reklamasi pantai
-
Upload
dila-anandatri -
Category
Documents
-
view
293 -
download
9
Transcript of reklamasi pantai
Agar mendapatkan lahan, maka kota-kota besar menengok daerah yang selama ini terlupakan,
yaitu pantai (coastal zone) yang umumnya memiliki kualitas lingkungan hidup rendah.
Fenomena ini bukan saja dialami di Indonesia, tapi juga dialami negara-negara maju, sehingga
daerah pantai menjadi perhatian dan tumpuan harapan dalam menyelesaikan penyediaan hunian
penduduk perkotaan. Penyediaan lahan di wilayah pesisir dilakukan dengan memanfaatkan lahan
atau habitat yang sudah ada, seperti perairan pantai, lahan basah, pantai berlumpur dan lain
sebagainya yang dianggap kurang bernilai secara ekonomi dan lingkungan sehingga dibentuk
menjadi lahan lain yang dapat memberikan keuntungan secara ekonomi dan lingkungan atau
dikenal dengan reklamasi.
Gambar 1. Skema Batas Wilayah Pesisir
Reklamasi
Reklamasi lahan adalah proses pembentukan lahan baru di pesisir atau bantaran sungai. Sesuai
dengan definisinya, tujuan utama reklamasi adalah menjadikan kawasan berair yang rusak atau
tak berguna menjadi lebih baik dan bermanfaat. Kawasan baru tersebut biasanya dimanfaatkan
untuk kawasan permukiman, perindustrian, bisnis dan pertokoan, pelabuhan udara, perkotaan,
pertanian, serta objek wisata.
Dalam teori perencanaan kota, reklamasi pantai merupakan salah satu langkah pemekaran kota.
Biasanya reklamasi dilakukan oleh negara atau kota besar dengan laju pertumbuhan dan
kebutuhan lahannya meningkat pesat, tetapi mengalami kendala keterbatasan lahan. Kondisi ini
tidak lagi memungkinkan untuk melakukan pemekaran ke daratan, sehingga diperlukan daratan
baru. Alternatif lainnya berbentuk pemekaran vertikal dengan membangun gedung-gedung
pencakar langit dan rumah-rumah susun.
Secara umum bentuk reklamasi ada dua, yaitu reklamasi menempel pantai dan reklamasi lahan
terpisah dari pantai daratan induk. Cara pelaksanaan reklamasi sangat tergantung dari sistem
yang digunakan. Menurut Buku Pedoman Reklamasi di Wilayah Pesisir (2005) dibedakan atas 4
sistem, yaitu :
Sistem Timbunan
Reklamasi dilakukan dengan cara menimbun perairan pantai sampai muka lahan berada di
atas muka air laut tinggi (high water level).
Sistem Polder
Reklamasi dilakukan dengan cara mengeringkan perairan yang akan direklamasi dengan
memompa air yang berada didalam tanggul kedap air untuk dibuang keluar dari daerah lahan
reklamasi.
Sistem Kombinasi antara Polder dan Timbunan
Reklamasi ini merupakan gabungan sistem polder dan sistem timbunan, yaitu setelah lahan
diperoleh dengan metode pemompaan, lalu lahan tersebut ditimbun sampai ketinggian
tertentu sehingga perbedaan elevasi antara lahan reklamasi dan muka air laut tidak besar.
Sistem Drainase
Reklamasi sistem ini dipakai untuk wilayah pesisir yang datar dan relatif rendah dari wilayah
di sekitarnya tetapi elevasi muka tanahnya masih lebih tinggi dari elevasi muka air laut.
Sistem timbunan cocok dilakukan pada daerah tropis yang mempunyai curah hujan yang sangat
tinggi dan metode ini yang paling popular di Indonesia. Sistem polder dilakukan pada lokasi
dengan kondisi drainase yang baik. Reklamasi sistem polder kurang cocok untuk daerah yang
mempunyai curah hujan yang sangat tinggi seperti di Indonesia
Reklamasi di Cao Fe Dian, Tian Jin – Cina
Cao Fe Dian merupakan satu kawasan di pantai timur Beijing yang mengalami pertumbuhan
cukup pesat. Berada pada posisi pesisir timur negara Cina atau di pantai barat laut Kuning. Laut
Kuning menjadi kawasan perairan yang berkembang karena meningkatkannya aktivitas
transportasi dan kegiatan ekonomi yang terjadi pada sisi-sisi pantainya (pantai barat : daratan dan
pantai timur Cina), sehingga menjadi sebuah kawasan yang mendunia karena intensitas
perkembangan kegiatan ekonominya.
Penyelenggaraan reklamasi di kawasan Cao Fe Dian, Tian Jin dinilai strategis karena selain
sebagai perluasan daratan yang ada, juga dinilai akan mampu bersaing dalam perkembangan
kawasan Asia Pasifik.
Reklamasi di Cina diprioritaskan di pantai timur Tian Jin sebagai pengganti lokasi Kawasan
Industri di Beijing. Pemerintah Cina ingin sukses dalam penyelenggaraan Olimpiade Beijing
2008, sehingga dilakukan pengaturan kembali (bahkan relokasi) kawasan-kawasan yang dinilai
mengganggu transportasi dan potensial menimbulkan polusi. Pada sisi lain, pengaturan ruang
yang lebih efisien (kompak). Kebijakan pengaturan ruang pada kawasan-kawasan tertentu
menjadi bagian dari upaya menyukseskan Olimpiade Beijing 2008.
Pemindahan ke pantai dengan mereklamasi, sekaligus pembuatan kawasan industri, berikat,
pelabuhan dan FTZnya, sehinga pemindahan ini juga akan memberikan nilai ekonomis. Total
luas reklamasi sekitar 2.000 hektar, termasuk untuk seluruh kegiatan tersebut. Hal-hal yang
menonjol dari penyelenggaraan reklamasi di Cina adalah :
1. Reklamasi dilakukan berdasar perencanaan yang matang, sistimatis, dan jelas pentahapan
pembangunannya.
2. Dukungan studi dari berbagai bidang kajian : sosial, ekonomi, budaya, teknis, lingkungan,
dan lain-lain, agar tidak menimbulkan konflik berbagai kepentingan.
3. Pembangunan elemen-elemen pembentuk ruang yang memiliki daya tarik kuat diprioritaskan
pembangunannya, seperti kawasan pelabuhan dengan fasilitasnya, jalan raya, jaringan listrik,
jalur kereta api, apartemen, dan lain sebagainya.
4. Teknik pelaksanaannya terkesan sederhana dan efisien, karena menggunakan sistem polder
dan pengurugan, menggunakan material pasir dari perairan laut setempat (dipindahkan dari
sebelahnya, dengan demikian ada bagian (“pergerakan”) yang dalam dan ada
pengurangan/pengisian).
5. Pemanfaatan ruang hasil reklamasi diutamakan sebagai kawasan industri, pelabuhan,
kawasan berikat, FTZ, dan permukiman dengan berbagai fasilitasnya.
Kawasan yang sedang dalam proses reklamasi
Kegiatan pengisian pasir di area yang akan dijadikan daratan
Saluran pembuangan air dalam proses pengeringan lahan reklamasi
Reklamasi di Song Do – Korea Selatan
Song Do terletak di pantai barat semenanjung Korea, di tepi sebelah timur laut Kuning, pada
posisi yang nyaris berhadapan dengan kawasan reklamasi Cina, Cao Fe Dian, Tian Jin. Posisi ini
strategis karena berada pada jalur sibuk dan zona pertumbuhan yang sedang berkembang, tidak
hanya untuk Korea dan sekitarnya saja, akan tetapi kawasan Asia-Pasifik.
Lokasi reklamasi ini berdampingan (dipisahkan oleh perairan teluk) dengan lokasi Bandara
Inchion, salah satu bandara internasional di Korea Selatan, yang terus berbenah. Lokasi
reklamasi di Song Do ini memiliki luas keseluruhan 38.000 hektar, dan dibagi kedalam 3 (tiga)
zona, yaitu :
1. Song Do untuk resort area, perkantoran, perhotelan, dan permukiman, seluas : 24.000 hektar
2. Bandar Udara Internasional Incheon, seluas : 4.000 hektar
3. Kawasan industri dan Free Trade Zone (IDFTZ), seluas : 10.000 hektar.
Peta rencana reklamasi di korea selatan
Lahan reklamasi yang belum dimanfaatkan
Hal-hal yang menonjol dari penyelenggaraan reklamasi di Korea Selatan ini adalah :
1. Reklamasi ini dilakukan dalam skala besar (sebagai Kota Baru) dengan berdasar pada
perencanaan yang matang, sistimatis, jelas pentahapan pembangunannya, informatif karena
ditampilkan dalam bentuk maket.
2. Dukungan studi dari berbagai bidang kajian : sosial, ekonomi, budaya, teknis, lingkungan,
dan lain-lain, agar tidak menimbulkan konflik berbagai kepentingan.
3. Pembangunan elemen-elemen pembentuk ruang yang memiliki daya tarik kuat diprioritaskan
pembangunannya, seperti kawasan pelabuhan dengan fasilitasnya, jalan raya, jaringan listrik,
jalur kereta api yang langsung ke Bandara internasional Inchion, apartemen, dan lain
sebagainya.
4. Teknik pelaksanaannya terkesan sederhana dan efisien, karena menggunakan sistem polder
dan pengurugan menggunakan material berupa pasir dari perairan laut setempat
5. Pemanfaatan ruang hasil reklamasi antara lain sebagai area perkantoran, pendidikan, industri,
pelabuhan, permukiman penduduk dengan berbagai fasilitasnya.
Reklamasi di Pantai Utara Jakarta
Reklamasi tidak hanya dilakukan di luar negeri, namun juga di Indonesia, salah satunya di Pantai
Utara Jakarta. Proyek reklamasi dan revitalisasi yang dikembangkan oleh Pemda DKI terhadap
kawasan itu bermaksud untuk membangun kawasan tersebut menjadi daerah kawasan aktifitas
bisnis dan perekonomian maupun pemukiman elit. Dengan prakarsa itu juga Pemda DKI dan
beberapa perusahaan mitra kerjanya ingin mengubah predikat Jakarta pada sebutan Water front
City. Hal ini akan secara menyeluruh mengubah daerah tersebut dari keadaannya yang kumuh
dan ditempati oleh masyarakat menengah kebawah kepada kawasan elit yang menurut Pemda
sebagai solusi untuk menekan laju petumbuhan penduduk sekitar 2,7% per tahun dan untuk
mengatasi kesulitan penyediaan ruang untuk mengatasi perubahan-perubahan tersebut.
Pantura Jakarta adalah kawasan yang meliputi teluk Jakarta yang terletak di sebelah utara kota
Jakarta, pada umumnya merupakan perairan dangkal yang memiliki kedalaman rata-rata 15
meter dengan luas sekitar 514 KM2. Teluk ini merupakan muara 13 sungai yang melintasi
kawasan metropolitan Jakarta dan daerah penyangga Bodetabek yang berpenduduk sekitar 20
juta jiwa.
Salah satu tujuan reklamsi ini untuk menekan laju pertumbuhan, dimana tempat yang baru
tersebut akan dijadikan pemukiman yang mampu menampung sekitar 1,5 juta penduduk Jakarta.
Namun permasalahan yang timbul kemudian adalah kondisi topografi yang landai dari muara ke
teluk Jakarta dan panjangnya aliran sungai akan menjadikan aliran lambat sehingga mudah
terjadi banjir. Oleh karena itu, reklamasi teluk Jakarta harus sangat memperhatikan persyaratan
teknisnya.
Selain Undang-undang dan Pedoman yang ada, rencana penyelenggaraan reklamasi di Jakarta
juga mendapat dukungan aspek legal berupa Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 54 Tahun 2008
tentang Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, dan Cianjur (Jabodetabekpunjur)
yang di dalamnya memperbolehkan mengadakan kegiatan reklamasi dengan persyaratan yang
ketat. Perpres tersebut juga menyebutkan beberapa persyaratan dalam reklamasi, antara lain
yaitu:
1. Bukan merupakan lahan rawa,
2. Merupakan zona perairan pantai yang memiliki potensi reklamasi
3. Koefisien terbangun paling tinggi 45%
4. Jarak dari titik surut terendah sekurang-kurangnya 200-300 meter, dan sampai dengan garis
yang menghubungkan titik-titik terluar yang menunjukkan kedalaman laut 8 (delapan) meter
5. Rencana reklamasi telah melalui proses kajian mendalam dan komprehensif setelah
mendapat rekomendasi dari ketua badan yang tugas dan fungsinya mengkoordinasikan
penataan ruang nasional (BKPRN)