RELEASE NOTE INFLASI JANUARI 2018 - bi.go.id · komponen, meningkatnya inflasi bulan ini terutama...
Transcript of RELEASE NOTE INFLASI JANUARI 2018 - bi.go.id · komponen, meningkatnya inflasi bulan ini terutama...
1
Kenaikan Harga Pangan Dorong Inflasi Januari 2018
INFLASI IHK
Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Januari 2018 tetap terkendali dan mendukung
pencapaian sasaran inflasi 2018. Inflasi IHK pada Januari 2018 mencapai 0,62% (mtm), menurun
dibandingkan bulan lalu sebesar 0,71% (mtm), namun lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata
inflasi IHK bulan Januari empat tahun terakhir sebesar 0,58% (mtm) (Tabel 1). Berdasarkan
komponen, meningkatnya inflasi bulan ini terutama dipengaruhi oleh inflasi kelompok volatile food dan
kelompok inti (Grafik 1). Sementara itu, kelompok administered prices tercatat mengalami deflasi.
Dengan demikian, jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, inflasi IHK tahun 2018 tercatat 3,25%
(yoy) dan berada pada kisaran sasaran inflasi1, yaitu sebesar 3,5%±1% (yoy) (Grafik 2).
Tabel 1. Disagregasi Inflasi Januari 2018
*) Proyeksi BI
Grafik 1. Disagregasi Sumbangan Inflasi Bulanan Grafik 2. Disagregasi Inflasi
Secara spasial, inflasi terjadi di sebagian besar provinsi. Ditinjau berdasarkan kawasannya, inflasi
tertinggi terjadi di kawasan Sumatera (0,73%), yang didorong oleh inflasi di Lampung (1,27%),
1 Berdasarkan PMK No. 93/PMK.011/2014 tentang Sasaran Inflasi Tahun 2016, 2017 dan 2018.
RELEASE NOTE INFLASI JANUARI 2018 TPIP
2
Bengkulu (0,99%), dan Babel (0,97%). Inflasi di kawasan Jawa dan KTI tercatat lebih rendah
dibandingkan dengan nasional, masing-masing sebesar 0,60% dan 0,56%. Sementara itu, Papua dan
Aceh mengalami deflasi masing-masing sebesar 0,59% dan 0,11%. Secara tahunan, inflasi di seluruh
daerah terjaga di dalam rentang sasaran 3,5%±1% (Gambar 1).
Gambar 1. Peta Inflasi Daerah, Januari 2018 (% yoy)
Ke depan, inflasi tahun 2018 diperkirakan kembali berada pada sasaran inflasi, yaitu 3,5%±1%.
Koordinasi kebijakan Pemerintah dan Bank Indonesia dalam mengendalikan inflasi perlu terus
diperkuat, terutama terkait dengan risiko meningkatnya inflasi kelompok pangan dan penyesuaian
harga beberapa komoditas di kelompok administered prices.
INFLASI INTI Terkendalinya inflasi IHK didukung oleh tetap rendahnya inflasi inti. Inflasi kelompok inti pada
bulan Januari tercatat sebesar 0,31% (mtm). Inflasi inti bulan ini meningkat dari bulan sebelumnya
(0,13%, mtm), sesuai dengan pola musiman, namun lebih rendah dari rata-rata historis inflasi inti
bulan Januari pada empat tahun terakhir (Tabel 1). Peningkatan inflasi inti pada bulan ini didorong
oleh kenaikan inflasi pada kelompok traded maupun non traded (Grafik 3). Secara tahunan, inflasi inti
tercatat sebesar 2,69% (yoy), melambat dari bulan lalu sebesar 2,95% (yoy).
Grafik 3. Disagregasi Inflasi Core Grafik 4. Harga Komoditas Global, Nilai Tukar dan
Sumber: BPS, diolah
Inflasi Nasional: 3,25% (yoy)
3
Inflasi Core Traded
Kenaikan inflasi inti traded terutama terjadi pada kelompok non makanan. Inflasi inti traded
bulan ini meningkat dari 0,13% (mtm) menjadi 0,27% (mtm). Komoditas utama penyumbang inflasi
core traded adalah emas perhiasan seiring dengan peningkatan harga emas global dan mobil (Tabel
2). Peningkatan inflasi searah dengan meningkatnya harga komoditas global sebesar 4,70% (mtm) di
tengah menguatnya nilai tukar Rupiah sebesar 1,27% (Grafik 4).
Tabel 2. Komoditas Penyumbang Inflasi/Deflasi Kelompok Inti Januari 2018
Kenaikan inflasi inti non traded terutama terjadi pada kelompok jasa. Inflasi inti non traded pada
bulan ini meningkat dari 0,13% (mtm) menjadi 0,34% (mtm). Komoditas utama penyumbang inflasi
non traded adalah kelompok upah yang meningkat sesuai pola musimannya yaitu upah pembantu
rumah tangga dan upah tukang bukan mandor (Grafik 5 dan Grafik 6). Selain itu komoditas
makanan seperti nasi dengan lauk, ayam goreng, dan mie juga mengalami inflasi seiring dengan
peningkatan harga bahan bakunya (Grafik 7 dan Grafik 8).
Grafik 5. Inflasi Pembantu Rumah Tangga Grafik 6. Inflasi Upah Tukang Bukan Mandor
Grafik 7. Inflasi Nasi dengan Lauk dan Beras
Grafik 8. Inflasi Ayam Goreng dan Daging Ayam
Tekanan permintaan domestik terindikasi masih terbatas. Indikator demand sensitive to inflation
cenderung melambat sejak awal tahun 2017, sementara indikator core flexible price terlihat meningkat
4
sejak September 2017 (Grafik 9).2 Tekanan permintaan yang masih terbatas ini tercermin dari
pertumbuhan M2 dan kredit konsumsi yang masih relatif rendah meskipun dalam tren yang meningkat
sejak tahun 2017. Pertumbuhan kredit konsumsi meningkat dari 10,26% ke 10,89% yoy di bulan
Desember 2017 sementara M2 menurun dari 10,60% (yoy) menjadi 9,30% (yoy) di bulan November
2017 (Grafik 10).
Grafik 9. Demand Sensitive to Inflation dan Core
Flexible Price Grafik 10. M2 dan Kredit Konsumsi
Sementara itu, ekspektasi inflasi terindikasi stabil dan terjangkar dalam kisaran sasaran inflasi.
Terjangkarnya ekspektasi inflasi tahun 2018 dalam kisaran sasaran inflasi tercermin pada hasil survei
Consensus Forecast (CF) bulan Januari 2018 sebesar 3,60% (average, yoy). Angka ekspektasi inflasi
tersebut sama seperti hasil survei pada bulan Desember 2017. Ekspektasi inflasi yang ditunjukkan oleh
indikator core sticky price3 di bulan Januari 2018 terlihat menurun sesuai dengan trennya sejak tahun
lalu (Grafik 11). Sementara itu di sektor riil, ekspektasi inflasi 3 dan 6 bulan ke depan dari pedagang
eceran dan konsumen terlihat meningkat mengantisipasi kenaikan permintaan hingga pertengahan
tahun 2018 (Grafik 12 dan Grafik 13).
Grafik 11. Ekspektasi Inflasi Concensus Forecast
dan CPI dan Core Sticky Price
Grafik 12. Ekspektasi Inflasi Pedagang Eceran
2Indikator demand sensitive to inflation terdiri dari komoditas inti non food pada keranjang IHK. Indikator core flexible price
terdiri dari komoditas inti pada keranjang IHK yang memiliki pergerakan harga yang fluktuatif. Komoditas flexible price
memberikan informasi terkait kondisi perekonomian terkini.
3 Indikator core sticky price terdiri dari komoditas inti pada keranjang IHK yang memiliki pergerakan harga yang stabil atau
cenderung tidak mengalami perubahan harga yang tidak signifikan. Komoditas sticky price lebih memberikan informasi terkait
dengan ekspektasi inflasi sehingga dapat menjadi proxy ekspektasi inflasi ke depan. Mayoritas komoditas sticky price
merupakan komoditas dari sektor manufaktur dan komoditas jasa.
5
Grafik 13. Ekspektasi Inflasi Konsumen
INFLASI VOLATILE FOOD
Kenaikan inflasi volatile food terutama disebabkan oleh kenaikan inflasi beras. Kelompok
volatile food (VF) mencatat inflasi sebesar 2,58% (mtm), meningkat dibandingkan inflasi bulan
sebelumnya yang mencapai 2,46% (mtm). Peningkatan inflasi VF di bulan Januari sesuai dengan pola
historisnya meskipun level di Januari 2018 lebih tinggi dibandingkan rata-rata historis inflasi VF
dalam empat tahun terakhir (Tabel 1). Inflasi VF bulan ini terutama bersumber dari kontribusi inflasi
beras yang mencapai 0,24%, separo dari sumbangan inflasi VF sebesar 0,47% pada inflasi IHK
Januari 2018. Kenaikan inflasi tertinggi terjadi di Jawa Tengah, Jawa Barat dan Sulawesi Tengah.
Komoditas lain yang mencatat inflasi cukup tinggi adalah daging ayam ras, cabai rawit, dan cabai
merah. Sementara itu, komoditas bawang merah tercatat masih mengalami deflasi bulan ini (Tabel
3). Dengan perkembangan tersebut, kelompok VF secara tahunan mencatat inflasi sebesar 2,62%
(yoy), meningkat dari bulan sebelumnya sebesar 0,71% (yoy).
Tabel 3. Komoditas Penyumbang Inflasi/Deflasi Kelompok Volatile Food Januari 2018
Inflasi beras masih terus meningkat dan di atas rata-rata historisnya. Komoditas beras kembali
mengalami inflasi di bulan Januari 2018 yaitu mencapai 6,06% (mtm) (Grafik 14). Inflasi beras yang
terjadi sejak September 2017 berlanjut di Januari 2018 dan mencapai ke level tertingginya, jauh di
atas rata-rata Januari tahun 2014-2017 (1,02%, mtm). Kenaikan harga beras tersebut terjadi untuk
6
semua jenis beras. Inflasi beras bulan Januari 2018 sejalan dengan kenaikan harga gabah yang
disebabkan masih berlangsungnya musim tanam utama untuk panen raya bulan Februari-Juni 2018,
di tengah implementasi HET beras yang menyebabkan pasokan beras medium berkurang. Kenaikan
harga beras tetap terjadi meskipun penyaluran beras pada Operasi Pasar Beras oleh Bulog meningkat
dari 23.032 ton pada Desember 2017 menjadi 161.138 ton pada Januari 2018. Dengan perkembangan
tersebut, inflasi beras mencapai 9,56% (yoy) (Grafik 15) dan harga beras rata-rata mencapai
Rp12.178/kg (Grafik 16).
Grafik 14. Inflasi Beras Bulanan Grafik 15. Inflasi Beras Tahunan
Harga daging ayam ras juga masih mengalami inflasi di bulan ini, melanjutkan tren kenaikan
sejak bulan November 2017. Harga daging ayam ras naik sebesar 5,59% (mtm), sedikit melambat
dari inflasi bulan sebelumnya sebesar 6,25%(mtm). Kenaikan harga komoditas tersebut disebabkan
oleh berkurangnya pasokan akibat penurunan produksi. Harga daging ayam ras tercatat sebesar
Rp34.509/kg (Grafik 17) di atas harga acuannya sebesar Rp32.000/kg.
Kenaikan harga juga terjadi pada komoditas cabai rawit dan cabai merah. Harga cabai rawit dan
cabai merah masing-masing meningkat 23,13% (mtm) dan 5,22% (mtm) ke level Rp43.480/kg dan
Rp40.676/kg (Grafik 18 dan Grafik 19). Kenaikan harga cabai merah dan cabai rawit juga didorong
oleh gangguan pasokan komoditas tersebut seiring dengan curah hujan yang tinggi di awal tahun
2018. Pasokan cabai merah di pasar Kramat Jati terpantau mengalami penurunan sebesar 19,11%
(mtm) pada bulan Januari 2018.
Sementara itu, komoditas bawang merah mengalami deflasi sebesar 1,14% (mtm)
melanjutkan tren deflasi sejak Agustus 2017 (Grafik 20). Turunnya harga bawang merah
disebabkan meningkatnya pasokan seiring dengan panen yang terjadi di berbagai sentra produksi.
Harga bawang merah di level petani turun sempat turun ke level terendah hingga Rp2.000/kg. Selain
bawang merah, komoditas VF lain yang mengalami deflasi adalah telur ayam ras seiring menurunnya
permintaan paska libur akhir tahun (Grafik 21).
7
Grafik 16. Inflasi dan Harga Beras
Grafik 17. Inflasi dan Harga Daging Ayam Ras
Grafik 18. Inflasi dan Harga Cabai Merah Grafik 19. Inflasi dan Harga Cabai Rawit
Grafik 20. Inflasi dan Harga Bawang Merah Grafik 21. Inflasi dan Harga Telur Ayam
INFLASI ADMINISTERED PRICE
Komoditas AP mengalami koreksi harga pasca liburan Natal dan Tahun Baru. Komoditas AP
mencatat deflasi sebesar 0,15% (mtm) pada bulan Januari 2018 setelah pada bulan Desember 2017
mencatat inflasi sebesar 0,91% (mtm). Deflasi komoditas AP pada bulan Januari 2018 tersebut sesuai
dengan pola historis namun lebih dalam dibandingkan rata-rata historis deflasi AP pada bulan Januari
yaitu deflasi 0,12%(mtm) (Tabel 1). Deflasi pada kelompok ini terutama didorong oleh normalisasi
tarif pesawat udara dan kereta api paska libur Natal dan Tahun Baru 2018 (Tabel 4). Secara
tahunan, komponen AP mencatat inflasi sebesar 5,82% (yoy), melambat dari bulan sebelumnya
sebesar 8,70% (yoy).
Namun, deflasi yang lebih dalam pada kelompok AP tertahan oleh kenaikan harga bensin, tarif
parkir, dan harga aneka rokok. Kenaikan harga bensin pada Januari 2018 disebabkan penyesuaian
8
harga bahan bakar khusus (BBK) pada tanggal 13 Januari dan 20 Januari 2018. Harga Pertamax,
Pertamax Turbo, Pertamina Dex, dan Pertalite masing-masing mengalami kenaikan sebesar
Rp200/liter, Rp250/liter, Rp450/liter, dan Rp200/liter. Kenaikan harga BBK tersebut terjadi seiring
dengan kenaikan harga minyak dunia (Minas) yang mencapai USD 63,57/barrel. Sementara kenaikan
harga aneka rokok didorong oleh kenaikan cukai rokok yang mencapai 10,04%/tahun mulai 1 Januari
2018.
Tabel 4. Komoditas Penyumbang Inflasi Kelompok Administered Price Januari 2018
Jakarta, 1 Februari 2018