RENCANA PUNGGING 050513.pdf

download RENCANA PUNGGING 050513.pdf

of 46

description

l

Transcript of RENCANA PUNGGING 050513.pdf

  • LAPORAN RENCANARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033

    KECAMATAN PUNGGINGKABUPATEN MOJOKERTO

    JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    VII-1

    BAB VII

    RENCANA

    7.1 Ketentuan Umum

    7.1.1 Istilah dan Definisi

    Rencana Detail Tata Ruang Kabupaten/Kota adalah rencana secara terperinci tentang tata

    ruang wilayah kabupaten/kota yang dilengkapi dengan peraturan zonasi. Peraturan zonasi

    merupakan ketentuan yang mengatur tentang persyaratan pemanfaatan ruang dan

    pengendaliannya untuk setiap blok/zona peruntukan yang penetapan zonanya diatur dalam

    rencana rinci tata ruang.

    1. Bagian dari wilayah kabupaten/kota adalah satu kesatuan wilayah dari kabupaten/kota

    yang bersangkutan yang merupakan wilayah yang terbentuk secara fungsional dan

    administratif dalam rangka pencapaian daya guna pelayanan fasilitas umum

    kabupaten/kota;

    2. Rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota adalah rencana tata ruang yang memuat

    kebijakan dan penetapan Pemerintah Kabupaten/kota mengenai lokasi kawasan-kawasan

    yang harus dilindungi di wilayah darat dan/atau wilayah laut, lokasi pengembangan

    kawasan budidaya, termasuk di dalamnya kawasan-kawasan produksi dan kawasan

    permukiman, sistem prasarana transportasi, fasilitas dan utilitas umum, serta kawasan-

    kawasan di wilayah darat dan wilayah laut yang diprioritaskan dalam kurun waktu

    rencana;

    3. Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan

    tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah

    dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk

    hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya,

    maupun kegiatan khusus;

    4. Blok adalah sebidang lahan yang dibatasi sekurang-kurangnya oleh batasan fisik yang

    nyata (seperti jaringan jalan, sungai, selokan, saluran irigasi, saluran udara tegangan

  • LAPORAN RENCANARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033

    KECAMATAN PUNGGINGKABUPATEN MOJOKERTO

    JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    VII-2

    (ekstra) tinggi, dan pantai) atau yang belum nyata (rencana jaringan jalan dan rencana

    jaringan prasarana lain yang sejenis dengan rencana kota);

    5. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk

    ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk hidup

    lain melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya;

    6. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan

    sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang

    secara hierarkis memiliki hubungan fungsional;

    7. Sub Blok adalah pembagian fisik di dalam satu blok berdasarkan perbedaan sub zona;

    8. Sub Zona adalah suatu bagian dari zona yang memiliki fungsi dan karakteristik tertentu

    yang merupakan pendetailan dari fungsi dan karakteristik pada zona yang bersangkutan;

    9. Zona adalah kawasan atau area yang memiliki fungsi dan karakteristik spesifik;

    10. Zonasi adalah pembagian kawasan ke dalam beberapa zona sesuai dengan fungsi dan

    karakteristik semula atau diarahkan bagi pengembangan fungsi-fungsi lain;

    11. Daya dukung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung

    perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya;

    12. Daya tampung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap

    zat, energi, dan/atau komponen lain yang masuk atau dimasukkan ke dalamnya;

    13. Garis Sempadan Bangunan (GSB) adalah garis yang tidak boleh dilampaui oleh denah

    bangunan ke arah GSJ yang ditetapkan dalam rencana kabupaten/kota;

    14. Garis Sempadan Jalan (GSJ) adalah garis rencana jalan yang ditetapkan dalam rencana

    kabupaten/kota;

    15. Intensitas Ruang adalah besaran ruang untuk fungsi tertentu yang ditentukan berdasarkan

    pengaturan koefisien lantai bangunan, koefisien dasar bangunan dan ketinggian bangunan

    tiap bagian kawasan kabupaten/kota sesuai dengan kedudukan dan fungsinya dalam

    pembangunan kabupaten/kota;

    16. Izin pemanfaatan ruang adalah izin yang dipersyaratkan dalam kegiatan pemanfaatan

    ruang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

  • LAPORAN RENCANARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033

    KECAMATAN PUNGGINGKABUPATEN MOJOKERTO

    JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    VII-3

    17. Jaringan adalah keterkaitan antara unsur yang satu dan unsur yang lain;

    18. Kabupaten/kota adalah wilayah otonomi daerah yang dikepalai oleh Bupati/Walikota

    yang merupakan bagian langsung dari wilayah provinsi dan terdiri atas beberapa

    kecamatan;

    19. Kawasan adalah wilayah yang memilki fungsi utama lindung atau budidaya;

    20. Kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama utuk

    dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia,

    sumber daya buatan;

    21. Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi

    kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam, sumber daya buatan;

    22. Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian

    dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan

    distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi;

    23. Kawasan strategis kabupaten/kota adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan

    karena mempunyai pengaruh sangat penting di dalam lingkup kabupaten/kota terhadap

    ekonomi, sosial, budaya dan/atau lingkungan;

    24. Koefisien Dasar Bangunan (KDB) adalah angka presentase perbandingan antara luas

    seluruh lantai dasar bangunan gedung dan luas lahan/tanah perpetakan/daerah

    perencanaan yang dikuasai sesuai rencana tat ruang dan rencana tata bangunan dan

    lingkungan;

    25. Koefisien Dasar Hijau (KDH) adalah angka presentase perbandingan anta luas seluruh

    ruang terbuka di luar bangunan gedung yang diperuntukan bagi pertanian/penghijauan

    dan luas tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai rencana tata ruang

    dan rencana tata bangunan dan lingkungan;

    26. Koefisien Lantai Bangunan (KLB) adalah angka presentase perbandingan antara luas

    seluruh lantai bangunan gedung dan luas tanah perpetakan/daerah perencanaan yang

    dikuasai sesuai rencana tata bangunan dan lingkungan;

  • LAPORAN RENCANARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033

    KECAMATAN PUNGGINGKABUPATEN MOJOKERTO

    JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    VII-4

    27. Lingkungan adalah bagian dari wilayah kabupaten/kota yang merupakan kesatuan ruang

    untuk suatu kehidupan dan penghidupan tertentu dalam suatu sistem pengembangan

    kabupaten/kota secara keseluruhan;

    28. Masyarakat adalah orang perorangan, kelompok orang termasuk masyarakat, hukum adat,

    badan hukum atau badan usaha, lembaga, dan organisasi yang berkepentingan dengan

    penyelenggaraan bangunan gedung;

    29. Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang sesuai

    dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program beserta

    pembiayaannya;

    30. Penataan ruang dalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang,

    dan pengendalian pemanfaatan ruang;

    31. Pengaturan zonasi adalah ketentuan tentang persyaratan pemanfaatan ruang sektoral dan

    ketentuan persyaratan pemanfaatan ruang untuk setiap blok yang penetapan zonanya

    dalam rencana rinci tata ruang;

    32. Pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib tata ruang;

    33. Penggunaan lahan adalah fungsi dominan dengan ketentuan khusus yang ditetapkan pada

    suatu kawasan, blok peruntukan, dan/atau persil;

    34. Perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur ruang dan

    polaruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang;

    35. Permukiman dalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan

    perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai

    penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau kawasan perdesaan;

    36. Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik perkotaan

    maupun pedesaan yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan utilitas umum sebagai

    hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni;

    37. Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi

    peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan budidaya;

  • LAPORAN RENCANARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033

    KECAMATAN PUNGGINGKABUPATEN MOJOKERTO

    JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    VII-5

    38. Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) adalah panduan rancang bangun suatu

    lingkungan/kawasan yang dimaksudkan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang,

    penataan bangunan dan lingkungan, serta memuat materi pokok ketentuan program

    bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan rencana investasi,

    ketentuan pengendalian rencana, dan pedoman pengendalian pelaksanaan pengembangan

    lingkungan/kawasan;

    39. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang

    penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara

    alamiah maupun yang sengaja ditanam;

    40. Ruang Terbuka Non Hijau (RTNH) adalah ruang-ruang dalam kabupaten/kota dalam

    bentuk area/kawasan maupun memanjang/jalur yang menampung kegiatan sosial, budaya,

    dan ekonomi masyarakat kabupaten/kota dan tidak didominasi tanaman.

    7.1.2 Kedudukan RDTR dan Peraturan Zonasi

    Sesuai ketentuan Pasal 59 Peraturan Pemerintah Nomor 15 tahun 2010 tentang

    Penyelenggaraan Penataan Ruang, setiap Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota

    kabupaten/kota harus menetapkan bagian dari wilayah kabupaten.kota yang perlu disusun

    Rencana Detail Tata Ruangnya. Bagian dari wilayah yang akan disusun rencana detail tata ruang

    tersebut merupakan kawasan perkotaan, kawasan strategis kota, atau kawasan strategis

    kabupaten kota, atau kawasan strategis kabupaten. Kawasan strategis kota dan kawasan strategis

    kabupaten disusun RDTR apabila merupakan:

    1. Kawasan yang mempunyai ciri perkotaan atau direncanakan menjadi kawasan perkotaan.

    2. Memenuhi kriteria lingkup wilayah perencanaan RDTR yang ditetapkan dalam pedoman

    ini.

    Rencana Detail Tata Ruang Kabupaten/Kota disusun jika Rencana Tata Ruang Wilayah

    Kabupaten/Kota tidak atau belum dapat dijadikan suatu acuan pengendalian pemanfaatan ruang

    kabupaten/kota. Dalam hal rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota memerlukan rencana

    detail tata ruang, maka disusun rencana detail tata ruang yang dilengkapi dengan peraturan

  • LAPORAN RENCANARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033

    KECAMATAN PUNGGINGKABUPATEN MOJOKERTO

    JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    VII-6

    zonasi sebagai salah satu dasar penyusunan rencana tata bangunan dan lingkungan bagi zona-

    zona yang diprioritaskan.

    Rencana Detail Tata Ruang Kabupaten/Kota yang dilengkapi dengan peraturan zonasi

    juga merupakan rencana yang menetapkan blok pada kawasan fungsional sebagai penjabaran

    kegiatan ke dalam wuju ruang yang memperhatikan keterkaitan antara kegiatan dalam kawasan

    fungsional agar tercipta lingkungan yang harmonis antara kegiatan dengan kegiatan penunjang

    dalam kawasan fungsional tersebut.

    Rencana Detail Tata Ruang Kabupaten/Kota dapat disusun bersamaan dengan Peraturan

    Zonasi, yang mana akan dihasilkan RDTR Kabupaten/Kota yang dilengkapi dengan peraturan

    zonasi untuk wilayah perencanaan tertentu sebagai kesatuan yang tidak terpisahkan, atau dapat

    juga disusun secara terpisah, yang mana akan dihasilkan RDTR Kabupaten/Kota untuk wilayah

    perencanaan tertentu serta Peraturan Zonasi berisi zoning text yang berlaku untuk seluruh

    kabupaten/kota. Selain itu, apabila tidak disusun Rencana Detail Tata Ruang atau Rencana Detail

    Tata Ruang telah ditetapkan sebagai Perda terpisah dari Peraturan Zonasi sebelum keluarnya

    pedoman ini, maka Peraturan Zonasi juga dapat disusun terpisah dan berisikan zoning map dan

    zoning text untuk seluruh kawasan perkotaan baik yang sudah ada maupun yang direncanakan

    pada wilayah kabupaten/kota.

    Rencana Detail Tata Ruang Kabupaten/Kota yang dilengkapi dengan Peraturan Zonasi

    ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota. Dalam hal RDTR Kabupaten/Kota disusun

    terpisah dengan Peraturan Zonasi, maka keduanya ditetapkan dengan Perda Kabupaten/Kota

    yang terpisah. Dalam hal ini tidak disusun Rencana Detail Tata Ruang atau Rencana Detail Tata

    Ruang telah ditetapkan sebagai Perda terpisah dari Peraturan Zonasi sebelum keluarnya pedoman

    ini, maka Peraturan Zonasi ditetapkan dengan Perda Kabupaten/Kota tersendiri.

    7.1.3 Fungsi dan Manfaat RDTR

    Rencana Detail Tata Ruang Kaupaten/Kota berfungsi sebagai:

    1. Kendali mutu pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota berdasarkan Rencana Tata

    Ruang Wilayah;

  • LAPORAN RENCANARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033

    KECAMATAN PUNGGINGKABUPATEN MOJOKERTO

    JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    VII-7

    2. Acuan bagi kegiatan pemanfaatan ruang yang lebih rinci dari kegiatan pemanfaatan ruang

    yang lebih rinci dari kegiatan pemanfaatan ruang yang diatur dalam RTRW;

    3. Acuan bagi kegiatan pengendalian pemanfaatan ruang;

    4. Acuan bagi penerbitan izin pemanfaatan ruang; dan

    5. Acuan dalam penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan

    Rencana Detail Tata Ruang Kabupaten/Kota bermanfaat sebagai:

    1. Penentu lokasi berbagai kegiatan yang mempunyai kesamaan fungsi dan lingkungan

    permukiman dengan karakteristik tertentu;

    2. Alat operasionalisasi dalam sistem pengendalian dan pengawasan pelaksanaan

    pembangunan fisik kabupaten/kota yang dilaksanakan oleh Pemerintah, pemerintah

    daerah, swasta, dan/atau masyarakat;

    3. Ketentuan intensitas pemanfaatan ruang untuk setiap bagian wilayah sesuai dengan

    fungsinya di dalam struktur ruang kabupaten/kota secara keseluruhan; dan

    4. Ketentuan bagi penetapan kawasan yang diprioritaskan untuk disusun program

    pengembangan kawasan dan pengendalian pemanfaatn ruangnya pada tingkat BWP atau

    sub BWP.

    7.1.4 Kriteria dan Lingkup Wilayah RDTR

    Rencana Detail Tata Ruang dapat disusun apabila:

    1. Rencana tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota dinilai belum efektif sebagai acuan dalam

    pelaksanaan pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang karena tingkat

    ketelitian petanya belum mencapai 1:5.000; dan/atau,

    2. Rencana Tata Ruang Wialayah Kabupaten/Kota sudah mengamanatkan bagian dari

    wilayahnya yang perlu disusun Rencana Detail Tata Ruangnya.

    Apabila ketentuan yang telah disebutkan di atas tidak terpenuhi, maka dapat disusun

    peraturan zonasi, tanpa disertai dengan penyusunan Rencana Detail Tata Ruang yang lengkap.

    Luasan wilayah perencanaan RDTR berkisar antara 60-1500 hektar. Lingkup wilayah

    perencanaan RDTR ditetapkan pada:

    1. Wilayah administrasi kecamatan;

  • LAPORAN RENCANARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033

    KECAMATAN PUNGGINGKABUPATEN MOJOKERTO

    JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    VII-8

    2. Kawasan fungsional, seperti bagian wilayah kota/Sub Wilayah Kota;

    3. Bagian wilayah kabupaten/kota yang memilki ciri perkotaan;

    4. Kawasan strategis kabupaten/kota yang memiliki ciri kawasan perkotaan;

    5. Bagian wilayah kabupaten/kota yang berupa kawasan pedesaan dan direncanakan

    menjadi kawasan perkotaan.

    7.1.5 Masa Berlaku RDTR

    Rencana Detail Tata Ruang berlaku dalam jangka waktu 20 (dua puluh) tahun dan

    ditinjau kembali setipa 5 (lima) tahun. Peninjauan kembali Rencana Detail Tata Ruang dapat

    dilakukan lebih dari 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun jika:

    1. Terjadi perubahan RTRW kabupaten/kota yang mempengaruhi BWP Rencana Detail

    Tata Ruang; atau

    2. Terjadi dinamika internal kabupaten/kota yang mempengaruhi pemanfaatan ruang secara

    mendasar antara lain berkaitan dengan bencana alam skala besar, perkembangan ekonomi

    yang signifikan, dan perubahan batas wilayah daerah.

    7.2 Tujuan Penataan Ruang Wilayah Perencanaan

    7.2.1 Visi dan Misi Kecamatan

    7.2.2 Kebijakan Penataan Ruang Kecamatan

    7.2.3 Strategi Penataan Ruang Kecamatan

    7.3 Rencana Struktur Ruang

    7.3.1 Rencana Sistem Pusat Pelayanan

    7.3.2 Rencana Persebaran Kependudukan

    A. Ketersediaan Lahan

    Dalam persebaran penduduk ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain sifat-

    sifat dari struktur ruang yang meliputi ketersediaan lahan, kondisi fisik, besaran dari kegiatan

    ekonomi yang akan dikembankan, serta pertumbuhan penduduk yang direncanakan.

    Perkembangan penduduk di Kecamatan Pungging dari tahun 2013 hingga tahun 2033 semakin

  • LAPORAN RENCANARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033

    KECAMATAN PUNGGINGKABUPATEN MOJOKERTO

    JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    VII-9

    meningkat sehingga mengakibatkan berkurangnya luas lahan tak terbangun. Hal ini dikarenakan

    adanya penambahan jumlah rumah dan jumlah sarana dan prasarana untuk memenuhi kebutuhan

    penduduk yang semakin meningkat. Luas lahan terbangun di Kecamatan Pungging sebesar

    562,94 Ha atau sekitar 11,7% dari luas keseluruhan Kecamatan Pungging. Sedangkan luas lahan

    tak terbangun adalah sebesar 4.251,06 Ha atau sekitar 88,3% dari luas keseluruhan Kecamatan

    Pungging.

    Berdasarkan hasil proyeksi kebutuhan lahan Kecamatan Pungging, lahan permukiman di

    Kelurahan/Desa Pungging, Tunggalpager, dan Lebaksono masih dapat menampung penduduk

    hingga tahun 2033. Luas wilayah Kelurahan/Desa Pungging adalah sebesar 446 Ha.

    B. Pertumbuhan Penduduk

    Kecamatan Pungging dengan jumlah penduduk terbesar kelima di Kabupaten Mojokerto

    mengalami peningkatan dalam pertumbuhan penduduk setiap tahun. Pertumbuhan penduduk

    yang meningkat dikarenakan lahan Kecamatan Pungging yang masih sangat luas sehingga

    memungkinkan untuk migrasi penduduk di Kecamatan Pungging. Selain itu juga Kecamatan

    Pungging berada diantara Kecamatan Mojosari yang merupakan ibukota Kabupaten Mojokerto

    dan Kecamatan Ngoro yang merupakan salah satu pusat kegiatan industri dimana banyak tenaga

    kerja dari luar yang bekerja di Kecamatan Ngoro, sehingga masyarakat cenderung bertempat

    tinggal dan menetap di Kecamatan Pungging agar lebih dekat dengan tempat bekerja dan pusat

    kabupaten.

    Pada keadaan eksisting, tingkat kepadatan penduduk Kecamatan Pungging tergolong

    rendah. Menurut proyeksi kepadatan penduduk Kecamatan Pungging dari tahun 2013-2033 juga

    tidak mengalami peningkatan.

    Rencana pemerataan penduduk di Kecamatan Pungging didasarkan pada hasil analisis

    proyeksi penduduk dengan menggunakan metode eksponesial. Berikut merupakan hasil

    perhitungan pertumbuhan penduduk dari tahun 2013-2033.

    Tabel 7. 1. Proyeksi Penduduk Kecamatan Pungging Tahun 2013-2033No Tahun Proyeksi Jumlah Penduduk (jiwa)1. 2013 80.1852. 2014 82.5333. 2015 84.951

  • LAPORAN RENCANARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033

    KECAMATAN PUNGGINGKABUPATEN MOJOKERTO

    JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    VII-10

    No Tahun Proyeksi Jumlah Penduduk (jiwa)4. 2016 87.4395. 2017 89.9996. 2018 92.6357. 2019 95.3488. 2020 98.1419. 2021 101.01510. 2022 103.97311. 2023 107.01912. 2024 110.15213. 2025 113.37914. 2026 116.70015. 2027 120.11716. 2028 123.63517. 2029 127.25518. 2030 130.98319. 2031 134.81920. 2032 138.76821 2033 142.832

    Sumber: Hasil Analisis, 2013

    C. Proyeksi Kepadatan Penduduk

    Kepadatan penduduk Kecamatan Pungging memiliki jumlah yang beragam. Hal tersebut

    dikarenakan Kecamatan Pungging memiliki jumlah penduduk tiap keluarahan yang berbeda

    begitu juga dengan luas wilayahnya. Berikut merupakan kepadatan penduduk Kecamatan

    Pungging tahun 2013-2033.

    Tabel 7. 2 Kepadatan Penduduk Kecamatan Pungging Tahun 2013-2033

    Kelurahan/DesaKepadatan Penduduk (jiwa/Ha)

    2013 2018 2023 2028 2033Pungging 18 21 24 28 32Tunggalpager 35 41 47 55 64Lebaksono 24 27 32 37 42

    Sumber: Hasil Analisis, 2013

    Berdasarkan hasil proyeksi kepdatan penduduk tersebut dapat dikategorikan untuk

    Kelurahan/Desa Pungging, Tunggalpager, dan Lebaksono dari tahun 2013 hingga tahun 2033

    termasuk dalam kategori kepadatan penduduk rendah.

    D. Distribusi Penduduk

    Berdasarkan analisis proyeksi penduduk Kecamatan Pungging, tahun 2033 jumlah

    penduduk di Kecamatan Pungging sebesar 142.832 jiwa. Berikut merupakan arahan rencana

    persebaran penduduk Kecamatan Pungging.

  • LAPORAN RENCANARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033

    KECAMATAN PUNGGINGKABUPATEN MOJOKERTO

    JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    VII-11

    7.3.3 Rencana Skala Pelayanan Kegiatan

    A. Pusat-Pusat Pelayanan Perdagangan dan Jasa

    Kecamatan Pungging dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Mojokerto salah

    satunya diarahkan menjadi pengembangan kawasan perdagangan dan jasa. Kecamatan Pungging

    memiliki potensi sebagai pusat pelayanan kegiatan perdagangan dan jasa skala kota yang

    tersebar di berbagai kawasan terutama pada daerah Ibu Kota Kecamatan Pungging yaitu Desa

    Tunggalpager, Desa Pungging, dan Desa Lebaksono. Kawasan khusus pada Desa Tunggalpager

    adalah Jalan Brawijaya, kemudian untuk Desa Pungging pada Jalan Raya Pungging, dan untuk

    Desa Lebaksono di Jalan Raya Trawas. Ketiga jalan tersebut merupakan jalan-jalan kolektor

    yang menghubungkan antar kecamatan bahkan antar kota.

    Pada dasarnya Kecamatan Pungging sangat berpotensi untuk dijadikan kawasan

    perdagangan dan jasa, doikarena ada beberapa faktor, antara lain:

    1. Karena Kecamatan Pungging terletak bersebelahan dengan Kecamatan Mojosari yang

    mana sebagai Ibu Kota Kabupaten Mojokerto, maka secara tidak langsung mempengaruhi

    perkembangan perdagangan dan jasa yang ada di Kecamatan Pungging terutama di ruas

    jalan Brawijaya.

    2. Di Kecamatan Pungging terutama di daerah Ibu Kota Kecamatan memiliki jalanjalan

    yang hirarkinya jalan kolektor primer yang merupkan jalan penghubung antar kecamatan

    bahkan antar kota sehingga berpotensi tumbuhnya perdagangan dan jasa.

    Rencana pusat pelayanan perdagangan dan jasa di Kecamatan Pungging terutanma di

    daerah Ibu Kota Kecamatan yaitu dengan meningkatkan kualitas serta skala pelayanan. Dengan

    meningkatkan skala pelayanan dapat mendukung daerah di ibu kota kecamatan sebagai kawasan

    yang strategis unyuk tumbuhnya perdagangan dan jasa. Fasilitas perdagngan dan jasa yang ada di

    Kecamatan Pungging memiliki skala pelayanan antar desa dan kecamatan untuk yang berada di

    jalan kolektor primer. Berdasarkan hasil perhitungan bahwa sarana perdagangan yang ada

    jumlahnya sudah memenuhi standar sehingga tidak memerlukan penambahan unit.

  • LAPORAN RENCANARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033

    KECAMATAN PUNGGINGKABUPATEN MOJOKERTO

    JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    VII-12

    B. Pusat-Pusat Pelayanan Pemerintahan/Perkantoran

    Pusat-pusat pemerintahan dan pelayanan umum di Kecamatan Pungging adalah sebagai

    berikut:

    1. Kegiatan pemerintahan dan pelayanan umum skala kecamatan dipusatkan di Kelurahan

    Tunggalpager yaitu berupa Kantor Kecamatan Pungging dan adanya Polsek Pungging.

    2. Kegiatan pemerintahan dan pelayanan umum skala desa dipusatkan di setiap desa melalui

    Balai Desa.

    C. Pusat-Pusat Pelayanan Industri

    Kecamatan Pungging memiliki beberapa wilayah yang menjadi zona kawasan industri,

    yaitu pada wilayah Jatilangkung, Tempuran, Mojorejo, Banjartanggul, Sekargadung dan

    Lebaksono. Pada kondisi di lapangan terdapat 4 industri besar, 17 industri sedang dan beberapa

    industri kecil lainnya di Kecamatan Pungging. Pembagian 6 zona kawasan industri di Kecamatan

    Pungging didasarkan pada kemudahan akes terhadap pusat kegiatan industri lain maupaun

    terhadap ekcamatanlain yang dapat memudahkan dalam pendistribusian barang-barang industri.

    Kemudahan akes di daerah tersebut seperti lebar jalan yang ada di Jalan Lingkar Utara Kota

    yang memiliki rumaja 12 m. Kondisi tersebut dapat menjadi pendukung terlakasananya kegiatan

    industri di lokasi tersebut.

    7.3.4. Rencana Pengembangan Sektor Potensial

    Sesuai dengan kondisi eksisting dan arahan perkembangan Kecamatan Pungging dalam

    Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Mojokerto, sektor yang berpotensi untuk berkembang

    adalah sektor industri. Dimana sektor tersebut berpotensi meningkatkan ekonomi masyarakat

    setempat. Letak Kecamatan Pungging yang dekat dengan kawasan industri Ngoro menyebabkan

    trend perkembangan wilayah perbatasan mengarah ke potensi industri. Rencana pengembangan

    kawasan industri Kecamatan Pungging dalam RTRW Kabupaten Mojokerto adalah kawasan

    indsutri menengah. Dengan pengembangan zona industri di sepanjang ruas Jalan Raya Mojosari-

    Trawas, ruas Jalan Raya Purwojati Kecamatan Ngoro-Kalipuro, ruas Jalan Lingkar Utara Kota

    Mojosari yang terletak di Desa Bangun, Desa Ngrame dan Desa Tunggalpager, serta zona

    industri di Desa Pungging. Kawasan industri ini luasanya dapat mengikuti beberapa ketentuan

  • LAPORAN RENCANARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033

    KECAMATAN PUNGGINGKABUPATEN MOJOKERTO

    JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    VII-13

    diatasnya. Tentunya dengan tetap mengikuti aturan yang ada dan penempatan lokasinya tidak

    mengkonversi lahan pertanian teknis dan setengah teknis.

    Untuk mendukung pengembangan kawasan industri di Kecamatan Pungging maka

    rencana yang akan dilakukan adalah dengan membangun pabrik dan pergudangan. Kecamatan

    Pungging dilewati truk-truk pengangkut hasil dan bahan produksi beberapa kawasan industri di

    Jawa Timur. Maka selain pembangunan pabrik, pembangunan juga dilakukan dengan

    pengembangan pergudangan sebagai sarana transit bahan baku dan hasil produksi. Dalam

    pembangunannya diadakan peraturan pembangunan agar pabrik/gudang yang akan dibangun

    pembangunannya tidak menyalahi aturan. Selain itu rencana pengembangan sektor industri

    dijalankan dengan pembentukan pusat industri di Kecamatan Pungging agar pengaturan dan

    distribusi hasil dari sektor ini dapat merata serta dapat membantu dalam pengelolaan kerjasama

    industri di Kecamatan Pungging dengan pihak luar.

    7.3.5. Rencana Pengembangan Sektor Informal

    Sebaran sektor informal yang ada di Kecamatan Pungging berada di kawasan Jalan

    Brawijaya, Jalan Raya Trawas. Jika memungkinkan adanya sentralisasi PKL dapat dipindahkan

    atau dilakukan relokasi dalam suatu lokasi khusus yang difasilitasi sedemikian rupa agar dapat

    beraktivitas dengan lancar dan tertata rapi. Pengembangan kawasan ini akan dapat memiliki

    banyak hal positif bagi perkembangan Kecamatan Pungging baik dari segi spasial, ekonomi

    maupun sosial, antara lain:

    1. Sebagai wadah pengembangan dan penataan sektor informal kota Pungging, agar dapat

    memberikan kontribusi positif bagi Kecamatan Pungging

    2. Sebagai salah satu daya tarik kota (wisata kota) yang dapat dijangkau semua kalangan.

    3. Mampu memberikan pemasukan bagi PAD Kecamatan Pungging melalui penarikan

    retribusi perdagangan dan parkir.

    4. Sebagai salah satu upaya penataan kota khususnya sektor informal guna memperbaiki

    tatanan kota Kecamatan Pungging.

    5. Mampu menyerap tenaga kerja, sehingga secara bertahap dapat mengurangi angka

    pengangguran dan mengurangi permasalahan sosial kota Kecamatan Pungging.

  • LAPORAN RENCANARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033

    KECAMATAN PUNGGINGKABUPATEN MOJOKERTO

    JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    VII-14

    Dalam upaya mengembangkan kegiatan ekonomi non formal yang dikembangkan antara

    lain berupa penataan Pedagang Kaki Lima (PKL) yang tersebar di Kecamatan Pungging.

    Penataan ini berupa pengembangan lokasi baru maupun memberikan penataan kawasan yang

    teratur dan rapi serta mempunyai estetika kota yang baik. Hal ini sesuai dengan RPJP Kabupate

    Mojokerto yang menyebutkan struktur perekonomian diperkual dengan mendukung sektor usaha

    kecil/ non formal di Kecamatan Pungging.

    Beberapa arahan penataan PKL untuk wilayah perencanaan Kecamatan Pungging antara

    lain:

    a. Sistem penanganan PKL dengan memberikan rekomendasi terhadap kegiatan potensial

    kawasan Kecamatan Pungging (industri/pergudangan, perdagangan dan jasa) dengan

    merekomendasikan kepemilikan tanah untuk ruang PKL.

    b. Penanganan PKL di tepi jalan dapat diusulkan dengan penanganan:

    1) Mengoptimalkan sistem gerobak/ rombong, sehingga tempat yang pada sore/ malam

    hari yang digunakan untuk berjualan dapat bersih pada pagi dan siang hari.

    2) Mengarahkan PKL dengan merelokasi pada lokasi tertentu dengan sistem yang

    terorgasnisir.

    c. PKL yang berada di kawasan tertentu yang masih memungkinkan untuk ditoleransi

    dilakukan kebijakan yang realistis yaitu dengan program rombongisasi atau tendanisasi.

    Meski langkah ini tidak terbaik, tapi dapat saling menguntungkan baik bagi pedagang

    kaki lima maupun bagi penataan kota agar secara fisik tetap memiliki nilai estetika.

    d. Untuk mengalihkan dan menampung PKL yang sudah terlalu mengganggu ruang publik,

    maka kawasan yang bisa dijadikan alternatif adalah pasar. Namun demikian, sejak awal

    perlu disadari bahwa tidak semua juga tergantung pada jenis barang yang dijual PKL.

    Bentuk program relokasi ini antar lain berupa pembangunan pasar atau sentra PKL

    sendiri.

  • LAPORAN RENCANARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033

    KECAMATAN PUNGGINGKABUPATEN MOJOKERTO

    JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    VII-15

    7.4 Rencana Pola Ruang

    7.4.1 Rencana Kawasan Lindung

    Zona lindung di Kecamatan Pungging meliputi sempadan sungai sebagai zona

    perlindungan setempat dan zona RTH kota yang terdiri dari taman RT, taman RW, taman kota

    dan pemakaman. Untuk menjaga agar zona lindung tetap terjaga maka rencana yang akan

    dilakukan adalah:

    A. Zona Perlindungan Setempat

    Sungai yang melewati Kecamatan Pungging memiliki kedalaman .. meter, berdasarkan

    Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.63/PRT/1993 sungai kedalaman . meter garis

    sempadannya ditetapkan sebesar meter. Kondisi eksisting di Kecamatan Pungging GSS 10 meter sehingga tidak ada bangunan yang melanggar sempadan sungai. Seluruh bangunan telah

    memenuhi peraturan GSS yang sudah ditetapkan. Rencana perlindungan sempadan sungai

    mengacu pada Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2011 yang menyebutkan bahwa perlindungan

    kawasan sempadan sungai dilakukan dengan cara dilakukan melalui pembatasan pemanfaatan

    sempadan sungai. Dalam hal di dalam sempadan sungai terdapat tanggul untuk kepentingan

    pengendali banjir, perlindungan badan tanggul dilakukan dengan larangan:

    a. Menanam tanaman selain rumput;

    b. Mendirikan bangunan; dan

    c. Mengurangi dimensi tanggul.

    B. Zona RTH

    Zona RTH Kota di Kecamatan Pungging terdiri dari taman RT, taman RW dan

    pemakaman. Untuk menjaga tetap terjaganya RTH Kota di Kecamatan Pungging perlu dilakukan

    pengendalian pemanfaatan zona RTH Kota. Hal dilakukan sesuai ketentuan yang sudah

    ditetapkan Permen PU No. 5 Tahun 2008, berisi ketentuan prosedur perencanaan RTH yaitu

    sebagai berikut.

    a. Penyediaan RTH harus disesuaikan dengan peruntukan yang telah ditentukan dalam

    rencana tata ruang (RTRW Kota/RTR Kawasan Perkotaan/RDTR Kota/RTR

  • LAPORAN RENCANARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033

    KECAMATAN PUNGGINGKABUPATEN MOJOKERTO

    JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    VII-16

    Kawasan Strategis Kota/Rencana Induk RTH) yang ditetapkan oleh pemerintah

    daerah setempat;

    b. Penyediaan dan pemanfaatan RTH publik yang dilaksanakan oleh pemerintah

    disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku;

    c. Tahapan penyediaan dan pemanfaatan RTH publik meliputi:

    1) Perencanaan;

    2) Pengadaan lahan;

    3) Perancangan teknik;

    4) Pelaksanaan pembangunan rth;

    5) Pemanfaatan dan pemeliharaan.

    d. Penyediaan dan pemanfaatan RTH privat yang dilaksanakan oleh masyarakat

    termasuk pengembang disesuaikan dengan ketentuan perijinan pembangunan;

    e. Pemanfaatan RTH untuk penggunaan lain seperti pemasangan reklame (billboard)

    atau reklame 3 dimensi, harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut.

    1) Mengikuti peraturan dan ketentuan yang berlaku pada masing-masing daerah;

    2) Tidak menyebabkan gangguan terhadap pertumbuhan tanaman misalnya

    3) Menghalangi penyinaran matahari atau pemangkasan tanaman yang dapat

    4) Merusak keutuhan bentuk tajuknya;

    5) Tidak mengganggu kualitas visual dari dan ke rth;

    6) Memperhatikan aspek keamanan dan kenyamanan pengguna rth;

    7) Tidak mengganggu fungsi utama RTH yaitu fungsi sosial, ekologis dan estetis.

    C. Zona Rawan Bencana

    Jenis bencana alam yang terdapat di Kecamatan Pungging adalah banjir dan genangan.

    Beberapa desa yang rawan terhadap ancaman banjir adalah Desa Ngrame, Desa Tunggalpager,

    Desa Jabontegal, Desa Balongmasin, Desa Lebaksono, Desa Kembangringgit, dan Desa

    Banjartanggul. Banjir terjadi akibat adanya sungai besar yang melewati Kecamatan Pungging

    yaitu Sungai Brantas dan Sungai Sadar serta curah hujan yang cukup tinggi yang berkisar antara

    125-145 mm/tahun dengan bulan hujan rata-rata 5-7 bulan juga menjadi penyebab terjadinya

  • LAPORAN RENCANARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033

    KECAMATAN PUNGGINGKABUPATEN MOJOKERTO

    JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    VII-17

    banjir di Kecamatan Pungging. Sedangkan genangan terjadi akibat adanya saluran drainase yang

    tidak bekerja optimal karena terdapat tumpukan sampah, dan ada beberapa saluran yang

    kapasitasnya tidak dapat menampung air limbah rumah tangga dan air hujan yang menuju

    saluran tersebut. Untuk mengatasi permasalahan tersebut perlu dilakukan beberapa upaya, yaitu:

    1. Pengendalian pembangunan rumah agar tidak membangun di sempadan sungai.

    2. Normalisasi saluran drainase secara rutin dan pembuatan inlet pada saluran drainase agar

    mengurangi jumlah sampah yang menuju saluran drainase.

    3. Penambahan dimensi saluran drainase agar dapat memenuhi air hujan dan air limbah

    rumah tangga yang menuju saluran drainase.

    4. Penyelarasan penggunaan saluran draianse dan saluran irigasi agar tidak terjadi

    penumpukan sampah pada saluran draianse maupun luapan air di sawah.

    5. Pembuatan bangunan pengendali banjir berupa DAM yang mengacu pada Rencana Tata

    Ruang Wilayah Kabupaten Mojokerto Tahun 2012-2032.

    6. Pemeliharaan dan rehabilitasi sungai-sungai beserta bangunan pengairannya.

    7. Serta pembuatan jalur evakuasi bencana banjir dengan mengoptimalkan jalan lokal di

    Desa Ngrame, Desa Balongmasin, Desa Jabontegal, Desa Kebangringgit, Desa

    Tunggalpager, Desa Pungging, danDesa Banjartanggul.

    7.4.2 Rencana Kawasan Budidaya

    A. Zona Perumahan

    B. Zona Perdagangan dan Jasa

    C. Zona Perkantoran

    D. Zona Pelayanan Umum

    1. Sarana Pendidikan

    Perencanaan penambahan jumlah sarana pendidikan mempertimbangkan jumlah

    penduduk yang ada di Kecamatan Pungging, dalam persebarannya diarahkan sesuai

    dengan persebaran penduduk sehingga pelayanannya dapat diakses dengan mudah oleh

    penduduk. Penambahan unit sarana lebih diarahkan ke desa-desa di luar IKK yang mana

    sarana pendidikannya masih belum memenuhi secara penuh.Kebutuhan sarana

  • LAPORAN RENCANARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033

    KECAMATAN PUNGGINGKABUPATEN MOJOKERTO

    JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    VII-18

    pendidikan di Kecamatan Pungging seperti SMP dan SMA berdasarkan perhitungan tidak

    memerlukan penambahan unit, kerena telah memenuhi kebutuhan penduduk, selain itu

    untuk SMP dan SMA, banyak masyarakat Kecamatan Pungging yang bersekolah di luar

    wilayah Kecamatan Pungging ke Kecamatan lain yang paling dekat dengan tempat

    tinggal mereka. Kemudian, untuk sarana pendidikan berupa TK/PAUD dan SD yang

    dilihat dari skala pelayanannya dan radius pencapaian terhadap lokasi perlu adanya

    penambahan unit, untuk TK/PAUD setidaknya setiap desa perlu menambahkan 1 unit

    TK/PAUD yang diletakkan di wilayah desa yang aksesnya cukup jauh terhadap

    TK/PAUD yang sudah ada, sehingga mereka mendapatkan pelayanan sarana ini,

    kemudian untuk SD, perlunya penambahan 1 unit SD untuk setiap desa agar semua

    penduduk dapat terlayani fasilitas ini, sehingga setiap SD memiliki 2 unit SD, dan

    penduduk tidak perlu menggunakan fasilitas desa lain.

    2. Sarana Kesehatan

    Kecamatan Pungging memilki banyak jenis sarana kesehatan yang tersebar di setiap

    desa. Sarana kesehatan di Kecamatan Pungging antar lain poskesdes, puskesmas

    pembantu, praktek dokter dan bidan serta apotik. Berdasarkan hasil analisis dengan

    penyesuaian kondisi eksisting bahwa di Kecamatan Pungging tidak memerlukan

    penambahan unit sarana kesehatan hingga tahun 2033 karena sarana yang sudah ada telah

    memenuhi kebutuhan masyarakat, akan tetapi diperlukannya perbaikan kualitas sarana

    yang sudah ada agar skala pelayanan lebih memenuhi kebutuhan penduduk. Sehingga

    rencana pengembangannya adalah peningkatan kualitas sarana kesehatan di masing-

    masing desa.

    3. Sarana Peribadatan

    Sarana peribadatan yang ada di Kecamatan Pungging berupa masjid, musholla, dan

    gereja. Berdasarkan hasil survey mayoritas penduduk di Kecamatan Pungging adalah

    pemeluk agama Islam sehingga sarana peribadatan yang ada di dominasi masjid dan

    musholla. Berdasarkan hasil analisis, hinnga tahun 2033 diperlukan penambahan

    musholla di setiap desa sedangkan untuk masjid tidak diperlukan penambahan.

  • LAPORAN RENCANARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033

    KECAMATAN PUNGGINGKABUPATEN MOJOKERTO

    JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    VII-19

    Penambahan jumlah musholla mencapai jumlah total 116 unit untuk seluruh desa, akan

    tetapi dalam kondisi eksisting masjid-masjid yang ada di setiap desa cukup besar

    sehingga dapat melayani dan menjangkau kebutuhan masayarakat, sehingga dengan

    kondisi seperti yang telh dijalaskan eskipun tidah menambah jumlah musholla, namun

    sarana peribadatan yang ada sudah mencukupi.

    Rencana pengembangan sarana peribadatan lebih kepada perbaikan fisik dari sarana

    yang ada sehingga fungsi dalam melayani kebutuhan masyarakat lebih optimal, dan

    diperlukan perawatan untuk setiap sarana sehingga dengan kondisi fisik sarana yang baik

    maka kualitas pelayanannya juga akan tetap optimal. Kebutuhan sarana peribadatan bagi

    pemeluk agama lainnya seperti gereja sampai tahu 2033 tidak memerlukan penambahan

    unit, hal ini dikarenakan berdasarkan standar kebutuhan sarana peribadatan bagi agama

    lain tergantung dari kebutuhan masyarakat.

    E. Zona Industri

    F. Ruang Terbuka Hijau

    Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 5 Tahun 2008 tentang Pedoman

    Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di kawasan perkotaan, diketahui bahwa ruang terbuka hijau

    perkotaan terbagi menjadi 2 yaitu pada kawasan lindung dan budidaya. Ruang terbuka perkotaan

    pada kawasan budidaya yang terdapat di Kecamatan Pungging terbagi menjadi tempat

    pemakaman umum, sawah, lapangan olahraga, taman lingkungan perumahan dan perkantoran

    yang bersifat privat. Penyediaan dan pemanfaatan RTH diarahkan untuk mempertahankan dan

    megendalikanfungsi lingkungan di Kecamatan Pungging. Proporsi menurut Permen PU No. 5

    Tahun 2008 sebesar 30% dari Kecamatan Pungging pada kawasan perkotaan seluas kurang lebih

    715 hektar meliputi RTH publik dan RTH privat. RTH publik di Kecamatan Pungging meliputi

    taman kota, taman pemakaman umum, taman RW, sawah dan lapangan olahraga dengan luas

    1908,38 m2 dengan proporsi sebesar 39% dari luas keseluruhan Kecamatan Pungging dan RTH

    Privat meliputi kebun atau halaman rumah/gedung yang ditanami tumbuhan dengan proporsi

    48,14 km2 dari total luas Kecamatan Pungging.

  • LAPORAN RENCANARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033

    KECAMATAN PUNGGINGKABUPATEN MOJOKERTO

    JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    VII-20

    Dengan proporsi ruang terbuka hijau baik privat maupun publik di Kecamatan Pungging

    yang sudah memenuhi kriteria dalam hal luasnya, maka dalam perencanaan untuk 20 tahun

    kedepan, tidak dibutuhkan penambahan luasan ruang terbuka hijau dikarenakan masih luasnya

    lahan untuk ruang terbuka dan tersebar merata di 19 desa di Kecamatan Pungging.

    G. Ruang Terbuka Non Hijau

    7.5 Rencana Jaringan Prasarana

    7.5.1. Pengembangan Sistem Jaringan Pergerakan

    A. Rencana Jaringan Jalan

    B. Angkutan Umum

    C. Fasilitas Pelengkap Jalan

    1. Pedestrian way

    2. Perparkiran

    3. Lampu penerangan jalan

    Lampu penerangan jalan merupakan salah satu prasaranayang penting untuk keselamatan

    pengguna jalan. Rencana penambahan untuk lampu penerangan jalan perlu dilakukan di jalan-

    jalan lingkungan karena belum semua jalan lingkungan di kelurahan/desa di Kecamatan

    Pungging yang tersedia lampu penerangan jalan ataupun sudah ada namun jumlah dari lampu

    penerangan jalan masih kurang, seperti Jalan Raya Pungging dan Jalan Raden Patah. Selain itu

    perlu didakan perbaikan lampu jalan karena beberapa jalan terdapat lampu penerangan jalan

    yang sudah rusak/tidak berfungsi.

    4. Halte

    Pada kondisi eksisting halte yang terdapat di Kecamatan Pungging hanya berjumlah satu

    unit, yaitu halte di Jalan Brawijaya. Halte atau pemberhentian kendaraan umum direncanakan

    diletakkan secara merata di jalan-jalan yang dilewati angkutan umum di Kecamatan Pungging

    dan disesuaikan dengan kebutuhan untuk menghindari adanya kemacetan akibat dari

    pemberhentian kendaraan umum yang sembarangan. Ada beberapa pertimbangan dalam

    merencanakan tata letak halte antara lain:

  • LAPORAN RENCANARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033

    KECAMATAN PUNGGINGKABUPATEN MOJOKERTO

    JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    VII-21

    a. Mempertimbangkan budaya masyarakat,

    b. Diusahakan tidak memanfaatkan bahu jalan,

    c. Dapat di jalur hijau atau di atas saluran,

    d. Di trotoar dengan syarat tidak mengurangi lebar minimal trotoar.

    Arah penempatan halte akan dibangun di beberapa titik yang menjadi pusat perdagangan

    dan pendidikan yang dilewati oleh angkutan umum. Rencananya halte akan dibangun di Jalan

    Lebaksono-Trawas, Jalan Raya Pungging, Jalan.. dan Jalan Raden Patah.

    5. Tempat sampah

    6. Rambu lalu lintas dan papan nama jalan

    Fasilitas pelengkap jalan lainnya adalah rambu lalu lintas dan papan nama jalan. Pada

    kondisi eksisting sudah difasilitasi dengan rambu lalu lintas dan juga papan nama jalan. Papan

    nama jalan berfungsi sebagai petunjuk untuk para pengguna jalan.

    7. Kerbs

    7.5.2. Rencana Sistem Jaringan Utilitas

    A. Rencana Sistem Jaringan Air Minum/Air Bersih

    Pemenuhan kebutuhan air bersih di Kecamatan Pungging pada tahun 2013 didominasi

    oleh pengguna sumur yaitu sebanyak 95,9% dari total jumlah rumah eksisting. Hal ini

    disebabkan oleh belum terdistribusinya secara merata pipa PDAM di Kecamatan Pungging,

    sehingga yang terlayani PDAM hanya rumah-rumah yang terletak di jalan utama seperti Jalan

    Brawijaya dan Jalan Awang-awang yang merupakan perbatasan dengan Kecamatan Mojosari.

    Selain itu wilayah Kecamatan Pungging ada yang terletak di daerah dataran tinggi sehingga tidak

    memungkinkan untuk pemasangan pipa PDAM. Oleh sebab itu dalam rangka pemenuhan

    kebutuhan air bersih yang memilki kualitas baik, diperlukan adanya usaha peningkatan layanan

    PDAM untuk 20 tahun memdatang dengan membuat sistem jaringan terutama di desa-desa

    Kecamatan Pungging yang belum terlayani oleh PDAM, kecuali untuk desa-desa di Kecamatan

    Pungging yang berada di dataran tinggi akan diarahkan untuk menggunanakan HIPPAM yang

    akan dikelola secara komunal.

    1. Sistem Distribusi Air Bersih

  • LAPORAN RENCANARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033

    KECAMATAN PUNGGINGKABUPATEN MOJOKERTO

    JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    VII-22

    a. Penambahan Target Pelanggan PDAM

    Penambahan target pelanggan PDAM dimaksudkan untuk memnuhi kebutuhan

    air bersih Kecamatan Pungging yang berkualitas baik untuk 20 tahun mendatang.

    Penambahan target pelanggan PDAM direncanakan sebesar 100% untuk daerah IKK

    dan sekitarnya diantaranya yaitu Desa Tunggalpager, Desa Pungging, Desa

    Lebaksono, Desa Jatilangkung, Desa Banjartanngul, Desa Kalipuro, Desa

    Kembangringgit, Desa Balongmasin, Desa Jabontegal, Desa Kedungmungal, Desa

    Watukenongo, Desa Ngrame dan Desa Bangun atau sebesar 64,07% dari total rumah

    di Kecamatan Pungging.

    Rencana distribusi air bersih Kecamatan Pungging juga dilakukan dengan

    adanya perumahan baru. Upaya yang bisa dilakukan PDAM ialah dengan melakukan

    sosialisasi terhadap warga perumahan baru dan peningkatan pelayanan PDAM

    dengan menambah jaringan PDAM pada blok rencana penambahan perumahan baru.

    b. Penambahan Jaringan Pipa Distribusi

    Adanya penambahan target pelanggan PDAM maka diperlukan juga

    penambahan pipanisasi dan jaringan air bersih baru di Kecamatan Pungging yang

    belum memiliki sistem jaringan air bersih. Rencana pipanisasi untuk Jalan Brawijaya

    dan Jalan Raya Pungging ialah dengan menggunakan pipa berukuran 750 mm, untuk

    rencana pipanisasi Jalan Raden Patah dan Jalan Raya Trawas ialah dengan

    menggunakan pipa ukuran 200 mm, dan untuk jalan-jalan lingkungan di semua desa

    di Kecamatan Pungging menggunakan pipa ukuran 75 mm. Rencana penambahan

    pipa tersebut disesuaikan juga dengan hierarki jalan yang akan dilalui pipa PDAM.

    Berikut merupakan tabel rencana penambahan pipa distribusi air bersih di Kecamatan

    Pungging.

    Tabel 7. 3 Penambahan Jaringan PipaLokasi Diameter

    RencanaHierarki Jalan Letak Pipa

    Desa JatilangkungDesa BanjartanggulDesa KalipuroDesa Kembangringgit

  • LAPORAN RENCANARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033

    KECAMATAN PUNGGINGKABUPATEN MOJOKERTO

    JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    VII-23

    Lokasi Diameter Rencana

    Hierarki Jalan Letak Pipa

    Desa PunggingDesa LebaksonoDesa TunggalpagerDesa BalongmasinDesa JabontegalDesa KedungmungalDesa WatukenongoDesa NgrameDesa Bangun

    Sumber: Hasil Rencana, 2013

    c. Pengadaan Sumber Air HIPPAM

    Rencana pengadaan sumber air HIPPAM direncanakan untuk desa-desa di

    Kecamatan Pungging yang terletak di dataran tinggi dan dekat dengan Kecamatan

    Trawas yang merupakan kecamatan yang memiliki sumber air, sehingga Kecamatan

    Pungging dapat mengoptimalkan sumber mata air yang terdapat di Kecamatan

    Trawas tersebut. Desa-desa di Kecamatan Pungging yang direncanakan

    menggunakan HIPPAM ialah Desa Purworejo, Desa Mojorejo, Desa Curahmojo,

    Desa Sekargadung, Desa Tempuran dan Desa Randuharjo.

    Sistem rencana pengadaan HIPPAM tersebut ialah dengan menyalurkan sumber

    air dari Kecamatan Trawas yang akan ditampung pada sebuah reservoir/ tandon yang

    selanjutnya akan didistribusikan ke rumah-rumah warga di desa-desa tersebut.

    d. Pemeliharaan dan Perbaikan Jaringan Pipa Distribusi

    Jaringan pipa distrisbusi yang ada di Kecamatan Pungging perlu dilakukan

    pemeliharaan yang intensif dengan tujuan agar tidak terjadi kemampetan alairan air,

    sehingga aliran air yang disalurkan ke rumah-rumah warga tetap lancar. selain itu

    dilakukan juga perbaikan pada pipa-pipa yang sudah rusak guna menghindari adanya

    kebocoran aliran air yang disalurkan ke rumah-rumah warga. Kerusakan pipa bisa

    disebabkan oleh adanya volume udara di dalam pipa sehingga tekanan pipa menjadi

    turun dan menyebabkan jumlah air yang didistribusikan menjadi berkurang.

  • LAPORAN RENCANARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033

    KECAMATAN PUNGGINGKABUPATEN MOJOKERTO

    JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    VII-24

    B. Rencana Sistem Jaringan Air Limbah/Sanitasi

    Perencanaan sistem sanitasi di Kecamatan Pungging sangat dibutuhkan untuk memenuhi

    kebutuhan akan sistem prasarana yang berfungsi mengalirkan air limbah domestik atau air

    limbah rumah tangga yang berasal dari perumahan dan permukiman, dalam mencapai ruang

    hidup yang sehat. Air limbah domestik ini dibedakan menjadi 2 (dua) jenis yaitu :

    1. Black Water, yaitu air limbah manusia yang berasal dari toilet atau jamban.

    2. Grey Water, yaitu air buangan rumah tangga yang berasal dari kamar mandi, dapur,

    tempat cuci.

    Sedangkan secara teknis jenis pembuangan air limbah dapat digolongkan menjadi 2 jenis

    yaitu:

    1. Sistem Sanitasi Setempat (On Site Sanitation)

    Proses pembuangan dan pengolahan air limbah dilakukan secara bersamaan di

    tempat yang biasanya menggunakan cubluk atau septictank. Bila pada suatu waktu cubluk

    atau septictank tersebut sudah penuh dengan lumpur tinja maka harus disedot dan

    diangkut dengan truk tinja ke IPLT (Instalasi Pengelolaan Lumpur Tinja) untuk

    disempurnakan prosesnya agar tidak merusak dan mencemar lingkungan.

    2. Sistem Sanitasi Tidak Setempat (Off Site Sanitation)

    Proses pembuangan air limbah atau penyaluran air limbah yang berasal dari rumah-

    rumah dan berbagai fasilitas lainnya seperti air sisa mandi, air sisa cucian serta air limbah

    yang berasal dari sisa-sisa proses industri yang kemudian dialirkan melalui jaringan

    perpipaan menuju IPAL (Instalasi Pengelolaan Air Limbah) untuk diolah secara terpusat.

    Sistem sanitasi yang berada di Kecamatan Pungging menggunakan sistem sanitasi on

    site, yaitu proses pembuangan dan pengelahan air limbah dilakukan dengan individual

    oleh masing-masing keluarga pada tiap rumah atau bangunan. Permasalahan sanitasi yang

    ada yaitu pembuangan air limbah rumah tangga yang ada di Kecamatan Pungging akan

    dialirkan menuju ke aliran drainase yang melewati wilayah permukiman yang ada di

    kecamatan tersebut untuk akhirnya akan dialirkan menuju ke sungai, hal ini dapat

  • LAPORAN RENCANARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033

    KECAMATAN PUNGGINGKABUPATEN MOJOKERTO

    JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    VII-25

    merusak lingkungan. Sehingga diperlukan adanya perencanaan terhadap sistem sanitasi di

    Kecamatan Pungging.

    Rencana pengembangan untuk sistem sanitasi di Kecamatan Pungging adalah

    pembangunan septic tank komunal untuk rumah rumah yang belum memiliki septic tank

    pribadi dan pengolahan grey water sebelum dibuang menuju sungai. Pengolahan grey

    water dapat dilakukan dengan menggunakan metode waste water treatment. Sedangkan

    untuk sistem sanitasi sarana perindustrian dapat dilakukan dengan mewajibkan

    pembangunan IPAL/IPLT untuk setiap industri besar dan menengah. Sedangkan untuk

    industri besar dan menengah yang telah ada namun belum dilengkapi dengan IPAL/IPLT

    maka diharuskan untuk membangun IPAL/IPLT untuk menangani limbah hasil

    produksinya.

    Manfaat pembuatan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) bagi industri selain

    penerapan konsep usaha yang ramah lingkungan/ Green Company antara lain adalah:

    a. Upaya peran serta perusahaan dalam menjaga kelestarian lingkungan.

    b. Menghindari sanksi dari pemerintah akibat masalah pencemaran.

    c. Meningkatkan citra diri perusahaan sebagai perusahaan yang memiliki komitmen

    perusahaan terhadap lingkungan.

    d. Mengurangi peristiwa yang menimbulkan biaya gugatan (liability).

    e. Memfasilitasi dalam perolehan ijin dan kewenangan serta memenuhi persyaratan

    yang terkait (sertifikasi nasional).

    f. Meningkatkan hubungan harmonis antara industri dan pemerintahan.

    C. Rencana Sistem Jaringan Persampahan

    D. Rencana Sistem Jaringan Telekomunikasi

    Dalam perkembangan setiap kota tentunya terdapat penyediaan fasilitas yang berguna

    dalam mendukung kegiatan perkotaan tersebut. Salah satu contohnya adalah ketersediaan telepon

    yang merupakan alat komunikasi yang dapat memberikan kemudahan dalam menjangkau

    informasi dan untuk berkomunikasi dengan masyarakat lainnya. Jaringan telekomunikasi seperti

    telepon merupakan salah satu sarana komunikasi yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat.

  • LAPORAN RENCANARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033

    KECAMATAN PUNGGINGKABUPATEN MOJOKERTO

    JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    VII-26

    Selain berguna dalam melayani kebutuhan rumah tangga, telepon juga dibutuhkan dalam fasilitas

    umum dan fasilitas sosial seperti fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan, dan lain sebagainya.

    Semakin majunya teknologi telekomunikasi saat ini menjadikan masyarakat beralih pada

    telepon selular untuk kegiatan sehari-hari. Keunggulan telepon selular pada tarif telepon yang

    murah dan kemudahan dalam menggunakannya menjadikan kebutuhan akan telepon selular terus

    bertambah.

    1. Jaringan Telepon Kabel

    Pengembangan dari jaringan telepon kabel mengikuti pola jaringan yang telah ada di

    Kecamatan Pungging. Pengembangan tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan

    jumlah dari calon pelanggan, rencana jaringan yang akan dikembangkan oleh pihak

    PT.Telkom, efektivitas pemasangan sambungan, dan tingkat perkembangan kawasan

    yang akan terjadi.

    Dari hasil eksisting ditemukan pengguna telepon seluler untuk rumah tangga

    sebanyak 1.828 unit dan untuk kebutuhan sosial sebanyak 44 unit. Berdasarkan hasil

    analisis mengacu pada standar SK Menteri Permukiman dan Prasarana Nomor

    534/KPTS/M/2001, bahwa kebutuhan dari sambungan/ jaringan telepon kabel pada

    kondisi eksisting (tahun 2012) sudah memenuhi untuk kebutuhan sambungan/ jaringan

    telepon kabel sampai tahun 2033.

    2. Jaringan Telepon Selular

    Jaringan telepon selular yang dikembangkan di Kecamatan Pungging adalah jaringan

    telekomunikasi selular dengan menggunakan menara pemancar BTS (Base Transciever

    Station) sebagai media penyebar sinyal. Dalam kondisi eksisting, Kecamatan Pungging

    memiliki BTS sebanyak 7 buah yang terletak di Kelurahan

    Arahan pengembangn untuk BTS dalam 20 tahun mendatang adalah dengan

    menggabungkan beberapa menara provider kedalam satu menara BTS. Hal ini telah

    disesuaikan dengan peraturan dari Menkominfo bahwa dalam pembangunan menara BTS,

    untuk satu menara BTS tidak diperbolehkan hanya terdapat satu provider. Arahan

  • LAPORAN RENCANARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033

    KECAMATAN PUNGGINGKABUPATEN MOJOKERTO

    JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    VII-27

    pengembangan lainnnya berupa perawatan dan pemeliharaan BTS maupun peningkatan

    kualitas BTS.

    E. Rencana Sistem Jaringan Drainase

    F. Rencana Sistem Jaringan Listrik

    G. Rencana Penyediaan Prasarana Lain

    Penyediaan prasarana lain dalam kawasan Kecamatan Pungging merupakan hal yang

    penting untuk diperhatikan dengan mengetahui kondisi wilayah Kecamatan Pungging yang

    terletak di Kabupaten Mojokerto. Keadaan drainase yang relatif buruk berpotensi untuk

    menimbulkan banjir dan genangan yang terjadi pada saat musim hujan. Wilayah-wilayah yang

    berpotensi tejadi banjir dan genangan perlu dilakukn penanganan-penanganan dalam

    pengendalian bencana yang terjadi.

    Kecamatan Pungging merupakan kawasan yang berpotensi dalam hal sektor pertanian dan

    industri, sehingga apabila bencana banjir terjadi di Kecamatan Pungging maka sangat

    berpengaruh pada kedua sektor in meskipun bukan merpakn suatu bencana yang berdampak

    besar. Kemudian konstruksi bangunan-bangunan yang ada di Kecamatan Pungging ,asih banyak

    yang berpotensi menimbulkan banjir seperti halnya rumah-rumah yang berada di sempadan

    sungai. Berdasarkan hasil analisis yang sudah dilakukan sebelumnya dengan melihat potensi

    sumber bencana di wilayah Kecamatan Pungging, dalam pengendalian bencana alam perlu

    adanya prasarana penyediaan yang perlu untuk tersedia di wilayah Kecamatan Pungging yang

    dilihat dari beberapa aspek, antara lain:

    a. Segi Konstruksi bangunan, yang didalamnya mengendalikan bangunan rumah dan

    konstruksi drainase yang berkualitas sesuai standar.

    b. Jarak antar bangunan permukinan terhadap sempadan sungai sehingga meminimalisir

    terjadinya banjir.

    c. Prasarana jalur evakuasi bencana banjir dengan memanfaatkan jalan-jalan lokal yang ada

    di Kecamatan Pungging.

  • LAPORAN RENCANARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033

    KECAMATAN PUNGGINGKABUPATEN MOJOKERTO

    JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    VII-28

    7.6 Penetapan BWP yang Diprioritaskan Penanganannya

    7.6.1 Lokasi BWP Prioritas

    Penetapan BWP prioritas adalah penetapan wilayah yang lebih diutamakan

    penanganannya dengan tujuan mengembangkan, melindungi, melestarikan, memperbaiki,

    mengkoordinasikan keterpaduan pembangunan atau dengan melaksankana revitalisasi di

    kawasan yang bersangkutan dan dianggap memiliki prioritas tinggi dibandingkan dengan

    wilayah lainnya.

    A. Kawasan Perdagangan dan Jasa

    Daerah di Kecamatan Pungging yang merupakan pengembangan kawasan strategis

    perdagangan dan jasa merupakan kawasan yang memiliki potensi untuk meningkatkan

    perekonomian Kecamatan Pungging. Kawasan tersebut terletak di Jalan Brawijaya, Jalan Raya

    Pungging dan Jalan Raya Lebaksono-Trawas. Ketiga jalan tersebut merupakan kawasan yang

    didominasi oleh sarana perdagangan dan jasa.

    B. Kawasan Pemerintahan dan Pelayanan Umum

    Kecamatan Pungging terbagi menjadi tiga sub BWP, salah satunya adalah sub BWP 2

    yang berada pada Jalan Brawijaya di Desa Tunggalpager yang menjadi salah satu IKK di

    Kecamatan Pungging yang difungsikan sebagai kawasan pemerintahan dan pelayanan umum.

    Hal ini dikarenakan pada Desa Tunggalpager terdapat pusat pemerintahan dalam lingkup dan

    kota, sehingga Desa Tunggalpager ditetapkan sebagai sub BWP yang diprioritaskan. Hal ini

    dikarenakan pengembangan Desa Tunggalpager diarahkan pada kawasan pemerintahan dan

    pelayanan umum dengan Jalan Brawijaya sebagai pusatnya. Desa Tunggalpeger berbatasan

    langsung dengan Kecamatan Mojosari yang diarahkan menjadi Pusat Kegiatan Wilayah dan

    ibukota Kabupaten Mojokerto.

    Selain itu, pada Jalan Brawijaya juga terdapat beberapa kantor pemerintahan, antara lain

    Kantor kecamatan Pungging, Kantor Desa Tunggalpager, Kantor Urusan Agama (KUA)

    Kecamatan Pungging, Kator PGRI Kecamtaan Pungging, Kantor Dinas Perhubungan dan

    Komunikasi dan Informasi Kabupaten Mojokerto. Dengan beberapa dinas yang membentuk

    suatu kawasan di Jalan Brawijaya tersebut, diharapkan dapat mempermudah masyarakat dalam

  • LAPORAN RENCANARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033

    KECAMATAN PUNGGINGKABUPATEN MOJOKERTO

    JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    VII-29

    mengurus keperluan ke kantor pemerintahan. Selain itu, dengan letak beberapa dinas dan kantor

    pemerintahan yang berdekatan akan mempermudah dalam interaksi dan koordinasi antar badan

    pemerintahan dengan sistem terintegrasi.

    C. Kawasan Permukiman

    7.6.2 Penanganan BWP

    Penanganan merupakan suatu program yang dilakukan disemua daerah untuk melakukan

    suatu perubahan dalam meningkatkan pembangunan daerah. lokasi BWP di Kecamatan

    Pungging terdiri dari kawasan perdagangan dan jasa, kawasan pemerintahan dan pelayanan

    umum dan kawasan permukiman. Dengan adanya BWP prioritas tersebut, maka diperlukan

    penanganan BWP prioritas sebagai berikut.

    1. Kawasan perdagangan dan jasa Koridor Jalan Utama

    Kawasan utama perdagangan dan jasa yang terdapat di Kecamatan Pungging ialah

    terdapat di Jalan Brawijaya dan Jalan Raya Trawas. Jalan-jalan tersebut merupakan jalan

    utama dan merupakan jalur strategis yang terdapat di Kecamatan Pungging. Tema

    penanganan BWP tersebut ialah pengembangan kawasan stretegis sebagai kawasan

    perdagangan dan jasa di sepanjang koridor Jalan Brawijaya dan Jalan Raya Trawas

    melalui peremajaan kawasan, rehabilitasi dan pengembangan koridor jalan utama sebagai

    kawasan perdagangan dan jasa di Kecamatan Pungging. Mengingat kawasan tersebut

    merupakan kawasan strategis di Kecamatan Pungging dimana berbatasan langsung

    dengan Kecamatan Mojosari dan Kecamatan Ngoro.

    2. Kawasan Pemerintahan dan Pelayanan Umum

    Kawasan pemerintahan dan pelayanan umum di Kecamatan Pungging ialah terdapat

    di Desa Tunggalpager sebagai pusat BWP Kecamatan Pungging serta Desa Pungging dan

    Desa Lebaksono sebagai Sub pusat BWP. Tema dalam penanganan kawasan

    pemerintahan dan pelayanan umum ini ialah pengembangan kembali sarana pemerintahan

    dan pelayanan umum dengan melakukan perbaikan dan pembangunan sarana dan

    prasarana baru yang mendukung kegiatan terkait pemerintahan dan pelayanan umum.

  • LAPORAN RENCANARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033

    KECAMATAN PUNGGINGKABUPATEN MOJOKERTO

    JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    VII-30

    3. Kawasan Permukiman

    Penanganan kawasan permukiman di Kecamatan Pungging sebagai kawasan yang

    diprioritaskan ialah terdiri dari:

    a. Perbaikan sarana, prasarana dan kawasan melalui penataan lingkungan permukiman

    kumuh yang ada di Kecamatan Pungging.

    b. Pengembangan kembali sarana dan prasarana di desa-desa di Kecamatan Pungging

    yang masih minim pelayanan sarana dan prasaran dengan melakukan peremajaan

    kawasan dan pengembangan kawasan terpadu.

    c. Revitalisasi permukiman penduduk melalui bedah rumah dan kegiatan peduli rumah

    bersih secara swadaya maupun kerjasama pemerintah.

    7.7 Arahan Pemanfaatan Ruang

    7.8 Peraturan Zonasi (Zoning Regulation)

    7.8.1 Klasifikasi dan Kriteria Zonasi

    Berdasarkan Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 dalam pasal 32 disebutkan bahwa:

    1. Pemanfaatan ruang dilakukan melalui pelaksanaan program pemanfaatan ruang, beserta

    pembiaayannya.

    2. Pemanfaatan ruang dapat dilaksanakan dengan pemanfaatan ruang, baik pemanfaatan

    ruang secara vertikal maupun pemanfaatan ruang di dalam bumi.

    3. Program pemanfaatan ruang beserta pembiayaan termasuk jabaran dari indikasi program

    utama yang termuat dalam rencana tata ruang wilayah.

    4. Pemanfaatan ruang ini diselenggarakan secara bertahap sesuai dengan jangka waktu

    indikasi program utama pemanfaatan ruang yang ditetapkan dalam rencana tata ruang.

    5. Pelaksanaan pemanfaatan ruang di wilayah disingkronisasikan dengan pelaksanaan

    pemanfaatan ruang wilayah administrasi sekitarnya.

    6. Pemanfaatan ruang dilaksanakan dengan memperhatikan standar pelayanan minimal

    dalam penyediaan sarana dan prasarana.

  • LAPORAN RENCANARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033

    KECAMATAN PUNGGINGKABUPATEN MOJOKERTO

    JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    VII-31

    Berdasarkan pada ketentuan UU No. 26 Tahun 2007 tersebut, maka pelaksanaan program

    pembangunan yang berwawasan lingkungan atau terkait penggunaan ruang harus sesuai dan

    singkron dengan peraturan tata ruang yang telah ditetapkan.

    A. Kawasan Lindung

    1. Lahan pertanian yang ditetapkan sebagai lahan pertanian abadi dengan irigasi teknis di

    kawasan perkotaan harus tetap dijaga dan dilindungi dan tidak dilakukan alih fungsi lahan

    menjadi lahan selain pertanian.

    2. Kawasan lindung yang ada di perkotaan baik berupa kawasan ruang terbuka dapat

    digunakan untuk kepentingan lain selama masih dapat menunjang fungsi lindung seperti

    kawasan wisata alam, jogging track pada sempadan sungai. Sedangkan pada kawasan

    lindung berupa bangunan, harus diupaya melakukan untuk dilakukan konservasi dan

    dapat dilakukan perbaikan untuk meningkatkan nilai tambah misalnya melakukan

    revitalisasi dan rehabilitasi.

    B. Kawasan Budidaya

    1. Setiap rencana kawasan terbangun dengan fungsi: perumahan, perdagangan-jasa, industri

    dan berbagai peruntukan lainnya, maka harus ditetapkan besaran dan/ atau luasan ruang

    setiap zona dan fungsi utama zona tersebut.

    2. Setiap lingkungan permukiman yang dikembangkan harus menyediakan sarana dan

    prasarana lingkungan yang memadai sesuai kebutuhan masing-masing.

    3. Pada kawasan terbangun dengan berbagai fungsi terutama kawasan permukiman padat

    harus menyediakan ruang/ jalur evakuasi bencana sesuai dengan kemungkinan timbulnya

    bencana yang dapat muncul.

    4. Pada setiap kawasan terbangun yang digunakan publik/ umum harus menyediakan ruang

    untuk pejalan kaki dengan tidak mengganggu fungsi jalan.

    5. Penambahan atau perubahan fungsi ruang tertentu (misalnya pada zona permukiman

    sebagian digunakan untuk fasilitas umum termasuk ruko) boleh dilakukan sepanjang

    saling menunjang antar kedua fungsi ruang dan tidak menimbulkan dampak yang negatif

    bagi zona yang ditetapkan.

  • LAPORAN RENCANARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033

    KECAMATAN PUNGGINGKABUPATEN MOJOKERTO

    JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    VII-32

    6. Dalam pengaturan zona tidak boleh dilakukan perubahan secara keseluruhan fungsi

    dasarnya.

    7. Adanya penambahan fungsi tertentu pada suatu zona tidak boleh dilakukan untuk fungsi

    yang bertentangan, misalnya permukiman digabung dengan penambahan fungsi industri

    pilutan.

    8. Pada kawasan budidaya terbangun tidak boleh melakukan pembangunan diluar area yang

    telah ditetapkan sebagai bagian dari rumija dan ruwasja, termasuk melebihi ketinggian

    bangunan yang telah ditetapkan.

    9. Tidak boleh melakukan pembangunan pada radius yang telah ditetapkan pada kawasan

    yang ditetapkan batas ketinggian untuk alat komunikasi dan jaringan pengaman SUTT.

    Aturan kegiatan dan penggunaan lahan adalah aturan yang berisi kegiatan yang

    diperbolehkan (I), diperbolehkan bersyarat (B), diperbolehkan terbatas (T) atau dilarang (X)

    pada suatu zona. Aturan kegiatan dan penggunaan lahan pada suatu zona dinyatakan dengan

    klasifikasi seperti pada tabel berikut.

    Tabel 7. 4 Klasifikasi Aturan Kegiatan dan Penggunaan Lahan Pada Suatu ZonaNo Klasifikasi Keterangan1 I Pemanfaatan diijinkan (P,permitted) karena sifatnya sesuai dengan peruntukan

    lahan yang telah direncanakan. Hal ini berarti tidak akan ada peninjauan atau pembahasan atau tindakan lain dari pemerintah Kabupaten terhadap pemanfaatan lahan tersebut karena sesuai dengan peruntukan.

    2 T Pemanfaatan diizinkan secara terbatas (R, restricted). Pembatasan dilakukan melalui penentuan standar pembangunan minimum, pembatasan pengoperasian atau peraturan tambahan lainnya yang berlaku di wilayah Kabupaten Mojokerto.

    3 B Pemanfaatan memerlukan izin penggunaan bersyarat (C, conditional). Pemanfaatan memerluan izin penggunaan bersyarat ini sehubungan dengan usaha menanggulangi dampak pembangunan di sekitarnya (mengidentifikasi dampak); dapat berupa AMDAL, RKL-RPL.

    4 X Pemanfaatan yang tidak diijinkan (not permitted). Karena sifatnya tidak sesuai dengan peruntukan lahan yang direncanakan dan dapat menimbulkan dampak yang cukup besar bagi lingkungan hidup disekitarnya.

    Sumber:Tabel 7. 5 Zonning Regulation Kecamatan Pungging

  • LAPORAN RENCANARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033

    KECAMATAN PUNGGINGKABUPATEN MOJOKERTO

    JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    VII-33

    7.8.2 Matriks Zonasi

    A. Matriks Zona Perumahan

    B. Matriks Zona Perdagangan dan Jasa

    C. Matriks Zona Perkantoran

    D. Matriks Zona Industri

    E. Matriks Zona Pelayanan Umum

    F. Matriks Zona Peruntukan Lainnya dan Khusus

    7.8.3 Teks Zonasi

    A. Ketentuan Kegiatan dan Penggunaan Ruang

    B. Ketentuan Intensitas Pemanfaatan Ruang

    C. Ketentuan Tata Massa Bangunan

    Tabel zoning text

    D. Ketentuan Prasarana Minimum

    F. Ketentuan Standar Teknis

    Kumpulan dari aturan-atuiran teknis pembangunan yang telah ditetapkan berdasarkan

    standar/ peraturan/ ketentuan teknis yang berlaku serta berisi panduan yang terukur dengan

    ukuran yang sesuai dengan kebutuhan. Sehingga dalam pengembangannya dapat berjalan dengan

    baik dan sesuai apa yang direncanakan, yang diatur melalui kebijakan-kebijakan sebagai berikut.

    1. Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 2000 Tentang Tingkat Ketelitian Peta Untuk

    Penataan Ruang Wilayah.

    2. Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan.

    3. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 33 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum Mitigasi

    Bencana.

    4. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Hijau

    Kawasan Perkotaan.

    5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 6 Tahun 2011 tentang Petunjuk Teknis Kriteria

    Lokasi Menara Telekomunikasi.

  • LAPORAN RENCANARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033

    KECAMATAN PUNGGINGKABUPATEN MOJOKERTO

    JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    VII-34

    6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 29/PRT/M/2006 tentang Pedoman Persyaratan

    Teknis Bangunan Gedung.

    7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 30/PRT/M/2006 tentang Pedoman Teknis

    Fasilitas dan Aksesibilitas pada Bangunan Umum dan Lingkungan.

    8. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan

    dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan.

    9. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 26/PRT/M/2008 tentang Persyaratan Teknis

    Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan.

    10. Pedoman Pengendalian Pemanfaatan Ruang di kawasan Rawan Bencana Banjir.

    11. SNI No. 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Perumahan di Perkotaan.

    12. SNI No. 03-3242-1999 tentang Tata Cara Pengelolaan Sampah di Permukiman.

    13. SNI No. 03-2005-C tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi Prioritas untuk Pengembangan

    Perumahan dan Permukiman di Kawasan Perkotaan.

    G. Ketentuan Teknis Pengaturan Zonasi

    Ketentuan pengaturan zonasi membahas varian dari zonasi konvensional yang

    dikembangkan untuk memberikan fleksibiltas dalam penerapan aturan zonasi dan ditujukan

    untuk mengatasi berbagai macam permasalahan dalam penerapan peraturan zonasi (Permen PU,

    2011).

    Ketentuan teknis pengaturan zonasi membahas tentang ketentuan pelaksanaan dan

    ketentuan perubahan peraturan zonasi. Ketentuan pelaksanaan tersebut meliputi ketentuan

    variansi pemanfaatan ruang, ketentuan insentif dan disinsentif, perijinan dan pengawasan.

    Ketentuan perubahan peraturan zonasi meliputi perubahan intensitas pemanfaatan lahan,

    perubahan ketentuan tata masa bangunan, perubahan ketentuan prasarana minimum dan

    perubahan lainnya yang masih di toleransi tanpa menyebabkan perubahan keseluruhan

    blok/subblok.

  • LAPORAN RENCANARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033

    KECAMATAN PUNGGINGKABUPATEN MOJOKERTO

    JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    VII-35

    7.8.4 Peta Zonasi (Zoning Map)

    A. Ketentuan Khusus

    Ketentuan khusus yang diatur disesuaikan dengan karakteristik dan kompleksitas wilayah

    perkotaan yang direncananakan, seperti:

    1. Kawasan Rawan Bencana

    Aturan mengenai kawasan rawan bencana diatur dalam Pedoman Pengendalian

    Kawasan Rawan Bencana Departemen Pekerjaaan Umum beserta peraturan

    pelaksananya, dan atau peraturan daerah yang terkait.

    a. Cakupan pengaturan

    Pengaturan pemanfaatan ruang kawasan rawan bencana dilakukan melalui 3

    (tiga) kegiatan utama, yaitu sistem perijinan, pengawasan dan penertiban. Berikut

    merupakan penjelasan setiap pengendalian pemanfaatan kawasan rawan bencana:

    1) Sistem perijinan

    Kebijakan sistem perijinan merupakan bagian dari pengendalian pemanfaatan

    ruang kawasan rawan bencana. Sistem perijinan yang dikeluarkan instansi

    pemerintah dalam rangka pengendalian pemanfaatan ruang terdiri dari:

    a) Ijin Lokasi

    Ijin lokasi untuk kawasan rawan bencana dapat diberikan berdasarkan:

    (1) Sesuai dengan rencana pemanfaatan ruang dalam RTRW kota/ kabupaten;

    (2) Sesuai dengan criteria pemanfaatan ruang untuk kawasan rawan bencana;

    (3) Memiliki rencana evakuasi.

    b) Ijin mendirikan Bangunan (IMB)

    IMB dukeluarkan oleh instansi pemerintah kota/ kabupaten. IMB untuk

    kawasan rawan bencana dapat diberikan berdasarkan:

    (1) Sesuai dengan ijin lokasi yang telah dikeluarkan oleh instansi Pemada

    Kabupaten/ kota;

    (2) Sesuai dengan kriteria mendirikan bangunan yang ditetapkan untuk

    kawasan rawan bencana;

  • LAPORAN RENCANARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033

    KECAMATAN PUNGGINGKABUPATEN MOJOKERTO

    JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    VII-36

    (3) Memiliki rencana detail engineeringyang lengkap, aman dan sesuai

    dengan criteria mendirikan bangunan di kawasasn rawan bencana;

    (4) Memiliki rencana evakuasi darurat

    c) Ijin Penggunaan Bangunan (IPB)

    Ijin penggunaan bangunan dapat diberikan berdasarkan:

    (1) Sesuai dengan IMB ynag telah dikeluarkan oleh instansi pemda kota/

    kabupaten;

    (2) Sesuai dengan criteria penggunaan bangunan yang ditetapkan untuk

    kawasan rawan bencana;

    (3) Memiliki rencana evakuasi darurat.

    2) Pengawasan

    Pengawasan merupakan bagian dari pengendalian pemenfaatan ruang yang

    bertujuan untuk mengamati, memrikasa kesesuaian pemanfaatan ruang dengan

    rencana tata ruang. Penyimpangan dan pelanggaran terhadap rencana tataruang

    kawasan rawan bencana berpotensi untuk menimbulkan bahaya banjir.

    Pengawasan terhadap pemanfaatan ruang dilakukan oleh lembaga terkait, yang

    meliputi lembaga pemerintah maupun lembaga non pemerintah yang peduli

    lingkungan.

    3) Penertiban

    Penertiban merupakan bagian dari pengendalian ruang kawasan rawan

    bencana yang berfungsi untuk: memberikan peringatan, pemberian sanksi

    eksekusi di lapangan terhadap penyimpangan dan pelanggatan pemanfaatan

    ruang terhadap rencana tataruang yang telah ditetapkan.Penertiban terhadap

    pemanfaatan ruang kawasan rawan bencana meliputi: sanksi administratif,

    sanksi denda dan tindakan eksekusi di lapangan.

    b. Rujukan

    Sumber lain yang dapat digunakan sebagai rujukan pengaturan kawasan rawan

    bencana ialah:

  • LAPORAN RENCANARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033

    KECAMATAN PUNGGINGKABUPATEN MOJOKERTO

    JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    VII-37

    1) UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana

    2) PP No. 21 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana

    3) Peta kawasan rawan bencana Badan Geologi (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi

    Bencana geologi)

    B. Ketentuan Tambahan

    1) Luas Perpetakan

    a. Luas perpetakan Minimum

    b. Luas perpetakan Maksimum

    2) Persyaratan Dimensi Perpetakan Minimum, meliputi :

    a. Lebar dan Kedalaman perpetakan

    b. Frontage

    3) Persyaratan Jarak Bebas

    a. Jarak bebas depan minimum

    b. Jarak bebas depan standar

    c. Jarak bebas samping minimum

    d. Jarak bebas sisi jalan minimum

    e. Jarak bebas sisi jalan standar

    f. Jarak bebas sisi yang bersinggungan dengan hunian minimum

    g. Jarak bebas belakang minimum

    h. Jarak bebas belakang standar

    i. Jarak bebas belakang bersinanggungan dengan hunian Minimum

    4) Persyaratan Intensitas Pemanfaatan Ruang

    a. KDB

    b. KLB

    c. KDH

    5) Ketinggian Bangunan

    6) Pengaturan Ruang Sektor Informal

    a. Usaha kecil/informal yang diprioritaskan untuk ditempatkan adalah pedagang yang

  • LAPORAN RENCANARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033

    KECAMATAN PUNGGINGKABUPATEN MOJOKERTO

    JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    VII-38

    berada di sekitar lokasi bangunan tempat usaha tersebut

    b. Apabila di sekitar lokasi gedung tempat usaha tidak terdapat usaha kecil/informal,

    maka diambil dari yang berdekatan dengan bangunan tempat usaha tersebut

    c. Penempatan dan pengelolaan terhadap penempatan usaha bagi Usaha kecil/informal

    diatur sesuai dengan ketentuan yang berlaku

    d. Jenis barang dagangan harus saling melengkapi dengan jenis perdagangan utamanya.

    7) Pengaturan Ruang Untuk Reklame

    Reklame adalah salah satu bentuk tata informasi yang tujuannya komersial, dipergunakan

    untuk memperkenalkan, menganjurkan atau mengunggulkan/ memujikan suatu barang,

    jasa ataupun untuk menarik perhatian umum kepada hal yang dimaksud. Media luar

    ruang ini diselenggarakan/ditempatkan atau dapat dilihat, dibaca dan atau didengar dari

    suatu tempat oleh umum dengan memperhatikan keindahan lingkungan dan keamanan

    publik. Dalam hal pemanfaatan ruang kota untuk penempatan titik-titik reklame diatur

    sebagai berikut :

    a. Perletakkan titik reklame meliputi titik reklame di dalam sarana dan prasarana

    kawasan perencanaan dan di luar sarana dan prasarana kawasan perencanaan.

    b. Titik reklame di dalam sarana dan prasarana kawasan perencanaan meliputi : titik

    reklame pada trotoar, halte bis, sarana penyeberangan orang, jalan layang, taman atau

    jalur hijau, tanggul sungai, pos jaga polisi, tugu jam, terminal dan pangkalan

    angkutan, pelabuhan, gelanggang olahraga.

    c. Titik reklame di luar sarana dan prasarana kawasan perencanaan meliputi : titik

    reklame di atas bangunan, menempel pada bangunan dan di halaman (di dalam

    persil).

    7.8.5 Ketentuan Pelaksanaan

    Ketentuan pelaksanaan pada peraturan zonasi ialah sebagai berikut.

    1. Pembangunan rumah sesuai dengan peraturan zonasi ini akan diberikan insentif berupa

    kemudahan perizinan pembangunan dan keringanan pajak.

  • LAPORAN RENCANARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033

    KECAMATAN PUNGGINGKABUPATEN MOJOKERTO

    JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    VII-39

    2. Pembangunan rumah yang tidak sesuai dengan peraturan zonasi ini namun sudah

    memiliki ijin yang diperoleh sebelum disahkannya Peraturan Zonasi ini dan belum

    dilaksanakan, maka pembangunannya dapat terus dilakukan, namun akan dikenakan

    disinsentif berupa peningkatan pajak dan tidak diterbitkannya lagi perizinan operasi (bila

    ada), serta dicabutnya ijin setelah 5 tahun tahun dengan memberikan ganti rugi kepada

    pihak yang bersangkutan

    3. Penggunaan lahan saat ini yang tidak sesuai sebelum peraturan ini ditetapkan maka

    diperbolehkan selama memiliki izin yang sah dan akan dibatasi perkembangannya untuk

    kegiatan yang diizinkan terbatas sedangkan untuk kegiatan yang tidak diizinkan akan

    dikenakan disinsentif berupa peningkatan pajak dan tidak diterbitkannya lagi perizinan

    operasi (bila ada), serta dicabutnya izin setelah 5 tahun dengan memberikan ganti rugi

    kepada pihak yang bersangkutan.

    4. Penggunaan lahan saat ini yang tidak sesuai sebelum peraturan ini ditetapkan dan tidak

    memiliki izin yang sah harus segera disesuaikan dalam waktu paling l;ama 6 bulan

    setelah berlakunya Peraturan Daerah ini.

    A. Variansi Pemanfaatan Ruang

    Variansi pemanfaatan ruang adalah kelonggaran/keluwesan yang diberikan untuk tidak

    mengikuti aturan zonasi yang ditetapkan pada suatu persil tanpa perubahan berarti (signifikan)

    dari peraturan zonasi yang ditetapkan. Peraturan zonasi pada suatu wilayah kadangkala sulit

    dilaksanakan karena hambatan-hambatan yang terjadi akibat berbagai hal. Maka dari itu,

    diperlukan adanya kelonggaran-kelonggaran tertentu. Jenis-jenis variansi pemanfaatan lahan,

    sebagai berikut.

    1. Minor variance

    Minor variance ialah izin untuk bebas dari aturan standar sebagai upaya untuk

    menghilangkan kesulitan yang tidak perlu akibat kondisi fisik lahan (luas, bentuk persil).

    2. Non comforming dimension

  • LAPORAN RENCANARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033

    KECAMATAN PUNGGINGKABUPATEN MOJOKERTO

    JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    VII-40

    Non comforming dimension ialah izin dengan kelonggaran atau pengurangan ukuran dari

    yang ditetapkan dalam peraturan atau standar, misalnya dengan pengurangan besar GSB,

    penambahan atap ketinggian, perubahan KDH, dll.

    3. Non comforming use

    Non comforming use ialah izin yang diberikan untuk melanjutkan penggunaan lahan,

    bangunan atau struktur yang telah ada pada waktu peraturan zonasi ditetapkan dan tidak

    sesuai dengan peraturan zonasi. Ketentuan ini berdampak:

    a. Mengurangi keefektifan peraturan zoning.

    b. Merusak nilai property.

    c. Mendorong terjadinya penurunan kualitas lingkungan.

    Dalam penerapan non-conforming use dilarang:

    a. Mengubah penggunaan dari satu non-conforming use ke non-conforming use lainnya.

    b. Mengubah atau memperluas bangunan/struktur, kecuali diperintahkan Pemerintah

    Daerah.

    c. Ditelantarkan/tidak digunakan untuk jangka waktu tertentu.

    d. Ketentuan ini dibatasi sampai pada waktu tertentu sebelum harus mengikuti

    peraturan zonasi yang akan ditetapkan.

    4. Interin development

    Interin development ialah izin pembangunan yang diberikan untuk melaksanakan

    pembangunan antara sebagai bagian/tahapan dari pembangunan secara keseluruhan,

    misalnya perataan lahan, pematangan konstruksi (konstruksi jalan, drainase, dan lain-

    lain).

    5. Intern/temporary use

    Izin penggunaan lahan sementara yang diberikan untuk jangka waktu tertentu

    sebelum pemanfaatan ruang final direalisasikan.

    Variansi pemanfaatan ruang pada Kecamatan Pungging ialah sebagai berikut.

  • LAPORAN RENCANARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033

    KECAMATAN PUNGGINGKABUPATEN MOJOKERTO

    JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    VII-41

    a. Setiap rencana kawasan terbangun dengan fungsi utama perumahan, perdagangan-

    jasa, industri, dan berbagai peruntukan lainnya, maka harus ditetapkan besaran

    dan/atau luasan ruang setiap zona dan fungsi utama zona tersebut;

    b. Setiap lingkungan permukiman yang dikembangkan harus disediakan sarana dan

    prasarana lingkungan yang memadai sesuai kebutuhan masing-masing;

    c. Lahan pertanian yang telah ditetapkan sebagai lahan pangan abadi di kawasan

    perkotaan harus tetap dilindungi dan tidak di alih fungsikan;

    d. Pada kawasan terbangun untuk berbagai fungsi terutama permukiman padat harus

    menyediakan ruang evakuasi bencana sesuai dengan kemungkinan timbulnya

    bencana yang dapat muncul;

    e. Pada setiap kawasan terbangun yang digunakan untuk kepentingan publik juga harus

    menyediakan ruang untuk pejalan kaki (pedestrian) dengan tidak mengganggu fungsi

    jalan;

    f. Kawasan lindung yang ada di perkotaan baik kawasan lindung berupa ruang terbuka,

    misalnya lindung setempat, diarahkan untuk tidak dilakukan alih fungsi lindung

    tetapi dapat digunakan untuk kepentingan lain selama masih menunjang fungsi

    lindung seperti wisata alam, jogging track tepi sungai dengan ditata secara menarik.

    Pada kawasan lindung berupa bangunan, harus tetap dilakukan upaya konservasi, dan

    dapat dilakukan nilai tambah misalnya dengan melakukan revitalisasi, rehabilitas,

    dan sebagainya;

    g. Perubahan atau penambahan fungsi ruang tertentu (misalnya pada zona permukiman

    sebagian digunakan untuk fasilitas umum termasuk ruko) boleh dilakukan sepanjang

    saling menunjang atau menimbulkan efek positif bagi zona yang telah ditetapkan;

    h. Perubahan fungsi lahan boleh dilakukan secara terbatas, yakni pada zona yang tidak

    termasuk dalam klasifikasi intensitas tinggi tetapi fungsi utama zona harus tetap,

    dalam arti perubahan hanya boleh dilakukan sebagian saja, yakni maksimum 25%

    dari luasan zona yang ditetapkan;

  • LAPORAN RENCANARENCANA DETAIL TATA RUANG KABUPATEN/KOTA 2013-2033

    KECAMATAN PUNGGINGKABUPATEN MOJOKERTO

    JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    VII-42

    i. Dalam pengaturan zona tidak boleh dilakukan perubahan secara keseluruhan yang

    bertolakbelakang dengan fungsi dasarnya;

    j. Penambahan fungsi tertentu pada suatu zona tidak boleh dilakukan untuk fungsi yang

    bertentangan, misalnya permukiman digabung dengan industri polutan;

    k. Khusus pada kawasan terbangun tidak boleh melakukan kegiatan pembangunan

    diluar area yang telah ditetapkan sebagai bagian dari rumija atau ruwasja, termasuk

    melebihi ketinggian bangunan seperti yang telah ditetapkan, kecuali diikuti ketentuan

    khusus sesuai dengan kaidah perancangan kawasan, seperti diikuti pemunduran

    bangunan, atau melakukan kompensasi tertentu yang disepakati oleh stake holder

    terkait;

    l. Lahan yang telah ditetapkan sebagai bagian dari lahan abadi pangan di kawasan

    Perkotaan tidak boleh dilakukan alih fungsi lahan;

    m. Kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan untuk keselamatan penerbangan

    baik terkait fungsi ruang, intensitas ruang maupun ketinggian bangunan yang telah