REKRISTALISASI
description
Transcript of REKRISTALISASI
PERCOBAAN II
Judul : Pemurnian Zat Padat Dengan Rekristalisasi
Tujuan : Tujuan dalam percobaan ini adalah:
1. Melakukan rekristalisasi dengan baik
2. Memilih pelarut yang sesuai untuk rekristalisasi
3. Menjernihkan dan menghilangkan warna larutan
4. Memisahkan dan memurnikan campuran dengan rekristalisasi
Hari / Tanggal : Selasa/ 21 Oktober 2014
Tempat : Laboratorium Kimia FKIP UNLAM Banjarmasin
I. DASAR TEORI
Senyawa padat organik yang diperoleh dari reaksi organik atau hasil isolasi
biasanya jarang murni. Senyawa tersebut biasanya terkontaminasi dengan zat
pengotor(impurity). Pemurnian zat tersebut biasanya dilakukan dengan cara
rekristalisasi yang didasarkan pada perbedaan sifat kelarutan dalam pelarut tertentu
atau campuran pelarut (Syahmani,2011).
Kelarutan zat padat relatif berbeda dalam pelarut berbeda. Perbedaan ini
dikaitkan dengan kepolaran relatif zat. Mengacu pada prinsip kelarutan (Like
Dissolves Like), maka kondisi ideal yang diinginkan pada pemurnian dengan cara
kristalisasi adalah:
1. Pelarut yang digunakan hampir tidak melarutkan zat yang akan dimurnikan pada
temperatur kamar, tetapi mampu melarutkan zat itu dengan baik dalam suasana
panas, tetapi juga tidak bereaksi.
2. Titik didih pelarut tidak melebihi titik leleh zat yang akan direkristalisasi.
Pemurnian Zat Padat Dengan Rekristalisasi 38
3. Zat pengotor harus larut baik dalam pelarut pada segala kondisi.
4. Tidak mahal, tidak reaktif dan setelah melarutkan zat padat organik bila dilakukan
penguapan akan lebih mudah memperolehnya kembali.
Dalam praktiknya, usahakan seminimal mungkin jumlah pelarut digunakan sehingga
jumlah zat paling banyak bisa diperoleh kembali sewaktu proses pendinginan larutan
panas. Penurunan suhu harus diatur kecepatannya, jangan terlalu cepat (Syahmani,
2011).
Kristalisasi merupakan kebalikan dari proses pelarutan. Kristalisasi dikategori-
kan sebagai salah satu proses pemisahan yang efisien. Pada umumnya tujuan dari
proses kristalisasi adalah untuk pemisahan dan pemurnian. Adapun sasaran dari
proses kristalisasi adalah untuk menghasilkan produk kristal yang mempunyai
kualitas seperti yang diinginkan. Kualitas kristal antara lain dapat ditentukan dari tiga
parameter berikut yaitu: distribusi ukuran kristal, kemurnian kristal, dan bentuk
kristal. Pada proses kristalisasi kristal dapat diperoleh dari lelehan atan larutan. Dari
kedua proses ini yang paling banyak dijumpai di industri adalah kristalisasi dari
larutan (Setyopratomo, 2003).
Rekristalisasi merupakan salah satu cara pemurnian zat padat yang sering
digunakan, dimana zat-zat tersebut dilarutkan dalam suatu pelarut kemudian
dikristalkan kembali. Cara ini bergantung pada kelarutan zat dalam pelarut tertentu di
kala suhu diperbesar. Karena konsentrasi total impuriti biasanya lebih kecil dari
konsentrasi zat yang dimurnikan, bila dingin, maka konsentrasi impuriti yang rendah
tetapi dalam larutan sementara produk yang berkonsentrasi tinggi akan mengendap
(Arsyad, 2001).
Pemurnian Zat Padat Dengan Rekristalisasi 39
Zat padat umumnya mempunyai titik lebur yang tajam (rentangan suhunya
kecil), sedangkan zat padat amorf akan melunak dan kemudian melebur dalam
rentangan suhu yang besar. Partikel zat padat amorf sulit dipelajari karena tidak
teratur. Oleh sebab itu, pembahasan zat padat hanya membicarakan kristal. Sutau
zaat mempunyai bentuk kristal tertentu. Dua zat yang mempunyai struktur kristal
yang sama disebut (isomorfik) sama bentuk, contohnya NaF dengan MgO, K2SO4
dengan K2SeO4, dan Cr2O3 dengan Fe2O3. Zat isomorfik tidak selalu dapat
mengkristal bersama secara homogen. Artinya, satu partikel tidak dapat mengkristal
bersama secara homogen. Artinya satu partikel tidak dapat menggantikan kedudukan
partikel lain. Suatu zat yang mempunyai dua kristal atau lebih disebut polimorfik
(banyak bentuk) (Syukri, 1999).
Cara rekristalisasi ditentukan oleh jenis pengotor yang akan diubah atau
dipisahkan. Ada dua cara melakukan rekristalisasi:
a. Jika pengotornya sedikit larut dalam pelarut, lakukan langkah berikut:
b. Jika pengotornya lebih larut dalam pelarut, lakukan langkah berikut:
Pemurnian Zat Padat Dengan Rekristalisasi 40
Zat padat + pelarut panas
pelarut
kristalPendinginan dan penyaringan
dengan di isap
Zat terlarut (larutan)
Pengotor (tidak larut)
Zat padat + pelarut panas
LarutanPelarut
KristalPendinginan dan penyaringan dengan
di isap
Apabila larutan yang akan dikristalisasikan ternyata berwarna, padahal kita tahu
zat padatnya tidak berwarna, maka kedalam larutan panas sebelum disaring
ditambahkan arang aktif. Zat warna yang tidak diserap akan hilang pada waktu
pencucian dan penyaringan. Pembentukan kristal biasanya memerlukan waktu
induksi yang berkisar beberapa menit sampai satu jam. Kadang-kadang kristal baru
keluar bila dipancing dengan sebutir kristal murni. Agar terjadi pemisahan maka
keadaan jenuh jangan diaduk / digoncang berlebihan ataupun pendinginan yang
terlalu cepat. Jika kondisi ideal dengan sistem pelarut tinggal tidak berhasil, maka
diperlukan sistem pasangan pelarut (solvent pair) seperti metanol-air. Persyaratannya
adalah kedua pelarut harus saling bercampur (miscible) dan kelarutan zat dalam
kedua pelarut relatif besar perbedaannya (Syahmani, 2011).
Titik leleh dan cara penentuannya
Suatu zat padat mempunyai molekul-molekul dalam bentuk kisi yang teratur,
dan diikat oleh gaya-gaya gravitasi dan elektrostatik. Bila zat tersebut dipanaskan,
energi kinetik dari molekul-molekul tersebut akan naik. Hal ini akan mengakibatkan
molekul bergetar, yang akhirnya pada suatu suhu tertentu ikatan-ikatan molekul
tersebut akan terlepas. Maka zat padat akan meleleh.
Sublimasi
Sublimasi dari zat padat adalah analog dengan proses destilasi dimana zat padat
berubah langsung menjadi gasnya tanpa melalui fasa cair, kemudian terkondensasi
menjadi padatan. Jadi sublimasi termasuk dalam cara pemisahan dan sekaligus
pemurnian zat padat. Untuk bisa menyublim, suatu zat padat harus mempunyai
tekanan uap relatif tinggi (Syahmani, 2011).
Pemurnian Zat Padat Dengan Rekristalisasi 41
Pada percobaan ini tes kelarutan pada prosedur awal adalah menggunakan
etanol. Etanol (CH3CH2OH) dan dimetil eter (CH3OCH3) mempunyai berat molekul
yang sama. Namun, etanol mempunyai titk didih yang jauh lebih tinggi daripada
dimetil eter. Etanol adalah cairan pada suhu kamar sedangkan dimetil eter berupa
gas. Perbedaan kedua senyawa ini dapat dihubungkan dengan fakta bahwa etanol
terikat oleh ikatan hidrogrn, sedangkan dimetil eter tidak. Kelarutan dari senyawa
kovalen dalam air adalah sifat lain yang dipengaruhi oleh ikatan hidrogen
(Fessenden, 1992).
II. ALAT DAN BAHAN
A. Alat yang digunakan pada percobaan ini :
1. Kaca arloji : 4 buah
2. Penangas minyak : 2 buah
3. Erlenmeyer 250 ml : 2 buah
4. Statif dan klem : 4 set
5. Pipet tetes : 1 buah
6. Batang pengaduk : 1 buah
7. Penjepit tabung reaksi : 3 buah
8. Penangas air : 2 buah
9. Kasa Asbes : 3 buah
10. Pembakar bunsen : 3 buah
11. Tabung reaksi : 3 buah
12. Corong kaca : 2 buah
Pemurnian Zat Padat Dengan Rekristalisasi 42
13. Corong buchner : 2 buah
14. Spatula : 4 buah
15. Lumpang dan alu : 2 buah
16. Termometer : 4 buah
17. Gelas ukur 10 ml : 3 buah
18. Rak tabung Reaksi : 1 buah
19. Gelas kimia 100 ml : 2 buah
20. Gelas kimia 200 ml : 3 buah
21. Kaki tiga : 3 buah
22. Gelas ukur 50 ml : 1 buah
23. Cawan petri : 1 buah
24. Hot plate : 1 buah
25. Neraca analitik : 1 buah
B. Bahan yang digunakan :
1. Etanol 95%
2. aquades
3. Pipa kapiler
4. Naftalen 0,1 g
5. Asam salisilat 0,1 g
6. Asam benzoat 0,1 g
7. Es batu
8. Minyak goreng
Pemurnian Zat Padat Dengan Rekristalisasi 43
9. Karbon aktif
10. Kertas saring
III.PROSEDUR KERJA
A. Tes kelarutan
1. Menimbang sekitar 0,1 g zat padat, kemudian memasukkannya kedalam
tabung reaksi dengan spatula kecil,
2. Menambahkan 2,5 ml pelarut dengan pipet tetes
3. Mengaduknya dengan pengaduk gelas
4. Mengamati apakah zat melarut dengan segera dalam pelarut pada suhu
kamar. Bila terjadi, memanaskan campuran, mengatur komposisi campuran
pelarut untuk mendapatkan larutan pekat panas pada titik didih pelarutnya.
5. Membiarkan larutan agar dingin dan mengamati sifat kristal yang terbentuk.
Memanaskan larutan jika zat tidak larut dalam pelarut dingin.
Melakukan tes kelarutan terhadap : naftalena, asam benzoat, asam salsilat
dengan pelarut etanol dan akuades.
B. Penentuan titik leleh
Mengambil sejumlah kecil (0,5 gram) kristal asam benzoat murni dalam kaca
arloji. Menggerus sebagian sampai sehalus mungkin.
1. Mengambil tabung kapiler ( kaca) yang ujung satunya tertutup.
Membalikkan ujung yang terbuka, lalu menekan-nekan ke dalam serbuk
kristal sampai serbuk masuk ke dalam tabung kapiler. Membalikkan lagi
dan mengetuk-ngetuk sampai serbuk kristal bisa turun ke dasar kapiler.
Pemurnian Zat Padat Dengan Rekristalisasi 44
2. Mengulangi pengambilan dengan cara di atas sampai serbuk yang ada di
pipa kapiler tingginya sekitar 0,5 cm. Memasang kapiler ditempat atau alat
penentuan titik leleh, alat Thiele atau melting-block. Melihat gambar dan
mempelajari semua alat dan teknik-teknik penentuan titiok leleh dengan
seksama. Pemanasan harus dilakukan dengan api kecil(elektrik) agar
naiknya suhu kelihatan sampai dimana kristal dalam pipa kapiler mulai ada
yang leleh sampai persis semuanya meleleh (trayek pelelehan).
C. Kristalisasi dari pelarut air
1. Menimbang 5 gram asam benzoate atau garam kotor, memasukkan
kedalam Erlenmeyer 250 ml. Memasukkan sekitar 50 ml air panas secara
bertahap atau sedikit demi sedikitsambil diaduk sampai semua asetanilida
larut. Setelah semua larut, Menambahkan sedikit berlebih 5-7 ml air panas.
Mendidihkan campuran ini diatas kaca asbes dengan menggunakan
pembakar Bunsen (api jangan terlalu besar).
2. Menambahkan 0,5-1 g karbon pada campuran panas seddikit demi
sediikit secara hati-hati sambil mengaduknya. Mendidihkan beberapa saat
supaya penyerapan warna lebih sempurna. Menyiapakan corong biasa ,
melengkapi denga kertas saring lipat. Memasang labu Erlenmeyer bersih
untuk menampung filtrat panas. Menuangkan larutan kedalam corong
secepat mungkin. Jika larutan keburu dingin dan mengkristal, mengulang
pemanasan diatas kasa, dan mengulangi penyaringan sampai semua larutan
tersaring. Membiarkan filtrat dingin dengan penurunan suhu secara perlahan
(diudara terbuka) dan jangan diganggu dan diguncang .Jika sudah lama
Pemurnian Zat Padat Dengan Rekristalisasi 45
belum terbentuk kristal , bisa mendinginkan Erlenmeyer menyiram dibawah
curahan air kran atau merendam dalam air es. Bila diair es belum juga
terbentuk kristal berarti larutannya kurang jenuh , maka jenuhkan dengan
cara penguapan sebagai pelarutnya .
3. Melakukan penyaringan dengan menggunakan corong buchner yang
dilengkapi dengan peralatan hisap, jika semua Kristal sudah terbentuk dan
terpisah. Melihat gambar dan mempelajari cara menggunakan penyaring
buchner dengan pengisapan. Kertas saring yang digunakan harus tepat
seukurang corong buchner , tepat menutupi lubang. Mencuci kristal dalam
corong dengan sedikit air dingin , satu sampai dua kali. Menekan kristal
dengan spatula sekering mungkin. Menebarkan kristal diatas kertas saring
lebar (kering), menekan sekering mungkin. Menyimpan kristal di dalam
desikator sampai kristal mengering. Menimbang kristal kering dan
menentukan titik lelehnya .
Menghitung perolehan kembali asetanildehida murni. Mengulangi
rekristalisasi jika trayek leleh masih lebar (lebih dari 1 derajat).
D. Kristalisasi dalam pelarut organik
1. Menimbang 5 g naftalena kotor , memasukan dalam Erlenmeyer 100 ml lalu
memasukan kedalam etanol 95% secara bertahap dan hati-hati sambil
mengaduk.
2. Memanaskan campuran dan mendidihkan didalam penangas air (jangan
dipanaskan dengan api langsung , ingat etanol mudah terbakar )sampai
mendidih.
Pemurnian Zat Padat Dengan Rekristalisasi 46
3. Mengelurkan dari pemanas , menambahkan 0,5 g arang aktif sambil
mengaduk. Mendidihkan lagi sebentar diatas penangas air. Melakukan
penyaring diatas corong kaca yang telah dilengkapi kertas saring lipat selagi
panas. Melakukan penyaringan dengan menggunakan corong Buchner yang
telah dilengkapi pengisapan. Jika semua Kristal sudah terbentuk dan
terpisah menetesi Kristal dengan etanol dingin.
Mengeringkan,memindahkan kekertas saring lebar, menekan sekering
mungkin. Menimbang hasilnya dan menentukan titik lelehnya .
E. Sublimasi
1. Menimbang 5 g naftalen kotor, dan memasukkan kedalam gelas kimia.
Menimbang kasa arloji dan kertas saring. Meletakkan labu bundar yang
diisi es batu ke dalam gelas kimia dan memanaskannya di atas pembakar
Bunsen sampai semua padatan mengkristal dibawah labu bundar.
Memindahkan Kristal yang terbentuk ke kertas saring. Mengeringkan,
kemudian menimbang dan menentukan titik lelehnya.
IV. HASIL PENGAMATAN
1. Tes Kelarutan
No Perlakuan Hasil pengmatan
1. Menimbang 0,1 gram asam salisilat
dan memasukkan kedalam tabung
reaksi dan menambahkan 2,5 ml
etanol
-larutan ditambahkan 100 tetes air
- larutan melarut dalam suhu kamar
dengan segera setelah ditambahhkan
etanol, larutan bening.
- tidak terbentuk endapan, sehingga
Pemurnian Zat Padat Dengan Rekristalisasi 47
larutan tidak dipanaskan.
2. Menimbang 0,1 gram asam benzoat
dan memasukkan kedalam tabung
reaksi dan menambahkan 2,5 ml
etanol
- larutan ditambahkan air sebanyak
100 tetes
- melarut dalam suhu kamar dengan
segera setelah ditambahkan etanol
- larutan berwarna bening.
- tidak terbentuk endapan, sehingga
larutan tidak dipanaskan.
3. Menimbang naftalen sebanyak 0,1 g
dan memasukkan kedalam tabung
reaksi dan menambahkan 2,5 ml
etanol
- Tidak larut dalam suhu kamar 30oC
- Setelah dipanaskan larutan menjadi
homogen pada suhu 50oC.
- Terbentuk kristal dalam larutan
(bentuk kristal kecil, pendek dan
banyak)
- Warna kristal putih
4. Menimbang asam salsilat 0,1 gram
dan memasukkan kedalam tabung
reaksi dan menambahkan 2,5 ml air
- larutan ditetesi air sebanyak 5 tetes
- Terdapat endapan setelah ditambah-
kan air
- Tidak larut setelah dipanaskan pada
suhu 85oC
- Tidak larut meskipun ditambahkan air
5. Menimbang asam benzoat sebanyak - Terdapat endapan setelah ditambah-
Pemurnian Zat Padat Dengan Rekristalisasi 48
0,1 g dam memasukkan kedalam
tabung reaksi dan ditambahkan air
sebanyak 2,5 ml
kan air sebanyak 2,5 ml
- larutan pekat sebagian setelah ditetesi
air sebanyak 5 tetes
6. Menimbang naftalen sebanyak 0,1 g
dan memasukkan kedalam tabung
reaksi dan ditambahkan air
sebanyak 2,5 ml
- larutan heterogen setelah ditambahkan
air sebanyak 2,5 ml
- setelah dipanaskan larutan terbentuk
kristal batu, pada suhu 77oC
2. Kristalisasi dalam Pelarut Air
No. Perlakuan Hasil pengamatan
1. Menimbang asam benzoat atau
asam salisilat kotor
- 5 gram sotoram benzoat
2. Memasukkan kedalam Erlenmeyer
250 ml dan memasukkan sekitar 50
ml air panas, sedikit demi sedikit
sambil mengaduk
- Campuran tidak larut, terdapat
gumpalan putih yang mengapung
3. Menambahkan 5-7 ml air panas - air panas ditambahkan sebanyak 5,7
ml
4. Mendidihkan campuran diatas kasa
asbes dengan api sedang
- kurang lebih 5 menit larutan
dipanaskan terdapat gelembung-
gelembung putih yang ada diatas
Pemurnian Zat Padat Dengan Rekristalisasi 49
larutan dan larutan mendidih
5. Menambahkan sedikit demi sedikit
0,5 - 1 gram karbon aktif pada
campuran air panas sambil diaduk
untuk menghilangkan warna
- 0,7 gram karbon aktif
- larutan berwarna hitam setelah
dicampurkan dengan larutan
benzoat panas
6. Mendidihkan beberapa saat - larutan mendidih (homogen)
7. Menuangkan larutan kedalam
corong yang sudah diberi kertas
saring secepat mungkin
(mengulangi pemanasan jika larutan
dingin)
- Filtrat membentuk kristal dan kristal
yang terbentuk berwarna putih
sedangkan residu mengkristal pula
8. Membiarkan filtrat dingin - krisstal filtrat dingin
9. Menyaring kristal dengan corong
buchner yang dilengkapi dengan
peralatan hisap
- kristal terpisah dari filtratnya, residu
yang terbentuk berwarna putih
bersih sedangkan filtrat yang
terbenetuk berupa larutan putih
bening
10. Mencuci kristal dalam corong
dengan sedikit air dingin
- kristal berwarna putih bening
11. Menekan kristal dengan spatula
sekering mungkin
- krisstal mengering
12. Menimbang kertas saring - berat kertas saring 0,6 gram
Pemurnian Zat Padat Dengan Rekristalisasi 50
- berat kristal kering 1,1 gram
13. Menggerus kristal hingga halus - kristal menjadi lebih halus dari
sebelumnya
14. Memasukkan kristal halus kedalam
pipa kapiler setinggi 0,5 cm.
Kemudian menentukan titik
lelehnya dengan menggunakan
penangas minyak
- suhu awal termometer 44oC
- suhu saat lelehnya adalah 92oC
3. Kristalisasi dalam pelarut organik
No. Perlakuan Hasil pengamatan
1. Menggerus naftalen yang berwarna
putih
- serbuk berwarna putih
2. Menambahkan 20 ml etanol secara
perlahan
- Larutan heterogen
3. Memanaskan larutan kedalam
penangas air sampai mendidih
- larutan homogen berwarna bening
4. Menambahkan 0,5 gram karbon aktif - larutan berwarna hitam
5. Memanaskan kembali hingga larut - Larutan humogen
6. Menyaring dengan kertas saring
dalam erlenmeyer
- larutan berwarna bening dan
mengkristal (filtrat)
7. Mengeringkan pada corong buchner
dan menetesi etanol 2-3 ml
- terbentuk kristal putih
Pemurnian Zat Padat Dengan Rekristalisasi 51
8. Menimbang filtrat - 1,6 g - 0,6 g (kertas saring) = 1 gram
9. Menentukan titik leleh kristal dengan
cara memanaskan melalui kapiler
yang didalamnya sudah dimasukkan
kristal
- 86oC
10. Menggerus naftalen yang berwarna
merah muda
- serbuk berwarna merah muda
11. Menambahkan 20 ml etanol secara
perlahan-lahan
- larutan heterogen
12. Memanaskan larutan kedalam
penangas air sampai mendidih
- larutan homogen berwarna merah
muda
13. Menambahkan karbon aktif sebanyak
0,5 gram
- larutan homogen berwarna hitam
14. Memanaskan kembali hingga larutan
larut
- larutan homogen
15. Menyaring dengan kertas saring
dalam erlenmeyer menggunakan
corong
- larutan berwarna bening dan
mengkristal (filtrat)
16. Mengeringkan pada corong buchner
dan menetesi etanol 2-3 ml
- terbentuk kristal putih
17. Menimbang filtrat (kertas saring = 0,6
g)
- 1,8 g - 0,6 g = 1,2 g
18. Menentukan titik leleh kristal dengan - 84oC
Pemurnian Zat Padat Dengan Rekristalisasi 52
cara memanaskan melalui pipa
kapiler
4. Penentuan titik leleh dan Sublimasi
No Perlakuan Hasil pengamatan
Penentuan titik leleh
1. Mengambil sejumlah 0,5 gram asam
benzoat murni
- menggerus sampai halus
- pipa kapiler cara menggunakannya
dibagi dua dengan memanaskan ke
api tepat di tengah- tengah pipa
kapiler
- berbentuk kristal putih
- asam benzoat menjadi serbuk
- pipa kapiler terbagi dua dimana 1
sisi terbuka dan sisi lainnya tertutup
2. Memasukkan serbuk kristal ke salah
satu pipa kapiler hingga 0,5 cm
- mengikat pipa kapiler ke termometer
- memasang pipa kapiler pada tempat
alat penentuan titik leleh (sampai
pipa kapiler tenggelam pada
penangas minyak) dan mengamati
- pipa kapiler terisi serbuk 0,5 cm
- pipa kapiler terikat
- pipa kapiler terpasang pada alat
- titik leleh 110oC, yaitu serbuk
benzoat meleleh
Sublimasi
1. 5 gram naftalena kotor
- menimbang dan memasukkan dalam - naftalena 5 gram dan berwarna putih
Pemurnian Zat Padat Dengan Rekristalisasi 53
cawan porselin, lalu menutupnya
dengan cawan petri
- menambahkan es batu ke atas cawan
petri
(dalam bentuk serbuk)
- naftalen kotor berwarna putih
2. Memanaskan diatas api bunsen
sampai serbuk naik kecawan petri
seperti salju-salju
- memindah kristal berbentuk salju ke
kertas saring
- menimbang
- serbuk naftalen kotor, naik kebawah
cawan petri
- berat serbuk yang ditimbang
4,1 - 0,5 = 3,6 gram (keterangan =
berat kertas saring 0,5 gram)
3. Serbuk kristal yang ditimbang
- menggerus dengan lembut
- memasukkan serbuk kedalam pipa
kapiler hingga 0,5 cm (perlakuan
sama dengan no 2)
- serbuk menjadi lebih halus
- titik leleh 85oC, yaitu serbuk
naftalen meleleh
V. ANALISIS DATA
1. Tes Kelarutan.
Tes kelarutan ini dilakukan untuk menentukan pelarut yang cocok untuk
rekristalisasi. Pertama-tama asam salisilat dilarutkan dalam etanol. Ternyata
asam salisilat langsung larut pada suhu kamar. Oleh sebab itu, diperlukan sistem
pasangan pelarut etanol-air. Sedangkan pada proses selanjutnya, jika asam
salisilat dilarutkan dalam air saja (tanpa etanol), asam salisilat tidak larut pada
suhu kamar. Dan meski telah dipanaskan kemudian ditambahkan air lagi asam
Pemurnian Zat Padat Dengan Rekristalisasi 54
salisilat tersebut tetap tidak larut. Oleh karena itu, air merupakan pelarut yang
cocok untuk memurnikan asam salisilat. Selanjutnya, asam benzoat dilarutkan
dalam etanol. Asam benzoat larut pada suhu kamar, karena asam benzoat dan
etanol sama-sama bersifat polar. Karena kondisi ideal dengan sistem pelarut
tunggal tidak berhasil (asam benzoat dapat larut dalam etanol pada suhu kamar),
maka dilakukan sistem pasangan pelarut etanol-air. Caranya setelah dilarutkan,
lalu ditambahkan beberapa tetes air hingga akhirnya pada 100 tetes penambahan,
tetap tidak terbentuk endapan. Sedangkan jika asam benzoat dilarutkan dalam air
saja (tanpa etanol), asam benzoat tidak larut pada suhu kamar (terbentuk
endapan). Kemudian larutan pekat sebagian setelah dipanaskan dan pekat
sempurna setelah ditambahkan beberapa tetes air. Hal ini membuktikan bahwa
air merupakan pelarut yang cocok untuk digunakan pada kristalisasi asam
benzoat karena kondisi ideal yang diinginkan pada pemurnian dengan cara
rekristalisasi adalah pelarut yang digunakan hampir tidak melarutkan zat yang
akan dimurnikan pada suhu kamar, tetapi mampu melarutkan zat yang akan
dimurnikan pada suasana panas. Namun, pada percobaan yang dilakukan pada
saat pemanasan, campuran tetap tidak larut. Hal ini disebabkan (mungkin)
karena kesalahan pada proses percobaan itu sendiri.
Kemudian, mencampurkan naftalena dengan etanol. Naftalen tidak larut
pada suhu kamar. Hal ini karena naftalen bersifat semipolar sedangkan etanol
bersifat polar. Oleh karena itu, agar naftalena dapat larut dalam etanol
dilakukanlah pemanasan sehingga naftalena dapat larut (campuran menjadi
homogen) dan setelah didiamkan (didinginkan) terbentuk kristal berwarna putih.
Pemurnian Zat Padat Dengan Rekristalisasi 55
Selanjutnya, naftalena dicampurkan dengan air, ternyata naftalena tidak larut
pada suhu kamar. Hal ini karena naftalena bersifat semipolar sedangkan aiar
bersifat polar. Oleh karena itu, dilakukan pemanasan, yang bertujuan untuk
melarutkan naftalena. Namun, pada percobaan ini, pada saat pemanasan 77oC
terbentuk kristal batu tanpa adanya pendinginan. Hal ini terjadi (mungkin)
karena kesalahan dalam praktikum.
2. Kristalisasi dalam pelarut air
Percobaan ini bertujuan untuk memurnikan asam benzoat (kotor). Asam
benzoat merupakan senyawa organik yang memiliki struktur siklik dengan satu
cincin siklo dan sama-sama memiliki ikatan rangkap dan dapat membentuk
ikatan hidrogen apabila dilarutkan. Mengakibatkan zat tersebut bersifat polar
yang melarut dalam pelarut polar. Strukturnya, yaitu:
Mula-mula asam benzoat dicampurkan dengan air panas, ternyata asam
benzoat tidak larut (terdapat gumpalan putih yang mengapung). Hal ini terjadi
karena kurangnya pengadukan saat pencampuran. Lalu ditambahkan lagi air
panas sebanyak 5-7 ml dan dipanaskan agar campuran cepat larut secara
keseluruhan, karena pada umumnya kelarutan bertambah seiring kenaikkan
suhu. Tahap selanjutnya, dilakukan penambahan karbon aktif, yang bertujuan
agar pengotor yang ada pada larutan terserap oleh karbon (arang aktif). Setelah
ditambahkan arang aktif larutan menjadi berwarna hitam. Kemudian larutan itu
dididihkan kembali agar penyerapan zat pengotor lebih sempurna. Selanjutnya,
dilakukan penyaringan dengan corong buchner yang dilengkapi dengan
Pemurnian Zat Padat Dengan Rekristalisasi 56
peralatan hisap, kristal terpisah dari filtratnya. Selanjutnya kristal dicuci agar
bersih dari zat pengotor. Lalu kristal ditekan dengan spatula, hal ini bertujuan
untuk mengeringkan dan menghaluskan kristal. Melalui perhitungan yang
terdapat dilampiran, maka dapat diketahui bahwa zat pengotor pada asam
benzoat tercuci oleh etanol dan terserap oleh arang aktif yang telah ditambahkan.
3. Kristalisasi dalam pelarut organik
Percobaan kali ini bertujuan untuk memurnikan naftalena. Naftalena
merupakan senyawa organik yang memiliki cincin siklo dan sama-sama
memiliki ikatan rangkap. Strukturnya:
Mula-mula naftalena kotor dilarutkan dalam etanol. Etanol digunakan karena
titik didih etanol lebih kecil dibandingkan titik leleh naftalena. Selain itu, karena
etanol adalah zat yang hanya dapat larut pada suhu panas apabila dilarutkan
dengan naftalena. Lalu, campuran dididihkan agar kelarutan bertambah karena
kelarutan meningkat seiring kenaikan suhu.
Tahap selanjutnya dilakukan penambahan arang aktif yang bertujuan agar
pengotor yang ada (seperti zat warna pada naftalena berwarna) dapat terserap
oleh arang tersebut. Setelah ditambahkan arang aktif warna larutan menjadi
hitam. Kemudian, campuran dipanaskan agar terlarut sempurna. Lalu, larutan
disaring terbentuk kristal dan mengeringkannya serta menetesi etanol 2-3 ml
yang bertujuan untuk membersihkan kristal dari zat pengotor yang masih tersisa.
Selanjutnya kristal ditimbang melalui perhitungan (yang dilampirkan) dapat
diketahui bahwa persentase naftalena murni yang diperoleh 20 % (untuk
Pemurnian Zat Padat Dengan Rekristalisasi 57
naftalena berwarna putih) dan 24 % (untuk naftalena berwarna merah muda).
Perolehan tidak mencapai 100 % karena naftalena kotor banyak mengandung zat
pengotor yang diserap oleh karbon aktif dan dicuci oleh etanol.
4. Penentuan titik leleh dan sublimasi
Penentuan titik leleh
Titik leleh senyawa murni adalah suhu dimana fasa padat dan fasa cair
senyawa tersebut berada dalam kesetimbangan pada tekanan 1 atm. Pada
percobaan ini dilakukan untuk mengetahui titik leleh zat yang akan dimurnikan
yaitu asam benzoat. Pertama-tama asam benzoat dihaluskan dan dimasukkan ke
dalam pipa kapiler. Untuk melewati proses pelelehan diperlukan waktu dan
perubahan suhu, maka dari itu dilakukan pemanasan, asam benzoat meleleh
pada suhu 110oC, sedangkan titik leleh asam benzoat murni adalah 122oC.
Sublimasi
Pada percobaan ini bertujuan untuk memurnikan naftalena menggunakan
prinsip sublimasi dimana zat padat berubah langsung menjadi gasnya tanpa
melalui fasa cair. Kemudian terkondensasi menjadi padatan. Pertama-tama
naftalena dimasukkan kedalam cawan porselin yang kemudian ditutup dengan
cawan petri yang telah diisi dengan es batu, lalu dipanaskan. Es batu berfungsi
untuk mempercepat sublimasi dan menaikkan tekanan uap. Sehingga, setelah
naftalen telah habis terkondensasi maka langsung dipindahkan ke kertas saring
dan ditimbang. Dari hasil perhitungan (terlampir) dapat diketahui hasilnya
adalah 72 % dari 100 % naftalena yang disublimasi. Hal tersebut dikarenakan
sebagian dari naftalena menguap ke udara karena terlalu sering membuka cawan
Pemurnian Zat Padat Dengan Rekristalisasi 58
porselin (mengangkat cawan petri yang berfungsi untuk menutupnya dan yang
berisi es batu).
VI. Kesimpulan
Dari hasil percobaan ini, dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu:
1. Untuk memisahkan dan memurnikan suatu campuran dengan cara
rekristalisasi, cara/tahapannya sebagai berikut:
a. Melarutkan zat padat campuran dalam pelarut panas dengan volume pelarut
minimal.
b. Kristalisasi zat dalam larutan tersebut dengan menurunkan suhu larutan
secara perlahan.
c. Penyaringan terhadap kristal murninya dipisahkan dari larutannya.
2. Untuk memurnikan naftalena dapat digunakan pelarut etanol, sedangkan
untuk asam benzoat dan asam salisilat pelarut yang cocok adalah air.
3. Untuk menghilangkan zat pengotor dapat dilakukan dengan penambahan
arang aktif.
4. Rekristalisasi dilakukan menggunakan prinsip melarutkan zat yang ingin
dimurnikan dengan pelarut yang cocok atau sesuai. Untuk memperoleh
senyawa yang benar-benar murni.
Pemurnian Zat Padat Dengan Rekristalisasi 59
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, M. Natsir. 2001. Kamus Kimia Arti dan Penjelasan Istilah. Jakarta:
Gramedia.
Fessenden dan Fessenden. 1992. Kimia Organik Jilid I Edisi Ketiga. Jakarta:
Erlangga.
Setyopratomo, P.dkk. 2003. Studi Eksperimental Pemurnian Garam NaCl dengan
Cara Rekristalisasi. Unistas.
Syahmani dan Rilia Iriani. 2011. Penuntun Praktikum Kimia Organik. Banjarmasin:
FKIP UNLAM.
Syukri. 1999. Kimia Dasar 3. Bandung: ITB PRESS.
Pemurnian Zat Padat Dengan Rekristalisasi 60
LAMPIRAN
A. PERHITUNGAN
1. Kristalisasi dalam Pelarut Air
Kadar kemurnian asasm benzoat
Berat pengotor = berat mula-mula – berat kristal murni
= 5 gram – 1,1 gram
= 3,9 gram
Kadar kemurnian =
= 22 %
2. Kristalisasi dalam pelarut organik
Naftalena berwarna putih
Berat pengotor = berat mula-mula – berat kristal murni
= 5 gram – 1 gram
Pemurnian Zat Padat Dengan Rekristalisasi 61
= 4 gram
Kadar kemurnian =
= 20 %
Naftalena berwarna merah muda
Berat pengotor = berat mula-mula – berat kristal murni
= 5 gram – 1,2 gram
=3,8 gram
Kadar kemurnian =
= 24 %
3. Sublimasi
Berat pengotor = berat mula-mula – berat kristal murni
= 5 gram – 3,6 gram
= 1,4 gram
Kadar kemurnian =
= 72 %
B. PERTANYAAN
Pertanyaan Pra Praktek
1. Terangkan prinsip dasar rekristalisasi
2. Sifat-sifat apakah yang harus dipunyai oleh suatu pelarut agar dapat digunakan
untuk rekristalisasi suatu senyawa organik tertentu?
3. Sebutkan urutan kerja yang harus dilakukan dalam rekristalisasi
Pemurnian Zat Padat Dengan Rekristalisasi 62
Jawab:
1. Prinsip dasar rekristalisasi adalah perbedaan kelarutan antara zat yang ingin
dimurnikan dengan zat pengotornya. Zat yang akan dimurnikan dilarutkan
dengan dalam suatu pelarut yang sesuai sehingga zat pengotor tidak ikut larut.
Kelarutan suatu zat merupakan fungsi dari suhu, sehingga untuk membuat suatu
larutan lewat jenuh pada suhu kamar. Larutan harus dipanaskan dulu sampai
seluruh zat yang akan dimurnikan larut.
2. Sifat-sifat yang harus dipunyai pelarut agar dapat digunakan untuk rekristalisasi
suatu senyawa organik adalah sebagai berikut:
1) Pelarut tidak bereaksi dengan zat lain yng akan dilarutkan .
2) Pelarut hanya dapat melarutkan zat yang akan dimurnikan, tidak
melarutkan pencemarnya.
3) Titik didih pelarut harus lebih rendah dari titik leleh zat yang akan
dimurnikan.
4) Daya melarut yang tinggi untuk suatu zat yang dimurnikan pada suhu
yang dinaikkan dan daya melarut yang rendah pada suhu laboratorium
atau lebih rendah da suhu laboratorium.
5) Pelarut harus mampu memisahkan kristal dengan mudah.
3. Urutan kerja dalam rekristalisasi
Kristalisasi dalam pelarut air
1. Melarutkan kristal asam benzoat tidak murni dengan air panas .
2. Mengocok dan memanaskan .
Pemurnian Zat Padat Dengan Rekristalisasi 63
3. Menambahkan air smpai kristal tepat larut.
4. Menambahkan karbon aktif dan mendinginkan .
5. Menyaring dan menimbang kristal.
Kristalisasi dalam pelarut organik .
1. Melarutkan naftalena tidak murni dengan etanol.
2. Mengaduk dan memanaskan larutan sampai mendidih.
3. Menambah etanol dan memanaskan larutan sampai mendidih atau
larut.
4. Menambahkan arng aktif dan menyaring.
5. Mendinginkan filtrat, menyaring dan menimbang kristal.
Pertanyaan pasca praktek
1. Sebutkan paling sedikit mengapa penyaringan dengan teknik isap lebih
disukai dalam memisahkan kristal dari induk lindinya?
2. Apa sebabnya asam benzoat dan naftalena itu mempergunakan pelarut yang
berbeda untuk rekristalisasi?
3. berapa jumlah pelarut air yang digunakan untuk melarutkan 1,35 g asam
benzoat?
jawab
1. Alasannya, yaitu:
- pelarut lebih cepat terisap dari corong biasa, sehingga waktu yang diperlukan
untuk mengeringkan kristal lebih cepat.
Pemurnian Zat Padat Dengan Rekristalisasi 64
- Dengan penyaringan isap ini akan dihasilkan kristal yang kering sempurna
(kristal murni).
2. Sebab-sebabnya:
Pada asam benzoat dan naftalena menggunakan pelarut yang berbeda karena
keduanya memiliki sifat kimia dan fisika yang berbeda juga karena keduanya
mempunyai kelarutan yang cocok sesuai pelarutnya. Pelarut yang sesuai
didasarkan pada :
- pelarut yang tidak bereaksi dengan zat yang akan dimurnikan.
- tidak melarutkan zat pengotor.
- dapat mempermudah proses pengeringan zat. Atau jika untuk asam asetat
digunakan pelarut dengan titik didihnya lebih rendah ( air ) bila digunakan
etanol maka struktur asam benzoat akan rusak.
3. Diket: Massa asam benzoat = 5 gram
Volume air = 50 ml
Ditanya: berapa jumlah pelarut murni untuk melarutkan 1,35 gram asam benzoat?
Jawab :
Di dalam percobaan digunakan 50 mL air:
Maka, untuk 1,35 g kristal jumlah air yang digunakan adalah :
1,35 gram x 10 = 13,5 Ml
Pemurnian Zat Padat Dengan Rekristalisasi 65
LAMPIRAN GAMBAR
Pemurnian Zat Padat Dengan Rekristalisasi 66
Gambar 2
Memanaskan 50 ml air
Gambar 1
Alat-alat yang digunakan
Pemurnian Zat Padat Dengan Rekristalisasi 67
Gambar 3
Asam benzoat + air panas
Gambar 4
Proses penyaringan air +
asam benzoat + karbon
Gambar 5
Menggerus naftalena
Gambar 6
Menentukkan titik leleh
FLOWCHART
1. Tes kelarutan
- Memasukkan dalam tabung reaksi
- Mengaduk dengan pengaduk gelas
- Menambahkan beberapa tetes air jika zat
larut baik dalam etanol atau aseton pada
suhu kamar
- Mengamati apakah ada endapan
- Memanaskan
Pemurnian Zat Padat Dengan Rekristalisasi 68
Gambar 7
Proses sublimasi
Gambar 8
Menimbang hasil sublimasi
20 mg zat padat + 0,5 mL pelarut
Campuran
Campuran heterogen Campuran homogen
- mendinginkan
- Mengamati kristal yang terbentuk
NB: Melakukan tes kelarutan terhadap: naftalena, asam benzoat dan asam salisilat
dengan pelarut : etanol , air
2. Penentuan titik leleh
- Memasukkan dalam kaca arloji
- Mengerus sampai sehalus mungkin
- Memasukkan dalam tabung kapiler (kaca)
- Membalikkan tabung dan mengetuk-ngetuk
sampai kristal turun kedasar kapiler
- Mengulang pengambilan dengan cara di
atas sampai serbuk yang ada dalam kapiler
tingginya 0,5 cm.
Pemurnian Zat Padat Dengan Rekristalisasi 69
Larutan + kristal
Larutan
Kristal asam benzoat murni
Serbuk kristal asam benzoat
- Memasang kapiler di alat penentuan titik
leleh
- Memanaskan dengan api kecil (elektrik)
- Mencatat suhu saat kristal dalam pipa
kapiler mulai ada yang leleh sampai
semuanya meleleh.
3. Kristalisasi dari pelarut air
4.
- Memasukkan dalam erlenmeyer 250 mL
- Mengaduk
- Mendidihkan campuran di atas kasa asbes dengan
menggunakan pembakar bunsen (api jangan terlalu
besar)
-Menambahkan sedikit demi sedikit, hati-hati sambil
mengaduk
Pemurnian Zat Padat Dengan Rekristalisasi 70
Lelehan/cairan
5 gram asam benzoat /asam salisilat kotor+ 50 mL air panas=+
Larutan + 5 – 7 mL air panas.
Larutan
Larutan + 0,5 – 1 gram karbon/norit
- Mendidihkan beberapa saat agar penyerapan sempurna
- Menyiapkan corong penyaring kaca tangki pendek,
lengkapi dengan kertas saring lipat, memasang labu
erlenmeyer bersih untuk menampung fitrat panas.
- Menyaring selagi panas (jika larutan telah dingin dan
mengkristal, mengulangi pemanasan di atas kasa, dan
mengulangi penyaringan sampai semua larutan
tersaring)
- Mendiamkan dan mendinginkan (jika sudah lama
belum terbentuk kristal, menyiram erlenmeyer di
bawah curahan air keran atau direndam dalam air
es, jika di air es belum terbentuk kristal
menjenuhkan dengan cara menguapkan sebagai pelarut
- Menyaring menggunakan corong Bucher
yang dilengkapi dengan peralatan isap
- Mencuci kristal dalam corong Bucher
dengan sedikit air dingin, satu sampai dua
kali
Pemurnian Zat Padat Dengan Rekristalisasi 71
Filtrat + kristal Residu dibuang
filtrat filtratfiltrat
- Menebarkan kistal di atas kertas saring
lebar dan menekan kristal dengan spatula,
sekering mungkin
NB: Menimbang kristal kering dan menentukan titik lelehnya. Menghitung perolehan
kembali asetanilda murni. Jika trayek leleh masih lebar (lebih dari 1 derajart)
mengulangi rekristalisasi.
4. Kristalisasi dalam pelarut organik
- Memasukkan dalam erlenmeyer
- Memasukkan secara bertahap dan hati-hati sambil
mengaduk
-
- Memanaskan dan mendidihkan campuran di dalam
penangas air (jangan dipanaskan dengan api langsung
karena etanol mudah terbakar) sampai mendidih.
- Mengeluarkan dari pemanas
- Menambahkan 0,5 gram karbon atau charcoal/norit sambil
mengaduk
- Mendidihkan lagi sebentar di atas penangas air.
Pemurnian Zat Padat Dengan Rekristalisasi 72
Kristal asetanilda murni
Campuran
5 gram naftalena kotor + 20 mL etanol 95%
- Menyaring selagi panas di atas corong kaca kertas saring
lipat.
-Menyaring menggunakan corong
Buchner jika semua kristal sudah
terbentuk
- Mencuci kristal dengan 2 – 3 mL etanol dingin.
- Mengeringkan dan memindahkan ke kertas
saring lebar dengan cara menekan sekering mungkin
-Kegiatan akhir: Menimbang dan menentukan titik lelehnya.
5. Sublimasi
- Memasukkan dalam cawan porselin yang ditutup
dengan cawan petri
- Memanaskan di atas hot plate sampai semua padatan
mengkristal di bawah labu bundar
- Memindahkan kristal yang terbentuk ke kertas saring
lebar
Pemurnian Zat Padat Dengan Rekristalisasi 73
Filtrat + kristal Residu dibuang
Kristal kering
5 gram naftalena kotor + potongan kecil es
kristal
kristal
Kegiatan akhir: Menimbang dan menentukan titik lelehnya.
Pemurnian Zat Padat Dengan Rekristalisasi 74