REGULASI PEMERINTAH TERKAIT PENERBANGAN NASIONAL.docx

4
BAGUS NAUFAL FITRONI (2513203202) REGULASI PEMERINTAH TERKAIT PENERBANGAN NASIONAL Pemerintah masih menarik-ulur mengenai tarif batas atas maskapai penerbangan. Tarif batas atas yang berlaku saat ini dinilai cukup rendah dan sudah tidak sesuai lagi dengan kondisi yang ada. Sementara itu dalam Peraturan Menteri Perhubungan yang mengatur tentang tarif penerbangan, tarif batas atas akan dinaikkan jika nilai tukar mata uang sudah mencapai Rp 10.000 per dolar Amerika Serikat. Sekarang nilai tukar sudah Rp 12.000 per dolar Amerika Serikat, tapi tarif masih ditahan. Ini yang menyebabkan maskapai penerbangan kesulitan. Di satu sisi maskapai harus bersaing bebas, namun di sisi lain regulasi masih mengekang, Saat ini Kementerian Perhubungan selaku regulator telah melakukan perhitungan terhadap usulan kenaikan tarif batas atas, tapi hitungan itu berbeda dengan permintaan maskapai penerbangan. Maskapai penerbangan yang tergabung dalam INACA meminta pemerintah menaikkan tarif batas atas sebesar 25 persen dari angka yang sekarang, sedangkan Kementerian Perhubungan menghitung berdasarkan asumsi kurs dolar Amerika Serikat dan harga avtur. “Kami sudah mengajukan dua alternatif ke Pak Menteri (Menteri Perhubungan Evert Ernst Mangindaan). Perhitungan kurs dolar Rp 12.000 dan Rp 13.000,” kata Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Udara Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Djoko Murjatmojo. Dalam hal kenaikan tarif batas atas ini Kementerian Perhubungan menyatakan sangat berhati-hati. Menurut Kepala Bagian

Transcript of REGULASI PEMERINTAH TERKAIT PENERBANGAN NASIONAL.docx

Page 1: REGULASI PEMERINTAH TERKAIT PENERBANGAN NASIONAL.docx

BAGUS NAUFAL FITRONI (2513203202)

REGULASI PEMERINTAH TERKAIT PENERBANGAN NASIONAL

Pemerintah masih menarik-ulur mengenai tarif batas atas maskapai penerbangan. Tarif

batas atas yang berlaku saat ini dinilai cukup rendah dan sudah tidak sesuai lagi dengan kondisi

yang ada. Sementara itu dalam Peraturan Menteri Perhubungan yang mengatur tentang tarif

penerbangan, tarif batas atas akan dinaikkan jika nilai tukar mata uang sudah mencapai Rp

10.000 per dolar Amerika Serikat. Sekarang nilai tukar sudah Rp 12.000 per dolar Amerika

Serikat, tapi tarif masih ditahan. Ini yang menyebabkan maskapai penerbangan kesulitan. Di satu

sisi maskapai harus bersaing bebas, namun di sisi lain regulasi masih mengekang,

Saat ini Kementerian Perhubungan selaku regulator telah melakukan perhitungan

terhadap usulan kenaikan tarif batas atas, tapi hitungan itu berbeda dengan permintaan maskapai

penerbangan. Maskapai penerbangan yang tergabung dalam INACA meminta pemerintah

menaikkan tarif batas atas sebesar 25 persen dari angka yang sekarang, sedangkan Kementerian

Perhubungan menghitung berdasarkan asumsi kurs dolar Amerika Serikat dan harga avtur.

“Kami sudah mengajukan dua alternatif ke Pak Menteri (Menteri Perhubungan Evert Ernst

Mangindaan). Perhitungan kurs dolar Rp 12.000 dan Rp 13.000,” kata Direktur Lalu Lintas dan

Angkutan Udara Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Djoko

Murjatmojo.

Dalam hal kenaikan tarif batas atas ini Kementerian Perhubungan menyatakan sangat

berhati-hati. Menurut Kepala Bagian Hukum dan Humas Direktorat Jenderal Perhubungan Udara

Kementerian Perhubungan Israfulhayat, sebanyak 70 persen penumpang pesawat di Indonesia

sangat sensitif terhadap harga. “Kalau harga tiket naik 10 persen, maka kami prediksi

penumpang pesawat akan turun sebanyak itu dan beralih ke moda transportasi lain,” katanya

seperti dilansirBisnis.

  Saat ini maskapai penerbangan harus melakukan impor suku cadang karena suku cadang

pesawat itu tidak diproduksi di Indonesia. Seharusnya pemerintah membebaskan bea masuk suku

cadang pesawat ini. dan diharapkan bea masuk (suku cadang) maskapai bisa nol persen, karena

biaya untuk membeli komponen bisa mencapai 25 persen dari beban operasional maskapai,

sebenarnya pemerintah sejak 2007 telah mengeluarkan aturan yang membebaskan bea masuk.

Page 2: REGULASI PEMERINTAH TERKAIT PENERBANGAN NASIONAL.docx

BAGUS NAUFAL FITRONI (2513203202)

Berdasarkan aturan itu, cukai bea masuk ditanggung oleh pemerintah. Namun kenyataannya

aturan itu tidak direalisasikan di lapangan. Regulasi yang ada di Indonesia ini sangat berbeda

dengan negara-negara tetangga seperti Malaysia, Thailand, dan Singapura yang sudah

membebaskan bea masuk suku cadang pesawat untuk menunjang pertumbuhan industri

penerbangan, sementara di Indonesia masih mengenakan bea masuk antara 5-7 persen.

Harga bahan bakar pesawat (avtur) di Indonesia jauh lebih mahal dibandingkan dengan di

negara-negara ASEAN lainnya. Salah satu pemicu mahalnya harga avtur di Indonesia adalah

keterbatasan kilang minyak. Indonesia juga harus mengimpor avtur dari negara lain, seperti

Singapura dan Korea Selatan, menyebabkan harga avtur semakin membengkak. “Mahalnya

harga avtur di Indonesia bisa mencapai 13 persen dibanding negara ASEAN lainnya lantaran

kondisi geografis Indonesia yang tersebar menjadi 62 lokasi dengan kilang minyak terbatas, Dan

menurut Arif Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Penerbangan Nasional Indonesia (Indonesia

National Air Carrier Association/INACA)  juga menyayangkan adanya komponen biaya yang

tidak perlu saat membeli avtur dari Pertamina, seperti adanya fee untuk BPH Migas sebesar 0,3

persen. Padahal, menurut Arif, avtur ini diatur oleh Kementerian BUMN, bukan BPH Migas, jadi

sudah sepantasnya fee yang tidak perlu ini dihilangkan. “Kami mengharapkan biaya BPH Migas

untuk avtur dapat dihilangkan sehingga hal ini sangat membantu,” ujar Arif.

Jika pemerintah tidak memberikan regulasi yang mendukung berkembangnya industri

penerbangan, dikhawatirkan akan semakin banyak maskapai penerbangan yang gulung tikar.

Sepanjang tahun 2013-2014 ini saja sudah ada empat maskapai penerbangan besar yang menutup

kegiatan operasinya. Keempat maskapai penerbangan itu antara lain Batavia Air (Januari 2013),

Merpati Nusantara Airlines (Februari 2014), Sky Aviation (Maret 2014), dan Tigerair Mandala

(Juli 2014). Batavia Air dan Tigerair Mandala tidak memiliki rencana untuk beroperasi kembali,

sedangkan Sky Aviation masih berupaya agar bisa kembali terbang, dan Merpati Nusantara

Airlines masih menunggu keputusan nasib dari pemerintah selaku pemegang saham.ada empat

faktor yang menyebabkan industri penerbangan terpuruk, yakni kondisi makro ekonomi yang

tidak menentu, lemahnya regulasi, buruknya infrastruktur, dan banyaknya pungutan biaya yang

tidak jelas. “Pertumbuhan ekonomi nasional yang sangat lambat menyebabkan bisnis

penerbangan lesu. Pendapatan industri penerbangan biasanya mencapai dua kali lipat dari

persentase pertumbuhan ekonomi.