REHABILITASI SOSIAL PENGGUNA NAPZA MELALUI...
Transcript of REHABILITASI SOSIAL PENGGUNA NAPZA MELALUI...
REHABILITASI SOSIAL PENGGUNA NAPZA MELALUI
PROGRAM LAYANAN KELUARGA DI YAYASAN KARYA
PEDULI KITA (KAPETA)
TANGERANG SELATAN
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh
AKHMAD SIDIQ
1113054100046
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H/2020
1
1
ABSTRAK
Akhmad Sidiq. 1113054100046. Rehabilitasi Sosial Pengguna
Napza Melalui Program Layanan Keluarga Di Yayasan
Karya Peduli Kita Tangerang Selatan.
Pemakaian narkoba di masyarakat dapat menyebabkan
kemiskinan, meningkatnya biaya kesehatan, dan meningkatnya
kriminalitas dan hancurnya sebuah masyarakat. Dan akibat
lainnya yang di dapat adalah di dalam keluarga yang
menyebabkan kematian salah satu anggota keluarga. Salah satu
meningkatnya penggunan narkoba di kalangan anak-anak atau
remaja adalah kurangnya perhatian dari pendidikan yang di
berikan dalam keluarga. Ada lembaga yang konsen menangani
masalah gangguan penggunaan zat yaitu Yayasan Karya Kita
Peduli (KAPETA). Yayasan Kapeta adalah sebuah lembaga
swadaya masyarakat yang didirikan melalui kepedulian sebuah
komunitas yang terdiri dari psikolog, praktisi pendidikan dan para
orang tua yang memiliki pengalaman dengan masalah Gangguan
Penggunaan Zat di antara keluarga dan lingkungannya. KAPETA
memulai kegiatan sejak Juni 2002 melalui pertemuan dukungan
untuk orang tua (Family Support Group) dan program terapi
Gangguan Penggunaan Zat rawat jalan (daycare), hinggaa
kemudian resmi didirikan dengan berbadan hukum Yayasan pada
tanggal 24 Februari 2004
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan
jenis penelitian deskriptif. Teknik pengumpulan data yang
dilakukan melalui wawancara, observasi, dan studi dokumentasi.
Penelitian ini bertujuan Untuk mendeskripsikan hasil dari
program rahabilitasi yang diberikan di Yayasan Kapeta.
Penelitian menggabarkan hasil dari program yang telah
diberikan oleh Yayasan Kapeta untuk para pengguna ganguan zat
antara lain: 1) Terdapat dampak baik dari program yang telah
diberikan oleh Yayasan Kapeta bagi para klien. 2) Para klien
mendapatkan banyak manfaat dari program yang dijalankan oleh
Yayasan Kaperta seperti dari segi kesehatan, komunikasi,
keterampila dan hubungan antara kedua orangtua.
Key Words : Rehabilitasi Sosial, Napza, Keluarga
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang
senantiasa memberikan karunia tak terhingga kepada penulis,
juga memberikan kesehatan sehingga penulis mendapatkan
kemudahan dalam menyelesaikan tugas akhir dalam kuliah yaitu
skripsi yang berjudul “Rehabilitasi Sosial Untuk Pengguna
NAPZA Melalui Program Layanan Keluarga Di Yayasan Karya
Peduli Kita Tangerang Selatan”. Shalawat serta salam selalu
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya,
para sahabat, tabi‟in dan umat islam.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak
kekurangan, baik dari segi isi maupun teknik penulisan, sekalipun
penulis sudah berusaha untuk menyusun skripsi ini sebaik
mungkin. Karena sesungguhnya kesempurnaan hanya milik Allah
SWT.
Pada kesempatan ini penulis akan menyampaikan rasa
terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan
bantuan, motivasi, dan arahan serta saran terhadap penulis
sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan
terima kasih kepada:
1. Dr. Suparto, M.Ed, Ph.D sebagai Dekan Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, serta segenap jajaran Dekanat Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
ii
2. Ahmad Zaky, M.Si sebagai ketua Program Studi
Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Hj.
Nunung Khoriyah, MA selaku sekretaris Program Studi
Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ahmad Zaky, M.Si sebagai Dosen Pembimbing skripsi
saya, yang secara ikhlas dan sabar dalam membimbing
dan memberikan pemahaman, petunjuk serta arahan baik
dalam penulisan skripsi. Semoga Allah SWT selalu
memberikan perlindungan kepada beliau.
4. Seluruh Dosen Program Studi Kesejahteraan Sosial UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu
pengetahuan, pengajaran, dan bimbingan selama penulis
menjalani perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
5. Kepada Staff Yayasan Kapeta Tangerang Selatan,
khususnya kepada Bapak Pungky, Mas Galuh, dan Ibu
Gita yang sudah meluangkan waktunya dan memberikan
kesempatan kepada penulis dalam menjalani penelitian
ini. Serta para informan yang telah membagi cerita dan
pengalamannya sehingga membuat penulis dapat lebih
memahami mengenai penelitian ini.
6. Kepada kedua Orangtua penulis, Bapak Suparno dan Ibu
Watini yang telah mendidik, memberikan semangat serta
selalu mendoakan anak-anaknya.
7. Kepada teman-teman Kesejahteraan Sosial Angkatan
2013 yang selalu memberikan energi positif kepada
penulis dan Keluarga besar mahasiswa Kesejahteraan
Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
iii
berperan besar dalam penulis selama menjadi mahasiswa
dan menerima penulis dalam Keluarga Kesejahteraan
Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
8. Untuk kawan-kawan Kuwuk, yang tidak lain adalah Arief,
Faiz, Ridwan, Agus, Jaki, Alfa, Bahir, Putra. Mereka
adalah kawan-kawan terhebat yang penulis kenal selama
di kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Terima kasih
atas canda dan tawa, nasehat, dukungan serta doa kalian
untuk proses penyelesaian skripsi penulis.
9. Untuk seluruh teman-teman Remaja 309 yang telah
memberikan doa dan dukungan baik berupa moral
maupun materi. Mulai dari nasehat maupun candaan yang
berkaitan dengan skripsi yang terkadang memang kurang
berkenan dihati. Namun peneliti menyadari bahwa hal
tersebut dilakukan untuk mensukseskan proses
penyelesaian skripsi penulis.
Jakarta, 10 Oktober 2019
Penyusun.,
Akhmad Sidiq
1113054100046
iv
DAFTAR ISI ABSTRAK ............................................................................................. i
KATA PENGANTAR .......................................................................... ii
DAFTAR ISI......................................................................................... v
DAFTAR TABEL .............................................................................. viii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah .............................. 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................... 9
D. Metodologi Penelitian ................................................................. 10
1. Pendekatan Penelitian.......................................................... 10
2. Jenis Penelitian .................................................................... 11
3. Lokasi dan Waktu Penelitia ................................................. 11
4. Teknik Pemilihan Informan Penelitian ................................ 11
5. Sumber Data ........................................................................ 12
6. Teknik Pengumpulan Data .................................................. 13
7. Teknik Analisis Data ........................................................... 14
8. Teknik Keabsahan Data ....................................................... 14
9. Kajian Pustaka ..................................................................... 15
10. Teknik Penulisan ................................................................. 16
E. Sistematika Penulisan ................................................................. 16
BAB II KAJIAN TEORI ..................................................................... 18
A. Rehabilitasi Sosial ....................................................................... 19
1. Pengertian Rehabilitasi Sosial ............................................. 19
2. Sarana dan Prasarana ........................................................... 22
3. Sumber Daya ....................................................................... 23
v
B. Narkoba ....................................................................................... 26
1. Pengertian Narkoba ............................................................. 26
2. Jenis-jenis Narkotika ........................................................... 27
A. Candu .................................................................................. 28
B. Putaw .................................................................................. 28
C. Heroin ................................................................................. 29
D. Ganja ................................................................................... 29
E. Cocain ................................................................................. 31
3. Akibat Penggunaan Narkoba Terhadap Individu ................. 33
4. Akibat Pemakaian Narkoba Bagi Masyarakat ..................... 34
5. Alasan-alasan Sebagai Pengguna Narkoba .......................... 34
6. Mekanisme Terjadinya Penyalahgunaan Napza .................. 36
7. Perubahan perilaku akibat pemakaian NAZA ..................... 37
C. Keluarga ...................................................................................... 38
1) Pengertian Keluarga ............................................................ 38
2) Struktur Keluarga ................................................................ 39
3) Peran Keluarga .................................................................... 40
4) Upaya Keluarga dalam Menanggulangi Penyalahgunaan
Narkoba ....................................................................................... 42
D. Kerangka Berfikir ....................................................................... 44
BAB III PROFIL LEMBGA .............................................................. 45
A. Latar Belakang Lembaga ........................................................... 45
1. Sejarah Yayasan KAPETA ..................................................... 45
2. Visi dan Misi ....................................................................... 47
3. Prosedur Penerimaan Klien ................................................. 48
4. Alur Pelayanan .................................................................... 49
5. Struktur Organisasi .............................................................. 50
6. Sarana dan Prasarana ........................................................... 51
vi
7. Program Rehabilitasi ........................................................... 52
8. Kerjasama Lembaga ............................................................ 53
BAB IV HASIL TEMUAN ................................................................ 54
A. Profil Klien ................................................................................. 54
B. Proses Rehabilitasi Sosial ............................................................ 56
C. Hasil Rehabilitasi ........................................................................ 69
BAB V ANALISIS DATA ................................................................. 72
A. Proses Rehabilitasi ...................................................................... 72
1. Konseling Individu .............................................................. 74
2. Life Skill ............................................................................. 75
3. Layanan Keluarga ............................................................... 76
B. Hasil Rehabilitasi ........................................................................ 78
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ............................................. 81
A. Kesimpulan ................................................................................. 81
1. Proses Rehabilitasi .............................................................. 81
2. Terapi Yang Diberikan ........................................................ 82
B. Saran ........................................................................................... 83
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 85
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Subjek dan Informan Penelitian ………………………12
Bagan 1. Alur Layanan ………………………………………...49
Bagan 2. Stuktur Organisasi …………………………………...50
viii
1
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang masalah, pembatasan
masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
metodologi penelitian, tinjauan pustaka, sistematika
skripsi.
A. Latar Belakang Masalah
Belakangan ini banyak remaja di Indonesia
meyalahgunakan narkoba. Menurut data yang di
keluarkan oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) World
Drugs Reports 2018 yang diterbitkan United Nations
Office on Drugs and Crime (UNODC), menyebutkan
sebanyak 275 juta penduduk di dunia atau 5,6 % dari
penduduk dunia (usia 15-64 tahun) pernah mengonsumsi
narkoba. Sementara di Indonesia, BNN selaku focal point
di bidang Pencegahan dan Pemberantasan
Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN)
mengantongi angka penyalahgunaan narkoba tahun 2017
sebanyak 3.376.115 orang pada rentang usia 10-59 tahun.
Sedangkan angka penyalahgunaan Narkoba di
kalangan pelajar di tahun 2018 (dari 13 ibukota provinsi
di Indonesia ) mencapai angka 2,29 juta orang. Salah satu
kelompok masyarakat yang rawan terpapar
2
penyalahgunaan narkoba adalah mereka yang berada pada
rentang usia 15-35 tahun atau generasi milenial
(“Penggunaan Narkotika di Kalangan Remaja Meningkat”
t.t.).
Sementara angka prevalensi setahun pakai di
kalangan pekerja sebesar 2,1% atau setara dengan
1.514.037 orang. Heru juga menyampaikan jumlah barang
bukti yang berhasil diungkap BNN periode 2017-2018
sebanyak 48,23 ton sabu, 41,27 ton ganja, 1.594.083 butir
pil ekstasi dan 2.314,29 kilogram ekstasi bubuk (“WOW!!
Heru Winarko Beberkan Fakta Terbaru
AngkaPenyalahgunaan Narkoba” t.t.). Pemakaian narkoba
di masyarakat dapat menyebabkan kemiskinan,
meningkatnya biaya kesehatan, dan meningkatnya
kriminalitas dan hancurnya sebuah masyarakat. Dan
akibat lainnya yang di dapat adalah di dalam keluarga
yang menyebabkan kematian salah satu anggota keluarga.
Salah satu meningkatnya penggunan narkoba di kalangan
anak-anak atau remaja adalah kurangnya perhatian dari
pendidikan yang di berikan dalam keluarga. (Moerdiono,
2007, 1–2)
Narkoba adalah salah satu zat atau obat yang
berasal dari tanaman atau bukan, yaitu baik sintetsis
maupun semi sitesis yang menyebabkan perubahan dan
penuruna kesadaran atau hilangnya konstrasi. hilangnya
3
4
normal, dapat berdiri sendiri, memiliki kemamuan dan
keahliat yang di milikinya. Dan rehabilitasi mental
dilakukan penyluhan, bimbingan serta ceramah, kagiatan
tersebut bertujuan agar pemakai narkoba sadar bahwa
masih memiliki masa depan . (MH 2003, 28)
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika, Bagian dua
mengenai Rehabilitasi pasal 55 yaitu:
Bagi pecandu narkotika dan penyalahgunaan
narkotika wajib di rehablitiasi medis dan rehabilitasi
sosial.
1) Orang tua atau wali dari Pecandu Narkotika yang belum
cukup umur wajib melaporkan kepada pusat kesehatan
masyarakat, rumah sakit, dan/atau lembaga rehabilitasi
medis dan rehabilitasi sosial yang ditunjuk oleh
Pemerintah untuk mendapatkan pengobatan dan/atau
perawatan melalui rehabilitasi medis dan rehabilitasi
sosial.
2) Pecandu Narkotika yang sudah cukup umur wajib
melaporkan diri atau dilaporkan oleh keluarganya
kepadapusat kesehatan masyarakat, rumah sakit, dan/atau
lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial yang
ditunjuk oleh Pemerintah untuk mendapatkan pengobatan
dan/atau perawatan melalui rehabilitasi medis dan
rehabilitasi sosial. (Wresniwiro, 2010, hlm. 122–123)
5
Penyalahgunaan dan peredaran narkoba yang kian
merak, kini telah merambah kedunia anak-anak. Baik
keluarga, lingkungan atau pun teman sebaya memiliki
pengaruh yang sangat besar dalam hal ini. Dalam
mencegah agar penerus bangsa tidak terjerumus ke dunia
narkoba, maka harus ada campur tangan dan tanggung
jawab dari peran keluarga salah satunya orang tua. Karena
baik buruknya perilaku anak sangat bergantung pada
bagaimana orang tua menjadi teladan bagi anak-anaknya.
Ada bebrapa hal yang harus diperhatikan oleh orang tua
terhadap anak-anaknya, upaya yang dilakukan anata lain
yaitu, mengasuh anaknya dengan baik, ciptakan susana
yang hangat dan bersahabat di rumah, luangkan waktu
untuk bersama-sama, menjadi contoh yang baik untuk
anak, komunikasi yang baik, menerima anak sebagaimana
adanya.
Bagi pengguna atau pemakai narkoba harus di
tindak lanjuti, bisa secara hukum atau memberikan
rehabilitasi kepada pengguna narkoba, pennguna atau
pemakai narkoba tidak hanya bisa diberi hukuman atau
sebagainya melaikan harus di berikan rehabilitasi seperti
apa yang sudah dijalaskan dalam UUD 1945 pasal 55
mengenai rehabilitasi, agar pengguna atau pemakai
narkoba bisa kembali lagi system keberfungsiannya
berjalan lagi seperti awalnya dan dapat di terima oleh
masyarakat.
6
Berkenaan dengan kasus diatas ada lembaga yang
konsen menangani masalah gangguan penggunaan zat
yaitu Yayasan Karya Kita Peduli (KAPETA). Kapeta
adalah sebuah lembaga swadaya masyarakat yang
didirikan melalui kepedulian sebuah komunitas yang
terdiri dari psikolog, praktisi pendidikan dan para orang
tua yang memiliki pengalaman dengan masalah Gangguan
Penggunaan Zat di antara keluarga dan lingkungannya.
KAPETA memulai kegiatan sejak Juni 2002 melalui
pertemuan dukungan untuk orang tua (Family Support
Group) dan program terapi Gangguan Penggunaan Zat
rawat jalan (daycare), hingga kemudian resmi didirikan
dengan berbadan hukum Yayasan pada tanggal 24
Februari 2004. Melalui berbagai program terkait
penanggulangan masalah Gangguan Penggunaan Zat
(NAPZA) dan HIV / AIDS, Yayasan KAPETA berusaha
untuk dapat membantu pemulihan orang-orang dengan
masalah Gangguan Penggunaan Zat untuk dapat kembali
ke fungsi sosialnya di masyarakat dan memberikan
dukungan sosio-psikologis bagi para ODHA (Orang
Dengan HIV AIDS) dalam menapaki kehidupannya.
Masih terbatasnya penyebaran informasi dan edukasi
terkait masalah Gangguan Penggunaan Zat dan HIV /
AIDS di Indonesia, menyebabkan keanekaragaman
pemahaman dan sudut pandang masyarakat akan masalah
tersebut.
7
Yayasan Kapeta dalam memberikan program
membaginya menjadi 2 bagian, program untuk rawat inap
dan rawat jalan. Untuk rawat inap dibagi lagi menjadi
rawat inap jangka pendek dan menengah, untuk
mengakomodir rawatan Gangguan Penggunaan zat,
khususnya heroin (putaw), ATS – Amphetamine Type of
Stimulants, dan zat lain dengan tingkat yang lebih
kompleks, yayasan Kapeta membuka layanan program
rawat inap (residensial) jangka pendek dan menengah.
Kemudian ada Rawat jalan, yaitu program terapi dan
pemulihan ini ditujukan khususnya kepada mereka yang
memiliki Gangguan Penggunaan Zat yang masih dalam
tahap awal atau menengah (light to moderate).
Dipilihnya durasi jangka pendek dan menengah
adalah untuk memenuhi kebutuhan, khususnya para
pengguna zat yang telah menjalani program pemulihan
jangka panjang sebelumnya, menjalani program
perawatan yang tidak mengharuskannya meninggalkan
keluarga dalam waktu yang cukup lama. Selain itu
program ini diinisiasi untuk mengisi lubang dari
rangkaian rentang rawatan (Continuum of Care)
Gangguan Penggunaan Zat, yang umumnya diisi di
Indonesia oleh program terapi dan rehabilitasi rawat inap
dengan durasi lebih lama (6 bulan hingga 2 tahun), tanpa
pilihan lain yang secara signifikan berbeda (“Yayasan
Kapeta” t.t.).
8
Rehabilitasi terhadap penyalahguna NAPZA juga
merupakan suatu bentuk perlindungan sosial yang
mengintegrasikan pecandu narkotika ke dalam tertib
sosial agar tidak lagi melakukan penyalahgunaan
NAPZA. Sudah seharusnya mereka yang
menyalahgunakan narkotika dibawa ke tempat
rehabilitasi, baik itu rehabilitasi medis ataupun sosial.
Sudah banyak tempat rehabilitasi penyalahguna narkoba,
baik yang didirikan oleh pemerintah ataupun swasta. Hal
ini juga disesuaikan dengan tujuan dari Program terkait.
Dengan ini peneliti menarik judul yaitu, “Rehabilitasi
Sosial Pengguna NAPZA Melalui Program Layanan
Keluarga Di Yayasan Karya Peduli Kita (KAPETA).”
B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Melihat dari banyaknya permasalah yang
berkaitan pada penggunaan narkoba, dan dengan
adanya keterbatasan waktu serta kemampuam yang
dimiliki oleh peneliti untuk itu perlu adanya
pembatasan masalah terkait dengan penelitian ini agar
pengkajian masalah tidak terlampau jauh sehingga
menjadi lebih terfokus dan efektif terhadap apa yang
disimpulkan. Maka peneliti terfokus pada rehabilitasi
sosial yang di berikan oleh KAPETA dan Terapi yang
dilakukan oleh KAPETA
9
2. Perumusan Masalah
Dari batasan masalah tersebut dapat diuraikan
beberapa permasalahan atau pernyataan penelitian.
Penulis akan merumuskan dalam permasalahan yang
dapat dirumuskan adalah
a. Bagaimana proses rehabilitasi yang diberikan oleh
Yayasan KAPETA?
b. Bagaimana manfaat dari program rehabilitasi
layanan keluarga yang di berikan oleh Yayasan
KAPETA?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan permasalahan maka tujuan
penelitian ini adalah:
a. Untuk mendeskripsikan proses rehabilitasi sosial
di Yayasan Kapeta.
b. Untuk mendeskripsikan manfaat dari program
rahabilitasi layanan keluarga yang diberikan di
Yayasan Kapeta.
2. Manfaat Penelitian
a. Segi Akademis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat dan menambah wawasan keilmuan
bagi Ilmu Kesejahteraan Sosial, pada teori dan
aplikasi di bidang Kesejahteraan Sosial dan profesi
Pekerja Sosial. Serta dapat dijadikan sebagai
10
bahan referensi atau bahan kepustakaan bagi
pengembangan Ilmu Kesejahteraan Sosial.
b. Segi Praktisi
Penelitian ini mampu memberikan
pemaham, kemampuan, wawasan dan pengetahuan
bagi penulis, mahasiswa dan orang tua sekaligus
masyarakat tentang bagaimana cara merehabilitasi
pengguna narkoba.
D. Metodologi Penelitian
Metode penelitian merupakan suatu proses yang
harus dilalui dalam suatu penelitian agar hasil yang
diinginkan dapat tercapai. Metode penelitian ini kemudian
dibagi menjadi, sebagai berikut:
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.
Bogdan dan Taylor mendefinisikan metode penelitian
kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati
(Moleong, 1991:3).(Kasiran 2010, 175) Penelitian
Kualitatif digunakan untuk memahami, mencari makna
dibalik data, untuk menemukan kebenaran, baik
kebenaran empirik sensual, empirik logik dan empirik
etik. (Kasiran 2010, 177)
11
2. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan tipe penelitian
deskriptif. Penelitian ini didasarkan pada pertanyaan
“Bagaimana”. Kita tidak puas bila hanya mengetahui apa
masalahnya secara eksploratif, tetapi ingin mengetahui
juga bagaimana peristiwa tersebut terjadi. Dengan
demikian temuan-temuan penelitian deskriptif lebih luas
dan lebih terperinci daripada penelitian eksploratif.
Dikatakan lebih luas karena kita meneliti tidak hanya
masalahnya sendiri, tetapi juga variabel-variabel lain yang
berhubungan dengan masalah itu. Lebih terperinci karena
variabel-variabel tersebut diuraikan atas faktor-faktornya.
Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, penelitian
dilakukan dengan penarikan sampel (Gulo 2000, 19).
3. Lokasi dan Waktu Penelitia
a. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Jl. Pluto Dalam 1
No. 8, Villa Cinere Mas, Ciputat Timur,
Tangerang Selatan.
b. Waktu Penelitian
Penulis melakukan penelitian pada bulan Januari
2019 sampai dengan Mei 2020.
4. Teknik Pemilihan Informan Penelitian
Sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif
teknik pemilihan responden dalam penelitian ini adalah
purposive sampling
(Moleong 2000, 224) yang
memberikan keleluasaan kepada peneliti dalam
12
menyeleksi responden yang sesuai dengan tujuan
penelitian. Yang terpenting disini bukan jumlah
respondennya melainkan potensi dari tiap kasus untuk
memberikan pemahaman teoritis yang lebih baik
mengenai aspek yang dipelajari.
Tabel 1 Subjek dan Informan Penelitian
No Informan Informasi yang
dicari
Jumlah
1 Bapak Pungky (
Divisi Program)
Mengetahui apa
saja program yang
ada di Yayasan
Kapeta
1
2 Bapak Gidien (
Konselor )
Mengetahui apa
saja yang di
berikan ketika
melakukan
konseling dan sesi
1
3 Klien ( MS dan
F)
Mengetahui apa
saja yang di dapat
dari program yang
telah diberikan.
2
5. Sumber Data
Sumber data yang penulis gunakan pada penelitian
ini terbagi menjadi 2 (dua) sumber yaitu sumber data
13
primer dan sumber data sekunder yang akan
dijelaskan sebagai berikut:
a. Data Primer
Data primer, yaitu data yang langsung diperoleh
dari para informan pada waktu penelitian. Data
primer ini diperoleh melalui wawancara dengan
informan.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang dikumpulkan
melalui sumber-sumber informasi tidak langsung
seperti perpustakaan, dokumentasi masa lampau.
6. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini metode pengumpulan data
yang dipakai adalah dengan melakukan wawancara
langsung dengan responden, karena untuk memperoleh
informasi yang lengkap mengenai responden yang
bersangkutan maka peneliti harus terjun langsung ke
lapangan, dengan cara melakukan wawancara terhadap
responden. Selain itu guna memperkuat penelitian ini,
peneliti juga menambah dengan menggunakan beberapa
sumber kepustakaan, baik itu berupa buku, artikel, dan
sejenisnya, yang ada hubungannya dengan obyek yang
diteliti.
Dalam penelitian ini teknik wawancara yang
peneliti gunakan adalah wawancara mendalam artinya
peneliti mengajukan beberapa pertanyaan secara
mendalam yang berhubungan dengan fokus permasalahan.
14
Sehingga data-data yang dibutuhkan dalam penelitian
dapat terkumpul secara maksimal sedangkan subjek
peneliti dengan teknik Purposive Sampling yaitu
pengambilan sampel bertujuan, sehingga memenuhi
kepentingan peneliti.
7. Teknik Analisis Data
Yaitu teknik pemeriksaan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain dari luar data untuk
keperluan pemeriksaan atau perbandingan terhadap data
tersebut. Hal ini akan dicapai dengan membandingkan
hasil wawancara di depan umum dengan apa yang
dikatakan secara pribadi dan dokumen yang
berkaitan.(Moleong 2000, 178)
8. Teknik Keabsahan Data
Keabsahan data adalah data yang diperoleh dan
telah teruji dan valid. Dalam hal ini peneliti menulis
keabsahan data diuji lewat diskusi atau sharing, referensi
teori dan melihat realitas sosial serta tentang isu-isu yang
sedang berkembang. Oleh karena itu peneliti melakukan
perbaikan-perbaikan untuk mendapatkan dat yang relevan.
Teknik keabsahan data yang penulis lakukan
adalah dengan ketekunan pengamatan, ketekunan
pengamatan bermaksud menentukan ciri-ciri dan unsur-
unsur dalam situasi-situasi yang sangat relevan dengan
persoalan atau isu yang sedang dicari. Kemudian
memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci,
15
maksudnya peneliti hanya memusatkan dan mencari
jawaban sesuai dengan rumusan masalah saja.
9. Kajian Pustaka
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan tinjauan
pustaka sebagai langkah dari penyusunan skripsi yang
diteliti agar terhindar dari kesamaan judul dan lain-lain.
Dari skripsi yang sudah ada sebelumnya, serta sebagai
referensi penelitian yang berhubungan denganperubahan
sosial, adapun beberapa skripsi tersebut antara lain,
sebagai berikut.
Nama : Anindia Prestiawani Rizki
Jurusan : Kesejahteraan Sosial
Judul Skripsi :Rehabilitasi Sosial Bagi
Penyalagunaan Narkoba di Natura Addiction
Center Jakarta Selatan
Skripisi diatas menjadi dasar penelitian yang
dilakukan oleh peneliti dalam menyusun skripsi
ini. Skripsi tersebut sama-sama membahas
mengenai proses rehabilitasi sosial, perbedaan dari
skripsi peneliti adalah peneliti tidak hanya
berfokus pada proses rehabilitasinya saja tetapi
juga berfokus pada terapi yang diberikan oleh
Yayasan KAPETA bagi pengguna narkoba.
Nama : Hasnidar
Jurusan : Syari’ah dan Hukum
16
Judul Skripsi : Upaya Rehabilitasi Sosial
Bagi Penyalahgunaan Narkotika Dalam
Persfektif Hukum Islam(Studi kasus di
Yayasan Harapan Permata Hati Kita
/YAKITAAceh)
. Skripisi diatas menjadi dasar penelitian yang
dilakukan oleh peneliti dalam menyusun skripsi
ini. Skripsi tersebut sama-sama membahas
mengenai proses rehabilitasi sosial, perbedaan dari
skripsi peneliti adalah peneliti tidak hanya
berfokus pada proses rehabilitasinya saja tetapi
juga berfokus pada terpi yang di berikan oleh
Yayasan KAPETA bagi pengguna narkoba. Dan
yang membedakan juga skripsi Hasnidar dari
rehabilitas sosial melalui pandangan islam.
10. Teknik Penulisan
Untuk tujuan mempermudah, teknik penulisan
yang dilakukan dalam skripsi ini merujuk pada buku
pedoman penulisan karya ilmiah (Skripsi, Tesis, dan
Disertasi) yang disususn oleh Tim UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
E. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah dalam penulisan ini, maka
penulis membagi sistematika penulisan ke dalam lima bab
yang mana rinciannya sebagai berikut :
17
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang masalah,
pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan
pustaka, sistematika skripsi. Kegunaan
pendahuluan dalam skripsi ini adalah
mengantarkan pembaca untuk memahami
gambaran tentang topik yang akan dibahas.
BAB II : KAJIAN PUSTAKA
Bab ini akan menguraikan landasan teori
yang mendasari pola pikir penulis dalam
menyusun skripsi, kajian pustaka, dan kerangka
berpikir. Kegunaan bab ini dalam skripsi adalah
mengantarkan pembaca untuk mengetahui teori
yang digunakan, peneliti terdahulu dan kerangka
pemikiran peneliti dalam skripsi ini.
BAB III : PROFIL LEMBAGA
Bab ini berisi tentang gambaran umum
lembaga terkait dengan sejarah lembaga, visi, misi
dan struktur organisasi serta Program rehabilitasi
yang dijalankan oleh Yayasan Karya Peduli Kita.
18
BAB IV : DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Bab ini berisi tentang uraian penyajian data
dan temuan penelitian di lapangan. Segala temuan
yang berkait dengan penelitian dibahas pada bab
ini.
BAB V : PEMBAHASAN
Bab ini berisi hasil temuan penelitian dan
Pembahasan/Diskusi yang berisi tentang
pembahasan atau diskusi mengenai hasil penelitian
yang diperoleh. Bagaimana keterkaitan penelitian
dengan teori yang sudah ada, dan penelitian ini
juga membahas tentan bagaimana proses dari
rehabilitasi yang dilakukan oleh Yayasan Karya
Peduli Kita.
BAB VI : SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
Bab ini berisi rangkuman hasil penelitian yang
ditarik dari analisis data dan pembahasan. Saran
berisi perbaikan-perbaikan atau masukan-masukan
dari penulis untuk perbaikan-perbaikan yang
berkaitan dengan penelitian. Peneliti juga dapat
mengemukakan persoalan-persoalan baru yang
muncul dari penelitian tersebut untuk dijadikan bahan
penelitian selanjutnya.
19
BAB II
KAJIAN TEORI
Pada pembahasan di BAB II ini, peneliti lebih
menjelaskan kepada teori yang digunakan untuk
menganalisis dan menjawab permasalahan. Adapun teori-
teori yang akan digunakan dalam penelitian, yakni teori
sistem, rehabilitasi sosial, narkoba dan keluarga.
A. Rehabilitasi Sosial
1. Pengertian Rehabilitasi Sosial
Pecandu yang telah menyelesaikan tahap
pengobatan dan sedang dalam proses pengembalian ke
dalam kondisi yang wajar, bisanya dipersiapkan untuk
menjalani proses rehabilitasi dengan melalui beberapa
tahapan. Dalam proses rehabilitasi perhatian di fokuskan
terhadap pemantapan dan pengembangan kepribadian dan
fungsi sosial agar diterima oleh masyarakat. (Ma’sum
2000, 137–38)
Rehabilitasi adalah upaya memulihkan dan
mengembalikan kondisi para mantan penyalahguna atau
ketergantungan NAZA, agar dapat kembali sehat. (Hawari
2006, 131) Pada tahap rehabilitasi dilakukan baik secara
fisik maupun mental. Rehabilitasi fisik dilakukan agar
pemakai kembali normal atau bisa berdiri sendiri, dan bisa
mempertahankan kemampuan dan keahlian yang dimiliki.
20
Dalam tahap ini pemakai diberikan kesibukan agar bisa
melupakan ketergantungan pada narkoba. Kegiatan yang
diberikan seperti olahraga dan kursus keterampilan.
Kegitan itu diberikan agar bermanfaat setelah mereka
keluar dari panti-panti rehabilitasi.
Pada tahap rehabilitasi mental ini diberikan agar
pemakai sadar bahwa dirinya masih memili masa depan.
Kegiatan yang diberikan seperti bimbingan dan ceramah.
(MH 2003, 28)
Suardana (2008) menyatakan bahwa hak-hak
warga binaan atau korban pemyalahgunaan napza
memiliki hak rehabilitasi sebagai upaya pemulihan. Ada
beberapa definisi yang dipaparkan yaitu rehabilitasi medis
yang didalamnya ada perawatan medis, psikiatris dan
psokologis sebagai upaya pemulihan pengguna napza.
Selain rehabilitasi dari segi medis juga dibutuhkan
rehabilitasi sosial agar para pengguna narkoba dapat bisa
kembali fungsi sosialnya dalam kehidupan bermasyarakat.
(kes 2018, 2)
Suardana juga mengatakan bahwa rehabilitasi ini
dilatarbelakangi oleh beberapa landasan pemikiran:
1) Bahwa setiap pengguna berth atas hak-haknyasebagai
korban.
2) Berhak atas pemulihan seperti rehabilitasi.
3) Istilah rehabilitasi adalah istilah umum yang digunakan
bila menyangkut pada pemulihan/reparasi korban, baik
oleh hukum nasional maupun oleh hukum internasional.
21
4) Rehabilitasi digunakan untuk hak pemulihan pengguna
baik oleh hukum nasional maupun oleh hukum
internasional. (kes 2018, 4–5)
Menurut Hawari (2000) dalam program
rehabilitasi sosial meliputi pendidikan agama ( kognitif,
afektif, dan psikomotor) ada juga psikoterapi kelompok
(group psychotherapy) dan psikoterapi perorangan
(individual psychotherapy), pendidikan umum,
keterampilan, olahraga dan rekreasi. Dari hasih yang
diharapkan sesuai menjalani program rehabilitasi adalah
beriman dan bertaqwa, memiliki fisik yang bagus maupu
mental yang baik, memiliki keterampilan serta dapat
kembali lagi secara wajar dalah kebidupan sehari-hari
baik di rumah, sekolah/kampus, di tempat kerja maupun
dimasyarakat. (kes 2018, 8–9)
Di dalam Undang-undang Nomor 23 tahun 2014
tentang Pemerintah Daerah mengamatkan pembagian
tugas antara Pemerintah Pusat, Provinsi, dan
Kabupaten/Kota dalam melaksanakan rehabilitasi sosial.
Menurut Andi Hanindityo “ di dalam UU Nomor 23
Tahun 2014 dinyatakan bahwa rehabilitasi sosial di dalam
panti atau di luar panti harus dilakukan oleh Pemerintah
Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/kota.
Oleh karena itu panti sosial di ubah menjadi balai
rehabilitasi sosial, perubahan ini bukan hanya perubahan
nomenklaturnya sja melainkan perubahan secara tugas
dan fungsi dalam memberikan layanan rehabilitasi.
22
Dalam program rehabilitasi lamanya tergantung
dari metode dan program yang dilakukan oleh lembaga
yang bersangkutan, lamanya rehabilitasi yang diberikan
yauitu selama 3-6 bulan.
Upaya ini dilakukan sesuai dengan ketentuan yang
tertuang dalam undang-undang, yaitu untuk memulihkan
atau menjadikan pecandu narkotika agar dapat hidup sehat
jasmani dan rohani, sehingga dapat menyesuaikan dan
meningkatkan lagi keteramplan serta kepandaian dalam
lingkungan hidupnya. Yang ingin dicapai yaitu untuk
mengatasi keracunan fisik, komplikasi medic, dan
mencegah kegagalan kepribadian dalam menciptakan
suatu kondisi bisa hidup sehat tanpa terpengaruh oleh
obat.
2. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana harus bisa memadai dari segi
gedung, akomodasi, kama mandi / WC yang higienis,
makanan dan minuman yang bergizi dan halal, dan
ruangan yang lainnya.
Selain itu dari segi tenaga atau SDM harus juga
berkerja secara professional, seperti psikiater, dokter
umum, psikolog, pekerja sosial, perawat dan tenaga ahli
lainnya. Dan dari segi menejemen dan progeam juga
harus berjalan dengan baik sesai dengan kebutuhan dan
peraturan yang berlaku dilembaga harus ketat serta tata
tertib harus dijalankan agar tidak ada pelanggaran dan
kekerasan yang terjadi.
23
selain itu keamanan juga diperlukan agr tidak ada
predaran NAZA yang terjadi di dalam pusat rehabilitasi.
(Equatora 2017, 25)
3. Sumber Daya
Sumber Daya Manusia yang diperlukan dalam
pelaksanaan rehabilitasi sosial merupakan satu kesatuan
yang saling memiliki keterkaitan. Adapun tugas pekerjaan
dari masing-masing SDM adalah ebagai berikut:
1. Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa
a. Memeriksa fisik dan psikis dari efek yang
diterima oleh penggunaan narkoba.
b. Memberikan pelayanan terapi medis untuk
menegembalikan fungsi psiologis dan fungsi
adaptasi sosial.
c. Memberikan pengertan secara mendalam
mengenai akibat yang di terima dari
penyalahgunaan narkoba.
d. Memberikan penyulihan kesehatan jiwa.
e. Senantiasa berkoordinasi dan berkomunikasi
dengan konselor addict, pekerja sosial, dokter
umum, dokter gigi, dan peugas/pihak terkait
lainnyadalam proses program.
f. Mengambil tindakan yang bersifat darurat.
g. Mengadakan pemeriksaan kesehatan jiwa
keseluruh staff yang bertugas terkait lainnya
dengan pelayanan program.
24
2. Dokter Umum
a. Memeriksa kondisi fisik warga binaan secara
berkala.
b. Senantiasa berkoordinasi dan berkomunikasi
dengan konselor addict, pekerja sosial, dokter
umum, dokter gigi, dan peugas/pihak terkait
lainnyadalam proses program.
c. Membuat proses dokumentasi perjalanan
perawatan yang diberikan terhadap warga
binaan.
d. Mengambil tindakan yang bersifat darurat
seperti sakit mendadak.
e. Membuat medical record.
f. Mengadakan penyuluhan kesehatan umum.
3. Paramedis
a. Membantu dokter umum mengawasi kondisi
fisik warga binaan.
b. Memberikan obat bagi warga binaan selama
menjalani detoksifikasi selama menjalani
program terapi atau rehabilitasi.
c. Membuat laporan mengenai kondisi fisikwarga
binaan tersebut secara tertulisdan berkala.
d. Membantu dokter dalam membuat proses
dokumentasi perjalan perawatan yang
diberikan untuk warga binaan.
e. Membantu counselor addict dalam
pelaksanaan program.
25
f. Turut bersama petugas keamanan/petugas
dalam penggeledahan terhadap warga binaan
yang sedang menjalani detoksifikasi.
4. Pekerja Sosial
a. Memberikan layanan konsultasi untuk
mengetahui latar belakang warga binaan.
b. Menjelaskan masalah dalam pertemuan
perbincangan masalah bersama yang dihadiri
oleh staff didalam terapi dan rehabilitasi.
c. Membuat program terapi dan rehabiliasi.
d. Mengadakan koordinasi dengan counselor
addict mengenai keadaan warga binaan.
e. Monitoring dan evaluasi program rehabilitasi
agar berjalan dengan baik.
f. Turut bersama petugas keamanan/petugas
dalam penggeledahan terhadap warga binaan
yang sedang menjalani detoksifikasi.
5. Konselor Pecandu (Counselor Addict)
a. Membuat program untuk klien.
b. Lebih banyak berfungsi sebagai pelaksanaan
yang sudah dibuat dan memberika laporan
perkembangan dari program.
c. Memastikan progeam yang dirancang berjalan
dengan baik.
d. Memerhatikan kesejahteraan panti dan
kesejahteraan klien.
26
e. Menentukan tanggal untuk pelaksanaan grup
khusus untuk klien.
f. Merancang grup therapy yang akan diberikan
untuk klien.
g. Memastikan sesi grup therapy berjalan sesuai
dengan format yang ada. (Equatora 2017, 12–
21)
B. Narkoba
1. Pengertian Narkoba
Narkotika dalam perkataan Yunani adalah narke
yang berarti terbius dan tidak bisa merasakan apa-apa.
Namun ada juga yang mengatakan Narcissus, yaitu
sejenis tanaman yang memiliki bunga yang bisa membuat
seseorang tidak sadar.
Pengertian narkotika secara farmakologis medis,
dan menurut Ensiklopedia Indonesia IV (1980 : 2336)
adalah obat yang bisa menghilangkan trauma dan rasa
yang dapat menimbulkan efek stupor serta adiksi.
Pengertian yang umum dari narkotika adalah suatu
zat (obat) dari tanaman sintetis maupun semi sintesis yang
bisa menibulkan ketidaksadaran dan pembiusan. Serta
bisa menibulkan halusinasi dan menimbulkan daya
rasngsang. Efek lainnya yaitu menimbulkan
ketergantungan, yang di bedakan ke dalam golongan-
golongan sebaimana yang terlampir dalam Undang-
undang. (MH 2003, 35)
27
Berbicara tentang narkoba, sering pula terdengar
beberapa singkatan yang berkaitan dengan hal
tesebut,misalnya :
NAZA (Narkotika dan Zat Adiktif)
NAPZA (Narkotika, Alkohol, Psikotropika dan
Zat Adiktif)
Dari singkatan NAPZA yang memiliki arti lebih
lengkap, maka obat yang dianggap berbahaya adalah
Narkotika, Alkohol, Psikotropika dan Zat Adiktif.
Karena narkotika termasuk dalam obat-obatan atau
zat yang berbahaya bagi kesehatan maka mengenai
produksi, pengadaan, peredaran, penyaluran, penyerahan
ekspor dan impor maka obat-obatan tersebut diatur dalam
Undang-undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang
Narkotika.
Narkoba yang masuk kedalam lambung, kemudian
masuk kepembuluh darah. Jika dihisap atau dihirup, zat
diserap masuk ke dalam pembuluh darah melalui hidung
dan paru-paru. Jika disuntikan maka langsung masuk
melalui aliran darah. Dan darah membaa zat tersebut ke
otak.
2. Jenis-jenis Narkotika
Berdasarkan pada Undang-Undang Nomor 22
Tahun 1997, jenis narkotika dibagi menjadi tiga kelompok
yaitu narkotika golongan I, golongan in termasuk
28
narkotika yang berbahaya dan paling tinggi daya
adiktifnya, golongan I ini adalah ganja, heroin, koain,
putaw dan opium. (Sunarno 2007, 11)
A. Candu
Candu atau opium adalah sumber utama dari
narkotika alam. Narkotika yang berasal dari alkoloida
candu , misalnya morphine, heroine yang berasal dari
Papaver Somniferum. Nama Papaver Somniferum
adalah sebutan yang diberikan oleh Linnaeus pada
tahun 1753.
1) Jenis-jenis Candu
Candu dalam pengklasifikasinannya dapat
dibedakan:
- Candu mentah
- Candu masak
- Candu yang khusus untuk rokok.
B. Putaw
Putaw merupakan jenis narkoba golongan satu
dan putaw ini merupakan hasil olahan dari opium.
Putaw juga berbentuk serbuk berwarna putih atau
coklat tua, dan ada juga yang berbnetuk cairan.
1) Efek Dari Putaw
Akibat dari menggunakan atau mengkonsumsi
putaw sangat berbahaya dan merugikan untuk
tubuh. Dan akibat yang ditimbulkan sebagai
berikut:
- Rasa mual.
29
- Pupil mata mengecil.
- Berat untuk benafas dan melemah.
- Mudah mengeantuk.
- Tubuh mudah melemas dan susah
bergerak.
- Ketagihan dan sakaw.
C. Heroin
Heroin adalah obat semi sintetik yang berasala
dari reaksi kimia antara morphine dengan asam
asental anhidrat. Heroin juga lebih cepat menimbulkan
ketergantungan dan memiliki efek lebih kuat dari
halusinasi yang lebih tinggi dari morphine. (MH 2003,
35–35)
1) Efek Dari Heroin
Gejala-gejala yang ditimbulkan dari heroin
yaitu:
- Rasa sakit dan kejang-kejang.
- Perut kram dan sawan.
- Menggigit disertai muntah-muntah.
- Keluar ingus dan mata berair.
- Nafsu makan dan hilangnya cairan
tubuh. (Hadiman 2007, 6)
D. Ganja
Ganja atau yang disebut juga Cannabis
merupakan jenis tanaman yang bisa tumbuh yang
tidak memerlukan pemeliharaan yang istimewa. Ganja
juga tumbuh di daerah tropis, pohn ganja juga bisa
30
tumbuh di berbagai belahan dunia. Ganja juga sering
disebut dengan Gele atau Cimeng. Di kalangan
pecandu sering di sebut dengan Grass, Marihuana,
Has atau Hashish. Dalam pemakaian sering dianggap
sebagai lambing pergaualan karena pemakaian hampis
selalu beramai-ramai dan tidak pernah sendiri.
1) Bentuk dan Cara Menggunakan Ganja
Bentuk ganja dapat di bagi menjadi 5
bentuk yaitu:
a. Berbentuk lintingan rokok
b. Berbentuk campuran, di campur dengan
tenbakau untuk dirokok
c. Berbentuk campuran daun, tangkai dan biji
untuk dirokok
d. Berbentuk serbuk dan damar yang dapat di
hisap
e. Berbentuk damar yang berwarna coklat
kehitam-hitaman.
2) Penyalahgunaan Ganja
Efek penggunaan ganja bagi penggunanya
lebih banyak buruknya daripada baiknya. Efek
penggunaan ganja menurut Franz Bergel meliputi
efek fisik dan psikis. Secara fisik yaitu:
- Hilangnya koodinasi kerja otot dengan
syaraf sentral.
- Hilang dan kurangnya kedipan dari
mata.
31
- Reflex tertekan.
- Kadar gula darah turun naik.
- Nafsu makan bertambah.
- Mata berwarna merah.
Efek pemakaian ganja secara psikis yaitu:
- Timbulnya sensasi psikis.
- Gembira dan tertawa tanpa sebab.
- Sifat malas dan lalai.
- Banyak bicara.
- Terganggu daya sensasi dan presepsi
terhadap ruang dan waktu.
- Daya pikir dan ingatan melemah.
- Cemas dan bicara melantur.
E. Cocain
Cocain adalah salah satu alkaloid yang berasah
dari daun Erythroxylon Coca L. Dan tanaman tersebut
banyak tumbuh di Benua Amerika Selatan. Cocain
juga tumbuh di Ceylon, India, dan Jawa. Di pulau
jawa tumbuhan ini sering ditanam dengan sengaja, dan
tumbuh sebagai tanaman pagar.
1) Efek pemakaian Cocain
Efek dari Cocain yang paling penting yaitu
pengahambatan hantaran syaraf bila dipakai secara
lokal, yakni sebagai anaestesi/pemati dari rasa.
2) Penyalahgunaan Cocain
32
Efek yang di timbul kan dari cocain setelah
1,5-2 menit melalui sntikan intravena atau
intranasal (sedotan hidung) yaitu :
- Euforia.
- Suka bercakap-cakap.
- Untuk mencegah kelelahan.
- Perilaku stereotip.
- Deyut nadi dan pernafasan menjadi
lebih cepat.
- Kerja mental bertambah.
Cocian juga bisa digunakan sebagai oabat
perangsang secara kronis, maka dapat
menimbulkan hal sebagai berikut:
- Halusinasi.
- Insomnia.
- Kurangnya gairah kerja.
- Berkerja dan berfikir tanpa tujuan.a
- Tidak nafsu makan.
- Tidak memiliki ambisi, kemauan dan
perhatian. (MH 2003, 47–62)
Nakotika golongan II, golongan ini termasuk
narkotika yang tinggi juga adiktifnya, tetapi memiliki
manfaat sebagai pengobatan dan penelitian. Yang
termasuk jenis golongan II ini yaitu betametodal,
benzetidin dan pestidin.
Dan narkotika golongan III adalah golongan
narkotika yang memilii daya adiktif tang ringan tetapi
33
bermanfaat juga untuk pengobaan dan penelitian selain itu
bisa juga untuk prkembangan ilmu pengetahuan.
Narkotika golongan III ini yaitu asetihidrotema dan
dihidrokodemia. (Sunarno 2007, 11)
3. Akibat Penggunaan Narkoba Terhadap Individu
Narkoba yang di gunaakan dpat menimbulkan
efek-efek bagi tubuh si pemakai sebagai berikut:
a. Europia adalah salah satu dari perasaan riang
gembira (well being) ditimbulkan dari narkoba
yang abnormal dan tidak sepadan dengan keadaan
jasmani dan rokhani. Efek dari penggunaan
narkoba dengan dosis yang tidak bergitu tinggi.
b. Delirium adalah menurunnya kesadaaran mental
disertai kecemasan yang hebat secara mendadak.
Efek ini ditimbulkan dengan dosis yang lebih
tinggi dari europia.
c. Halusinasi yaitu apa yang dilihat dan didengar
tidak sesuai denga kenyataan.
d. Weakness melemahnya keadaan jasmani dan
rokhani akibat dari ketergantungan dan kecanduan
narkoba.
e. Drowsiness kesadaran menurun dan tidak stabil
dan disertai fikira yang kacau.
f. Collapse yaitu pemakaian terlalu banyak dan
membuat over dosis dan menyebabkan kematian.
34
4. Akibat Pemakaian Narkoba Bagi Masyarakat
Dari akibat penggunaan bagi individu, pemakaian
narkoba juga bisa berpengaruh bagi masyarakat luas,
antara lain:
a. Makin meningkatnya kriminalitas.
b. Timbulnya kekerasan bagi perorangan atau
kelompok.
c. Timbulnya berbagai usaha yang illegal dalam
masyarakat, misalnya pasar gelap narkotika.
d. Meningkatnya kecelakaan lalu lintas.
e. Meluasnya penyakit tertentu dari jarum
suntikyang dipakai.
f. Dan bentuk lain dari keabnormalan. (MH,
2003, hlm. 24–26)
5. Alasan-alasan Sebagai Pengguna Narkoba
Menurut Graham Blaine seorang psikiater sebab-
sebab seseorang menggunakan narkotika ialah:
a. Untuk membuktikan keberanian dalam
melakukan semua tindakan yang beresiko,
misalnya berkelahi dan bergaul.
b. Untuk menantang orang yang lebih tua,
seperti guru, hukum dan instansi yang
berwenang.
c. Memudahkan dalam perbuatan seksual.
d. Untuk melepaskan diri dari rasa kesepian.
e. Agar bisa mengerti apa itu arti hidup.
35
f. Untuk mengisi kekosongan atau
kebosanan.
g. Menghilangan rasa frustasi dan
kegelisahan yang disebebkan dari masalah
yang tidak bisa diatasi dan tidak memiliki
jalan keluar.
h. Untuk memnuhi rasa solidaritas dengan
kawan-kawan.
i. Didorong karena rasa ingi tahu dank arena
iseng.
Dari sekian sebab-sebab pengunaan narkotika
secara tidak legal yang dilakukan oleh remaja dan dpat
dikelompokkan dalam 3 keinginan yaitu:
1) Mereka yang ingin mencoba, yaitu yang
ingin mendapatkan pengalaman baru dan
sensasi dari narkoba.
2) Yang bemaksud menjauhi dan menghindari
realita hidup, yaitu mereka terbius dalam
tempat pelarian yang ternyaman.
3) Yang ingin merubah kepibadiannya, yaitu
merka yang menggunakan narkoba bisa
membuat kepribadiannya seperti menjadi
berani, tidak malu dan kaku dalam
pergaulan. (MH 2003, 4–6)
6. Mekanisme Terjadinya Penyalahgunaan Napza
36
Dalam penelitiannya menurut Hawari,
penyalahgunaan Naza terjadi oleh beberapa faktor-faktor,
yaitu faktor predisposisi (kepribadian, kecemasan, dan
depresi), faktor keluarga dan faktor dari teman sebaya
atau per grup dari zatnya itu sendiri. Pada dasarnya
penyalahgunaan Napza adalah seseorang yang memiliki
gangguan kepribadian, sedangkan penyalahgunaan Napza
ialah perkembangan lebih lanjut dari gangguan jiwa,
demikian memiliki dampak sosial yag ditimbulkan. (MH
2003, 11). Faktor yang menyebabkan seseorang mulai
menggunakan narkoba, sehingga pada akhirnya
menyebabkan ketergantungan adalah:
1. Faktor Kepribadian
Yang termasuk ke dalam faktor ini adalah genetik,
biologis, kesehatan mental dan gaya hidup yang memiliki
pengaruh bagi seorang terjerumus dalam menggunakan
Narkoba maupun dalam permasalahan perilaku.
Kurangnya pengendalian diri.
Konflik individu/emosi yang masih belum setabil.
Terbiasa hidup senang dan mewah.
2. Faktor Keluarga
a) Kurangnya kontrol keluarga.
Orang tua yang terlalu sibuk dan anak yang
kurang perhatian dari orang tuanya cenderung
mencari perhatia dari luar, biasanya mencari
kesibukan bersama teman-temannya.
37
b) Kurangnya penerapan disiplin dan tanggung
jawab.
Tidak semua penyalahgunaan narkoba
berasal dari keluarga broken home, semua anak
mempunyai potensi yang sama untuk terlibat
dalam penyalahgunaan narkoba.
3. Faktor Lingkungan.
c) Masyarakat yang individualis.
Lingkungan yang individualistik dalam
kehidupan di kota besar cenderung memiliki sifat
yang kurang peduli dengan orang lain, sehingga
setiap orang hanaya memikirkan permasalahan
dirinya sendiri tanpa peduli dengan lingkungan di
sekitarnya.
d) Pengaruh teman sebaya.
Teman sebaya dan kelompo juga
berpengaruh dan berperan penting
terhadappengguna narkoba, hal ini disebabkan
karena antara lain menjadi syarat kemudahan yang
dapat diterima oleh anggota kelompok. (Badan
Narkotika Nasional 2011, 3–5)
7. Perubahan perilaku akibat pemakaian NAZA
Gejala-gejala akibat pemakaian NAZA mudah
dikenali sebagai beriku ini :
1. Meninggalkan ibadah. Yang semula rajin menjalankan
ibadah mulai malas dan sampai tidak menjalankan
ibadaha sama sekali.
38
2. Bolos. Yang semula rajin sekolah, kuliah dan bekerja
mulai malas, seing membolos.
3. Minggat. Mereka yang betah dirumah sering keluar
rumah, pulang larut malah hingga tidak pulang sama
sekali sampai berbulan-bulan.
4. Pergaulan bebas. Mereka sering terlibat dalam
pergaulan bebas (free sex). Sex bebas ini diakibatkan
hilangnya hambatan dan dorongan agresivitas seksual
akibat NAZA.
5. Bohong. Yang awalnya jujur mulai berbohong dari
yang kecil sampai yang besar.
6. Mencuri. Menjual barang, terlilit hutang dan tindakan
criminal lainnya.
7. Prestasi belajar/kerja merosot tajam.
C. Keluarga
1) Pengertian Keluarga
Keluarga merupakan konsep yng bersifat
multidimensi. Salah satu ilmuwan yang awalnya mengkaji
keluarga adalah George Murdock. Dalam bukunya
tentang Social Structure, Murdock mengartikan bahwa
keluarga adalah kelompok sosial yeng memiliki
karakteristik tinggal bersama, memiliki kerja sama
ekonomi dan terjadi proses reproduksi. Sedangkan
menurut Reiss keluarga adalah suatu kelompok kecil yang
terstuktur dalam pertalian keluarga dan memiliki fungsi
utama yaitu sosialisasi terhadap generasi baru.
39
Menurut Koerner dan Fitzpatrick definisi tentang
keluarga dapat ditinjau berdasarkan tiga sudut pandang
yaitu definisi structural, definisi fungsional dan definisi
interaksional.
Definisi Struktural, keluarga didefinisikam
berdasarkan kehadiran atau ketidakhadiran anggota
keluarga, seperti orang tua, anak, dan kerabat lainnya.
Dari definisi ini difokuskan pada siapa yang menjadi
bagian dari keluarga.
Definsi Fungsional, dari definisi ini dengan kepekaan
pada terpenuhinya tugas dang fungsi psikososial.
Fungsi tersebut mencangkup perawatan, sosalisasi
pada anak, dukungan emosi dan materi, dan pemeuhan
peran tertentu. Definisi ini focus pada tugas yang
dilakukan oleh keluarga.
Definisi Interaksional, keluarga didefinisikan sebagai
kelompok yang mengembangkan keintiman melalui
perilaku yang memunculkan rasa identitas sebagai
keluarga (family identity). Definisi ini difokuskan
kepada bagaimana keluarga melaksanakan fungsinya.
Pada umumnya fungsi yang dijalankan oleh
keluarga seperti melahirkan dan merawat anak,
menelesaikan masalah dan saling peduli antaranggota
tidak pernah berubah dari masa ke masa. (Lestari 2012, 3–
5)
2) Struktur Keluarga
40
Dari segi keberadaan anggota keluarga, maka
keluarga dibedakan menjadi dua, yaitu keluarga inti
(nuclear family) dan keluarga batih (extended family).
Struktur keluarga yang demikian menjadikan sebagai
orientasi untuk anak, yaitu keluarga tempat dimana ia
dilahirkan. Menurut Lee kompleksitas struktur keluarga
tidak lagi ditentukan oleh jumlah individu untuk menjadi
anggota keluarga, tetapi dilihat dari banyaknya posisi
sosial yang terdapat didalam keluarg. Oleh karena itu,
besaran keluarga yang ditentukan dari banyaknya jumlah
anggota tidak identik dengan struktur keluarga.
Selain itu variasi keluarga berdasarkan struktur
keluarga juga mencangkup keluarga dengan orang tua
tunggal, baik yang sudah bercerai atapun meninggal,
keluarga yang salah satu keluarganya jarang berada
dirumah karena pergi kerja keluar daerah, keluarga tiri,
dan keluarga dengan anak angkat. Pada dasarnya keluarga
yang utuh dan dlam perkawinan yang sah lebih menjamin
kesejahteraan anak. Hetherington mengungkapkan bahwa
proses yang berlangsung daam keluarga lebih besar
pengaruhnya terhadap akibat pada diri anak, seperti
rendahnya perilaku bermasalah dan kepuasan hidup.
(Lestari 2012, 6–7)
3) Peran Keluarga
Penyalahgunaan dan peredaran narkoba yang kian
merak, kini telah merambah kedunia anak-anak. Baik
keluarga, lingkungan atau pun teman sebaya memiliki
41
pengaruh yang sangat besar dalam hal ini. Dalam
mencegah agar penerus bangsa tidak terjerumus ke dunia
narkoba, maka harus ada campur tangan dan tanggung
jawab dari peran keluarga salah satunya orang tua. Karena
baik buruknya perilaku anak sangat bergantung pada
bagaimana orang tua menjadi teladan bagi anak-anaknya.
Ada bebrapa hal yang harus diperhatikan oleh orang tua
terhadap anak-anaknya, upaya yang dilakukan anata lain:
a. Mengasuh anaknya dengan baik
1) Penuh dengan kasih sayang yang di tujungkan
secara wajar ke anak-anaknya.
2) Penanaman sikap disiplin yang konstruktif,
sehingga anak bisa mengendalikan diri serta
memiliki rasa tanggung jawab.
3) Mengajarkan untuk membedakan mana yang salah
dan mana yang benar.
4) Mengembakan kemandirian dengan cara atau
memberi kebebasan kepada anak, asal tidak
bertentantangan dengan norma yang berlaku.
5) Menegembangkan harga diri anak dengan cara
menghargai sikap atau prestasi yang anak dapat.
6) Membimbing nak bila terbentur masalah.
b. Ciptakan susana yang hangat dan bersahabat di rumah
Dari hal ini membuat anak rindu untuk pulang
kerumah dan tidak mudah terpengaruh dengan
pergaulan negative diluar rumah.
42
c. Luangkan waktu untuk bersama-sama
Contoh yang dilakukan yaitu bermain, makan,
menonton atau berpergian bersama keluarga, sehingga
bisa menambah semanat dan perasaan dalam keluarga.
d. Menjadi contoh yang baik untuk anak
Memberikan contoh secara langsung sanagat
berpengaruh besar terhadap anak.
e. Komunikasi yang baik
Komunikasi dua arah, terbuka dan bersikap jujur,
mendengarkan dan selalu menghormati pendapat anak
adalah hal yang penting agar anak tidak ragu untuk
menceritakan pengalaman, termasuk pengalaman yang
negative.
f. Menerima anak sebagaimana adanya
Dalam hal ini orang tua janganterlalu banyak
menuntu kepada anak kerena itu bisa membuat anak
menjadi frustasi dan lebih mudah masuk kedalam
dunia narkoba. (Pd 2010, 129–31)
4) Upaya Keluarga dalam Menanggulangi Penyalahgunaan
Narkoba
Tidak ada petunjuk yang cepat untuk mengetahui
anak menggunakan narkoba atau tidak. Beberapa gejala
mungkin saja dirasakan normal karena penyesuaian sang
anakuntuk tumbuh. Ada banyak cara untuk menegtahui
anak menggunakan Narkoba atau tidak, antara lain:
43
1) Amati adanya suatu perubahan tingkah laku
dari anak, seperti tingkah laku di sekolah,
sering telat, bolos dan sering berbohong.
2) Prestasi sekolah menurun.
3) Gejala emosional yang tidak lazim dalam
menghadapi keluarga dan teman-temannya.
4) Adanya perubahan yang kea rah kriminal.
5) Sering meminjam uang dengan alas an yang
tidak jelas.
6) Lebih banyak menyendiri, menjadi pemurung
dan suka bengong, serta nafsu makan
berkurang.
7) Berpakaian tidak rapi atau asal-asalan.
8) Sering kedatangan tamu yang baru yang belum
di kenal oleh orang tua.
Selain itu ada juga pendekatan yang harus
dilakukan oleh orang tua untuk mengetahui anaknya
menggunakan narkoba atau tidak dengan cara, antara lain:
1) Utarakan kecurigaan secra terbuka kepada
anak.
2) Jangan menuduh, tetapi diskusikan dengan
anak mengapa menggunakan narkoba.
3) Gali emosi dan sosialnya dalam kehdupan.
4) Bila menemui kesulitan, mintalah bantuan
kepada dokter keluarga, psikiater, psikolog
atau un konselor narkoba. (Pd 2010, 135–36)
44
D. Kerangka Berfikir
Untuk melihat kontribusi ProgramRehabilitasi
Sosial Yayasan Karya Peduli Kita pada klien, maka
penulis mengemukakan menetapkan kerangka fikir
sebagai berikut:
Pertama, menetapkan teori rehabilitasi, napza dan
keluarga sebagai pedoman untuk melihat hasil dari
kontribusi Program Yayasan Karya Peduli Kita dan
manfaat bagi klien.
Kedua, peneliti melakukan survey awal ke lapangan untuk
menggali data dan informasi mengenai Program Yayasan
Karya Peduli Kita.
Ketiga, peneliti menggali data dari informan dalam hal ini
berkaitan dengan judul yang akan penulis teliti.
Keempat, peneliti melakukan analisis terhadap seluruh
data yang diperoleh dengan menggunakan analisis
deskriptif kualitatif.
Kelima, peneliti memberikan solusi dari fenomena
tersebut dan berharap bisa menjadi bahan masukan bagi
para peneliti selanjutnya serta instansi terkait.
45
BAB III
PROFIL LEMBGA
Bab ini berisi tentang gambaran umum lembaga
terkait dengan sejarah lembaga, visi, misi dan struktur
organisasi serta Program rehabilitasi yang dijalankan oleh
Yayasan Karya Peduli Kita.
A. Latar Belakang Lembaga
1. Sejarah Yayasan KAPETA
Yayasan Karya Peduli Kita (KAPETA) adalah
sebuah lembaga swadaya masyarakat yang didirikan
melalui kepedulian sebuah komunitas yang terdiri dari
psikolog, praktisi pendidikan dan para orangtua yang
memiliki pengalaman dengan masalah gangguan
penggunaan zat di antara keluarga dan lingkungannya.
KAPETA memulai kegiatan sejak Juni 2002 melalui
pertemuan dukungan untuk orang tua (Family Support
Group) dan program terapi Gangguan Penggunaan Zat
rawat jalan (daycare), hingga kemudian resmi didirikan
dengan berbadan hukum Yayasan pada tanggal 24
Februari 2004.
Melalui berbagai program terkait penanggulangan
masalah gangguan Penggunaan Zat (NAPZA) dan HIV /
AIDS, Yayasan KAPETA berusaha untuk dapat
membantu pemulihan orang-orang dengan masalah
gangguan penggunaan zat untuk dapat kembali ke fungsi
46
sosialnya di masyarakat dan memberikan dukungan sosio-
psikologis bagi para ODHA (Orang Dengan HIV AIDS)
dalam menapaki kehidupannya.
Masih terbatasnya penyebaran informasi dan
edukasi terkait masalah Gangguan Penggunaan Zat dan
HIV / AIDS di Indonesia, menyebabkan keanekaragaman
pemahaman dan sudut pandang masyarakat akan masalah
tersebut. Hal ini seringkali berdampak dan menjadi beban
tersendiri bagi orang-orang atau lingkungan dekat dari
para penderita Gangguan Penggunaan Zat dan ODHA.
Apabila tidak ditanggulangi dengan baik, hal ini
dapat menjadi stigma dan diskriminasi yang justru akan
membuat masalah Gangguan Penggunaan Zat dan HIV /
AIDS ini menjadi semakin rumit untuk ditanggulangi.
Untuk itu, yayasan KAPETA juga mencoba mewujudkan
kepeduliannya kepada para orang-orang dan masyarakat
umum yang didalam kehidupannya bersinggungan erat
dengan penderita Gangguan Penggunaan Zat maupun
ODHA, dalam bentuk pemberian informasi, edukasi dan
dukungan sosio-psikologis secara berkala. Kegiatan ini
dikemas dalam bentuk pertemuan dukungan sebaya dan
pertemuan dukungan keluarga, seminar, workshop,
outbound maupun pelatihan, yang menjadi bagian dari
pelayanan program untuk masyarakat umum (Public
Program Services).
47
1. Visi dan Misi
a. Visi
Menciptakan sebuah karya sebagai wujud
kepedulian kepada diri, keluarga dan masyarakat secara
luas akan penanggulangan masalah Narkoba dan HIV /
AIDS.
b. Misi
- Mencegah meningkatnya permasalahan terkait dari
penggunaan Narkoba dan epidemi HIV/AIDS.
- Membantu memberikan perawatan dan dukungan
kepada para pengguna Narkoba dan ODHA.
- Memberikan dukungan kepada keluarga dan
lingkungan terkait lain dari para pengguna narkoba
dan ODHA dalam pemulihan.
- Memberikan dukungan orang dengan masalah
narkoba dan ODHA di dalam pemulihan untuk
dapat hidup mandiri dan berdaya. Membangun
lingkungan kondusif untuk mendukung
pencegahan dan penanggulangan masalah narkoba
dan HIV / AIDS di masyarakat.
Menciptakan sebuah karya sebagai wujud
kepedulian kepada diri, keluarga dan masyarakat secara
luas akan penanggulangan masalah masalah narkoba dan
HIV / AIDS di masyarakat.
48
2. Prosedur Penerimaan Klien
a) Prosedur Kedatangan
Klien datang diantar oleh orang tua/ didampingi
oleh wali yang ditunjuk orang tua.
b) Wawancara Awal
Klien datang menjalani wawancara awal terkait
beberapa hal berikut:
-Perjanjian masuk
-Perilaku yang dapat mengakibatkan dikeluarkan dari
program.
-Penjelasan program
-Peryataan keluar
-Hak klien di dalam program
-Kewajiban program terhadap klien.
Jika klien setuju dengan pernyataaan diatas maka
dipersilahkan untuk membubuhkan tanda tangannya pada
kolom yang tersedia atau paraf di bagian kanan bawah
pernyataan tersebut.
c) Pengisian Formulir dan Pemeriksaan Awal
Fisik dan barang bawaan adalah kegiatan
pemeriksaan kepada calon klien terhadap barang bawaan
dan tubuh yang bertujuan mencegah adanya barang-
49
Keluarga 8
Edukasi
dasar,
Wawancara,
Family
Support
Group
Yayasan
Penerimaan
8.1
Klien Kapeta
Head Office (Jl.
Abdul Madjid
Raya No.9,
Cipete Utara,
Jakarta
Selatan)
Pluto
8
Treatment
Center (Jl. Pluto
Dalam 1 no.8,
Villa Cinere
Mas)
Skrining
Pengenal
an
Program
Konseling,
Family
Support
Group
yayasan
Keluarga
Pengasih
Indonesia
8.2 1.2 M8.28888FFDGD
After Care
9
Pemersiksaan
dan
Kesehatan
Dasar
3
KANABIS
Dan Lain-
lain
2.4
Rawat
Jalan
7
BENZO
ALKOHO
L
2.3
Half-
way
House
6
Detoksi
fi kasi
Penang
an an
Gejala
Putus
Zat
4
OPIAT
2.2
ATS
KOKAIN
2.1
Rawat
Inap
5
barang yang dilarang masuk kedalam fasilitas. Hal ini
dilakukan untuk menjamin keamanan dan kenyamanan
seluruh klien kami, dengan meminta ijin dan persetujuan
klien terlebih dahulu.
3. Alur Pelayanan
Alur pelayanan yang diberikan Yayasan Kapeta
untuk rehabilitasi sosial:
50
4. Struktur Organisasi
STRUKTUR ORGANISASI KAPETA
DIVISI
PENGEMBANGAN
PRORANM
STAFF
DESAIN GRAFIS & PAKAIAN
STAFF
RAWAT INAP
RAWAT
STAFF
KEUANGAN
ADMINISTRASI
STAFF
SSR DF R 8
JAKARTA
SELATAN
DIVISI
KEUANGAN &
ADMINISTRASI
DIVISI PROGRAM
GANGGUAN
PENGGUNAAN ZAT
DIVISI PROGRAM
BENDAHARA
Gita Kencana Poetri
SEKRETARIS
Adinda P. Kusubandio
KETUA/DIRECTUR
Erry Wijoyo, S.Ikom
DEWAN PENGAWAS
Ir. Paramayudha Ir. Wisdarmanto GS Dra. Ottyawati Adji Drs. Kemal Taru
DEWAN PEMBINA
Dra. Psi. Betty Kemal Taruc, Alita Damar, MPH Ir. Adji Sarnanto
51
5. Sarana dan Prasarana
Untuk menunjang kualitas program, yayasan
KAPETA menyediakan layanan dan fasilitas pendukung
seperti:
a) Konseling gangguan penggunaan zat terstruktur.
b) Konsultasi psikologi.
c) Konsultasi dokter umum dan spesialis.
d) Kamar tidur AC + water heater.
e) Kolam renang.
f) TV kabel dan internet.
g) Wellnes program.
h) Fasilitas olahraga.
i) Self-help Group dan family support group.
j) Vokasional.
k) Outing.
l) Dan lain-lain.
7. Landasan Hukum
a. Undang-undang No.35 tahun 2009 tentang Narkotika.
b. Peraturan Pemerintah No.25 tahun 2011 tentang
Institusi Penerima Wajib
c. Peraturan Menteri Sosial NO/HUK/2009 Standar
Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Penyalahgunaan
NAPZA.
52
d. Peraturan Menteri Sosial No.3 Tahun 2012
Standar pelayanan dan Rehabilitasi Sosial
Penyalahgunaan NAPZA.
6. Program Rehabilitasi
Ada beberapa program rehabilitasi KAPETA,
diantaranya:
1. Program Rawat Inap
waktu 1 sampai dengan 6 bulan. Klien akan
menjalankan berbagai kegiatan terapi seperti: konseling
individu, konseling kelompok, edukasi, relaksasi dan
yoga, terapi seni, kegiatan olahraga, kegiatan rogani,
kegiatan rekreasi dan kegiatan teraputik lainnya.
Menggunakan pendekatan elektik yang mengintegrasikan
model pembelajaran sosial dengan pendekatan
motivasional, terapi kognitif-perilaku, pengenalan 12-
langkah dan strategi pengendalian HIV&AIDS.
1. Program Rawat Jalan
Program yang dirancang khususnya untuk
gangguan pennggunaan zat yang masih dalam taraf
menengah atau belum mengalami ketergantungan (adiksi).
Program ini cocok untuk membantu menyelesaikan
masalah gangguan penggunaan zat jenis stimulant (shabu,
ekstasu, dll), benzodiazepine (Xanax, Dumolid, Happy
Five, dll) hingga alcohol dan ganja. Program ini juga
dapat menjadi lanjutan dari program rawat inap intensif
53
yang dirancang dengtan tetap mempertimbangkan
kebutuhan primer seperti sekolah, bekerja hingga
mengurus anak.
3. Layanan Keluarga
Yayasan Kapeta menyediakan layanan untuk
keluarga, pasangan maupun pihak terdekat lainnya untuk
dapat mendukung dan terlibat langsung di dalam.
Program ini adalah wadah bagi keluarga yang salah satu
anggotanya mengalami masalah dengan Gangguan
Penggunaan Zat untuk dapat berbagi, saling menguatkan
dan mendapatkan pengetahuan menghadapi masalah
tersebut.
7. Kerjasama Lembaga
Yayasan Karya Peduli Kita didukung oleh
beberapa lembaga terkait seperti:
- IKAI (Ikatan Konselor Adiksi Indonesia).
- BNN (Badan Narkotika Nasional).
- Komisi Penanggulangan AIDS.
- Kementrian Sosial Republik Indonesia. (“Yayasan
Kapeta” t.t.)
54
BAB IV
HASIL TEMUAN
Pada bab empat ini peneliti akan menjelaskan
mengenai hasil temuan lapangan dan kemudian dianalisa
berdasarkan temuan lapangan, maka peneliti akan
menjelaskan pada bab ini melalui proses rehabilitasi dan
hasil rehabilitasi di Yayasan Kapeta.
A. Profil Klien
1. Nama : MS
Umur : 25 Tahun
Pekerjaan : Karyawan Swasta
MS adalah seorang pemuda yang sudah bekerja di
salah satu perusahaan di daerah Jakarta, dia juga adalah
salah satu klien yang direhabilitasi di Yayasan Kapeta,
MS awal mula menggunakan zat itu adalah alkohol, yang
digunakan saat MS masih berada dibangku SMP tepatnya
pada kelas 3 SMp, dan setelah menginjak kelas 2 SMA
MS mulai menggunakan Dumolit seperti pil dan ganja.
Tidak hanya itu saja MS juga banyak menggunakan zat
lainnya seperti waktu kuliah MS pernah mencoba ganja
sintesis, jamur dan ekstasi. Kenapa MS menggunakan zat
karena iseng-iseng saja dan masih muda, serta juga faktor
lingkungan, lingkungan dalam artian MS ini orang yang
55
mudah terpengaruh dan orangnya kepo misalnya melihat
orang menggunakan ingin tahun dan ingin mencoba.
Mnurut MS dari penggunaan zat tersebut banyak
memiliki seperti dampak negative seperti jangka pendek
dan jangka menengah panjangnya, jangka pendeknya itu
seperti efek yang di terima dari obat-obatan atauzat yang
digunakan, sedangkan jangka menengah panjangnya itu
seperti ekonomi mudah habis, kehilangan barang pribadi
karena sempat kecelakaan mobil, dari segi kesehtan juga
mudah terganggu, mudah lupa, susah fokus, mudah down,
kurang bergairah dan mudah sedih. Dari segi pendidikan
juga terhenti dan harusnya bisa melanjutkan kejenjang
yang lebih tinggi lagi seperti S2, dari segi pekerjaan juga
sempat kehilangan pekerjaan. Selain itu juga dari segi
pertemanan juga kehilangan teman-teman yang positif dan
hanya bermain dengan teman pengguna saja dan dari segi
keluarga juga seperti sering berbohong kepada
keluarganya, seain itu juga kurangnya komukasi dengan
keluarga.
2. Nama : F
Umur : 39 Tahun
Pekerjaan : Tidak Bekerja
F adalah seorang yang berpendidikan terakhir
Diploma yang berusia 39 tahun asal Malaysia, F adalah
seorang pengguna zat seperti MS, F menggunakan shabu
pada tahun 2012, F menggunakan shabu karena tidak
56
mendapatkan pekerjaan dimana-mana, selain itu alasan F
menggukan shabu karena agar mudah bersosialisasi dan
supaya bisa meningkatkan rasa percaya diri, dari
penggunaan zat ini F tidak mudah mengantuk dan merasa
lebih pintar, selain itu juga F menjadi bergantungan pada
shabu. Hubungan F dengan keluarganya sebelum
menggunakan shabu kurang begitu dekat dengan
keluarganya, tetapi setelah penggunaan keluarga F jadi
lebih dekat dengan keluarganya. F mengetahui rehabilitas
ini dari sepupunya dan haparan F ingin melepas zat agar
bisa kembali normal lagi dan setelah ini bisa dapat bekerja
kembali.
B. Proses Rehabilitasi Sosial
Program rehabilitasi yang diberikan oleh Yayasan
Kapeta untuk gangguan penggunaan zat itu ada beberapa
macam baik untuk individu maupun untuk kelompok. Ada
beberapa program rehabilitasi KAPETA, diantaranya itu
ada rawat inap dan rawat jalan.
Rawat Inap itu adalah program untuk Gangguan
Penggunaan Zat yang didisain berdasarkan kebutuhan
klien dengan jangka waktu 1 sampai dengan 6 bulan.
Klien akan menjalankan berbagai kegiatan terapi seperti:
konseling individu, konseling kelompok, edukasi,
relaksasi dan yoga, terapi seni, kegiatan olahraga,
kegiatan rohani, kegiatan rekreasi dan kegiatan teraputik
lainnya.
57
Dalam menjalankan program ini sebelum
menjalankan rawatan klien harus melakukan intek terlebih
dahulu kemudian setelah itu dilakukan observasi dan
kemudian dilakukan assessment. Assesment itu untuk
mengetahui masalah yang di alami oleh klien. Seperti apa
yang disampaikan oleh bapak Pungky selaku kepala divisi
program di Kapeta, sebagai beikut
“Untuk program rehabilitasiya mereka harus melakukan
intek terlebih dahulu, kemuadian dari situ di observasi
selama satu minggu, setelah itu dilakukan assessment
untuk mengetahui masalah apa yang apa saja yang ada di
klien. Setelah observasi dan assessment dilakukan yang
namanya rencana lawatan, rencana lawatan ini dilakukan
tergantung dari hasil assesment tersebut.”
Assessment ini dilakukan agar yang bersangkutan
mengetahui masalah apa yang sedang dihadapinya dan
tingkat keparahan dari zat yang digunakan. Dan juga agar
bisa mengetahui rencana lawatannya, serta mengetahui
golsnya dari rencana lawatannya dan bisa mengikuti
rehabilitasi secara baik dan maksimal. Seperti apa yang
telah di sampaikan oleh bapak Gidien selaku konselor di
Kapeta, sebagai berikut:
“Assessment si itu udah pasti ya untuk pertama, namanya
Addiction Severty Index nama alat assessment agar kita
mendapat gambaran penuh tentang keparahan
penggunaannya, di dalamnya ada beberapa domain
narkoba, medis, keluarga, pendidikan/pekerjaan, sosial,
kemudian sikologis, emosional dan legal. Dari situ kita
dapet gambaran apa saja masalah klien tersebut, dari
gambaran tersebut diaknosanya seperti apa dan
58
rekomendasinya rencana lawatannya seperti apa itulah
yang akhirnya membatu kita melakukan rehabilitasi klien
tersebut dan rencana lawatan itu disesuaikan dengan
kebutuhan dan kemampuan dari klien. Itu si yang kita
lakukan di sini.”
Assessment yang dilakukan dengan menggunakan
Addiction Severty Index. Dengan ASI konselor dapat
mengetahui gambaran dari keparahan penngunaannya dan
didalamnya memmiliki domain yaitu narkoba, medis,
keluarga, pendidikan/pekerjaan, sosial, kemudian
sikologis, emosional dan legal. Setelah melakukan
assessment pihak dari Kapeta membacakan resume dari
hasil assessment dan dilakukan konfersi dengan
supervisor dan staff Kapeta. Agar mengetahui apa rencana
lawatan yang akan dilakukan, berapa lama durasinya dan
bagaimana cara mencapainya. Hal ini Juga di smpaikan
oleh bapak Pungky selaku divisi program disana, sebagai
berikut:
“Rencana lawatan itu adalah rekomdasi dari hasil
assessment, tujuan dari rencana lawatan ini agar yang
bersangkutan faham apa masalah atau kondisi yang
sedang dihadapinya dan harapannya agar bisa
mengetahui golsnya itu apa, dari rencana lawatan itu dan
bisa menjalankan program rehabilitasi secara
maksimal.”
Dari apa yang telas di jelaskan dan dari data diatas
penulis menyimpulkan bahwa Yayasan Kapeta melakukan
Assesment dengan menggunakan ASI. Dan assessment
dilakukan oleh staf yang berada di Kapeta. Assesement
59
dilakukan untuk mengetahui tingkat keparahan yang ada
pada klien. Setelah mengetahui hasil dari assesement
konselor menentukan rawatan yang akan dilakukan oleh
klien.
Setelah melakukan rawat inap klien juga
melakukan rawat jalan. Tetapi sebelum itu klien harus
melakukan rawatan transisi, rawatan transisi itu di
pulangkan 2-3 untuk mengimpelemtasikan apa yang
sudah diberi dan dipelajari dari Yayasan Kapeta. Dan
rawat jalan di Yayasan Kapeta ada yang intensif dan non
intesif. Seperti yang disampaikan oleh bapak Pungky:
“Dan rawat jalan ada yang intensif dan ada juga yang
non intensif. Rawat inap itu mereka menginap disini
selama kurun waktu tertentu, dan sebelum melakukan
rawat jalan mereka harus melakukan rawatan transisi
baru setelah itu melakukan rawat jalaan. Kalo intensif itu
mereka datang kesini dalam seminggu harus itu 3 kali
datang kesini selama 4-6 minggu. Kalo yang non intesif
itu seminggu 1 kali atau 2 minggu 3 kali seperti itu.”
Dari hasil assessment dan mengetahui rencana
lawatannya apa, klien akan menjalani program yang telah
di rekomendasikan oleh staff di Kapeta seperti rawat inap.
Dalam rawat inap ini ada bebrapa program yang telah di
berikan oleh Yayasan Kapeta baik untuk individu mau
pun kelompok. Ada pun program yang diberikan untuk
individu adalah sebagai berikut:
1. Konseling Individu
60
Konseling ini dilakukan untuk mengtahui masalah
apa yang ada pada klien dan memberikan bantuan dan
jalan keluar dari masalah yang dihadapi oleh klien, seperti
apa yang disampaikan oleh bapak Gidien selaku konselor
di Kapeta sebagai berikut:
“Konseling dilakukan tidak hanya sekali tapi berprogres,
tapi dari pertemuan pertama dia mau bercerita tentang
masalah yang dia alami walaupun sekecil apa pun itu
sudah termasuk keterbukaan.”
Hal ini juga dikatakan oleh klien MS, sebagai
berikut:
“Dan konseling itu programnya ngebantu gua untuk
membuat prencanaan misalnya kaya bangun pagi dulu
tuh susah banget buat bangun pagi, terus cara
menghindari trigger/ pemicu-pemicu internal dan
eksternal, misalnya eksternal biasanya gua make dan
dating ketempat tertentu biasanya ketempat yang jual
alkohol atau apa-apa dan temen-temen yang negative gua
harus hindari sebisa mungkin.”
Berdasarkan data di atas konseling dilakukan
untuk mengetahui masalah yang di alami oleh klien mulai
dari masalah tentang zat yang digunakan dan penyebab
menggunakan zat tersebut. Dan mendengarkan serta
membantu klien untuk mengurai masalah yang ada pada
masalah klien. Dan konseling dilakukan 1 kali dalam
seminggu.
Hal serupa juga disampaikan oleh F, sebagai
berikut:
61
“Mendiskusikan berkembangan saya dan apa
yang harus dicapai.”
Adapun pendekatan awal yang dilaukan untuk
mengetahui dan mendengarkan penjelasan yang lebih dari
klien, hal ini disampaikan oleh bapak Gidien, sebagai
berikut:
“Pendekatan awal? Rapport billing, teknik yang di pake
si bisanya motivasional interviewing dimana didalamnya
tuh yang penting kita mendengarkan secara reflektif
listening, bukan hanya cuma mendengarkan secara biasa
saja, tetapi ada beberapa hal. Selain mendengarkan kita
bisa memparafrase perkataan dari klien. Sehinnga
seolah-olah seperti bertanya tapi engga kepo atau bahkan
verbal, kemudian ada juga mungkin dua sisi pernyataan
klien kita temukan sehingga mendapkan penjelasan yang
lebih. ”
Jadi bisa di simpulkan bahwa konseling sangat di
perlukan dan sangat penting dalam proses rehabilitasi,
karena apa yang telah di alami oleh klien bisa di
sampaikan langsung ke konselor dan konselor disini bisa
menjadi pendengar atau fasilitator, selain itu juga bisa
membahas atau mencari jalan keluar bersama konselor
agar bisa lebih baik lagi kedepannya. Saat kegiatan
konseling individu dengan konselor klien tidak hanya
membahas tentang zat dari bagaimana cara pencegahan
dan pemulihan, tetapi bagaimana cara mengurai masalah
yang lain satu-persatu agar bisa terselesaikan.
62
Seperti apa yang telah di sampaikan oleh klien
MS, sebagai berikut:
“Ohh banyak yang didiskuiin, waktu pertama gua
mengikuti pemulihan pertama si menyangkal kalo ada
adiksi, engga tau juga kan adiksi itu apa dan segala
macem, biasanya kan kalo orang make kan engga mau
ngaku kalo dia make, adiksi apaan engga ko ini mah gini
doang, kalo sama konselor tuh di kenalin dan jelasin
adiksi itu apaan secara ilmiah tuh gimana, memulai untuk
mengurai masalah yang menggumpal menjadi satu
persatu, misalnya engga ada motivasi, engga pernah
olahraga nah itu kenapa di urai satu-satu itu gimana dan
harus gimana, sehingga kita jelas juga ngeliatnya ohh
ternyata tuh begini.”
Dari hasil wawancara yang dilakukan dari setiap
konseling yang dilakukan oleh klien dan konselor, setiap
pertemuan yang didiskusikan mengenai adiksi, mengenai
pencegahan dan mengenai kekambuhan dan tidak hanya
itu yang di bahas, selain itu juga ada masalh lain yang
dibahas antara klien dan konselor, karena setiap klien
memiliki masalah yang berbeda-beda dan konselor
mempunyai cara tersendiri dalam menangani kliennya
masing-masing.
2. Group Therapy
Group therapy adalah suatu program yang di
berikan oleh Yayasan Kapeta untuk klien disana, dan
selalu ada setiap minggunya. Terapi ini diberikan untuk
mengedukasi para klien di Kapeta, biasanya edukasi ini
mengenai adiksi, pengertian adiksi dan kesehatan-
63
kesehatan yang berkaitan dengan gangguan penggunaan
zat. Hal ini dijelaskan juga oleh bapak Gidien, sebagai
berikut:
“kalo itu memang ada setiap minggunya, dan
pembahasannya itu, ada grup therapy yang bersifat
psikoedukasi, memberi edukasi tentang gangguan
penggunaan zat atau juga tentang masalah kesehatan
yang berkaitan dengan gangguan penggunaan zat.”
Selain gangguan penggunaan zat grup therapy ini
juga membantu klien untuk bagaimana cara menjegah
kekambuhan seperti yang disampaikan oleh kelien MS,
sebagai berikut:
“Ada juga yang sesi grup itu belajar aja di kelas gitu, nah
itu macem-macem yang juga misalnya supaya engga
terjadi kekambuhan itu dijelasin gimana aja, didalamnya
tuh kekambuhan itu apa, bagaimana cara menyiasati
kekambuhan gitu.”
Selain itu juga banyak grup therapy yang di
jelaskan diatas masih ada lagi yang lainnya seperti
Psikoedukasi, grup therapy yang sifatnya CBT (cognitive
behavioral therapy) terapi ini bersifat edukasi untuk para
klien yang diberikan untuk memahami masalah yang
dihadapinya. Seperti yang disampaikan oleh bapak Gidien
sebagai berikut:
“Selain itu ada juga grup therapy tentang bagaimana
merawat pemulihan dan ada grup therapy yang sifatnya
CBT atau pencegahan kekambuhan dengan pendekatan
kognitif be header therapy. Dimana pola pikir itu atau
perubahan pola pikir dilakukan melalui keterampilan
64
agar bisa mengelola pemulihan, selain itu bisa
memahami masalah yang dialami.”
Dari hasil wawancara diatas grup therapy yang
diberikan oleh Yayasan Kapeta ini bersifat edukasi
dengan memberikan informasi tentang gangguan
penggunaan zat, informasi tentang kesehatan setelah
penggunaan, ada juga informasi yang diberikan tentang
kekambuhan bagaimana cara mengatasi kekambuhan,
selain itu juga bagaimana merubah pola pikir yang
dilakukan melalui keterampilan untuk memngelola
pemulihan dan memahami masalah yang di hadapi oleh
klien. Dan grup therapy ini di berikan setiap minggunya
oleh staf yang berada di Yayasan Kapeta dan sudah
terjadwal.
Selain itu juga ada beberapa sesi yang diberikan
oleh Yayasan Kaptea yaitu terdiri dari sesi agama, yoga
dan kegiatan malam minggu, seperti apa yang
disamapikan oleh bapak Gidien, sebagai berikut:
“Ada, sesi agama, yoga dan kegiatan malam mingguan
juga ada. Kalo itu namanya short therapy untuk yang di
rawat inap disini.”
Sesi atau terapi ini di berikan hanya untuk short
therapy saja untuk klien agar tidak bosan ketika berada di
Yayasan kepeta terutama untuk yang melakukan rawatan
inap di Yayasan. Dan untuk kegiatan malam mimggu
klien di bebaskan untuk pergi kemana saja tapi tetap di
damping oleh staff yang berjaga disana.
65
Seperti apa yang di sampaikan oleh bapak Gidien,
sebagai brikut:
“Kalo untuk kegiatan malam minggu itu membuat
prencanaan, kegiatan positif untuk diluar, misalnya
mereka mau kemana, kenapa mereka memilih itu, berapa
biayanya dan lain-lain, tentu di damping oleh staff.”
Selain terapi diatas bapak gidien juga
menyampaikan terapi lainnya, sebagai berikut:
“ada art class juga dan itu juga untuk merefresh kondisi
klien agar tidak bosan”
Dapat disimpulkan bahwa apa yang telah di
berikan dari Yayasan Kapeta sangatlah bermanfaat dan
penting bagi klien karena kegiatan sesi agama, yoga dan
kegiatan malam minggu, selain itu juga ada art class
untuk klien daan untuk merefresh kondisi klien. Kegiatan
ini bisa menjadi selingan bagi klien agar tidak bosan dan
untuk kegiatan malam minggu klien yang menjalankan
rawat inap di bebaskan untuk pergi kemana saja yang dia
mau selama kegiatan itu bersifat positif, selain itu mereka
membuat perencanaan mengenai tempat dan berapa
biayanya dan tetap didampingi oleh staf.
3. Life Skill
Program ini di berikan berdasarkan apa yang
diinginkan oleh klien, dan keterampilan ini harus dimiliki
oleh setiap klien untuk mengadapi setiap tantangan dalam
66
hidup. Dan hal ini di jelaskan juga oleh bapak Pungky,
sebagai berikut:
“Ada, tetapi kita tidak bisa memaksa mereka untuk itu,
tetapi jika ada klien yang mau untuk itu yang kita tanyain
dulu, “kamu maunya apa?” dan kami dorong untuk
mempunyai keterampilan.”
Hal ini juga di jelaskan oleh bapak Gidien
mengenai keterampilah atau Life Skil sebagai berikut:
“Kalo untuk keterampilan itu ada yang namanya grup
therapy life skil atau keterampilan dalam hidup dan
keterampilan ini yang harus di miliki pada setiap individu
untuk menhadapi tantangan dalam hidup.”
Dan klien MS juga mengatakan hal yang berkaitan
dengan life skill, sebagai berikut:
“Terus ada lagi life skil cara membuat keputusan kalo
dulu kan inclusive keputusan tuh tek begitu aja engga
pake mikir dulu, misalnya udah ada jadwal kesini, terus
Bandar telpon jebret ubah kebandar atau kemana, itu pas
kesini dipelajari bersama dan didiskusiin juga. Ya intinya
sebelum bertindak harus dipikirin dulu di timbang dulu
opsi-opsinya mana yang lebih baik gitulah.”
Terapi life skill ini di berikan untuk klien
berdasarkan kebutuhan klien karena Yayasan Kapeta
memiliki layanan yang berbasis kebutuhan klien dan
terapi ini diberikan ke klien juga bersifat edukasi tentang
pengambilan keputusan bagaimana klien bisa memikirkan
atau menimbang terlebih dahulu apa yang harus mereka
lakukan sebelum mengambil keputusan dengan baik dan
benar.
67
4. Layanan keluarga
Yayasan Kapeta memulai kegiatan sejak Juni 2002
melalui pertemuan dukungan untuk orang tua (Family
Support Group), Yayasan Kapeta juga menyediakan
layanan untuk keluarga, pasangan maupun pihak terdekat
lainnya untuk dapat mendukung dan terlibat langsung di
dalam program. Program ini adalah wadah bagi keluarga
yang salah satu anggotanya mengalami masalah dengan
Gangguan Penggunaan Zat untuk dapat berbagi, saling
menguatkan dan mendapatkan pengetahuan menghadapi
masalah tersebut. Hal ini juga di sampaikan oleh bapak
Pungky, sebagai berikut:
“Iya itu ada juga, jadi selain klien kita juga memberi
program untuk keluarga yaitu dengan program layanan
keluarga ini. Dan program ini di lakukan di Pondok
Indah dilaksanakan 1 minggu sekali.”
Selain klien ada juga program untuk keluarga
klien karen tidak hanya klien yang di berikan edukasi
tentang adiksi, keluarga pun harus di berikan edukasi
tentang adiksi seperti damapak dari adiksi, karena adiksi
ini memiliki sifat kambuh yang berdampak tidak hanya ke
klien tetapi juga berimbas kepada keluarga, hal ini di
sampaikan juga oleh bapak Pungky, sebagai berikut:
“Oh banyak. Yang di berikan itu ada edukasi dan
informasi mengenai adiksi, misalnya dampak dari adiksi
itu, adiksi itu juga punya sifat kambuh dan dampaknya
juga bukan untuk klien aja tapi berimbas pada keluarga,
68
selain itu juga bagaimana menanggapi kekambuhan yang
dialami oleh si pengguna adiksi.”
Dari bebarapa program yang di kasih oleh kapeta
juga ada kendala dari program tersebut, seperti program
layanan kelurga memiliki kendala seperti jarak, waktu dan
masih banyak keluarga yang berfikir bahwa hanya klien
saja yang perlu di rehab, dan hal ini juga di sampaikan
oleh bapak Pungky, sebagai berikut:
“Untuk itu ada yang ikut dan juga ada si beberapa yang
memiliki kendala, ya seperti jadwal yang dilakukan di jam
kerja, jarak juga menjadi masalah dan biasanya sudah
memilki jadwal kerja yang tidak bisa di ubah seperti itu.
Dan banyak juga keluarga yang berfikir bahwa yang
perlu di rehab hanyalah klien saja keluarga tidak perlu
dan itu uga menjadi tantangan.”
Dari program ini sebenernya di sarankan untuk
para keluarga klien karena untuk mengatahui bagaimana
dampak dari adiksi dan bagaimana cara menangani
kekambuhan dari adiksi, karena adiksi memiliki sifat
kambuh, dan dari program ini pun memiliki kendala
seperti jarak, waktu, jadwal dan banyak keluarga yang
manganggap bahwa hanya klien yang hanya perlu
direhab, sebenarnya program ini sangat penting untuk
klien dan untuk mensupport untuk pemulihan si klien.
5. Sarana dan Prasarana
Di Yayasan kapeta juga memiliki beberapa sarana
dan prasarana yang penting untuk melakukan proses
rehabilitasi, sarana dan prasarana ini digunakan untuk
69
melakukan proses atau terapi yang dilakukan oleh staff
Kapeta untuk klien. Sarana dan prasarana di Yayasan
Kapeta itu ada kantor, ruang sesi, ruang berkumpul, ruang
tamu, mushola, dapur, ruang makan, kamar klien, kamar
staf, dan kolam berenang. Seperti yang disampaikan oleh
bapak pungky:
“Ya bisa dilihat sendiri ya ada kantor, ruang sesi, ruang
tamu, kamae klien untuk yang menginap disini, ada
kamar staff juga dan lain-lain.”
C. Hasil Rehabilitasi
Tujuan dari rehabilitasi di Yayasan Kapeta adalah
untuk membantu klien yang memiliki masalah gangguan
zat agar bisa pulih dan mempertahankan kepulihannya.
Hal ini disampaikan oleh bapak Pungky:
“Tugas pokok dari program ini adalah untuk membantu
teman-teman yang punya masalah dengan gangguan zat
agar bisa pulih kembali dan mempertahankan
kepulihannya setelah keluar dari sini.”
Hasil dari rehabilitasi ini untuk para klien yang
sudah pulih dan berkurang untuk menggunakan zat serta
melakukan hal positif dalam kehidupan sehari-hari. Hal
ini juga disampaikan oleh bapak Gidien:
“Karena unuk yang rawat inap itu kan selanjutnya boleh
pulang untuk meimplementasikan apa yang sudah coba
pelajari disini.”
Dari semua hasil rehabilitasi yang dilakukan oleh
Yayasan Kapeta ini banyak perubahan yang dialami oleh
klien. Gambaran penuh tentang perubahan ini dilihat dari
70
asessment ASI yang didalamnya ada narkoba, medis,
keluarga, pendidikan/pekerjaan, sosial, kemudian
sikologis, emosional dan legal. Dan perubahan ini juga
dialami oleh klien MS yaitu:
“Oh banyak manfaat dan perubahannya, misalnya kaya
bangun pagi aja dah gitu, dan yang lagi itu kalo dari
program konseling harus nanya ke orang lain di sekitar
kita bagaimana perubahan dalam diri kita, oh iya kalo
keluarga si engga yang muluk-muluk ya kamu lebih
segeran, lebih ceria kalo sarapan juga ngobrol, lebih
banyak afeksi itu gua rasain juga. Terus misalnya kaya
lebih tau harus gimana kedepannya, kalo sebelumnya
ibarat mau mati, mati dah engga pernah mikir masa
depan Cuma mikirin hari ini aja, sekarang lebih mikirin
kedepannya gimana ada target yang gua pengen buat
menunjang skil kerja misalnya kay pengen dapetin
sertifikat ini dan gua harus ngapain buat dapetin itu, ya
dari hal yang kecil sampe ke yang jangka menengah
panjang gua rasain banget dah. Terus sama temen juga
yang positif juga udah enak, engga kaya dulu pengennya
ketemu temen yang itu-itu aja yang make, dan sekarang
juga banyak dapet perspektif baru, dari kesehatan juga
lebih baik dan lebih seger gitu aja si .”
Dan klien F juga merasakan perubahan setelah
rehabilitasi yaitu:
“Kesehatan lebih baik, lebih yakin dan percaya diri. Dan
menjadi manusia yang normal kembali. Dan hubungan
dengan keluarga juga lebih baik lagi.”
Selain ada perubahan ada juga harapan yang ingin
didapat kembali oleh klien-klien setelah menjali
rehabilitasi di Yayasan Kapeta yaitu:
Seperti klien MS yang banyak memiliki harapan
yang ingin dicapai, sebagai berikut:
71
“Kalo harapan kedepannya si tetep menjalankan
pemulihan, kalo kata konselor gua pemulihan sama
dengan hidup dan sebaliknya si, engga ada titik dimana
gua udah pulih, kalo mikirnya begitu sama aja jebakan
betman si itu, mikir udah sembuh udah selesai pemulihan
jatoh dan jadi jumawa. Dan tetep mementain pemulihan,
terus ngeset target pribadi dari hal-hal yang inginkan
kaya belajar komputer, ah gua mau buat kurikulum diri
gua sendiri belajar komputer sejam sehari, terus kaya
buat menunjang pekerjaan kaya yang sertifikat tadi, terus
harapannya kedepan kaya kondisi di rumah juga udah
lebih enak maksudnya kerena udah bikin orang tua
kecewa segala macem harapannya dengan sendirinya
bisa memperbaiki perilaku gua lah dan terus harus berani
bermimpi lagi, paling itu aja si harapannya.”
Tidak hanya klien MS yang memilki harapan klien
F pun banyak harapan yang ingin dicapai, sebagai berikut:
“Berubah, menjadi manusia normal dan cari pekerjaan.”
72
BAB V
ANALISIS DATA
A. Proses Rehabilitasi
Rehabilitasi yang dilakukan oleh Yayasan Kapeta
ada berbagai macam ada yang untuk individu dan ada
juga untuk kelompok. Dalam rehabilitasi yang diberikan
oleh Kapeta mereka juga memberikan program yang
diantaranya itu ada rawat inap, rawat jalan dan layanan
keluarga. Menurut Suardana (2008) menyatakan bahwa
hak-hak warga binaan atau korban pemyalahgunaan napza
memiliki hak rehabilitasi sebagai upaya pemulihan. Ada
beberapa rehabilitasi yang dipaparkan yaitu rehabilitasi
medis yang didalamnya ada perawatan medis, psikiatris
dan psokologis sebagai upaya pemulihan pengguna napza.
Selain rehabilitasi dari segi medis juga dibutuhkan
rehabilitasi sosial agar para pengguna narkoba dapat bisa
kembali fungsi sosialnya dalam kehidupan bermasyarakat.
Suardana juga mengatakan bahwa rehabilitasi ini
dilatar belakangi oleh beberapa landasan pemikiran:
1. Bahwa setiap pengguna berhak atas hak-haknya sebagai
korban.
2. Berhak atas pemulihan seperti rehabilitasi.
3. Istilah rehabilitasi adalah istilah umum yang digunakan
bila menyangkut pada pemulihan/reparasi korban, baik
oleh hukum nasional maupun oleh hukum internasional.
73
4. Rehabilitasi digunakan untuk hak pemulihan pengguna
baik oleh hukum nasional maupun oleh hukum
internasional.
Rawat Inap itu adalah program untuk Gangguan
Penggunaan Zat yang didisain berdasarkan kebutuhan
klien dengan jangka waktu 1 sampai dengan 6 bulan.
Klien akan menjalankan berbagai kegiatan terapi seperti:
konseling individu, konseling kelompok, edukasi,
relaksasi dan yoga, terapi seni, kegiatan olahraga,
kegiatan rohani, kegiatan rekreasi dan kegiatan teraputik
lainnya.
Program yang dirancang khususnya untuk
gangguan pennggunaan zat yang masih dalam taraf
menengah atau belum mengalami ketergantungan
(adiksi). Program ini cocok untuk membantu
menyelesaikan masalah gangguan penggunaan zat jenis
stimulant (shabu, ekstasu, dll), benzodiazepine (Xanax,
Dumolid, Happy Five, dll) hingga alcohol dan ganja.
Program ini juga dapat menjadi lanjutan dari program
rawat inap intensif yang dirancang dengtan tetap
mempertimbangkan kebutuhan primer seperti sekolah,
bekerja hingga mengurus anak.
Yayasan Kapeta menyediakan layanan untuk
keluarga, pasangan maupun pihak terdekat lainnya untuk
dapat mendukung dan terlibat langsung di dalam.
74
Program ini adalah wadah bagi keluarga yang salah satu
anggotanya mengalami masalah dengan Gangguan
Penggunaan Zat untuk dapat berbagi, saling menguatkan
dan mendapatkan pengetahuan menghadapi masalah
tersebut.
Dalam menjalankan proses dan program ini
Yayasan Kapeta melakukan intek terlebih dahulu kepada
klien agar bisa menjalankan rawatan yang diperlukan oleh
klien. Kapeta melakukan assessment dengan
menggunakan ASI. Dan assessment dilakukan oleh staf
yang berada di Kapeta. Assesement dilakukan untuk
mengetahui tingkat keparahan yang ada pada klien.
Setelah mengetahui hasil dari assesement konselor
menentukan rawatan yang akan dilakukan oleh klien.
Setelah melakukan rawat inap klien juga
melakukan rawat jalan. Tetapi sebelum itu klien harus
melakukan rawatan transisi, rawatan transisi itu di
pulangkan 2-3 untuk mengimpelemtasikan apa yang
sudah diberi dan dipelajari dari Yayasan Kapeta. Selain
itu ada beberapa proses rehabilitasi untuk individu yaitu
1. Konseling Individu
Konseling dilakukan untuk mengetahui masalah
yang di alami oleh klien mulai dari masalah tentang zat
yang digunakan dan penyebab menggunakan zat tersebut.
Dan mendengarkan serta membantu klien untuk mengurai
75
masalah yang ada pada masalah klien. Dan konseling
dilakukan 1 kali dalam seminggu. Konseling sangat di
perlukan dan sangat penting dalam proses rehabilitasi,
karena apa yang telah di alami oleh klien bisa di
sampaikan langsung ke konselor dan konselor disini bisa
menjadi pendengar atau fasilitator, selain itu juga bisa
membahas atau mencari jalan keluar bersama konselor
agar bisa lebih baik lagi kedepannya. Saat kegiatan
konseling individu dengan konselor klien tidak hanya
membahas tentang zat dari bagaimana cara pencegahan
dan pemulihan, tetapi bagaimana cara mengurai masalah
yang lain satu-persatu agar bisa terselesaikan.
2. Life Skill
Program life skill ini dilakukan berdasarkan
kebutuhan klien dan life skill ini harus dimiliki oleh setiap
klien agar bisa menghadapi tantangan dari setiap hidup.
Dan life skill ini di berikan untuk klien berdasarkan
kebutuhan klien karena Yayasan Kapeta memiliki layanan
yang berbasis kebutuhan individu klien dan terapi ini
diberikan ke klien juga bersifat edukasi tentang
pengambilan keputusan bagaimana klien bisa memikirkan
atau menimbang terlebih dahulu apa yang harus mereka
lakukan sebelum mengambil keputusan dengan baik dan
benar.
76
3. Layanan Keluarga
Yayasan Kapeta juga menyediakan layanan untuk
keluarga, pasangan maupun pihak terdekat lainnya untuk
dapat mendukung dan terlibat langsung di dalam program.
Yayasan Kapeta memulai kegiatan sejak Juni 2002
melalui pertemuan dukungan untuk orang tua (Family
Support Group). Karena kelurga yang sangat penting
untuk pemulihan rehabilitasi hal ini dijelaskan oleh
Koerner dan Fitzpatrick tentang keluarga dapat ditinjau
berdasarkan tiga sudut pandang yaitu structural,
fungsional dan interaksional.
1. Struktural, keluarga didefinisikam berdasarkan
kehadiran atau ketidakhadiran anggota keluarga,
seperti orang tua, anak, dan kerabat lainnya. Dari
definisi ini difokuskan pada siapa yang menjadi
bagian dari keluarga.
2. Fungsional, dari definisi ini dengan kepekaan pada
terpenuhinya tugas dang fungsi psikososial. Fungsi
tersebut mencangkup perawatan, sosalisasi pada anak,
dukungan emosi dan materi, dan pemeuhan peran
tertentu. Definisi ini focus pada tugas yang dilakukan
oleh keluarga.
3. Interaksional, keluarga didefinisikan sebagai
kelompok yang mengembangkan keintiman melalui
perilaku yang memunculkan rasa identitas sebagai
77
keluarga (family identity). Definisi ini difokuskan
kepada bagaimana keluarga melaksanakan fungsinya.
Program ini adalah wadah bagi keluarga yang
salah satu anggotanya mengalami masalah dengan
Gangguan Penggunaan Zat untuk dapat berbagi, saling
menguatkan dan mendapatkan pengetahuan menghadapi
masalah. Dari layanan keluarga sangat penting untuk
penyembuhan klien di Kapeta karena keluarga dapat
mensupport klien dan memberi semangat agar klien cepet
pulih.
Program diberikan untuk keluarga klien, karena
tidak hanya klien yang diberikan edukasi tentang adiksi,
keluarga pun harus diberikan edukasi tentang adiksi
seperti damapak dari adiksi, karena adiksi ini memiliki
sifat kambuh yang berdampak tidak hanya ke klien tetapi
juga berimbas kepada keluarga. Dari hasil temuan oleh
penulis dari program ini juga memiliki beberapa kendala
yang di terima oleh keluarga para klien yaitu dari segi
tepat, waktu, jarak, masih banyak keluarga yang
beranggapan bahwa yang harusnya diberi edukasi
hanyalah klien dan lain-lain. Seperti yang sudah
dianjurkan bahwa program layanan keluarga ini sangat
penting untuk penyembuhan dan pemulihan dari para
klien agar bisa kembali lagi sistem keberfungsiannya di
masyarakat.
78
Selain untuk program individu ada juga program
untuk kelompok yaitu adanya grup terapi yang mana
didalamnya untuk mengedukasi para klien di Yayasan
Kapeta untuk mengetahui apa itu adiksi, pengertian adiksi
dan kesehatan-kesehatan yang berkaitan dengan gangguan
penggunaan zat, dan terapi ini ada setiap minggunya.
Selain itu juga bisa membantu para klien untuk
bagaimana cara menjegah dan menghindari kekambuhan.
selain itu juga bagaimana merubah pola pikir yang
dilakukan melalui keterampilan untuk memngelola
pemulihan dan memahami masalah yang di hadapi oleh
klien. Dan grup therapy ini di berikan setiap minggunya
oleh staf yang berada di Yayasan Kapeta dan sudah
terjadwal. Dari hasil temuan oleh penulis banyak yang
dilakukan dalam grup terapi lainnya seperti sesi agama,
sesi yoga, art class dan kegiatan malam minggu, yang
dimana kegiatan malam minggu ini di buat perencanaan
terlebih dahulu seperti, tempat yang dituju, kenapa
memilih tempat itu dan berapa biayanya dan yang penting
selalu ditemani oleh staff yang berjaga.
B. Hasil Rehabilitasi
Setelah melakukan proses rehabilitasi di Yayasan
Kapeta para klien harus bisa melakukan pencegahan dan
menghindari yang berkaitan dengan pemakaian dan
penggunaan zat dan alkohol. Hasil dari rehabilitasi yang
sudah dilakukan oleh para klien adalah pulih dari
79
penggunaan zat dan berkurangnya dalam penggunaan zat
dan lain-lainnya.
Menurut Hawari (2000) dalam program
rehabilitasi sosial meliputi pendidikan agama ( kognitif,
afektif, dan psikomotor) ada juga psikoterapi kelompok
(group psychotherapy) dan psikoterapi perorangan
(individual psychotherapy), pendidikan umum,
keterampilan, olahraga dan rekreasi. Dari hasil yang
diharapkan sesuai menjalani program rehabilitasi adalah
beriman dan bertaqwa, memiliki fisik yang bagus maupu
mental yang baik, memiliki keterampilan serta dapat
kembali lagi secara wajar dalah kebidupan sehari-hari
baik di rumah, sekolah/kampus, di tempat kerja maupun
dimasyarakat.
Dari hasil apa yang penulis lihat di Yayasan
Kapeta klien disana sudah teratur pola hidupnya dan lebih
terlihat fress dan banyak yang diinginkan oleh para klien
yang belum bisa didapat.
Misalnya dari bangun tidur dan melakukan hal
yang bersifat positif lainnya di rumah atau pun di Yayasan
Kapeta. Tidak hanya itu klien juga bisa berkegiatan di
luar Yayasan Kapeta misalnya seperti bekerja dan
berkegiatan yang tidak bersifat negative yang dapat
menjerumuskan mereka lagi kedalah penyalahgunaan zat.
Dan untuk mengetahui hasil dari rehabilitasi yang
sudah dilakukan diliat dari perkembangan ASI yang telah
dilakukan setelah melakukan rawatan yang telah di
80
tentukan. Selain itu juga klien bisa kembali lagi ke Kapeta
jika mereka merasa belum cukup dalah program
rehabilitasi dan bisa diperpanjang perbulan.
Selain itu hasil yang didapat dari rehabilitasi yang
dilakukan oleh klien banyak perubahan yang didapat
seperti pola hidup yag lebih baik dari segi kesehatan juga
lebih baik dari sebelumnya, lebih ceria lagi, lalu dari segi
pendidikan ada yang ingin melanjutkan lagi dan apa yang
belum bisa dicapai ingin dicapai lagi, dari segi keluarga
juga lebih dekat lagi lebih banyak ngobrol dengan
keluarga dan keluarga lebih peduli lagi dengan kondisi
dari klien, dari segi pertemanan juga sudah lebih enak lagi
ngobrolnya dan lebih berhati-hati lagi dalam memilih
pertemanan, dan selain itu juga klien lebih percaya diri
lagi dan banyak target yang ingin dicapai.
81
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Hasil yang telah didapat oleh penulis di Yayasan
Kapeta untuk melihat proses dan hasil rehabilitasi dari
observasi, wawancara, dan dokumentasi maka penulis
dapat menyimpulkan:
1. Proses Rehabilitasi
Program rehabilitasi yang diberikan oleh Yayasan
Kapeta untuk gangguan penggunaan zat itu ada beberapa
macam baik untuk individu maupun untuk kelompok. Ada
beberapa program rehabilitasi KAPETA, diantaranya itu
ada rawat inap dan rawat jalan. Sebelum melakukan
proses rehabilitasi Yayasan Kapeta terlebih dahulu
melakukan intek, setelah itu melakukan observasi. Setelah
intek dan observasi pihak Kapeta melakukan assessment
untuk mengetahui masalah yang dimiliki oleh klien.
Intek, observasi dan assessment dilakukan untuk
mengetahui lawatan yang akan diterima oleh klien mulai
dari rawat inap atau juga rawat jalan dan diberikan
program rehabilitasi lainnya.
Rawat inap dan rawat jalan diberikan berdasarkan
kebutuhan klien dengan jangka waktu 1 sampai dengan 6
bulan. Klien akan menjalankan berbagai kegiatan terapi
82
seperti: konseling individu, konseling kelompok, edukasi,
relaksasi dan yoga, terapi seni, kegiatan olahraga,
kegiatan rohani, kegiatan rekreasi dan kegiatan teraputik
lainnya.
Setelah melakukan rawat inap klien juga
melakukan rawat jalan. Tetapi sebelum itu klien harus
melakukan rawatan transisi, rawatan transisi itu di
pulangkan 2-3 untuk mengimpelemtasikan apa yang
sudah di beri dan di pelajari dari Yayasan Kapeta.
Selain itu juga layanan keluarga yang diberikan
oleh Yayasan Kapeta keluarga, pasangan maupun pihak
terdekat lainnya untuk dapat mendukung dan terlibat
langsung di dalam program. Yayasan Kapeta memulai
kegiatan sejak Juni 2002 melalui pertemuan dukungan
untuk orang tua (Family Support Group). Program ini
adalah wadah bagi keluarga yang salah satu anggotanya
mengalami masalah dengan Gangguan Penggunaan Zat
untuk dapat berbagi, saling menguatkan dan mendapatkan
pengetahuan menghadapi masalah, program ini juga
memiliki beberapa kendala yang di terima oleh keluarga
para klien yaitu dari segi tepat, waktu, jarak, masih
banyak keluarga yang beranggapan bahwa yang harusnya
diberi edukasi hanyalah klien dan lain-lain.
2. Terapi Yang Diberikan
Terapi yang diberikan oleh Yayasan Kapeta untuk
gangguan penggunaan zat itu ada beberapa macam baik
83
untuk individu maupun untuk kelompok. Terapi yang
diberikan berupa terapi kelompok pencegah kekambuhan,
terapi kelompok psikoedukasi dan terapi kelompok life
skill
Terapi kelompok ini diberikan untuk
mengembalikan lagi sistem keberfungsian sosialnya
didalam masyarakat dan dapat mengimplementasikan apa
yang sudah didapat dari Yayasan Kapeta.
Tujuan dari rehabilitasi di Yayasan Kapeta adalah
untuk membantu klien yang memiliki masalah gangguan
zat agar bisa pulih dan mempertahankan kepulihannya.
Dari semua hasil rehabilitasi yang dilakukan oleh
Yayasan Kapeta ini banyak perubahan yang dialami oleh
klien. Gambaran penuh tentang perubahan ini dilihat dari
asessment ASI yang didalamnya ada narkoba, medis,
keluarga, pendidikan/pekerjaan, sosial, kemudian
sikologis, emosional dan legal.
B. Saran
Dari hasil yang ada diatas penulis akan memberi
saran untuk Yayasan Kapeta terkait dengan proses dan
hasih rehabilitasi yang telah diberikan untuk para klien
atau penyalahguna NAPZA yang ada di Kapeta:
1. Yayasan Kapeta harus memberikan kegiatan yang
bersikap positif sebelum para klien melakukan
kegiatan pemberian materi oleh para staf di Yayasan
Kapeta.
84
2. Memberikan kegiatan keterampilan setiap minggunya
agar klien bisa menggunakan keterampilannya seteah
pulih atau selesai dari Yayasan Kapeta
3. Untuk kegiatan sesi agama dan art class agar
diharapkan sesuai menjalani program rehabilitasi
adalah beriman dan bertaqwa, memiliki fisik yang
bagus maupu mental yang baik, memiliki
keterampilan serta dapat kembali lagi secara wajar
dalah kebidupan sehari-hari baik di rumah,
sekolah/kampus, di tempat kerja maupun
dimasyarakat.
4. Untuk program layanan keluarga harus bisa
dimaksimalkan lagi agar program ini bisa berjalan
dengan lancar dan kendala yang sudah ada bisa
diminimalisir.
85
85
DAFTAR PUSTAKA
SUMBER BUKU, ARTIKEL, JURNAL
Badan Narkotika Nasional. 2011. Pencegahan Penyalahgunaan
Narkoba Bagi Remaja. Edisi 1. Jakarta: Badan Narkotika
Nasional.
D, Edi suharto, Ph. 2014. Membangun Masyarakat
Memberdayakan Rakyat. Edisi 5. Bandung: PT. Refika
Aditama.
Equatora, Muhammad Ali. 2017. Rehabilitasi Sosial Pengguna
Narkoba. Edisi 1. Depok: Bitread.
Gulo, W. 2000. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Grasindo.
Hadiman. 2007. Pengawasan Serta Peran Aktif Orang Tua dan
Aparat dalam Penanggulangan dan Penyalahgunaan
Narkoba. Edisi 1. Jakarta: Badan Kerjasama sosial Usaha
Pembina Warga Tama.
Hawari, Prof. Dr. dr. H. Dadang. 2006. Penyalahgunaan &
Ketergantungan NAZA (Narkotika, Alkohol & Zat
Adiktif). Edisi 2. Jakarta: balai Perbit FKUI.
Kasiran, Mohammad. 2010. Metode Penelitian Kualitatif-
Kuantitatif. Malang: Uin Maliki Press.
kes, Dr. H. Darwis, M. 2018. MENGHUKUM atau
MEMULIHKAN (SUATU TINJAUAN SOSIOLOGIS
TENTANG TINDAKAN PENYALAHGUNAAN NAPZA).
Edisi 1. Makasar: SAH Media.
Lestari, Sri. 2012. Psikologi Keluarga Penanaman Nilai dan
Penanganan Konflik dalam Keluarga. Edisi 1. Jakarta:
Kencana Prenada Media Grop.
Ma’sum, Drs. Sumarmo. 2000. Penanggulangan Bahaya
Narkoba Dan Ketergantungan Obat. Edisi ! Jakarta: CV.
Haji Masagung.
MH, Drs. hari Sasangka, SH,. 2003. Narkotika dan Psikotropika
Dalam Hukun Pidana. Edisi 1. Bandung: Mandar Maju.
Moleong, Lexy. J. 2000. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
86
86
M.Si, Drs. Sudarsono, S. H. 2012. Kenakalan Remaja : Prevensi,
Rehabilitasi, dan Resosialisasi. Edisi 2. Jakarta: PT.
RINEKA CIPTA.
Pd, Pipih sopiah, M. 2010. Katakan Tidak ! Narkoba. Edisi 1.
Bandung: CV. Dea Art Pustaka.
Sugandhi, R. 1980. KUHP Dengan Penjelasannya. Edisi 1.
Surabaya: Usaha Nasional.
Sunarno, Drs. 2007. NARKOBA Bahaya dan Upaya
Pencegahannya. Edisi 1. Semarang: PT. Bengawan Ilmu.
“Surat Al-Ma’idah arab, latin & terjemah Indonesia.” t.t. Diakses
20 Maret 2019. https://litequran.net/al-maidah.
Wresniwiro, M. 2010. M. WresniwiroSelamatkan Anak Bangsa
dari Bahaya Narkoba,. Edisi 1. Jakarta: Mitra Bintibmas.
SUMBER MEDIA ONLINE
Data BNN menunjukkan peningkatan besar pengguna narkoba
pasca eksekusi mati pengedar tahun lalu. (t.t.). Diakses 2
Mei 2019. https://www.batok.co/2016/04/19/data-bnn-
menunjukkan-peningkatan-besar-pengguna-narkoba-
pasca-eksekusi-mati-pengedar/
Surat Al-Ma’idah arab, latin & terjemah Indonesia. (t.t.). Diakses
20 Maret 2019. https://litequran.net/al-maidah
Panti Sosial Tresna Werdha Menjadi Balai Rehabilitasi Sosial
Lanjut Usia? Ini Penjelasan Kemensos. (t.t.). Diakses 24
Mei 2019. https://infonawacita.com/panti-sosial-tresna-
werdha-menjadi-balai-rehabilitasi-sosial-lanjut-usia-ini-
penjelasan-kemensos/
Yayasan Kapeta. (t.t.). Diakses 5 Maret 2019. https://kapeta.org/
“WOW!! Heru Winarko Beberkan Fakta Terbaru
AngkaPenyalahgunaan Narkoba.” t.t.
Diakses 30 Mei 2020. https://bnn.go.id/wow-heru-
winarko-beberkan-fakta-terbaru-angka-penyalahgunaan-
narkoba/
87
87
“Penggunaan Narkotika di Kalangan Remaja Meningkat.” t.t.
Diakses 30 Mei 2020. https://bnn.go.id/penggunaan-
narkotika-kalangan-remaja-meningkat/.
SUMBER WAWANCARA
Bapak Pungky. 2019. Wawancara Pribadi dengan Kepala bagian
Program Yayasan Karya Peduli Kita.
Bapak Gidien. 2019. Wawancara Pribadi dengan Konselor
Yayasan Karya Peduli Kita.
Informan MS. 2019. Wawancara Pribadi dengan Klien Yayasan
Karya Peduli Kita.
Informan F. 2019. Wawancara Pribadi dengan Klien Yayasan
Karya Peduli Kita.
88
88
LAMPIRAN
89
89
90
90
91
91
92
92
PEDOMAN WAWANCARA
Informan Klien
A. Waktu
Hari dan Tanggal :
Tempat :
B. Identitas Informan
Nama :
Jenis Kelamin :
Usia :
C. Pertanyaan
1. Bagaimana awal mula anda memakai/menggunakan
narkoba ?
2. Sudah berapa lama anda menggunakan jenis narkoba
tersebut?
3. Jenis narkoba apa yang pertama kali dan yang pernah
digunakan?
4. Apa yang dirasakan setelah menggunakan narkoba?
5. Dampak negatif yang pertama dirasakan setelah
menggunakan narkoba ?
6. Bagaimana kamu mengetahui adanya rehabilitasi sosial di
Kapeta?
7. Program rehabilitasi sosial apa saja yang diberikan oleh
Kapeta?
93
93
8. Kegiatan apa yang dilakukan di luar kapeta?
9. Berapa lama bertemu dengan konselor dalam seminggu?
10. Apa yang dilakukan saat bertemu konselor?
11. Apa saja manfaat yang didapat setelah mengikuti program
rehabilitasi sosial?
12. Apakah ada perubahan yang didapat setelah mengikuti
rehabilitasi sosial di Kapeta?
13. Apa harapan anda setelah menjalankan rehabilitasi sosial
di Kapeta?
94
94
PEDOMAN WAWANCARA
Informan Konselor
A. Waktu
Hari dan Tanggal :
Tempat :
B. Identitas Informan
Nama :
Jenis Kelamin :
Usia :
C. Pertanyaan
1. Bagaimana pendekatan awal ketika melakukan
rehabilitasi?
2. Bagaimana respon awal klien ketika pendekatan awal
rehabilitasi dilakukan ?
3. Bagaimana proses rehabilitasi untuk mengetahui masalah
yang ada pada klien?
4. Bagaimana cara peksos menggali masalah yang dialami
oleh klien?
5. Apa rencana selanjutnya yang dilakukan oleh peksos
untuk memecahan masalah pada klien?
6. Bagaimana tanggapan klien mengenai rencana yang telah
dibuat?
95
95
7. Apa saja kegiatan yang diberikan untuk menyelesaikan
masalah pada klien?
8. Apakah ada kendala ketika melakukan kegiatan
rehabilitasi?
9. Kegiatan apa saja yang diberikan kepada klien agar klien
mampu kembali ke lingkungan mereka?
10. Saat melakukan bimbingan lanjut bagi klien,
bagaimana peksos mengetahui bahwa klien sudah tidak
memakai zat lagi?
96
96
PEDOMAN WAWANCARA
Informan Divisi Program
A. Waktu
Hari dan Tanggal :
Tempat :
B. Identitas Informan
Nama :
Jenis Kelamin :
Usia :
C. Pertanyaan
1. Apa tugas pokok dan fungsi dari program yang diberikan oleh
Kapeta?
2. Bagaimana proses rehabilitasi yang dijalankan oleh Kapeta
kepada klien ?
3. Program serta pelayanan apa saja yang di berikan oleh Kapeta
untuk klien ?
4. Berapa lama klien mendapat rehabilitasi di Kapeta?
5. Kendala atau hambatan apa yang dihadapi dalam
menjalankan tugas sebagai seorang konselor di Kapeta?
6. Tujuan apa yang ingin dicapai pada program rehabilitasi di
Kapeta?
7. Apa harapan anda kepada klien setelah menjalankan
rehabilitasi sosial di Kapeta ini ?
97
97
Transkip Wawancra
Informan Divisi Program
A. Waktu : 10.30 WIB
Hari dan Tanggal : 25 November 2019
Tempat : Office Kapeta
B. Identitas Informan
Nama : Bpk. Pungky
Jenis Kelamin : Laki-laki
Jabatan : Kepala Divisi Program
Pertanyaan Jawaban
Tugas pokok dari
program yang diberikan
oleh Kapeta?
Tugas pokok dari program ini adalah
untuk membantu teman-teman yang
punya masalah dengan gangguan zat
agar bisa pulih kembali dan
mempertahankan kepulihannya
setelah keluar dari sini.
Bagaimana pulihan yang
dilakukan ?
Ya pertama kita berikan informasi
dulu mengenai adiksi, contohnya
situasi atau kondisi yang membuat
mereka menggunakan. Kemudian kita
juga berikan edukasi tentang adiksi,
misalnya adiksi itu apa, dampak dari
adiksi itu seperti apa dan sebegainya.
Bagaimana proses dari
rehabilitasi yang
dilakukan ?
Untuk program rehabilitasiya mereka
harus melakukan intek terlebih
dahulu, kemuadian dari situ di
observasi selama satu minggu, setelah
itu dilakukan assessment untuk
mengetahui masalah apa yang apa saja
yang ada di klien. Setelah observasi
dan assessment dilakukan yang
namanya rencana lawatan, rencana
98
98
lawatan ini dilakukan tergantung dari
hasil assesment tersebut.
Rencana lawatan itu
seperti apa ?
Rencana lawatan itu adalah rekomdasi
dari hasil assessment, tujuan dari
rencana lawatan ini agar yang
bersangkutan faham apa masalah atau
kondisi yang sedang dihadapinya dan
harapannya agar bisa mengetahui
golsnya itu apa, dari rencana lawatan
itu dan bisa menjalankan program
rehabilitasi secara maksimal.
Apa saja program yang
ada di Kapeta?
Disini programnya ada macem-
macem ada rawat inap, ada rawat
jalan. Dan rawat jalan ada yang
intensif dan ada juga yang non
intensif. Rawat inap itu mereka
menginap disini selama kurun waktu
tertentu, dan sebelum melakukan
rawat jalan mereka harus melakukan
rawatan transisi baru setelah itu
melakukan rawat jalaan.
Bagaimana Proses rawaj
jalan yang intensif?
Kalo intensif itu mereka datang kesini
dalam seminggu harus itu 3 kali
datang kesini selama 4-6 minggu.
Kalo yang non intesif itu seminggu 1
kali atau 2 minggu 3 kali seperti itu.
Kalau yang rawat inap
itu seperti apa ?
Tergantung dari hasil assessment yang
pertama tadi.
Berarti semua rawatan
yang di berikan
berdasarkan Assesment
?
Iya, semua program disini tergantung
dari hasil assessment.
Berapa lama proses
rehabilitasinya?
Klien melakukan rehab disini sekitar
1-6 bulan dan setelah itu pulang.
Untuk program layanan
keluarga itu bagaimana ?
Iya itu ada juga, jadi selain klien kita
juga memberi program untuk keluarga
yaitu dengan program layanan
keluarga ini. Dan program ini di
lakukan di Pondok Indah
dilaksanakan 1 minggu sekali.
99
99
Apa saja yang di berikan
?
Oh banyak. Yang di berikan itu ada
edukasi dan informasi mengenai
adiksi, misalnya dampak dari adiksi
itu, adiksi itu juga punya sifat kambuh
dan dampaknya juga bukan untuk
klien aja tapi berimbas pada keluarga,
selain itu juga bagaimana menanggapi
kekambuhan yang dialami oleh si
pengguna adiksi.
Adakah kendala dari
program layanan
keluarga?
Untuk itu ada yang ikut dan juga ada
si beberapa yang memiliki kendala, ya
seperti jadwal yang dilakukan di jam
kerja, jarak juga menjadi masalah dan
biasanya sudah memilki jadwal kerja
yang tidak bisa di ubah seperti itu.
Dan banyak juga keluarga yang
berfikir bahwa yang perlu di rehab
hanyalah klien saja keluarga tidak
perlu dan itu uga menjadi tantangan.
kendala yang di hadapi
dari program yang di
berikan oleh kapeta ?
Kalo untuk kendala ya pasti ada yaa,
yang pertama itu yang kita tangani
kan orang ya dan dari latar belakang
yang berbeda-beda di butuhkan effort
yang lebih untuk melakukan itu,
khususnya program disini kan
diberikan iu berdasarkan kebutuhan
yang diinginkan oleh klien. Sehingga
kita harus betul-betul teliti dan
mencermati apa yang di inginkan oleh
klien satu persatu. Yang ke dua klien
belum tentu memahami masalah yang
di hadapinya/dialaminya, itu si
kendalanya.
Ada engga si klien yang
masih meminta
tambahan rehab ?
Ada, contohnya klien saya, dia
harusnya sudah selesai dari 4 bulan
lalu tapi dia masih membutuhkan
perawatan dan konsultasi dan dari situ
kita setujui untuk di perpanjang
perbulan, dari situ pertemuan untuk
melakukan meeting dan konsultasi
100
100
dengan konselor.
Untuk program
keterampilan ada tidak ?
Kalo untuk keterampilan saat ini si
belum ada, kerena klien yang disini
itu masih memiliki aktifitas yang
harus dikerjakan sehingga yang kita
dorong adalah mereka kembali lagi ke
masyarakat dan kembali lagi
keberfungsiannya di masyarakat.
Ada engga si klien yang
meminta untuk memiliki
keterampilan yang lain ?
Ada, tetapi kita tidak bisa memaksa
mereka untuk itu, tetapi jika ada klien
yang mau untuk itu yang kita tanyain
dulu, “kamu maunya apa?” dan kami
dorong untuk mempunyai
keterampilan. Seperti les/ kursus dan
jika klien ingin memiliki keteampilan
kita bisa berikan untuk mereka.
Untuk sarana ada apa
saja pak ?
Ya bisa dilihat sendiri ya ada kantor,
ruang sesi, ruang tamu, kamae klien
untuk yang menginap disini, ada
kamar staff juga dan lain-lain.
Harapan kedepan untuk
program maupun
kemajuan Kapeta ?
Sebetulnya untuk saat ini kapeta itu
adalah sangat sedikit yang ada di
indonesia yang menjalankan program
yang berbasih kebutuhan individu dan
diluar negeri itu sudah dilakukan
bertahun-tahun, berdasarkan
penelitian yang lebih efektif adalah
program yang seperti ini. Dan harapan
kami adalah kami ingin mengajak
lembaga Negara untuk juga
menjalankan program berbasis
individu ini sehingga bisa
mengakomodir kebutuhan di
masyarakat, bahwa memang ada
problem besar dalam penggunaan zat
sudah sangat memperihatinkan, itu si
harapan kami.
101
101
Transkip Wawancra
Informan Divisi Program
A. Waktu : 14.30 WIB
Hari dan Tanggal : 27 November 2019
Tempat : Office Kapeta
B. Identitas Informan
Nama : Bpk. Gidien
Jenis Kelamin : Laki-laki
Jabatan : Konselor
Pertanyaan Jawaban
Bagaimana si pendekatan
awal yang dilakukan ?
Pendekatan awal? Rapport billing,
teknik yang di pake si bisanya
motivasional interviewing dimana
didalamnya tuh yang penting kita
mendengarkan secara reflektif
listening, bukan hanya Cuma
mendengarkan secara biasa saja,
tetapi ada beberapa hal. Selain
mendengarkan kita bisa
memparafrase perkataan dari klien.
Sehinnga seolah-olah seperti
bertanya tapi engga kepo atau
bahkan verbal, kemudian ada juga
mungkin dua sisi pernyataan klien
kita temukan sehingga mendapkan
penjelasan yang lebih.
Kalo untuk respon awal
klien itu gimana ?
Respon awal klien si kalo
menggunakan teknik yang tadi saya
sebutkan si lumayan membantu dan
klien mudah terbuka untuk
bercerita, ya walaupun tidak secara
langsung.
102
102
Ada durasinya atau tidak
dalam melakukan
pendekatan awal ?
Kalo untuk durasi, kita engga liat
dari durasi tetapi dilihat dari kualitas
keterbukaannya, biasanya engga 1
kali pertemuankan? Dan konseling
dilakukan tidak hanya sekali tapi
berprogres, tapi dari pertemuan
pertama dia mau bercerita tentang
masalah yang dia alami walaupun
sekecil apa pun itu sudah termasuk
keterbukaan .
Ada engga yang susah
untuk terbuka dengan
orang baru ?
Biasanya ada jarang ngomomg dan
susah untuk cerita, nah kita pake
pendekatan lain, kaya menceritakan
masalahnya melalui tulisan.
Biasanya kalo pake meode itu malah
lebih banyak di bandingan bercerita
dengan lisan.
Langkah awal yang
dilakukan oleh konselor
untuk mengetahui masalah
klien ?
Assessment si itu udah pasti ya
untuk pertama, namanya Addiction
Severty Index nama alat assessment
agar kita mendapat gambaran penuh
tentang keparahan penggunaannya,
didalamnya ada beberapa domain
narkoba, medis, keluarga,
pendidikan/pekerjaan, sosial,
kemudian sikologis, emosional dan
legal. Dari situ kita dapet gambaran
apa saja masalah klien tersebut, dari
gambaran tersebut diaknosanya
seperti apa dan rekomendasinya
rencana lawatannya seperti apa
itulah yang akhirnya membatu kita
melakukan rehabilitasi klien
tersebut dan rencana lawatan itu
disesuaikan dengan kebutuhan dan
kemampuan dari klien. Itusi yang
kita lakukan disinii.
Setelah assessment apa
yang dilakukan ?
Ya pertama pasti kalo konteks
setelah assessment kita
membacakan resume dari
103
103
assessment, dari situ kita buat
konfrensi kasus dengan supervaisor
dan dengan staff yang lain untuk
melihat dan menelaah dari klien,
kita bahas sama-sama agar lebih
objektif. Setelah disepakati bersama
dan di sesuaikan lawatannya seperti
apa, berapa lama durasinya dan
bagaimana cara mencapainya.
Kalo untuk grup terapi itu
seperti apa ?
Grup therapy ? kalo itu memang ada
setiap mimggunya, dan
pembahasannya itu, ada grup
therapy yang bersifat psikoedukasi,
memberi edukasi tentang gangguan
penggunaan zat atau juga tentang
masalah kesehatan yang berkaitan
dengan gangguan penggunaan zat.
Misalnya turbokolosis, hepatisis c,
hepatisis b, HIV dan lain-lain.
Apa saja grup terapi yang
ada di Kapeta ?
Selain itu ada juga grup therapy
tentang bagaimana merawat
pemulihan dan ada grup therapy
yang sifatnya CBT atau pencegahan
kekambuhan dengan pendekatan
kognitif be header therapy. Dimana
pola pikir itu atau perubahan pola
pikir dilakukan melalui
keterampilan agar bisa mengelola
pemulihan, selain itu bisa
memahami masalah yang dialami.
Kalo untuk grup terapi life
skill itu gimana?
Kalo untuk keterampilan itu ada
yang namanya grup therapy life skil
atau keterampilan dalam hidup dan
keterampilan ini yang harus di milki
pada setiap individu untuk
menhadapi tantangan dalam hidup.
Selain program itu ada apa
saja pak ?
Ada, ada art class juga dan itu juga
untuk merefresh kondisi klien agar
tidak bosan dan yang lainnya ada
sesi agama, yoga dan kegiatan
104
104
malam mingguan juga ada. Kalo itu
namanya short therapy untuk yang
di rawat inap disini.
Untuk kegiatan malam
minggu itu seperti apa ?
Kalo untuk kegiatan malam minggu
itu membuat prencanaan, kegiatan
positif untuk diluar, misalnya
mereka mau kemana, kenapa
mereka memilih itu, berapa
biayanya dan lain-lain, tentu di
damping oleh staff.
Ada engga si kendala
sebagai konselor ?
Kendala ? tantangan kali, kalo
tantangan pasti ada, kan setiap
individu meiliki modalitas yang
berbeda-beda, ada yang
modalitasnya baik dan jug ada yang
kurang. Jadi berbeda
penanganannya, belum kalo ada
gangguan penyerpa baik sikologis
maupun emosional itu kan juga
menambah komplesitas dari
merawat si klien tadi. Gimana yaa
kalo di tanya tantangan ya pasti ada
tinggal bagaimana kita
mengefektivitas rawatan, makanya
kita selalu mengedepankan yang
berbasis bukti dan selain itu kita
juga bekerjasama dengan
professional lainnya dan orang yang
berkompeten dibidangnya, ya paling
itu aja si tantangannya.
Harapan kedepannya
untuk program yang ada di
Kapeta ?
Yang pertama ya mereka
identiifikasi dulu masalahnya,
membantu mereka melihat
masalahnya lebih jelas,
memberitahu apa itu adiksi dan
gangguan penggunaan zat itu seperti
apa mereka harus memahami itu
dulu kalo engga kan nanti
keterampilan yang di masukin
bingung dong. Ketika mereka sudah
105
105
lebih jelas melihat masalahnya maka
kita merangsang mereka untuk
memiliki keterampilan untuk
memngatasinya dan mengelolanya
sesuai kemampuan individu
tersebut. Makanya tadi ada
bimbingan konseling, grup terapi,
lembar kerja karena memang pasti
setiap individu kan berbeda. Karena
unuk yang rawat inap itu kan
selanjutnya boleh pulang untuk
meimplementasikan apa yang sudah
coba pelajari disini, jadi ada kegitan
pulang 2-3 hari seperti itu, tentu
juga dengan perencanaan dan
kesepakatan juga dengen orang tua
dan konselor agar terlindungi dari
hal hal yang beresiko.
106
106
Transkip Wawancra
Informan Divisi Program
A. Waktu : 11.49 WIB
Hari dan Tanggal : 5 Desember 2019
Tempat : Ruang Tamu Kapeta
B. Identitas Informan
Nama : MS
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 26 Tahun
Pertanyaan Jawaban
Awal mula menggunakan
zat itu kapan ?
Awal mula itu kalo di itung zat ye
itu alkohol dulu dari kelas 3 smp itu
baru nyoba, terus 2 sma itu nyobain
dumolit kaya pil gitu, terus ganja
juga, nah pas kuliah nyobain ganja
sintesis, pas udah kerja juga nyobain
jamur, ekstasi, kaya pil-pil juga ada
udah si itu aja.
Latar belakang
menggunakan zat itu
kenapa ?
Awalnya cuma iseng-iseng aja
namanya masih muda dan juga
lingkungan, lingkungan dalam artian
itu gua orangnya mudah terpengaruh
misalnya ngeliat orang make apa
dan pengen nyoba gitu.
Efek yang didapat itu apa
aja ?
Alkohol dan ganja, yang dirasain si
tinggi kalo ganja juga gitu kaya
ngefly gitu pikiran bisa bikin
ngawang gitu si.
Kalo yang lain ? Kalo yang lain obat-obatan boti itu
engga terlalu ngefek si di gua bikin
ngantuk doang, kalo ganja sintesis
itu kaya ganja, kalo ganja kan lebih
107
107
slow kalo ini naik turunnya cepet
gitu, kalo halusinogen kaya jamur
gitu mengubah kondisi kesadaran,
misalnya apa yang kita lihat sehari-
hari berpendar, kembang kempis,
berwarna-warni terus otak juga bisa
ke zoom out dan otak bisa lebih
kebuka, kalo ekstasi itu cuma happy
aja dan pengen joget aja semaleman
itu si paling.
Ada engga si dampak daro
penggunaan zat?
Nah dampaknya banyak, dampak itu
kan kaya efek langsungnya, kaya
tinggi itu, dan dampak jangka
pendeknya juga langsung kerasa
misalnya alkohol itu kaya basian
bisa lemes sama pusing besoknya,
kalo ganja paling laper, kalo LSD
itu kaya jamur paling lemes doang
paling, kalo ekstasi itu meres
seretonin yang ada di dalam otak,
seminggu biasanya itu lebih down
dan sedih gitu.
Selain itu dampaknya apa
lagi ?
Ada, jadi selain jangka pendek ada
juga jangka menengah panjangnya
negatifnya banyak kaya dari segi
ekonomi gampang abis, terus juga
keilangan barang pribadi, dari segi
kesehatan makin lama makin susah
buat fokus, gampang lupa, teus
secara mental juga gampang down,
gampang sedih dan kurang
bergairah, dari segi pendidikan juga
harus bisa lebih baik lagi, waktu
kerja juga pengen lanjut study s2
karena penggunaan mental juga
udah keubah kondisinya yang tadiya
udah niat jadi engga niat dan minat
bakat juga yang awalnya pengen
banget malah banyak kepangkas
karena penggunaan, dan dari segi
108
108
pekerjaan juga sempet kehilangan
pekerjaan.
Dari segi yang lain apa aja
?
Nah itu juga dari segi pertemanan
juga udah pada ilang temen-temen
yang positif dan cuma main sama
temen yang pengguna aja, terus juga
dari segi keluarga juga jadi sering
bohong, bilangnya nginep sama
temen padahal mah make bareng
temen dan jarang ngorbrol sama
keluarga kurang deket juga. Kalo
dari segi spiritual juga dalam diri
gua makin lama makin ilang da
kurang deket sama diri sendiri dan
kurang deket sama tuhan udah si itu
aja paling.
Pernah di rehab di tempat
lain engga ?
Sebelumnya pernah di daerah
kuningan namanya behave kurang
lebih sebulan disana
Tau kapeta itu dari siapa ? Kalo tau kapeta dari orang tua,
karena sebelumnya pernah di rehab
makanya mau kesini (Kapeta)
Perbedaan di Kapeta
dengan tempat
sebelumnya gimana ?
Kalo dari program yang
sebelumnya, sebelum masuk
program mungkin dari suasana, kalo
yang sebelumnya kan itu
perkantoran dan tempatnya kecil,
kalo mau ngeroko juga harus
kebawah. Kalo disini tuh lebih
terstruktur, disana juga harusnya
terstruktur tidak ada keselarasan di
internal mereka, misalnya harusnya
hari ini harusnya begini terus di
ubah, harusnya juga konseling sama
sikolog, psikiater dan dokter disitu
ternyata yang lain itu engga tau gitu,
an penjalasan juga disana engga
langsung masuk ke penjelasan
ilmiah lebih ke normative, misalnya
yaa pengaruhnya lebih ke fisik,
109
109
emosional dan spiritual, terus
dijelasin karena otak kita udah
diubah tapi engga di jelasin
bagaimana diubahnya gitu si.
Untuk di Kapeta gimana ? Kalo di kapeta si pertama kali sesi
itu di jelasin secara ilmiah apa si
yang didalem otak yang diubah
setelah kita menggunakan dan efek
dari zat satu ke zat yang lain itu
gimana. Dan kita tau bagaimana
cara mengubahnya lebih mudah
menerima diri gua dan lebih mudah
untuk bisa menyiasatinya gimana,
engga ngawang-ngawang juga, gitu
si paling.
Apa saja yang udah
dikasih dari Kapeta ?
Banyak yang dikasih disini,
misalnya kaya konseling, nah itu
bener-bener berdasarkan sama apa
yang gua mau, misalnya apa yang
gua mau, apa yang harus gua capai
kedepan, apa yang gua belom
menegerti dan udah mengerti, apa
yang harus gua ubah, apa yang
harus gua tingkatkan dan lain-lain.
Ada juga yang sesi grup itu belajar
aja dikelas gitu, nah itu macem-
macem yang juga misalnya supaya
engga terjadi kekambuhan itu
dijelasin gimana aja, didalamnya tuh
kekambuhan itu apa, bagaimana
cara menyiasati kekambuhan gitu,
terus ada psikoedukasi misalnya
tentang komunikasi soalnya an
seelah menggunakan skil-skil gitu tu
menurun cara kita komunikasi, cara
kita komunikasi yang engga
manipulative, cara kita komunikasi
yang siapa tau hubungan dengan
orang terdekat menjadi ke ubah itu
semua di pelajari lagi dan
110
110
didiskusikan bersama. Terus ada
lagi life skil cara membuat
keputusan kalo dulu kan inclusive
keputusan tuh tek begitu aja engga
pake mikir dulu, misalnya udah ada
jadwal kesini, terus Bandar telpon
jebret ubah kebandar atau kemana,
itu pas kesini dipelajari bersama dan
didiskusiin juga. Ya intinya sebelum
bertindak harus dipikirin dulu di
timbang dulu opsi-opsinya mana
yang lebih baik gitulah.
Selain di Kapeta ada
kegiatan lain engga ?
Kalo kegiatan di luar gua kerja 2-3
hari dalam seminggu masuk kantor
meeting atau bikinn acara gitu,
kantor gua bisa mobile gua bisa
kerja walaupun engga dikantor,
selain itu gue ngeband sama temen-
temen SMP, terus sisanya yaa apa
namanya ikut organisasi untuk
serikat buat pekerja media dan
industry creative gitu, terus sisanya
ya paling bantu-bantu dirumah aja si
gitu.
Kalo sama konselor nih
apa aja si yang didiskusiin
?
Ohh banyak yang didiskuiin, waktu
pertama gua mengikuti pemulihan
pertama si menyangkal kalo ada
adiksi, engga tau juga kan adiksi itu
apa dan segala macem, biasanya kan
kalo orang make kan engga mau
ngaku kalo dia make, adiksi apaan
engga ko ini mah gini doang, kalo
sama konselor tuh di kenalin dan
jelasin adiksi itu apaan secara ilmiah
tuh gimana, memulai untuk
mengurai masalah yang
menggumpal menjadi satu persatu,
misalnya engga ada motivasi, engga
pernah olahraga nah itu kenapa di
urai satu-satu itu gimana dan harus
111
111
gimana, sehingga kita jelas juga
ngeliatnya ohh ternyata tuh begini.
Dan konseling itu programnya
ngebantu gua untuk membuat
prencanaan misalnya kaya bangun
pagi dulu tuh susah banget buat
bangun pagi, terus cara menghindari
trigger/ pemicu-pemicu internal dan
eksternal, misalnya eksternal
biasanya gua make dan dating
ketempat tertentu biasanya ketempat
yang jual alkohol atau apa-apa dan
temen-temen yang negative gua
harus hindari sebisa mungkin.
Untuk internalnya misalnya
perasaan, perasaan gelisah atau
perasaan apa pun itu, itu pasti
muncul dan bagaimana
menyiasatinya, biasanya beda-beda
setiap orang kalo gua pribadi si
paling ngobrol sama orang tua kalo
lagi gelisah segala macem kebelutan
gua juga deket sama orang tua atau
dengerin lau-lagu yang relex atau
apa, lebih banyak orahlaga lagi biar
badannya fit lagi. Terus planning
kedepannya gua buat perencanaan 6
bulan kedepan gua mau ngapain
kegiatan positifnya, misalnya ada
minat bakat yang udah hilang harus
gua gali lagi, jadi lebih costem buat
gua pribadi di kehidupan gua
kedepannya.
Kalo untuk manfaat apa
saja yang udah di dapat?
Oh banyak manfaat dan
perubahannya, misalnya kaya
bangun pagi aja dah gitu, dan yang
lagi itu kalo dari program konseling
harus nanya ke orang lain di sekitar
kita bagaimana perubahan dalam
diri kita, oh iya kalo keluarga si
112
112
engga yang muluk-muluk ya kamu
lebih segeran, lebih ceria kalo
sarapan juga ngobrol, lebih banyak
afeksi itu gua rasain juga. Terus
misalnya kaya lebih tau harus
gimana kedepannya, kalo
sebelumnya ibarat mau mati, mati
dah engga pernah mikir masa depan
Cuma mikirin hari ini aja, sekarang
lebih mikirin kedepannya gimana
ada target yang gua pengen buat
menunjang skil kerja misalnya kay
pengen dapetin sertifikat ini dan gua
harus ngapain buat dapetin itu, ya
dari hal yang kecil sampe ke yang
jangka menengah panjang gua
rasain banget dah. Terus sama
temen juga yang positif juga udah
enak, engga kaya dulu pengennya
ketemu temen yang itu-itu aja yang
make, dan sekarang juga banyak
dapet perspektif baru, dari kesehatan
juga lebih baik dan lebih seger gitu
aja si .
Harapan setelah dari sini
apa aja ?
Kalo harapan kedepannya si tetep
menjalankan pemulihan, kalo kata
konselor gua pemulihan sama
dengan hidup dan sebaliknya si,
engga ada titik dimana gua udah
pulih, kalo mikirnya begitu sama aja
jebakan betman si itu, mikir udah
sembuh udah selesai pemulihan
jatoh dan jadi jumawa. Dan tetep
mementain pemulihan, terus ngeset
target pribadi dari hal-hal yang
inginkan kaya belajar komputer, ah
gua mau buat kurikulum diri gua
sendiri belajar komputer sejam
sehari, terus kaya buat menunjang
pekerjaan kaya yang sertifikat tadi,
113
113
terus harapannya kedepan kaya
kondisi di rumah juga udah lebih
enak maksudnya kerena udah bikin
orang tua kecewa segala macem
harapannya dengan sendirinya bisa
memperbaiki perilaku gua lah dan
terus harus berani bermimpi lagi,
paling itu aja si harapannya.
114
114
Transkip Wawancra
Informan Divisi Program
A. Waktu : 10.30 WIB
Hari dan Tanggal : 11 Desember 2019
Tempat : Ruang Tamu Kapeta
B. Identitas Informan
Nama : F
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 39 tahun
Pertanyaan Jawaban
Bagaimana awal mula
anda
memakai/menggunakan
narkoba ?
Awalnya ketika putus asa
tidak mendapatkan pekerjaan
dimana-mana. Dan
menggunakan agar bisa
besosialisasi dengan orang
sekitar.
Sudah berapa lama anda
menggunakan jenis
narkoba tersebut?
Dari Tahun 2012
Jenis narkoba apa yang
pertama kali dan yang
pernah digunakan?
METH ( shabu )
Apa yang dirasakan
setelah menggunakan
narkoba?
Tidak mudah mengantuk,
bertambah pintar dan emosi
tidak setabil.
Dampak negatif yang
pertama dirasakan setelah
menggunakan narkoba ?
Dari segi kesehatan kurang
bagus da nada dampak
positifnya keluarga menjadi
perhatian atau lebih baik
Bagaimana kamu
mengetahui adanya
Dari sepupu saya
115
115
rehabilitasi sosial di
Kapeta?
Program rehabilitasi sosial
apa saja yang diberikan
oleh Kapeta?
Konseling, belajar dan
keterampilan
Kegiatan apa yang
dilakukan di luar kapeta?
Tidak ada
Berapa lama bertemu
dengan konselor dalam
seminggu?
Satu kali
Apa yang dilakukan saat
bertemu konselor?
Mendiskusikan
berkembangan saya dan apa
yang harus dicapai.
Apa saja manfaat yang
didapat setelah mengikuti
program rehabilitasi
sosial?
Lebih tenang dan gembira.
Apakah ada perubahan
yang didapat setelah
mengikuti rehabilitasi
sosial di Kapeta?
Kesehatan lebih baik, lebih
yakin dan percaya diri. Dan
hubungan dengan keluarga
juga lebih baik lagi.
Apa harapan anda setelah
menjalankan rehabilitasi
sosial di Kapeta?
Berubah dan menjadi
manusia normal.
116
116
HASIL OBSERVASI
Waktu : 10.30 WIB
Hari/Tanggal : 2 Desember 2019
Mengikuti kegiatan Morning Meeting
Hari ini penulis datang ke Yayasan Kapeta pada pukul
09.00 dan untuk mengikuti kegiatan pagi sebelum melakukan
aktivitas di Yayasan Kapeta yaitu Morning Meeting. Kegiatan ini
wajib diikuti oleh seluruh klien yang berada di Yayasan Kapeta
yang dipimpin oleh staff yang bertugas pada hari itu atau bisa
disebut mayor on duty. Dan sesi dimulai pukul 10.30 WIB.
Morning meeting dilakukan di pagi hari sebelum
malakukan kegiatan di hari ini, sesi ini diawali dengan berdoa
terlebih dahulu dengan bergenggaman tangan satu dengan yang
lain yang di pimpin oleh salah satu orang kemudian setelah itu
membacakan buku yaitu just for today buku ini adalah buku
untuk pemberi semangat untuk para klien dan buku itu dibacakan
oleh staff yang bertugas pada hari itu
Setelah itu dilakukan card feeling atau kartu perasaan yang
mewakilkan perasaan klien. Setelah memilih kartu perasaan ini,
dilanjutkan dengan goals atau pencapaian yang akan dilakukan klien
setelah kegiatan ini., hal ini dilakukan untuk menyampaikan
perasaan dan kesehatan pada hari ini dan klien pada hari itu dari
segi kesehatan baik dan perasaan yang senang. Selain itu klien
117
117
juga memberi tahu apa saja yang ingin dan diselesaikan pada hari
ini.
Setelah kegiatan morning meeting dilakukan para klien
bekerja bakti untuk membersihkan ruang atau bagian yang berada
di Yayasan Kapeta mulai dari kamar, ruang tamu, dapur, kamar
mandi dan tempat lainnya.
118
118
Waktu : 13.00 WIB
Hari/Tanggal : 6 Desember 2019
Mengikuti kegiatan Sesi Psikoedukasi
Pada hari ini penulis datang untuk mengikuti Sesi
Psikoedukasi yang dilakukan oleh konselor dan diikuti oleh para
klien, sesi ini adalah pemberian materi tentang kekambuhan,
keterampilan komunikasi dan lainnya. Dan sesi ini ada setiap
hari.
Penulis juga memerhatikan setiap klien semua klien
mendengarkan dengan baik dan mencatat hal-hal yang penting dalam
materi tersebut, Saat pemateri memberikan materinya. Kemudian,
penulis melihat bahwa klien disana benar-benar focus mendengarkan
apa yang dijelaskan pemateri, dan jika ada yang tidak dimengerti oleh
klien maka mereka akan bertanya dan akan diberikan penjelasan
kembali oleh pemateri. Sesi berjalan kurang lebih 60 menit, setelah sesi
selesai klien mengisi buku kehadiran sesi yang harus di paraf oleh
pengisi sesi saat itu.
119
119
Waktu : 13.00 WIB
Hari/Tanggal : 12 Desember 2019
Mengisi kegiatan Sesi Psikoedukasi
Pada hari ini penulis datang pukul 12.45 WIB untuk
melakuan kegiatan sesi psikoedukasi yang akan dibawakan oleh
penulis tentang manajemen waktu, sesi ini dilakukan pada jam
13.00 setelah istirahat.
Ketika penulis membawakan sesi para klien mengikutinya
dengan baik dan fokus pada apa yag disampaikan oleh penulis
dan jika tidak paham bertanya pada penulis untuk mengulang
kembali apa saja yang sebelumnya dijelaskan oleh penulis.
Penulis juga di temani dan dibantu oleh salah satu staff yang ada.
Kenapa memilih manajemen waktu, hal ini sangat penting
untuk masa depan para klien stelah pulih dari Yayasan Kapeta
agar bisa mengatur waktu yang baik dan benar ketika ingin
melakukan hal atau ingin mencapai apa yang dinginkan klien.
Setelah mengisi sesi penulis membantu mayor on duty yang
bertugas pada hari ini dan dijelaskan apa saja yang harus
dilakukan serta diberitahu tugasnya. saat membantu tugas dari
mayor on duty penulis mencatat dan memonitoring siapa saja
yang masuk dan keluar dari Yayasan Kapeta, selain itu mencatat
daan memonitoring juga kegiatan dari klien selama jam kosong
berlangsung dan mengingatkan staff yang akan mengisi kegiatan.
120
120
HASIL DOKUMENTASI
Dokumentasi Sarana dan Prasarana seperti Kantor, Ruang Tamu,
Repsesionis, Kamar, Ruang Tengah, Ruang Makan dan Mushola
121
121
Dokumentasi ketika mengisi sesi tentang Menbangun
Kepercayaan Diri
Dokumentasi ketika megisi sesi tentang Manajemen Waktu
122
122
Dokumentasi wawancara dengan Bpk Gidein selaku Konselor
Dokumentasi wawancara dengan Bpk Pungky selaku Divi
Program