Refrat Aspek Medikolegal Transplantasi Organ

20
ASPEK MEDIKOLEGAL TRANSPLANTASI ORGAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kedokteran berkembang dengan pesat. Salah satunya adalah kemajuan dalam teknik transplantasi organ. Transplantasi organ merupakan suatu teknologi medis untuk penggantian organ tubuh pasien yang tidak berfungsi dengan organdari individu yang lain. Sejak kesuksesan transplantasi yang pertama kali berupa ginjal dari donor kepada pasien gagal ginjal pada tahun 1954, perkembangan di bidang transplantasi maju dengan pesat. Kemajuan ilmu dan teknologi memungkinkan pengawetan organ, penemuan obat-obatan anti penolakan yang semakin baik sehingga berbagai organ dan jaringan dapat ditransplantasikan. Dalam beberapa kepustakaan disebutkan bahwa transplantasi organ sudah dilakukan sejak tahun 600 SM, dimana saat itu Susruta dari India telah melakukan transplantasi kulit. 1,2 Seorang dokter di Cina, Pien Chi’ao melaporkan telah melakukan pertukaran jantung antara seorang laki-laki dengan semangat kuat tetapi keinginan lemah dengan seorang laki-laki yang semangatnya lemah tapi memiliki keinginan yang kuat dalam berusaha, untuk mencapai keseimbangan dalam hidup. Gereja Katolik mencatat pada abad ke 3, seorang pastur melakukan transplantasi kaki pada seorang umatnya dengan kaki dari jenazah seorang Ethiopia. 3 JohnHunter (1728-1793) dianggap sebagai pioneer dalam bedah eksperimental termasuk transplantasiatas keberhasilannya dalam membuat kriteria teknik bedah untuk menghasilkan jaringan transplantasi yang tumbuh di tempat yang baru. Namun angka

Transcript of Refrat Aspek Medikolegal Transplantasi Organ

Page 1: Refrat Aspek Medikolegal Transplantasi Organ

ASPEK MEDIKOLEGAL TRANSPLANTASI ORGAN

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kedokteran berkembang dengan pesat. Salah satunya adalah kemajuan dalam teknik transplantasi organ. Transplantasi organ merupakan suatu teknologi medis untuk penggantian organ tubuh pasien yang tidak berfungsi dengan organdari individu yang lain. Sejak kesuksesan transplantasi yang pertama kali berupa ginjal dari donor kepada pasien gagal ginjal pada tahun 1954, perkembangan di bidang transplantasi maju dengan pesat. Kemajuan ilmu dan teknologi memungkinkan pengawetan organ, penemuan obat-obatan anti penolakan yang semakin baik sehingga berbagai organ dan jaringan dapat ditransplantasikan. Dalam beberapa kepustakaan disebutkan bahwa transplantasi organ sudah dilakukan sejak tahun 600 SM, dimana saat itu Susruta dari India telah melakukan transplantasi kulit.1,2

Seorang dokter di Cina, Pien Chi’ao melaporkan telah melakukan pertukaran jantung antara seorang laki-laki dengan semangat kuat tetapi keinginan lemah dengan seorang laki-laki yang semangatnya lemah tapi memiliki keinginan yang kuat dalam berusaha, untuk mencapai keseimbangan dalam hidup. Gereja Katolik mencatat pada abad ke 3, seorang pastur melakukan transplantasi kaki pada seorang umatnya dengan kaki dari jenazah seorang Ethiopia.3

JohnHunter (1728-1793) dianggap sebagai pioneer dalam bedah eksperimental termasuk transplantasiatas keberhasilannya dalam membuat kriteria teknik bedah untuk menghasilkan jaringan transplantasi yang tumbuh di tempat yang baru. Namun angka keberhasilan dari transplantasi tersebut masih minimal karena tidak didukung dengan adanya sistem golongan darah dan histokompatibilitas. Seiring dengan ditemukannya golongan darah sistem ABO dan Rhesus oleh Wiener dan Landsteiner pada abad ke 20, angka keberhasilan transplantasi mengalami peningkatan.2,6

Ilmu transplantasi modern semakin berkembang dengan ditemukannya metode-metode pencangkokan, misalnya pencangkokan arteria mammaria interna di dalam operasi lintas koroner oleh Dr. George E Green, pencangkokan jantung, dari jantung kera kepada manusia oleh Dr. Cristian Bernard, walaupun kemudian resipiennya kemudian meninggal dalam waktu 18 hari, pencangkokan sel-sel substansia nigra dari bayi yang meninggal ke penderita Parkinson oleh Dr. Andreas Bjorknlund, pencangkokan ginjal, pencangkokan hati, pencangkokan sumsum tulang, dan pencangkokan pancreas.1,2

Page 2: Refrat Aspek Medikolegal Transplantasi Organ

Sampai saat ini penelitian tentang transplantasi masih terus dilakukan. Permintaan untuk transplantasi organ terus mengalami peningkatan melebihi ketersediaan organ donor yang ada. Sebagai contoh di China, pada tahun 1999 tercatat hanya 24 transplantasi hati, namun tahun 2000 jumlahnya mencapai 78. Sedangkan tahun 2003 angkanya bertambah hingga 356. Jumlah tersebut semakin meningkat pada tahun 2004 yaitu 507 kali transplantasi. Tidak hanya hati, jumlah transplantasi keseluruhan organ di China memang meningkat sangat drastis. Setidaknya telah terjadi tiga kali lipat melebihi Amerika Serikat. Ketidakseimbangan antara jumlah pemberiorgan dengan penerima organ hampir terjadi di seluruh dunia.4

Transplantasi organ yang lazim dikerjakan di Indonesia adalah pemindahan suatu jaringan atau organ antar manusia, bukan antara hewan ke manusia, sehingga menimbulkan pengertian bahwa transplantasi adalah pemindahan seluruh atau sebagian organ dari satu tubuhke tubuh yang lain atau dari satu tempat ke tempat yang lain di tubuh yang sama. Transplantasi ini ditujukan untuk mengganti organ yang rusak atau tak berfungsi pada penerima dengan organ lain yang masih berfungsi dari donor .6

Transplantasi organ akan memiliki nilai sosial dan kemanusiaan tinggi bila dilakukanatas dasar kemanusiaan bukan kepentingan komersial semata. Namun dengan adanyaketimpangan yang cukup besar antara ketersediaan dengan kebutuhan organ masalahkomersialisasi organ menjadi salah satu perdebatan yang sensitive di bidang medikolegal

2

Saat ini di Indonesia, transplantasi organ ataupun jaringan diatur dalam UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. Sedangkan peraturan pelaksanaannya diatur dalam PeraturanPemerintah No. 18 Tahun 1981 tentang Bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat Anatomis sertaTransplantasi Alat atau Jaringan Tubuh Manusia.

Page 3: Refrat Aspek Medikolegal Transplantasi Organ

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Dalam penyembuhan suatu penyakit, adakalanya transpalntasi tidak dapat dihindari dalam menyelamatkan nyawa si penderita. Dengan keberhasilan teknik transplantasi dalam usaha penyembuhan suatu penyakit dan dengan meningkatnya keterampilan dokter – dokter dalam melakukan transplantasi, upaya transplantasi mulai diminati oleh para penderita dalam upaya penyembuhan yang cepat dan tuntas. Untuk mengembangkan transplantasi sebagai salah satu cara penembuhan suatu penyakit tidak dapat bagitu saja diterima masyarakat luas. Pertimbangan etik, moral, agama, hukum, atau social budaya ikut mempengaruhinya.

Transplantasi berasal dari bahasa Inggris to transplant, yang berarti to move from one place to another, bergerak dari satu tempat ke tempat lain.Adapun pengertian menurut ahli ilmu kedokteran, Transplantasi ialah pemindahan jaringan atau organ dari tempat yang satu ke tempat lainnya. Yang dimaksud Jaringan disini ialah kumpulan sel-sel (bagian terkecil dari individu) yang sama dan mempunyai fungsi tertentu. Yang dimaksud dengan Organ ialah kumpulan jaringan yang mempunyai fungsi berbeda sehingga merupakan satu kesatuan yang mempunyai fungssi tertentu, seperti jantung, hati, dan lain-lain. (Solusi Problematika Aktual Hukum Islam, Hasil Muktamar NU, HL. 484)

Transplantasi adalah perpindahan sebagian atau seluruh jaringan atau organ dari satu individu pada individu itu sendiri atau pada individu lainnya baik yang sama maupun berbeda spesies. Saat ini yang lazim di kerjakan di Indonesia saat ini adalah pemindahan suatu jaringan atauorgan antar manusia, bukan antara hewan ke manusia, sehingga menimbulkan pengertian bahwa transplantasi adalah pemindahan seluruh atau sebagian organ dari satu tubuh ke tubuhyang lain atau dari satu tempat ke tempat yang lain di tubuh yang sama. Transplantasi iniditujukan untuk mengganti organ yang rusak atau tak berfungsi pada penerima dengan organlain yang masih berfungsi dari donor

1,2

Berdasarkan UU No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan, transplantasi adalah tindakanmedis untuk memindahkan organ dan atau jaringan tubuh manusia yang berasal dari tubuhorang lain atau tubuh sendiri dalam rangka pengobatan untuk mengganti jaringan dan atau organ tubuh yang tidak berfungsi dengan baik.2

Page 4: Refrat Aspek Medikolegal Transplantasi Organ

Donor adalah orang yang menyumbangkan alat dan atau jaringan tubuhnya kepada oranglain untuk tujuan kesehatan. Donor organ dapat merupakan organ hidup ataupun telah meninggal. Sedangkan resipien adalah orang yang akan menerima jaringan atau organ dariorang lain atau dari bagian lain dari tubuhnya sendiri.2Transplantasi organ dapat dikategorikansebagai ‘life saving’ sedangkan transplantasi jaringan dikategorikan sebagai ‘life enhancing’.3

2.2 SejarahSejarah transplantasi modern diawali oleh keberhasilan transplantasi kornea pada tahun 1905. Sejak saat itu berbagai organ mulai ditransplantasikan untuk menggantikan organ yang rusak, meliputi transplantasi kornea, ginjal, paru, jantung, liver, muka, tangan, dan bahkan penis. Tabel 1 dibawah ini menggambarkan perkembangan transplantasi organ dari waktu ke waktu.

Sejarah perkembangan transplantasi organ dari waktu ke waktu

Organ Dokter Tahun Keterangan

Kornea Eduard Zirm 1905 Memindahkan kornea pada korban kec kerja Paru-paru James Hardy 1960s Resipien: pasien Ca paru Ginjal - 1950 Resipien:Ruth Tucker, Chicago, survive 5 tahun Jantung Christian Barnard 1967 Resipien: Luois Washkansky. Donor jenazah

kll Liver Thomas Strazl 1967 Survive 400 hari Tangan - 1998 Resipien: Clint Hallam, New Zealand Uterus 2000 Di Arab Saudi, Resipien: pasien HPP, survive 99 hr Muka 2005 Resipien: Isabelle Dinoire, Perancis korban penyerangan Labrador. Donor:

bunuh diri (hanging) Penis 2005 Di China, Resipien: pria 44 tahun kehilangan sebagian penis. Donor: anak

muda, 23 tahun, MBO

2.3 Tujuan Transplantasi organ merupakan suatu tindakan medis memindahkan sebagian tubuh atau organ yang sehat untuk menggantikan fungsi organ sejenis yang tidak dapat berfungsi lagi. Transplantasi dapat dilakukan pada diri orang yang sama (auto transplantasi), pada orang yang berbeda (homotransplantasi) ataupun antar spesies yang berbeda (xeno-transplantasi). Transplantasi organ biasanya dilakukan pada stadium terminal suatu penyakit, dimana organ yang ada tidak dapat lagi menanggung beban karena fungsinya yang nyaris hilang karena suatu

Page 5: Refrat Aspek Medikolegal Transplantasi Organ

penyakit. Pasal 64 UU No 36 tahun 2009 menyatakan bahwa transplantasi merupakan salah satu pengobatan yang dapat dilakukan untuk penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.

Secara legal transplantasi hanya boleh dilakukan untuk tujuan kemanusiaan dan tidak boleh dilakukan untuk tujuan komersial (Pasal 64 ayat 2 UU No 36 tahun 2009). Penjelasan pasal tersebut menyatakan bahwa organ atau jaringan tubuh merupaka anugerah Tuhan YME sehingga dilarang untuk dijadikan obyek untuk mencari keuntungan atau komersial.

TENAGA KESEHATAN YANG BERWENANG

Di Indonesia transplantasi hanya boleh dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kewenangan, yang melakukannya atas dasar adanya persetujuan dari donor maupun ahli warisnya (pasal 34 ayat 1 UU No. 23/1992). Karena transplantasi organ merupakan tindakan medis, maka yang berwenang melakukannya adalah dokter. Dalam UU ini sama sekali tidak dijelaskan kualifikasi dokter apa saja yang berwenang. Dengan demikian, penentuan siapa saja yang berwenang agaknya diserahkan kepada profesi medis sendiri untuk menentukannya.

Secara logika, transplantasi organ dalam pelaksanaannya akan melibatkan banyak dokter dari berbagai bidang kedokteran seperti bedah, anestesi, penyakit dalam, dll sesuai dengan jenis transplantasi organ yang akan dilakukan. Dokter yang melakukan transplantasi adalah dokter yang bekerja di RS yang ditunjuk oleh Menkes (pasal 11 ayat 1 PP 18/1981). Untuk menghindari adanya konflik kepentingan, maka dokter yang melakukan transplantasi tidak boleh dokter yang mengobati pasien (pasal 11 ayat 2 PP 18/1981)

SYARAT PELAKSANAAN TRANSPLANTASI

Pada transplantasi organ yang melibatkan donor organ hidup, pengambilan organ dari donor harus memperhatikan kesehatan donor yang bersangkutan. Pengambilan organ baru dapat dilakukan jika donor telah diberitahu tentang resiko operasi, dan atas dasar pemahaman yang benar tadi donor dan ahli watis atau keluarganya secara sukarela menyatakan persetujuannya (pasal 32 ayat 2 UU No. 23/1992)

Syarat dilaksanakannya transplantasi adalah:

1. Keamanan: tindakan operasi harus aman bagi donor maupun penerima organ. Secara umum keamanan tergantung dari keahlian tenaga kesehatan, kelengkapan sarana dan alat kesehatan

2. Voluntarisme: transplantasi dari donor hidup maupun mati hanya bisa dilakukan jika telah ada persetujuan dari donot dan ahli waris atau keluarganya (pasal 34 ayat 2 UU No. 23/1992). Sebelum meminta persetujuan dari donor dan ahli waris atau keluarganya, dokter wajib memberitahu resiko tindakan transplantasi tersebut kepada donor (pasal 15 PP 18/1981).

Page 6: Refrat Aspek Medikolegal Transplantasi Organ

2.3 Klasifikasi Transplantasi

MACAM-MACAM TRANSPLANTASI :

Dilihat dari segi mana transplantasi diperoleh, maka dapat dibedakan sbb :

a. Pencangkokan organ tubuhnya sendiri (ototransplantasi), artinya organ yang dicangkokan dari tubuhnya sendiri, seperti mengambil kulit kepala atau paha untuk dipindahkan ke tangan dsb.

b. Pencangkokan organ tubuh manusia yang satu kepada manusia yang lainnya.

c. Pencangkokan tubuh hewan kepada manusia (heterotransplantasi), seperti dari simanse kepada manusia.

Mengenai pencangkokan tubuh manusia yang satu kepada manusia yang lainnya dapat diklasifikasikannya menjadi 3 (tiga) tipe :

a. Donor dalam keadaan hidup sehat.

b. Donor dalam keadaan hidup koma.

c. Donor dalam keadaan mati.

Sedangkan pencangkokan dari organ tubuh hewan dapat dibedakan menjadi

a. Hewan yang najis.

b. Hewan yang suci.

Dilihat dari segi dasar motif transplantasi dapat dibedakan :

a. Penyembuhan penyakit kronis yang mengancam jiwa.

b. Pemulihan cacat tubuh / praktek kedokteran.

c. Hanya ingin memperoleh kenikmatan dan pemuasan individual semata.

Melihat dari pengertian diatas, kita bisa membagi transplantasi itu pada 2 (dua) bagian :

1. Transplantasi Jaringan, seperti pencangkokan cornea mata.

2. Transplantasi Organ, seperti pencangkokan ginjal, jantung dan sebagainya.

Page 7: Refrat Aspek Medikolegal Transplantasi Organ

Melihat dari hubungan genetik antara donor (pemberi jaringan atau organ yang ditransplantasikan) dan resipien (orang yang menerima pindahan jaringan atau organ), ada 3 (tiga) macam pencangkokan, yaitu :

1. Auto Transplantasi, yaitu transplantasi dimana donor resipiennya satu individu.

Seperti seorang yang pipinya dioperasi, untuk memulihkan bentuk, diambilkan daging

dari bagian badannya yang lain dalam badannya sendiri.

2. Homo Transplantasi, yakni dimana transplantasi itu si donor dan resipiennya individu

yang sama jenisnya, (jenis disini bukan jenis kelamin, tetapi jenis manusia dengan

manusia). Pada homo transplantasi ini bisa terjadi donor dan resipiennya dua

individu yang masih hidup; bisa juga terjadi antara donor yang telah meninggal dunia

yang disebut cadaver donor, sedang resipien masih hidup.

3. Hetero Transplantasi, yaitu donor dan resipiennya dua individu yang berlainan

jenisnya, seperti transplantasi yang donornya adalah hewan sedangkan resipiennya

manusia. (Solusi Problematika Aktual Hukum Islam, Hasil Muktamar NU, HL. 484)

Pada kasus auto transplantasi hampir selalu tidak pernah mendatangkan reaksi penolakan, sehingga jaringan atau organ yang ditransplantasikan hampir selalu dapat dipertahankan oleh resipien dalam jangka waktu yang cukup lama.

Pada homo transplantasi dikenal adanya 3 (tiga) kemungkinan :

1. Apabila resipien dan donor adalah saudara kembar yang berasal dari satu telur, maka

transplantasi hampir selalu tidak menyebabkan reaksi penolakan. Pada golongan ini

hasil transplantasinya serupa dengan hasil transplantasi pada auto transplantasi.

2. Apabila resipien dan donor adalah saudara kandung atau salah satunya adalah orang

tuanya, maka reaksi penolakan pada golongan ini lebih besar daripada golongan

pertama, tetapi masih lebih kecil daripada golongan ketiga.

Page 8: Refrat Aspek Medikolegal Transplantasi Organ

3. Apabila resipien dan donor adalah dua orang yang tidak ada hubungan saudara, maka

kemungkinan besar transplantasi selalu menyebabkan reaksi penolakan.

Pada waktu sekarang homo transplantasi paling sering dikerjakan dalam klinik, terlebih-lebih dengan menggunakan cadaver donor, karena :

1. Kebutuhan organ dengan mudah dapat dicukupi, karena donor tidak sulit dicari.

2. Dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang sangat pesat, terutama dalam bidang immunologi, maka reaksi penolakan dapat ditekan seminimal mungkin.

Pada hetero transplantasi hampir selalu menyebabkan timbulnya reaksi penolakan yang sangat hebat dan sukar sekali diatasi. Maka itu penggunaannya masih terbatas pada binatang percobaan. Tetapi pernah diberitakan adanya percobaan mentransplantasikan kulit babi yang sudah di-iyophilisasi untuk menutup luka bakar yang sangat luas pada manusia. Sekarang hampir semua organ telah dapat ditransplantasikan, sekalipun sebagian masih dalam taraf menggunakan binatang percobaan, kecuali otak, karena memang tehnisnya sulit. Namun demikian pernah diberitakan bahwa di Rusia sudah pernah dilakukan percobaan mentransplantasikan “kepala” pada binatang dengan hasil baik. (Solusi Problematika Aktual Hukum Islam, Hasil Muktamar NU, HL. 484-485)

MACAM-MACAM DONOR TRANSPLANTASI

1. TRANSPLANTASI AUTOLOGUS, yaitu perpindahan dari satu tempat ketempat lain dalam tubuh itu sendiri, yang dikumpulkan sebelum pemberian kemoterapi.

2. TRANSPLANTASI ALOGENIK, yaitu perpindahan dari satu tubuh ketubuh lain yang sama spesiesnya, baik ada hubungan keluarga atau tidak.

3. TRANSPLANTASI SINGENIK, yaitu perpindahan dari satu tubuh ketubuh lain yang identik, misalnya pada kasus kembar identik.

4. TRANSPLANTASI XENOGRAFT, yaitu perpindahan dari satu tubuh ketubuh lain yang tidak sama spesiesnya.

HUKUM TRANSPLANTASI ORGAN

Page 9: Refrat Aspek Medikolegal Transplantasi Organ

1. Transplantasi organ dari donor yang masih hidup, hukumnya boleh-boleh saja ( mubah / jaiz) dengan syarat :

a. Tidak mafsadat / membahayakan bagi dirinya.

b. Si pendonor sudah baligh dan berakal serta berdasar atas sukarela.

c. Organ yang disumbangkan bukan merupakan organ vital yang menentukan

kelangsungan hidup penyumbang, seperti jantung, hati dan kedua paru-paru.

d. Tidak boleh menyumbangkan dua atau satu buah testis (buah dzakar), karena sel-

sel kelamin yang terdapat dalam organ-organ reproduktif – yaitu testis pada laki-

laki dan indung telur pada perempuan– merupakan substansi yang dapat

menghasilkan anak. Islam mengharamkan pencampuradukan / penghilangan

nasab.(DR. Yusuf Qordhowi, Fatwa-fatwa Kontemporer )

2. Transplantasi dari donor yang telah meninggal.

Ulama berbeda pendapat dalam hal ini. Ada yang mengharamkan dan ada yang menghalalkan, seperti halnya pendapat DR. Yusuf Qordhowi yang menyatakan boleh, dalam bukunya; Fatwa-fatwa Kontemporer.

3. Bagaimana hukumnya memberikan donor organ kepada orang non-muslim ?.

Boleh. Asal bukan orang kafir harby dan bukan orang murtad.

4. Bolehkah memperjual-belikan organ tubuh ?. Tidak boleh.

5. Bolehkah mewasiatkan organ tubuh setelah mati ?. Boleh.

6. Bolehkah seorang wali atau ahli warits mendonorkan sebagian organ tubuh mayit ?. Boleh. Kecuali jika si mayit pernah berwasiat untuk tidak mendonorkan organ tubuhnya.

7. Bolehkah mencangkokkan organ tubuh orang non-muslim kepada orang muslim ?. Boleh dan tidak ada larangan.

8. Bolehkah mencangkokkan organ binatang najis ke tubuh orang muslim ?. Boleh, jika memang darurat.

( Alasan-alasan hukum selengkapnya, mulai pertanyaan no. 1 s/d 8 bisa Anda perhatikan dalam buku “Fatwa-fatwa Kontemporer”, karya DR. Yusuf Qordhowi ).

Page 10: Refrat Aspek Medikolegal Transplantasi Organ

Pandangan 5 (lima) agama di Indonesia tentang Transplantasi Organ pada umumnya “diperbolehkan” dan sangat dianjurkan, karena merupakan sumbangan kemanusiaan yang sangat terpuji dan merupakan wujud kasih sayang sesama manusia.

Hukum yang Berhubungan dengan Motif dilakukannya Transplantasi :

1. Apabila transplantasi dilakukan dengan tidak ada hajat syar’I, yakni untuk pengobatan, maka hukumnya haram. Sebab ada unsur “taghoyyurul khilqoh” (perubahan ciptaan) dan dikhawatirkan mencerminkan sikap tidak rela menerima taqdir Illahi.

2. Apabila ada hajat syar’iyyah, umpamanya transplantasi organ tubuh dengan tujuan untuk memulihkan cacat/penyakit yang menyempitkan kehidupan, yang termasuk masalah hajiyah (primer), maka hukumnya boleh dengan urutan syarat-syarat sbb:

a. Diambilkan dari hewan, selain manusia.

b. Diambil dari dirinya sendiri, dengan ketentuan tidak membahayakan.

c. Diambilkan dari manusia yang sudah mati yang martabatnya lebih rendah,

kemudian yang sederajat.

3. Apabila transplantasi organ tubuh dengan tujuan menghindari kematian, untuk menyelamatkan nyawa seseorang, maka hal ini adalah termasuk unsur dhoruriyat, yakni unsur primer dalam kehidupan manusia, seperti seseorang yang menderita penyakit jantung atau ginjal yang sudah mencapai stadium gawat, maka ia dapat mati sewaktu-waktu. Karenanya boleh dilakukan transplantasi atas dasar keadaan darurat.

( Saifuddin Mujtaba, al-Masailul Fiqhiyah, Rausyan Fikr, Jombang, 2009. HL. 317 )

Transplantasi Menurut Islam

Pandangan 5 (lima) agama di Indonesia tentang Transplantasi Organ pada umumnya “diperbolehkan” dan sangat dianjurkan, karena merupakan sumbangan kemanusiaan yang sangat terpuji dan merupakan wujud kasih sayang sesama manusia.

TRANSPLANTASI MENURUT PROTESTAN

Hal itu tertulis dalam Kitab Matius 22:38-39:

Page 11: Refrat Aspek Medikolegal Transplantasi Organ

Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dan segenap akal budimu. Kasihilah sesama manusia seperti dirimu sendiri.

Transplantasi Menurut Kristen

Pada umumnya Gereja memperkenankan transplantasi organ tubuh, adalah Injil Kehidupan, menurut pandangan Iman Kristen transplantasi organ merupakan salah satu bentuk perbuatan yang terpuji karena dapat membantu orang yang kesehatan tubuhnya terganggu atau sakit dan juga ingin menyelamatkan jiwa seseorang. Apabila donor organ tubuh adalah seorang yang telah meninggal dunia, maka tidak timbiul masalah normal. Seorang yang mungkin berkehendak untuk mendonorkan tubuhnya dan memperuntukkannya bagi tujuan-tujuan yang berguna, yang secara moral tidak bercela dan bahkan luhur dan punya keinginan untuk menolong orang yang sakit dan menderita maka keputusan ini tidak dikutuk melainkan dibenarkan. Kaitan transplantasi organ menurut Firman Tuhan :

Kejadian 2 : 21 – 22 , lalu Tuhan Allah membuat manusia itu tidur nyenyak, ketika ia tidur, Tuhan Allah mengambil salah satu rusuk dari padanya, lalu menutup tempat itu dengan daging.

TRANSPLANTASI MENURUT KATOLIK

Pencangkokan ditegaskan Paus Yohanes Paulus I pada September 1978:

Mendonorkan anggota tubuh setelah meninggal adalah sumbangan kemanusiaan yang mulia dalam rangka memperbaiki dan memperpanjang hidup sesamanya.

Katolik melihat organ jaringan donasi / sebagai tindakan amal dan cinta. Transplantasi secara moral dan etis dapat diterima oleh Vatikan.

TRANSPLANTASI MENURUT HINDU

Tertulis dalam kitab Dharma Sastra Sarasamuccaya, antara lain Saras III. 39 :

Sudah menjadi hukum keluarga bahwa saat kematian telah tiba tinggallah jasmani yang tidak berguna dan pasti dibuang. Maka itu, berusahalah berbuat berdasarkan darma sebagai sahabatmu untuk mengantarkan engkau ke dunia bahagia kekal.

Menurut ajaran Hindu transplantasi organ tubuh dapat dibenarkan dengan alasan, bahwa pengorbanan (yajna) kepada orang yang menderita, agar dia bebas dari penderitaan dan dapat menikmati kesehatan dan kebahagiaan, jauh lebih penting, utama, mulia dan luhur, dari keutuhan organ tubuh manusia yang telah meninggal. Tetapi sekali lagi, perbuatan ini harus dilakukan diatas prinsip yajna yaitu pengorbanan tulus iklas tanpa pamrih dan bukan dilakukan untuk maksud mendapatkan keuntungan material.

Page 12: Refrat Aspek Medikolegal Transplantasi Organ

Prinsip kesadaran utama yang diajarkan dalam agama Hindu adalah bahwa badan identitas kita yang sesungguhnya bukanlah badan jasmani ini, melainkan adalah Jiwatman (roh). Badan jasmani merupakan benda material yang dibangun dari lima zat (Panca Maha bhuta) dan akan hancur kembali menyatu ke alam makrokosmos dan tidak lagi mempunyai nilai guna. Sedangkan Jiwatman adalah kekal, abadi, dia tidak mati pada saat badan jasmani ini mati, senjata tidak dapat melukaiNya, api tidak bisa membakarNya, angin tidak bisa mengeringkan-Nya dan air tidak bisa membasahi-Nya.

Dari sudut pandang Agama Hindu transplantasi organ tubuh manusia diperkenankan dengan dasar alasan kemanusiaan secara sukarela untuk menolong nyawa manusia lain, yang tidak diperkenankan menjadikan organ tubuh manusia sebagai objek jual beli secara komersial. Tindakan transplantasi harus didahului dengan serangkaian prosedur yang harus dilalui oleh pasien, selain prosedur test kesehatan terdapat prosedur yang wajib dilakukan oleh pasien yaitu membuat persetujuan secara tertulis tentang kesediannya menjalani transplantasi organ. Agama Hindu tidak melarang umatnya untuk melaksanakan transplantasi organ tubuh dengan dasar yajna (pengorbankan tulus iklas dan tanpa pamrih) untuk kesejahteraan dan kebahagiaan sesama umat manusia. Transplantasi sebagai salah satu bentuk pelaksanaan ajaran Panca Yajna terutama Manusa Yajna serta disesuaikan dengan adat desa setempat karena Agama Hindu sangat fleksibel dan mengikuti perkembangan zaman.

TRANSPLANTASI MENURUT BUDHA

Berdana berupa organ merupakan Dana Paramita, yang dapat meningkatkan nilai kehidupan manusia di dalam kehidupan yang akan datang.

Transplantasi Menurut Hukum Positif

Aspek hukum Transplantasi organ Pengaturan mengenai transplantasi organ dan atau jaringan tubuh manusia telah diatur dalam hukum positif di Indonesia. Dalam UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan bagi pelaku pelanggaran baik yang tidak memiliki keahlian dan kewenangan dan dalam Pasal 81 ayat (1)a, Pasal 81 ayat (2)a, Pasal 80 ayat (3), dan sanksi administratif terhadap pelaku pelanggaran yang melakukan transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh manusia yang diatur dalam Pasal 20 ayat (2) PP No. 81 Tahun 1981 tentang Bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat Anatomis serta UU No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang, yang berisi ketentuan mengenai jenis perbuatan dan sanksi pidana bagi pelaku yang terdapat dalam Pasal 2, Pasal 3, Pasal 4, Pasal 5, Pasal 6, Pasal 11, Pasal 13, dan Pasal 17, dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling sedikit Rp. 120.000.000, (seratus dua puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp. 600.000.000, (enam ratus juta rupiah).

Page 13: Refrat Aspek Medikolegal Transplantasi Organ

UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan

Pasal 64

(1) Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dapat dilakukan melalui transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh, implan obat dan/atau alat kesehatan, bedah plastik dan rekonstruksi, serta penggunaan sel punca.

(2) Transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan hanya untuk tujuan kemanusiaan dan dilarang untuk dikomersialkan.

(3) Organ dan/atau jaringan tubuh dilarang diperjualbelikan dengan dalih apapun.

Pasal 65

(1) Transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu dan dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan tertentu.

(2) Pengambilan organ dan/atau jaringan tubuh dari seorang donor harus memperhatikan kesehatan pendonor yang bersangkutan dan mendapat persetujuan pendonor dan/atau ahli waris atau keluarganya.

(3) Ketentuan mengenai syarat dan tata cara penyelenggaraan transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 66

Transplantasi sel, baik yang berasal dari manusia maupun dari hewan, hanya dapat dilakukan apabila telah terbukti keamanan dan kemanfaatannya.

Pasal 67

(1) Pengambilan dan pengiriman spesimen atau bagian organ tubuh hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan serta dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan tertentu.

(2) Ketentuan mengenai syarat dan tata cara pengambilan dan pengiriman spesimen atau bagian organ tubuh sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.

Page 14: Refrat Aspek Medikolegal Transplantasi Organ

Pasal 68

(1) Pemasangan implan obat dan/atau alat kesehatan ke dalam tubuh manusia hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan serta dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan tertentu.

(2) Ketentuan mengenai syarat dan tata cara penyelenggaraan pemasangan implan obat dan/atau alat kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 192

Setiap orang yang dengan sengaja memperjualbelikan organ atau jaringan tubuh dengan dalih apa pun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64 ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)