REGULASI TELEKOMUNIKASI DI THAILAND
-
Upload
holmeshale -
Category
Documents
-
view
41 -
download
9
description
Transcript of REGULASI TELEKOMUNIKASI DI THAILAND
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah kami yang
berjudul “ Badan Regulasi Telekomunikasi indonesia” , sebatas pengetahuan dan kemampuan
yang dimiliki. Dan juga kami berterima kasih pada ibu Dr. Yusnita Rahayu, M.Eng selaku
Dosen mata kuliah Regulasi dan Standar Telekomunikasi yang telah memberikan tugas ini
kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai standar regulasi komunikasi. Kami juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami
harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa
yang akan datang, Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun, pembaca,
serta pihak pihak pendukung.
Pekanbaru, 19 september 2013
Penyusun
DAFTAR ISIHALAMAN JUDUL ................................................................................................................... 1 KATA PENGANTAR ................................................................................................................. 2 DAFTAR ISI ............................................................................................................................. 3 BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................. 4 BAB II PENGENALAN SERAT OPTIK .......................................................................................... 5 i. Sejarah Perkembangan Teknologi Serat Optik ........................................................... 5
ii. Struktur Dasar Sebuah Serat Optik ............................................................................ 7
iii. Karakteristik Keuntungan dan Kelemahan Media Transmisi Fiber Optik ..................... 8
iv. Perambatan Cahaya Di Dalam Serat Optik ................................................................ 9
v. Tipe Tipe Fiber Optic ................................................................................................. 11
vi. Keuntungan Sistem Serat Optik ................................................................................ 13
BAB III DASAR SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK .................................................................. 15 BAB IV PENUTUP .................................................................................................................... 19 i. Saran ......................................................................................................................... 19
ii. Kritik ......................................................................................................................... 19
iii. Kesimpulan................................................................................................................ 19
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Telekomunikasi mempunyai sifat yang berubah terus menerus, nyaris tidak bertepi dan mampu mengubah tatanan wajah dunia, merubah pola pikir manusia, mempengaruhi perilaku dan kehidupan umat manusia. Telekomunikasi saat ini sudah menjadi kebutuhan hidup yang disejajarkan dengan hak asasi manusia.
Tujuh tahun lalu telekomunikasi Indonesia memasuki sejarah baru. Lewat Undang-undang Nomor 36/1999 tentang Telekomunikasi, sektor ini resmi menanggalkan privilege monopolinya untuk segera bertransisi ke era kompetisi. Kompetitor baru pun diundang masuk menjadi operator jaringan maupun jasa di sektor ini. Banyak kalangan berlega hati menyambut lahirnya undang-undang telekomunikasi tersebut. Apalagi tahun itu lahir juga Undang-undang Nomor 5/1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.
Namun ternyata kompetisi telekomunikasi jauh panggang dari api. Muncul banyak pihak meminta dibentuknya badan regulasi independen. Sebuah Badan Regulasi Mandiri (IRB-Independent Regulatory Body) yang diharapkan dapat melindungi kepentingan publik (pengguna telekomunikasi) dan mendukung serta melindungi kompetisi bisnis telekomunikasi sehingga menjadi sehat, efisien dan menarik para investor. Tanggal 11 Juli 2003 akhirnya pemerintah mengeluarkan Keputusan Menteri Perhubungan No. 31/2003 tentang penetapan Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI). BRTI adalah terjemahan IRB versi pemerintah yang diharapkan pada akhirnya menjadi suatu Badan Regulasi yang ideal.
Komentar yang banyak muncul kemudian adalah pemerintah dianggap setengah hati karena salah satu personel BRTI sekaligus menjadi Ketua adalah Dirjen Postel. Kepmenhub No. 31/2003 tersebut [telah diubah dengan Peraturan Menteri Kominfo No. 25/Per/M.Kominfo/11/2005 tentang Perubahan Pertama atas Keputusan Menteri Perhubungan No. KM.31 tahun 2003 tentang Penetapan Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia] juga tidak memberi wewenang eksekutor kepada BRTI. Hal tersebut tertuang dalam Keputusan Menteri Perhubungan No. 67 Tahun 2003 tentang Tata Hubungan Kerja antara Departemen Perhubungan dengan Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia sehingga dipertanyakan efektivitas BRTI dalam mengawal kompetisi telekomunikasi.
Namun terlepas dari polemik di atas, menjadi tugas bersama untuk mendorong agar BRTI yang sudah terbentuk ini dapat bekerja maksimal sehingga dapat memacu perkembangan industri telekomunikasi lewat iklim kompetisi, meningkatkan efisiensi dan memproteksi kepentingan publik secara de facto dan de jure.
1.2. TUJUAN
Tujuan utama regulasi seperti melindungi konsumen dan menciptakan kompetisi yang adil diantara para penyelenggara telekomunikasi.