Reka Enggal Laksono_135030101111011

7
Pengertian Free Riders Efek-efek yang terkait dengan adanya barang-barang publik tersebut seperti yang bersifat non rivalry dan non excludable ini adalah adanya free riders. Free riders adalah mereka yang ikut menikmati barang publik tanpa mengeluarkan kontribusi tertentu sementara sebenarnya ada pihak lain yang berkontribusi untuk mengadakan barang publik tersebut. Adanya free riders ini disebabkan karena kesalah dari pasar yangsulit untuk mengkalkulasi cost dan benefits barang publik yang diproduksi. Dengan kata lain tidak ada insentif untuk memproduksi barang publik secara sukarela. Dalam ilmu ekonomi, free riders ini yang kemudian menyebabkan terjadinya inefisiensi pasar. Contoh Free Riders dan Solusi dari permasalahan Free Riders CONTOH Contoh dari free riders adalah pedagang kaki lima yang berjualan di trotoar pinggir jalan. Trotoar dapat digunakan oleh semua orang pejalan kaki, tak terkecuali. Trotoar adalah jalur pejalan kaki yang umumnya sejajar dengan jalan dan lebih tinggi dari permukaan. Pendek kata, trotoar adalah perkerasan jalan untuk menjamin keamanan pejalan kaki yang bersangkutan.Trotoar merupakan suatu area yang digunakan untuk berbagai aktivitas masyarakat. Berjalan kaki merupakan salah satu aktivitas yang memerlukan ruang, dan bagian dari sistem transportasi dalam suatu kota. Sehingga terjalin adanya kesinambungan dengan elemen transportasi lainnya seperti parkir, halte, dan sirkulasi kendaraan. Menurut Grigg (1988), trotoar sebagai salah satu pelengkap dari “road - street” ternyata berkaitan dengan ke 6 unsur tersebut, yang erat hubungannya dengan jalur transportasi (halte, parkir), saluran air (terbuka atau tertutup), tempat sampah, jaringan telpon / listrik yang Reka Enggal Laksono 135030101111011 Kelas A

description

es p

Transcript of Reka Enggal Laksono_135030101111011

Reka Enggal Laksono

135030101111011

Kelas A

Pengertian Free Riders

Efek-efek yang terkait dengan adanya barang-barang publik tersebut seperti yang bersifat non rivalry dan non excludable ini adalah adanya free riders. Free riders adalah mereka yang ikut menikmati barang publik tanpa mengeluarkan kontribusi tertentu sementara sebenarnya ada pihak lain yangberkontribusi untuk mengadakan barang publik tersebut. Adanya free riders ini disebabkan karena kesalah dari pasar yangsulit untuk mengkalkulasi cost dan benefits barang publik yang diproduksi. Dengan kata lain tidak ada insentif untuk memproduksi barang publik secara sukarela. Dalam ilmu ekonomi, free riders ini yang kemudian menyebabkan terjadinya inefisiensi pasar.

Contoh Free Riders dan Solusi dari permasalahan Free Riders

CONTOH

Contoh dari free riders adalah pedagang kaki lima yang berjualan di trotoar pinggir jalan. Trotoar dapat digunakan oleh semua orang pejalan kaki, tak terkecuali. Trotoar adalah jalur pejalan kaki yang umumnya sejajar dengan jalan dan lebih tinggi dari permukaan. Pendek kata, trotoar adalah perkerasan jalan untuk menjamin keamanan pejalan kaki yang bersangkutan.Trotoar merupakan suatu area yang digunakan untuk berbagai aktivitas masyarakat. Berjalan kaki merupakan salah satu aktivitas yang memerlukan ruang, dan bagian dari sistem transportasi dalam suatu kota. Sehingga terjalin adanya kesinambungan dengan elemen transportasi lainnya seperti parkir, halte, dan sirkulasi kendaraan.

Menurut Grigg (1988), trotoar sebagai salah satu pelengkap dari road - street ternyata berkaitan dengan ke 6 unsur tersebut, yang erat hubungannya dengan jalur transportasi (halte, parkir), saluran air (terbuka atau tertutup), tempat sampah, jaringan telpon / listrik yang penempatannya diatas atau dibawah trotoar. Menurut Danisworo (1991), trotoar merupakan jalur pejalan kaki yang dibuat terpisah dari jalur kendaraan umum, biasanya terletak bersebelahan atau berdekatan. Pengertian ini sesuai dengan Ogden (1996) yang menyatakan, footpath atau side walk berarti jalur pejalan kaki yang mengambil bagian dari jalan kendaraan atau jalur yang terpisah khusus untuk pejalan kaki saja, tetapi ada jalur pejalan kaki yang digunakan bersama-sama dengan jalur sepeda. Shirvani (1985) menyatakan trotoar merupakan elemen perancangan kota yang penting, yaitu membentuk hubungan antar aktivitas pada suatu lokasi. Trotoar merupakan subsistem linkage dari jalur jalan suatu kota. Trotoar akan semakin penting bila pejalan kaki adalah sebagai pengguna utama jalur tersebut bukan kendaraan bermotor atau yang lainnya.

Berjalan di trotoar lebar dan bersih yang memanjakan para pejalan kaki seperti di luar negeri masih merupakan mimpi bagi kita. Saat ini banyak trotoar sempit yang diisi Pedagang Kaki Lima (PKL) di dua sisinya (sisi pinggir jalan dan sisi yang menempel ke

bangunan). Keberadaan trotoar di banyak sudut kota telah banyak berubah fungsi dari fungsi utamanya sebagai koridor khusus pejalan kaki menjadi fungsi lain sebagai tempat berjualan. Sedangkan orang yang berjalan kaki harus rela turun ke jalan dan berebut tempat dengan pengendara kendaraan.

Pergeseran fungsi dari trotoar jelas membuat ketidak-nyamanan para pejalan kaki, mereka tidak lagi bisa tenang berjalan sambil menikmati keindahan dan keramaian kota karena mereka harus ekstra hati-hati jangan sampai terserempet kendaraan yang lalu lalang, demikian pula sebaliknya para pengendara kendaraan juga harus benar-benar hati-hati agar tidak melanggar para pejalan kaki.

Di banyak sudut kota, malasnya orang berjalan di trotoar tidak hanya sebagai akibat dari peralihan fungsi, tetapi juga disebabkan oleh kondisi fisik trotoar yang seringkali membuat tidak nyaman untuk berjalan kaki. Lebar trotoar seringkali sempit, kurang dari satu meter dan curam serta banyak terpotong oleh pintu masuk ke halam rumah atau perkantoran atau toko. Akibatnya, walau tidak dipenuhi oleh pedagang kakilima para pejalan kaki tetap memilih berjalan di tepian jalan dan tidak memanfaatkan trotoar yang telah tersedia, karena resiko celaka karena terjembab atau terperosok lebih besar dan bisa lebih fatal dibanding jika berjalan di badan jalan.

SOLUSI

Sudah dijelaskan pada Undang Undang no 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalanpasal 45 ayat (1), bahwa fasilitas pendukung penyelnggaraan lalu lintasdan angkutan jalan meliputi : trotoar, jalur sepeda, tempat penyeberangan Pejalan Kaki, Halte dan/atau fasilitas khusus penyandang cacat dan manusia usia lanjut. Dan pasal 131 ayat (1) dijelaskan bahwa Pejalan kaki berhak atas ketersediaan fasilitas pendukung yang berupa trotoar, tempat penyeberangan, dan fasilitas lain. UU 22/2009 menegaskan, setiap orang yang mengakibatkan terganggunya fungsi perlengkapan jalan seperti trotoar dan halte, bisa dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak Rp. 24 juta.

Namun kenyataannya banyak permasalahan yang terjadi di trotoar di Indonesia seperti beralih fungsinya menjadi tempat berjualan pedagang kaki lima, Parkir liar dan pangkalan tukang ojek, serta menerobosnya pengguna sepeda motor ketika terjadi macet. Hal tersebut membuat tergangunya akses pejalan kaki di trotoar. Sehingga membuat pejalan kaki terpaksa berjalan di badan jalan yang digunakan untuk lalu lintas kendaraan bermotor yang tentunya sangat membahayakan keselamatan pejalan kaki.

Selain itu, pemerintah telah menyediakan tempat bagi para pedagang pedagang kaki lima yang sering menjajakan dagangannya disekitar trotoar, hanya saja mereka enggan untuk pindah dan menempati tempat yang telah disediakan oleh pemerintah. Alasan mereka banyak didasari karena tempat yang disediakan tersebut tidak sestrategis dengan tempat mereka jualan sebelumnya.

Sanksi yang kurang tegas merupakan penyebabnya. Pemerintah pusat maupun daerah sepertinya tidak terlalu memikirkan masalah ini. Memang sering kita lihat satuan pamong praja yang menertibkan pedagang kaki lima, namun itu hanya sementara, setelah pamong praja tidak melakukan tugasnya lagi, para pedagang kaki lima di pinggir trotoar akan kembali berjualan. Mereka tidak mempedulikan tentang keselamatan pengguna jalan, terutama pejalan kaki. Berulangkali pula para pedagang disepanjang trotoar enggan untuk pindah. Bahkan seringkali para pedagang terlibat bentrok dengan aparat ketertiban.

Oleh karena itu, pentingnya perhatian dan kesadaran masyarakat serta para pedagang-pedagang tersebut untuk lebih mengoptimalkan kembali fungsi dari trotoar disepanjang jalan. Jangan sampai trotoar tersebut beralih fungsi dengan tidak menjadi yang semestinya, karena hal tersebut sangat mengganggu kenyamanan bukan hanya pada pejalan kaki saja melainkan bagi para pengguna jalan lainnya. Selain itu peran pemerintah juga harus diikut sertakan seperti memberikan lahan atau tempat untuk berjualan kepada pihak pedagang kaki lima,sarana dan prasarana yang baik sehingga baik pedagang maupun para pengunjung segan dan menikmati suasana yang menyenangkan sehingga betah dan krasan bisa ada ditempat tersebut, dan memberikan peraturan dan larangandengan tujuan untuk pelaksanaan kegiatan dagang dapat berjalan secara teratur, tertib dan tidak sendiri-sendiri. Pemerintah juga harus memberikan fasilitas trotoar yang memadai bagi pejalan kaki.

CONTOH

Contoh lain dari free riders adalah pengamen atau pedagang asongan yang biasanya menaiki bus umum. Bis umum biasanya melayani rute perjalan antar kota maupun antar provinsi. Layanan bus menggunakanbus di jalan konvensional untuk membawa penumpang banyak di perjalanan lebih pendek. Bus beroperasi dengan kapasitas rendah (yaitu dibandingkan dengan trem atau kereta), dan dapat beroperasi di jalan-jalan konvensional, dengan bus yang relatif murah berhenti untuk melayani penumpang. Oleh karena itu bus yang umum digunakan di kota-kota kecil dan kota-kota, di daerah pedesaan juga dilengkapi layananshuttleuntuk menuju kota-kota besar.Dan biasanya dibedakan menjadi bis patas dan bis biasa. Bis patas adalah bis yang pada saat perjalanannya tidak behenti di jalan untuk mencari penumpang, sebaliknya, bis biasa sering berhenti untuk mencari penumpang.

Bis merupakan alat transportasi darat yang murah selain kereta api. Selain murah dan terjangkau, tentunya alat transportasi ini cepat. Namun, biasanya saat kita menaiki bus, timbul banyak masalah. Masalah yang muncul saat bus berhenti adalah masuknya para pengamen dan pedagang asongan. Bila itu terjadi sesekali itu wajar, namun kejadian ini terjadi saat bus berhenti. Hal ini tentu sangat mengganggu kenyamanan penumpang di dalam bus umum. Bus yang seharusnya bebas dari hal seperti itu, malah sebaliknya. Kenapa pengamen dan para pedagang asongan ini saya sebut sebagai free rider? Itu dikarenakan pengamen dan para pedagang asongan ini masuk bus tanpa membayar dan kadang ada yang menikmati fasilitas bus. Ini tentu sesuai dengan pengertian free rider, yaitu tidak ada kontribusi sama sekali namun ikut menikmati fasilitasnya.

SOLUSI

Pengamen dan pedagang asongan memang sangat sulit dihindari bila tidak ada kerja sama antara pihak penegak hukum, sopir bus dan para kernet, lalu juga para pengamen dan pedagang asongan itu sendiri. Tanpa ada kerjasama antara ketiganya, masalah ini tak akan bisa terselesaikan. Pemerintah sebenarnya telah mengeluarkan UU tentang larangan mengamen, namun dalam pelaksanaannya, masih banyak pengamen yang tetap melakukan aksinya, dikarenakan tidak tau tentang UU tersebut, atau bahkan mereka sengaja tidak menghiraukan UU tersebut. Pemerintah juga sudah melakukan banyak upaya, seperti merazia bus umum dari pengamen liar dan para pedagang asongan. Namun hal itu kurang efektif, karena itu hanya bersifat sementara saja. Para pengamen dan para pedagang asongan tersebut akan kembali saat para petugas tidak melakukan razia lagi. Semua kembali kepada kerjasama antara ketiganya, karena tanpa itu, peraturan yang ada hanya akan menjadi sekedar peraturan saja, dan razia-razia juga akan menjadi sia-sia.

CONTOH

Contoh terakhir free rider menurut saya adalah penumpang kereta api tanpa tiket. Kereta merupakan alat transportasi darat yang cepat dan relative terjangkau. Banyak orang yang menggunakan alat transportasi ini untuk banyak keperluan, misalnya berangkat kerja, bahkan untuk mudik hari lebaran. Tak heran, bila tiket kereta api selalu habis sebelum hari lebaran. Karena kereta merupakan alat transportasi yang favorit untuk perjalanan antar kota, antar provinsi, terutama di pulau jawa ini.

Alat transportasi yang menggunakan rel sebagai jalurnya ini tak akan terkena macet saat lebaran ini yang membuat banyak orang sangat suka menggunakan alat transportasi satu ini. Kondisi kereta yang bersih mejadi daya tarik lain, berbeda dengan bus, kadang ada bus yang bersih da nada juga bus yang kotor. Kenyaman tentu menjadi faktor utama orang memilih alat transportasi satu ini. Berbeda saat di bus umum, seperti yang saya jelaskan di contoh kedua saya, di bus umum biasanya terdapat banyak pengamen dan pedagang asongan. Namun di kereta api, jarang ada pengamen dan pedagang asongan. Memang ada, tapi tidak sebanyak saat kita naik bus umum.

Namun, akibatnya banyaknya penumpang, tak sedikit penumpang tanpa tiket menggunakan jasa kereta api ini. Hal ini tentu sangat merugikan PT KAI karena tanpa tiket, mereka bisa seenaknya menggunakan jasa kereta api ini. Kejadian ini sering terjadi saat banyak penumpang atau saat mudik lebaran. Biasanya mereka naik ke atas atap kereta api, namun banyak juga yang masuk gerbong meskipun mereka harus berjubel dengan penumpang lain dan harus rela berdiri. Masalah ini dikatakan free rider karena penumpang tanpa tiket dapat naik kereta tanpa harus mengeluarkan uang sedikitpun. Tak jarang, petugas stasiun membiarkan penumpang tanpa tiket ini masuk.

SOLUSI

Hal ini memang sulit dihindari bila tidak ada kesadaran oleh penumpang sendiri untuk membeli tiket. Bila tidak ada kesadaran dari penumpang kereta akan pentingnya membeli tiket, tentu hal ini sulit untuk dihindari, dan kesadaran kalau ini jelas akan merugikan. Tentunya peran petugas stasiun juga sangat penting. Seperti yang saya jelaskan diatas, masih ada petugas stasiun yang membiarkan penumpang tanpa tiket masuk ke gerbong kereta atau naik kea atap gerbong. Banyak resiko bila penumpang naik ke atap gerbong, namun penumpang tak menghiraukan hal tersebut.

Untuk menghindari penumpang tanpa tiket, sebelum penumpang masuk area tunggu, seharusnya penumpang sudah di cek kelengkapan tiketnya. Bila melihat fasilitas stasiun di luar negeri, disana ada mesin untuk mengecek tiket penumpang sebelum masuk area tunggu. Cara kerja mesin itu yaitu penumpang harus memasukkan tiketnya ke dalam mesim tersebut, bila tak mempunyai tiket, pintu tidak akan terbuka dan otomatis membuat penumpang akan membeli tiket. Akhir-akhir ini pemerintah meluncurkan alat pembelian tiket secara e-kiosk. Calon penumpang tak perlu repot lagi mengantri lagi di loket, cukup dengan via e-kosk penumpang dapat membeli tiket. E-kiosk membuat calon penumpang cukup memilih tanggal perjalanan, stasiun asal, stasiun tujuan dan jumlah penumpang serta memasukan nama, nomor identitas dan nomor telepon penumpang yang akan berangkat yang diinput melalui layar sentuh ataukeyboardfisik yang ada pada mesin e-kiosk. Penumpang dapat membayarnya menggunakan uang pecahan Rp 2000 sampai Rp 100.000, pembayaran dengan kartu debit jaringan Alto dan pembayaran dengan kartu T-Money dari Telkom.