Rencana Induk Industri

104
1 LAMPIRAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : ...... TAHUN …… TANGGAL : ...... RENCANA INDUK PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN 2015-2035 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan industri ke depan ditujukan agar sektor industri dapat tumbuh lebih cepat sehingga dapat berperan lebih besar dalam penciptaan nilai tambah yang berujung pada peran sektor industri pada peningkatan pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja. Peningkatan pertumbuhan dan peran sektor industri tersebut akan dapat dicapai apabila berbagai permasalahan yang dihadapi saat ini dapat diatasi, yaitu: 1. masih lemahnya daya saing industri nasional; 2. belum kuat dan belum dalamnya struktur industri nasional; 3. masih terkonsentrasinya kegiatan industri di Pulau Jawa; dan 4. belum optimalnya regulasi pemerintah dalam mendukung kemajuan sektor industri. Undang-Undang No. 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian disusun dengan tujuan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Undang-undang tersebut memberikan peran yang lebih besar kepada pemerintah dalam mendorong kemajuan industri nasional secara terencana. Peran tersebut diperlukan sebagai jawaban terhadap gagalnya mekanisme pasar dalam mengarahkan perekonomian nasional untuk tumbuh lebih cepat dan mengejar ketertinggalan dari negara lain yang lebih dahulu maju. Sesuai dengan amanah Undang-Undang No. 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian, peran pemerintah dalam mendorong kemajuan sektor industri ke depan dilakukan secara terencana serta disusun secara sistematis dalam suatu dokumen perencanaan. Dokumen perencanaan tersebut harus menjadi pedoman dalam menentukan arah kebijakan pemerintah dalam mendorong pembangunan sektor industri dan menjadi panduan bagi seluruh pemangku kepentingan yang terlibat dalam pembangunan industri nasional. Draf tanggal 25 Juli 2014

description

Rencana Induk Industri

Transcript of Rencana Induk Industri

  • 1

    LAMPIRAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : ...... TAHUN TANGGAL : ......

    RENCANA INDUK PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN 2015-2035

    I. PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Pembangunan industri ke depan ditujukan agar sektor industri dapat

    tumbuh lebih cepat sehingga dapat berperan lebih besar dalam

    penciptaan nilai tambah yang berujung pada peran sektor industri pada

    peningkatan pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja.

    Peningkatan pertumbuhan dan peran sektor industri tersebut akan

    dapat dicapai apabila berbagai permasalahan yang dihadapi saat ini

    dapat diatasi, yaitu:

    1. masih lemahnya daya saing industri nasional;

    2. belum kuat dan belum dalamnya struktur industri nasional;

    3. masih terkonsentrasinya kegiatan industri di Pulau Jawa; dan

    4. belum optimalnya regulasi pemerintah dalam mendukung kemajuan

    sektor industri.

    Undang-Undang No. 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian disusun

    dengan tujuan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Undang-undang

    tersebut memberikan peran yang lebih besar kepada pemerintah dalam

    mendorong kemajuan industri nasional secara terencana. Peran tersebut

    diperlukan sebagai jawaban terhadap gagalnya mekanisme pasar dalam

    mengarahkan perekonomian nasional untuk tumbuh lebih cepat dan

    mengejar ketertinggalan dari negara lain yang lebih dahulu maju.

    Sesuai dengan amanah Undang-Undang No. 3 Tahun 2014 tentang

    Perindustrian, peran pemerintah dalam mendorong kemajuan sektor

    industri ke depan dilakukan secara terencana serta disusun secara

    sistematis dalam suatu dokumen perencanaan. Dokumen perencanaan

    tersebut harus menjadi pedoman dalam menentukan arah kebijakan

    pemerintah dalam mendorong pembangunan sektor industri dan menjadi

    panduan bagi seluruh pemangku kepentingan yang terlibat dalam

    pembangunan industri nasional.

    Draf tanggal 25 Juli 2014

  • 2

    B. Tujuan

    Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) disusun sebagai

    pelaksanaan amanat pasal 8 ayat 1, Undang-Undang No. 3 tahun 2014,

    dan menjadi pedoman bagi pemerintah dan pelaku Industri dalam

    perencanaan dan pembangunan Industri sehingga tercapai tujuan

    penyelenggaraan Perindustrian, yaitu:

    1. mewujudkan Industri nasional sebagai pilar dan penggerak

    perekonomian nasional;

    2. mewujudkan kedalaman dan kekuatan struktur Industri;

    3. mewujudkan Industri yang mandiri, berdaya saing, dan maju, serta

    Industri Hijau;

    4. mewujudkan kepastian berusaha, persaingan yang sehat, serta

    mencegah pemusatan atau penguasaan Industri oleh satu kelompok

    atau perseorangan yang merugikan masyarakat;

    5. membuka kesempatan berusaha dan perluasan kesempatan kerja;

    6. mewujudkan pemerataan pembangunan Industri ke seluruh wilayah

    Indonesia guna memperkuat dan memperkukuh ketahanan nasional;

    dan

    7. meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat secara

    berkeadilan.

    RIPIN memiliki masa berlaku untuk jangka waktu 20 tahun, dan bila

    diperlukan dapat ditinjau kembali setiap 5 (lima) tahun.

    C. Perkembangan Lingkungan Strategis

    1. Dinamika Terkait Sektor lndustri

    Sektor industri bersifat dinamis seiring dengan perubahan yang terjadi

    di dalam sektor industri itu sendiri maupun di luar lingkungan

    industri. Sifat dinamis ini penting agar sektor industri dapat selalu

    beradaptasi. Beberapa faktor telah terbukti dan diakui memiliki

    pengaruh penting terhadap perkembangan sektor industri nasional di

    masa depan antara lain:

    a. Peningkatan jumlah, perubahan komposisi, dan peningkatan

    kesejahteraan penduduk

    Saat ini, Indonesia adalah negara keempat dalam daftar

    berpenduduk terbesar di dunia, dan diperkirakan akan terus

    bertambah menjadi 280 juta pada tahun 2025 dan 313 juta pada

  • 3

    tahun 2035. Besarnya jumlah penduduk merupakan pasar

    potensial bagi industri barang konsumsi dan industri

    pendukungnya, termasuk industri komponen. Selain itu, komposisi

    struktur demografi penduduk berusia produktif yang lebih besar

    merupakan peluang bagi peningkatan produktivitas industri

    nasional. Peningkatan potensi pasar dan produktivitas akan

    berpengaruh pada peningkatan kesejahteraan penduduk melalui

    peningkatan pendapatan per kapita.

    b. Perkembangan teknologi

    Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di masa depan

    akan difokuskan pada nanotechnology, biotechnology, information

    technology dan cognitive science, dengan fokus aplikasi pada bidang

    energi, pangan, dan lingkungan. Teknologi telah menjadi komoditi

    yang memudahkan tata cara penguasaannya oleh industri.

    Perkembangan teknologi tersebut akan berpengaruh pada

    perkembangan sektor industri nasional sehingga perlu disiapkan

    sistem serta strategi alih teknologi dan inovasi teknologi yang

    sesuai, diantaranya peningkatan pembiayaan kegiatan penelitian

    dan pengembangan (R&D), termasuk sinergi antara pemerintah,

    industri, lembaga penelitian dan pengembangan, serta perguruan

    tinggi.

    c. Globalisasi proses produksi

    Globalisasi perdagangan dan investasi berdampak pada pelibatan

    industri nasional dalam rantai pasok global dimana penciptaan

    nilai tambah melalui proses produksi tersebar di banyak lokasi atau

    negara. Globalisasi proses produksi meningkatkan keterlibatan

    industri nasional, investasi asing, dan alih teknologi. Perdagangan

    komponen diprediksi akan semakin mendominasi struktur

    perdagangan antar negara. Keterlibatan industri nasional dalam

    rantai pasok global juga berpotensi pada kerentanan terhadap

    gejolak perekonomian dunia. Oleh karena itu, kebijakan

    kemandirian dan ketahanan industri nasional menjadi sangat

    penting di masa depan.

    d. Kelangkaan energi

    Sejalan dengan pertumbuhan industri dan ekonomi, akan terjadi

    kelangkaan energi seiring dengan meningkatnya kebutuhan energi

  • 4

    pada 20 tahun kedepan. Untuk menjamin keberlangsungan

    pembangunan industri diperlukan kebijakan penghematan dan

    diversifikasi energi serta perhatian yang lebih besar terhadap

    pengembangan sumber energi terbarukan.

    e. Kelangkaan Bahan Baku Tidak Terbarukan

    Eksploitasi sumber daya alam tidak terbarukan yang terus menerus

    akan mengakibatkan berkurangnya sumber daya tersebut yang

    akan berakibat pada kelangkaan bahan baku bagi industri, yang

    dikenal dengan resources displacement. Kondisi ini harus

    diantisipasi oleh industri hulu yang mengolah sumber daya alam

    tidak terbarukan, yaitu industri-industri yang berbasis migas-

    batubara dan mineral. Kelangkaan bahan baku tidak terbarukan

    dapat mengakibatkan industri tersebut tidak dapat beroperasi lagi

    atau akan mengakibatkan industri beroperasi dengan biaya yang

    tinggi sehingga tidak kompetitif.

    f. Peningkatan kepedulian terhadap lingkungan hidup

    Peningkatan pertumbuhan sektor industri perlu diikuti dengan

    peningkatan kesadaran untuk menjaga kelestarian lingkungan

    untuk menjamin keberlanjutan sektor industri di masa depan.

    Pembangunan industri hijau (green industry) perlu lebih

    diprioritaskan melalui penyediaan produk industri dan penggunaan

    teknologi proses produksi yang lebih ramah lingkungan. Instrumen

    terkait industri hijau (seperti eco product, energi terbarukan dan

    ramah lingkungan, serta bahan-bahan berbahaya dan beracun)

    akan semakin berperan dalam regulasi perdagangan global di masa

    depan yang tentunya perlu diantisipasi oleh sektor industri.

    g. Peningkatan kebutuhan pangan

    Industri pangan berkembang dalam kapasitas, diversifikasi dan

    mutu produknya sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk,

    serta daya beli dan tingkat pendidikan konsumen. Peningkatan

    pendapatan penduduk Indonesia yang merupakan konsekuensi

    logis dari pertumbuhan ekonomi sekitar 6 persen per tahun telah

    menghasilkan pertumbuhan kelas menengah yang cukup cepat.

    Kelompok kelas menengah ini juga menjadi salah satu pendorong

    dari perkembangan kebutuhan pangan, tidak hanya dari sisi

    kuantitas, tetapi juga dari sisi kualitas produk pangan, penyajian

  • 5

    yang menarik, cepat dan praktis, serta standar higienisme yang

    lebih tinggi dan harga yang kompetitif dan terjangkau. Kebutuhan

    akan produk pangan yang sehat, aman, dan halal semakin tinggi.

    Industri pangan fungsional dan pangan untuk kebutuhan khusus

    juga akan semakin meningkat di masa datang.

    h. Paradigma manufaktur

    Perubahan paradigma industri yang mengikuti tumbuhnya

    perhatian pada faktor daya saing terutama faktor kualitas dan

    fleksibilitas adalah perubahan sistem manufaktur dari mass

    production menjadi mass customization. Pada sistem manufaktur

    mass customization, dikenal strategi price minus dimana perhatian

    pertama diberikan pada perancangan untuk menghasilkan kualitas

    produk sesuai dengan kebutuhan pelanggan yang dilanjutkan

    dengan pertimbangan pasar agar dapat digunakan untuk

    menetapkan harga, selanjutnya aspek investasi menjadi penentu

    untuk menetapkan biaya produksi. Dengan karakteristik ini,

    perhatian diberikan pada tahap perencanaan yang mencakup

    kualitas produk dan penerimaan di pasar (market acceptability).

    i. Alih daya produksi dan kolaborasi

    Strategi price minus berdampak pada kelayakan produksi karena

    biaya produksi untuk menghasilkan produk dengan tingkat

    kualitas tertentu telah ditetapkan, sehingga industri harus mencari

    cara bagaimana agar proses produksi dapat dilakukan dengan

    benar. Pada kondisi ini, sebuah industri belum tentu mampu

    mengerjakan seluruh proses produksi, sehingga industri mulai

    mencari mitra yang memungkinkan melaksanakan proses yang

    direncanakan. Aktivitas process outsourcing merupakan suatu

    alternatif yang berkembang, bahkan banyak industri di negara

    maju yang melaksanakan seluruh proses produksinya di negara

    berkembang, atau dikenal sebagai relokasi industri, artinya

    outsourcing tidak hanya pada seluruh proses tetapi juga termasuk

    penggunaan sumberdaya manusia (people outsourcing).

    2. Perjanjian Kerjasama Perdagangan Internasional

    Perjanjian kerjasama perdagangan internasional antar negara baik

    secara bilateral, regional maupun multilateral yang terus meningkat,

    telah dan akan mempengaruhi situasi dan kondisi lingkungan

  • 6

    strategis, termasuk mempengaruhi kebijakan pemerintah di sektor

    industri di masa yang akan datang. Beberapa perjanjian kerjasama

    perdagangan yang melibatkan Indonesia antara lain:

    a. perjanjian kerjasama perdagangan multilateral (WTO);

    b. perjanjian kerjasama perdagangan regional (ASEAN, Regional

    Comprehensive Economic Partnership - RCEP dan Trans Pacific

    Partnership - TPP); dan

    c. perjanjian kerjasama perdagangan bilateral (Indonesia-Japan

    Economic Partnership Agreement - IJEPA, Indonesia-EFTA

    Comprehensive Partnership Agreement - IE-CEPA, Indonesia-

    Australia CEPA, Indonesia-India CECA, Indonesia-Korea CEPA, dan

    Indonesia-EU CEPA).

    Adanya perjanjian kerjasama perdagangan tersebut berdampak pada

    beberapa hal berikut:

    a. semakin meningkatnya Foreign Direct Investment (FDI) karena daya

    tarik potensi pasar Indonesia (dengan populasi mendekati 350 juta

    jiwa dalam 20 tahun ke depan) atau karena daya tarik potensi

    sumber daya alam atau bahan baku yang dimiliki Indonesia;

    b. semakin meningkatnya transaksi perdagangan global oleh Trans

    National Corporation (TNC) yang menjadikan industri di Indonesia

    sebagai bagian dari Rantai Nilai Global (Global Value Chains

    GVCs). Melalui sistem GVCs kegiatan perdagangan (ekspor dan

    impor) lintas negara semakin meningkat (GVCs oleh TNCs mewakili

    80% perdagangan global 2013);

    c. semakin berkurangnya instrumen perlindungan, baik yang bersifat

    tarif maupun non-tarif, bagi pengembangan, ketahanan maupun

    daya saing industri di dalam negeri;

    d. semakin derasnya arus impor produk barang dan jasa yang

    berpotensi mengancam kondisi neraca perdagangan dan neraca

    pembayaran; dan

    e. semakin ketatnya persaingan antara pekerja asing dan pekerja

    domestik sebagai akibat pergerakan pekerja terampil secara lebih

    bebas.

    3. Kebijakan Otonomi Daerah

    Berlakunya UU No 22 dan 25 tahun 1999 menandai perubahan

    paradigma pembangunan termasuk dalam hal hubungan antar tingkat

    pemerintahan. Penyempurnaan kedua undang-undang tersebut

  • 7

    menjadi UU No 32 dan 33 tahun 2004 yang menegaskan tata kelola

    hubungan antara pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota.

    Secara prinsip pelaksanaan otonomi daerah atau desentralisasi di

    Indonesia diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan

    masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran

    serta masyarakat.

    Melalui Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 diatur

    pembagian urusan pemerintahan menjadi urusan pemerintahan yang

    menjadi kewenangan pemerintah dan urusan pemerintahan yang

    menjadi kewenangan pemerintahan daerah yang dibagi menjadi

    urusan wajib dan pilihan. Dalam kaitannya dengan sektor industri,

    dengan adanya pembagian urusan pemerintahan tersebut ada banyak

    peluang yang dapat dimanfaatkan oleh daerah provinsi, kabupaten

    dan kota. Pemanfaatan peluang akan mempercepat pertumbuhan dan

    pengembangan industri di daerah serta meminimalkan

    ketidakmerataan penyebaran industri di wilayah Indonesia.

  • 8

    II. VISI DAN MISI PEMBANGUNAN INDUSTRI

    Visi Pembangunan Industri Nasional pada tahun 2035 adalah Menjadi

    Negara Industri Tangguh yang bercirikan:

    1. Struktur industri nasional yang kuat, dalam, sehat dan berkeadilan

    2. Industri yang berdaya saing tinggi di tingkat global

    3. Industri yang berbasis inovasi dan teknologi

    Dalam rangka mewujudkan visi tahun 2035 tersebut di atas, pembangunan

    industri nasional mengemban misi sebagai berikut:

    1. mewujudkan Industri nasional sebagai pilar dan penggerak

    perekonomian nasional;

    2. mewujudkan kedalaman dan kekuatan struktur Industri;

    3. mewujudkan Industri yang mandiri, berdaya saing, dan maju, serta

    Industri Hijau;

    4. mewujudkan kepastian berusaha, persaingan yang sehat, serta

    mencegah pemusatan atau penguasaan Industri oleh satu kelompok

    atau perseorangan yang merugikan masyarakat;

    5. membuka kesempatan berusaha dan perluasan kesempatan kerja;

    6. mewujudkan pemerataan pembangunan Industri ke seluruh wilayah

    Indonesia guna memperkuat dan memperkukuh ketahanan nasional;

    dan

    7. meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat secara

    berkeadilan.

  • 9

    III. SASARAN, STRATEGI DAN TAHAPAN PEMBANGUNAN INDUSTRI

    A. Sasaran Pembangunan Industri

    Sasaran Pembangunan Industri Nasional adalah sebagai berikut:

    1. Meningkatnya pertumbuhan industri yang diharapkan dapat

    mencapai pertumbuhan 2 digit pada tahun 2035 sehingga share

    industri terhadap PDB mencapai 30 persen.

    2. Meningkatnya penguasaan pasar dalam dan luar negeri dengan

    mengurangi ketergantungan terhadap impor bahan baku, penolong

    dan barang modal, serta meningkatkan ekspor produk industri.

    3. Tercapainya percepatan penyebaran dan pemerataan industri ke

    seluruh wilayah Indonesia.

    4. Meningkatnya pengembangan inovasi dan penguasaan teknologi.

    5. Meningkatnya penyerapan tenaga kerja yang kompeten di sektor

    industri.

    6. Kuatnya struktur industri dengan tumbuhnya industri hulu dan

    antara yang berbasis sumber daya alam.

    Sasaran pembangunan sektor industri yang akan dicapai pada tahun

    2015 sampai dengan tahun 2035 seperti terlihat pada tabel berikut.

    Tabel 1. Sasaran Pembangunan Industri Tahun 2015 s.d. 2035 (persen)

    NO Indikator Pembangunan

    Industri Satuan 2014 2015 2020 2025 2035

    1 Pertumbuhan sektor Industri

    Non Migas % 6,18 6,83 8,51 9,11 10,46

    a. Makanan, Minuman dan

    Tembakau 5,35 5,64 6,99 7,26 7,68

    b. Tekstil, Brg. kulit & Alas

    kaki 5,60 5,86 7,10 7,37 8,20

    c. Brg. kayu & Hasil hutan

    lainnya. 6,06 6,12 6,04 6,45 6,81

    d. Kertas dan Barang cetakan

    3,69 4,07 4,67 5,65 6,33

    e. Pupuk, Kimia & Barang

    dari karet 2,07 3,23 7,98 8,29 10,22

    f. Semen & Brg. Galian

    bukan logam 3,19 4,66 6,83 8,30 9,55

    g. Logam Dasar Besi & Baja

    5,69 6,78 5,60 6,82 7,15

    h. Alat Angk., Mesin &

    Peralatannya 9,07 9,80 10,73 11,16 12,24

    i. Barang lainnya

    3,24 2,69 3,12 4,05 5,44

    2 Share Industri non migas

    terhadap PDB % 21,06 21,22 24,88 27,44 30,00

  • 10

    NO Indikator Pembangunan

    Industri Satuan 2014 2015 2020 2025 2035

    3 Share ekspor produk industri

    terhadap total ekspor % 62,86 66,26 69,85 73,46 78,39

    4 Jumlah tenaga kerja di sektor

    industri

    Juta

    orang 14,88 15,44 18,44 21,73 29,19

    5

    Rasio impor bahan baku

    sektor industri terhadap PDB

    sektor industri non migas

    % 43,52 43,08 26,98 23,00 20,00

    6 Nilai Investasi sektor industri Rp

    Trilyun 210 270 510 1.000 1.930

    a. Investasi di P Jawa

    terhadap total investasi

    sektor industri

    % 72 69 62 55 40

    b. Investasi di luar P Jawa

    terhadap total investasi

    sektor industri

    % 28 31 38 45 60

    7

    Persentase nilai tambah

    sektor industri yang

    diciptakan di luar Pulau Jawa

    % 29,00 30,00 32,00 35,00 40,00

    B. Strategi Pembangunan Industri

    Strategi yang ditempuh untuk mencapai sasaran pembangunan industri

    nasional adalah sebagai berikut :

    1. Mengembangkan industri hulu dan antara berbasis sumber daya

    alam

    2. Pengendalian Ekspor Bahan Mentah dan Sumber Energi

    3. Meningkatkan penguasaan teknologi dan kualitas SDM industri.

    4. Mengembangkan Wilayah Pengembangan Industri (WPI), Wilayah

    Pusat Pertumbuhan Industri (WPPI), Kawasan Industri (KI), dan

    Sentra Industri Kecil dan Menengah.

    5. Menyediakan langkah-langkah afirmatif berupa perumusan

    kebijakan, penguatan kapasitas kelembagaan dan pemberian

    fasilitas

    6. Pembangunan sarana dan prasarana Industri

    7. Pembangunan industri hijau

    8. Pembangunan industri strategis

    9. Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri

    10. Kerjasama internasional bidang industri

    C. Pentahapan Pembangunan Industri

  • 11

    Pentahapan pembangunan industri prioritas dilakukan dalam jangka

    menengah (sesuai periode perencanaan pemerintah) dan jangka panjang

    (sesuai dengan periode berlakunya Undang-Undang Nomor 3 Tahun

    2014 tentang Perindustrian). Sejalan dengan Rencana Pembangunan

    Jangka Panjang Nasional (RPJPN), tahapan dan arah rencana

    pembangunan industri nasional diuraikan sebagai berikut:

    1. Tahap I (2015-2020)

    Arah rencana pembangunan industri nasional pada tahap ini

    dimaksudkan untuk "meningkatkan nilai tambah sumber daya alam

    pada industri hulu berbasis agro, mineral dan migas, yang diikuti

    dengan pembangunan industri pendukung dan andalan secara

    selektif melalui penyiapan SDM yang ahli dan kompeten di bidang

    industri, serta meningkatkan penguasaan teknologi."

    2. Tahap II (2020-2025)

    Arah rencana pembangunan industri nasional pada tahap ini

    dimaksudkan untuk "mencapai keunggulan kompetitif dan

    berwawasan lingkungan melalui penguatan struktur industri dan

    penguasaan teknologi, serta didukung oleh SDM yang berkualitas."

    3. Tahap III (2025-2035)

    Arah rencana pembangunan industri nasional pada tahap ini

    dimaksudkan untuk "menjadikan Indonesia sebagai Negara Industri

    Tangguh yang bercirikan struktur industri nasional yang kuat dan

    dalam, berdaya saing tinggi di tingkat global, serta berbasis inovasi

    dan teknologi."

    Tahapan pembangunan industri secara ringkas dapat digambarkan

    sebagai berikut:

    Gambar 1. Tahapan Pembangunan Industri Nasional.

  • 12

    IV. BANGUN INDUSTRI NASIONAL

    Bangun industri nasional berisikan industri andalan masa depan, industri

    pendukung, dan industri hulu, dimana ketiga kelompok industri tersebut

    memerlukan modal dasar berupa sumber daya alam, sumber daya

    manusia, serta teknologi, inovasi dan kreativitas. Pembangunan industri di

    masa depan tersebut juga memerlukan prasyarat berupa ketersediaan

    infrastruktur dan pembiayaan yang memadai, serta didukung oleh

    kebijakan dan regulasi yang efektif.

    A. Karakteristik Industri Nasional Di Masa Depan

    Industri Nasional pada tahun 2035 memiliki karakteristik sebagai

    berikut:

    1. Industri Manufaktur Kelas Dunia (World Class Manufacturing), yang

    memiliki basis industri yang kuat dengan kondisi:

    a. Tumbuh dan berkembangnya industri manufaktur dengan

    berbasis sumber daya nasional;

    b. Terbangunnya modal dasar dan prasyarat pembangunan

    industri;

    c. Terbentuknya daya saing yang kuat di pasar internasional.

    2. Struktur industri yang kuat sebagai motor penggerak utama (prime

    mover) perekonomian dengan ciri sebagai berikut:

    a. Mempunyai kaitan (linkage) yang kuat dan sinergis antar sub

    sektor industri dan dengan berbagai sektor ekonomi lainnya;

    b. Memiliki kandungan lokal yang tinggi;

    c. Menguasai pasar domestik;

    d. Memiliki produk unggulan industri masa depan;

    e. Dapat tumbuh secara berkelanjutan;

    f. Mempunyai daya tahan (resilience) yang tinggi terhadap gejolak

    perekonomian dunia.

    3. Sinergitas yang kuat antara industri kecil, menengah, dan besar yang

    menjalankan perannya sebagai sebuah rantai pasok (supply chain).

    Sinergitas tersebut harus dibangun melalui hubungan yang saling

    menguntungkan dan saling membutuhkan antar skala usaha sektor

    industri secara nasional.

    4. Pentingnya peran dan kontribusi industri manufaktur terhadap

    Ekonomi Nasional sebagai tumpuan bagi penciptaan lapangan kerja,

    penciptaan nilai tambah, penguasaan pasar domestik, pendukung

    pembangunan berkelanjutan, serta menghasilkan devisa.

  • 13

    B. Kerangka Pikir Pembangunan Industri Nasional

    Bangun Industri Nasional berisikan industri-industri prioritas yang

    terdiri dari industri andalan yang diinginkan di masa depan, industri

    pendukung dan industri hulu yang perlu dikembangkan. Bangun

    Industri Nasional juga memerlukan modal dasar berupa sumber daya

    alam, sumber daya manusia, serta teknologi inovasi dan kreativitas.

    Untuk mewujudkan visi dan misi pembangunan industri nasional juga

    dibutuhkan prasyarat berupa infrastruktur yang memadai, kebijakan

    dan regulasi yang kondusif, serta tersedianya dukungan dan akses

    pembiayaan.

    Bangun Industri Nasional tahun 2035 mencakup:

    1. Industri Andalan, yaitu industri prioritas yang akan berperan besar

    sebagai penggerak utama (prime mover) perekonomian di masa yang

    akan datang. Selain memperhatikan potensi sumber daya alam

    sebagai sumber keunggulan komparatif, industri andalan tersebut

    memiliki keunggulan kompetitif yang mengandalkan sumber daya

    manusia yang berpengetahuan dan terampil, serta ilmu

    pengetahuan dan teknologi.

    2. Industri Pendukung, yaitu industri prioritas yang akan berperan

    sebagai faktor pemungkin (enabler) bagi pengembangan industri

    andalan secara efektif, efisien, integratif dan komprehensif.

    3. Industri Hulu, yaitu industri prioritas yang bersifat sebagai basis

    industri manufaktur yang menghasilkan bahan baku yang dapat

    disertai perbaikan spesifikasi tertentu yang digunakan untuk

    industri hilirnya.

    4. Modal Dasar, yaitu faktor-faktor sumber daya yang digunakan

    dalam kegiatan industri untuk menghasilkan barang serta dalam

    penciptaan nilai tambah atau manfaat yang tinggi. Modal dasar yang

    diperlukan dan digunakan dalam kegiatan industri adalah:

    a. Sumber daya alam yang diolah dan dimanfaatkan secara

    efisien, ramah lingkungan, dan berkelanjutan, sebagai bahan

    baku maupun sumber energi bagi kegiatan industri;

    b. Sumber daya manusia yang memiliki kompetensi kerja

    (pengetahuan, ketrampilan dan sikap) yang sesuai di bidang

    industri;

    c. Pengembangan, penguasaan, dan pemanfaatan teknologi

    industri, kreativitas serta inovasi untuk meningkatkan efisiensi,

  • 14

    produktivitas, nilai tambah, daya saing, dan kemandirian sektor

    industri nasional.

    5. Prasyarat, yaitu kondisi ideal yang dibutuhkan sebagai syarat agar

    tujuan pembangunan industri dapat tercapai. Prasyarat yang

    dibutuhkan untuk mewujudkan industri andalan, pendukung dan

    hulu, serta dalam pemanfaatan sumber daya di masa yang akan

    datang adalah:

    a. Penyediaan infrastruktur industri di dalam dan di luar kawasan

    industri dan/atau di dalam kawasan peruntukan Industri;

    b. Penetapan kebijakan dan regulasi yang mendukung iklim usaha

    yang kondusif bagi sektor industri;

    c. Penyediaan alokasi dan kemudahan pembiayaan yang

    kompetitif untuk pembangunan industri nasional.

    C. Penetapan Industri Prioritas

    Penetapan industri prioritas dilakukan dengan mempertimbangkan:

    1. Kepentingan nasional sebagai tujuan pembangunan industri

    diantaranya adalah:

    a. peningkatan kemandirian ekonomi dan mengurangi

    ketergantungan ekonomi dari negara lain;

    b. keamanan, kesatuan, dan konektivitas wilayah Indonesia secara

    strategis; dan

    c. persebaran kegiatan ekonomi dan industri secara lebih merata ke

    seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

    2. Permasalahan terkait pertumbuhan ekonomi yang dihadapi

    diantaranya adalah:

    a. penyerapan tenaga kerja dan peningkatan kesejahteraan pekerja

    melalui penciptaan lapangan kerja produktif; dan

    b. struktur industri yang lemah yang ditandai dengan kurangnya

    keterkaitan antara satu sektor industri dengan industri lainnya,

    tingginya kandungan impor bahan baku dan komponen, dan

    lemahnya daya saing di pasar global.

    3. Keinginan untuk mengejar ketertinggalan dari negara maju

    dilakukan melalui peningkatan produktivitas yang dapat dicapai

    melalui pemanfaatan teknologi yang sesuai.

    Berdasarkan pertimbangan di atas, maka dirumuskan kriteria

    penentuan industri prioritas sebagai berikut :

  • 15

    1. Kriteria secara kuantitatif terdiri dari :

    a. Memenuhi kebutuhan dalam negeri dan substitusi impor, atau

    memiliki potensi pasar yang tumbuh pesat di dalam negeri;

    b. Meningkatkan kuantitas dan kualitas penyerapan tenaga kerja,

    atau berpotensi dan/atau mampu menciptakan lapangan kerja

    produktif;

    c. Memiliki daya saing internasional, atau memiliki potensi untuk

    tumbuh dan bersaing di pasar global;

    d. Memberikan nilai tambah yang tumbuh progresif di dalam negeri,

    atau memiliki potensi untuk tumbuh pesat dalam kemandirian;

    e. Memperkuat, memperdalam, dan menyehatkan struktur industri.

    f. Memiliki keunggulan komparatif, penguasaan bahan baku, dan

    teknologi.

    2. Kriteria secara kualitatif terdiri dari:

    a. Memperkokoh konektivitas ekonomi nasional;

    b. Menopang ketahanan pangan, kesehatan dan energi;

    c. Mendorong penyebaran dan pemerataan industri.

    Indikator untuk kriteria kuantitatif tersaji pada Tabel 2.

    Tabel 2. Indikator Kriteria Pemilihan Industri Prioritas

    No. Kriteria Indikator Kuantitatif

    1 Memenuhi kebutuhan dalam

    negeri dan substitusi impor

    1. Pertumbuhan nilai impor

    2. Pertumbuhan volume impor

    3. Rasio impor terhadap total

    perdagangan

    4. Pertumbuhan output

    5. Proporsi bahan baku impor

    2 Meningkatkan kuantitas dan

    kualitas penyerapan tenaga

    kerja

    1. Tenaga kerja per perusahaan

    2. Peran dalam penyerapan tenaga kerja

    3. Intensitas penggunaan tenaga kerja

    4. Output per tenaga kerja

    5. Nilai tambah per tenaga kerja

    6. Balas jasa tenaga kerja

    3 Memiliki daya saing

    internasional

    1. Pertumbuhan ekspor

    2. Regional Competitive Advantage (RCA)

    3. Acceleration ratio (AR)

    4. Share ekspor terhadap total ekspor

    dunia

    4 Memiliki nilai tambah yang

    berkelanjutan di dalam

    negeri

    1. Pertumbuhan nilai tambah

    2. Pertumbuhan pasar dunia

    (pertumbuhan total impor dunia)

    3. Persentase nilai tambah dari FDI

  • 16

    No. Kriteria Indikator Kuantitatif

    4. Tingkat penggunaan bahan baku

    impor

    5 Memperkuat, memperdalam

    dan menyehatkan struktur

    industri

    1. Forward linkage

    2. Backward linkage

    3. Nilai tambah per output

    4. Persentase skala industri besar

    5. Concentration Ratio (CR4)

    6. Proporsi bahan baku impor

    7. Rata-rata nilai tambah per

    perusahaan

    6 Memiliki keunggulan

    komparatif, penguasaan

    bahan baku, dan teknologi

    -

    Berdasarkan kriteria kualitatif dan kuantatif tersebut, ditentukan 10

    industri prioritas yang dikelompokkan kedalam industri andalan,

    industri pendukung dan industri hulu sebagai berikut :

    1. Industri Pangan

    Industri Andalan

    2. Industri Farmasi, Kosmetik dan Alat

    Kesehatan

    3. Industri Tekstil, Kulit, Alas Kaki dan Aneka

    4. Industri Alat Transportasi

    5. Industri Elektronika dan Telematika (ICT)

    6. Industri Pembangkit Energi

    7. Industri Barang Modal, Komponen, dan Bahan

    Penolong

    Industri Pendukung

    8. Industri Hulu Agro

    9. Industri Logam Dasar dan Bahan Galian

    Bukan Logam Industri Hulu

    10. Industri Kimia Dasar (Hulu dan Antara)

    D. Bangun Industri Nasional

    Berdasarkan penetapan industri prioritas tersebut, maka ditetapkan

    Bangun Industri Nasional sebagaimana tercantum pada Gambar 2.

  • 17

    Gambar 2. Bangun Industri Nasional

    E. Pentahapan Pembangunan Industri Prioritas

    Berdasarkan pentahapan pembangunan industri dan penetapan

    industri prioritas ditetapkan tahapan pembangunan industri prioritas

    seperti ditunjukkan pada Tabel 3.

    Tabel 3. Jenis industri dalam tahapan pembangunan industri prioritas.

    No Industri

    Prioritas

    Jenis Industri

    2015-2020 2020-2025 2025-2035

    1.

    INDUSTRI

    PANGAN

    Industri Pengolahan Ikan

    Ikan awet, aneka

    olahan ikan,

    rumput laut dan

    hasil laut

    Minyak omega-3,

    pangan fungsional

    berbasis limbah

    industri hasil laut

    Pangan fungsional

    dan suplemen,

    pure carrageenan.

    Industri Pengolahan Susu

    Susu bubuk, susu

    cair (kental manis,

    pasteurisasi, UHT),

    yogurt, keju,

    mentega, ice

    cream,

    confectionary

    Susu formula,

    aneka keju,

    mentega,

    probiotic, pangan

    fungsional.

    Pangan

    fungsional, pro &

    prebiotic, susu

    formula khusus

    Industri Hulu Mineral Tambang

    Industri Hulu Migas dan

    Batubara

    Industri Barang Modal, Komponen, dan Bahan Penolong

    Industri Farmasi,

    Kosmetik dan

    Alat Kesehatan

    Industri Alat

    Transportasi

    Industri

    Elektronika dan

    Telematika (ICT)

    Prasyarat

    Industri Pendukung

    Industri Andalan

    Modal Dasar

    Industri Tekstil,

    Kulit, Alas Kaki dan Aneka

    VISI dan MISI PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL

    Industri Pangan

    Industri

    Pembang

    kit Energi

    Industri

    Pangan

    Pembiayaan Infrastruktur Kebijakan dan Regulasi

    Teknologi, Inovasi dan Kreativitas Sumber Daya Alam Sumber Daya Manusia

    Industri

    Pembangkit

    Energi

    Industri Hulu

    Industri Hulu Agro

  • 18

    No Industri

    Prioritas

    Jenis Industri

    2015-2020 2020-2025 2025-2035

    Industri Pengolahan Minyak Nabati

    Minyak goreng

    (kelapa, kelapa

    sawit), VCO,

    tepung kepala

    kering, santan

    dalam kemasan

    Minyak sawit

    merah (kaya beta

    karoten), tepung

    santan.

    pangan fungsional

    Fortified cooking

    oil, pangan

    fungsional

    Industri Pengolahan Buah-Buahan dan Sayuran

    Manisan

    buah/sayuran,

    Buah/sayuran

    dalam kaleng, sari,

    tepung, kripik dan

    dodol

    buah/sayuran

    Buah/sayuran

    dalam kaleng,

    fruit/vegetable

    layer, pangan

    fungsional

    berbasis limbah

    industri

    pengolahan buah

    Mixed

    fruit/vegetable

    layer, pangan

    fungsional,

    suplemen

    Industri Minuman

    Minuman ringan,

    AMDK

    Minuman

    kesehatan

    Minuman energi

    IndustriTepung

    Tapioka, pati

    lainnya (jagung,

    sorghum, sagu),

    mocaf, tepung

    kedele, gula cair

    (glokusa, maltosa,

    fruktosa)

    Tepung gandum

    tropika, pati dari

    biomasa limbah

    pertanian, pangan

    darurat

    Granulated

    composit flour.

    Industri Gula BerbasisTebu

    Gula pasir, gula

    cair, makanan,

    minuman.

    Gula pasir, serta

    MSG dan asam

    organik dari

    limbah industri

    gula.

    Asam organik

  • 19

    No Industri

    Prioritas

    Jenis Industri

    2015-2020 2020-2025 2025-2035

    Industri Bahan Penyegar

    1. Bubuk coklat,

    lemak coklat,

    makanan dan

    minuman dari

    coklat, ice cream

    2. Kopi bubuk,

    kopi instan, kopi

    dekafeinasi, kopi

    mix, minuman

    kopi dalam

    kemasan

    3. Teh bubuk, teh

    celup, minuman

    teh dalam

    kemasan (Ready

    to drink/RTD)

    1. Makanan dan

    minuman dari

    coklat, pangan

    fungsional

    2. Aneka pangan

    olahan

    berbasis kopi

    organik,

    pangan

    fungsional

    3. Aneka olahan

    teh, teh herbal,

    high value tea,

    pangan

    fungsional

    1. Suplemen

    berbasis kakao

    2. Suplemen

    berbasis kopi

    3. High value tea,

    suplemen

    berbasis teh

    2. 2 INDUSTRI

    FARMASI,

    KOSMETIK DAN

    ALAT

    KESEHATAN

    Industri Farmasi dan Kosmetik

    1. Sediaan herbal

    2. Garam industri

    dan farmasi,

    3. Parasetamol,

    4. Stevioside

    (pemanis

    buatan),

    5. Vitamin C,

    6. Glukosa

    (Pharmaceutical

    grade for

    infusion),

    7. Beta-carotene

    (Vitamin A)

    8. Produk Kosmetik

    1. Amoxicillin,

    2. Golongan

    Cefalosporin,

    3. Atorvastatin,

    4. Amlodipine,

    5. Glimepiride,

    6. Lanzoprazole

    7. Radio farmasi

    8. Produk

    Kosmetik

    1. Sediaan herbal

    2. Amoxicillin,

    3. Azitrimycin,

    4. Vitamin B12,

    5. Omeprazol,

    6. Cardiovascular

    (mabendazole),

    7. Insulin,

    8. Radio farmasi,

    9. Produk

    Kosmetik

    Industri Alat Uji dan Kedokteran

    Peralatan bio-

    medika mekanis

    Peralatan bio-

    medika

    mekatronika

    Peralatan bio-

    medika

    mekatronika

  • 20

    No Industri

    Prioritas

    Jenis Industri

    2015-2020 2020-2025 2025-2035

    3. INDUSTRI

    TEKSTIL,

    KULIT, ALAS

    KAKI DAN

    ANEKA

    Industri Tekstil

    1. Serat tekstil

    (Serat poliester,

    Serat Akrilik)

    2. Garmen

    3. Tekstil Khusus:

    Otomotive

    textile, Medical

    textile, dan

    Industrial textile

    1. Serat tekstil

    (Serat Nilon,

    Rayon)

    2. Tekstil

    Khusus:

    Medical textile,

    Geotextile,

    Construction

    textile, dan

    Ecotech textile

    1. Serat tekstil

    (Serat Nilon,

    serat poliester,

    Serat Akrilik

    dan rayon)

    2. Tekstil Khusus:

    Geotextile,

    Construction

    textile, Ecotech

    textile, dan

    Protective textile

    Industri Kulit dan Alas Kaki

    1. Alas kaki

    2. Produk kulit

    khusus

    3. Kulit sintetis

    1. Alas kaki

    2. Produk kulit

    khusus

    3. Kulit sintetis

    1. Produk kulit

    khusus

    2. Kulit sintetis

    Industri Furnitur dan Barang Lainnya Dari Kayu

    Kerajinan, ukir-

    ukiran dari kayu,

    Furniture kayu

    dan rotan

    High tech

    furniture kayu

    dan rotan

    bersertifikat

    industri hijau,

    kerajinan dengan

    bahan baku

    limbah industri

    pengolahan kayu

    High value

    kerajinan dan

    furniture.

    Industri Plastik, Pengolahan Karet dan barang dari karet

    1. Plastik : Barang-

    barang plastik,

    Produk plastik

    rumah tangga,

    2. barang dari

    karet untuk

    keperluan

    rumah tangga

    3. Kulit sintetis

    1. Plastik :

    Barang-barang

    plastik, Produk

    plastik rumah

    tangga (high

    quality),

    2. barang dari

    karet untuk

    keperluan

    rumah tangga

    (high quality)

    3. Kulit sintetis

    1. Plastik :

    Barang-barang

    plastik, Produk

    plastik rumah

    tangga (high

    quality)

    2. barang dari

    karet untuk

    keperluan

    rumah tangga

    (high quality)

    3. Kulit sintetis

  • 21

    No Industri

    Prioritas

    Jenis Industri

    2015-2020 2020-2025 2025-2035

    4. INDUSTRI ALAT

    TRANSPORTASI

    Industri Kendaraan Bermotor

    1. Komponen

    otomotif

    2. Penggerak mula

    BBM/gas dan

    Listrik

    3. Alat berat

    Penggerak mula

    listrik dan fuel cell

    Penggerak mula

    listrik dan fuel cell

    Industri Kereta Api

    Kereta diesel dan

    listrik

    Kereta listrik dan

    maglev

    Kereta listrik dan

    maglev

    Industri Kapal

    Kapal laut Kapal laut dan

    kapal selam

    Kapal laut dan

    kapal selam

    Industri Pesawat Terbang

    Pesawat terbang 1. Pesawat

    terbang

    2. Roket peluncur

    1. Pesawat

    terbang

    2. Roket peluncur

    5. INDUSTRI

    ELEKTRONIKA

    DAN

    TELEMATIKA

    (ICT)

    Industri Elektronika

    1. Smart home

    appliances

    2. Komponen

    elektronika

    tanpa komponen

    fabrikasi

    (fabless)

    Komponen

    elektronika tanpa

    komponen

    fabrikasi (fabless)

    1. Komponen

    elektronika

    2. Fabrikasi

    (foundry)

    semiconductor

    volume kecil

    Industri Komputer

    Komputer

    Industri Peralatan Komunikasi

    1. Transmisi

    telekomunikasi

    2. Mobile phone

    Transmisi

    telekomunikasi

    (radar dan satelit)

    Transmisi

    telekomunikasi

    (satelit)

    6. INDUSTRI

    PEMBANGKIT

    ENERGI

    Industri Alat Kelistrikan

    1. Motor/generator listrik

    2. Baterai 3. Solar cell

    1. Motor/generator listrik

    2. Baterai 3. Solar cell 4. Pembangkit

    Listrik Tenaga Nuklir

    1. Motor/generator listrik

    2. Baterai 3. Solar cell 4. Pembangkit

    Listrik Tenaga Nuklir

  • 22

    No Industri

    Prioritas

    Jenis Industri

    2015-2020 2020-2025 2025-2035

    7. INDUSTRI

    BARANG

    MODAL,

    KOMPONEN,

    DAN BAHAN

    PENOLONG

    Industri Mesin dan Perlengkapan

    1. Mesin CNC

    2. Industrial tools

    3. Otomasi proses

    produksi untuk

    elektronika dan

    pengolahan

    pangan

    1. Industrial tools

    2. CNC controller

    3. Flexible

    Machining

    center

    4. Otomasi proses

    produksi

    untuk

    elektronika

    dan

    pengolahan

    pangan

    1. CNC controller

    2. Flexible

    Machining

    center

    3. Otomasi proses

    produksi untuk

    elektronika dan

    pengolahan

    pangan

    Industri Komponen

    1. Packaging (basis

    karton dan

    plastik),

    2. Pengolahan

    karet dan

    barang dari

    karet : Ban

    pnumatic, Ban

    luar dan ban

    dalam,

    3. Zat Additive,

    4. Zat pewarna

    tekstil (Dye

    stuff),

    1. Packaging

    high quality

    (basis karton

    dan plastik),

    2. Barang-

    barang karet

    dan plastik

    engineering

    3. Zat Additive,

    4. Zat pewarna

    tekstil (Dye

    stuff),

    1. Packaging high

    quality (basis

    karton dan

    plastik),

    2. Plastik dan

    karet

    engineering,

    Produk plastik

    dan karet

    untuk

    kesehatan,

    elektrik,

    elektronik dan

    permesinan,

    Produk plastik

    dan karet

    advance

    material

    3. Zat Additive,

    4. zat pewarna

    tekstil (Dye

    stuff)

    Industri Bahan Penolong

    1. Katalis

    2. Solvent

    1. Katalis

    2. solvent

    1. katalis

    2. solvent

  • 23

    No Industri

    Prioritas

    Jenis Industri

    2015-2020 2020-2025 2025-2035

    8. 1 INDUSTRI

    HULU AGRO

    Industri Oleofood

    Minyak nabati

    kasar (CPO, PKO,

    CNO), olein,

    stearin, gliserol,

    PFID, coco butter

    susbtitute,

    margarin,

    shortening, other

    specialty fats.

    Specialty fats

    (coco butter

    substitute,

    shortening,

    margarine), dan

    tocopherol,

    betacaroten, asam

    organik dan

    alkohol dari

    limbah PKS,

    arang aktif, serat

    nabati.

    Specialty fats

    aditif/penolong

    pengolahan

    pangan

    Industri Oleokimia

    Fatty acids, fatty

    alcohols, fatty

    amine, methyl ester

    sulfonat

    (biosurfactant),

    biolube (rolling oils),

    glycerine based

    chemicals

    Fatty acids, fatty

    alcohols, fatty

    amine, methyl

    esters dan

    bioplastic (PHB,

    PHV, polylactate)

    berbasis limbah

    PKS, arang aktif

    dan serat nabati.

    Fatty acids, fatty

    alcohols, fatty

    amines, methyl

    esters, dan

    polymers turunan

    minyak sawit.

    Industri Kemurgi

    Biodiesel (Fatty

    Acid Methyl Ester/

    FAME), Bioavtur

    (Bio jet fuel).

    Biodiesel,

    Bioethanol,

    Bioavtur (Bio jet

    fuel), Biogas dari

    POME

    Biodiesel (Fatty

    Acid Methyl

    EsteME), Bioavtur

    (Bio jet fuel).

    Biomaterial untuk

    peralatan medis,

    aromatic building

    blocks berbasis

    lignin untuk

    sintesis

    obat/farmasi,

    Nano-cellulose

    derivatives, bio-

    based fiber &

    polymers (carbon

    fiber, vicous), new

    generation of

    biobased composit.

    Bioetanol

    berbahan baku

    lignoselulosa dan

    limbah biomasa

    Secondary biofuel

    (bioetanol

    Bioetanol

    (berbahan baku

    lignoselulosa),

    secondary biofuel

    (biomass

    pyrolysis-

    gasification)

  • 24

    No Industri

    Prioritas

    Jenis Industri

    2015-2020 2020-2025 2025-2035

    Industri Pakan

    Ransum pakan

    ternak/ ikan/

    udang

    Ransum pakan

    berbasis limbah

    agro industri

    Ransum dan

    suplemen pakan

    Industri Barang dari Kayu

    Komponen

    berbasis kayu

    (wood working:

    kusen, daun pintu,

    jendela, floring,

    laminated & finger

    joint, dll.), kayu

    lapis.

    Serat bambu

    untuk tekstil,

    MDF (Medium-

    density

    fibreboard), wood

    composite, arang

    bricket, dan

    aneka produk

    berbasis limbah

    industri kayu

    Komponen

    berbasis kayu

    (wood working)

    dan limbah

    industri kayu

    Industri Pulp dan Kertas

    Pulp (long fiber,

    short fiber), kertas

    budaya, kertas

    berharga, kertas

    tissue, kertas

    khusus, kertas

    bergelombang,

    papan kertas,

    kertas lainnya.

    Pulp dan aneka

    barang kertas

    diproduksi secara

    ramah

    lingkungan.

    Pulp dan aneka

    barang kertas.

    9. INDUSTRI

    LOGAM DASAR

    DAN BAHAN

    GALIAN BUKAN

    LOGAM

    Industri pengolahan dan pemurnian besi dan baja dasar

    1. Iron ore pellet

    2. Crude Steel

    3. Nickel Pig Iron

    4. Ferronickel

    5. Paduan besi

    (ferro alloy)

    6. Baja tahan

    karat (stainless

    steel)

    1. Sponge iron

    2. Slab, Billet,

    Bloom

    3. Paduan besi

    (ferro alloy)

    4. Baja tahan

    karat long

    product

    5. Baja untuk

    keperluan

    khusus (special

    steel)

    1. Pig iron dan

    besi cor

    2. Seamless pipe,

    profile bar, wire

    3. Paduan besi

    (ferro alloy)

    4. Baja tahan

    karat dekoratif

    5. Baja untuk

    keperluan

    khusus (special

    steel)

  • 25

    No Industri

    Prioritas

    Jenis Industri

    2015-2020 2020-2025 2025-2035

    Industri pengolahan dan pemurnian Logam dasar bukan

    besi

    1. Alumina

    2. Nickel matte

    3. Tembaga katoda

    1. Alumina dan

    alumunium

    2. Mixed

    Hydroxide

    Precipitate

    (MHP), Mixed

    Sulfide

    Precipitate

    (MSP),

    3. Paduan

    tembaga

    (copper alloy)

    1. Alumunium

    dan alumunium

    alloy

    2. Nickel

    Electrolytic,

    Nickel Sulfate,

    Nickel Chloride

    3. Kawat tembaga

    dan electronic

    component

    Industri logam mulia, tanah jarang (rare earth), dan bahan

    bakar nuklir

    1. Logam mulia

    2. Konsentrat

    logam tanah

    jarang

    1. Logam mulia

    untuk dekorasi

    dan perhiasan

    2. Logam tanah

    jarang

    1. Logam mulia

    untuk

    komponen

    elektronik

    2. Logam tanah

    jarang untuk

    komponen

    elektronik

    3. Logam tanah

    Bahan bakar

    nuklir

    Industri bahan galian non logam

    1. Semen

    2. Keramik

    3. Kaca/gelas

    1. Keramik

    2. Kaca/gelas

    1. Keramik maju

    (advanced

    ceramic)

    2. Kaca/gelas

    dekorasi/

    kualitas tinggi

    10. INDUSTRI

    KIMIA DASAR

    (HULU DAN

    ANTARA)

    Industri Petrokimia Hulu

    Etilena, Propilena,

    Butadiene,

    P-xylena, Metanol,

    Ammonia,

    Asam formiat,

    O-Xylena,

    Benzena, Toluena,

    Etilena, Propilena,

    Butadiene,

    P-Xylena, Metanol,

    Ammonia,

    Benzena, Toluena,

    Asam formiat

    (Peningkatan

    kapasitas dan

    kualitas)

  • 26

    No Industri

    Prioritas

    Jenis Industri

    2015-2020 2020-2025 2025-2035

    Industri Kimia Organik

    Carbon black,

    Asam Tereftalat,

    Asam Asetat,

    Akrilonitril, Bis

    Fenol A

    Kaprolaktam,

    Cumene, Propilen

    Glikol, Etilen

    Glikol, Fenol,

    Asam Fumarat,

    Ptalic Anhidrat

    Kaprolaktam,

    Carbon black,

    Metil Metakrilat,

    Asam Tereftalat,

    Asam Asetat

    (Peningkatan

    kapasitas dan

    kualitas)

    Industri Pupuk

    pupuk tunggal

    (basis nitrogen),

    pupuk majemuk

    pupuk tunggal

    (basis fosfat),

    pupuk tunggal

    (basis kalium),

    pupuk majemuk

    pupuk tunggal

    (basis nitrogen),

    pupuk tunggal

    (basis fosfat),

    pupuk tunggal

    (basis kalium),

    pupuk majemuk

    Industri Resin Sintetik dan Bahan Plastik

    LDPE, HDPE, PP,

    Nilon, PET, Akrilik

    Metil Metakrilat,

    Polikarbonat,

    Polivinil Alkohol

    LDPE, HDPE, PP,

    Nilon, PET, Akrilik

    (Peningkatan

    kapasitas dan

    pembangunan

    pabrik baru)

    Industri Karet Alam dan Sintetik

    BR, SBR,

    engineering natural

    rubber compound

    IR, ABR, EPDM,

    engineering

    natural rubber

    compound

    BR, SBR, IR, ABR,

    EPDM, engineering

    natural rubber

    compound

    (Peningkatan

    kapasitas)

    Industri Barang Kimia Lainnya

    1. Propelan,

    1. Propelan,

    2. Bahan peledak,

    1. Propelan,

    2. Bahan peledak,

    F. Rencana Pembangunan Industri Prioritas

    Untuk mewujudkan bangun industri nasional yang dilaksanakan

    melalui pentahapan pengembangan industri prioritas, disusun rencana

    pembangunan industri prioritas sebagai berikut:

  • 27

    1. Industri Pangan

    a. Sasaran

    NO URAIAN TAHUN

    2015 2020 2035

    1 Nilai Tambah Industri (Rp Trilyun) 194 335 1.945

    2 Jumlah Tenaga Kerja (ribu orang) 306 416 943

    3 Nilai Investasi (Rp Trilyun) 40 74 462

    b. Program Pengembangan

    Jangka Menengah (2015-2020): Jangka Panjang (2020-2035):

    1. Menjamin ketersediaan bahan

    baku (kualitas, kuantitas dan

    kontinuitas) melalui koordinasi

    dengan instansi terkait dan

    kemitraan serta integrasi antara

    sisi hulu dan sisi hilir didukung

    oleh infrastruktur yang

    memadai.

    2. Menyiapkan SDM yang ahli dan

    berkompeten di bidang industri

    pangan melalui diklat industri

    dan pendampingan

    3. Meningkatkan kemampuan

    penguasaan dan pengembangan

    inovasi teknologi industri

    pangan melalui penelitian dan

    pengembangan yang terintegrasi

    4. Meningkatkan efisiensi proses

    pengolahan dan penjaminan

    mutu produk melalui penerapan

    GHP, GMP dan HACCP,

    sertifikasi SNI dan halal, serta

    bantuan mesin/peralatan

    pengolahan produk pangan dan

    peningkatan kapasitas

    laboratorium uji mutu;

    5. Mengkoordinasikan

    pengembangan sistem logistik

    untuk meningkatkan efisiensi

    produksi dan distribusi produk

    pangan.

    6. Memfasilitasi pembebasan PPN

    atas proses pengolahan pangan

    dengan nilai tambah kecil.

    7. Menfasilitasi akses terhadap

    pembiayaan yang kompetitif

    bagi industri pangan skala kecil

    dan menengah.

    8. Meningkatkan kerjasama

    1. Memantapkan zonasi/

    kawasan industri industri

    pangan

    2. Meningkatkan kualifikasi,

    kapasitas dan kemampuan

    laboratorium uji mutu

    produk pangan

    3. Meningkatkan kemampuan

    inovasi dan penguasaan

    teknologi proses/rekayasa

    produk industri pangan

    melalui sinergi kegiatan

    litbang dan diklat industri

    pangan

    4. Memantapkan kebijakan

    terkait infrastruktur dan

    pembiayaan industri

    meliputi akses lahan, sarana

    logistik, ketersediaan utilitas

    dan energi untuk

    meningkatkan daya saing

    industri pangan nasional

    5. Meningkatkan nilai tambah

    limbah industri pangan dan

    penerapan sistem produksi

    bersih (reduce, reuse,

    recycle) berbasis inovasi dan

    teknologi ramah lingkungan

  • 28

    Jangka Menengah (2015-2020): Jangka Panjang (2020-2035):

    industri internasional untuk

    alih teknologi, peningkatan

    investasi dan penguasaan pasar

    ekspor.

    9. Promosi dan perluasan pasar

    produk industri pangan di

    dalam dan luar negeri.

  • 29

    2. Industri Farmasi, Kosmetik dan Alat Kesehatan

    a. Sasaran

    NO URAIAN TAHUN

    2015 2020 2035

    1 Nilai Tambah Industri (Rp Trilyun) 36 73 626

    2 Jumlah Tenaga Kerja (ribu orang) 850 1.050 1.556

    3 Nilai Investasi (Rp Trilyun) 2 5 44

    b. Program Pengembangan

    Jangka Menengah (2015-2020): Jangka Panjang (2020-2035):

    Industri Farmasi dan Kosmetik

    1. Meningkatkan penguasaan

    teknologi proses dan rekayasa

    produk industri farmasi dan

    kosmetik melalui penelitian dan

    pengembangan yang terintegrasi

    2. Memfasilitasi pembangunan

    industri bahan baku farmasi dan

    kosmetik untuk substitusi impor.

    3. Mendorong peningkatan

    penggunaan produk dalam

    negeri, termasuk meningkatkan

    keterkaitan antara industri besar

    dan industri kecil dan menengah.

    4. Memperkuat infrastruktur dalam

    rangka pemberlakuan SNI wajib

    bagi industri farmasi

    5. Pengembangan sektor petrokimia

    hulu untuk mengurangi

    ketergantungan bahan baku

    Industri Farmasi dan Kosmetik

    1. Mengembangkan teknologi

    nasional untuk memproduksi

    bahan farmasi dan kosmetik.

    2. Memfasilitasi pembangunan

    Industri Farmasi dan Kosmetik

    skala besar dengan orientasi

    ekspor

    Industri Alat Kesehatan

    1. Pengembangan kebijakan yang

    mengkaitkan industri alat

    kesehatan masal dengan

    pembiayaan layanan kesehatan

    sebagai bentuk subsidi silang;

    2. Pengembangan kebijakan

    penggunaan produk alat

    kesehatan produk dalam negeri

    pada fasilitas dan layanan

    kesehatan yang didanai APBN;

    3. Fasilitasi promosi penggunaan

    alat kesehatan buatan dalam

    negeri termasuk pelatihan dan

    jaminan suku

    cadang/pemeliharaan;

    4. Pengembangan road map industri

    alat kesehatan dan teknologi

    terkait secara terintegrasi

    Industri Alat Kesehatan

    1. Pengembangan lanjut untuk

    penguatan kemampuan,

    kualitas, dan efiseinsi industri

    alat kesehatan;

    2. Pengembangan teknologi dan

    SDM untuk perancangan

    aplikasi produk alat kesehatan

    dan bionik (organ buatan) yang

    menggabungkan aspek

    kesehatan, biologi, material,

    kognitif, dan mikro/nano

    elektronika;

    3. Pengembangan center of

    excellent yang mencakup

    litbang dan produksi alat

    kesehatan dasar masal untuk

    keperluan dalam negeri;

    4. Pengembangan lanjut untuk

  • 30

    Jangka Menengah (2015-2020): Jangka Panjang (2020-2035):

    termasuk komponen, bahan

    baku, dan bahan penolong;

    5. Pendirian center of excellent yang

    mencakup litbang dan produksi

    alat kesehatan dasar masal

    untuk keperluan dalam negeri;

    6. Pengembangan SDM dengan

    kompetensi tinggi pada design

    engineering produk alat

    kesehatan, termasuk pengukuran

    dan pengujian;

    7. Fasilitasi pembiyaan untuk

    peningkatan kapasitas industri

    alat kesehatan dasar masal

    melalui revitalisasi pemesinan

    dan alat pengukuran;

    8. Pengembangan Standardisasi

    dan dukungan Hak atas

    kekayaan intelektual atas produk

    alat kesehatan di dalam negeri;

    9. Pengembangan dan penguatan

    IKM modern penghasil komponen

    alat kesehatan melalui bantuan

    teknis dan peralatan uji.

    standardisasi dan dukungan

    Hak atas kekayaan intelektual

    atas produk alat kesehatan di

    dalam negeri;

    5. Pengembangan lanjut untuk

    penguatan IKM modern

    penghasil komponen alat

    kesehatan

  • 31

    3. Industri Tekstil, Kulit, Alas Kaki Dan Aneka

    a. Sasaran

    NO URAIAN TAHUN

    2015 2020 2035

    1 Nilai Tambah Industri (Rp Trilyun) 125 210 1.080

    2 Jumlah Tenaga Kerja (ribu orang) 4.191 4.731 6.137

    3 Nilai Investasi (Rp Trilyun) 19 34 124

    b. Program Pengembangan

    Jangka Menengah (2015-2020): Jangka Panjang (2020-2035):

    Industri Tekstil

    1. Pendirian pabrik serat sintetik

    yang berorientasi pasar

    domestik;

    2. Pengembangan industri pewarna

    tekstil dan aksesoris;

    3. Perumusan kebijakan

    Pemerintah untuk industri

    garmen agar dipersyaratkan

    menggunakan kain dalam negeri

    secara bertahap;

    4. Pengembangan kompetensi kerja

    SDM industri tekstil sesuai

    Standar Kompetensi Kerja

    Nasional Indonesia (SKKNI)

    5. Penguatan tempat uji

    kompetensi (TUK) dan lembaga

    sertifikasi SDM industri tekstil;

    6. Peningkatan kemampuan,

    kualitas & efisiensi industri TPT

    termasuk IKM melalui pelatihan

    desain dan teknologi proses

    termasuk untuk mewujudkan

    industri hijau;

    7. Pendirian pusat desain dan

    pusat inovasi teknologi untuk

    meningkatkan daya saing

    industri tekstil;

    8. Melanjutkan Program

    Restrukturisasi Mesin/Peralatan

    ITPT untuk meningkatkan

    kualitas dan efisiensi;

    9. Pemberian insentif bagi investor

    industri tekstil khusus

    berteknologi tinggi;

    10. Harmonisasi sistem perpajakan

    antara pajak keluaran dan pajak

    masukan dikaitkan dengan

    Industri Tekstil

    1. Melanjutkan pemberian

    insentif bagi investor industri

    tekstil khusus berteknologi

    tinggi;

    2. Peningkatan kualitas produk

    serat sintetik dari sumber

    bahan baku terbarukan

    untuk mendukung industri

    tekstil khusus;

    3. Peningkatan kualitas produk

    industri pewarna tekstil dan

    aksesoris berbasis bahan

    baku dalam negeri;

    4. Mempersiapkan sektor

    industri pulp kayu agar

    dapat memproduksi

    dissolving pulp untuk

    memenuhi kebutuhan bahan

    baku industri rayon

    (substitusi impor);

    5. Pengembangan produk serat

    khusus (high tenacity, micro

    fiber dan lain-lain);

    6. Diversifikasi produk benang

    untuk benang-benang

    khusus;

    7. Pengembangan lanjut pusat

    desain dan pusat inovasi

    teknologi untuk

    meningkatkan daya saing

    industri tekstil;

    8. Pengembangan lanjut

    standardisasi & perlindungan

    terhadap Hak atas kekayaan

    intelektual design produk

    tekstil;

    9. Peningkatan kemampuan,

  • 32

    Jangka Menengah (2015-2020): Jangka Panjang (2020-2035):

    jangka waktu restitusi;

    11. Pengembangan kebijakan sistem

    agunan mesin tekstil untuk

    pembiayaan industri;

    12. Pengembangan kebijakan

    pengamanan industri dalam

    negeri melalui safeguards dan

    tindakan pengamanan lainnya;

    13. Pengembangan standardisasi &

    perlindungan terhadap Hak atas

    kekayaan intelektual design

    produk tekstil;

    14. Peningkatan peran asosiasi

    untuk memperkuat kolaborasi

    antar pelaku industri sepanjang

    rantai pasok industri tekstil dan

    produk tekstil.

    kualitas & efisiensi industri

    TPT termasuk IKM melalui

    pelatihan desain dan

    teknologi proses termasuk

    untuk mewujudkan industri

    hijau;

    Industri Kulit dan Alas Kaki

    1. Pengembangan industri bahan

    baku kulit sintetis dalam negeri;

    2. Standarisasi bahan baku untuk

    industri kulit dan alas kaki

    untuk mencegah barang impor

    berkualitas rendah;

    3. Pemetaan potensi industri kulit

    dan alas kaki nasional;

    4. Penguatan sentra IKM melalui

    penguatan kelembagaan dan

    teknologi;

    5. Peningkatan kemampuan

    (terutama ergonomical design)

    industri alas kaki yang telah

    memiliki pangsa pasar tinggi

    untuk bersaing secara global;

    6. Perlindungan hak atas kekayaan

    intelektual design produk alas

    kaki yang dihasilkan di dalam

    negeri;

    7. Peningkatan promosi industri

    alas kaki customized secara

    ekslusif pada forum resmi

    nasional dan internasional untuk

    memunculkan industri kelas

    dunia;

    8. Peninjauan kebijakan ekspor

    bahan baku kulit mentah (wet

    blue);

    9. Koordinasi dengan sektor

    peternakan untuk mengatasi

    hambatan kualitas bahan baku

    terkait persyaratan kesehatan

    hewan;

    Industri Kulit dan Alas Kaki

    1. Pengembangan kemampuan

    industri alas kaki dalam

    negeri agar menjadi merek

    kelas dunia;

    2. Pengembangan bahan baku

    dari alam dan sintetis yang

    berkualitas tinggi;

    3. Peningkatan kemampuan

    produksi industri kulit

    khusus untuk penggunaan di

    industri;

    4. Standarisasi bahan baku

    untuk industri kulit dan alas

    kaki untuk mencegah barang

    impor berkualitas rendah;

    5. Penguatan sentra IKM

    melalui penguatan

    kelembagaan dan teknologi;

    6. Peningkatan kemampuan

    (terutama ergonomical design)

    industri alas kaki untuk

    perluasan pasar global;

    7. Perlindungan hak atas

    kekayaan intelektual design

    produk alas kaki yang

    dihasilkan di dalam negeri;

    8. Pengembangan lanjut

    teknologi pengolahan limbah

    penyamakan kulit;

    9. Pengembangan lanjut pusat

    desain dan pusat inovasi

    teknologi untuk meningkatkan

    daya saing industri kulit dan

    alas kaki.

  • 33

    Jangka Menengah (2015-2020): Jangka Panjang (2020-2035):

    10. Pengembangan teknologi

    pengolahan limbah penyamakan

    kulit;

    11. Penyebaran industri kulit dan

    alas kaki dengan memperhatikan

    potensi sumber daya wilayah

    termasuk kewajiban pemenuhan

    UMR;

    12. Pendirian pusat desain dan pusat

    inovasi teknologi untuk

    meningkatkan daya saing

    industri kulit dan alas kaki;

    13. Melanjutkan Program

    Restrukturisasi Mesin/Peralatan

    IAK dan IPK untuk meningkatkan

    kualitas dan efisiensi;

    14. Harmonisasi sistem perpajakan

    antara pajak keluaran dan pajak

    masukan dikaitkan dengan

    jangka waktu restitusi;

    15. Peningkatan kemampuan

    penelitian dan pengembangan

    industri kulit khusus untuk

    penggunaan di sektor industri

    lainnya.

    Industri Furnitur dan Barang

    Lainnya Dari Kayu

    1. Melakukan pendampingan dan

    mentoring terhadap IKM dalam

    rangka mendapatkan sertifikat

    legalitas kayu (SVLK)

    2. Menjamin ketersediaan bahan

    baku (kualitas, kuantitas dan

    kontinuitas) melalui koordinasi

    dengan instansi terkait dan

    kemitraan serta integrasi antara

    sisi hulu dan sisi hilir.

    3. Meningkatkan kemampuan SDM

    dalam penguasaan teknik

    produksi dan desain untuk

    meningkatkan daya saing dan

    kualitas produk

    4. Pembangunan pendidikan

    kejuruan dan vokasi bidang

    pengolahan kayu, rotan dan

    furniture.

    5. Penerapan teknologi pemanfaatan

    bahan baku alternatif dari (kayu

    sawit, kayu karet, dsb)

    6. Fasilitas akses terhadap sumber

    pembiayaan yang kompetitif

    untuk meningkatkan kinerja

    Industri Furnitur dan Barang

    Lainnya Dari Kayu

    1. Menjamin ketersediaan

    pasokan bahan baku (kayu

    dan rotan) melalui

    pengembangan sistem rantai

    pasok yang ramah

    lingkungan, didukung

    dengan infrastruktur

    (transportasi dan pelabuhan)

    yang memadai.

    2. Meningkatkan kegiatan

    penelitian dan

    pengembangan disain

    produk furniture, didukung

    dengan advokasi dan

    regulasi terkait perlindungan

    HKI (paten, hak cipta)

    3. Meningkatkan ketrampilan

    dan kreatifitas SDM dalam

    memproduksi kerajinan

    kayu/rotan

    4. Mengembangkan

    standarisasi kualitas produk

    dan fasilitasi untuk

    peningkatan daya saing

    industri furniture.

  • 34

    Jangka Menengah (2015-2020): Jangka Panjang (2020-2035):

    ekspor furnitur

    7. Meningkatkan promosi dan

    perluasan pasar guna mendorong

    tumbuhnya industri furniture

    rotan dalam negeri

    Industri Plastik, Pengolahan Karet

    dan barang dari karet

    1. Memfasilitasi pengembangan

    industri plastik, pengolahan karet

    dan barang dari karet untuk

    produk kebutuhan rumah tangga.

    2. Memfasilitasi penelitian dan

    pengembangan terintegrasi

    sebagai upaya penguasaan

    teknologi proses dan rekayasa

    produk industri plastik,

    pengolahan karet dan barang dari

    karet

    3. Mendorong peningkatan

    penggunaan produk dalam negeri,

    termasuk meningkatkan

    keterkaitan antara industri besar

    dan industri kecil dan menengah.

    4. Memperkuat infrastruktur dalam

    rangka pemberlakuan SNI wajib

    5. Pengembangan sektor plastik

    hulu untuk mengurangi

    ketergantungan bahan baku

    6. Peningkatan kompetensi SDM.

    Industri Plastik, Pengolahan

    Karet dan barang dari karet

    1. Mengembangkan teknologi

    nasional untuk

    memproduksi bahan dasar

    plastik dan karet.

    2. Memperkuat industri

    pembuat kompon plastik dan

    karet.

    3. Memperkuat kemampuan

    nasional untuk

    memproduksi mesin dan

    peralatan produksi dari

    industri plastik dan karet

    hilir.

    4. Pembangunan Industri

    Plastik, Pengolahan Karet

    dan barang dari karet skala

    besar dengan orientasi

    ekspor.

  • 35

    4. Industri Alat Transportasi

    a. Sasaran

    NO URAIAN TAHUN

    2015 2020 2035

    1 Nilai Tambah Industri (Rp Trilyun) 195 326 1.729

    2 Jumlah Tenaga Kerja (ribu orang) 507 853 1.683

    3 Nilai Investasi (Rp Trilyun) 30 59 314

    b. Program Pengembangan

    Jangka Menengah (2015-2020): Jangka Panjang (2020-2035):

    1. Pengembangan road map

    industri alat tarnsportasi secara

    komprehensif yang bersifat

    antar moda dengan

    memperhatikan kapasitas,

    kualitas, teknologi, dan

    karakteristik kebutuhan

    transportasi/ konektivitas di

    dalam negeri, serta kaitannya

    dengan jaringan transportasi

    global yang memperhatikan

    posisi geostrategis Indonesia;

    2. Penguatan sub sektor industri

    pemesinan melalui revitalisasi

    mesin dan peralatan presisi

    pada industri perkapalan,

    kereta api dan pesawat terbang;

    3. Penyediaan bahan baja dan non

    baja serta paduannya, dan

    bahan pendukung (komposit,

    keramik plastik dan karet) yang

    memenuhi kebutuhan spesifik

    bagi industri alat transportasi;

    4. Pengembangan regulasi melalui

    koordinasi dengan instansi

    terkait tentang ijin transportasi

    darat, laut dan udara;

    5. Pengembangan kebijakan

    penggunaan produk dalam

    negeri yang memiliki daya saing

    melalui perjanjian secara

    bertahap dengan pihak

    principal;

    6. Pengembangan sistem untuk

    status legal kepemilikan mesin

    yang diperlukan bagi

    penjaminan pinjaman ;

    7. Pengembangan kebijakan

    tahapan penguasaan teknologi

    1. Penguatan sub sektor

    industri pemesinan melalui

    modernisasi mesin dan

    peralatan presisi pada

    industri perkapalan, kereta

    api, pesawat terbang, dan

    roket peluncur ;

    2. Penelitian dan

    pengembangan material maju

    (komposit, keramik, plastik,

    karet dan propelan) dengan

    spesifikasi yang sesuai bagi

    industri alat transportasi ;

    3. Pengembangan pasar

    domestik melalui

    pengembangan infrastruktur

    prasarana transportasi yang

    terintegrasi dengan

    pengembangan perwilayahan

    industri

    4. Penelitian dan

    pengembangan teknologi bagi

    industri alat transportasi

    masal modern

  • 36

    Jangka Menengah (2015-2020): Jangka Panjang (2020-2035):

    pada bahan bakar (fosil & non

    fosil) untuk penggerak mula ;

    8. Pengembangan standardisasi

    produk, proses, manajemen

    (ISO9000, ISO14000, dan

    ISO26000), dan industri hijau,

    serta spesifikasi teknis, dan

    pedoman tata cara di industri

    transportasi;

    9. Pengembangan pasar domestik

    melalui pengembangan

    infrastruktur transportasi yang

    terintegrasi dengan

    pengembangan perwilayahan

    industri (penyebaran dan

    konektivitas);

    10. Pengembangan kawasan

    industri dan sentra IKM khusus

    industri alat transportasi;

    11. Penguatan sentra IKM modern

    (logam, karet, plastik, kulit)

    pendukung industri

    transportasi secara umum yang

    dilengkapi dengan UPT proses

    dan pengukuran presisi;

    12. Pengembangan kapasitas

    industri pemesinan melalui

    upaya efisiensi produksi

    termasuk penghematan

    penggunaan energi;

    13. Pengembangan komponen

    logam terstandar untuk efisiensi

    industri alat transportasi;

    14. Penyediaan dan peningkatan

    kemampuan SDM dengan

    kompetensi pada design

    engineering, proses presisi,

    pengukuran presisi, dan

    mekatronika/robotika melalui

    pelatihan, dan bimbingan

    teknis;

    15. Pengembangan regulasi alih

    daya yang memadai untuk

    pembentukan iklim usaha agar

    dapat memberikan jaminan

    pasokan melalui kegiatan alih

    daya (outsourcing) proses,

    produk dan SDM;

    16. Pengembangan jumlah dan

    kompetensi konsultan IKM pada

    sentra khusus IKM industri alat

    transportasi;

  • 37

    Jangka Menengah (2015-2020): Jangka Panjang (2020-2035):

    17. Penguasaan teknologi sistem

    manufaktur bagi industri alat

    transportasi yang efisien ;

    18. Penguatan balai melalui

    kerjasama penelitian tentang

    paduan logam bernilai tambah

    tinggi, serta kolaborasi

    penelitian dan pengembangan

    teknologi dan aplikasinya,

    termasuk untuk alat

    transportasi hemat energi, serta

    pengembangan infrastruktur lab

    uji kendaraan bermotor.

  • 38

    5. Industri Elektronika dan Telematika

    a. Sasaran

    NO URAIAN TAHUN

    2015 2020 2035

    1 Nilai Tambah Industri (Rp Trilyun) 34 62 432

    2 Jumlah Tenaga Kerja (ribu orang) 190 328 897

    3 Nilai Investasi (Rp Trilyun) 4 14 42

    b. Program Pengembangan

    Jangka Menengah (2015-2020): Jangka Panjang (2020-2035):

    1. Membangun sistem monitoring

    secara kritis perkembangan

    kebutuhan dan teknologi terkait

    dengan kegiatan competitive

    intelligence di negara maju;

    2. Pengembangan program

    penyediaan bahan baku logam,

    paduan logam, plastik dan

    komposit untuk industri

    komponen ICT;

    3. Pengembangan standardisasi

    produk ICT untuk mengurangi

    variasi sehingga diperoleh

    volume total yang semakin

    besar dan efisien;

    4. Pengembangan riset untuk

    perancangan produk ICT yang

    efisien, tepat guna (sesuai user),

    cerdas (smart) dan yang

    mengintegrasikan berbagai

    fungsi kehidupan;

    5. Pengembangan center of

    excellent industri ICT milik

    pemerintah termasuk untuk

    kebutuhan hankam;

    6. Pengembangan riset material

    untuk baterai ukuran kecil dan

    berdaya tinggi;

    7. Fasilitasi alih teknologi industri

    baterai untuk keperluan

    elektronika melalui akuisisi

    industri baterai yang memiliki

    teknologi maju;

    8. Mengkoordinasikan penelitian

    dan pengembangan sistem

    (konten) elektronika dan

    telematika untuk keperluan

    komersial dan pertahanan;

    1. Pengembangan desain dan

    industri produk dan

    komponen nano-bio

    elektronika untuk berbagai

    aplikasi kehidupan,

    kesehatan, dan hankam;

    2. Pendirian pabrik foundry

    penghasil material

    semiconductor dengan

    volume kecil untuk

    keperluan khusus;

    3. Pengembangan center of

    excellent industri ICT (nano-

    bio-cogno-info) miliki

    pemerintah dan swasta

    (perusahaan dan kawasan);

    4. Penguasaan teknologi dan

    produksi melalui akuisisi

    industri alat uji dan

    pengukuran maju;

    5. Pengembangan rare earth

    material yang berpotensi

    untuk dikembangkan

    menjadi material unggul

    pada nano-bio ICT.

  • 39

    Jangka Menengah (2015-2020): Jangka Panjang (2020-2035):

    9. Pengembangan industri radar

    dan satelit, termasuk stasiun

    relay;

    10. Fasilitasi pendirian pabrik

    komponen mikro-nano

    elektronika (tidak termasuk

    foundry);

    11. Pengembangan kawasan

    industri dan/atau sentra

    khusus (techno-park) mikro-

    elektronika dan telematika yang

    diisi oleh industri ICT;

    12. Peningkatan kemampuan dan

    peran IKM penghasil komponen

    untuk industri elektronika

    melalui pengembangan sentra

    khusus dengan UPT yang

    dilengkapi alat ukur dan alat uji

    mekanis dan kelistrikan yang

    presisi;

    13. Fasilitasi untuk penguasaan

    teknologi dan produksi melalui

    akuisisi industri alat uji dan

    pengukuran maju;

    14. Pemetaan dan pengembangan

    potensi rare earth material yang

    berpotensi untuk dikembangkan

    menjadi material nano-bio ICT.

  • 40

    6. Industri Pembangkit Energi

    a. Sasaran

    NO URAIAN TAHUN

    2015 2020 2035

    1 Nilai Tambah Industri (Rp Trilyun) 25 48 345

    2 Jumlah Tenaga Kerja (ribu orang) 96 262 897

    3 Nilai Investasi (Rp Trilyun) 2 4 25

    b. Program Pengembangan

    Jangka Menengah (2015-2020): Jangka Panjang (2020-2035):

    1. Pengembangan kebijakan

    pemetaan kebutuhan dan

    penggunaan sumber energi dari

    migas dan batubara (energy

    balance);

    2. Pemetaan proses dan teknologi

    industri yang lahap energi

    untuk implementasi

    manajemen energi dan

    penyusunan kebijakan industri

    yang hemat energi;

    3. Pengembangan roadmap secara

    komprehensif melalui analisis

    keekonomian sumber energi

    terbarukan serta penyusunan

    jadwal konversi energi secara

    terencana dalam jangka

    panjang;

    4. Pengembangan kebijakan

    energi terbarukan termasuk

    insentif, penyediaan

    infrastruktur dan

    pelestarian/keseimbangan

    sumber;

    5. Penelitian dan pengembangan

    potensi rare earth elements

    (REE) sebagai bahan paduan

    dan bahan baku nuklir;

    6. Fasilitasi pendirian pabrik yang

    mengolah material menjadi

    komponen pembangkit listrik

    tenaga surya;

    7. Fasilitasi alih teknologi industri

    sel surya melalui pendirian

    atau akuisisi;

    8. Falisitasi Penelitian dan

    pengembangan produk solar

    cell untuk implementasi di

    industri dan masyarakat;

    1. Mendorong penerapan

    manajemen energi dan efisien,

    serta penggunaan energy

    melalui penerapan teknologi

    penghemat listrik;

    2. Pengembangan produksi

    hidrodgen secara masal untuk

    pembangkit fuel cell;

    3. Pendirian pabrik/ pusat

    pengolahan lanjut REE produk

    bahan baku nuklir sebagai

    bahan bakar pembangkit

    listrik atau bahan penolong

    beradiasi di industri;

    4. Pendirian pabrik material

    untuk solar cell ;

    5. Penelitian dan pengembangan

    lanjut energi terbarukan untuk

    implementasi di industri dan

    masyarakat ;

    6. Pengembangan fasilitas

    pembangkit listrik tenaga

    nuklir efisien dengan teknologi

    keselamatan yang tinggi.

  • 41

    Jangka Menengah (2015-2020): Jangka Panjang (2020-2035):

    9. Pengembangan kebijakan

    pemanfaatan listrik perumahan

    dari solar cell untuk

    menambah kapasitas daya

    listrik nasional;

    10. Fasilitasi pendirian

    pabrik/pusat pengolahan

    lanjut REE produk bahan baku

    nuklir sebagai bahan bakar

    pembangkit listrik atau bahan

    penolong beradiasi di industri;

    11. Pengembangan rancang

    bangun fasilitas pembangkit

    listrik tenaga nuklir efisien

    dengan tingkat keselamatan

    yang tinggi;

    12. Pengembangan riset

    manajemen energi dan

    pengembangan metoda atau

    komponen untuk penghematan

    energi;

    13. Pengembangan riset kabel

    konduktor khusus dan logam

    magnet berdaya tinggi untuk

    menghasilkan motor/generator

    listrik yang efisien;

    14. Pengembangan dan

    penguasaan teknologi design

    dan engineering untuk

    pembangkit listrik yang efisien

    termasuk penguasaan HKI dan

    penjaminan resiko teknologi;

    15. Penguasaan teknologi dan

    produksi melalui akuisisi

    industri alat uji dan

    pengukuran yang sudah maju;

    16. Pengembangan teknologi

    produksi hidrogen dan fuel cell

    untuk penggerak mula di

    produk alat transportasi.

  • 42

    7. Industri Barang Modal, Komponen, Dan Bahan Penolong

    a. Sasaran

    NO URAIAN TAHUN

    2015 2020 2035

    1 Nilai Tambah Industri (Rp Trilyun) 135 253 1.909

    2 Jumlah Tenaga Kerja (ribu orang) 130 386 1.229

    3 Nilai Investasi (Rp Trilyun) 92 173 1.307

    b. Program Pengembangan

    Jangka Menengah (2015-2020): Jangka Panjang (2020-2035):

    Industri Mesin dan Perlengkapan

    1. Kajian menyeluruh (integrated

    supply chain mulai dari bahan

    baku sampai penguasaan

    teknologi) terhadap industri

    pemesinan sebagai industri

    yang berperan vital dan

    menjadi tulang punggung

    pembangunan industri pada

    banyak sektor;

    2. Penguatan sub sektor industri

    pembuat mesin, komponen

    pendukung dan bahan baku

    (baja, dan paduan) bagi

    industri pemesinan melalui

    revitalisasi mesin dan

    peralatan presisi, termasuk

    pada sentra IKM logam secara

    terintegrasi;

    3. Pengembangan kapasitas

    industri pemesinan melalui

    upaya efisiensi produksi

    termasuk penghematan

    penggunaan energi;

    4. Penyediaan bahan baja dan

    non baja serta paduannya

    yang memenuhi kebutuhan

    spesifik bagi industri

    pemesinan;

    5. Pengembangan dan

    penyediaan bahan pendukung

    (komposit dan keramik)

    dengan spesifikasi yang sesuai

    bagi industri tools;

    6. Penyediaan dan peningkatan

    kemampuan SDM dengan

    kompetensi pada design

    engineering, proses presisi,

    pengukuran presisi, dan

    Industri Mesin dan Perlengkapan

    1. Pengembangan kawasan

    khusus (sub kawasan)

    industri pemesinan di

    wilayah pusat

    pertumbuhan industri yang

    difokuskan pada industri

    manufaktur presisi (alat

    transportasi, elektronika,

    kelistrikan, energi, dan alat

    kesehatan)

    2. Pengembangan sentra IKM

    modern khusus

    memproduksi komponen

    presisi terstandarisasi

    untuk menunjang kawasan

    industri khusus pemesinan

    3. Pengembangan teknologi

    dan kapasitas industri

    pemesinan melalui upaya

    efisiensi produksi termasuk

    penghematan penggunaan

    energi

    4. Pengembangan teknologi

    dan penyediaan bahan baja

    dan non baja serta

    paduannya yang memenuhi

    kebutuhan spesifik bagi

    industri pemesinan

    5. Pengembangan teknologi

    dan penyediaan bahan

    pendukung (komposit,

    keramik) dengan spesifikasi

    yang sesuai bagi industri

    pemesinan

    6. Meningkatkan penguasaan

    teknologi proses dan

    rekayasa produk industri

    penunjang industri

  • 43

    Jangka Menengah (2015-2020): Jangka Panjang (2020-2035):

    mekatronika/robotika;

    7. Peningkatan peran industri

    kecil dan menengah (IKM)

    dalam rantai pasok komponen

    industri pemesinan melalui

    pengembangan sentra industri

    pembuatan tools dan

    komponen presisi yang

    dilengkapi dengan UPT proses

    dan pengukuran presisi;

    8. Pengembangan komponen

    logam terstandar untuk

    efisiensi industri pemesinan

    dan industri lainnya;

    9. Pengembangan sistem untuk

    status legal kepemilikan mesin

    yang diperlukan bagi

    penjaminan pinjaman

    dan/atau pemberian leasing

    unggulan melalui penelitian

    dan pengembangan yang

    terintegrasi

    7. Mendorong penggunaan

    teknologi dan produk dalam

    negeri serta pengurangan

    impor.

    Industri Komponen dan Bahan

    Penolong

    1. Memfasilitasi R&D untuk

    pembuatan produk plastik &

    karet engineering, katalis, zat

    aditive dan pewarna tekstil.

    2. Peningkatan kerjasama

    penelitian dan pengembangan

    antara balai, perguruan tinggi,

    dan industri tekstil untuk

    pengembangan produk plastik

    & karet engineering, katalis, zat

    aditive dan pewarna tekstil;

    3. Memfasilitasi pendirian pabrik

    industri Packaging (berbasis

    karton dan plastik), plastik &

    karet engineering, zat additive,

    dye stuff, katalis dan solvent.

    4. Menyiapkan SDM lokal yang

    berkompeten di bidang industri

    komponen dan bahan penolong

    Industri Komponen dan Bahan

    Penolong

    1. Meningkatkan penguasaan

    teknologi proses dan

    rekayasa produk industri

    penunjang industri plastik

    & karet engineering, katalis,

    zat aditive dan pewarna

    tekstil melalui penelitian

    dan pengembangan yang

    terintegrasi

    2. Mendorong pemakaian

    teknologi dan produk dalam

    negeri serta pengurangan

    impor

    3. Mendorong tumbuhnya

    industri turunan dan

    keterkaitan dengan IKM

    4. Pengembangan dan

    penerapan standardisasi

    serta penguatan

    infrastruktur standardisasi.

    5. Mendorong industri plastik

    & karet engineering, katalis,

    zat aditive dan pewarna

    tekstil untuk dapat

    mengekspor produknya

  • 44

    8. Industri Hulu Agro

    a. Sasaran

    NO URAIAN TAHUN

    2015 2020 2035

    1 Nilai Tambah Industri (Rp Trilyun) 183 336 2.377

    2 Jumlah Tenaga Kerja (ribu orang) 309 400 803

    3 Nilai Investasi (Rp Trilyun) 37 73 537

    b. Program Pengembangan

    Jangka Menengah (2015-2020): Jangka Panjang (2020-2035):

    1. Menjamin ketersediaan bahan

    baku (kualitas, kuantitas dan

    kontinuitas) melalui koordinasi

    dengan instansi terkait

    didukung oleh infrastruktur

    yang memadai.

    2. Menyiapkan SDM yang ahli dan

    berkompeten di bidang industri

    hulu agro melalui diklat

    industri.

    3. Meningkatkan kemampuan

    penguasaan dan pengembangan

    inovasi teknologi industri hulu

    agro melalui penelitian dan

    pengembangan yang terintegrasi

    4. Pembangunan pendidikan

    kejuruan dan vokasi bidang

    pengolahan kayu, rotan dan

    furniture, serta perlindungan

    HKI.

    5. Meningkatkan efisiensi proses

    pengolahan dan penjaminan

    mutu produk melalui penerapan

    GHP, GMP, sertifikasi SNI dan

    industri hijau dan peningkatan

    kapasitas laboratorium uji mutu

    6. Mengkoordinasikan

    pengembangan sistem logistik

    untuk meningkatkan efisiensi

    produksi dan distribusi produk.

    7. Memfasilitasi penerapan harga

    keekonomian produk bioenergi.

    8. Memberikan insentif khusus

    untuk industri bioenergi

    9. Promosi dan perluasan pasar

    produk industri hulu agro

    berwawasan lingkungan di

    dalam dan luar negeri.

    10. Meningkatkan kapastas

    1. Menjamin ketersediaan

    bahan baku dengan

    menerapkan sistem rantai

    pasok yang efisien.

    2. Meningkatkan efektivitas

    kegiatan penelitian dan

    pengembangan untuk

    optimasi sistem produksi

    biorefinery yang efisien (low

    cost technology) melalui

    inovasi teknologi dan

    manajemen, serta

    implementasinya dalam

    skala besar

    3. Meningkatkan kegiatan

    penelitian dan

    pengembangan disain

    produk furniture, didukung

    dengan advokasi dan

    regulasi terkait

    perlindungan HKI (paten,

    hak cipta)

    4. Mengembangkan kerangka

    kebijakan untuk

    meningkatkan pemasaran

    produk oleofood, oleokima

    dan kemurgi

    5. Mengembangkan kawasan

    terintegrasi didukung

    dengan infrastruktur yang

    memadai

    6. Memfasilitasi peningkatan

    investasi industri biodiesel

    dan bioetanol yang lebih

    ramah lingkungan.

    7. Menerapan standar produk

    biodisel.

    8. Memfasilitasi advokasi

    untuk memasukkan

  • 45

    Jangka Menengah (2015-2020): Jangka Panjang (2020-2035):

    produksi pengolahan POME

    (Palm Oil Mill Effluent)

    terintegrasi dengan Pabrik

    Kelapa Sawit untuk mengurangi

    emisi GRK (Gas Rumah Kaca),

    dan mendorong penerapan

    industri hijau pada industri

    pulp dan kertas.

    industri kelapa sawit ke

    dalam green industry

    melalui penerapan ISPO

    9. Meningkatkan efektifitas

    kegiatan penelitian dan

    pengembangan untuk

    menghasilkan inovasi

    teknologi dan formulasi

    produk pakan berbasis

    sumberdaya lokal, dan

    suplemen pakan

    10. Memberikan fasilitas

    pembangunan industri

    bioenergi berbasis pirolisis-

    gasifikasi biomassa

    (termasuk limbah industri),

    dan biokonversi bahan

    lignoselulosa, serta

    biomaterial (building block)

    dari lignin.

  • 46

    9. Industri Logam Dasar

    a. Sasaran

    NO URAIAN TAHUN

    2015 2020 2035

    1 Nilai Tambah Industri (Rp Trilyun) 81 21 2.233

    2 Jumlah Tenaga Kerja (ribu orang) 552 760 1.416

    3 Nilai Investasi (Rp Trilyun) 98 163 179

    b. Program Pengembangan

    Jangka Menengah (2015-2020): Jangka Panjang (2020-2035):

    1. Memfasilitasi pembangunan

    pabrik iron ore pellet

    2. Meningkatkan kapasitas produksi

    (termasuk pembuatan pabrik

    bar