Rekomendasi Aksesibilitas, Perhubungan Dan Fasilitas Publik_edit Harry
-
Upload
rizky-safarini -
Category
Documents
-
view
67 -
download
2
Transcript of Rekomendasi Aksesibilitas, Perhubungan Dan Fasilitas Publik_edit Harry
HARRY KURNIAWAN, ST, M.Sc[Center for Universal Design & ‘Diffabilities’ (CUDD)], Jurusan
Teknik Arsitektur dan Perencanaan, Universitas Gadjah Mada
1
Rekomendasi Aksesibilitas pada F asilitas P ublik dan Mobilitas
CRPD UU & Peraturan Lainnya
KESENJANGAN REKOMENDASI
UMUMUUD 1945 Pasal 28 H ayat 2 dan Pasal 28 I ayat 2
Banyaknya fasilitas publik baik yang dikelola pemerintah maupun swasta yang belum aksesibel/menerapkan peraturan aksesibilitas
Peraturan-peraturan mengenai aksesibilitas seperti Permen PU No.30/PRT/M/2006 belum diketahui secara merata dan belum digunakan sebagai acuan aturan desain
Keberadaan fasilitas-fasilitas public yang aksesibel yang terbatas dan belum ter-peta-kan dan terinformasikan ke masyarakat kota
Peraturan pemerintah di level kota dan kabupaten belum ada dan atau belum dilaksanakan
Keterbatasan informasi teknologi maupun keberadaan teknologi yang mampu menunjang aksesibilitas dan terjangkau
Kontrol ketat terhadap perizinan pendirian bangunan dengan keharusan mengimplementasikan aksesibilitas
Sosialisasi peraturan yang lebih sering kepada arsitek, Dinas PU & Dinas Perizinan Bangunan di daerah-daerah, dan masyarakat melalui institusi (Dep. PU, Ikatan Arsitek Indonesia, dll), dan media massa
Peluncuran informasi fasilitas-fasilitas aksesibel lewat selebaran, peta-peta wilayah maupun website wilayah
mendesak daerah-daerah menerbitkan peraturan daerah tentang penerapan aksesibilitas pada bangunan gedung dan fasilitas public lainnya
Mendorong berbagai pihak (universitas, lembaga penelitian dan inustri) untuk lebih banyak melakukan pengembangan dan riset teknologi-teknolog aksesibilitas; serta dukungan melalui skema dana penelitian dan lainnya
AKSESIBILITAS
HARRY KURNIAWAN, ST, M.Sc[Center for Universal Design & ‘Diffabilities’ (CUDD)], Jurusan
Teknik Arsitektur dan Perencanaan, Universitas Gadjah Mada
2
Pasal 1 Pasal 4.1.f Pasal 4.1.g Pasal 4.1.h Pasal 9
Permen PU No.30/PRT/M/2006 tentang Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas pada Bangunan dan Lingkungan
Perda di beberapa daerah (Solo, Sleman, Jakarta)
UU RI No.28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, Pasal 27 ayat 2
PP No. 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No.28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, pasal 54, 55
Panduan Penyediaan Aksesibilitas pada Bangunan & LIngkungan, Lembaga Pelayanan Sosial Penyandang Cacat, Departemen Sosial RI Tahun 2005
Kep. Gubernur Kepala DKI Jakarta No.66 th 1981
Kep. Gubernur Kepala DKI Jakarta No.140 th 2001
Instruksi Kepala Dinas Penataan dan Pengawasan Bangunan Prop. DKI Jakarta No.15 th 2002
Penerapan Standar Aksesibilitas Ukuran dasar ruang belum memperhitungkan
kemudahan pergerakan bagi teman-teman yang menggunakan alat bantu kursi roda/kruk/tongkat putih
Area parkir khusus bagi difabel belum disediakan sesuai standar ukuran maupun kebutuhan/terletak jauh dari pintu masuk/dipergunakan oleh yang tidak berhak/tidak dapat diakses karena dipagar atau dialihfungsikan
Pintu belum didesain untuk mudah dibuka-tutup, dikunci dan dilalui oleh difabel (ruang depan pintu yang tidak nyaman & aman, material panel pintu yang berat, lebar pintu yang kurang dari 90cm, pegangan dan pengunci pintu yang tidak aksesibel)
Ram belum tersedia/belum sesuai dengan standard (sudut yang curam, material lantai yang licin, handrail yang ringkih)
Tangga belum sesuai dengan standard aksesibilitas (lebar dan tinggi anak tangga, pegangan tanggal, material tangga)
Lift belum direncanakan untuk dapat dilalui dan dipergunakan dengan mudah oleh semua orang (ukuran pintu yang kecil, tombol yang tinggi atau tidak dapat diidentifikasi, dll)
Toilet aksesibel belum tersedia sesuai rasio pengguna (kebutuhan) serta seringkali belum sesuai dengan standard (lebar pintu, lebar ruang, letak kloset, handrail dll)
Pancuran dan wastafel belum sesuai dengan
Sosialisasi peraturan dan standard yang lebih sering kepada arsitek, Dinas PU & Dinas Perizinan Bangunan di daerah-daerah, dan masyarakat melalui institusi (Dep. PU, Ikatan Arsitek Indonesia, dll), dan media massa
Standard aksesibilitas dijadikan bagian yang diaudit dalam perizinan membangun bangunan gedung atau fasilitas publik lainnya
HARRY KURNIAWAN, ST, M.Sc[Center for Universal Design & ‘Diffabilities’ (CUDD)], Jurusan
Teknik Arsitektur dan Perencanaan, Universitas Gadjah Mada
3
standar letak, ruang gerak, spesifikasi produk yang memudahkan difabel untuk menggunakannya
Telpon dan Perlengkapan & peralatan control belum dipilih dan diletakkan sesuai standard jangkauan dan ruang yang ditentukan
Perabot belum didesain dengan ukuran, detil dan fitur-fitur yang sesuai dengan standard kemudahan, keamanan dan kenyaman pengguna termasuk difabel
Rambu dan marka yang ada sangat terbatas jumlahnya, belum dapat dipahami dan belum ditempatkan secara tepat sesuai standard
PASAL 2 Paragraf 3,5
PASAL 3 FPASAL 9
Implementasi pada Bangunan Gedung Belum adanya penegakan hukum akan
pelanggaran terhadap ketentuan dan peraturan yang harus dipenuhi, kaitannya dengan difabilities
Untuk bangunan dan fasilitas publik yang sudah ada, perlu diadakan evaluasi dan perbaikan untuk memenuhi persyaratan aksesibilitas
Pengelola fasilitas publik belum mampu menjamin standard pelayanan (baik fisik dan non fisik) yang memenuhi azas aksesibilitas
Penerapan aksesibilitas bisa menjadi syarat utama dalam pembuatan perijinan untuk mendirikan bangunan publik, sedangkan penerapan prinsip Universal Design menjadi keunggulan yang harus dihargai lebih
Penegakan hukum dengan sanksi yang jelas Mekanisme pelaporan yang jelas dan mudah Kontrol dan pengawasan oleh stakeholders
MOBILITAS Pasal 4.1.i KepMen Perhubungan RI
No. KM.71 th 1995 tentang aksesibilitas bagi penyandang cacat dan orang sakit pada sarana dan
Mobilitas secara umum Transportasi publik darat, laut, udara serta
fasilitas penunjangnya (seperti bandara, terminal, pelabuhan dan halte) yang masih
Penerapan aksesibilitas hingga universal design, pada fasilitas transportasi seperti halte, peron khusus di sarana fisik dan pelayanan harus dijamin pelaksanaannya
HARRY KURNIAWAN, ST, M.Sc[Center for Universal Design & ‘Diffabilities’ (CUDD)], Jurusan
Teknik Arsitektur dan Perencanaan, Universitas Gadjah Mada
4
prasarana perhubungan
belum bisa diakses atau diskriminatif, baik sarana fisik maupun non fisik oleh semua difabel
Diskriminatif dalam pelayanan dan kebijakan transportasi public terhadap difabel
Pencapaian lokasi yang juga masih diskriminatif
Pilihan moda transportasi yang aksesibel masih sangat terbatas
Penegakan hukum dengan sanksi yang jelas
Pelatihan pelayanan aksesibilitas bagi operator transportasi (supir taksi, bus, bandara, pramugari/a, dll)
memancing adanya transportasi alternative yang aksesibel seperti accessible taxi
Pasal 20 UU RI No.14 th 1992 tentang lalu lintas dan angkutan jalan, pasal 49
PP RI No.41 th 1993 tentang Angkutan Jalan, pasal 53
KepMen Perhubungan RI No. KM.6 th 1994 tentang tanda-tanda khusus bagi penderita cacat tuna netra dan cacat tuna rungu dalam berlalu lintas di jalan
KepMen Perhubungan RI No. 31 th 1995 tentang terminal transportasi jalan, pasal 6
KepMen Perhubungan RI No. KM.71 th 1995 tentang aksesibilitas bagi penyandang cacat dan orang sakit pada sarana dan prasarana perhubungan
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Belum adanya perlindungan terhadap difabel
pengguna kendaraan pribadi Penyebrangan masih menyulitkan difabel untuk
melintas Kendaraan yang dimodifikasi harus dipromosikan
penggunaannya namun juga harus tersertifikasi aman
Terminal dan halte sebagian besar belum didesain aksesibel atau dilengkapi dengan fasilitas aksesibilitas, seperti loket yang tinggi, emplasemen yang tidak sejajar dengan lantai bus, perbedaan lantai tanpa ram, dll
Bus atau angkutan darat yang dipergunakan hingga saat ini sebagian besar belum menyediakan ruang khusus untuk kursi roda maupun tempat duduk yang diutamakan bagi difabel
Rambu, marka dan informasi belum dapat diterima dan dipahami oleh semua orang
Staff bus belum secara merata mengetahui dan
Melengkapi kelengkapan perizinan dan informasi jalan raya
Menunjuk bengkel atau pabrik dan menginformasikan atau menstandarkan kendaraan bermotor modifikasi yang aman sesuai standard keamanan kendaraan
Untuk perencanaan terminal/halte baru harus merujuk pada peraturan-peraturan dan standard aksesibilitas yang telah ada
Terminal-terminal yang telah ada dan belum aksesibel harus segera disempurnakan dan dilengkapi dengan fitur-fitur yang bisa menghilangkan hambatan aksesibilitas tersebut
Bus/angkutan umum yang dipergunakan diganti dengan berlantai datar atau low floor bus dengan standard aksesibilitas yang lainnya (seperti lebar pintu, ruang khusus kursi roda, dll) atau menyediakan bus khusus yang aksesibel dan jadwal khusus pelayanan
Variasi metoda penyampaian informasi dan kelengkapan rambu disediakan
HARRY KURNIAWAN, ST, M.Sc[Center for Universal Design & ‘Diffabilities’ (CUDD)], Jurusan
Teknik Arsitektur dan Perencanaan, Universitas Gadjah Mada
5
mampu melayani pengguna difabel secara baik dan benar
Memberikan sosialisasi dan pelatihan standard pelayanan bagi difabel pada pengelola dan staf terminal, bus, angkutan umum, taksi dll
UU RI No.13 th 1992 tentang Perkeretaapian, Pasal 35
KepMen Perhubungan RI No. KM.71 th 1995 tentang aksesibilitas bagi penyandang cacat dan orang sakit pada sarana dan prasarana perhubungan
Perkeretaapian Stasiun kereta sebagian besar belum didesain
aksesibel atau dilengkapi dengan fasilitas aksesibilitas, seperti loket yang tinggi, emplasemen yang tidak sejajar dengan lantai kereta, perbedaan lantai tanpa ram, dll
Kereta yang dipergunakan hingga saat ini sebagian besar belum menyediakan ruang khusus untuk kursi roda maupun tempat duduk yang diutamakan bagi difabel, serta toilet yang aksesibel
Rambu, marka dan informasi belum dapat diterima dan dipahami oleh semua orang
Staff perkerataapian belum secara merata mengetahui dan mampu melayani pengguna difabel secara baik dan benar
Untuk perencanaan stasiun-stasiun baru harus merujuk pada peraturan-peraturan dan standard aksesibilitas yang telah ada
Stasiun-stasiun yang telah ada dan belum aksesibel harus segera disempurnakan dan dilengkapi dengan fitur-fitur yang bisa menghilangkan hambatan aksesibilitas tersebut
Gerbong-gerbong kereta yang dipergunakan diganti dengan gerbong-gerbong berlantai datar dengan standard aksesibilitas yang lainnya (seperti lebar pintu, ruang khusus kursi roda, dll) atau menyediakan satu gerbong khusus yang aksesibel dalam rangkaian kereta
Variasi metoda penyampaian informasi dan kelengkapan rambu disediakan
Memberikan sosialisasi dan pelatihan standard pelayanan bagi difabel pada pengelola dan staf perkeretapian
UU RI No.15 th 1992 tentang penerbangan, pasal 42
PP RI No.40 th 1995 tentang angkutan udara, pasal 46
KepMen Perhubungan RI No. KM.71 th 1995 tentang aksesibilitas bagi penyandang cacat dan orang sakit pada sarana dan prasarana perhubungan
Penerbangan Bandara udara sebagian besar telah didesain
aksesibel atau dilengkapi dengan fasilitas aksesibilitas, namun masih belum diperuntukkan untuk penumpang difabel mandiri
Perlakuan terhadap penumpang difabel seringkali disamakan sebagai orang sakit, sehingga standard pelayanan menjadi berlebihan sekaligus tidak tepat
Rambu, marka dan informasi belum dapat
Untuk perencanaan bandara udara baru harus menerapkan aksesibilitas secara lengkap
Bandara udara yang telah ada harus segera disempurnakan dan dilengkapi dengan fitur-fitur aksesibilitas
Variasi metoda penyampaian informasi dan kelengkapan rambu disediakan
Memberikan sosialisasi dan pelatihan standard pelayanan bagi difabel pada pengelola dan staf bandara udara
HARRY KURNIAWAN, ST, M.Sc[Center for Universal Design & ‘Diffabilities’ (CUDD)], Jurusan
Teknik Arsitektur dan Perencanaan, Universitas Gadjah Mada
6
KepMen Perhubungan RI No. KM.48 th 2002 tentang penyelenggaraan Bandar udara umum
diterima dan dipahami oleh semua orang
UU RI No.21 th 1992 tentang pelayaran, pasal 83
PP RI No.82 th 1999 tentang Angkutan di Perairan, pasal 86
KepMen Perhubungan RI No. KM.71 th 1995 tentang aksesibilitas bagi penyandang cacat dan orang sakit pada sarana dan prasarana perhubungan
KepMen Perhubungan RI No. KM.32 th 2001 tentang penyelenggaraan angkutan penyeberangan
KepMen Perhubungan RI No. KM.73 th 2004 tentang penyelenggaraan angkutan sungai dan danau
Pelayaran Pelabuhan sebagian besar belum didesain
aksesibel atau dilengkapi dengan fasilitas aksesibilitas, seperti loket yang tinggi, akses menuju kapal yang sulit, perbedaan lantai tanpa ram, dll
Desain kapal menyulitkan akses masuk difabel ke dalam kapal maupun bergerak di dalam kapal
Rambu, marka dan informasi belum dapat diterima dan dipahami oleh semua orang
Staff pelayaran belum secara merata mengetahui dan mampu melayani pengguna difabel secara baik dan benar
Untuk perencanaan pelabuhan-pelabuhan baru harus merujuk pada peraturan-peraturan dan standard aksesibilitas yang telah ada
pelabuhan yang telah ada dan belum aksesibel harus segera disempurnakan dan dilengkapi dengan fitur-fitur yang bisa menghilangkan hambatan aksesibilitas tersebut
Mencari kemungkinan kapal yang didesain aksesibel atau fitur-fitur tambahan yang bisa menghilangkan hambatan aksesibilitas
Variasi metoda penyampaian informasi dan kelengkapan rambu disediakan
Memberikan sosialisasi dan pelatihan standard pelayanan bagi difabel pada pengelola dan staf pelayaran
Permen PU No.30/PRT/M/2006 tentang Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas pada Bangunan dan Lingkungan
Pedestrian Jalur pedestrian yang sempit (tidak
memungkinkan untuk dilalui) Jalur pedestrian yang tidak aman dari lubang,
rambu-rambu maupun pedangan kaki lima dan parker
Jalur pedestrian yang tidak dilengkapi ubin pengarah dan peringatan
Mempertegas batasan bersih jalur pedestrian untuk pedestrian (kegiatan di luar mobilitas pedestrian tidak dihitung)
Kualitas minimum sebuah pedestrian harus memenuhi empat azas aksesibilitas
Melengkapi pedestrian sesuai atau di atas standard peraturan yang ada
HIDUP MANDIRI DAN TERLIBAT DALAM MASYARAKAT PASAL 19,
Poin Fisik, berupa fasilitas pendidikan dan fasilitas
publik (community public), layanan pemerintah, Pemerintah perlu melakukan sosialisasi kepada
seluruh elemen masyarakat tentang fasilitas
HARRY KURNIAWAN, ST, M.Sc[Center for Universal Design & ‘Diffabilities’ (CUDD)], Jurusan
Teknik Arsitektur dan Perencanaan, Universitas Gadjah Mada
7
A,B,C pasar, fasilitas ibadah, tempat wisata, tempat parkir dan fasilitas lain yang sangat dekat dengan warga, yang aksesibel.
Fisik. Terintegrasinya sarana transportasi, mobilitas dan fasilitas public sebagai satu kesatuan unit aksesibilitas
Non fisik, pelayanan personal asisten bagi difabel yang tidak bisa melakukan mobilitas mandiri terutama bagi masyarakat menengah ke bawah
yang aksesibel terutama untuk difabel Training difabilitas bagi pelayan publik Pemerintah perlu menyediakan personal asisten
dan alat bantu khusus di tempat fasilitas public Perizinan IMB harus menyertakan
keterhubungan bangunan dengan bangunan lain atau fasilitas umum lainnya yang terjamin aksesibilitasnya
Pembangunan motivasi bagi difabel, dapat berupa pelatihan bagi difabel untuk lebih percaya diri
Pemerintah/swasta pengelola bangunan perlu menyediakan personal asisten dan alat bantu khusus di tempat fasilitas publik sebagai wujud pelayanan bagi semua orang
UU RI No.28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, o Pasal 27 ayat 2 (Kemudahan hubungan ke, dari, dan di dalam bangunan gedung sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi tersedianya fasilitas dan
aksesibilitas yang mudah, aman, dan nyaman termasuk bagi penyandang cacat dan lanjut usia)o Pasal 31
ayat 1: Penyediaan fasilitas dan aksesibilitas bagi penyandang cacat dan lanjut usia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (2) merupakan keharusan bagi semua bangunan gedung, kecuali rumah tinggal.
ayat 2: Fasilitas bagi penyandang cacat dan lanjut usia sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), termasuk penyediaan fasilitas aksesibilitas dan fasilitas lainnya dalam bangunan gedung dan lingkungannya.
ayat 3: Ketentuan mengenai penyediaan aksesibilitas bagi penyandang cacat dan lanjut usia sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah