Relasi Jender Dalam Kafetaria Di Soho

4
Relasi Jender di Kafetaria Sohos 1. Why is the Kafetaria as an institution important for understanding gender relations in Sohos? Kafetaria di Soho menunjukkan adanya segregasi posisi berdasarkan jenis kelamin dan resistensi kaum perempuan. Kafetaria dinilai sebagai ruang publik, yang bukan menjadi domain perempuan, yang diidentikkan dengan urusan domestik. Perempuan dilihat dari sisi jenis kelaminnya, bukan dilihat sebagai “seorang manusia”. Ketika kaum perempuan hadir di Kafetaria, pandangan publik pun negatif, dengan standar moral tertentu. Para gadis melakukan perlawanan terhadap standar nilai yang dibangun oleh orangtua dan lingkungannya. 2. How does a sense of the context as a whole emerge from the detail Cowan presents in this excerpt? Dalam laporan Cowan tampak bahwa perempuan mendapat perlakuan (sikap) berbeda dari kaum lelaki ketika kongkow di Kafetaria. Kaum lelaki cenderung memandang “negatif” terhadap perempuan, khususnya yang sudah menikah, ketika mereka kongkow di kafetaria dikaitkan dengan isu-isu moral. Ketika ada perempuan hadir di situ tampak direspon dengan berbagai bentuk tindakan oleh lelaki, seperti cara memandang tertentu yang berbeda dengan ketika cara melihat lelaki terhadap sesama lelaki di Kafetaria itu.

description

ise

Transcript of Relasi Jender Dalam Kafetaria Di Soho

Relasi Jender di Kafetaria Sohos

1. Why is the Kafetaria as an institution important for understanding gender relations in Sohos?

Kafetaria di Soho menunjukkan adanya segregasi posisi berdasarkan jenis kelamin dan resistensi kaum perempuan. Kafetaria dinilai sebagai ruang publik, yang bukan menjadi domain perempuan, yang diidentikkan dengan urusan domestik. Perempuan dilihat dari sisi jenis kelaminnya, bukan dilihat sebagai seorang manusia. Ketika kaum perempuan hadir di Kafetaria, pandangan publik pun negatif, dengan standar moral tertentu. Para gadis melakukan perlawanan terhadap standar nilai yang dibangun oleh orangtua dan lingkungannya.

2. How does a sense of the context as a whole emerge from the detail Cowan presents in this excerpt?

Dalam laporan Cowan tampak bahwa perempuan mendapat perlakuan (sikap) berbeda dari kaum lelaki ketika kongkow di Kafetaria. Kaum lelaki cenderung memandang negatif terhadap perempuan, khususnya yang sudah menikah, ketika mereka kongkow di kafetaria dikaitkan dengan isu-isu moral. Ketika ada perempuan hadir di situ tampak direspon dengan berbagai bentuk tindakan oleh lelaki, seperti cara memandang tertentu yang berbeda dengan ketika cara melihat lelaki terhadap sesama lelaki di Kafetaria itu.

3. What part does the demonstration of diversity play in Cowans argument?

Melihat fenomena perlakuan janggal kaum lelaki terhadap kaum perempuan di Kafetaria, Cowan mencoba memahami melalui berbagai ungkapan pandangan atau pendapat serta tindakan dari berbagai pihak yang menggambarkan nilai-nilai yang berlaku di Soho. Misal pandangan suami, istri, dan anak-anak muda.

4. What kinds of different roles adn forms of agency does Cowan highlight through the voices she present?

Lelaki menilai kafetaria sebagai ruang publik dan menilai rendah perempuan sekaligus isu-isunya karena ia seharusnya berada di ruang domestik.

Perempuan bersuami menilai dirinya sebagai sosok yang terancam ketika berada di ruang publik, seperti Kafetaria, dan bertugas menjaga keutuhan keluarga.

Gadis menilai Kafetaria adalah tempat menunjukkan eksistensi dirinya sebagai orang modern dan mewah yang harus dipenuhi.

5. Can you see elements of a hermeneutic circle at work in Cowans account? Pick out some examples .

Elemen-elemen lingkaran hermeneutik yang tampak dalam karya Cowan adalah: (i) nilai-nilai atau moral yang berlaku bagi masyarakat berdasarkan perbedaan kelamin; (ii) tentang ruang publik; (iii) dan terkait dengan persoalan keluarga; (iv) yang mendapatkan perlawanan dari generasi muda (para gadis); (v) karena dianggap bertentangan dengan eksistensi kemanusiaan dan kebutuhan mereka.

Pertama, Cowan mendengar pandangan suami, sebagai pihak ketiga, yang menilai bahwa perempuan yang datang ke Kafetaria sebagai bentuk petualangan seksual semata. Sang suami juga mengejek isu-isu perempuan sehingga perempuan menjadi tidak nyaman.

Kedua, Cowan melihat perempuan bersuami cenderung mengelak dengan berebagai alasan ketika diajak ke Kafetaria, walau sebenarnya mereka juga menginginkannya, sebagaimana yang dia bicarakan dalam kesempatan lain, karena takut terhadap perlakuan kekerasan suami atau hancurnya keluarga mereka.

Ketiga, Cowan menyoroti pendapat yang disampaikan oleh para gadis, atau dia sebut sebagai suara kelima. Mereka melihat kafetaria secara sangat toleran sebagai tempat berkumpul kaum muda dan tempat menghabiskan waktu. Meski mereka sering bertengkar dengan orangtuanya dan mengakui adanya kesan Kafetaria sebagai tempat dosa, tetapi mereka menilai Kafetaria merupakan simbol modernitas dan kemewahan.