Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
-
Upload
kristoforus-bagus-radityo -
Category
Documents
-
view
182 -
download
3
Transcript of Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 1
BAB II
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
2.1 ASPEK GEOGRAFI DAN TOPOGRAFI
Luas dan batas wilayah, Kota Semarang dengan luas wilayah 373,70
Km
2
. Secara administratif Kota Semarang terbagi menjadi 16 Kecamatan dan 177
Kelurahan. Dari 16 Kecamatan yang ada, terdapat 2 Kecamatan yang mempunyai
wilayah terluas yaitu Kecamatan Mijen, dengan luas wilayah 57,55 Km
2
dan
Kecamatan Gunungpati, dengan luas wilayah 54,11 Km
2
. Kedua Kecamatan
tersebut terletak di bagian selatan yang merupakan wilayah perbukitan yang
sebagian besar wilayahnya masih memiliki potensi pertanian dan perkebunan.
Sedangkan kecamatan yang mempunyai luas terkecil adalah Kecamatan
Semarang Selatan, dengan luas wilayah 5,93 Km
2
diikuti oleh Kecamatan
Semarang Tengah, dengan luas wilayah 6,14 Km
2
.
Grafik 2.1
Wilayah Administrasi Kota Semarang (Km
2
)
Sumber: Kota Semarang dalam Angka 2009, BPS Kota SemarangRencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 2
Batas wilayah administratif Kota Semarang sebelah barat adalah
Kabupaten Kendal, sebelah timur dengan Kabupaten Demak, sebelah selatan
dengan Kabupaten Semarang dan sebelah utara dibatasi oleh Laut Jawa dengan
panjang garis pantai mencapai 13,6 kilometer.
Letak dan kondisi geografis, Kota Semarang memiliki posisi astronomi di
antara garis 6
0
50’ – 7
o
10’ Lintang Selatan dan garis 109
0
35’ – 110
0
50’ Bujur
Timur.
Kota Semarang memiliki posisi geostrategis karena berada pada jalur lalu lintas ekonomi pulau Jawa, dan merupakan koridor pembangunan Jawa Tengah yang terdiri dari empat simpul pintu gerbang yakni koridor pantai Utara; koridor Selatan ke arah kota-kota dinamis seperti Kabupaten Magelang, Surakarta yang dikenal dengan koridor Merapi-Merbabu, koridor Timur ke arah Kabupaten Demak/ Grobogan; dan Barat menuju Kabupaten Kendal. Dalam perkembangan dan pertumbuhan Jawa Tengah, Semarang sangat berperan terutama dengan adanya pelabuhan, jaringan transport darat (jalur kereta api dan jalan) serta transport udara yang merupakan potensi bagi simpul transportasi Regional Jawa Tengah dan Kota Transit Regional Jawa Tengah. Posisi lain yang tak kalah pentingnya adalah kekuatan hubungan dengan luar Jawa, secara langsung sebagai pusat wilayah nasional bagian tengah.
Kota Semarang
Gambar 2.1
Letak Kota Semarang Dalam Wilayah Kepulauan
IndonesiaRencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 3
Seiring dengan perkembangan Kota, Kota Semarang berkembang menjadi kota yang memfokuskan pada perdagangan dan jasa. Berdasarkan lokasinya, kawasan perdagangan dan jasa di Kota Semarang terletak menyebar dan pada umumnya berada di sepanjang jalan-jalan utama. Kawasan perdagangan modern, terutama terdapat di Kawasan Simpanglima yang merupakan urat nadi perekonomian Kota Semarang. Di kawasan tersebut terdapat setidaknya tiga pusat perbelanjaan, yaitu Matahari, Living Plaza (ex-Ramayana) dan Mall Ciputra, serta PKL-PKL yang berada di sepanjang trotoar. Selain itu, kawasan perdagangan jasa juga terdapat di sepanjang Jl. Pandanaran dengan adanya kawasan pusat oleh-oleh khas Semarang dan pertokoan lainnya serta di sepanjang Jl. Gajahmada. Kawasan perdagangan jasa juga dapat dijumpai di Jl.Pemuda dengan adanya DP mall, Paragon City dan Sri Ratu serta kawasan perkantoran. Kawasan perdagangan terdapat di sepanjang Jl. MT Haryono dengan adanya Java Supermall, Sri Ratu, ruko dan pertokoan. Adapun kawasan jasa dan perkantoran juga dapat dijumpai di sepanjang Jl. Pahlawan dengan adanya kantor-kantor dan bank-bank. Belum lagi adanya pasar-pasar tradisional seperti Pasar Johar di kawasan Kota Lama juga semakin menambah aktivitas perdagangan di Kota Semarang.Secara topografis Kota Semarang terdiri dari daerah perbukitan, dataran rendah dan daerah pantai, dengan demikian topografi Kota Semarang menunjukkan adanya berbagai kemiringan dan tonjolan. Daerah pantai 65,22% wilayahnya adalah dataran dengan kemiringan 25% dan 37,78 % merupakan daerah perbukitan dengan kemiringan 15-40%. Kondisi lereng tanah Kota Semarang dibagi menjadi 4 jenis kelerengan yaitu Lereng I (0-2%) meliputi Kecamatan Genuk, Pedurungan, Gayamsari, Semarang Timur, Semarang Utara dan Tugu, serta sebagian wilayah Kecamatan Tembalang, Banyumanik dan Mijen. Lereng II (2-5%) meliputi Kecamatan Semarang Barat, Semarang Selatan, Candisari, Gajahmungkur, Gunungpati dan Ngaliyan. Lereng III (15-40%) meliputi wilayah di sekitar Kaligarang dan Kali Kreo (Kecamatan Gunungpati), sebagian wilayah kecamatan Mijen (daerah Wonoplumbon) dan sebagian wilayah Kecamatan Banyumanik, serta Kecamatan Candisari. Sedangkan lereng IV (> 50%) meliputi sebagian wilayah Kecamatan Banyumanik (sebelah tenggara), dan sebagian wilayah Kecamatan Gunungpati, terutama disekitar Kali Garang dan Kali Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015.
Kota Bawah yang sebagian besar tanahnya terdiri dari pasir dan lempung. Pemanfaatan lahan lebih banyak digunakan untuk jalan, permukiman atau perumahan, bangunan, halaman, kawasan industri, tambak, empang dan persawahan. Kota Bawah sebagai pusat kegiatan pemerintahan, perdagangan, perindustrian, pendidikan dan kebudayaan, angkutan atau transportasi dan perikanan. Berbeda dengan daerah perbukitan atau Kota Atas yang struktur geologinya sebagian besar terdiri dari batuan beku. Wilayah Kota Semarang berada pada ketinggian antara 0 sampai dengan 348,00 meter dpl (di atas permukaan air laut). Secara topografi terdiri atas daerah pantai, dataran rendah dan perbukitan, sehingga memiliki wilayah yang disebut sebagai kota bawah dan kota atas. Pada daerah perbukitan mempunyai ketinggian 90,56 - 348 mdpl yang diwakili oleh titik tinggi yang berlokasi di Jatingaleh dan Gombel, Semarang Selatan, Tugu, Mijen, dan Gunungpati, dan di dataran rendah mempunyai ketinggian 0,75 mdpl. Kota bawah merupakan pantai dan dataran rendah yang memiliki kemiringan antara 0% sampai 5%, sedangkan dibagian Selatan merupakan daerah dataran tinggi dengan kemiringan bervariasi antara 5%-40%. Tabel 2.1
Ketinggian Tempat di Kota Semarang
No. Bagian Wilayah
Ketinggian
(MDPL)
1. Daerah Pantai 0,75
2. Daerah Dataran Rendah
- Pusat Kota (Depan Hotel Dibya Puri
Semarang)
2,45
- Simpang Lima 3,49
3. Daerah Perbukitan
- Candi Baru 90,56
- Jatingaleh 136,00
- Gombel 270,00
- Mijen 253,00
- Gunungpati Barat 259,00
- Gunungpati Tmur 348,00
Sumber : Kota Semarang Dalam Angka Tahun 2009
Kota Semarang sangat dipengaruhi oleh keadaan alamnya yang
membentuk suatu kota yang mempunyai ciri khas yaitu terdiri dari daerah
perbukitan, dataran rendah dan daerah pantai. Dengan demikian topografi Kota Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 5
Semarang menunjukkan adanya berbagai kemiringan tanah berkisar antara 0% -
40% (curam) dan ketinggian antara 0,75 – 348,00 mdpl.
Kondisi Geologi, Kota Semarang berdasarkan Peta Geologi Lembar
Magelang - Semarang (RE. Thaden, dkk; 1996), susunan stratigrafinya adalah
sebagai berikut Aluvium (Qa), Batuan Gunungapi Gajahmungkur (Qhg), Batuan
Gunungapi Kaligesik (Qpk), Formasi Jongkong (Qpj), Formasi Damar (QTd),
Formasi Kaligetas (Qpkg), Formasi Kalibeng (Tmkl), Formasi Kerek (Tmk). Pada
dataran rendah berupa endapan aluvial sungai, endapan fasies dataran delta dan
endapan fasies pasang-surut. Endapan tersebut terdiri dari selang-seling antara
lapisan pasir, pasir lanauan dan lempung lunak, dengan sisipan lensa-lensa kerikil
dan pasir vulkanik. Sedangkan daerah perbukitan sebagian besar memiliki
struktur geologi berupa batuan beku.
Struktur geologi yang cukup mencolok di wilayah Kota Semarang berupa
kelurusan-kelurusan dan kontak batuan yang tegas dan merupakan pencerminan
struktur sesar baik geser mendatar dan normal cukup berkembang di bagian
tengah dan selatan kota. Jenis sesar yang ada secara umum terdiri dari sesar
normal, sesar geser dan sesar naik. Sesar normal relatif ke arah barat - timur
sebagian agak cembung ke arah utara, sesar geser berarah utara selatan hingga
barat laut - tenggara, sedangkan sesar normal relatif berarah barat - timur. Sesarsesar tersebut umumnya terjadi pada batuan Formasi Kerek, Formasi Kalibeng
dan Formasi Damar yang berumur kuarter dan tersier.
Berdasarkan struktur geologi yang ada di Kota Semarang terdiri atas tiga
bagian yaitu struktur joint (kekar), patahan (fault), dan lipatan. Daerah patahan
tanah bersifat erosif dan mempunyai porositas tinggi, struktur lapisan batuan yang
diskontinyu (tak teratur), heterogen, sehingga mudah bergerak atau longsor.
Pada daerah sekitar aliran Kali Garang merupakan patahan Kali Garang, yang
membujur arah utara sampai selatan, di sepanjang Kaligarang yang berbatasan
dengan Bukit Gombel. Patahan ini bermula dari Ondorante, ke arah utara hingga
Bendan Duwur. Patahan ini merupakan patahan geser, yang memotong formasi
Notopuro, ditandai adanya zona sesar, tebing terjal di Ondorante, dan pelurusan
Kali Garang serta beberapa mata air di Bendan Duwur. Daerah patahan lainnya
adalah Meteseh, Perumahan Bukit Kencana Jaya, dengan arah patahan melintas
dari utara ke selatan. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 6
Sedangkan wilayah Kota Semarang yang berupa dataran rendah memiliki
jenis tanah berupa struktur pelapukan, endapan, dan lanau yang dalam. Jenis
Tanah di Kota Semarang meliputi kelompok mediteran coklat tua, latosol coklat
tua kemerahan, asosiai alluvial kelabu, Alluvial Hidromorf, Grumosol Kelabu Tua,
Latosol Coklat dan Komplek Regosol Kelabu Tua. Kurang lebih sebesar 25%
wilayah Kota Semarang memiliki jenis tanah mediteranian coklat tua. Sedangkan
kurang lebih 30% lainnya memiliki jenis tanah latosol coklat tua. Jenis tanah lain
yang ada di wilayah Kota Semarang memiliki geologi jenis tanah asosiasi kelabu
dan aluvial coklat kelabu dengan luas keseluruhan kurang lebih 22% dari seluruh
luas Kota Semarang. Sisanya merupakan jenis tanah alluvial hidromorf dan
grumosol kelabu tua.
Tabel 2.2
Penyebaran Jenis Tanah dan Lokasinya di Kota Semarang
Sumber : BPS Kota Semarang, 2009
Kondisi Hidrologi potensi air di Kota Semarang bersumber pada sungai -sungai yang mengalir di Kota Semarang antara lain Kali Garang, Kali Pengkol, Kali Kreo, Kali Banjirkanal Timur, Kali Babon, Kali Sringin, Kali Kripik, Kali Dungadem dan lain sebagainya. Kali Garang yan bermata air di gunung Ungaran, alur sungainya memanjang ke arah Utara hingga mencapai Pegandan tepatnya di Tugu Soeharto, bertemu dengan aliran Kali Kreo dan Kali Kripik. Kali Garang sebagai sungai utama pembentuk kota bawah yang mengalir membelah lembahlembah Gunung Ungaran mengikuti alur yang berbelok-belok dengan aliran yang cukup deras. No JENIS TANAH LOKASI %
TERHADAP
WILAYAH
POTENSI
1 Mediteran Coklat Tua Kec. Tugu
30
Tanaman tahunan/keras
Kec Semarang Selatan Tanaman Holtikultura
Kec. Gunungpati Tanaman Palawija
Kec. Semarang Timuer
2 Latosol Coklat Tua
Kemerahan
Kec. Mijen
26
Tanaman tahunan/keras
Kec. Gunungpati Tanaman Holtikultura
Tanaman Padi
3 Asosiasi Aluvial Kelabu
dan Coklat kekelabuhan
Kec. Genuk
22
Tanaman tahunan tidak
Kec. Semarang Tengah produktip
4 Alluvial Hidromorf
Grumosol Kelabu Tua
Kec. Tugu
22
Tanaman Tahunan
Kec. Semarang Utara Tanaman Holtikultura
Kec. Genuk Tanaman Padi
Kec. MijenRencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 7
53,0 % dari debit total dan kali Kreo 34,7 % selanjutnya Kali Kripik 12,3 %. Oleh
karena Kali Garang memberikan airnya yang cukup dominan bagi Kota
Semarang, maka langkah-langkah untuk menjaga kelestariannya juga terus
dilakukan. Karena Kali Garang digunakan untuk memenuhi kebutuhan air minum
warga Kota Semarang.
Air Tanah Bebas ini merupakan air tanah yang terdapat pada lapisan
pembawa air (aquifer) dan tidak tertutup oleh lapisan kedap air. Permukaan air
tanah bebas ini sangat dipengaruhi oleh musim dan keadaan lingkungan
sekitarnya. Penduduk Kota Semarang yang berada di dataran rendah, banyak
memanfaatkan air tanah ini dengan membuat sumur-sumur gali (dangkal) dengan
kedalaman rata-rata 3 - 18 m. Sedangkan untuk peduduk di dataran tinggi hanya
dapat memanfaatkan sumur gali pada musim penghujan dengan kedalaman
berkisar antara 20 - 40 m.
Air Tanah Tertekan adalah air yang terkandung di dalam suatu lapisan
pembawa air yang berada diantara 2 lapisan batuan kedap air sehingga hampir
tetap debitnya disamping kualitasnya juga memenuhi syarat sebagai air bersih.
Debit air ini sedikit sekali dipengaruhi oleh musim dan keadaan di sekelilingnya.
Untuk daerah Semarang bawah lapisan aquifer di dapat dari endapan alluvial dan
delta sungai Garang. Kedalaman lapisan aquifer ini berkisar antara 50 - 90 meter,
terletak di ujung Timur laut Kota dan pada mulut sungai Garang lama yang
terletak di pertemuan antara lembah sungai Garang dengan dataran pantai.
Kelompok aquifer delta Garang ini disebut pula kelompok aquifer utama karena
merupakan sumber air tanah yang potensial dan bersifat tawar. untuk daerah
Semarang yang berbatasan dengan kaki perbukitan air tanah artois ini terletak
pada endapan pasir dan konglomerat formasi damar yang mulai diketemukan
pada kedalaman antara 50 - 90 m. Pada daerah perbukitan kondisi artosis masih
mungkin ditemukan. karena adanya formasi damar yang permeable dan sering
mengandung sisipan-sisipan batuan lanau atau batu lempung.
Secara Klimatologi, Kota Semarang seperti kondisi umum di Indonesia,
mempunyai iklim tropik basah yang dipengaruhi oleh angin muson barat dan
muson timur. Dari bulan November hingga Mei, angin bertiup dari arah Utara
Barat Laut (NW) menciptakan musim hujan dengan membawa banyak uap air dan
hujan. Sifat periode ini adalah curah hujan sering dan berat, kelembaban relatif Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 8
tinggi dan mendung. Lebih dari 80% dari curah hujan tahunan turun di periode ini.
Dari Juni hingga Oktober angin bertiup dari Selatan Tenggara (SE) menciptakan
musim kemarau, karena membawa sedikit uap air. Sifat periode ini adalah sedikit
jumlah curah hujan, kelembaban lebih rendah, dan jarang mendung.
Berdasarkan data yang ada, curah hujan di Kota Semarang mempunyai
sebaran yang tidak merata sepanjang tahun, dengan total curah hujan rata-rata
9.891 mm per tahun. Ini menunjukkan curah hujan khas pola di Indonesia,
khususnya di Jawa, yang mengikuti pola angin muson SENW yang umum. Suhu
minimum rata-rata yang diukur di Stasiun Klimatologi Semarang berubah-ubah
dari 21,1 °C pada September ke 24,6 °C pada bulan Mei, dan suhu maksimum
rata-rata berubah-ubah dari 29,9 °C ke 32,9 °C. Kelembaban relatif bulanan ratarata berubah-ubah dari minimum 61% pada bulan September ke maksimum 83%
pada bulan Januari. Kecepatan angin bulanan rata-rata di Stasiun Klimatologi
Semarang berubah-ubah dari 215 km/hari pada bulan Agustus sampai 286
km/hari pada bulan Januari. Lamanya sinar matahari, yang menunjukkan rasio
sebenarnya sampai lamanya sinar matahari maksimum hari, bervariasi dari 46%
pada bulan Desember sampai 98% pada bulan Agustus.
2.1.1. Penggunaan lahan di Kota Semarang
Penggunaan lahan di Kota Semarang meliputi irigasi teknis (198 Km2), setengah teknis (530 Km2), irigasi sederhana/ irigasi desa/ non PU (45 Km2), tadah hujan (2,031 Km2), dan yang tidak diusahakan (267 Km2). Disamping penggunaan lahan sawah, penggunaan lahan di Kota Semarang yang lain meliputi pekarangan, tegalan/ kebun, tambak/ kolam/ rawa, hutan rakyat/ tanaman kayu, hutan negara, perkebunan negara/ swasta dan penggunaan lain. Tabel di bawah ini.
Tabel 2.3
Penggunaan Lahan Sawah di Kota Semarang Dirinci Tiap Kecamatan
Tahun 2009
KECAMATAN
TANAH SAWAH
TEKNIS 1/2TEKNIS NON PU TADAH HUJAN TIDAK DIUSAHAKAN
Mijen 0,00 285,00 0,00 186,00 34,00
Gunung Pati 84,00 145,00 0,00 633,33 175,64
Banyumanik 0,00 55,00 0,00 0,00 0,00
Gajahmungkur 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 9
KECAMATAN
TANAH SAWAH
TEKNIS 1/2TEKNIS NON PU TADAH HUJAN TIDAK DIUSAHAKAN
Semarang Selatan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Candisari 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Tembalang 0,00 0,00 0,00 432,00 0,00
Pedurungan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Genuk 62,00 0,00 0,00 5,00 0,00
Gayamsari 0,00 0,00 15,00 0,00 5,00
Semarang Timur 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Semarang Utara 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Semarang Tengah 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Semarang Barat 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Tugu 50,00 60,00 30,00 39,00 0,00
Ngaliyan 30,00 61,00 0,00 264,00 0,00
Total 226,00 606,00 45,00 1559,33 214,64
Sumber : Kota Semarang Dalam Angka Th. 2009
Grafik 2.2
Persentase Penggunaan Areal Tanah Berdasar Sistem Pengairan
di Kota Semarang Tahun 2009
Sumber : Kota Semarang Dalam Angka Th. 2009Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 10
Grafik 2.3
Persentase Penggunaan Lahan Sawah dan Non Sawah
di Kota Semarang Tahun 2009
Sumber : Semarang Dalam Angka 2009
Secara keseluruhan kecenderungan penggunaan lahan non-sawah di Kota
Semarang yang terbesar yaitu pekarangan (38%), ladang (21%), tegalan (14%),
lainnya (11%), perkebunan (5%), tambak dan kayu-kayuan (4%), padang rumput
(2%), tidak diusahakan (1%). Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada GAMBAR 2.2.
Kecamatan Mijen memiliki luas lahan non-sawah paling luas dibanding
dengan kecamatan-kecamatan lainnya di Kota Semarang dengan luas wilayah
5.207,25 Km2 dengan spesifikasi ladang (1.829 Km2), pekarangan (823 Km2),
tanah kering tidak diusahakan (4,6 Km2), Hutan Negara (810 Km2), Perkebunan
(1.116 Km2) lainnya (627,75 Km2). Sedangkan kecamatan yang memiliki luas
lahan non-sawah paling kecil yaitu kecamatan Gayamsari dengan luas 549,47
Km2, dengan spesifikasi tegalan (49,50 Km2), pekarangan (420,89 Km2), Tanah
Penggembalaan (13,15 Km2), Tambak (8,09 Km2), Kolam (3 Km2), Tanah kering
yang tidak diusahakan (3,5 Km2), Tanah kering untuk kayu-kayuan (5 Km2),
Tanah kering untuk lainnya (75,84 Km2).
Secara keseluruhan, penggunaan lahan kering di Kota Semarang yaitu
Pekarangan dan Bangunan (42%), Tegalan dan Kebun (27%), Tambak/Kolam,
lainnya tanah kering (26%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 11
Grafik 2.4
Persentase Luas Tanah Kering di Kota Semarang Tahun 2009
Sumber : Semarang Dalam Angka 2009
Tabel 2.4
Penggunaan Lahan Kering di Kota Semarang
Dirinci Tiap Kecamatan Tahun 2009
KECAMATAN
LAHAN NON- SAWAH
PEKARANG
AN &
BANGUNAN
TEGALAN
DAN
KEBUN
PADANG
GEMBALA
TAMBAK/
KOLAM
RAWA
LAIN2
TANAH
KERING
LAINNYA
Mijen 823,00 1.829,00 0,00 4,50 0,00 2.550,74 5.207,24
Gunung Pati 1.312,70 2.573,50 0,00 0,00 0,00
126,89 4.013,09
Banyumanik 430,00 1.176,58 0,00 0,00 0,00
784,48 2.391,06
Gajahmungkur 691,63 2,97 0,00 0,00 0,00
70,37 764,98
Semarang Selatan 474,39 2,50 0,00 0,00 0,00
371,16 848,05
Candisari 494,39 33,85 13,87 0,00 0,00
27,27 569,38
Tembalang 2.085,40 1.000,80 0,00 0,00 0,00
901,84 3.988,04
Pedurungan 1.507,00 392,00 0,00 0,00 0,00
109,00 2.008,00
Genuk 1.349,08 910,82 0,00 194,28 0,00
190,26 2.644,44
Gayamsari 415,00 13,00 13,00 11,00 0,00
59,23 511,23
Semarang Timur 696,80 0,00 0,00 0,00 0,00
73,45 770,25
Semarang Utara 927,55 0,00 0,00 50,21 0,00
155,51 1.133,27
Semarang Tengah 527,55 5,48 0,00 0,00 0,00
71,97 604,99 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 12
Semarang Barat 1.389,20 24,30 0,00 52,66 0,00
888,41 2.354,57
Tugu 507,73 45,20 0,00 1.378,53 0,00 743,89 2.675,34
Ngaliyan 418,00 979,00 10,00 0,00 0,00 1.526,33 2.933,33
Total 14.049,42 8.989,00 36,87 1.691,17 0,00 8.650,80 33.417,26
Sumber : Semarang Dalam Angka 2009
2.1.2. Tujuan, Kebijakan & Strategi Penataan Ruang Kota Semarang
Tujuan Penataan ruang adalah mewujudkan Kota Semarang sebagai pusat perdagangan dan jasa berskala internasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan. Sedangkan kebijakan dan strategi penataan ruang Kota Semarang secara umum terbagi atas: Kebijakan pengembangan struktur ruang dan Kebijakan pengembangan pola ruang.
Kebijakan pengembangan struktur ruang Kota Semarang dilakukan melalui :
1. Pemantapan pusat pelayanan kegiatan yang memperkuat kegiatan
perdagangan dan jasa berskala internasional.
2. Peningkatan aksesbilitas dan keterkaitan antar pusat kegiatan.
3. Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan sistem prasarana sarana umum.
Kebijakan pola ruang meliputi kebijakan pengelolaan kawasan lindung dan kawasan budidaya.
Kebijakan peningkatan pengelolaan Kawasan Lindung meliputi :
1. Peningkatan pengelolaan kawasan yang berfungsi lindung.
2. Pelestarian kawasan cagar budaya.
3.Peningkatan dan penyediaan ruang terbuka hijau yang proporsional di seluruh wilayah Kota.
Sedangkan kebijakan pengembangan kawasan budidaya meliputi :
1. Pengaturan pengembangan kawasan budidaya sesuai dengan daya dukung dan daya tampung.
2. Perwujudan pemanfaatan ruang yang efisien dan kompak.
3. Pengelolaan dan pengembangan kawasan pantai.
2.1.3. Rencana Pengembangan Sistem Pusat Pelayanan
Dengan mempertimbangkan luas, karakter daerah, koordinasi pelaksanaan
pembangunan, kemudahan dalam penyelesaian masalah, maka pembagian BWK
di Kota Semarang ditentukan melalui pendekatan batas administratif. Untuk itu, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 13
dalam Rencana Tata Ruang Kota Semarang Tahun 2010-2030 pembagian BWK
ditetapkan sebagai berikut :
a. BWK I meliputi Kecamatan Semarang Tengah, Kecamatan Semarang Timur
dan Kecamatan Semarang Selatan dengan luas kurang lebih 2.223 Ha;
b. BWK II meliputi Kecamatan Candisari dan Kecamatan Gajahmungkur dengan
luas kurang lebih 1.320 Ha;
c. BWK III meliputi Kecamatan Semarang Barat dan Kecamatan Semarang Utara
dengan luas kurang lebih 3.522 Ha;
d. BWK IV meliputi Kecamatan Genuk dengan luas kurang lebih 2.738 Ha;
e. BWK V meliputi Kecamatan Gayamsari dan Kecamatan Pedurungan dengan
luas kurang lebih 2.622 Ha;
f. BWK VI meliputi Kecamatan Tembalang dengan luas kurang lebih 4.420 Ha;
g. BWK VII meliputi Kecamatan Banyumanik dengan luas kurang lebih 2.509 Ha;
h. BWK VIII meliputi Kecamatan Gunungpati dengan luas kurang lebih 5.399 Ha;
i. BWK IX meliputi Kecamatan Mijen dengan luas kurang lebih 6.213 Ha; dan
j. BWK X meliputi Kecamatan Ngaliyan dan Kecamatan Tugu dengan luas
kurang lebih 6.393 ha.
Rencana pendistribusian fasilitas pelayanan regional dimasing-masing BWK
meliputi :
a. Perkantoran, perdagangan dan jasa di BWK I, II, dan III
b. Pendidikan kepolisian dan olah raga di BWK II
c. Perkantoran, transportasi udara dan transportasi laut di BWK III
d. Industri di BWK IV dan BWK X
e. Pendidikan di BWK VI dan BWK VIII
f. Perkantoran militer di BWK VII
g. Kantor pelayanan publik di BWK IX
Rencana penetapan pusat pelayanan di Kota Semarang terdiri atas: Pusat
pelayanan kota, Sub pusat pelayanan kota dan Pelayanan lingkungan.
Pusat pelayanan kota berfungsi sebagai pusat pelayanan pemerintahan
Provinsi, pemerintahan Kota yang berupa pusat pelayanan kegiatan pemerintahan
yang dilengkapi dengan pengembangan fasilitas, meliputi kantor Gubernur dan
kantor Walikota serta fasilitas kantor pemerintahan pendukung dan pelayanan
publik lainnya. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 14
Selain itu pusat pelayanan kota juga sebagai pusat kegiatan perdagangan modern
dan jasa komersial yang dilengkapi dengan :
a. Pusat perbelanjaan skala kota;
b. Hotel dan penginapan;
c. Perkantoran swasta;
d. Jasa akomodasi pariwisata lainnya.
Sub pusat pelayanan kota merupakan pusat BWK yang dilengkapi dengan
sarana lingkungan perkotaan skala pelayanan BWK yang meliputi :
a. Sarana perdagangan dan jasa
b. Sarana pendidikan
c. Sarana kesehatan
d. Sarana peribadatan
e. Sarana pelayanan umum
Pusat pelayanan lingkungan kota dilengkapi dengan sarana lingkungan
perkotaan skala pelayanan sebagian BWK, meliputi :
a. Sarana perdagangan;
b. Sarana pendidikan;
c. Sarana kesehatan;
d. Sarana peribadatan; dan
e. Sarana pelayanan umum.Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 15
Gambar 2.2
Peta Pembagian BWK Kota SemarangRencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 16
Gambar 2.3
Peta Rencana Struktur Ruang Kota SemarangRencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 17
Sistem Jaringan Transportasi di Kota Semarang meliputi jaringan Jalan,
Transportasi Darat, Transportasi Laut dan Transportasi Udara. Sebagaimana
tertuang dalam RTRW Kota Semarang tahun 2010-2030 Rencana Sistem
Jaringan Transportasi adalah sebagai berikut:
1. Rencana Jaringan Jalan
Skenario fungsi dari perwujudan struktur jalan Kota Semarang adalah sebagai
berikut :
Struktur jalan yang ada menghubungkan antara sub pusat wilayah di daerah
pinggiran
Struktur jalan yang ada menghubungkan antara sub pusat wilayah dengan
pusat kota
Struktur jalan yang ada mampu memfasilitasi pergerakan eksternal kota
dengan tidak membebani aktivitas pusat kota
Setiap pusat aktivitas kota, nantinya akan dihubungkan jaringan jalan yang
memadai. Kondisi jaringan jalan Kota Semarang yang sudah menghubungkan
keseluruhan wilayah kota memudahkan daIam merumuskan struktur jalan yang
akan dikembangkan. Dalam perkembangannya, konsep struktur jalan
menggunakan konsep radial konsentris.
a. Pengembangan Jalan Lingkar (Radial)
1. Inner Ring Road
Adalah jalan yang dikembangkan sebagai penghubung melingkar antar
kawasan dalam pusat kota. Pengembangan jalan ini sangat penting
dalam rangka mewujudkan sistem pergerakan yang lancar jika terdapat
kemacetan pada ruas jalan tertentu di kawasan pusat kota.
2. Middle Ring Road
Adalah struktur jalan yang menghubungkan antar beberapa daerah sub
pusat dengan pusat Kota Semarang.
3. Outer Ring Road
Adalah jalur lingkar yang menghubungkan beberapa wilayah pusat
pertumbuhan pinggiran kota dengan wilayah pinggiran lainnyaRencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 18
b. Pengembangan Jalan Konsentrik
Jalur jalan konsentrik adalah kumpulan jalan yang berfungsi
mendistribusikan pergerakan ke beberapa regional di sekitar Kota Semarang
selain itu jaringan jalan ini berfungsi pula menghubungkan beberapa pusat
pertumbuhan di daerah pinggiran dengan pusat Kota Semarang.
Selain rencana penentuan hirarki jalan seperti tersebut diatas, maka
yang perlu diperhatikan dalam pengembangan sistem transportasi di Kota
Semarang adalah mengkaitkan sistem jaringan jalan Kota Semarang dengan
Jalan Tol Semarang-Solo, Jalan Tol Semarang-Demak dan Jalan Tol
Semarang-Batang.
2. Rencana Sarana Transportasi
Pengembangan sistem terminal ditentukan oleh fungsi Kota Semarang
sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dan permasalahan internal lalu lintas
kota. Atas dasar hal tersebut maka pengembangan sarana transportasi di Kota
Semarang adalah sebagai berikut :
Transportasi Darat
Terminal Tipe A
Terminal Tipe A berfungsi melayani jalur angkutan umum Antar Kota
Antar Provinsi, angkutan antar kota dalam provinsi, angkutan kota dan
angkutan pedesaan. Lokasi terminal tipe A direncanakan di :
BWK X (Mangkang)
BWK VII (Pudak Payung)
Terminal tipe B
Terminal tipe B berfungsi untuk melayani pergerakan penumpang antar
kota dalam provinsi (AKDP) dan angkutan perdesaan. Lokasi terminal tipe
B direncanakan di Terboyo (BWK IV) dan Penggaron (BWK V).
Terminal tipe C
Terminal tipe C berfungsi untuk melayani pergerakan penumpang
perkotaan dan angkutan perdesaan. Lokasi terminal tipe C direncanakan
di Gunungpati, Penggaron, Cangkiran, Pelabuhan Tanjung Mas, Sendowo
dan Sampangan.Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 19
Stop Station
Merupakan fasilitas tempat pergantian moda kendaraan umum bagi
penumpang seperti halnya terminal, hanya saja skala pelayanan Stop
Station lebih kecil dibandingkan terminal. Stop Station berfungsi untuk
melayani pergerakan Asal-Tujuan/ Origin-Destination (OD). Fasilitas ini
dikembangkan pada kawasan-kawasan yang merupakan simpul bangkitan
dan tujuan lalu lintas.
Terminal Barang
Terminal barang merupakan sarana untuk melayani pergerakan barang
dalam suatu wilayah. Terminal barang yang akan dikembangkan,
direncanakan berada di Kelurahan Bandarharjo, Kecamatan Semarang
Utara, yang terintegrasi dengan Pelabuhan Tanjung Emas Semarang.
Jaringan Kereta Api
Jaringan rel kereta api yang ada ditingkatkan sesuai dengan peningkatan
pelayanan, sesuai dengan pengembangan teknologi perkeretaapian yaitu
dengan menerapkan jalur ganda (Double Track). Rencana pengembangan
kereta api diarahkan untuk mengoptimalkan kereta api sebagai angkutan
penumpang dan angkutan barang.
Pelabuhan Tanjung Mas direncanakan sebagai pelabuhan internasional
(sesuai arahan dalam PP Nomor 26 Tahun 2008) tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional. Rencana transportasi yang direncanakan dalam pelabuhan
meliputi penumpang dan barang. Rute pelayanan penumpang dan barang
direncanakan memiliki skala pelayanan regional, nasional dan internasional.
Untuk mendukung fungsi kepelabuhan kawasan disekitar kawasan pelabuhan
harus dirancang memiliki fungsi yang mendukung fungsi pelabuhan, Untuk itu
disekitar kawasan pelabuhan dikembangkan fungsi-fungsi terminal peti kemas,
perdagangan, perhotelan, jasa dan perkantoran. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 20
Bandara merupakan fasilitas yang memiliki peranan penting dalam
mendukung perkembangan Kota Semarang. Bandara udara Kota Semarang
berada di kawasan pusat kota, untuk mendukung perkembangan aktivitas
transportasi udara dalam melayani perkembangan aktivitas Kota Semarang,
perlu dikaji ulang Penerapan kebijakan KKOP (Keselamatan Kawasan
Operasional Penerbangan) untuk mencegah bangunan yang menjadi
pengganggu (obstacle) kegiatan kebandar-udaraan.
Secara umum penanganan limbah domestik untuk Kota Semarang harus
mengacu kepada Rencana Strategi Nasional untuk Pengelolaan Air Buangan
Rumah Tangga Daerah Perkotaan.
Limbah domestik adalah limbah yang berasal dari buangan rumah tangga berupa
tinja dan buangan cair lainnya seperti air bekas cucian dan lain-lain. Penanganan
buangan ini tidaklah mudah karena menyangkut masyarakat dan pemerintah
yang saling terkait didalam penanganannya serta membutuhkan biaya cukup
besar. Pengolahan limbah domestik secara umum dibagi kedalam 2 (dua) jenis
yaitu On-Site System dan Off-Site System.
On-Site System, dimana buangan langsung dialirkan ke septic tank dan
cairannya diresapkan melalui tanah.
Off-Site System, dimana menggunakan sistem saluran air buangan untuk
mengalirkan air buangan dari rumah tangga kemudian diolah disuatu tempat
tertentu.
a. Penanganan Drainase Kota Semarang
Berdasarkan kondisi topografi Kota Semarang, sistem drainase Kota Semarang tidak bisa lagi mengandalkan sistem gravitasi murni, tetapi sistem kombinasi antara sistem drainase gravitasi, polder dan tanggul laut.
Sistem drainase dikembangkan berdasarkan konsep one watershed one plan one management. Masing-masing sistem drainase dibagi menjadi menjadi daerah hulu dan hilir. Sistem drainase yang dikembangkan dikembangkan di daerah hulu dan hilir berbeda.
Daerah Hulu
Konsep yang dikembangkan di daerah hulu adalah sistem banjir kanal, air yang berasal dari kawasan hulu diusahakan tidak membebani kawasan bawah, dengan mengalirkannya melalui banjir kanal. Masing-masing sistem drainase akan dilengkapi dengan satu atau lebih banjir kanal.
Daerah Hilir
Kawasan hilir diusahakan hanya menerima beban drainase yang berasal dari wilayah itu saja, tidak menerima kiriman dari hulu maupun air rob dari laut. Untuk itu perlu dikembangkan sistem drainase tertutup. Masing-masing wilayah dibagibagi menjadi beberapa sub sistem yang secara hidrologis berdiri sendiri. Pada setiap sub sistem dikembangkan sistem drainase polder. Beban sistem polder dapat dikurangi dengan mengembangkan fasilitas untuk memanen air hujan, khususnya yang berupa tampungan. Fasilitas ini berfungsi ganda, yaitu menurunkan beban drainase sekaligus dapat dimanfaatkan sebagai sumber air bersih.
Sistem Polder
Dalam penanganan permasalahan drainase di daerah hilir Kota Semarang diatasi dengan pembuatan sistem polder yang mampu mengatur aliran air yang ada.
Waduk dan Embung
Sedang bagi pengaturan sistem drainase Kota Semarang di daerah hulu dilakukan dengan merencanakan pembangunan dan pengoptimalan waduk dan embung.
Untuk menciptakan ruang kota yang manusiawi dan mampu mendukung kedinamisan pergerakan penduduk kota, maka setiap pengembangan ruas jalan yang digunakan untuk kendaraan umum dan pribadi harus memiliki ruang bagi pejalan kaki dan jalur sepeda pada ruas jalan yang
memungkinkan. Pengembangan fasilitas pejalan kaki dilakukan secara memadai dengan memperhitungkan penggunaannya bagi penyandang cacat.
Angkutan Umum
Selain sistem prasarana transportasi yang baik, rencana peningkatan pelayanan pergerakan Kota Semarang juga dilakukan pada sistem pelayanan angkutan umum. Rencana peningkatan pelayanan angkutan ini meliputi :
a. Peningkatan pelayanan angkutan umum, dilakukan dengan upaya
optimalisasi, perbaikan fisik dan pembangunan prasarana baru.
b. Pengembangan sistem angkutan umum massal (SAUM) pada koridor-koridor
utama (jalur primer) berbasis rel atau jalan raya.
c. Pengembangan koridor-koridor utama diarahkan untuk menghubungkan
antara pusat Kota dengan pusat BWK.
d. Pengembangan sarana angkutan umum massal yang melewati ruas-ruas
jalan utama yang menghubungkan seluruh wilayah dalam kota.
e. pengembangan sistem angkutan umum berbasis rel diarahkan pada
pengembangan angkutan monorail/ kereta ringan yang melayani rute
Mangkang – Kalibanteng – Simpang Lima – Pedurungan – Genuk.
f. Rencana pengembangan dan peningkatan fasilitas pelayanan ujung-pangkal
pergerakan angkutan umum.
Rencana Pengaturan Kegiatan Sektor Informal
Untuk kepentingan Kota Semarang ke depan agar upaya penataan PKL
benar-benar komprehensif dan menyentuh akar masalah, maka perlu
diperhatikan hal-hal berikut:
1. Keberadaan PKL pada dasarnya bukanlah semata-mata beban atau
gangguan bagi keindahan dan ketertiban kota.
2. PKL tidak bisa dibiarkan lepas kendali, melainkan perlu ditata sedemikian
rupa agar tidak menganggu ketertiban dan keindahan kota.
3. Upaya penataan PKL tidak hanya pada bentuk-bentuk penindakan atau
operasi penertiban yang sifatnya represif, yang umumnya hanya melahirkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 23
pembangkangan dan daya resistensi para PKL, tetapi, yang lebih penting
adalah bagaimana mengkombinasikan antara fungsi pembinaan, fungsi
pengawasan, dan fungsi preventif, serta fungsi penindakan itu sendiri untuk
situasi khusus.
Ruang Evakuasi Bencana
Ruang evakuasi bencana berupa jalur penyelamatan (escape road) adalah
jalan-jalan kota yang dikembangkan/ direncanakan sebagai jalur pelarian ke
bangunan/bukit penyelamatan dan wilayah yang aman apabila terjadi bencana
alam (gempa ,banjir, dan angin puting beliung) serta bencana kebakaran;
2.1.7 Rencana Kawasan Strategis Kota Semarang
Kawasan strategis adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan
karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kota terhadap
ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan.
Adapun rencana pengembangan kawasan strategis di Kota Semarang adalah :
a. Kawasan strategis bidang pertumbuhan ekonomi
b. Kawasan strategis bidang sosial budaya
c. Kawasan strategis bidang fungsi dan daya dukung lingkungan hidup
a. Kawasan Strategis Bidang Pertumbuhan Ekonomi
Kawasan strategis bidang pertumbuhan ekonomi di Kota Semarang adalah
kawasan cepat berkembang dan kawasan perlu kerja sama dengan daerah
sekitarnya (kawasan perbatasan). Kawasan cepat berkembang ini perlu
diprioritaskan penataan ruangya karena potensi yang dimiliki apabila tidak
diarahkan justru menimbulkan permasalahan. Sedangkan kawasan perbatasan di
Kota Semarang memiliki peranan yang sangat penting, karena kawasan inilah
yang akan mengintegrasikan perkembangan Kota Semarang dengan daerah
yang ada disekitarnya.
b. Kawasan Segitiga Peterongan – Tawang – Siliwangi
Kawasan pusat kota yang terletak pada Kawasan Segitiga Peterongan –
Tawang – Siliwangi. Kawasan segitiga ini memiliki kekuatan pengembangan
yang sangat besar, potensi pengembangan pada kawasan ini adalah kegiatan
perdagangan dan jasa.
Secara umum Kawasan Segitiga Peterongan – Tawang – Siliwangi adalah
kawasan yang memiliki kepadatan bangunan yang tinggi. Dalam kawasan saat Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 24
ini telah terjadi transformasi kegiatan perdagangan dan jasa dari skala kecil dan
menengah ke skala besar. Hal ini terbukti dengan tumbuhnya beberapa pusat
perbelajaan dan fungsi jasa (perkantoran swasta dan hotel) yang mengalih
fungsikan lahan yang sebelumnya berfungsi sebagai pertokoan dan permukiman.
c. Pelabuhan Tanjung Mas
Pelabuhan Tanjung Mas merupakan fasilitas nasional yang ada di Kota
Semarang, maka arahan pengelolaan di kawasan pelabuhan ditekankan pada
kegiatan :
Memperlancar pergerakan manusia dan barang di dalam kawasan pelabuhan
maupun kawasan pelabuhan dengan kawasan diluarnya melalui peningkatan
jariangan jalan yang memadai dan pengembangan sistem terminal yang
terintegrasi dengan pergerakan darat (pergerakan jalan raya dan kereta api)
dan pergerakan udara.
Perlunya dilakukan penanganan percepatan penurunan permukaan tanah dan
banjir rob.
Penyusunan kebijakan penataan ruang kawasan pelabuhan dalam rangka
memadukan kegiatan pelabuhan dengan kawasan yang ada disekitarnya.
d.
Kawasan Strategis Bidang Sosial Budaya
Kawasan strategis bidang sosial budaya di Kota Semarang adalah Kawasan Cagar Budaya Kota Lama, Kampung Pecinan, Kampung Melayu, dan kawasan lainnya. Kawasan tersebut merupakan kawasan cagar budaya yang harus dilindungi dan dilestarikan keberadaannya. Hal ini dimaksudkan untuk mempertahankan kekayaan budaya berupa peninggalan-peninggalan sejarah yang berguna untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dari ancaman kepunahan yang disebabkan oleh kegiatan alam maupun manusia. Dalam pemanfaatannya, kawasan cagar budaya dapat ditingkatkan fungsinya untuk dapat menunjang kegiatan pariwisata, yang nantinya dapat memberikan kontribusi pendapatan dari sektor pariwisata.
e. Kawasan Strategis Bidang Fungsi Dan Daya Dukung Lingkungan Hidup
Kawasan strategis bidang fungsi dan daya dukung lingkungan hidup adalah:
1. Kawasan Bendungan Jatibarang.
Pembangunan Bendungan Jatibarang yang akan difungsikan sebagai
pengendali limpasan air ke kawasan bawah Kota Semarang. Bendungan ini
direncanakan berlokasi di Kecamatan Gunungpati.Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 25
Selain fungsi hidrologi kawasan, Kawasan Bendungan Jatibarang juga akan
dijadikan kawasan wisata dengan fasilitas bebragai fasilitas pendukungnya.
Adanya percampuran fungsi konservatif dan budidaya ini menyebabkan
kawasan Bendungan Jatibarang perlu di kelola dengan baik agar fungsi
budidaya tidak sampai menganggu fungsi konservasi.
2. Kawasan Reklamasi Pantai
Kawasan reklamasi pantai ditetapkan berada di wilayah pesisir Kota
Semarang (Kecamatan Semarang Utara, Barat sampai Tugu) yang
pengembangannya dalam rangka pengoptimalan kawasan pesisir dengan
mengedepankan tata ruang, dampak lingkungan dan memberikan
keuntungan kepada Pemerintah dan masyarakat serta tidak bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2.2 ASPEK DEMOGRAFI
Secara Demografi, berdasarkan data statistik Kota Semarang penduduk
Kota Semarang periode tahun 2005-2009 mengalami peningkatan rata-rata
sebesar 1,4% per tahun. Pada tahun 2005 adalah 1.419.478 jiwa, sedangkan
pada tahun 2009 sebesar 1.506.924 jiwa, yang terdiri dari 748.515 penduduk
laki-laki, dan 758.409 penduduk perempuan.
Tabel 2.5
Jumlah Penduduk Kota Semarang
Tahun 2005-2009
Laki-Laki Perempuan Jumlah
1 2005 705,627 713,851 1,419,478 1.45
2 2006 711,755 722,270 1,434,025 1.06
3 2007 722,026 732,568 1,454,594 1.43
4 2008 735,457 746,183 1,481,640 1.86
5 2009 748,515 758,409 1,506,924 1.71
No Tahun
Jumlah Penduduk Pertumbuhan
(%)
Sumber: Kota Semarang Dalam Angka, BPS Kota Semarang, 2009
Peningkatan jumlah penduduk tersebut dipengaruhi oleh jumlah kelahiran,
kematian dan migrasi. Pada tahun 2005 jumlah kelahiran sebanyak 19.504
jiwa, jumlah kematian sebanyak 8.172 jiwa, penduduk yang datang sebanyak
38.910 jiwa dan penduduk yang pergi sebanyak 29.107 jiwa. Besarnya penduduk
yang datang ke Kota Semarang disebabkan daya tarik kota Semarang sebagai
kota perdagangan, jasa, industri dan pendidikan. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 26
Tabel 2.6
Perkembangan Penduduk Lahir, Mati, Datang dan Pindah
Kota Semarang Tahun 2005 - 2009
Sumber: Kota Semarang Dalam Angka, BPS Kota Semarang, 2009
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa penduduk yang datang ke Kota
Semarang dan penduduk yang lahir setiap tahunnya lebih besar dari pada
penduduk yang pindah dan penduduk yang mati, hal tersebut menggambarkan
bahwa peningkatan penduduk Kota Semarang disebabkan oleh penduduk yang
datang dan lahir dengan proporsi rata-rata 60,04% per tahun dibanding
penduduk pindah dan penduduk yang mati.
Penduduk Kota Semarang dilihat dari kelompok umur sebanyak 912.362
jiwa atau 73,96% merupakan penduduk usia produktif ( umur 15 – 65 tahun)
dan 26,04% merupakan penduduk tidak produktif (umur 0-14 tahun dan diatas
65 tahun).
Tabel 2.7
Jumlah Penduduk Kota Semarang Berdasarkan Kelompok Umur
Di Kota Semarang Tahun 2005-2009
Kelompok
Umur
J U M L A H (jiwa)
2005 2006 2007 2008 2009
0 – 4
5 – 9
10 – 14
15 – 19
20 – 24
25 – 29
30 – 34
35 – 39
40 – 44
45 – 49
50 – 54
55 – 59
60 – 64
65 +
49.497
113.270
116.321
112.459
118.682
151.571
142.919
138.312
117.958
101.529
79.698
52.619
34.063
90.480
49.935
114.216
117.280
113.442
119.829
153.198
144.321
139.631
119.214
102.571
80.937
53.336
34.522
91.593
50.721
116.072
119.198
115.241
121.618
155.321
146.455
141.734
120.876
104.041
81.772
53.921
34.906
92.718
51.664
118.230
121.414
117.384
123.879
158.209
149.178
144.369
123.124
105.976
83.292
54.924
35.555
94.442
52.635
120.566
123.840
119.586
126.012
160.805
151.697
146.930
125.351
107.815
84.568
55.630
35.965
95.524
Jumlah 1.419.478 1.434.025 1.454.594 1.481.640 1.506.924
Sumber : BPS Kota Semarang, 2009
Lahir Mati Datang Pindah
1 2005 19,504 8,172 38,910 29,107
2 2006 21,445 9,023 42,714 32,557
3 2007 22,838 10,018 43,151 35,180
4 2008 24,472 10,018 44,187 37,128
5 2009 25,262 10,373 38,518 34,172
Penduduk (jiwa)
Tahun
NoRencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 27
Komposisi penduduk kota Semarang ditinjau dari aspek pendidikan (di
atas umur 5 tahun) adalah telah tamat SD/MI sebesar 22,86% ; telah tamat
SLTA sebesar 21,10% ; belum tamat SD sebesar 20,38% ;telah tamat SLTP
sebesar 20,28% ; tidak/belum pernah sekolah sebesar 6,54%, telah tamat
DIV/S1/S2 sebesar 4,51% dan telah tamat DI/DII/DIII sebesar 4,35%.
Grafik 2.5
Penduduk Kota Semarang berdasarkan Pendidikan pada Tahun 2009
Tamat SLTA
21.10%
Tamat SLTP
20.28%
Tamat SD/MI
22.86%
Tidak/Belum
tamat SD/MI
20.38%
Tidak Sekolah
6.54%
Tamat D1,II,III
4.35%
Tamat
DIV/S1/S2/S3
4.51%
Sumber: Kota Semarang dalam Angka 2009, BPS (data diolah)
Perkembangan jumlah penduduk Kota Semarang berdasarkan mata
pencaharian selama periode 2005-2009 sebagaimana tabel berikut.
Tabel 2.8
Komposisi Penduduk Kota Semarang berdasarkan Mata Pencaharian
Pada Tahun 2005-2009
NO
JENIS
PEKERJAAN
JUMLAH (jiwa)
2005 2006 2007 2008 2009
1 Petani Sendiri 30.440 28.185 26.494 26.203 38.945
2 Buruh Tani 17.271 22.409 18.992 18.783 27.791
3 Nelayan 2.468 2.256 2.506 2.478 3.657
4 Pengusaha 15.771 24.580 51.304 52.514 77.706
5 Buruh Industri 185.604 192.473 152.557 152.606 225.897
6 Buruh
Bangunan
131.453 106.217 71.328 72.771 107.692
7 Pedagang 76.672 75.951 73.431 73.457 108.788
8 Angkutan 26.614 30.144 22.187 22.195 32.819
9 PNS/ABRI 93.707 88.486 86.918 86.949 128.718
10 Pensiunan 34.208 38.101 32.855 32.667 48.635
11 Lainnya 255.717 258.815 76.657 76.684 111.714
Jumlah 869.925 867.617 615.229 617.507 912.362
Sumber data : BPS Kota Semarang Tahun 2009Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 28
Komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian di Kota Semarang
berturut-turut buruh Industri dengan persentase sebesar 24,76%, PNS/ABRI
sebesar 14,11%, Lainnya sebesar 12,24%, Pedagang sebesar 11,92%, Buruh
Bangunan 1,80%, Pengusaha sebesar 8,52%, Pensiunan sebesar 5,33%, Petani
sebesar 4,27%, Angkutan sebesar 3,60%, Buruh tani sebesar 3,05%, dan
Nelayan sebesar 0,40 %. Hal ini menggambarkan bahwa aktivitas penduduk Kota
Semarang bergerak pada sektor perdagangan dan jasa.
2.3 ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Kinerja pembangunan pada aspek kesejahteraan masyarakat merupakan
gambaran dan hasil dari pelaksanaan pembangunan selama periode tertentu
terhadap kondisi kesejahteraan masyarakat yang mencakup kesejahteraan dan
pemerataan ekonomi, kesejahteraan sosial, seni budaya dan olahraga.
Hasil evaluasi pelaksanaan pembangunan pada aspek kesejahteraan
masyarakat selama periode 2005-2009 adalah sebagai berikut :
2.3.1. Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi.
Kinerja kesejahteraan dan pemerataan ekonomi Kota Semarang selama
periode tahun 2005-2009 dapat dilihat dari indikator pertumbuhan PDRB, laju inflasi,
PDRB per kapita, dan angka kriminalitas yang tertangani. Perkembangan kinerja
pembangunan pada kesejahteraan dan pemerataan ekonomi adalah sebagai
berikut:
a. Pertumbuhan PDRB
Pertumbuhan PDRB merupakan indikator untuk mengetahui kondisi
perekonomian secara makro yang mencakup tingkat pertumbuhan sektorsektor ekonomi dan tingkat pertumbuhan ekonomi pada suatu daerah. Laju
Pertumbuhan PDRB Kota Semarang atas dasar harga berlaku selama
periode 2005-2009 mengalami pertumbuhan yang meningkat. PDRB Atas
Dasar Harga Berlaku pada tahun 2005 sebesar Rp. 23.208.244,89 juta rupiah
sampai dengan tahun 2009 mencapai sebesar Rp. 38.459.815,06 juta rupiah.
Sedangkan untuk PDRB Atas Dasar Harga Konstan pada tahun 2005
sebesar Rp 16.194.264,61 juta rupiah dan meningkat menjadi Rp
20.180.577,95 juta rupiah di tahun 2009. Untuk selengkapnya perkembangan
PDRB Kota Semarang ditahun 2005-2009 dapat terlihat dalam tabel dibawah.Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 29
Tabel 2.9
Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Kota Semarang Tahun 2005 - 2009
Rp. % Rp. % Rp. % Rp. % Rp. %
A PDRB Atas Dasar Harga
Berlaku
23,208,224 26,624,244 30,515,737 34,540,949 38,459,815
1. Pertanian 294,257 1.27 321,780 1.21 365,095 1.20 398,756 1.15 442,499 1.15
2. Pertambangan dan
Penggalian
46,997 0.20 52,327 0.20 57,063 0.19 61,694 0.18 66,480 0.17
3. Industri Pengolahan 6,256,676 26.96 7,147,347 26.85 7,883,533 25.83 8,679,006 25.13 9,483,637 24.66
4. Listrik, Gas dan Air Bersih 443,417 1.91 487,538 1.83 532,280 1.74 574,399 1.66 609,532 1.58
5. Bangunan 3,584,579 15.45 4,445,308 16.70 5,414,829 17.74 6,398,054 18.52 7,453,706 19.38
6. Perdagangan, Hotel dan
Restoran
6,788,735 29.25 7,480,618 28.10 8,635,562 28.30 9,972,004 28.87 10,884,995 28.30
7. Angkutan dan Komunikasi 2,399,867 10.34 2,762,149 10.37 3,073,387 10.07 3,374,753 9.7703 3,814,968 9.92
8. Keuangan, Sewa & Jasa
Perusahaan
693,463 2.99 772,160 2.90 889,126 2.91 993,471 2.8762 1,075,543 2.80
9. Jasa 2,700,233 11.63 3,155,017 11.85 3,664,861 12.01 4,088,812 11.838 4,628,454 12.03
23,208,224 26,624,244 30,515,737 34,540,949 38,459,815
B PDRB Atas Dasar Harga
Konstan
1. Pertanian 207,455 1.28 213,730.87 1.25 219,249.83 1.21 227,516 1.19 234,611 1.16
2. Pertambangan dan
Penggalian
28,553 0.18 29,043.79 0.17 29,992.32 0.17 30,726 0.16 31,501 0.16
3. Industri Pengolahan 4,508,130 27.84 4,724,893.43 27.60 4,998,705.58 27.55 5,236,515 27.33 5,465,109 27.08
4. Listrik, Gas dan Air
Bersih
217,621 1.34 225,734.02 1.32 235,801.58 1.30 250,626 1.31 260,312 1.29
5. Bangunan 2,230,742 13.77 2,527,078.34 14.76 2,708,769.04 14.93 2,849,024 14.87 3,081,148 15.27
6. Perdagangan, Hotel
dan Restoran
5,025,711 31.03 5,182,067.45 30.27 5,493,915.98 30.28 5,906,984 30.83 6,217,358 30.81
7. Pengangkutan dan
Komunikasi
1,556,572 9.61 1,640,072.26 9.58 1,745,291.26 9.62 1,851,303 9.66 1,952,040 9.67
8. Keuangan, Sewa dan
Jasa Perusahaan
495,325 3.06 507,540.20 2.96 526,192.09 2.90 548,372 2.86 565,144 2.80
9. Jasa 1,924,156 11.88 2,068,544.92 12.08 2,184,722.29 12.04 2,255,749 11.78 2,373,356 11.76
16,194,265 17,118,705 18,142,640 19,156,814 20,180,578
No.
Sektor Usaha /
Lapangan Usaha
Tahun ( Rp. Jutaan)
2005 2006 2007 2008 2009 *)
Sumber : Produk Domestik Regional Bruto Kota Semarang BPS Kota SemarangRencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 30
Dari tabel tersebut, kontribusi sektor usaha terbesar terhadap PDRB Kota
Semarang adalah Sektor Usaha Perdagangan, Hotel dan Restoran diikuti
kemudian oleh Sektor Usaha Industri Pengolahan dan Sektor Usaha Bangunan.
Pada tahun 2009 konstribusi masing-masing sektor usaha tersebut adalah
sebagai berikut : Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 29,86 %, industri
pengolahan sebesar 24,52%, dan sektor bangunan sebesar 19,27%. Hal tersebut
menggambarkan bahwa aktivitas ekonomi masyarakat Kota Semarang
didominasi oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor industri
pengolahan dan sektor bangunan.
Peningkatan Laju Pertumbuhan PDRB berimplikasi terhadap kondisi
perekonomian Kota Semarang secara makro yang ditunjukan dengan Laju
Pertumbuhan Ekonomi (LPE). LPE Kota Semarang periode 2005-2009
mengalami pertumbuhan yang positif seperti terlihat dalam grafik di bawah ini.
Grafik 2.6
Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Semarang Tahun 2005-2009
Sumber : Produk Domestik Regional Bruto Kota Semarang 2009, BPS Kota Semarang
Pada tahun 2005 tercatat sebesar 5,14%, kemudian meningkat sebesar 5,71 %,
pada tahun 2006, 5,98 % pada tahun 2007, dan 6,03 % pada tahun 2008.
Sedangkan pada tahun 2009, pertumbuhan ekonomi kota Semarang tercatat
sebesar 5,47 %. Pertumbuhan ekonomi Kota Semarang terjadi penurunan pada
tahun 2009 sebesar 0,56 % dari 6,03 % pada tahun 2008 menjadi 5,47 % pada
tahun 2009. Penurunan ini lebih dipengaruhi adanya kondisi perekonomian global
seperti kebijakan pasar bebas (Asean-China Free Trade Area/ACFTA), kenaikan
BBM dan TDL.Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 31
b. Laju Inflasi
Laju inflasi merupakan ukuran yang dapat menggambarkan
kenaikan/penurunan harga dari sekelompok barang dan jasa yang berpengaruh
terhadap kemampuan daya beli masyarakat.
Laju inflasi Kota Semarang selama periode tahun 2005-2009 mengalami
pertumbuhan yang fluktuatif. Pada tahun 2005 sebesar 16,46 %, tahun 2006
sebesar 6,08 %, tahun 2007 mencapai 6,75 %, tahun 2008 sebesar 10,34 % dan
tahun 2009 sebesar 3,19 %. Besaran laju inflasi yang terjadi lebih diakibatkan
pada permintaan masyarakat akan bahan kebutuhan pokok.
Grafik 2.7
Laju Inflasi Kota Semarang Tahun 2005-2009
Sumber : Produk Domestik Regional Bruto Kota Semarang 2009, BPS Kota Semarang
c. PDRB Perkapita
Peningkatan Laju Pertumbuhan PDRB, diikuti dengan kenaikan
pendapatan per kapita. Selama periode tahun 2005-2009 PDRB Perkapita Kota
Semarang mengalami pertumbuhan yang positif. PDRB Perkapita atas dasar
harga berlaku pada tahun 2005 sebesar Rp. 14.947.472,59 meningkat pada
tahun 2006 menjadi sebesar Rp.17.067.350,89 dan pada tahun 2007 sebesar
Rp.19.394.727,40 kemudian meningkat lagi pada tahun 2008 menjadi sebesar
Rp.21.352.860,09 serta pada tahun 2009 menjadi sebesar Rp.23.889.579,87.Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 32
Grafik 2.8
Perkembangan PDRB Perkapita Atas Dasar Harga Berlaku
Kota Semarang Tahun 2005-2009
0,00
5.000.000,00
10.000.000,00
15.000.000,00
20.000.000,00
25.000.000,00
PDRB Perkapita 14.947.472,59 17.067.350,89 19.394.727,40 21.352.860,09 23.889.579,87
2005 2006 2007 2008 2009
PDRB per kapita atas dasar harga konstan tahun 2000 dari tahun ke tahun
juga menunjukkan peningkatan. Pada tahun 2005 sebesar Rp. 10.534.628,92,-,
pada tahun 2006 sebesar Rp.11.045.072,76,-, pada tahun 2007 sebesar
Rp.11.591.578,22, pada tahun 2008 sebesar Rp.11.897.251,91, dan pada tahun
2009 sebesar Rp. 12.338.639,96.
d. Indek Pembangunan Manusia (IPM)
IPM merupakan salah satu ukuran yang dapat digunakan untuk melihat
upaya dan kinerja pembangunan dengan dimensi yang lebih luas karena
memperlihatkan kualitas penduduk dalam hal kelangsungan hidup, intelektualias
dan standar hidup layak. IPM disusun dari tiga komponen yaitu lamanya hidup,
yang diukur dengan harapan hidup pada saat lahir ; tingkat pendidikan, diukur
dengan kombinasi antara melek huruf pada penduduk dewasa dan rata-rata lama
sekolah ; serta tingkat kehidupan yang layak dengan ukuran pengeluaran
perkapita (purchasing power parity). Pada tahun 2009 IPM Kota Semarang telah
mencapai skor 76,90, angka tersebut menempati urutan kedua dibawah Kota
Surakarta, namun masih jauh diatas angka rata-rata Provinsi Jawa Tengah
sebesar 72,10. Selengkapnya IPM Kota Semarang dapat dilihat pada tabel di
bawah ini : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 33
Tabel 2.10
Perkembangan IPM Kota Semarang Tahun 2005-2009
No Tahun Skor Ket
1 2005 75,3 -
2 2006 75,94 -
3 2007 77,24 -
4 2008 76,54 -
5 2009 76,90 -
Sumber : Indeks Pembangunan Kota Semarang BPS Kota Semarang Tahun 2009
2.3.2. Fokus Kesejahteraan Sosial
Pembangunan pada fokus kejahteraan sosial meliputi indikator angka
melek huruf, angka rata-rata lama sekolah, angka partisipasi kasar, angka
pendidikan yang ditamatkan, angka partisipasi murni, angka kelangsungan hidup
bayi, angka usia harapan hidup, persentase penduduk yang memiliki lahan, dan
rasio penduduk yang bekerja. Kinerja pembangunan kesejahteraan sosial Kota
Semarang periode 2005-2009 pada masing-masing indikator sebagai berikut :
1. Pendidikan
Pembangunan pendidikan pada dasarnya ditujukan untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia. Sasarannya adalah terciptanya sumber daya
manusia yang berkualitas melalui peningkatan mutu pendidikan, perluasan dan
pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan bagi semua masyarakat,
tercapainya efektifitas dan efisiensi penyelenggaraan pendidikan, serta
tercukupinya sarana dan prasarana pendidikan. Beberapa keberhasilan
pembangunan bidang pendidikan dapat dilihat dari Angka Melek Huruf (AMH),
Rata-rata Lama Sekolah, Angka Partisipasi Kasar (APK), Angka Partisipasi Murni
(APM) dan Angka Pendidikan yang ditamatkan. AMH adalah persentase
penduduk usia 10 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin.
AMH tahun 2005 sebesar 95,10 %, tahun 2006 sebesar 95,85 %, tahun 2007
sebesar 95,54 %, tahun 2008 sebesar 99,30 % dan sampai dengan tahun 2009
angka melek huruf sebesar 99,47 %. Angka pendidikan yang ditamatkan pada
seluruh jenjang pendidikan baik SD, SLTP dan SLTA selama 5 tahun
menunjukkan peningkatan dari 90,97% tahun 2005 menjadi 96,51%. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 34
Angka Partisipasi Kasar (APK) adalah rasio jumlah siswa, berapapun usianya,
yang sedang sekolah di tingkat pendidikan tertentu terhadap jumlah penduduk
kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikan tertentu. Pada tahun
2009 APK SD/MI mencapai 105,27%, SMP/MTs 114,19%, sedangkan
SMA/SMK/MA mencapai 116,96 %.
Angka Partisipasi Murni (APM) adalah persentase siswa dengan usia yang
berkaitan dengan jenjang pendidikannya dari jumlah penduduk di usia yang
sama. Capaian APM SD/MI pada tahun 2009 sebesar 89,68 %, SMP/MTs 79,01
%, SMA/SMK/MA sebesar 79,97 %. Capaian APK dan APM pada masing-masing
jenjang pendidikan telah berada di atas rata-rata APK/APM Jawa Tengah kecuali
untuk SD/MI. Belum optimalnya angka capaian APK/APM disebabkan oleh
mahalnya biaya pendidikan, walaupun dukungan anggaran untuk pendidikan
sudah melebihi 20 % dari total anggaran APBD. Oleh karena itu diperlukan upaya
pengalokasian anggaran pendidikan yang tepat agar pendidikan menjadi murah
namun tetap berkualitas.
Tabel 2.11
Kinerja Pembangunan Kesejahteraan Sosial
Indikator Pendidikan Kota Semarang Tahun 2005-2009
2005 2006 2007 2008 2009
1. Angka Melek Huruf
95,10 95,85 95,94 99,30 99,47
2. Rata Lama sekolah
9,60 9,80 9,80 9,17 9,20
3. Angka Partisipasi Kasar
- SD/MI 102,54 105,87 112,76 105,79 105,27
- SLTP/MTs 89,94 97,14 103,12 89,21 114,19
- SMA/SMK/MA 89,35 88,71 100,76 90,39 116,96
4. Angka Partisipasi Murni
- SD/MI 86,64 89,6 88,36 89,21 89,68
- SLTP/MTs 66,99 71,27 66,7 65,84 79,01
- SMA/SMK/MA 62,76 63,84 88,8 62,71 79,97
5. Angka Pendidikan yang ditamatkan 90,97% 89,90% 96,72% 96,51% 96,51%
5.
Penduduk Tamat (<SD, SD, SLTP,
SLTA, Univ)
1.291.294 1.289.175 1.406.873 1.429.890 1.455.249
Jumlah Penduduk 1.419.478 1.434.025 1.454.594 1.481.640 1.507.826
No Uraian
Tahun
Sumber : Dinas Pendidikan Kota Semarang, 2010 diolah Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 35
2. Kesehatan
Selama kurun waktu 5 tahun (2005-2009) kondisi pembangunan Kesehatan
menunjukkan perubahan yang fluktuatif, hal ini dapat dilihat dari beberapa
indikator bidang kesehatan. Angka kelangsungan hidup bayi selama 5 tahun
menurun dari 98,08 % pada tahun 2005 menjadi 81,40 % tahun 2009. Demikian
pula Angka persentase gizi buruk mengalami peningkatan dari tahun 2005
sebesar 0,019 % menjadi 0,04 % tahun 2009. Penurunan angka kelangsungan
hidup dan peningkatan angka gizi buruk lebih disebabkan adanya penyakit
bawaan dan wabah penyakit yang disebabkan oleh vektor binatang seperti
Demam Berdarah. Upaya pengembangan paradigma hidup sehat harus menjadi
perhatian utama agar wabah penyakit menular tidak terulang. Namun demikian
secara keseluruhan Angka Usia harapan Hidup Kota Semarang di Kota
Semarang sebesar 72,1, jauh melebihi angka harapan hidup nasional sebesar
69,0 tahun.
Tabel 2.12
Kinerja Pembangunan Kesejahteraan Sosial
Indikator Kesehatan Kota Semarang Tahun 2005-2009
2005 2006 2007 2008 2009
1. Angka Kelangsungan Hidup Bayi per /
1000 kelahiran hidup (%)
98.08 80.29 81.32 80.29 81.40
2. Angka Usia Harapan Hidup 71.8 71.9 71.9 72 72.1
3. Persentase Gizi buruk 0,019 % 0,017% 0,04 % 0,033 % 0,04 %
No Uraian
Tahun
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2010 diolah
3. Kemiskinan
Selama kurun waktu 5 tahun (2005-2009) jumlah penduduk miskin
mengalami pertumbuhan yang fluktuatif, jumlah penduduk miskin tahun 2005-
2008 mengalami peningkatan , tahun 2005 sebanyak 94.246 jiwa, tahun 2006
sebanyak 246.448 jiwa, tahun 2007 sebanyak 306.700 jiwa dan tahun 2008
sebanyak 491.747 jiwa, namun pada tahun 2009 mengalami penurunan menjadi
sebesar 398.009 jiwa. Begitu pula ratio penduduk miskin terhadap jumlah
penduduk kota Semarang semakin meningkat selama 4 tahun terakhir (2005-
2008), tahun 2007 sebesar 6,64%, tahun 2006 sebesar 17,19%, tahun 2007
sebesar 21,08%, tahun 2008 sebanyak 33,19%, namun tahun 2009 menurun
menjadi sebesar 26,41%. Penurunan jumlah dan rasio penduduk miskin sebesar Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 36
6,78% disebabkan berbagai program penanggulangan kemiskinan di Kota
Semarang semakin menyentuh masyarakat miskin (tepat sasaran). Ketepatan
tersebut didukung oleh adanya identifikasi dan verifikasi berdasarkan indikator
dan kriteria kemiskinan yang disusun sesuai dengan kondisi lokalitas daerah
yang semakin mendekati kenyataan. Kedepan diperlukan upaya untuk
melakukan unifikasi data kemiskinan agar proses percepatan penanggulangan
kemiskinan dapat dilakukan dengan tepat. Optimalisasi peran masayarakat untuk
turut serta dalam menyalurkan program Corpotate Social Responsibility (CSR)
perlu didorong terus menerus.
Berikut gambaran perkembangan penduduk miskin kota Semarang selama 5
tahun (2005-2009) :
Tabel 2.13
Rasio Penduduk Miskin Kota Semarang Tahun 2005-2009
2005 2006 2007 2008 2009
Penduduk Miskin 94.246 246.448 306.700 491.747 398.009
Jml Penduduk 1.419.478 1.434.025 1.454.594 1.481.640 1.506.924
Rasio 6,64% 17,19% 21,08% 33,19% 26,41%
Uraian
Tahun
Sumber : Bappeda Kota Semarang, 2010 data diolah
4. Kepemilikan tanah
Berdasarkan sumber dari Kantor Pertanahan Kota Semarang tahun 2010,
persentase luas lahan bersertifikat yang tercatat di Kota Semarang mencapai
angka rasio 72,8 %, sedangkan untuk rasio kepemilikan tanah mencapai 40,30.
Dilihat dari jumlah kepemilikan tanah yang mempunyai sertifikat,
menggambarkan bahwa kesadaran masyarakat akan pentingnya tertib
administrasi pertanahan yang berarti kepemilikan sertifikat tanah sebagai
legalitas atas tanah yang dimiliki semakin menjadi penting,
5. Kesempatan Kerja
Angka kesempatan kerja dapat dihitung dari jumlah penduduk yang
bekerja dibanding dengan angkatan kerja dalam satu wilayah. Rasio penduduk
yang bekerja mengalami peningkatan, tahun 2005 sebesar 64,32 %, tahun 2006
sebesar 64,38%, tahun 2007 sebesar 88,61%, tahun 2008 sebesar 88,51%,
namun pada tahun 2009 mengalami penurunan sebesar 7,70% atau menjadi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 37
sebesar 81,44%. Penurunan ratio penduduk yang bekerja lebih diakibatkan
karena meningkatnya angkatan kerja yang tidak seimbang dengan pertumbuhan
lapangan kerja. Oleh karena itu diperlukan upaya perluasan lapangan kerja
sebagai upaya mengatasi pengangguran. Berikut gambaran perkembangan ratio
penduduk yang bekerja selama 5 tahun (2005-2009) seperti tercantum dalam
tabel dibawah ini :
Tabel 2.14
Rasio Penduduk Bekerja Kota Semarang Tahun 2005-2009
2005 2006 2007 2008 2009
Penduduk yang Bekerja 465.695 537.791 663.053 658.729 563.565
Angkatan Kerja 724.048 835.323 748.302 744.239 692.019
Rasio 64,32% 64,38% 88,61% 88,51% 81,44%
Uraian
Tahun
Sumber : Dinas Tenaga Kerja & Transmigrasi, 2010 diolah
6. Angka Kriminalitas
Ratio tindak kriminal selama lima (5) lima tahun terakhir menunjukkan
penurunan, tahun 2005 sebesar 0,14 %, Tahun 2006 sebesar 0,10 %, Tahun
2007 sebesar 0,08 % serta tahun 2008 dan tahun 2009 masing-masing sebesar
0,07 %. Penurunan angka rasio kriminal tersebut menunjukkan makin tingginya
rasa aman masyarakat. Kondisi rasa aman dikalangan masyarakat tersebut
harus tetap dipertahankan selama 5 tahun kedepan melalui upaya-upaya
preventif dan tetap memberikan kepastian hukum kepada masyarakat. Berikut
gambaran perkembangan ratio kriminal selama 5 tahun (2005-2009) seperti
tercantum dalam tabel dibawah ini :
Tabel 2.15
Rasio Tindak Kriminal Kota Semarang Tahun 2005-2009
2005 2006 2007 2008 2009
Jumlah Kriminal 195 139 117 107 108
Jumlah Penduduk 1.419.478 1.434.025 1.454.594 1.481.640 1.506.924
Rasio 0,14 0,10 0,08 0,07 0,07
Uraian
Tahun
Sumber : Data Pengembangan SIPD, BPS Kota Semarang, 2010Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 38
2.3.3. Fokus Seni dan Budaya.
Pembangunan pada fokus seni dan budaya meliputi indikator jumlah grup
kesenian dan gedung olahraga. Kinerja pembangunan Seni dan budaya Kota
Semarang periode 2005-2009 pada masing-masing indikator adalah sebagai
berikut :
1. Seni dan Budaya
Jumlah grup kesenian di Kota Semarang selama 5 tahun (2005-2009)
menunujukkan peningkatan dari 376 buah menjadi 573 buah pada tahun 2009,
demikian pula ratio jumlah grup kesenian terhadap per. 10.000 jumlah penduduk
Kota Semarang yaitu dari 2,65 pada tahun 2005 menjadi 3,80 pada tahun 2009.
Sedangkan jumlah gedung kesenian juga mengalami peningkatan dari 33 buah
dengan rasio per 10.000 sebesar 0,23 pada tahun 2005 menjadi sebesar 39
buah dengan rasio per 10.000 penduduk sebesar 0,26 pada tahun 2009. Namun
jika dilihat dari ratio jumlah grup kesenian terhadap 10.000 jumlah penduduk
masih relatif kecil. Hal ini menunjukkan bahwa masih kurang resposifnya
masyarakat terhadap kesenian tradisional. Upaya mengembangkan kesenian
tradisional diharapkan akan mampu memberikan dampak kesejahteraan bagi
para pelaku seni. Demikian pula dengan perkembangan sarana prasarana
gedung kesenian menunjukkan peningkatan dari tahun ketahun namun ratio
jumlah gedung kesenian masih relatif kecil terhadap per 10.000 jumlah penduduk
yakni sebesar 3,80 pada tahun 2009. Berikut gambaran perkembangan Jumlah
Grup dan Gedung Kesenian Kota Semarang selama 5 tahun (2005-2009),
sebagaimana tabel berikut :
Tabel 2.16
Rasio Grup Kesenian Kota Semarang Tahun 2005-2009
2005 2006 2007 2008 2009
Juml Grup Kesenian 376 386 573 573 573
Juml Penduduk 1.419.478 1.434.025 1.454.594 1.481.640 1.506.924
Rasio/10.000 penduduk 2,65 2,69 3,94 3,87 3,80
Uraian
Tahun
Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang, 2010 diolahRencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 39
Tabel 2.17
Rasio Gedung Kesenian Kota Semarang Tahun 2005-2009
2005 2006 2007 2008 2009
Juml Gedung Kesenian 33 33 33 33 39
Juml Penduduk 1.419.478 1.434.025 1.454.594 1.481.640 1.506.924
Rasio/10.000 penduduk 0,23 0,23 0,23 0,22 0,26
Uraian
Tahun
Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang, 2010 diolah
2. Olah Raga
Jumlah klub olah raga selama 5 tahun (2005–2009) tidak mengalami
penambahan atau tetap sebanyak 561 buah pada tahun 2009, namun rationya
mengalami penurunan dari 3,95 tahun 2005 menjadi 3,72 pada tahun 2009.
Begitu pula kondisi sarana dan prasarana olah raga tidak mengalami
pertumbuhan atau tetap sebanyak 3 buah gedung olah raga. Hal tersebut bukan
berarti bahwa budaya olah raga dikalangan masyarakat masih rendah, akan
tetapi banyak aktivitas olah raga yang dilakukan diluar gedung seperti jalan
sehat, bersepeda maupun olahraga luar ruangan yang lain. Namun demikan
untuk dapat memacu peningkatan prestasi atlit diperlukan sarana prasarana olah
raga yang representatif. Berikut gambaran perkembangan klub dan sarana
prasarana olahraga sebagaimana tabel dibawah ini :
Tabel 2.18
Rasio Jumlah Klub Olahraga Kota Semarang Tahun 2005-2009
2005 2006 2007 2008 2009
Juml Klub Olah Raga 561 561 561 561 561
Juml Penduduk 1.419.478 1.434.025 1.454.594 1.481.640 1.506.924
Rasio/10.000 penduduk 3,95 3,91 3,86 3,79 3,72
Uraian
Tahun
Sumber : Dinas Sosial Pemuda dan Olah Raga Kota Semarang, 2010, diolah
Tabel 2.19
Rasio Jumlah Gedung Olah Raga Kota Semarang Tahun 2005-2009
2005 2006 2007 2008 2009
Juml Gedung Olah Raga 3 3 3 3 3
Juml Penduduk 1.419.478 1.434.025 1.454.594 1.481.640 1.506.924
Rasio/10.000 penduduk 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02
Uraian
Tahun
Sumber : Dinas Sosial Pemuda dan Olah Raga Kota Semarang, 2010, diolahRencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 40
2.4. ASPEK PELAYANAN UMUM
Kinerja pembangunan pada aspek pelayanan umum merupakan
gambaran dan hasil dari pelaksanaan pembangunan selama periode tertentu
terhadap kondisi pelayanan umum yang mencakup kesejahteraan dan
pemerataan ekonomi, kesejahteraan sosial, seni budaya dan olahraga.
Kinerja pembangunan pada aspek pelayanan umum merupakan gambaran dan
hasil dari pelaksanaan pembangunan selama periode tertentu terhadap kondisi
pelayanan umum yang mencakup layanan urusan wajib.
Hasil evaluasi pelaksanaan pembangunan pada aspek pelayanan umum
selama periode 2005-2009 adalah sebagai berikut :
2.4.1.Fokus Layanan Urusan Wajib
1. Pendidikan
Kondisi kinerja pembangunan bidang pendidikan selama 5 (lima) tahun
terakhir mengalami perubahan fluktuatif, angka partisipasi sekolah
pendidikan dasar mengalami peningkatan dari tahun 2005 sebesar 86,64%
menjadi 89,76% pada tahun 2009, pendidikan menengah meningkat dari
tahun 2005 sebesar 66,99% menjadi 78,95 %, angka kelulusan SD/MI
selama 5 tahun dapat mencapai sebesar 99,99%, untuk SMP/MTs
mencapai 94,76%, SMA/SMK/MA mencapai 96,47%. Angka ketersediaan
sekolah Pendidikan Dasar dari 4 % pada tahun 2005 menjadi 4,30 % tahun
2009, ratio guru terhadap jumlah murid dari 1:28 pada tahun 2005 turun
menjadi 1:19 pada tahun 2009, ratio guru terhadap jumlah murid per kelas
rata-rata tahun 2005 sebesar 1:28:45 menjadi 1:16:32 pada tahun 2009.
Sedangkan untuk Pendidikan Menengah, APS tahun 2005 sebesar 66,99
menjadi 78,95 tahun 2009, ratio ketersediaan sekolah terhadap penduduk
usia sekolah dari 2,15% pada tahun 2005 menjadi 2,80% pada tahun 2009,
ratio guru terhadap murid tahun 2005 sebesar 1:13 menjadi 1:12 pada tahun
2009, ratio guru terhadap murid per kelas rata-rata tahun 2005 adalah
1:13:40 menjadi 1:12:34, perbandingan jumlah penduduk melek huruf >15
tahun terhadap jumlah penduduk Kota Semarang tahun 2005 sebesar
95,10% menjadi 99,47% pada tahun 2009.Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 41
Kondisi fasilitas pendidikan, jumlah sekolah SD/MI dengan kondisi baik
tahun 2005 sebanyak 2.349 gedung meningkat menjadi tahun 2.451
gedung, gedung sekolah SMP/MTs tahun 2005 sebesar 1.662 gedung
menjadi sebesar 1.761 gedung, sedangkan kondisi gedung sekolah
SMA/SMK/MA tahun 2005 sebesar 1.005 gedung meningkat menjadi 1.087
gedung pada tahun 2009. Angka Putus Sekolah dari tahun ketahun selama
5 tahun (2005-2009) mengalami penurunan yang sangat signifikan. Angka
putus sekolah SD/MI menurun dari 151 murid pada tahun 2005 menjadi 31
pada tahun 2009. Sedangkan untuk SMP/MTs dari 344 murid menjadi 21
murid, sedangkan untuk SMA/MA/STM menurun dari 527 menjadi 18 murid
pada tahun 2009. Kondisi Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), jumlah siswa
TK/RA/Penitipan anak terhadap jumlah penduduk usia 4-6 tahun sebesar
74,68% tahun 2005 menjadi 78,92% tahun 2009.Perkembangan Angka
kelulusan SD/MI dari tahun 2005-2009 tetap sebesar 99,99%, SMP/MTs
mengalami peningkatan dari tahun 2005 sebesar 86,60% menjadi 94,76%
tahun 2009, SMA/SMK/MA mengalami peningkatan dari 89,31% tahun 2005
menjadi 96,74% pada tahun 2009. Meskipun telah terjadi berbagai
peningkatan yang cukup berarti, pembangunan pendidikan belum
sepenuhnya mampu memberi pelayanan merata, berkualitas dan
terjangkau. Sebagian penduduk tidak dapat menjangkau biaya pendidikan
yang dirasakan masih mahal dan pendidikan juga dinilai belum sepenuhnya
mampu memberikan nilai tambah bagi masyarakat sehingga pendidikan
belum dinilai sebagai bentuk investasi.
Berikut gambaran perkembangan pelayanan bidang pendidikan
sebagaimana tabel dibawah ini :
Tabel 2.20
Aspek Pelayanan Umum Dalam Bidang Pendidikan Kota Semarang
Tahun 2005-2009
No Indikator
Tahun
2005 2006 2007 2008 2009
1. Pendidikan Dasar
a. Angka Partisipasi Sekolah 86,64 % 89,60 % 88,36 % 89,21 % 89,76 %
b. Rasio Ketersediaan Sekolah 4 % 4,14 % 4,2 % 4,27 % 4,30%
c. Rasio guru/murid 1:28 1:26 1:20 1:20 1:19
d. Rasio guru/murid per kelas ratarata
1:28:45 1:26:40 1:20:40 1:20:40 1:16:32Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 42
2. Pendidikan Menengah
1. APS 66,99 71,27 66,70 65,84 78,95
2. Rasio ketersediaan sekolah
terhadap penduduk usia sekolah
2,15 % 2,28 % 2,55 % 2,78 % 2,80%
3. Rasio guru terhadap murid 1:13 1:13 1:11 1:12 1:12
4. Rasio guru terhadap murid per
kelas rata-rata
1:13:40 1:13:40 1:11:40 1:12:34 1:12:34
5. Penduduk yang berusia > 15
tahun melek huruf (tidak buta
aksara)
95,10 % 95,85 % 95,94 % 99,30 % 99,47 %
3. Fasilitas Pendidikan
Sekolah pendidikan SD/MI kondisi
bangunan baik
2.349 2.375 2.398 2.487 2.401
Kondisi Sekolah SMP/MTs 1.662 1.683 1.699 1.711 1.761
Kondisi Sekolah SMA/SMK/ MA 1.005 1.021 1.039 1.056 1.087
4. PAUD
Jumlah Siswa pada jenjang
TK/RA/Penitipan Anak Jumlah anak
usia 4 – 6 Tahun x100%
74,68 % 74,77 % 74, 98 % 75,03 % 78,92 %
5. Angka Putus Sekolah
1. SD/MI
2. SMP/MTs
3. SMA/SMK/MA
151
344
527
105
287
486
63
281
302
32
22
30
31
21
18
6. Angka Kelulusan
1. Angka Kelulusan SD/MI 99,99 % 99,99 % 99,99 % 99,99 % 99,99 %
2. Angka Kelulusan SMP/MTs 86,60 % 90,33 % 90,06 % 90,03 % 94,76 %
3. Angka Kelulusan SMA/SMK/MA 89,31 % 94 % 89,69 % 90,77 % 96,47 %
4. Angka Melanjutkan dari SD/MI
ke SMP/MTs
101,89 % 101,97 % 101,98 % 102,12 % 101,25 %
5. Angka Melanjutkan dari
SMP/MTs ke SMA/SMK/MA
110,24 % 110,72 % 110,86 % 110,97 % 111,12 %
6. Guru yang memenuhi Kualifikasi
S1/D-IV
70,25 % 74,77 % 78,69 % 81,80 % 86,29 %
Sumber : Dinas Pendidikan Kota Semarang, 2010 diolah
2. Kesehatan
Salah satu indikator keberhasilan pembangunan kesehatan adalah
perilaku hidup sehat. Dilihat dari indikator aspek pelayanan kesehatan.
Pemerintah Kota Semarang, telah berupaya menyediakan fasilitas kesehatan
yang dari tahun ketahun semakin dapat menjangkau pemerataan pelayanan
kesehatan masyarakat Kota Semarang. Kondisi kinerja pembangunan bidang
kesehatan selama 5 tahun (2005-2009) dapat dilihat dari Ratio Puskesmas,
Poliklinik, Pustu per 1000 penduduk dari tahun 2005-2009 yang menunjukkan
penurunan dari 0,20 tahun 2005 menjadi 0,19 pada tahun 2009. Ratio RS per
1000 satuan penduduk menurun dari 0,16 pada tahun 2005 menjadi 0,15 pada
tahun 2009, ratio dokter persatuan penduduk meningkat dari tahun 2005 sebesar Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 43
1,05 menjadi 2,17 pada tahun 2009, ratio tenaga medis per 1000 satuan
penduduk meningkat dari 1,89 tahun 2005 menjadi 2,39 pada tahun 2009,
cakupan balita gizi buruk yang mendapat perawatan telah mencapai 100%,
cakupan pelayanan Puskesmas dari tahun 2005-2009 tetap sebesar 231,25 %,
Incident rate DBD per 100.000 penduduk tahun 2005 sebesar 164 menjadi 262,1
pada tahun 2009. Jumlah penderita HIV positif memiliki kecenderungan
meningkat dalam empat tahun terakhir (2005-2008). Tercatat terdapat 50
penderita di tahun 2005 dan terus meningkat selama 2006 sampai 2009 yaitu
berturut-turut : 179 orang, 195 orang, 199 orang dan 323 orang. Demikian halnya
dengan pengidap AIDS yang juga mengalami peningkatan selama tiga tahun
berturut-turut (2005-2007) yaitu dari 11 penderita, 25 penderita dan 33 penderita.
Pada satu tahun terakhir jumlah pengidap AIDS mengalami penurunan menjadi
15 penderita di tahun 2008. Namun pada tahun 2009 jumlah penderita kembali
meningkat menjadi 19 penderita. Permasalahan pelayanan urusan kesehatan
yang perlu mendapat perhatian adalah menurunkan Incident rate DBD dengan
melibatkan seluruh komponen masyarakat. Berikut gambaran perkembangan
pelayanan umum bidang kesehatan selama 5 tahun sebagaimana tabel dibawah
ini :
Tabel 2.21
Aspek Pelayanan Umum Dalam Bidang Kesehatan Kota Semarang
Tahun 2005-2009
No Indikator
Tahun
2005 2006 2007 2008 2009
1. Rasio Posyandu per satuan balita 12.51 12.40 12.68 12.60 12,60
2. Rasio Puskesmas, poliklinik, pustu
per satuan penduduk x 1000
0.20 0,19 0,21 0.18 0,19
3. Rasio RS per satuan penduduk x
1000
0,16 0,16 0.17 0.16 0,15
4. Rasio dokter per satuan penduduk 1.05 1.36 1.82 2.22 2.17
5. Rasio tenaga medis per satuan
penduduk x 1000
1.89 2.00 2.06 2,37 2.39
6. Cakupan komplikasi kebidanan
yang ditangani
58.50% 60.53% 61.77 % 72.89 % 96.65 %
7. Cakupan pertolongan persalinan
oleh tenaga kesehatan
90.31 % 97.29 % 90.17 % 92.15 % 96.65 %
8. Cakupan kelurahan UCI 79,10 % 76,84% 78,5% 91% 96,65%
9. Cakupan balita gizi buruk
mendapat perawatan
100 % 100 % 100 % 100 % 100 %
10. Penemuan dan penanganan
penderita penyakit TBC BTA
55.24 % 59 % 49 % 48 % 50 %
11. Cakupan pelayanan kesehatan - 9,95% 10,73% 3,84% 9,01%Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 44
No Indikator
Tahun
2005 2006 2007 2008 2009
rujukan pasien masyarakat miskin
12. Cakupan kunjungan bayi 92.90 % 94,39 % 92.90 % 106,8% 121 %
13. Cakupan puskesmas 231.25 % 231.25 % 231.25 % 231.25 % 231.25 %
14. Cakupan pembantu puskesmas 19,77 % 19,77 % 19,77 % 20,33 % 20,33%
15. Incident Rate DBD/100.000
penduduk
164 130 198,4 360,8 262,1
16. Penemuan kasus TB BTA pos
(CDR)
55 59 49 47 50
17. Kesembuhan penderita TB ATA
pos (cure rate)
79 70 67 74 63
18. Klien klinik VCT test HIV 71,5 95,1 75,86 17 92
19. Prevalensi HIV – AIDS per 10.000
penduduk yang beresiko
1,17 1,15 1,3 2 2,2
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2010 diolah
3. Pekerjaan Umum
Kondisi kualitas jalan terhadap panjang jalan selama 5 tahun terakhir
(2005-2009) menunjukkan perkembangan yang fluktuatif, ratio kondisi jalan
dalam keadaan baik terhadap jumlah panjang jalan tahun 2005 sebesar 44,87%,
tahun 2006 sebesar 44,87%, tahun 2007 sebesar 61,02%, tahun 2008 menurun
menjadi sebesar 43,83% , tahun 2009 sebesar 44,01%, perubahan kondisi
kualitas jalan ini dipengaruhi oleh perubahan iklim, dimana pada saat musim
hujan banyak terjadi genangan air. Selain itu juga akibat terjadinya rob
khususnya di sepanjang jalan daerah utara Kota Semarang. Persentase rumah
tinggal bersanitasi tahun 2005 sebesar 30,25% menjadi 45,85% pada tahun
2009. Kondisi kinerja pembangunan Sanitasi selama 5 tahun (2005-2009) dapat
dilihat dari presentase sanitasi rumah tinggal pada tahun 2006 sebesar 30,25%,
meningkat hingga mencapai 45,85%, pada tahun 2009. Rasio pembuangan
sampah (TPS) per satuan penduduk tahun 2005 sebesar 576,63 menjadi 694,55
tahun 2009, rasio rumah layak huni tahun 2005 sebesar 0,0024 menjadi 0,0070
pada tahun 2009. Luas kawasan kumuh per luas wilayah selama tahun 2005-
2008 menagalami peningkatan dari sebesar 1,5 % menjadi 2,41%, namun turun
pada tahun 2009 sebesar 1,66 %. Peningkatan luas kawasan kumuh lebih
disebabkan oleh menurunnya kualitas lingkungan akibat rob dan meningkatnya
migrasi penduduk yang tidak berketrampilan dari daerah/kota lain ke Kota
Semarang, sedangkan penurunan 1,66% dipengaruhi oleh adanya program Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 45
pemugaran rumah kumuh. Berikut gambaran pelayanan umum bidang pekerjaan
umum sebagaimana tabel dibawah ini :
Tabel 2.22
Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Pekerjaan Umum Kota
Semarang Tahun 2005-2009
No Indikator
Tahun
2005 2006 2007 2008 2009
1. Proporsi panjang jaringan
jalan dalam kondisi baik
44,87 % 44,87 % 61,02 % 43,83 % 44,01%
2. Rasio jaringan irigasi 70% 72% 74% 75% 76%
3. Rasio tempat ibadah per
satuan penduduk
1,96 2,03 2,05 2,11 2,16 %
4. Persentase rumah tinggal
bersanitasi
30,25 % 35 % 38,89 % 40,89 % 45,85 %;
5. Rasio TPU per satuan
penduduk per 1000 penduduk
412,72 408,50 402,70 395,40 388,77
6. Rasio pembuangan sampah
(TPS) per satuan penduduk
576,63 623,51 623,56 638,54 694,55
7. Rasio rumah layak huni 0,0024 0,0032 0,0047 0,0061 0,0070
8. Rasio permukiman layak huni 0,105 0,125 0,186 0,210 0,256
9. Panjang jalan dilalui roda 4 2.762,62km
0,0019
2.762,62
0,0019
2.771,54
0,0019
2.778,29
0,0019
2.778,29
10. Panjang jalan kota dalam
kondisi baik (>40 km/jam)
1.177,38
2.673,98
1.177,38
2.673,98
1.177,38
2.673,98
1.152,75
2.684,74
1.157,65
2.689,64
11. Sempadan sungai yang
dipakai bangunan liar
40% 46% 49% 51% 52%
12. Drainase dalam kondisi baik/
pembuangan aliran air tidak
tersumbat
49% 52% 53% 55% 57%
13. Pembangunan turap di wilayah
jalan penghubung dan aliran
sungai rawan longsor lingkup
kewenangan kota
5 ha 5 ha 6 ha 6 ha 7 ha
14. Luas irigasi Kabupaten dalam
kondisi baik
45% 48% 49% 49% 65%
15. Luas Kawasan Kumuh Luas
Wilayah x100%
1,5 % 1,85 % 2 % 2,41 % 1,66 %
Sumber : Data Olahan Dinas Terkait, 2010
4. Perumahan
Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan perumahan di Kota
Semarang selama periode 2005-2009 dihitung dari persentase jumlah rumah
tangga yang telah menggunakan air bersih terhadap jumlah seluruh rumah
tangga. Pada tahun 2005 persentase jumlah rumah tangga yang telah
menggunakan air bersih sebesar 12,63% meningkat menjadi 12,96% pada tahun
2009. Persentase jumlah rumah tangga yang memiliki sanitasi terhadap jumlah Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 46
rumah tangga tahun 2005 sebesar 30,25% meningkat menjadi 48,85% pada
tahun 2009. Persentase jumlah rumah tangga yang menggunakan listrik terhadap
jumlah rumah tangga pada tahun 2005 sebesar 89,24% meningkat menjadi
98,28% tahun 2009, jumlah rumah layak huni terhadap jumlah rumah tahun 2005
sebesar 10,50% menjadi 25,60% pada tahun 2009.
Berikut gambaran perkembangan aspek pelayanan bidang perumahan selama 5
tahun (2005-2009) sebagaimana tabel dibawah ini :
Tabel 2.23
Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Perumahan Kota Semarang
Tahun 2005-2009
No Indikator
Tahun
2005 2006 2007 2008 2009
1.
Jumlah rumah tangga
pengguna air bersih / jumlah
seluruh rumah tangga x 100%
12,63 % 12,28 % 12,74 % 12,85 % 12,96 %
2.
Jumlah rumah tangga ber
sanitasi / Jumlah seluruh
rumah tangga x100%
30,25 % 35 % 38,89 % 40,89 % 48,85 %
3.
Jumlah rumah tangga
pengguna listrik / Jumlah
seluruh rumah tangga x100%
89,24 % 92,90 % 97,7 % 98 % 98,28 %
4.
Luas lingkungan permukiman
kumuh/ Luas wilayah x 100%
1,5 % 1,85 % 2 % 2,41 % 1,66 %
5.
Jumlah rumah layak huni/
Jumlah seluruh rumah x
100%
10,50 % 12,50 % 18,60 % 21 % 25,60 %
Sumber : Data Olahan Dinas Tata Kota & Perumahan Kota Semarang, 2010
5. Penataan Ruang
Kinerja pembangunan pelayanan urusan penataan ruang tahun 2005-2009
dilihat dari ratio luas ruang terbuka hijau terhadap luas wilayah ber Hak
Pengelolaan Lahan (HPL) dan atau Hak Guna Bangun. Pada Tahun 2005
mencapai sebesar 1,1 dan mengalami penurunan menjadi 1,06 pada tahun 2009.
Jumlah bangunan ber-IMB pada tahun 2005 sebesar 49,73% meningkat menjadi
55,01% pada tahun 2009. Persentase tersebut terus meningkat secara signifikan
hingga tahun 2009 sebesar 55,01 %. Hal ini menunjukkan semakin tingginya
kesadaran masyarakat mematuhi regulasi pendirian bangunan dan semakin Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 47
membaiknya pelayanan yang diberikan pemerintah daerah. Namun demikian
upaya peningkatan kesadaran masyarakat terhadap kepatuhan terhadap regulasi
tata ruang dan bangunan perlu diimbangi dengan pelayanan perijinan yang lebih
baik. Berikut gambaran perkembangan pembangunan pelayanan umum bidang
penataan ruang selama periode 2005-2009 sebagaimana tabel berikut :
Tabel 2.24
Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Penataan Ruang Kota Semarang
Tahun 2005-2009
No Indikator
Tahun
2005 2006 2007 2008 2009
1.
Luas ruang terbuka
hijau / Luas wilayah
ber HPL/HGB
1,1 1,09 1,08 1,07 1,06
2.
Jumlah bangunan ber
– IMB / Jumlah
bangunan
49,73 % 51,34 % 52,62 % 53,85 % 55,01 %
Sumber : Data Olahan Dinas Tata Kota & Perumahan Kota Semarang, 2010
6. Perencanaan Pembangunan Daerah
Kinerja pembangunan pelayanan umum bidang perencanaan
pembangunan daerah tahun 2005-2009 adalah tersusunnya draft RPJPD pada
tahun 2005 yang selanjutnya menjadi dokumen Pembangunan Jangka Panjang
Daerah 2005-2025 dan telah tetapkan dengan Peraturan Daerah pada tahun
2009 dan tersedianya dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah 2005-2010 yang ditetapkan dengan oleh Peraturan Daerah. Disamping
itu juga dilihat dari tersusunnya dokumen perencanaan jangka pendek yang
berupa Rencana Kerja Pemerintah Daerah (tahunan) atau yang disingkat RKPD
yang ditetapkan dengan Peratuan Kepala Daerah. Tantangan ke depan adalah
menjaga konsistensi dan kesinambungan perencanaan dengan implementasinya.
Berikut gambaran kinerja perencanaan pembangunan daerah selama 5 tahun
(2005-2010) sebagaimna tabel dibawah ini :Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 48
Tabel 2.25
Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Perencanaan Pembangunan Kota
Semarang Tahun 2005-2009
No Indikator
Tahun
2005 2006 2007 2008 2009
1.
Tersedianya dokumen
perencanaan RPJPD yg telah
ditetapkan dgn PERDA Ada/
tidak
Draf Draf Draf Draf Draf
2.
Tersedianya Dokumen
Perencanaan : RPJMD yg
telah ditetapkan dgn
PERDA/PERKADA Ada/ tidak
Ada Ada Ada Ada Ada
3.
Tersedianya Dokumen
Perencanaan : RKPD yg telah
ditetapkan dgn PERKADA
Ada/ tidak
Ada Ada Ada Ada Ada
Sumber : Data Bappeda Kota Semarang, 2010
7. Perhubungan
Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan perhubungan di Kota
Semarang selama periode 2005-2009 dilihat dari jumlah arus penumpang
angkutan umum selama 5 tahun yang mengalami penurunan dari 11.742.718
penumpang pada tahun 2005 menjadi 5.702.073 penumpang pada tahun 2009.
Penurunan jumlah penumpang lebih disebabkan adanya pergeseran
penggunaan moda angkutan umum ke angkutan pribadi . Persentase jumlah
angkutan darat dibanding jumlah penumpang angkutan darat mengalami
peningkatan dari tahun 2005 sebesar 9,30% menjadi 11,01% pada tahun 2009,
jumlah pelabuhan laut/udara/terminal bus/stasiun KA tidak mengalami perubahan
atau tetap sebanyak 7 buah. Tantangan kedepan adalah bagaimana
menyediakan pelayanan angkutan massal yang murah, nyaman, aman dan tepat
waktu agar kemacetan yang disebabkan oleh banyaknya angkutan pribadi tidak
terjadi. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 49
Tabel 2.26
Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Perhubungan Kota Semarang
Tahun 2005-2009
NoIndikator
Tahun
2005 2006 2007 2008 2009
1.
Jumlah arus penumpang
angkutan umum
11.742.718 9.597.857 9.290.325 5.637.648 5.702.073
2.
Rasio ijin trayek
0.0022 0.0026 0.0031 0.0028 0.0026
3.
Jumlah uji kir angkutan
umum
7.516 8.039 7.925 5.236 5.346
4.
Jumlah Pelabuhan
Laut/Udara/Terminal Bis
7 7 7 7 7
5.
Jumlah angkutan darat /
Jumlah penumpang
angkutan darat x 100%
9,30% 9,60% 9,21 % 10,38 % 11,01 %
6.
Kepemilikan KIR angkutan
umum
4.218 3.775 3.742 3.755 3.683
7.
Lama pengujian kelayakan
angkutan umum (KIR)
2 jam 2 jam 2 jam 2 jam 2 jam
8.
Biaya pengujian kelayakan
angkutan umum
Rp 29,- Rp 29,- Rp 29,- Rp 29,- Rp 29,-
9.
Pemasangan Ramburambu
1414 1497 1683 2060 2239
Sumber : Data Olahan Dinas Perhubungan Kota Semarang, 2010
8. Lingkungan Hidup
Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan lingkungan hidup di Kota
Semarang selama periode 2005-2009 diukur dari meningkatnya persentase
penanganan sampah tahun 2005 sebesar 69% menjadi 74% pada tahun 2009;
Jangkauan pelayanan pengelolaan sampah telah mengalami perkembangan
yang cukup menggembirakan, dimana pada tahun 2009 telah menjangkau 132
Kelurahan dari 177 Kelurahan atau 74,58 % wilayah kota, dengan kemampuan
pengangkutan mencapai 72 % dari seluruh produksi sampah total Kota
Semarang sebesar 3.675 m3/hari atau setara dengan 1.010 ton. Persentase
penduduk berakses air minum menurun dari 57,92% pada tahun 2005 menjadi
56,95% pada tahun 2009. Semakin besarnya volume sampah yang dihasilkan
oleh masyarakat menuntut peranserta masyarakat untuk dapat memusnahkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 50
sampah dengan cara yang ramah lingkungan demi memperpanjang usia TPA.
Berikut gambaran perkembangan pelayanan bidang lingkungan hidup
sebagaimana tabel berikut :
Tabel 2.27
Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Lingkungan Hidup Kota Semarang
Tahun 2005-2009
No Indikator
Tahun
2005 2006 2007 2008 2009
1.
Persentase penanganan sampah
69 % 70 % 71 % 72 % 74 %
2.
Persentase Penduduk berakses
air minum
57.92 % 56.95 % 56.99 % 57.02 % 56.95 %
3.
Persentase Luas pemukiman
yang tertata
28.29 % 32.08 % 37.58 % 39.08 % 45.02 %
4.
Pencemaran status mutu air
20 % 30 % 40 % 50 % 60 %
5.
Cakupan penghijauan wilayah
rawan longsor dan Sumber Mata
Air
15% 15% 15% 20 % 20 %
6.
Cakupan pengawasan terhadap
pelaksanaan amdal.
10 % 18 % 32 % 40 % 50 %
7.
Tempat pembuangan sampah
(TPS) per satuan penduduk
57.66 % 62.35 % 62.35 % 63.85 % 69.46 %
8.
Penegakan hukum lingkungan
52 % 28 % 34 % 35 % 63 %
Sumber: Data Olahan Badan Lingkungan Hidup Kota Semarang, 2010
9. Pertanahan
Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan pertanahan selama periode
2007-2009 diukur dari meningkatnya persentase luas lahan bersertifikat. Pada
tahun 2009 persentase luas lahan bersertifikat mencapai sebesar 72,81%.
Jumlah penyelesaian kasus tanah negara pada tahun 2007 sebanyak 25 kasus ,
tahun 2008 sebesar 41 kasus dan tahun 2009 sebanyak 25 kasus, sedangkan
jumlah penyelesaian ijin lokasi tahun 2007 sebanyak 9 ijin, tahun 2008 sebanyak
7 ijin dan tahun 2009 sebanyak 13 ijin. Antisipasi permasalahan kedepan adalah
layanan fasilitasi konflik pertanahan berkaitan dengan pelayanan tertib
administrasi di tingkat kelurahan.Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 51
Tabel 2.28
Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Pertanahan Kota Semarang
Tahun 2005-2009
No Indikator
Tahun
2005 2006 2007 2008 2009
1.
Persentase luas lahan
bersertifikat
- - 58% 60% 72.81%
2.
Penyelesaian kasus tanah
Negara
- - 59 41 25
3.
Penyelesaian izin lokasi
- - 9 7 13
Sumber : Data Olahan Kantor Pertanahan Kota Semarang, 2010
10. Kependudukan dan Catatan Sipil
Kinerja pembangunan pada pelayanan Kependudukan dan Catatan Sipil
selama 5 tahun (2005-2009) adalah :
Ratio penduduk ber KTP per satuan penduduk tahun 2005 sebesar
92,02% meningkat menjadi 95% pada tahun 2009, ratio bayi berakte kelahiran
tahun 2005 sebesar 71,50% meningkat menjadi 74,77%, kepemilikan akte
kelahiran per 1000 penduduk tahun 2009 sebesar 87,12% meningkat menjadi
96,68% pada tahun 2009. Peningkatan kinerja kependudukan dan catatan sipil
lebih dipengaruhi oleh kesadaran penduduk yang disebabkan makin mudahnya
pelayanan administrasi kependudukan dan terlaksananya kebijakan
kependudukan yang serasi antara kebijakan kependudukan nasional dengan
kebijakan kependudukan Kota Semarang.
Berikut gambaran perkembangan pelayanan kependudukan dan catatan sipil
sebagaimana tabel berikut :
Tabel 2.29
Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Kependudukan
dan Catatan Sipil Kota Semarang Tahun 2005-2009
No Indikator
Tahun
2005 2006 2007 2008 2009
1.
Rasio penduduk berKTP per
satuan penduduk
92,02% 92,02% 92,02% 95,2% 95 %
2.
Rasio bayi berakte kelahiran
71,50% 74,77% 78,42% 82,88% 87,12 %Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 52
No Indikator
Tahun
2005 2006 2007 2008 2009
3.
Rasio pasangan berakte
nikah
100% 100% 100% 100% 100 %
4.
Kepemilikan KTP
92,00% 92,00% 92,00% 95,21% 97,95%
5.
Kepemilikan akta kelahiran
per 1000 penduduk
87,12% 87,18% 87,18% 83,6% 96,68%
6.
Ketersediaan database
kependudukan skala provinsi
Ada/tidak ada
ada ada ada ada ada
7.
Penerapan KTP Nasional
berbasis NIK Sudah/belum
belum belum belum belum belum
Sumber : Data Olahan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Semarang, 2010
11. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan pemberdayaan perempuan
dan perlindungan anak selama periode 2005-2009 pada masing-masing
indikator sebagaimana tabel berikut.
Tabel 2.30
Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak Kota Semarang Tahun 2005-2009
No Indikator
Tahun
2005 2006 2007 2008 2009
1.
Persentase partisipasi
perempuan di lembaga
pemerintah
15,5% 15,5% 15,5% 15,5% 15,5%
2.
Partisipasi perempuan di
lembaga swasta
75% 80% 85% 90 % 90 %
3.
Rasio KDRT
0 0 0 0,16 % 0,65 %
5.
Partisipasi angkatan kerja
perempuan
(TPAK/ Tk. Partisipasi Angk
Kerja)
47,72 46,94 47,48 56,92 60,62
6.
Penyelesaian pengaduan
perlindungan perempuan dan
anak dari tindakan kekerasan
0 0 0 60 191
Sumber : Data Olahan BapermasPP & KB Kota Semarang, 2010Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 53
Pembangunan pada urusan pemberdayaan perempuan dan
perlindungan anak selama 5 (lima) tahun terakhir mengalami peningkatan. Hal ini
dapat dilihat dari angka partisipasi perempuan yang terus meningkat sejak tahun
2005 sebesar 75% menjadi 90% pada tahun 2009, serta indeks partisipasi
angkatan kerja perempuan yang juga meningkat dari 47,72 pada tahun 2005
menjadi 60,62 pada tahun 2009. Hal ini juga ditunjang juga dengan pembentukan
Pusat Pelayanan Terpadu (PPT) di tingkat Kota dan di 4 (empat) PPT
Kecamatan pada tahun 2009, pada tahun 2010 bertambah 2 (dua) PPT
Kecamatan dan diharapkan pada tahun 2015 di semua Kecamatan sudah
terbentuk PPT, untuk dapat membantu menyelesaikan persoalan korban
kekerasan terhadap perempuan.
12. Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera
Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan keluarga berencana dan
keluarga sejahtera selama periode 2005-2009 pada masing-masing indikator
sebagaimana tabel berikut.
Tabel 2.31
Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Keluarga Berencana dan
Keluarga Sejahtera Kota Semarang Tahun 2005-2009
No Indikator
Tahun
2005 2006 2007 2008 2009
1.
TFR (Total Fertilitas Rate)
2,85 2,80 2,78 2,75 2,50
2.
Cakupan peserta KB aktif
78,81 % 78,81 % 78,91 % 78,93 % 78,95 %
3.
Keluarga Pra Sejahtera
dan Keluarga Sejahtera I
127.559 122.029 114.275 115.643 111.480
Sumber : Data Olahan BapermasPP & KB Kota Semarang, 2010
Pembangunan dalam urusan keluarga berencana dan keluarga sejahtera
mengalami peningkatan yang cukup baik, terlihat dari indikator jumlah rata-rata
kelahiran setiap 1000 wanita usia subur yang semakin menurun dari 2,85
menjadi 2,50 dalam 5 tahun terakhir artinya jumlah anak dalam setiap keluarga
terdiri dari 2 – 3 anak dan peserta KB aktif yang meningkat dari 78,81 % pada
tahun 2005 menjadi 78,95 % pada tahun 2009. Hal ini memberikan pengaruh
yang positif terhadap upaya pengendalian angka kelahiran yang selanjutnya
memberikan konstribusi yang besar terhadap upaya dalam menekan laju Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 54
pertumbuhan penduduk sehingga akan semakin rendah juga jumlah keluarga pra
sejahtera dan sejahtera I. Hal ini dapat dilakukan antara lain dengan
meningkatkan pemberdayaan dan ketahanan keluarga secara menyeluruh
terutama dalam kemampuan pengasuhan dan penumbuhkembangan anak, dan
peningkatan kualitas lingkungan keluarga melalui pengembangan akses terhadap
kualitas hidup keluarga: ekonomi, kesehatan, pendidikan, parenting (beyond
family planning) dan menggalang kemitraan dengan masyarakat, swasta dan
profesi/perguruan tinggi. Permasalahan kedepan yang harus ditangani secara
serius adalah meningkatkan cakupan keluarga berencana dan pembangunan
keluarga sejahtera.
13. Sosial
Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan sosial selama periode
2005-2009 pada masing-masing indikator sebagaimana tabel berikut.
Tabel 2.32
Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Sosial
Kota Semarang Tahun 2005-2009
No Indikator
Tahun
2005 2006 2007 2008 2009
1.
Sarana sosial seperti panti
asuhan, panti jompo dan panti
rehabilitasi
75 75 124 97 103
2.
PMKS yg memperoleh
bantuan sosial
1.250 1.300 1.400 1.563 1.971
3.
Penanganan penyandang
masalah kesejahteraan sosial
3.150 3.168 3.210 3.261 4.357
Sumber : Data Olahan Dinas Sosial dan Olah Raga Kota Semarang, 2010
Pembangunan pelayanan sosial di Kota Semarang selama 5 (lima) tahun
terakhir mengalami peningkatan. Sarana sosial yang semula berjumlah 75 di
tahun 2005 meningkat menjadi 103 di tahun 2009 dan saat ini terus diupayakan
penanganannya oleh Pemerintah Kota. Demikian pula penanganan penyandang
masalah kesejahteraan sosial dari tahun 2005 sebanyak 3.150 menjadi 4.357 di
tahun 2009. Namun demikian hasilnya belum mampu menekan jumlah
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) termasuk di dalamnya
adalah anak jalanan. Permasalahan PMKS yang terus berkembang diantaranya Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 55
disebabkan oleh persoalan tuntutan kehidupan yang semakin berat, disamping
persoalan kemiskinan. Oleh karena itu penanganan persoalan sosial harus
dilakukan secara komprehensif dan terintegrasi.
14. Ketenagakerjaan
Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan ketenagakerjaan selama
periode 2005-2009 pada masing-masing indikator sebagaimana tabel berikut
Tabel 2.33
Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Ketenagakerjaan
Kota Semarang Tahun 2005-2009
No Indikator
Tahun
2005 2006 2007 2008 2009
1.
Angka partisipasi angkatan
kerja
61,17 % 61,43 % 61,69 % 61,95 % 62,21 %
2.
Angka sengketa pengusahapekerja per tahun
129 83 91 100 82
315
kasus
218
kasus
258
kasus
286
kasus
256
kasus
3.
Tingkat partisipasi angkatan
kerja
63,45 % 65,78 % 62,52 % 64,27 % 64,75 %
4.
Pencari kerja yang
ditempatkan
4.470 5.532 7.311 8.975 8.449
5.
Tingkat pengangguran terbuka
35,68 % 35,62 % 11,39 % 11,48 % 14,96 %
6.
Keselamatan dan
perlindungan
14,90 % 15,60 % 20,40 % 25 % 26,20 %
109
perush
123
perush
166
perush
212
perush
237
perush
7.
Perselisihan buruh dan
pengusaha terhadap kebijakan
pemerintah daerah
100 % 100 % 100 % 100 % 100 %
Sumber : Data Olahan Disnakertrans Kota Semarang, 2010\
Jumlah angka partisipasi angkatan kerja di Kota Semarang pada 5 (lima)
tahun terakhir mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya jumlah
penduduk dari tahun 2005 sebesar 61,17% menjadi 62,21% pada tahun 2009.
Tingkat partisipasi angkatan kerja juga mengalami kenaikan seiring dengan
meningkatnya partisipasi angkatan kerja yaitu sebesar 63,45% pada tahun 2005
menjadi 64,75% di tahun 2009, sedangkan konflik antara buruh dan pengusaha Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 56
terhadap kebijakan Pemerintah Kota Semarang dapat terselesaikan dengan baik
terlihat dari menurunnya jumlah kasus sengketa pengusaha-pekerja dari 315
kasus di tahun 2005 menurun menjadi 256 kasus pada tahun 2009. Kedepan,
upaya fasilitasi penciptaan lapangan kerja melalui pelatihan ketrampilan dan
kewirausahaan terus ditingkatkan termasuk rencana fasilitasi hubungan industrial
yang bisa memberikan solusi saling menguntungkan antara pengusaha dan
pekerja, sehingga terwujud hubungan industrial yang harmonis.
15. Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah
Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan koperasi, usaha kecil dan
menengah selama periode 2005-2009 pada masing-masing indikator
sebagaimana tabel berikut.
Tabel 2.34
Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Koperasi, Usaha Kecil dan
Menengah Kota Semarang Tahun 2005-2009
No Indikator
Tahun
2005 2006 2007 2008 2009
1.
Persentase koperasi aktif
55,06 % 63,55 % 65,30 % 75,05 % 75 %
2.
Jumlah UKM non BPR/LKM
UKM
36 76 140 231 346
3.
Jumlah BPR/LKM
2 2 2 2 2
4.
Usaha Mikro dan Kecil
1.240 1.315 8.112 9.162 10.176
Sumber : Data Olahan Dinas Koperasi & UKM Kota Semarang
Prosentase koperasi aktif di Kota Semarang mengalami kenaikan dari
55,06% pada tahun 2005 menjadi 75% pada tahun 2008 dan pada tahun 2009
Kota Semarang telah ditetapkan sebagai Kota Penggerak Koperasi.
Jumlah UKM non BPR/LKM UKM mengalami kenaikan selama kurun
waktu 5 tahun, peningkatan yang terjadi setiap tahun rata-rata hampir
mencapai 100 %. Demikian juga dengan perkembangan usaha mikro dan kecil.
Sehingga hal tersebut menunjukkan adanya pertumbuhan ekonomi yang
produktif, karena adanya pertumbuhan dan iklim usaha mikro dan kecil yang
membaik dan kondusif. Kenyataan menunjukkan bahwa pada saat terjadi krisis
ekonomi, usaha kecil dan mikro lebih resisten dibanding perusahaanperusahaan yang lebih besar. Hal inilah yang akan terus dijaga dan ditingkatkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 57
melalui rencana fasilitasi permodalan yang mampu mengembalikan koperasi
sebagai soko guru perekonomian masyarakat yang tidak hanya aktif namun juga
benar sehat sehingga mampu menjaga pertumbuhan ekonomi terutama dari
pengembangan usaha mikro dan kecil.
16. Penanaman Modal
Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan penanaman modal
selama periode 2005-2009 pada masing-masing indikator sebagaimana tabel
berikut.
Tabel 2.35
Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Penanaman Modal
Kota Semarang Tahun 2005-2009
No Indikator
Tahun
2005 2006 2007 2008 2009
1.
Jumlah
investor di
Kota
Semarang
(Penanaman
Modal)
1.560 1.950 2.056 2.160 2.253
2.
Jumlah nilai
investasi
(Rupiah)
500.914.298.068 1.218.842.970.113 1.350.746.170.600 1.540.210.674.000 1.748.936.779.411
3.
Rasio daya
serap tenaga
kerja *)
0,93 0,98 1,00 1,60 1,97
4.
Penanaman
Modal (Jumlah
tenaga kerja)
orang
4.601 6.961 7.086 11.341 13.977
5.
Kenaikan /
penurunan
Nilai Realisasi
Penanaman
Modal (Rp)
216.470.910.000 717.928.672.045 131.903.200.487 189.464.503.400 208.726.105.411
Sumber : Data Olahan BPPT Kota Semarang, 2010
Jumlah investor dan investasi selama 5 tahun telah mengalami kenaikan.
Peningkatan tersebut didukung dengan adanya layanan One Stop Service (OSS)
yang memberikan kemudahan dalam mengurus perijinan disamping keamanan
yang kondusif, infrastruktur meningkat lebih baik, dan promosi investasi.
Kesemuanya itu akan berdampak pada meningkatnya rasio daya serap tenaga Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 58
kerja. Upaya peningkatan investasi kedepan, adalah perlunya dukungan
peraturan yang jelas mengenai insentif investasi yang dapat diberikan oleh
Pemerintah Daerah guna memacu pertumbuhan investasi. Dengan demikian
perwujudan Semarang sebagai kota perdagangan dan jasa akan lebih mampu
bersaing dengan daerah lain dalam menarik minat investor dalam maupun luar
negeri.
17. Kebudayaan
Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan kebudayaan selama
periode 2005-2009 pada masing-masing indikator sebagaimana tabel berikut.
Tabel 2.36
Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Kebudayaan Kota Semarang
Tahun 2005-2009
No Indikator
Tahun
2005 2006 2007 2008 2009
1.
Penyelenggaraan festival seni
dan budaya
45 45 45 45 46
2.
Sarana penyelenggaraan seni
dan budaya
55 55 55 55 55
3.
Benda, Situs dan Kawasan
Cagar Budaya yang
dilestarikan
174 174 174 174 174
Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata 2010 (data diolah)
Penyelenggaraan festival seni dan budaya dari tahun 2005 sampai 2008
jumlahnya tetap sebanyak 45 event kegiatan, hanya pada tahun 2009 bertambah
1 event kegiatan. Kota Semarang telah memiliki sarana penyelenggaraan seni
dan budaya sebanyak 55 buah dari tahun 2005 sampai tahun 2009. Benda, situs
dan kawasan cagar budaya yang dilestarikan ada 174 buah antara lain 4
kawasan sejarah budaya dan 170 buah bangunan, yang terdiri dari bangunan
budaya sebanyak 3 buah, bangunan tempat ibadah sebanyak 24 buah,
bangunan kesehatan sebanyak 3 buah, bangunan perkantoran 46 buah,
bangunan Pemerintahan sebanyak 13 buah, bangunan pendidikan sebanyak 11
buah, bangunan pengangkutan sebanyak 3 buah, bangunan rumah tinggal
sebanyak 56 buah, dan bangunan lainnya sebanyak 11 buah. Tantangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 59
kedepan diperlukan kegiatan-kegiatan yang lebih bisa mempromosikan kota
Semarang sebagai tempat tujuan wisata, tidak lagi hanya sebagai tempat
singgah sementara. Selain itu perbaikan dan penyempurnaan di bidang sarana
penyelenggaraan kesenian juga diperlukan dalam mendukung bentuk promosi
tersebut. Sedangkan pelestarian benda maupun bangunan cagar budaya
dilakukan agar lebih bisa menonjolkan ciri dan landmark kota Semarang dengan
melibatkan seluruh pemangku kepentingan.
18. Pemuda dan Olahraga
Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan pemuda dan olahraga
selama periode 2005-2009 pada masing-masing indikator sebagaimana tabel
berikut.
Tabel 2.37
Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Pemuda dan Olahraga Kota
Semarang Tahun 2005-2009
No Indikator
Tahun
2005 2006 2007 2008 2009
1.
Jumlah organisasi pemuda
34 34 34 34 47
2.
Jumlah organisasi olahraga
3 3 3 3 3
3.
Jumlah kegiatan kepemudaan
2 5 5 5 7
4.
Jumlah kegiatan olahraga
6 6 9 15 19
5.
Lapangan olahraga
0,058 0,068 0,067 0,065 0,064*)
Sumber : Data Olahan Dinsospora Kota Semarang, 2010
Dari tabel tersebut diatas, menggambarkan penyelenggaraan
pembangunan pemuda dan olahraga selama lima tahun terakhir mengalami
pertumbuhan yang membaik. Dilihat dari jumlah organisasi pemuda dan jumlah
kegiatan olahraga juga mengalami peningkatan sampai dengan tahun 2009.
Jumlah organisasi pemuda dari 34 di tahun 2005 menjadi 47 di tahun 2009.
Untuk jumlah kegiatan kepemudaan dan kegiatan olah raga masing-masing
meningkat dari 2 kegiatan menjadi 7 kegiatan kepemudaan dan dari 6 kegiatan
menjadi 19 kegiatan olah raga dalam 5 tahun terakhir ini. Namun dilihat dari
sarana olah raga, rasio sarana dan prasarana olah raga semakin menurun. Hal
ini dikarenakan jumlah lapangan olah raga yang cenderung tidak bertambah
dibanding dengan pertumbuhan jumlah penduduk. Permasalahan kedepan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 60
berkaitan dengan pelayanan olah raga dan kepemudaan adalah upaya
pembinaan dini terhadap pemuda melalui pendekatan institusional baik melalui
institusi pendidikan, sekolah dan pramuka maupun institusi kepemudaan seperti
KNPI dan Karang Taruna. Sedangkan untuk ketersediaan sarana dan prasarana
olah raga dengan standar nasional saat ini masih terbatas dan belum terkelola
dengan baik. Oleh karena itu upaya yang dilakukan yaitu dengan perbaikan dan
peningkatan sarana yang ada serta pembangunan pusat olah raga (Sport center)
yang baru.
19. Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri
Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan kesatuan bangsa dan
politik dalam negeri selama periode 2005-2009 pada masing-masing indikator
sebagaimana tabel berikut :
Tabel 2.38
Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Kesatuan Bangsa dan Politik
Dalam Negeri Kota Semarang Tahun 2005-2009
No Indikator
Tahun
2005 2006 2007 2008 2009
1.
Kegiatan Pembinaan terhadap
LSM, Ormas dan OKP
214 174 134 94 54
2.
Kegiatan pembinaan politik
daerah
18 kgt 16 kgt 14 kgt 12 kgt 6 kgt
Sumber :Badan Kesbangpolinmas data diolah, 2010
Keberhasilan pembangunan demokrasi telah berhasil memantapkan peran
masyarakat terutama dari sisi kemandirian organisasi baik LSM,Ormas maupun
OKP. Dari tabel diatas menggambarkan, pelayanan urusan kesatuan dan politik
dalam negeri menunjukkan peran Pemerintah semakin tahun semakin
menurun.Hal ini disebabkan tanggungjawab dan pelaksanaan kegiatan
pembinaan politik daerah yang semula dilakukan oleh Pemerintah
(Kesbanglinmas) secara bertahap dilakukan oleh KPU,Panwaslu dan Parpol.
Persoalan kedepan adalah bagaimana membangun sinergitas seluruh kekuatan
LSM, Ormas dan OKP yang ada untuk bersama-sama membantu Pemerintah
Kota Semarang dalam mewujudkan visi dan misi sesuai dengan kompetensi
masing-masing.Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 61
20. Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan
Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian.
Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan otonomi daerah,
Pemerintahan umum, administrasi keuangan daerah, perangkat daerah,
kepegawaian dan persandian selama periode 2005-2009 pada masing-masing
indikator sebagaimana tabel berikut.
Tabel 2.39
Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Otonomi Daerah,
Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat
Daerah, Kepegawaian dan Persandian
Kota Semarang Tahun 2005-2009
No Indikator
Tahun
2005 2006 2007 2008 2009
1.
Rasio jumlah Polisi Pamong
Praja per 10.000 penduduk
0.85 1.76 2.36 2.27 2.20
2.
Jumlah Linmas per Jumlah
10.000 Penduduk
31.17 32.09 32.85 33.45 35.22
3.
Rasio Pos Siskamling per
jumlah desa/kelurahan
7.28 7.32 7.35 7.51 7.68
4.
Sistem informasi Pelayanan
Perijinan dan adiministrasi
pemerintah (Ada tidak)
tidak tidak ada ada ada
5.
Penegakan PERDA
100 % 100 % 100 % 100 % 100 %
6.
Cakupan patroli petugas
Satpol PP
23 orang
125 x
57 orang
180 x
50 orang
125 x
57 orang
224 x
154 orang
600 x
7.
Petugas Perlindungan
Masyarakat (Linmas) di Kota
4.425 4.602 4.779 4.956 5.310
8.
Cakupan pelayanan bencana
kebakaran Kota Semarang
0,0011% 0,0011% 0,0010% 0,0011% 0,0011%
9.
Tingkat waktu tanggap
Jumlah ketepatan waktu
tindakan pemadam kebakaran
15 menit
20%
15 menit
14,68%
15 menit
17%
15 menit
13,66%
15 menit
11,9%
Sumber : Bappeda (data di olah 2009)
Tabel di atas menggambarkan bahwa kondisi aspek pelayanan
umum dalam Bidang Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi
Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian
dapat dilihat dari rasio Polisi Pamong Praja, Linmas maupun poskamling
yang menunjukan peningkatan. Rasio jumlah Linmas meningkat dari 31,17
pada tahun 2005 menjadi 35,22 di tahun 2009. Sistem Informasi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 62
Pelayanan Perijinan dan Administrasi Pemerintah sudah mulai
diberlakukan sejak 3 tahun terakhir, telah menunjukkan perkembangan
yang positif bila dilihat dari jumlah pengaduan yang masuk. Namun
demikian, kedepan diperlukan pelayanan yang tidak mengedepankan
aspek represif tetapi lebih ke tindakan preventif.
21. Ketahanan Pangan
Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan ketahanan pangan selama
periode 2005-2009 pada masing-masing indikator sebagaimana tabel berikut.
Tabel 2.40
Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Ketahanan Pangan
Kota Semarang Tahun 2005-2009
No Indikator
Tahun
2005 2006 2007 2008 2009
1.
Ketersediaan pangan
utama (kg/1.000 pddk)
- - 84.451 101.732 108.844
Sumber:Kantor Ketahanan Pangan tahun 2010 (data diolah)
Kota Semarang telah memiliki beberapa regulasi tentang ketahanan
pangan baik dalam bentuk Peraturan Walikota, Surat Keputusan Walikota dan
Surat Edaran Walikota. Peraturan Walikota Semarang Nomor 4 Tahun 2009
tentang Pembentukan Dewan Ketahanan Pangan Kota Semarang tanggal 25
Maret 2009. Surat Walikota Semarang Nomor 501/908 tanggal 30 Maret 2009
perihal Penumbuhan Cadangan Pangan Pemerintah Kelurahan.
Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa ketersediaan pangan utama
mengalami peningkatan yang signifikan dengan rata-rata pertahunnya adalah
13,7%. Walaupun dilihat dari ketersediaan pangan utama menunjukan
peningkatan yang positif, namun antisipasi kedepan diperlukan upaya serius
untuk membudayakan penganekaragaman makanan sebagai upaya subtitusi dari
pangan utama.
22. Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan pemberdayaan masyarakat
dan desa di Kota Semarang selama periode 2005-2009 pada masing-masing
indikator sebagaimana tabel berikut.Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 63
Tabel 2.41
Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Pemberdayaan Masyarakat
Kota Semarang Tahun 2005-2009
No Indikator
Tahun
2005 2006 2007 2008 2009
1.
LPM Berprestasi
2 3 3 4 5
2.
PKK aktif
100 % 100 % 100 % 100 % 100 %
3.
Posyandu aktif
99,57 % 99,72 % 99,72 % 99,86 % 100 %
4.
Swadaya Masyarakat
terhadap Program
pemberdayaan masyarakat
80 85 85 90 100
5.
Pemeliharaan Pasca
Program pemberdayaan
masyarakat
95 80 90 95 100
Sumber : Data Olahan BapermasPP & KB Kota Semarang, 2010
Dari tabel di atas dijelaskan bahwa kinerja pelayanan umum dalam
bidang pemberdayaan masyarakat dan desa dapat dilihat dari kinerja LPM,PKK
dan Posyandu Aktif. Jumlah Posyandu aktif sampai dengan tahun 2009 telah
menunjukan kinerja optimal. Dukungan Swadaya Masyarakat terhadap Program
pemberdayaan masyarakat dan Pemeliharaan Pasca Program pemberdayaan
masyarakat pada tahun 2009 juga telah mencapai 100%. Salah satu akibat dari
meningkatnya program tersebut adalah meningkatnya lembaga pemberdayaan
masyarakat (LPM) yang berprestasi dengan kenaikan rata-rata 2,7%. Jumlah
LPM yang berprestasi diharapkan terus meningkat dikarenakan swadaya
masyarakat terhadap program pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan
akan terus dioptimalkan.
23. Statistik
Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan statistik selama periode
2005-2009 pada masing-masing indikator sebagaimana tabel berikut.
Tabel 2.42
Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Statistik Kota Semarang
Tahun 2005-2009
No Indikator
Tahun
2005 2006 2007 2008 2009
1.
Buku ”Daerah Dalam Angka”
ada ada ada ada adaRencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 64
Ada/Tidak
2.
Buku ”PDRB Daerah”
Ada/Tidak
ada ada ada ada ada
Sumber : BPS Kota Semarang, 2010
Dari tabel urusan statistik diatas menggambarkan bahwa dokumendokumen yang tersedia dari tahun ke tahun tetap ada. Namun demikian,
diperlukan tambahan kelengkapan data dan informasi terutama untuk data-data
yang bersifat khusus dan olahan.
24. Kearsipan
Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan kearsipan selama periode
2005-2009 pada masing-masing indikator sebagaimana tabel berikut.
Tabel 2.43
Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Kearsipan Kota Semarang
Tahun 2005-2009
No Indikator
Tahun
2005 2006 2007 2008 2009
1.
Pengelolaan arsip secara
baku
100 % 100 % 100 % 100 % 100 %
2.
Peningkatan SDM pengelola
kearsipan
1 keg 2 keg 2 keg 3 keg 4 keg
Sumber : Data Olahan Kantor Perpustakaan Daerah dan Arsip Kota Semarang, 2010
Tabel tersebut di atas menggambarkan bahwa tatakelola kearsipan semakin
meningkat baik dilihat dari pengelola kearsipan maupun peningkatan SDM.
Selaras dengan perkembangan teknologi, pengelolaan arsip harus dapat
mengantisipasi arsip berujud digital, sehingga dapat diakses secara online oleh
masyarakat yang lebih luas.
25. Komunikasi dan Informatika
Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan komunikasi dan informatika
di Kota Semarang selama periode 2005-2009 pada masing-masing indikator
sebagaimana tabel berikut.Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 65
Tabel 2.44
Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Komunikasi dan Informatika
Kota Semarang Tahun 2005-2009
No Indikator
Tahun
2005 2006 2007 2008 2009
1.
Jumlah jaringan komunikasi
51 / 1 53 / 1 59 / 1 62 / 1 75 / 1
2.
Rasio wartel/warnet
terhadap penduduk
0.39 0.33 0.33 0.31 0.26
3.
Jumlah surat kabar
nasional/lokal
10 10 10 10 11
4.
Jumlah penyiaran radio/TV
lokal
Radio : 34
Tv : 15
34
15
34
15
36
15
38
15
5. Web site milik pemerintah
daerah
tidak ada ada ada ada
6.
Pameran/expo
2 7 7 7 7
Sumber : Data Olahan Bag. Humas Setda Kota Semarang, 2010
Dari tabel tersebut diatas menggambarkan bahwa jaringan komunikasi,
penyiaran radio/TV lokal, website milik Pemerintah Kota semakin meningkat hal
ini untuk menunjang Keterbukaan Informasi Publik (KIP) sehingga masyarakat
dapat dengan mudah mengakses program dan kegiatan Pemerintah Kota.
Harapan kedepan perlu ditingkatkan kualitas komunikasi dua arah antara
Pemerintah dengan masyarakat termasuk didalamnya adalah upaya pencitraan
positif Kota semarang.
26. Perpustakaan
Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan perpustakaan selama
periode 2005-2009 pada masing-masing indikator sebagaimana tabel berikut.
Tabel 2.45
Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Perpustakaan Kota Semarang
Tahun 2005-2009
No Indikator
Tahun
2005 2006 2007 2008 2009
1.
Jumlah perpustakaan
131 147 150 152 156
2.
Jumlah pengunjung
7.269 19.923 25.673 33.354 36.382 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 66
perpustakaan per tahun (orang)
3.
Koleksi buku yang tersedia di
perpustakaan daerah (buah)
2.539 12.810 7.758 10.390 7.611
Sumber : Data Olahan Kantor Perpustakaan & Arsip Kota Semarang, 2010
Dari tabel tersebut diatas menggambarkan bahwa rata–rata jumlah
perpustakaan dari tahun ke tahun meningkat 4,5%. Seiring dengan makin
meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya budaya baca, jumlah
pengunjung di perpusatakaan meningkat dengan rata-rata 22,6% pertahun.
Namun demikian peningkatan tersebut belum mampu diimbangi oleh layanan
penyediaan buku. Kedepan Perpustakaan akan dikembangkan dengan
penerapan teknologi informasi sesuai tuntutan masyarakat.
2.4.2. Fokus Layanan Urusan Pilihan
1. Pertanian
Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan pertanian selama periode
2005-2009 pada masing-masing indikator sebagaimana tabel berikut.
Tabel 2.46
Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Pertanian Kota Semarang
Tahun 2005-2009
No Indikator
Tahun
2005 2006 2007 2008 2009
1.
Produktivitas padi atau bahan
pangan utama lokal lainnya per
hektar (ton)
6.121 5.321 6.248 4.937 7.899
2.
Kontribusi sektor
pertanian/perkebunan terhadap
PDRB
Hb: 1.27%
Hk: 1.28%
1.21 %
1.25 %
1.20 %
1.21 %
1.15 %
1.19 %
1.15 % *)
1.16 % *)
3.
Kontribusi sektor pertanian
(palawija) terhadap PDRB
Hb: 0,57%
Hk: 0,56%
0,54 %
0,54 %
0,53 %
0,53 %
0,50 %
0,52 %
0,50 %
0,52 %
4.
Kontribusi sektor perkebunan
(tanaman keras) terhadap
PDRB
Hb: 0,08%
Hk: 0,07%
0,07 %
0,07 %
0,07 %
0,07 %
0,07 %
0,07 %
0,07 %
0,07 %
5.
Kontribusi Produksi kelompok
petani terhadap PDRB
100% 100% 100% 100% 100%
6.
Cakupan bina kelompok petani
0,00% 0,00% 0,00% 2,618% 7,059%
Sumber : Produk Dosmetik Regional Bruto, BPS Kota Semarang 2009Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 67
Produktivitas padi atau bahan pangan utama lokal mencapai kenaikan
rata-rata sebesar 10, 8% dari tahun 2005 sampai tahun 2009. Sebaliknya
Kontribusi sektor pertanian baik pertanian/perkebunan, palawija, tanaman keras
dan produksi kelompok tani terhadap PDRB selama kurun waktu 5 tahun terakhir
relatif agak mengalami penurunan. Hal tersebut merupakan akibat perubahan
fungsi lahan pertanian menjadi permukiman sebagai akibat berkembangnya
sebuah kota. Upaya untuk terus mempertahankan budi daya pertanian dilakukan
dengan meningkatkan cakupan pembinaan kelompok tani. Cakupan bina
kelompok tani yaitu kelompok tani yang mendapatkan bantuan dari pemerintah
kota. Jumlah kelompok tani yang mendapatkan bantuan dari tahun 2008
sebanyak 2,618% meningkat menjadi 7,059% pada tahun 2009. Diharapkan
program bina kelompok petani akan terus ditingkatkan dalam upaya untuk dapat
meningkatkan produktivitas dan kontribusinya terhadap PDRB.
2. Kehutanan
Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan kehutanan selama
periode 2005-2009 pada masing-masing indikator sebagaimana tabel berikut :
Tabel 2.47
Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Kehutanan Kota Semarang
Tahun 2005-2009
No Indikator
Tahun
2005 2006 2007 2008 2009
1.
Rehabilitasi hutan dan lahan
kritis
8,14% 22,05% 17,02% 19,27% 80,65%
2.
Kerusakan Kawasan Hutan
0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
3.
Kontribusi sektor kehutanan
terhadap PDRB
Hb: 0.005 %
Hk: 0.005 %
0.005 %
0.005 %
0.004 %
0.005 %
0.004 %
0.005 %
0.004 %
0.005 %
Sumber : Produk Dosmetik Regional Bruto, BPS Kota Semarang 2009
Sebagaimana wilayah perkotaan yang lain, kontribusi sektor kehutanan
terhadap PDRB pasti relatif kecil. Namun demikian upaya untuk melakukan
konservasi dan rehabilitasi hutan khususnya hutan rakyat akan terus dilakukan.
Pada tahun 2008-2009 mengalami peningkatan yang signifikan hingga 80,65%.
Salah satu upaya nyata untuk mendorong adalah pelaksanan program
Konservasi Lahan Semarang Atas dan Pengentasan Kemiskinan (KLSAPK). Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 68
3. Energi dan Sumber Daya Mineral
Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan energi dan sumberdaya
mineral selama periode 2005-2009 pada masing-masing indikator sebagaimana
tabel berikut.
Tabel 2.48
Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Energi dan Sumber Daya
Mineral Kota Semarang Tahun 2005-2009
No Indikator
Tahun
2005 2006 2007 2008 2009
1.
Kontribusi sektor
pertambangan thd
PDRB
HB: 0.20 %
HK: 0.18 %
0.20 %
0.17 %
0.19 %
0.17 %
0.18 %
0.16 %
0.17 %
0.16 %
Sumber : Produk Dosmetik Regional Bruto, BPS Kota Semarang, 2009
Kontribusi sektor pertambangan terhadap PDRB dari tahun 2005
hingga tahun 2009 mengalami penurunan. Kondisi ini terjadi dikarenakan
kegiatan pertambangan khususnya bahan tambang galian C memang sedikit
demi sedikit dikurangi aktivitasnya.
4. Pariwisata
Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan pariwisata selama
periode 2005-2009 pada masing-masing indikator sebagaimana tabel berikut.
Tabel 2.49
Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Pariwisata Kota Semarang
Tahun 2005-2009
No Indikator
Tahun
2005 2006 2007 2008 2009
1. Kunjungan
wisata
1.141.323 1.255.005 1.457.554 1.465.105 1.633.042
2. Kontribusi
sektor
pariwisata
terhadap
PDRB
0.18 % 0.18% 0.18 % 0.18 % 0.18 %
Sumber : Produk Dosmetik Regional Bruto 2008, BPS Kota SemarangRencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 69
Kunjungan wisatawan terus mengalami kenaikan. Pada tahun 2005
sebanyak 1.141.323 wisatawan meningkat menjadi 1.633.042 wisatawan pada
tahun 2009. Keadaan ini tercipta karena semakin banyaknya event kegiatan
pariwisata maupun kegiatan bisnis. Kunjungan wisata akan terus meningkat
seiring dengan membaiknya kualitas sarana prasarana, obyek maupun destinasi
wisata yang menarik dan terintegrasi.
5. Kelautan dan Perikanan
Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan kelautan dan perikanan
selama periode 2005-2009 pada masing-masing indikator sebagaimana tabel
berikut.
Tabel 2.50
Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Kelautan dan Perikanan
Kota Semarang Tahun 2005-2009
No Indikator
Tahun
2005 2006 2007 2008 2009
1.
Produksi perikanan
103 % 101,95 % 101,83 % 112 % 106 %
2.
Konsumsi ikan
100,3 % 100 % 99,7 % 100,2% 99,8%
3.
Cakupan bina kelompok
nelayan
37,5 % 25 % 37,5 % 62,5 % 100 %
4.
Produksi perikanan laut
81,8 % 92,2 % 94,7 % 112 % 98,9%
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikananan Kota Semarang, 2010
Produktivitas perikanan selama lima tahun terahir menunjukan hasil
yang positif, walaupun ada masa-masa dimana terjadi penurunan produksi.
Capaian kinerja pelayanan bidang perikanan kelautan tidak lepas dari upaya
Dinas Perikanan dan Kelautan dalam membina kelompok-kelompok nelayan
yang ada. Tantangan ke depan adalah bagaimana menjaga kelestarian sumber
daya hayati perikanan agar dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya kemakmuran
nelayan tanpa merusak lingkungan termasuk di dalamnya adalah upaya
antisipasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim yang terjadi. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 70
6. Perdagangan
Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan perdagangan selama
periode 2005-2009 pada masing-masing indikator sebagaimana tabel berikut.
Tabel 2.51
Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Perdagangan Kota Semarang
Tahun 2005-2009
No Indikator
Tahun
2005 2006 2007 2008 2009
1.
Kontribusi sektor
Perdagangan thd
PDRB
HB: 29.25 %
HK: 31.03 %
28.10 %
30.27 %
28.30 %
30.28 %
28.87 %
30.83 %
28.30 % *)
30.81 % *)
2.
Ekspor Bersih
Perdagangan (US$)
432.282.189,55 435.577.008,5 324.310.674,24 185.215.570,57 923.854.533,95
3.
Cakupan bina
kelompok
pedagang/usaha
informal
39% 45% 66% 27% 21%
4.
Jumlah sarpras
perdagangan
a. Pasar tradisional
b. b. Pasar modern
(swalayan)
c. Retail modern
47
47 47 47 47
Sumber : Produk Dosmetik Regional Bruto, BPS Kota Semarang 2009
Data Olahan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Semarang
Meningkatnya eksport perdagangan tidak lepas dari kinerja pelayanan
urusan perdagangan. Hasil tersebut tampak dari besarnya kontribusi sektor
perdagangan terhadap PDRB yang rata-rata mencapai 30 % dari harga konstan.
Berbagai layanan kemudahan eksport yang didukung sarana prasarana yang
mencukupi menjadikan urusan perdagangan mampu menjadi unggulan.
Pelayanan dukungan promosi maupun peningkatan kualitas produk unggulan
terus dilakukan seiring dengan persaingan global yang makin tajam. Persoalan
urusan perdagangan adalah bagaimana Kota Semarang mampu menjadikan kota
perdagangan sehingga mampu merebut peluang sebagai pusat ekspor barang . Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 71
7. Perindustrian
Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan perindustrian selama
periode 2005-2009 pada masing-masing indikator sebagaimana tabel berikut :
Tabel 2.52
Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Perindustrian Kota Semarang
Tahun 2005-2009
No Indikator
Tahun
2005 2006 2007 2008 2009
1.
Kontribusi sektor
Industri terhadap
PDRB
HB26.96 %
HK:27.84%
26.85 %
27.60 %
25.83 %
27.55 %
25.13 %
27.33 %
24.66 %
27.08 %
2.
Kontribusi industri
rumah tangga
terhadap PDRB
sektor Industri
3,8 % 3,6 % 3,9 % 3,9 % 3,9 %
3.
Pertumbuhan
Industri.
13,6 % 2,6 % 10,6 % 5,9 % 0,17 %
4.
Cakupan bina
kelompok
pengrajin
29% 38% 47% 34% 26%
Sumber : Produk Dosmetik Regional Bruto, BPS Kota Semarang 2009
Data Olahan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Semarang
Kinerja pelayanan sektor perdagangan sebenarnya tampak dari seberapa
besar cakupan bina kelompok pengrajin. Semakin besar cakupan bina kelompok
pengrajin maka akan semakin besar pula kontribusi sektor industri terhadap
PDRB. Sektor industri merupakan sektor unggulan yang memberikan kontribusi
besar terhadap PDRB. Oleh karena itu layanan pengembangan industri harus
tetap dilaksanakan dengan tetap mengedepankan tumbuhnya iklim investasi
yang kondusif dengan memperbesar cakupan industry kecil menengah serta
ramah lingkungan.
8. Transmigrasi
Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan transmigrasi selama periode
2005-2009 tidak menghasilkan kinerja mengingat sejalan dengan berkembangnya
semangat otonomi daerah, minat masyarakat untuk mengikuti transmigrasi tidak ada
walaupun upaya untuk melakukan dorongan dan motivasi terus dilakukan. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 72
2.5. ASPEK DAYA SAING
Daya saing merupakan kemampuan sebuah daerah untuk menghasilkan
barang dan jasa untuk mencapai peningkatan kualitas hidup masyarakat. Daya
saing daerah di Kota Semarang dapat dilihat dari aspek kemampuan ekonomi
daerah, fasilitas wilayah atau infrastruktur, iklim berinvestasi dan sumber daya
manusia.
1. Kemampuan Ekonomi Daerah
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak selalu mencerminkan distribusi
pendapatan yang adil dan merata. Sebab, pertumbuhan ekonomi yang tinggi
tidak akan banyak membawa tingkat kesejahteran masyarakat manakala
pertumbuhan tersebut hanya dinikmati oleh sekelompok kecil masyarakat
sedangkan masyarakat lain tidak menikmati. Kemampuan ekonomi juga dapat
dilihat dari produktivitas pada masing-masing sektor lapangan usaha PDRB Kota
Semarang. Produktivitas sektor PDRB dari tahun ke tahun mengalami
peningkatan sebesar 14,69 % per tahun.
Tabel 2.53
Aspek Daya Saing dalam Bidang Kemampuan Ekonomi Daerah
Kota Semarang Tahun 2005-2009
2007 2008 2009
Produktivitas daerah setiap sektor
1. Pertanian 321.780 365.094 414.238
2. Pertambangan dan Penggalian 52.326 57.062 62.227
3. Industri Pengolahan 7.147.347 7.883.532 8.695.545
4. Listrik, Gas dan Air Bersih 487.538 532.279 581.126
5. Bangunan 4.445.307 5.414.829 6.595.804
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 7.480.617 8.635.562 9.968.821
7. Pengangkutan dan Komunikasi 2.762.149 3.073.387 3.419.695
8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perush 772.160 889.126 1.023.810
9. Jasa 3.155.016 3.664.861 4.257.096
Uraian
Sumber : Semarang Dalam Angka th. 2009
Dari tabel tersebut, kontribusi sektor usaha terbesar terhadap PDRB Kota
Semarang adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran dan sektor Industri
Pengolahan serta sektor usaha bangunan. Pada tahun 2009 kontribusi masing-Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 73
masing sektor usaha tersebut adalah sebagai berikut : Perdagangan, Hotel dan
Restoran sebesar 29,86 %, industri pengolahan sebesar 24,52 %, dan sektor
bangunan sebesar 19,27%. Hal tersebut menggambarkan bahwa aktivitas
ekonomi masyarakat Kota Semarang didominasi oleh sektor perdagangan, hotel
dan restoran, sektor industri pengolahan dan sektor bangunan. Sektor
perdagangan dan jasa inilah yang akan kembangkan sebagai aktivitas utama
warga masyarakat.
2. Fasilitasi Wilayah/Infrastruktur
Pembangunan infrastruktur akan meningkatkan mobilitas manusia dan
barang antar daerah dan antara kabupaten/kota, yang meliputi fasilitas
transporlasi (jalan, jembatan, pelabuhan), fasilitas kelistrikan, fasilitas
komunikasi, fasilitas pendidikan, dan fasilitas air bersih. Tersedianya infrastruktur
yang memadai merupakan nilai tambah bagi perwujudan pembangunan suatu
kota.
a. Aksesbilitas Daerah
Kota Semarang selain merupakan ibu kota Provinsi Jawa Tengah, juga
merupakan jalur perlintasan dari wilayah barat (Jakarta) menuju wilayah
Timur (Surabaya) dan Selatan (Jogyakarta) atau sebaliknya sehingga Kota
Semarang merupakan penopang jalur distribusi perekonomian Jawa
Tengah. Kondisi infrastruktur merupakan unsur penting yang perlu
mendapatkan perhatian agar dapat berfungsi dengan optimal.Dalam
mendukung aksesibilitas, Kota Semarang memiliki panjang jalan yang
semakin meningkat dalam 5 tahun terakhir ini yaitu 2.762,62 km tahun
2005 menjadi 2.778,29 km pada tahun 2009. Daya saing lainnya di bidang
Sarana prasarana perhubungan adalah dimilikinya pelabuhan udara/laut,
terminal bus, stasiun kereta api yang mampu menghubungkan seluruh
kota di Indonesia. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 74
Tabel 2.54
Aspek Daya Saing dalam Bidang Aksesibilitas Daerah
Kota Semarang Tahun 2005-2009
2005 2006 2007 2008 2009
1. Rasio panjang jalan per jumlah kendaraan 0,0040 0,0037 0,0034 0,0032 0,0030
- Panjang jalan 2.762,62 2.762,62 2.771,54 2.778,29 2.778,29
- Jumlah kendaraan 695.168 751.407 810.034 867.901 919.699
2. Jumlah orang/penumpang terangkut angkutan umum
- orang terangkut 13.593.860 11.659.645 11.811.089 8.168.046 9.058.197
- barang terangkut 6.025.208 6.501.749 7.142.156 7.333.082 7.507.390
3. Jumlah orang.barang melalui dermaga/bandara/ terminal
- Dermaga
- orang 297.833 367.257 363.847 427.503 392.498
- barang 6.009.231 6.482.575 7.122.774 7.314.341 7.487.270
- Bandara
- orang 1.155.234 1.379.552 1.367.280 1.370.012 1.626.706
- barang 15.977.228 19.173.996 19.382.115 18.741.442 20.120.479
- Terminal
- orang 8.900.278 6.704.832 7.122.511 3.252.281
Uraian
Tahun
Sumber : Data Olahan Dinhubkominfo Kota Semarang, 2010
b. Penataan wilayah
Sebagaimana Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Semarang, penataan
wilayah Kota Semarang terbagi menjadi kawasan yang berfungsi lindung
dan kawasan yang berfungsi budidaya. Kawasan Lindung, meliputi
kawasan yang melindungi kawasan di bawahnya, kawasan lindung
setempat dan kawasan rawan bencana. Kawasan yang melindungi
kawasan di bawahnya adalah kawasan-kawasan dengan kemiringan >40%
yang tersebar di wilayah bagian Selatan. Kawasan lindung setempat adalah
kawasan sempadan pantai, sempadan sungai, sempadan waduk, dan
sempadan mata air. Kawasan lindung rawan bencana merupakan kawasan
yang mempunyai kerentanan bencana longsor dan gerakan tanah.
Kawasan Budidaya, merupakan kawasan yang secara karakteristik wilayah
dikembangkan sesuai dengan kondisi dan potensi wilayah. Kawasan yang
dikembangkan berdasarkan potensi dan karakteristik wilayah adalah
sebagai berikut :Kawasan Perdagangan dan Jasa, Kawasan Permukiman,
perdagangan dan Jasa, Kawasan Pendidikan, Kawasan Pemerintahan dan
Perkantoran, Kawasan Industri, Kawasan olahraga, Kawasan Wisata
/Rekreasi, Kawasan perumahan dan permukiman, Kawasan pemakaman
Umum, Kawasan Khusus dan Kawasan Terbuka Non Hijau. Namun seiring Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 75
dengan pesatnya perkembangan pembangunan Kota terdapat kompensasi
yang tak bisa dihindari dalam tata guna lahan, yaitu tingginya ratio
perubahan alih fungsi lahan. Hal ini ditandai dengan timbulnya pusat-pusat
kegiatan baru seperti kawasan industri, perdagangan/jasa dan tumbuhnya
kawasan-kawasan permukiman daerah pinggiran kota.
c. Ketersediaan air bersih
Penyediaan dan pengelolaan air bersih di Kota Semarang pada saat ini
terbagi ke dalam 2 (dua) sistem, yaitu sistem jaringan perpipaan yang
dikelola oleh PDAM dan sistem non perpipaan yang dikelola secara mandiri
oleh penduduk. Untuk pelayanan dengan sistem perpipaan meliputi hampir
seluruh kecamatan-kecamatan di Kota Semarang, kecuali Kecamatan Mijen
dan Kecamatan Gunungpati, Pemanfaatan air tanah (non perpipaan),
khususnya di Kota Semarang bagian bawah, seharusnya dihindarkan untuk
menghindarkan dampak lingkungan yang terjadi. Sistem jaringan perpipaan
di Kota Semarang ini pelayanan dan pengelolaannya dilakukan oleh PDAM
dengan cakupan pelayanan 15 kecamatan dari 16 kecamatan yang ada di
Kota Semarang. Daya saing ketersediaan air besih akan semakin membaik
dengan selesainya pembangunan waduk Jatibarang.
Tabel 2.55
Aspek Daya Saing dalam Bidang Ketersediaan Air Bersih
Kota Semarang Tahun 2005-2009
2005 2006 2007 2008 2009
Persentase RT menggunakan air
bersih
33,08 32,01 32,74 31,52 29,05
- Pemakaian Air Bersih RT 32.962.642 32.676.827 34.042.026 34.277.257 34.277.257
- RT berlangganan PDAM 112.915 112.650 115.358 117.844 120.204
- Jumlah RT 341.314 351.881 352.369 373.920 413.806
Uraian
Tahun
Sumber : Data Olahan Kantor PDAM Kota Semarang, 2010
d. Fasilitas listrik dan telepon
Perkembangan jaringan telekomunikasi beberapa tahun terakhir cukup
menggembirakan, terlihat dengan banyaknya satuan sambungan yang
dipasarkan kepada masyarakat. Jika dilihat dari sebaran tiap kecamatan
yang ada, maka jaringan telepon telah menjangkaunya seluruh kelurahan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 76
yang ada di tiap-tiap kecamatan. Ketersediaan daya listrik sangat
memungkinkan bagi pengembangan investasi.
Tabel 2.56
Aspek Daya Saing dalam Bidang Fasilitas Listrik dan Telepon
Kota Semarang Tahun 2005-2009
2005 2006 2007 2008 2009
Rasio ketersediaan daya listrik
- Daya listrik terpasang (semua gol tarif) 789,384,776 828,093,447 872,034,107 872.034.017*) 872.034.017*)
- Kebutuhan
Prosentase RT yang menggunakan listrik 85% 85% 86% 81% 73%
- RT yang menggunakan listrik 290,377 299,682 301,687 301.687*) 301.687*)
- Jumlah RT 341,314 351,881 352,369 373,920 413,806
Prosentase penduduk yang menggunakan
HP/Telpon - 58,12/56,10 64,79/35,11 74,65/31,93 -
Uraian
Tahun
Sumber : Kota Semarang Dalam Angka Tahun 2009, BPS Kota Semarang
e. Ketersediaan Fasilitas Perdagangan dan Jasa
Tersedianya fasilitas hotel dan restoran merupakan capaian kinerja daya
saing bidang perdagangan dan jasa. Pertumbuhan Hotel darn Restoran
baru yang terjadi selama ini merupakan salah satu bahwa pertanda bahwa
potensi ekonomi masyarakat masih akan terus meningkat seiring dengan
meningkatnya tingkat kesejahteraan masyarakat.
Tabel 2.57
Aspek Daya Saing dalam Bidang Ketersediaan Perdagangan dan
Jasa Kota Semarang Tahun 2005-2009
2005 2006 2007 2008 2009
1 Restoran 25 29 29 29 32
2 Rumah Makan 102 102 102 109 109
3 Cafe 14 14 14 19 19
4 Hotel Berbintang 28 28 28 28 34
5 Hotel non Berbintang 56 54 56 56 51
6 Pasar Tradisional
Pasar Kota 4 4 9 9 9
Pasar Wilayah 11 11 21 21 21
Pasar Lingkungan 29 29 37 37 37
7 Pasar Modern
Mall/ Plaza 11 11 12 12 13
Swalayan/Supermarket/Toserba 53 54 117 148 167
Pasar Grosir 3 3 3 3 3
Uraian
Tahun
No
Sumber : Data Olahan Bappeda Kota Semarang, 2010Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 77
3. Fasilitas Iklim Berinvestasi
Daya tarik investor untuk memanamkan modalnya sangat
dipengaruhi faktor-faktor seperti tingkat suku bunga, kebijakan perpajakan
dan regulasi perbankan, sebagai infrastruktur dasar yang berpengaruh
terhadap kegiatan investasi. Iklim investasi juga sangat dipengaruhi oleh
faktor-faktor lain yang mendorong berkembangnya investasi antar lain
fasilitas keamanan dan ketertiban wilayah, kemudahan proses perjinan,
dan ketersediaan sumberdaya manusia yang berkualitas dan mampu
bersaing. Dilihat peringkat daya saing investasi, sebagaimana berikut.
Tabel 2.58
Aspek Daya Saing Investasi dalam Bidang Peringkat Penghargaan Investasi
Daerah Kota Semarang Tahun 2005-2009
2005 2006 2007 2008 2009
1. Pro Investasi se-Jawa Tengah
Peringkat 3 - Peringkat 3 Peringkat 4 Peringkat 6
2. Kemudahan Investasi Kota Besar
Indonesia
- - - - Peringkat
13
3. Sertifikasi ISO 9001-2008 - - - - 9 Perijinan
Nama Prestasi
Tahun
Sumber BPPT Kota Semarang
a. Keamanan dan Ketertiban
Secara umum kondisi keamanan dan ketertiban sampai dengan tahun
2009 relatif kondusif bagi berlangsungnya aktivitas masyarakat maupun
kegiatan investasi. Berbagai tindakan kejahatan kriminalitass, unjuk rasa dan
mogok kerja yang merugikan dan mengganggu keamanan dan ketertiban
masyarakat dapat ditanggulangi dengan sigap oleh apratur pemerintah.
Situasi tersebut juga didorong oleh pembinaan keamanan dan ketertiban
masyarakat dengan melibatkan partisipasi masyarakat dalam menjaga
keamanan lingkungannya. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 78
Tabel 2.59
Aspek Daya Saing bidang Iklim Berinvestasi Kota Semarang Tahun
2005-2009
2005 2006 2007 2008 2009
1. Angka Kriminalitas
- Jumlah Kriminalitas 195 139 117 107 108
- Pertikaian antar warga 6 2 5 - -
2. Jumlah Demo
- Unjuk rasa (politik & ekonomi) 258 43 102 60 119
- Mogok kerja 5 2 1 0 0
Uraian
Tahun
Sumber : 8 Kel. Data Pengembangan SIPD, BPS Kota Semarang 2010
b. Kemudahan Perijinan
Faktor pendukung yang sangat erat kaitannya dalam melakukan
investasi adalah prosedur dan tata cara perolehan ijin atau pengurusan
ijin untuk berinvestasi. Proses perijinan dalam berinvestasi
dilaksanakan dengan pelayanan perijinan satu pintu (One Stop
Services), melalui Badan Pelayanan Perijinan Terpadu (BPPT) Kota
Semarang. Kepastian prosedur, waktu dan keamanan perijinan
merupakan kinerja utama pelayanan investasi.
Tabel 2.60
Aspek Daya Saing dalam Bidang Kemudahan Perijinanan
Kota Semarang Tahun 2005-2009
2005 2006 2007 2008 2009
Lama proses perijinan
- Jumlah ijin 8.020 8.911 9.902 12.726 15.309
- Jumlah hari (x) (x) sesuai SPP sesuai SPP sesuai SPP
Uraian
Tahun
Catatan : (x) Data tidak tersedia
Sumber : Data Olahan SPP-BPPT Kota Semarang, 2010
Dengan rangka memberikan kemudahan Pelayanan kepada masyarakat,
Pemerintah Kota telah melaksanakan pelayanan perijinan sesuai dengan SPP
(Standar Pelayanan Publik) dengan menjalankan OSS (one Stop Service) secara
konsisten, sehingga tercipta citra yang positif mengenai iklim investasi.
c. Pengenaan Pajak Daerah
Penerimaan pendapatan asli daerah (PAD) salah satunya berasal dari Pos
Pajak Daerah yang pelaksanaannya mendasarkan pada Peraturan perundangudangan yang berlaku.
Perkembangan penerimaan pajak selama tahun 2005 sampai dengan 2009
mengalami pertumbuhan yang meningkat dengan pertumbuhan rata-rata 22% Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 79
per tahun. Pada tahun 2005 penerimaan pajak daerah sebanyak
Rp. 295.920.738.676,- sampai dengan tahun 2009 menjadi sebesar
Rp. 619.479.144.948,-. Sedangkan jenis dan klasifikasi pengenaan pajak daerah
sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah Kota Semarang No. 10 Tahun 2007
tentang Biaya Pemungutan Pajak Daerah. Upaya penyesuaian terhadap regulasi
yang baru mutlak segera dilakukan agar daya saing di bidang pajak mampu
segera diakomodasi. Secara rinci penerimaan pendapatan asli daerah (PAD)
kota Semarang selama kurun waktu lima tahun sebagaimana tabel berikut.
Tabel 2.61
Aspek Daya Saing bidang Pengenaan Pajak Daerah Kota Semarang
Tahun 2005-2009
2005 2006 2007 2008 2009
1. Pajak Daerah
- Pajak daerah 814.120.538 1.366.490.201 366.062.375 22.188.743.528 23.000.974.050
- Pajak Restoran 1.019.522.341 1.503.299.089 851.025.259 21.089.741.652 24.811.040.343
- Pajak Reklame 69.447.500 406.369.250 844.883.420 16.824.197.531 16.063.853.958
- Pajak Penerangan Jalan 3.745.012.698 524.412.058 2.315.059.197 76.597.927.551 82.814.660.277
- Pajak Pengambilan Bahan Galian C 81.772 1.664.008 506.600 112.046.400 100.156.400
- Pajak Parkir 8.765.290 2.252.621.280 2.414.306.952 23.562.679.011 2.780.941.510
- Pajak Hiburan 216.517.585 4.832.539.716 4.564.000.000 4.084.858.928 4.933.660.602
2. Retribusi Daerah
- Rtribusi dari Dinas Pendidikan 876.789.000 936.695.000 1.052.019.500 1.182.304.000 -
- Retribusi dari Dinas Kesehatan 4.317.853.905 4.718.060.581 4.850.286.317 3.713.280.772 3.631.995.000
- Retribusi RSUD 11.587.381.768 4.718.060.581 2.557.968.300 25.056.418.577 27.687.010.044
- Retribusi DPU 101.591.850 2.497.638.750 2.948.722.100 3.150.935.971 -
- Retribusi DTKP 16.210.006.810 60.360.233.500 3.784.757.660 18.624.074.995 14.816.299.082
- Retribusi Dinas Kebakaran 27.263.000 28.032.500 18.405.000 34.731.000 39.145.000
- Retribusi Pertamanan 327.154.450 6.360.233.500 120.987.500 12.343.349.200 -
- Retribusi BLH 100.825.000 112.110.000 121.915.000 138.540.000 185.930.000
- Retribusi Kebersihan 5.418.004.083 5.531.580.553 5.653.347.500 5.822.427.925 5.952.604.012
- Retribusi Dispenduk Capil 2.895.956.000 35.697.633.500 3.600.275.500 5.822.427.925 5.952.604.012
- Retribusi Dinas Budaya Pariwisata 898.825.700 1.058.437.250 1.929.031.510 3.232.390.683 2.524.391.800
- Retribusi Dinas Pasar 7.971.795.472 7.941.473.889 6.175.306.020 9.824.245.886 12.097.540.723
- Retribusi Dinas Perhubungan
- Tempat Khusus Parkir 499.565.000 496.062.000 513.649.000 466.661.000 519.859.000
- Tempat Terminal 432.722.250 326.183.300 365.299.300 362.020.300 333.390.200
- Tempat Pengujian Kendaraan 4.332.963.200 4.621.849.110 2.231.698.300 4.824.373.600 4.214.514.490
- Parkir tepi jalan umum 979.729.158 1.350.543.669 5.962.280.950 1.940.869.900 1.583.697.100
- Retribusi Sekda 771.304.782 909.630.400 1.057.862.600 6.236.699.235 -
- Retribusi Disospora - - - - 2.112.665.250
- Retribusi PSDA - - - - 78.700.000
- Retribusi Bina Marga - - - - 2.997.110.965
- Retribusi PJPR - - - - 12.669.944.300
3. Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak
- PBB 58.923.184.632 69.709.767.169 86.909.685.684 101.063.831.233 110.326.958.196
- BPHTB 42.525.163.172 52.558.654.386 59.103.394.867 81.242.908.408 80.697.709.086
- PPH OPDN & Pasal 21 25.316.551.632 25.054.215.226 31.363.363.113 45.449.289.132 25.037.115.402
- PPH Ps 25/29 - - - 870.685.527 30.433.825.506
- SDA - 957.947.262 1.399.541.725 1.279.583.733 1.095.964.143
- BahanBakar Kendaraan Bermotor 23.010.132.337 45.913.232.705 43.740.013.891 48.978.502.712 56.054.576.939
- Pajak Kendaraan Bermotor 82.522.507.751 78.270.526.071 51.775.744.654 59.224.119.299 63.168.610.815
- Bagi Hasil P2AP - 504.533.464 699.851.293 793.675.343 758.696.743
295.920.738.676 421.520.729.968 329.291.251.087 606.138.540.957 619.476.144.948
Uraian
Tahun
Sumber : Data Olahan DPKAD Kota Semarang, 2010Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 80
4. Sumber Daya Manusia
Jumlah penduduk suatu daerah bisa jadi merupakan asset manakala
kualitas tenaga kerja yang tersedia sama dengan lapangan kerja yang tersedia.
Struktur dan Komposisi penduduk berdasarkan rasio ketergantungan penduduk
semarang masih sangat ideal. Sedangkan dari sisi kualitas sumber daya
manusia, dengan banyaknya perguruan tinggi dan lembaga-lembaga ketrampilan
yang ada, akan mampu menopang kebutuhan pasar. Secara umum daya saing
sumber daya manusia dapat dilihat dalam tabel di bawah ini :
Tabel 2.62
Aspek Daya Saing dalam Bidang Sumber Daya Manusia Kota
Semarang Tahun 2005-2009
2005 2006 2007 2008 2009
1. Penduduk < 15 dan > 64 tahun 370,234 373,024 378,709 385,983 392,565
2. Penduduk 15 - 64 tahun 1,050,184 1,061,001 1,075,885 1,095,661 1,114,359
Rasio Ketergantungan 35.25% 35.16% 35.20% 35.23% 35.23%
Uraian
Tahun
sumber : Kota Semarang Dalam Angka, BPS Kota Semarang Th. 2009
Aspek daya saing PTN/PTS merupakan daya tarik yang strategis yang
dapat berfungsi sebagai multiplier effect pada kawasan pinggiran yang
pertumbuhannya stagnan atau belum berkembang, sehingga dapat
meningkatkan investasi dan sebagai upaya pemerataan pertumbuhan wilayah
pinggiran .
Tabel 2.63
Aspek Daya Saing dalam Jumlah PTN/ PTS
di Kota Semarang Tahun 2005-2009
2005 2006 2007 2008 2009
Perguruan Tinggi Negeri 3 3 3 3 3
Perguruan Tinggi Swasta 56 59 59 59 60
Uraian
Tahun
sumber : Kota Semarang Dalam Angka, BPS Kota Semarang Th. 2009
Dilihat dari tabel diatas dari tahun 2005 sampai dengan 2009 jumlah PTS
di Kota Semarang menunjukkan peningkatan yang cukup baik, hal ini
dimungkinkan karena kondisi Kota Semarang yang kondusif dan aman, sehingga
menjadi salah satu faktor daya tarik orang tua untuk menyekolahkan anaknya di
Kota Semarang.Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 II - 81
Semakin berkembangnya sarana prasarana kesehatan yang lebih lengkap
dan modern di Kota Semarang, diharapkan dapat menjadikan Kota Semarang
sebagai kota destinasi bagi masyarakat luar untuk datang dengan tujuan
memperoleh pelayanan kesehatan yang lebih baik.
Dilain pihak dengan semakin adanya kemudahan dalam berinvestasi dan
didukung dengan infrastruktur Kota yang memadai diharapkan Semarang juga
menjadi tujuan investor untuk menanamkan modalnya dalam bentuk pelayanan
kesehatan.
Tabel 2.64
Aspek Daya Saing dalam Jumlah Sarana Prasarana Rumah Sakit
di Kota Semarang Tahun 2005-2009
2005 2006 2007 2008 2009
1 Rumah Sakit Umum
Type A - - - - 1
Type B 4 5 5 5 4
Type C 8 8 9 9 11
Type D 2 1 1 1 1
Type E - - -
2 Rumah Sakit Jiwa 1 1 1 1 1
3 Rumah Sakit Paru-paru - - - - -
4 Rumah Sakit Kusta - - - - -
5 Rumah Sakit OP - - - -
6 Rumah Sakit Bedah Plastik 1 1 1 1 1
7 Rumah Sakit Bersalin 4 4 4 4 3
8 Rumah Sakit Ibu & Anak (RSIA) 4 4 4 4 5
9 Rumah Bersalin/ Pondok Bersalin 23 23 23 23 29
10 Puskesmas
- Puskesmas Perawatan 11 11 11 11 13
- Puskesmas non Perawatan 26 26 26 26 24
12 Puskesmas Pembantu 34 33 33 33 34
13 Puskesling 37 37 37 37 37
14 Kelurahan PKMD 177 177 177 177 177
15 Posyandu yang ada 1.393 1.446 1.454 1.454 1.496
16 Posyandu yang aktif 1.383 1.442 1.454 1.454 1.496
17 Kader Kesehatan yang ada 9.694 10.474 10.900 10.900 11.049
18 Kader Kesehatan yang aktif 8.213 9.173 9.238 9.238 11.049
19 Apotik 258 310 316 316 360
20 Pedagang Besar Farmasi 254 254 254 254 254
21 Industri Farmasi 25 25 25 25 25
22 Laboratorium Klinik Swasta 30 31 33 33 33
No. Uraian
Tahun
sumber : Kota Semarang Dalam Angka, BPS Kota Semarang Th. 2009