Relasi

53
RELASI Wawan Laksito Seri Kuliah Matematika Diskrit

description

Wawan Laksito Seri Kuliah Matematika Diskrit. Relasi. Perkalian Kartesian ( cartesian product ). Perkalian kartesian antara dua buah himpunan dinotasikan oleh tanda ‘× ‘. Misalkan A dan B adalah himpunan , maka perkalian kartesian antara A dan B dinotasikan oleh : - PowerPoint PPT Presentation

Transcript of Relasi

Page 1: Relasi

RELASIWawan LaksitoSeri Kuliah Matematika Diskrit

Page 2: Relasi

Perkalian Kartesian (cartesian product) Perkalian kartesian antara dua buah himpunan

dinotasikan oleh tanda ‘× ‘. Misalkan A dan B adalah himpunan, maka perkalian

kartesian antara A dan B dinotasikan oleh : R ⊆ (A × B) = A × B = {(a, b) | a ∈ A dan b ∈ B } atau

Aturan yang menghubungkan antara dua himpunan dinamakan relasi biner.

Himpunan A disebut daerah asal (domain) dari R, dan himpunan B disebut daerah hasil (range) dari R.

Page 3: Relasi

Contoh : Misalkan C = {1, 2, 3}, dan D = { a, b

}, Maka C × D = { (1, a), (1, b), (2, a), (2, b),

(3, a), (3, b) }

Misalkan A = B = himpunan semua bilangan riil, Maka A × B = himpunan semua titik di bidang datar

Page 4: Relasi

AxA

Relasi dapat pula terjadi hanya pada sebuah himpunan, yaitu relasi pada A.. Relasi pada himpunan A merupakan himpunan bagian dari cartesian product A × A.

Contoh : Misalkan R adalah relasi pada A = {2, 3, 4, 8, 9}

yang didefinisikan oleh : (x, y) ∈ R jika dan hanya jika x habis dibagi oleh y.

Jawab :

Relasi R pada A yang mengikuti aturan tersebut adalah :

R = {(2, 2), (4, 4), (4, 2), (8, 8), (8, 2), (8, 4), (3, 3), (9, 9), (9, 3)}

Page 5: Relasi

Non Komutatif

Pasangan terurut (a, b) berbeda dengan (b, a), dengan kata lain (a, b) ≠ (b, a). Dengan argumen ini berarti perkalian kartesian tidak komutatif, yaitu A × B ≠ B × A ; dimana A atau B

bukan himpunan kosong. Jika A = ∅ atau B = ∅, maka A × B = B

× A = ∅

Page 6: Relasi

Kardinalitas Misalkan ada dua himpunan dengan

kardinalitas berhingga, maka kardinalitas himpunan hasil dari suatu perkalian kartesian antara dua himpunan tersebut adalah perkalian antara kardinalitas masing-masing himpunan.

Dengan demikian, jika A dan B merupakan himpunan berhingga, maka:

|A × B| = |A| . |B|.

Page 7: Relasi

CARA MENYAJIKAN SUATU RELASIa. Penyajian Relasi dengan

Diagram Panah Misalkan A = {2, 3, 4} dan B = {2, 4, 8,

9, 15}. R ⊆ (A × B) : (a, b) ∈ R jika a faktor

prima dari b. maka relasi tersebut dapat digambarkan

Page 8: Relasi

CARA MENYAJIKAN SUATU RELASIb. Penyajian Relasi berupa

Pasangan Terurut Contoh relasi pada (a) dapat

dinyatakan dalam bentuk pasangan terurut, yaitu :

R = {(2, 2), (2, 4), (2, 8), (3, 9), (3, 15)}

Page 9: Relasi

CARA MENYAJIKAN SUATU RELASIc. Penyajian Relasi dengan Tabel

Kolom pertama tabel menyatakan daerah asal, sedangkan kolom kedua menyatakan daerah hasil. Relasi pada yang dijelaskan pada bagian (a) dapat sebagai berikut : A B

2 2

2 4

2 8

3 9

3 15

Tabel Relasi faktor prima dari

Page 10: Relasi

CARA MENYAJIKAN SUATU RELASId. Penyajian Relasi dengan Matriks

Misalkan R merupakan relasi yang menghubungkan himpunan A = {a1, a2, …, am} dan himpunan B = {b1, b2, …, bn}. Relasi tersebut dapat disajikan dalam bentuk matriks yaitu :

Unsur-unsur mij pada matriks itu bernilai satu atau nol, tergantung apakah unsur ai pada himpunan A mempunyai relasi dengan unsur bj

pada himpunan B. Pernyataan tersebut dapat dituliskan dalam bentuk :

Tabel Relasi faktor prima dari

Page 11: Relasi

Contoh: Dari kasus (a) maka relasi tersebut

dapat disajikan dalam bentuk matriks yaitu :

Page 12: Relasi

CARA MENYAJIKAN SUATU RELASId. Penyajian Relasi dengan Graf

Berarah Graf berarah didefinisikan hanya untuk

merepresentasikan relasi pada suatu himpunan (bukan antara dua himpuanan).

Tiap unsur himpunan dinyatakan dengan sebuah titik (simpul atau vertex), dan tiap pasangan terurut dinyatakan dengan busur (arc)

Jika (a, b) ∈ R, maka sebuah busur dibuat dari simpul a ke simpul b. Simpul a disebut simpul asal (initial vertex) dan simpul b disebut simpul tujuan (terminal vertex).

Pasangan terurut (a, a) dinyatakan dengan busur dari simpul a ke simpul a sendiri. Busur semacam itu disebut loop.

Tabel Relasi faktor prima dari

Page 13: Relasi

Contoh : Misalkan R = {(a, b), (b, c), (b, d), (c, c) (c, a),

(c, d), (d, b)} adalah relasi pada himpunan {a, b, c, d}.

Relasi R dapat di sajikan dalam bentuk graf berarah yaitu :

Page 14: Relasi

Sifat Relasi

Refleksif (reflexive) Transitif (transitive) Simetri (symmetric) dan Anti

Simetri (antisymmetric)

Page 15: Relasi

Sifat Relasi

REFLEKSIF (REFLEXIVE)

Suatu relasi R pada himpunan A dinamakan bersifat refleksif jika (a,a) ∈ R untuk setiap a ∈ A.

Dengan kata lain, suatu relasi R pada

himpunan A dikatakan tidak refleksif jika ada a ∈ A sedemikian sehingga (a, a) ∉ R.

Page 16: Relasi

Sifat Relasi - REFLEKSIF (REFLEXIVE)

Contoh Refleksif: Misalkan A = {1, 2, 3, 4}, dan relasi R

adalah relasi ‘≤’ yang didefinisikan pada himpunan A,

maka R = {(1,1), (1,2), (1,3), (1,4), (2,2), (2,3), (2,4), (3,3), (3,4), (4,4)}

Terlihat bahwa (1,1), (2,2), (3,3), (4,4) merupakan unsur dari R.

Dengan demikian R dinamakan bersifat refleksif.

Page 17: Relasi

Sifat Relasi - REFLEKSIF (REFLEXIVE)

Contoh Non-Refleksif: Misalkan A = {1,2, 3, 4}. Jika kita definisikan relasi R pada

himpunan A dengan aturan : (a,b) ∈ R jika a faktor prima dari b

Maka R : {(2,2),(2,4),(3,3)} Perhatikan bahwa (1,1) dan (4, 4) ∉ R . Jadi, jelas bahwa R tidak bersifat

refleksif.

Page 18: Relasi

Sifat Relasi - REFLEKSIF (REFLEXIVE)

CIRI KHAS Mempunyai matriks yang unsur diagonal utamanya semua bernilai 1, atau mii = 1, untuk i = 1, 2, …, n

Dalam bentuk graf berarah maka pada graf tersebut senantiasa ditemukan loop setiap simpulnya

Page 19: Relasi

Sifat Relasi

TRANSITIF (TRANSITIVE)

Suatu relasi R pada himpunan A dinamakan bersifat transitif jika ada(a,b)∈R dan (b, c)∈R, maka (a, c)∈R, untuk a, b, c ∈ A.

Page 20: Relasi

Sifat Relasi - TRANSITIF (TRANSITIVE)

Contoh Transitif Misalkan A = { 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9}, dan relasi R didefinisikan oleh : a R b jika dan hanya jikan a membagi b, dimana a, b ∈ A,

Dengan memperhatikan definisi relasi R pada himpunan A, maka : R = {(2, 2), (2, 4), (2, 6), (2, 8), (3, 3), (3, 6), (3, 9), (4, 4), (4, 8),(5,5),(6,6),(7,7), (8,8),(9,9)}

Ketika (2, 4) ∈ R dan (4, 8) ∈ R terlihat bahwa (2, 8) ∈ R.

Dengan demikian R bersifat transitif.

Page 21: Relasi

Sifat Relasi - TRANSITIF (TRANSITIVE)

Contoh Non-Transitif R merupakan relasi pada himpunan bilangan asli N yang didefinisikan oleh : R : a + b = 5, a, b ∈ A,

Dengan memperhatikan definisi relasi R pada himpunan A, maka : R = {(1, 4), (4, 1), (2, 3), (3, 2) }

Perhatika bawa (1, 4) ∈ R dan (4, 1) ∈ R , tetapi (1, 1) ∉ R.

Dengan demikian R tidak bersifat transitif.

Page 22: Relasi

Sifat Relasi - TRANSITIF (TRANSITIVE)Ciri Khas

Pada graf berarah ditunjukkan oleh : Jika ada busur dari a ke b dan busur dari b ke c, maka juga terdapat busur berarah dari a ke c.

Dalam bentuk matriks, relasi transitif tidak mempunyai ciri khusus pada matriks representasinya

a cb

Page 23: Relasi

Sifat RelasiSIMETRI (SYMMETRIC)

Suatu relasi R pada himpunan A dinamakan bersifat simetri jika (a, b) ∈ R, untuk setiap a, b ∈ A, maka (b, a) ∈ R.

Suatu relasi R pada himpunan A dikatakan tidak simetri jika ada (a,b) ∈ R sementara itu (b, a) ∉ R.

ANTI SIMETRI (ANTISYMMETRIC) Suatu relasi R pada himpunan A dikatakan anti simetri jika untuk setiap a, b ∈ A, (a, b) ∈ R dan (b, a) ∈ R berlaku hanya jika a = b.

istilah simetri dan anti simetri tidaklah berlawanan, karena suatu relasi dapat memiliki kedua sifat itu sekaligus.

Page 24: Relasi

Sifat Relasi - SIMETRI (SYMMETRIC) Contoh Simetri dan Anti Simetri Misalkan R merupakan relasi pada sebuah

himpunan Riil, yang dinyatakan oleh : a R b jika dan hanya jika a – b ∈ Z.

Periksa apakah relasi R bersifat simetri !

Jawab : Misalkan a R b maka (a – b) ∈ Z, Sementara

itu jelas bahwa (b – a) ∈ Z. Dengan demikian R bersifat simetri

Tunjukan bahwa relasi ‘≤’ pada himpunan Z bersifat anti simetri

Jawab : Jelas bahwa jika a ≤ b dan b ≤ a berarti a = b. Jadi relasi ‘≤’ bersifat anti simetri.

Page 25: Relasi

Sifat Relasi - SIMETRI (SYMMETRIC) Contoh Simetri - Anti Simetri

Misalkan relasi R = {(1, 1), (2, 2), (3, 3) } maka relasi R merupakan relasi yang simetri sekaligus relasi yang anti simetri.

Page 26: Relasi

Sifat Relasi - SIMETRI (SYMMETRIC) Contoh Non-Simetri – Anti Simetri

Relasi “habis membagi” pada himpunan bilangan bulat asli N merupakan contoh relasi yang tidak simetri karena jika a habis membagi b, b tidak habis membagi a, kecuali jika a = b.

Sementara itu, relasi “habis membagi” merupakan relasi yang anti simetri karena jika a habis membagi b dan b habis membagi a maka a = b.

Page 27: Relasi

Sifat Relasi – SIMETRI DAN ANTI SIMETRI

Ciri Khas Simetri Relasi yang bersifat simetri mempunyai matriks yang unsur-unsur di bawah diagonal utama merupakan pencerminan dari elemen-unsur di atas diagonal utama, atau mij = mji = 1, untuk i = 1, 2, …, n dan j = 1, 2, …, n

Relasi yang bersifat simetri, jika disajikan dalam bentuk graf berarah mempunyai ciri bahwa jika ada busur dari a ke b, maka juga ada busur dari b ke a

a b

Page 28: Relasi

Sifat Relasi – SIMETRI DAN ANTI SIMETRI

Ciri Khas Anti Simetri Relasi yang bersifat anti simetri mempunyai matriks yang unsur mempunyai sifat yaitu jika mij = 1 dengan i ≠ j, maka mji = 0. Dengan kata lain, matriks dari relasi anti simetri adalah jika salah satu dari mij = 0 atau mji = 0 bila i ≠ j :

Sedangkan graf berarah dari relasi yang bersifat anti simetri mempunyai ciri bahwa tidak akan pernah ada dua busur dalam arah berlawanan antara dua simpul berbeda.

Page 29: Relasi

OPERASI PADA RELASI

Invers Relasi R1 ∩ R2, R1 ∪ R2, R1 – R2, dan R1 ⊕ R2

Komposisi Relasi

Page 30: Relasi

OPERASI PADA RELASI

Invers Relasi - R –1

Misalkan, R merupakan relasi dari himpunan A ke himpunan B. Invers dari relasi R, dilambangkan dengan R–1, adalah relasi dari himpunan B ke himpunan A yang didefinisikan oleh :

R–1 = {(b, a) | (a, b) ∈ R }

Page 31: Relasi

OPERASI PADA RELASI Invers Relasi - R –

1

Contoh

Misalkan P = {2, 3, 4} dan Q = {2, 4, 8, 9, 15}.

Jika didefinisikan relasi R dari P ke Q yaitu : (p, q) ∈ R jika dan hanya jika p habis membagi q

maka kita peroleh : R = {(2, 2), (2, 4), (4, 4), (2, 8), (4, 8), (3, 9), (3, 15)

R–1 merupakan invers dari relasi R, yaitu relasi dari Q ke P yang berbentuk : (q, p) ∈ R–1 jika q adalah kelipatan dari p

sehingga diperoleh : R–1 = {(2, 2), (4, 2), (4, 4), (8, 2), (8, 4), (9, 3), (15, 3) }

Page 32: Relasi

OPERASI PADA RELASI - Invers Relasi ( R –

1) Contoh Jika M adalah matriks yang menyajikan

suatu relasi R,

maka matriks yang merepresentasikan relasi R–1, misalkan N, diperoleh dengan melakukan transpose terhadap matriks M,

Page 33: Relasi

OPERASI PADA RELASI

R1 ∩ R2, R1 ∪ R2, R1 – R2, dan R1 ⊕ R2 Relasi merupakan himpunan pasangan

terurut maka beberapa operasi aljabar yang berlaku pada himpunan, juga beraku pada relasi. Operasi himpunan seperti irisan, gabungan, selisih, dan beda setangkup juga berlaku atara dua relasi.

Jika R1 dan R2 masing-masing merupakan relasi dari himpuna A ke himpunan B, maka R1 ∩ R2, R1 ∪ R2, R1 – R2, dan R1 ⊕ R2 juga adalah relasi merupakan dari A ke B.

Page 34: Relasi

OPERASI PADA RELASI - R1 ∩ R2, R1 ∪ R2, R1 – R2, dan R1 ⊕ R2

Contoh Misalkan A = {a, b, c} dan B = {a, b, c, d}. Relasi R1 = {(a, a), (b, b), (c, c)}

Relasi R2 = {(a, a), (a, b), (a, c), (a, d)}

Maka : R1 ∩ R2 = {(a, a)}

R1 ∪ R2 = {(a, a), (b, b), (c, c), (a, b), (a, c), (a, d)}

R1 − R2 = {(b, b), (c, c)}

R2 − R1 = {(a, b), (a, c), (a, d)}

R1 ⊕ R2 = {(b, b), (c, c), (a, b), (a, c), (a, d)}

Page 35: Relasi

OPERASI PADA RELASI - R1 ∩ R2, R1 ∪ R2, R1 – R2, dan R1 ⊕ R2

Contoh Misalkan, relasi R1 dan R2 masing-masing disajikan dalam bentuk matriks MR1 dan MR2, maka matriks yang menyatakan gabungan dan irisan dari kedua relasi tersebut adalah MR1 ∪ R2 = MR1 ∨ MR2 dan MR1 ∩ R2 = MR1 ∧ MR2

Page 36: Relasi

OPERASI PADA RELASI

Komposisi Relasi (T ο R )

Misalkan R adalah relasi dari himpunan A ke himpunan B, dan T adalah relasi dari himpunan B ke himpunan C. Komposisi R dan S, dinotasikan dengan T ο R, adalah relasi dari A ke C yang didefinisikan oleh

T ο R = {(a, c) | a ∈ A, c ∈ C, dan untuk suatu b ∈ B sehingga (a, b) ∈ R dan (b, c) ∈ S }

Page 37: Relasi

OPERASI PADA RELASI - Komposisi Relasi (T ο R )

Contoh Misalkan, A = {a, b, c}, B = {2, 4, 6, 8} dan C = {s, t, u}

Sementara itu, relasi dari A ke B didefinisikan oleh : R = {(a, 2), (a, 6), (b, 4), (c, 4), (c, 6), (c, 8)}

Sedangkan relasi dari himpunan B ke himpunan C didefisikan oleh : T = {(2, u), (4, s), (4, t), (6, t), (8, u)}

Maka komposisi relasi R dan T adalah T ο R = {(a, u), (a, t), (b, s), (b, t), (c, s), (c, t), (c,

u) }

Page 38: Relasi

OPERASI PADA RELASI - Komposisi Relasi (T ο R )

Contoh Jika relasi R1 dan R2 masing-masing dinyatakan dengan matriks MR1 dan MR2, maka matriks yang menyatakan komposisi dari kedua relasi tersebut adalah : MR2 ο R1 = MR1 ⋅ MR2

dimana MR1 ⋅ MR2 merupakan perkalian antara dua buah matriks, tetapi dengan mengganti tanda kali dengan logika “∧” (dan), sedangakan tanda tambah diganti dengan logika “∨” (atau).

Page 39: Relasi

Ekivalen, Kompatibel, Ordering

Page 40: Relasi

RELASI EKIVALEN

Sebuah relasi pada himpunan A dinamakan relasi ekivalen jika relasi tersebut refleksif, simetri dan transitif

Page 41: Relasi

RELASI EKIVALEN

Contoh Misalkan R merupakan relasi pada sebuah himpunan Riil, yang

dinyatakan oleh : a R b jika dan hanya jika a – b ∈ Z (bil. bulat). Periksa, apakah relasi tersebut merupakan relasi ekivalen !

Jawab : • Untuk setiap a ∈ Rill maka a – a = 0 ∈ bilangan

bulat, oleh karena itu R bersifat refleksif. • Misalkan a R b maka (a – b) ∈ Z, jelas bahwa (b

– a) ∈ Z. Dengan demikian R bersifat simetri. • Jika a R b dan b R c artinya (a – b), (b – c) ∈ Z

maka (a – c) = (a – b) + (b – c) juga merupakan bilangan bulat. Oleh karena itu a R c. Jadi R bersifat transitif.

Dengan demikian R merupakan relasi ekivalen

Page 42: Relasi

Relasi binnary dikatakan kompatibel bila memenuhi sifat refleksi dan simetri, tetapi tidak harus transitif

RELASI KOMPATIBEL

Page 43: Relasi

Partially Ordering Set (POSet)-(S,R)

Sebuah relasi R pada himpunan S dikatakan relasi terurut parsial jika relasi tersebut bersifat refleksif, antisimetri dan transitif.

Sebuah himpunan S yang dilengkapi dengan sebuah relasi R yang terurut parsial, himpunan tersebut dinamakan himpunan terurut parsial (partially ordering set – poset), Notasi : (S, R).

Page 44: Relasi

Partially Ordering Set (POSet)-(S,R)

Contoh

Tunjukan bahwa relasi ‘≤’ merupakan relasi terurut pada Z.

Jawab : Karena a ≤ a untuk setiap a ∈ Z, maka

relasi ‘≤’ bersifat refleksi. Jika a ≤ b dan b ≤ a berarti a = a. Jadi relasi

‘≤’ bersifat antisimetri. Jika a ≤ b dan b ≤ c berarti a ≤ c. Jadi relasi

‘≤’ bersifat transitif. Dengan demikian relasi ‘≤’ merupakan

relasi terurut pada Z.

Page 45: Relasi

Partially Ordering Set (POSet)-(S,R)Diagram Hasse

Setiap himpunan terurut parsial dapat disajikan dalam bentuk diagram Hasse. Langkah-langkah dalam menggambar digram Hasse dari suatu poset adalah : Gambarkan relasi urutan dalam

bentuk directed graph (graf berarah). Hapus semua loop (karena refleksif) Hapus semua lintasan transitif

Page 46: Relasi

Gambarkan diagram Hasse dari poset {1,2,3,4}, ρ = {(a, b) | a ≤ b}

POSet - Diagram Hasse

Contoh

1

2

3

4

1

2

3

4

Page 47: Relasi

POSet sering dinyatakan dengan

“mendahului” atau “didahului”

POSet

a < b , a mendahului ba ≤ b , a langsung mendahului bb > a , b didahului ab ≥ a , b langsung didahului aa // b , a tidak dapat dibandingkan dengan b

Page 48: Relasi

POSet Contoh :

Misalkan A= {1, 2, 3, 4, 5, 6 }R=AxA= {(a, b) | a

membagi y}

6

5

4

32

1

Diagram Hasse

1 < 4 , 1 mendahului 41 ≤ 2 , 1 langsung mendahului 22 // 3 , 2 tdk dpt dibandingkan dng 34 > 1 , 4 didahului 12 ≥ 1 , 2 langsung didahului 1

Page 49: Relasi

POSet Istilah-istilah Penting

Upper bound (ub) : batas atassemua elemen himpunan diatas himpuan bagian yang akan dicari batas atasnya, dimana setiap elemen dalam himpunan bagian itu dapat dibandingkan dengan semua elemen batas atasnya

Contoh :Misal A = {a, b, c, d, e,f, g} B = {c, d, e} ; B himpunan bagian A

c

ba

ed

f g

Batas atas dari B = ub (B) = a, b, c

c termasuk batas atas karena c mendominasi d dan e

c termasuk batas atas karena c langsung didahului oleh d dan e

Page 50: Relasi

POSet Istilah-istilah Penting

Least upper bound (lub) : supremum : batas atas terkecilelemen dari upper bound yang paling dekat atau langsung didahului himpunan bagian yang dicari batas atas terkecilnyaContoh :

Misal A = {a, b, c, d, e,f, g} B = {c, d, e} ; B himpunan bagian A

c

ba

ed

f g

Batas atas terkecil dari B = lub (B) = c

c langsung mendahului a dan b c mendominasi a dan b

Page 51: Relasi

POSet Istilah-istilah Penting

Lower bound (lb) : batas bawah semua elemen himpunan dibawah himpuan bagian yang akan dicari batas bawahnya, dimana setiap elemen dalam himpunan bagian itu dapat dibandingkan dengan semua elemen batas bawahnyanya

Contoh :Misal A = {a, b, c, d, e,f, g} B = {c, d, e} ; B himpunan bagian A

c

ba

ed

f g

Batas bawah dari B = lb (B) = f g bukan batas bawah dari B karena g

tidak mendahului d (g dan d tidak dapat dibandingkan)

Page 52: Relasi

POSet Istilah-istilah Penting

Greatest Lower bound (glb) : batas bawah terbesar elemen dari lower bound yang paling dekat atau langsung mendahului himpunan bagian yang dicari batas bawah terbesarnyaContoh :

Misal A = {a, b, c, d, e,f, g} B = {c, d, e} ; B himpunan bagian A

c

ba

ed

f g

Batas bawah terbesar dari B = glb (B) = f

Page 53: Relasi

Soal Latihan