketersediaan pangan bagi rakyatnya terutama distribusi pangan dan

kemudahan rakyat untuk mengakses pangan.

e. Rancangan Undang-Undang dari Usulan Pemerintah

Pembentukan Undang-Undang baru sebagai prakarsa pemerintah untuk

menindaklanjuti UU No. 18 Tahun 2009 tentang peternakan dan kesehatan

hewan yaitu ketentuan praktik kedokteran hewan dan otoritas veteriner.

Page 30: RENCANA STRATEGIS BIRO HUKUM DAN INFORMASI PUBLIK …sakip.pertanian.go.id/admin/file/Renstra Biro Hukum 2011... · 2016-06-10 · laporan kompendium hukum, himpunan Peraturan Menteri

2. Program Legislasi Pertanian (PROLEGTAN)

Sesuai dengan visi dan misi pembangunan hukum bidang pertanian yaitu

terwujud dan berfungsinya hukum pertanian yang kuat, lengkap dan

terdesentralisasi serta berwawasan lingkungan maka beberapa Undang-Undang

yang telah diundangkan diperlukan adanya Peraturan Pemerintah dan Peraturan

Menteri sebagai peraturan pelaksanaannya.

Dalam Program Legislasi Pertanian Tahun 2011 terdapat 8 (delapan) kebijakan

guna menyelesaikan permasalahan pembangunan pertanian yang ditindaklanjuti

peraturan perundang-undangan. Adapun 8 (delapan) kebijakan dimaksud

sebagai berikut:

(1) Penerapan pembangunan pertanian yang berkelanjutan guna

mengantisipasi perubahan iklim.

(2) Perbaikan dan pembangunan infrastruktur pertanian (jaringan irigasi,

sarana jalan dan perluasan lahan pertanian).

(3) Penerapan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan

Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.

(4) Pengembangan sistem perbenihan dan perbibitan nasional.

(5) Pengembangan sistem pembiayaan pertanian yang berpihak kepada

petani.

(6) Penguatan kelembagaan ekonomi petani dan pemantapan kelembagaan

penyuluhan sesuai Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem

Penyuluhan, Pertanian, Perikanan dan Kehutanan.

(7) Kampanye nasional penganekaragaman pangan.

(8) Peningkatan koordinasi integrasi, dan sinkronisasi antarsektor.

Yang tertuang dalam kegiatan rencana kerja Tahunan yaitu penyusunan

dokumen perundang-undangan bidang Tanaman, Ternak dan Kesehatan

Hewan, Karantina Pertanian, Sumberdaya Sarana Prasarana Melalui Program

Legislasi Nasional (Prolegnas) dan Program Legislasi Pertanian (Prolegtan).

Page 31: RENCANA STRATEGIS BIRO HUKUM DAN INFORMASI PUBLIK …sakip.pertanian.go.id/admin/file/Renstra Biro Hukum 2011... · 2016-06-10 · laporan kompendium hukum, himpunan Peraturan Menteri

3. Pengembangan Sistem Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum

Pertanian

Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum Nasional atau biasa disingkat

JDIHN merupakan suatu wadah pendayagunaan bersama atas dokumen hukum

secara tertib, terpadu, dan berkesinambungan, selain itu JDIHN adalah suatu

sarana pemberian pelayanan informasi hukum secara lengkap, akurat, mudah

dan cepat kepada seluruh stakeholders yang membutuhkannya supaya dengan

begitu dapat menunjang pembangunan hukum yang lebih maksimal

dibandingkan sebelumnya, karena tanpa keberadaan JDIHN, maka

pembangunan hukum di Indonesia akan sulit direalisasikan, dengan begitu

otomatis pembangunan nasional secara keseluruhan akan terhambat. Hal

tersebut diataslah yang melatarbelakangi pembentukan sistem JDIHN dinegeri

ini sejak pembuatan Peraturan Presiden Nomor 33 Tahun 2012, dimana JDIHN

pada tersebut bertujuan untuk :

1. Menjamin terciptanya pengelolaan dokumentasi dan informasi hukum yang

terpadu dan terintegrasi dengan instansi pemerintah dan institusi lainnya;

2. Menjamin ketersediaan dokumentasi dan informasi hukum yang lengkap dan

akurat;

3. Mengembangkan kerja sama yang efektif antara Pusat jaringan dengan

Anggota jaringan, dan sesama Anggota jaringan dalam rangka penyediaan

dokumentasi dan informasi hukum.

Kegiatan yang di lakukan subbagian Dokumentasi dan Informasi Hukum

Tahun 2012 yaitu:

a. Pengelolaan dan Pelayanan Dokumentasi dan Informasi Hukum

Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor

61/Permentan/OT.140/10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Kementerian Pertanian dan Peraturan Menteri Pertanian Nomor

30/Permentan/OT.140/5/2011 tentang Rincian Tugas Pekerjaan Unit

Kerja Eselon IV Lingkup Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian,

pengelolaan Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum di Kementerian

Pertanian berada pada tingkat Eselon IV dengan nomenklatur Sub

Bagian Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum, di bawah

Page 32: RENCANA STRATEGIS BIRO HUKUM DAN INFORMASI PUBLIK …sakip.pertanian.go.id/admin/file/Renstra Biro Hukum 2011... · 2016-06-10 · laporan kompendium hukum, himpunan Peraturan Menteri

Sekretariat Jenderal (Eselon I), Biro Hukum dan Informasi Publik (Eselon

II), dan Bagian Peraturan Peraturan Perundang-Undangan II (Eselon III).

Sub Bagian Jaringan Dokumentasi dan Informasi, Biro Hukum dan

Informasi Publik Kementerian Pertanian mempunyai tugas:

1) Melakukan penyiapan bahan penyusunan rencana kerja dan

anggaran subbagian jaringan dokumentasi dan informasi hukum,

yang kegiatannya meliputi:

a) Mengumpulkan data dan informasi;

b) Mengolah dan menganalisis data dan informasi;

c) Menyusun kerangka acuan kegiatan, rencana anggaran biaya,

dan rencana operasional kegiatan;

d) Menyajikan rencana kerja dan anggaran.

2) Melakukan penyiapan bahan bimbingan jaringan dokumentasi dan

informasi hukum yang kegiatannya meliputi:

a) Mengumpulkan bahan penerbitan himpunan peraturan

perundang-undangan di bidang pertanian;

b) Memberikan pelayanan dan menginformasikan peraturan

perundang-undangan di bidang pertanian;

c) Mengumpulkan dan menyiapkan bahan bimbingan

pengembangan jaringan dokumentasi dan informasi hukum.

Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum Nasional atau biasa disingkat

JDIHN merupakan suatu wadah pendayagunaan bersama atas dokumen

hukum secara tertib, terpadu, dan berkesinambungan, selain itu JDIHN

adalah suatu sarana pemberian pelayanan informasi hukum secara lengkap,

akurat, mudah dan cepat kepada seluruh stakeholders yang

membutuhkannya supaya dengan begitu dapat menunjang pembangunan

hukum yang lebih maksimal dibandingkan sebelumnya, karena tanpa

keberadaan JDIHN, maka pembangunan hukum di Indonesia akan sulit

direalisasikan, dengan begitu otomatis pembangunan nasional secara

keseluruhan akan terhambat. Hal tersebut diataslah yang melatarbelakangi

pembentukan sistem JDIHN dinegeri ini sejak pembuatan Peraturan

Page 33: RENCANA STRATEGIS BIRO HUKUM DAN INFORMASI PUBLIK …sakip.pertanian.go.id/admin/file/Renstra Biro Hukum 2011... · 2016-06-10 · laporan kompendium hukum, himpunan Peraturan Menteri

Presiden Nomor 33 Tahun 2012, dimana JDIHN pada tersebut bertujuan

untuk:

1. Menjamin terciptanya pengelolaan dokumentasi dan informasi hukum

yang terpadu dan terintegrasi dengan instansi pemerintah dan institusi

lainnya;

2. Menjamin ketersediaan dokumentasi dan informasi hukum yang lengkap

dan akurat;

3. Mengembangkan kerja sama yang efektif antara Pusat jaringan dengan

Anggota jaringan, dan sesama Anggota jaringan dalam rangka

penyediaan dokumentasi dan informasi hukum.

b. Penerbitan Peraturan Menteri Pertanian.

Sebagai salah satu upaya pengembangan Sistem Jaringan Dokumentasi

dan Informasi (SJDI) Hukum, sesuai amanat Peraturan Presiden

Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2007 Tentang Pengesahan,

Pengundangan, dan Penyebarluasan Peraturan Perundang-Undangan

dan untuk mewujudkan keterbukaan informasi publik yang diamanatkan

oleh Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008

Tentang Keterbukaan Informasi Publik.

Biro Hukum dan Informasi Publik Kementerian Pertanian menerbitkan

Himpunan Peraturan/Keputusan Menteri Pertanian Tahun 2012

merupakan kelanjutan dari Himpunan Peraturan/Keputusan Menteri

Pertanian tahun 2011.

Penerbitan Himpunan Peraturan/Keputusan Menteri Pertanian ini

bertujuan untuk memberikan informasi dan mempermudah dalam

penemuan kembali peraturan perundang-undangan Bidang Pertanian

yang diharapkan mampu membantu bagi pemberian pelayanan,

pelaksanaan, pembinaan, dan peningkatan usaha sektor Pertanian.

Selama tahun 2012, JDIH Biro Hukum Kementerian Pertanian telah

menghimpun dan menyusun 4 (empat) Kompendium/Kodifikasi Hukum

adalah sebagai berikut:

Page 34: RENCANA STRATEGIS BIRO HUKUM DAN INFORMASI PUBLIK …sakip.pertanian.go.id/admin/file/Renstra Biro Hukum 2011... · 2016-06-10 · laporan kompendium hukum, himpunan Peraturan Menteri

1. Kompendium Bidang Peternakan;

2. Kompendium Bidang Lahan;

3. Kompendium Bidang Penyuluhan;

4. Kompendium Bidang Hortikultura.

Menghimpun dan menyusun Peraturan dan Keputusan Menteri

Pertanian dilakukan dalam 2 (dua) tahap, yakni pada Juni dan

Desember pada setiap tahunnya. Hal tersebut dilakukan untuk

memaksimalkan inventarisasi, pengumpulan dan pengolahan Peraturan

Menteri Pertanian yang sudah ada.

Selama tahun 2012, telah dihimpun:

1) Himpunan Peraturan Menteri Pertanian Bagian Pertama A;

2) Himpunan Peraturan Menteri Pertanian Bagian Pertama B;

3) Himpunan Peraturan/Keputusan Menteri Pertanian dengan Sistem

Katalog.

c. Penempatan Peraturan Menteri Pertanian dalam Berita Negara.

Proses akhir dari pembuatan peraturan perundang-undangan adalah

pengundangan dan penyebarluasan yang memerlukan penanganan

secara terarah, terpadu, terencana, efektif dan efesien serta akuntabel.

Pengundangan adalah penempatan peraturan perundang-undangan

dalam Lembaran Negara Republik Indonesia, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia, Berita Negara Republik Indonesia, dan

Tambahan Berita Negara Republik Indonesia. Maksudnya agar supaya

setiap orang dapat mengetahui peraturan perundang-undangan,

pemerintah wajib menyebarluaskan peraturan perundang-undangan

yang telah diundangkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia

dan Berita Negara Republik Indonesia. Dengan penyebarluasan

diharapkan masyarakat mengerti, dan memahami maksud-maksud

yang terkandung dalam peraturan perundang-undangan, sehingga

dapat melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan

dimaksud.

Page 35: RENCANA STRATEGIS BIRO HUKUM DAN INFORMASI PUBLIK …sakip.pertanian.go.id/admin/file/Renstra Biro Hukum 2011... · 2016-06-10 · laporan kompendium hukum, himpunan Peraturan Menteri

4. Program Pelayanan Perjanjian dan Pertimbangan Bantuan Hukum

a) Perjanjian

Perjanjian oleh Kementerian Pertanian dilaksanakan dengan harapan

diperolehnya berbagai manfaat seperti peningkatan produktivitas;

efisiensi; jaminan kualitas, kuantitas, dan kontinuitas, pembagian risiko,

pemanfaatan potensi sarana, prasarana dan sumber daya secara

maksimal, dan lain sebagainya yang dapat membantu tercapainya tujuan

Kementerian Pertanian. Dari segi hal-hal yang dikerjasamakan,

Kementerian Pertanian melaksanakan perjanjian dalam berbagai bidang

seperti kerjasama penelitian dan pengembangan, pemanfaatan aset,

pelaksanaan kegiatan maupun program-program yang tidak mungkin

dapat dikerjakan sendiri.

Fungsi pelayanan perjanjian dilaksanakan oleh Subbagian Perjanjian

dengan melaksanakan tugas yang meliputi penyiapan bahan penyusunan

naskah perjanjian, penyiapan bahan penyusunan naskah perjanjian, dan

pemantauan dan evaluasi pelaksanaan naskah perjanjian. Pekerjaan

tersebut direalisasikan dalam berbagai bentuk kegiatan yang meliputi

inventarisasi dan penyiapan bahan penyusunan naskah perjanjian;

penyiapan bahan telaahan naskah perjanjian; penelaahan, analisis, dan

penyajian bahan penyusunan naskah perjanjian, penyiapan bahan

koordinasi pembahasan, bahan konsultasi, bahan sosialisasi dan

apresiasi serta menyajikan hasil pemantauan dan evaluasi naskah

perjanjian, dsb.

b) Pertimbangan dan Bantuan Hukum

Untuk menunjang kegiatan pada Subbagian Pertimbangan dan Bantuan

Hukum, Biro Hukum dan Informasi Publik, Kementerian Pertanian sering

dihadapkan pada permasalahan dalam rangka memberikan bantuan dan

pelayanan hukum terhadap Instansi maupun Pejabat pada Kementerian

Pertanian yaitu antara lain sebagai berikut :

a. Inventarisasi Aset (tanah/bangunan) yang bermasalah Lingkup

Kementerian Pertanian.

b. Penyusunan Legal Opinion permasalahan di bidang pertanian

Page 36: RENCANA STRATEGIS BIRO HUKUM DAN INFORMASI PUBLIK …sakip.pertanian.go.id/admin/file/Renstra Biro Hukum 2011... · 2016-06-10 · laporan kompendium hukum, himpunan Peraturan Menteri

c. Penanganan Perkara Tata Usaha Negara

d. Penanganan Perkara Perdata di Pengadilan Negeri

e. Penanganan Perkara pengujian peraturan perundang-undangan di

Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi

5. Program Pengelolaan Pelayanan Informasi Publik

a. Penyusunan Peraturan/Keputusan Pengelolaan dan Pelayanan Informasi

Publik di Lingkungan Kementerian Pertanian

Penyusunan peraturan/keputusan sebagai pelaksanaan dari Undang-

Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik,

Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008, Peraturan Komisi Informasi

Nomor 1 Tahun 2010, dan Peraturan Komisi Informasi Nomor 2 Tahun

2010. Kegiatan ini dilaksanakan dengan pengumpulan bahan/data,

konsinyasi, pembahasan dengan Eselon I/PPID lingkup Kementerian

Pertanian. Peraturan/keputusan yang telah disusun sebagai berikut :

1) Peraturan Menteri Pertanian tentang Pedoman Pengelolaan dan

Pelayanan Informasi Publik di Lingkungan Kementerian Pertanian

dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor

32/Permentan/OT.140/5/2011.

2) Keputusan Menteri Pertanian tentang Penunjukkan PPID Utama dan

PPID Pelaksana Eselon I Kementerian Pertanian.

3) Keputusan Kepala Biro Hukum dan Informasi Publik selaku PPID

Utama tentang Daftar Informasi Publik yang Dikuasai Kementerian

Pertanian.

4) Keputusan Kepala Biro Hukum dan Informasi Publik selaku PPID

Utama tentang Panduan Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan untuk

Pengelolaan dan Pelayanan Informasi Publik pada Kementerian

Pertanian.

Page 37: RENCANA STRATEGIS BIRO HUKUM DAN INFORMASI PUBLIK …sakip.pertanian.go.id/admin/file/Renstra Biro Hukum 2011... · 2016-06-10 · laporan kompendium hukum, himpunan Peraturan Menteri

Lebih lanjut akan dilakukan penyusunan :

1) Peraturan Menteri Pertanian tentang Uji Konsekuensi Informasi Publik

Kementerian Pertanian.

2) Keputusan Menteri Pertanian tentang tentang Daftar Informasi yang

Dikecualikan Kementerian Pertanian.

3) Keputusan Kepala Biro Hukum dan Informasi Publik selaku PPID

Utama tentang SOP Pengelolaan Informasi Publik di Kementerian

Pertanian.

b. Peningkatan Kapasitas Layanan Informasi Publik

Dalam rangka memberikan pemahaman tentang pentingnya Keterbukaan

Informasi Publik bagi pejabat/pegawai/petugas pengelolaan dan layanan

informasi, Biro Hukum dan Informasi Publik melaksanakan kegiatan :

1) Sosialisasi Keterbukaan Informasi Publik. Sosialisasi mengenai

Keterbukaan Informasi Publik ditujukan dalam rangka peningkatan

kapasitas layanan informasi publik. Kegiatan ini dilaksanakan untuk

meningkatkan pemahaman umumnya bagi Pejabat Struktural UK/UPT

(Atasan PPID) dan khususnya bagi Pejabat Pengelola Informasi dan

Dokumentasi (PPID) lingkup Kementerian Pertanian tentang

pentingnya keterbukaan informasi publik beserta batasan-batasannya.

2) Keikutsertaan dalam pendidikan, latihan yang diselenggarakan oleh

Unit Kerja di Kementerian Pertanian atau di luar Kementerian

Pertanian dan juga yang diselenggarakan swasta. Peningkatan

kapasitas pelayanan informasi ini berupa keikutsertaan dalam diklat,

kursus, workshop, seminar, lokakarya, atau pun studi banding pada

lembaga yang telah menyelenggarakan pengelolaan dan pelayanan

informasi publik.

3) Bimbingan Teknis Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi

(PPID). Dalam rangka memberikan peningkatan kompetensi petugas

Pengelola Informasi Dokumentasi (PID) maupun Pejabat Fungsional

bidang Informasi dan Dokumentasi (PFID) dalam membantu Pejabat

Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) untuk mengelola dan

Page 38: RENCANA STRATEGIS BIRO HUKUM DAN INFORMASI PUBLIK …sakip.pertanian.go.id/admin/file/Renstra Biro Hukum 2011... · 2016-06-10 · laporan kompendium hukum, himpunan Peraturan Menteri

melayani informasi publik kepada masyarakat. Kegiatan ini berupa

bimbingan teknis yang diselenggarakan oleh Biro Hukum dan

Informasi Publik. Pada kegiatan ini akan mengundang

narasumber/praktisi baik dari institusi terkait, pakar informasi,

akademisi perguruan tinggi maupun pihak swasta yang bergerak

dalam bidang informasi dan komunikasi publik.

c. Penyiapan bahan penyajian, pemutakhiran, dan pengemasan dokumen

informasi publik bidang pertanian yang terbarukan melalui multimedia

Berkenaan dengan kewajiban Badan Publik sesuai pasal 7 Undang-

Undang Nomor 14 Tahun 2008, yaitu membangun dan mengembangkan

sistem informasi dan dokumentasi untuk mengelola Informasi Publik

secara baik dan efisien. Pendokumentasian Informasi adalah kegiatan

penyimpanan data dan informasi, catatan dan/atau keterangan yang

dibuat dan/atau diterima oleh satuan kerja di lingkungan Kementerian

Pertanian guna membantu PPID dalam melayani permintaan informasi.

Kegiatan pendokumentasian informasi publik memakai aplikasi yang

dikembangkan pada Portal Website PPID Kementan

http://ppid.deptan.go.id/. Aplikasi pada portal tersebut memudahkan

Petugas PID dalam mengelola dokumen, merekap layanan dan keberatan

informasi publik. Selain itu, dapat memudahkan PPID dalam membuat

laporan monitoring dan evaluasi informasi publik. Disamping itu juga

dikembangkan dan dibangun penyediaan digital informasi, analisis

database informasi publik, dan aplikasi dalam pengelolaan dan pelayanan

informasi publik. Disamping itu untuk percepatan implementasi informasi

publik khususnya informasi pembangunan pertanian disajikan melaluin

pameran dan peragaan.

D. Indikator Pencapaian Tujuan

Indikator pencapaian tujuan terlaksananya kegiatan penyempurnaan peraturan

perundang-undangan termasuk pemberian bantuan hukum, dan pelaksanaan

pengelolaan informasi publik meliputi:

Page 39: RENCANA STRATEGIS BIRO HUKUM DAN INFORMASI PUBLIK …sakip.pertanian.go.id/admin/file/Renstra Biro Hukum 2011... · 2016-06-10 · laporan kompendium hukum, himpunan Peraturan Menteri

a. Terlaksananya kegiatan penyempurnaan peraturan perundang-undangan di

bidang pertanian;

b. Terlaksananya pengembangan sistem jaringan dokumentasi dan informasi

hukum;

c. Terlaksananya kegiatan perumusan perjanjian, pemberian pertimbangan dan

bantuan hukum di bidang pertanian serta ketata usahaan;

d. Terlaksananya pengelolaan informasi publik melalui peningkatan layanan

informasi, multi media, pameran dan peragaan serta perpustakaan digital

bidang pertanian.

E. Aspek Sumber Daya Manusia

Berdasarkan tupoksi masing-masing bagian dari Biro Hukum dan Informasi

Publik sampai dengan tahun 2011 jumlah personil 73 orang (termasuk Kepala

Biro), yang tersebar di unit-unit bagian sebagai berikut:

Kepala Biro Hukum dan Informasi Publik : 1 (satu)

Kepala Bagian : 4 (empat)

1. Bagian Perundang-Undangan I

2. Bagian Perundang-Undangan II

3. Bagian Perjanjian dan Bantuan Hukum

4. Bagian Pengelolaan Informasi Publik

Kepala Subbagian : 12 (dua belas)

1. Subbagian Perundang-Undangan IA

2. Subbagian Perundang-Undangan IB

3. Subbagian Perundang-Undangan IC

4. Subbagian Perundang-Undangan IIA

5. Subbagian Perundang-Undangan IIB

6. Subbagian Dokumentasi dan Informasi Hukum

7. Subbagian Perjanjian

8. Subbagian Pertimbangan dan Bantuan Hukum

9. Subbagian Tata Usaha Biro

10. Subbagian Pelayanan Informasi

Page 40: RENCANA STRATEGIS BIRO HUKUM DAN INFORMASI PUBLIK …sakip.pertanian.go.id/admin/file/Renstra Biro Hukum 2011... · 2016-06-10 · laporan kompendium hukum, himpunan Peraturan Menteri

11. Subbagian Pameran dan Peragaan

12. Subbagian Multimedia

Jabatan Struktural

S3 : 1 (satu)

S2 : 3 (tiga)

S1 : 13 (tiga belas)

Jabatan Fungsional Umum

S2 : 4 (empat)

S1 : 24 (dua puluh empat)

D3/SMA : 29 (dua puluh sembilan)

Sumber Daya Manusia Biro Hukum dan Informasi Publik pada akhir tahun 2014

diperkirakan akan mencapai jumlah personil sebanyak 130 orang dengan tingkat

pendidikan S2 sebanyak 10 orang , S1 bidang hukum sebanyak 25 orang, S1

bidang informasi, Komputer sebanyak 25 orang, S1 teknis sebanyak 10 orang,

sedangkan S1 umum sebanyak 25 orang dan D3/SMU sebanyak 25 orang.

F. Aspek Sarana dan Prasarana

Dalam rangka mendukung program kegiatan Biro Hukum dan Informasi Publik di

atas, maka prioritas anggaran dipergunakan untuk pengadaan :

1. Pengadaan Komputer dan Peralatannya yaitu (Pengadaan Laptop

sebanyak 5 unit), Pengadaan Komputer Desktop dan printer sebanyak 5

unit, Pengadaan Printer berwarna/deskjet sebanyak 3 unit, Pengadaan

Scanner sebanyak 3 unit).

2. Pengadaan Kendaraan Bermotor Roda dua 4 (empat) unit.

3. Pengadaan Kendaraan Bermotor Roda empat dan atau roda enam 1 (satu)

unit.

4. Sarana dan prasarana yaitu pengadaan meubelair berupa meja dan kursi

sebanyak 5 unit dan pengadaan filling cabinet, lemari kaca/besi dll

sebanyak 1 unit.

Page 41: RENCANA STRATEGIS BIRO HUKUM DAN INFORMASI PUBLIK …sakip.pertanian.go.id/admin/file/Renstra Biro Hukum 2011... · 2016-06-10 · laporan kompendium hukum, himpunan Peraturan Menteri

BAB IV. PENUTUP

Rencana Srategis Biro Hukum dan Informasi Publik Tahun 2010-2014 merupakan

bagian integral dari perencanaan pembangunan pertanian secara keseluruhan yang

berisi visi, misi, tujuan, sasaran, cara-cara mencapai tujuan dan sasaran serta

indikator output dalam waktu tertentu.

Rencana Srategis Biro Hukum dan Informasi Publik Tahun 2010-2014 merupakan

acuan atau pedoman bagi seluruh jajaran Biro Hukum dan Informasi Publik dalam

melaksanakan kegiatannya. Keberhasilan pencapaian visi, misi, tujuan dan sasaran

sebagaimana tercantum Rencana Srategis ini memerlukan komitmen dan

kebersamaan sseluruh pihak-pihak terkait baik dari internal maupun eksternal Biro

Hukum dan Informasi Publik.

Pengimplementasian Rencana strategis ini secara tertib dan disiplin diharapkan

dapat meningkatkan kinerja organisasi dan sekaligus dapat diwujudkan

akuntabilitasnya sesuai dengan tuntutan transparasi dari masyarakat. Rencana

Strategis ini bersifat dinamis, yang dapat disempurnakan sewaktu-waktu apabila

diperlukan.

Demikian Rencana Strategis ini disusun, semoga bermanfaat dan menjadi pedoman

dalam bekerja kearah pencapaian tujuan pembangunan pertanian.