Reformasi Birokrasi (RB) DPPKA DIY

104
APA ITU Reformasi Birokrasi (RB)? Reformasi Birokrasi (RB) merupakan upaya untuk melakukan pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan terutama menyangkut aspek-aspek kelembagaan (organisasi), ketatalaksanaan (bussiness process) dan sumber daya manusia aparatur. Tujuan Reformasi Birokrasi (RB) Membangun profil dan perilaku aparatur DPPKA DIY yang profesional dalam kinerja, transparan dan akuntabel, taat hukum serta handal informatif dan terbuka untuk menciptakan good Goverment dan Clean Goverment. Sasaran Reformasi Birokrasi (RB) Terwujudnya DPPKA DIY yang : 1. Efektif dan efisien dalam penyelenggaraan pemerintahan; 2. Transparansi Pengelolaan Anggaran Keuangan Daerah; 1

Transcript of Reformasi Birokrasi (RB) DPPKA DIY

Page 1: Reformasi Birokrasi (RB) DPPKA DIY

APA ITU Reformasi Birokrasi (RB)?Reformasi Birokrasi (RB) merupakan upaya untuk melakukan pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan terutama menyangkut aspek-aspek kelembagaan (organisasi), ketatalaksanaan (bussiness process) dan sumber daya manusia aparatur.

Tujuan Reformasi Birokrasi (RB) Membangun profil dan perilaku aparatur DPPKA DIY yang profesional dalam kinerja, transparan dan akuntabel, taat hukum serta handal informatif dan terbuka untuk menciptakan good Goverment dan Clean Goverment.

Sasaran Reformasi Birokrasi (RB) Terwujudnya DPPKA DIY yang :

1. Efektif dan efisien dalam penyelenggaraan pemerintahan;2. Transparansi Pengelolaan Anggaran Keuangan Daerah;3. Pelayanan Prima untuk publik ;4. Bersih dan bebas KKN.

1

Page 2: Reformasi Birokrasi (RB) DPPKA DIY

Keadaan Sebelum dan Sesudah Reformasi Birokrasi (RB):

Sebelum RB Sesudah RBPelayanan masih tersebar dan ego sektoral masih kuat

Pelayanan sudah satu atap, dan menghilangkan ego sektoral dengan Komitmen bersama dengan ISO

SDM Kurang Profesional SDM Profesional dalam kinerja, Transparan, dan Akuntabel

Respon Rate Rendah Respon Rate Meningkat

2

Page 3: Reformasi Birokrasi (RB) DPPKA DIY

REFORMASI BIROKRASI KEUANGAN DAERAH

DINAS PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET (DPPKA)

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (DIY)

A.  PENDAHULUAN

Perubahan Reformasi Birokrasi adalah hal yang sangat urgent untuk berubah menjadi

lebih baik dalam kehidupan yang lebih meningkatsecara riil, baik dari segi cara berpikir positip,

tingkat kualitas hidup menjadi sehat, cerdas, dan sejahtera serta tagwa kepada Tuhan Yang Maha

Esa, tanpa terkecuali dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, ini bisa dimulai dari dalam diri

sendiri, keluarga, organisasi, dan Negara, maka dari itu kita semua menjadi agen suatu

perubahan itu.

Seperti halnya reformasi birokrasi, reformasi birokrasi adalah perubahan besar dan

mendasar dalam paradigma dan tata kelola pemerintahan Indonesia. Atas dasar makna reformasi

birokrasi itu muncul beberapa keinginan dari pemerintah antara lain sebagai upaya menata ulang

proses birokrasi dari tingkat Pemerintah Pusat hingga Pemerintah Daerah dan melakukan

terobosan baru dengan langkah-langkah bertahap, konkret, realistis, sungguh-sungguh, berfikir di

luar kebiasaan/rutinitas yang ada, upaya merevisi dan membangun berbagai regulasi,

memoderenkan berbagai kebijakan dan praktek manajemen pemerintah pusat dan daerah, dan

menyesuaikan tugas fungsi instansi pemerintah dengan paradigma dan peran baru.

Kesemuanya itu,menginginkan adanya perbaikan pelayanan dan perbaikan tata kelola

birokrasi, sebagai upaya menciptakan pemerintahan yang bersih (clean government) dan

kepemerintahan yang baik (good governance).

Pentingnya percepatan reformasi birokrasi antara lain: Penataan Struktur Organisasi,

Penataan jumlah, distribusi dan kualitas PNS, Sistem seleksi dan promosi secara terbuka,

Profesionalisasi PNS, Pengembangan sistem Elektronik Pemerintah (E-Gaverment),

Penyederhanaan Periinan Usaha, Pelaporan Harta Kekayaan Pegawai Negeri, Peningkatan

Kesejahteraan Pegawai Negeri, Efisiensi penggunaan fasilitas sarana dan prasarana kerja

pegawai negeri.

3

Page 4: Reformasi Birokrasi (RB) DPPKA DIY

Adapun sasarannya reformasi birokrasi yaitu terwujudnya pemerintahan yang bersih dan

bebas KKN;Meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi; Meningkatnya kualitas

pelayanan publik.

Program Percepatan Reformasi Birokrasi bertujuan membangun birokrasi yang bersih,

kompeten dan melayanai yang bersih dari KKN dan politisasi;kompeten terhadap tugas dan

tanggung jawab yang diemban;melayani masyarakat dan dunia usaha/investasi.

Tujuan reformasi birokrasi ada 4 antara lain : 1). Efisiensi dan Efektivitas Pemerintahan

2). Pemerintahan terbuka berbasis IT 3). Pemerintahan melayani dan partisipatif 4). SDM

Aparatur yang kompeten dan kompetitif, sedangkan tujuan akhirnya adalah: Bebas KKN,

Akuntabel dan berkinerja, Pelayanan publik yang berkualitas

Adapun Program Percepatan Reformasi Birokrasi antar lain:

1. Penataan Struktur Birokrasi

2. Penataan Jumlah Dan Distribusi PNS

3. Sistem Seleksi Dan Promosi Secara Terbuka

4. Profesionalisasi PNS

5. Pengembangan Sistem Elektronik Pemerintah

6. Peningkatan Pelayanan Publik

7. Peningkatan Transparansi Dan Akuntabilitas Aparatur

8. Peningkatan Kesejahteraan Pegawai Negeri

9. Efisiensi Belanja Pegawai

Adapun 5 (Lima) Agenda Besar Terkait Reformasi Birokrasi:

1) Percepatan Reformasi Birokrasi9 (Sembilan) Langkah Percepatan danReformasi

Birokrasi Secara online;

2) Island of Integrity : Pakta Integritas, Zona Integritas, Wilayah Bebas dari Korupsi

(WBK), Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM);

3) Manajemen Berbasis Kinerja : (SAKIP/LAKIP), Perencanaan Kinerja, Pengukuran

Kinerja, Laporan Kinerja, Evaluasi Kinerja, Hasil Kinerja, Pakta Integritas, Zona

Integritas, Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK), Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani

(WBBM);

4

Page 5: Reformasi Birokrasi (RB) DPPKA DIY

4) Peningkatan Pelayanan Masyarakat: UU No. 25 Tahun 2009, PP No. 96 Tahun 2012

tentang Pelayanan Publik, R.Perpres Tentang Kewajiban Pembentukan unit Penanganan

Pengaduan Masyarakat;

5) Penyempurnaan Peraturan Perundang-undangan: RUU ASN, RUU Administrasi

Pemerintahan, RUU Sistem Pengawasan Internal Pemerintah, Revisi UU 32 Tahun 2003

Tentang Otonomi Daerah.

Kepemimpinan juga sebagai salah satu hal yang fundamental untuk merubah gaya

berpikir birokrat seperti halnya, Presiden RI Joko Widodo, Wapres Jusuf Kala, menteri

kelautan dan perikanan susi pudjiastuti, Thaksin Shinawatra mantan PM Thailand dll.

dengan gaya CEO, pemimpin gaya entrepernur/pengusaha bukan hanya menghasilkan

kebijakan revolusioner, tetapi pemimpin yang turun ke lapangan untuk mengetahui kondisi

riil rakyatnya tidak perlu pencitraan dan mampu mentransformasi strategi bisnis dalam dunia

polkitik dengan slogan berpikir berbeda dan bertindak berbeda sepanjang untuk peningkatan

pelayanan public akan lebih baik, sedangkan Gubernur DIY dengan gaya kepemimpinan

Hasto Broto.

Leader ini bisa juga kita sebut sebagai Direktur Utama.Kerap kali direktur utama ini

juga disebut sebagai CEO.Kepanjangan dari Singkatan CEOadalahChief Executive

Officer. Chief berarti kepala atau yang memimpin. Executive berarti jajaran direksi.Definisi

dari CEO berarti seseorang yang dipercaya untuk memimpin jajaran direksi suatu

perusahaan.CEO diangkat oleh dewan komisaris, dan umumnya mempunyai siklus jabatan.

Betapa pentingnya arti Reformasi birokrasi sehingga menempatkan Birokrasi sebagai

wahana utama dalam penyelenggaraan negara dalam berbagai bidang kehidupan bangsa dan

dalam hubungan antar bangsa.Di samping melakukan pengelolaan pelayanan, birokrasi juga

bertugas menerjemahkan berbagai keputusan politik ke dalam berbagai kebijakan publik, dan

berfungsi melakukan pengelolaan atas pelaksanaan berbagai kebijakan tersebut secara

operasional.Sebab itu disadari bahwa birokrasi merupakan faktor penentu keberhasilan

keseluruhan agenda pemerintahan, termasuk dalam mewujudkan reformasi birokrasi

pemerintahan yang bersih dan bebas KKN (clean government) dalam keseluruhan skenario

perwujudan kepemerintahan yang baik (good governce).Namun pengalaman bangsa kita dan

bangsa-bangsa lain menunjukan bahwa birokrasi, tidak senantiasa dapat menyelenggarakan

5

Page 6: Reformasi Birokrasi (RB) DPPKA DIY

tugas dan fungsinya tersebut secara otomatis dan independen serta menghasilkan kinerja

yang signifikan.

Salah satu faktor dan aktor utama yang turut berperan dalam perwujudan

pemerintahan yang bersih (clean government) dan kepemerintahan yang baik (good

governance) adalah birokrasi, dalam posisi dan perannya yang demikian penting dalam

pengelolaan kebijakan dan pelayanan publik, birokrasi sangat menentukan efisiensi dan

kualitas pelayanan kepada masyarakat, serta efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan

pemerintahan dan pembangunan.

Berbagai upaya telah dilakukan oleh DPPKA DIY, baik dalam bentuk himbauan,

kebijakan dan bahkan seperangkat aturan hukum telah disiapkan pemerintah (daerah),

apalagi adanya tuntutan yang cukup deras dari masyarakat sebagai penerima layanan untuk

dilakukannya reformasi birokrasi dilingkungan pemerintahan (daerah), dengan adanya Grand

Design Reformasi Birokrasi yang dituangkan kedalam Permenpan No 20 Tahun 2010dan

Road Map Reformasi Birokrasi cukup membantu pemerintah Pusat dan daerah untuk

melakukan perubahan secara berkesinambungan.

Keuangan adalah sebagai urat nadi untuk pelaksanaan operasional dalam pembagunan

daerah tentu sangat penting adanya Reformasi Birokrasi demi kualitas pelayanan public dan

transparasi pengelolaan keuangan daerah. Dalam mewujudkan visi dan misi DPPKA yang

berprinsip mandiri, maju, adil, dan makmur dengan sasaran memantapkan pembangunan

secara menyeluruh dengan menekan pembangunan pada keunggulan kompetitif, berkualitas,

serta berteknologi, yang dinilai mampu mendorong Daerah untuk meningkatkan

kemakmuran bangsa. Perwujudan rencana tersebut turut didorong dengan hasil untuk

mewujudkan bekerja secara efektif, dan efisien.

Adapun tujuan yang hendak dicapai DPPKA DIY antara lain:

1. Meningkatkan kemampuan keuangan daerah untuk membiayai

pembangunandaerah

2. MeningkatkankontribusiPendapatanAsli DaerahbagiPemda

3. Mengoptimalkanpeningkatankinerja BadanUsahaMilikDaerah

4. Mewujudkanpengelolaankeuanganyang transparandanakuntabel.

Sedangkan sasarannya merupakan penjabaran dari tujuan secara terukur yang akan

dicapai atau dihasilkan secara nyata oleh Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset.

6

Page 7: Reformasi Birokrasi (RB) DPPKA DIY

Fokus utama sasaran adalah tindakan dan alokasi sumber daya yang tersedia dalam kegiatan

Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset beserta Unit Pelaksana Teknis Dinas.

B.  LANDASAN TEORI

Reformasi birokrasi pada hakikatnya merupakan upaya untuk melakukan

pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan agar

lebih berdaya guna dan berhasil guna dalam mengemban tugas umum pemerintahan dan

pembangunan nasional.Selain itu dengan sangat pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan,

teknologi informasi dan komunikasi serta perubahan lingkungan strategis menuntut birokrasi

pemerintahan untuk direformasi dan disesuaikan dengan dinamika tuntutan masyarakat.Oleh

karena itu, harus segera diambil langkah-langkah yang bersifat mendasar, komprehensif, dan

sistematik, sehingga tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan efektif

dan efisien. Reformasi di sini merupakan proses pembaharuan yang dilakukan secara

bertahap dan berkelanjutan, sehingga tidak termasuk upaya dan/atau tindakan yang bersifat

radikal dan revolusioner.

Reformasi birokrasi bermakna sebagai sebuah perubahan besar dalam paradigma dan

tata kelola pemerintahan Indonesia juga bermakna sebagai sebuah pertaruhan besar bagi

bangsa Indonesia dalam menyongsong tantangan abad ke-21. Jika berhasil dilaksanakan

dengan baik, reformasi birokrasi akan mencapai tujuan yang diharapkan, di antaranya:

mengurangi dan akhirnya menghilangkan setiap penyalahgunaan kewenangan publik oleh

pejabat di instansi yang bersangkutan; menjadikan negara yang memiliki most-improved

bureaucracy; meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat; meningkatkan mutu

perumusan dan pelaksanaan kebijakan/program instansi; meningkatkan efisiensi (biaya dan

waktu) dalam pelaksanaan semua segi tugas organisasi; menjadikan birokrasi Indonesia

antisipatif, proaktif, dan efektif dalam menghadapi globalisasi dan dinamika perubahan

lingkungan strategis.

Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025 dan Road Map Reformasi Birokrasi

2010-2014 merupakan penyempurnaan dari Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan

Aparatur Negara (Permenpan) Nomor : PER/15/M.PAN/7/2008 tentang Pedoman Umum

Reformasi Birokrasi dan Permenpan Nomor: PER/04/M.PAN/4/2009 tentang Pedoman

Pengajuan Dokumen Usulan Reformasi Birokrasi di Lingkungan Kementerian/ Lembaga/

Pemerintah Daerah.

7

Page 8: Reformasi Birokrasi (RB) DPPKA DIY

Grand Design serta Road Map menentukan area perubahan yang menjadi tujuan

reformasi birokrasi meliputi seluruh aspek manajemen pemerintahan, seperti yang

dikemukakan pada tabel di bawah ini.

TABEL 1.

PROGRAM, KEGIATAN, AGENDA HASIL YANG DIHARAPKAN PADA TINGKAT SKPD

         UNTUK PROGRAM SISTEM MANAJEMEN SDM APARATUR

 Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur  

Penataan Sistem rekruitmen pegawai. Sistem rekruitmen yang terbuka, transparan dan akuntabel

Analisis jabatan Dokumen peta dan uraian jabatanEvaluasi jabatan Peringkat jabatan dan harga jabatanPenyusunan standar kompetensi jabatan Dokumen Kualifikasi jabatanAsesmen individu berdasarkan kompetensi Peta profil kompetensi individuPenerapan sistem penilaian kinerja individu Kinerja individu yang terukur

Pembangunan/pengembangan database pegawai Ketersediaan data pegawai yang mutakhir dan akurat

Pengembangan pendidikan dan pelatihan pegawai berbasis kompetensi

Pendidikan dan pelatihan pegawai berbasisi kompetensi

Penerapan Standar pelayanan pada unit kerja masing-masing K/L dan Pemda

Peningkatan kualitas pelayanan publik ( lebih cepat, lebih murah, lebih aman, dan lebih mudah dijangkau)

Penerapan SPM pada Kabupaten/Kota Peningkatan kualitas pelayanan dasar pada kabupaten/ Kota

Partisipasi Masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan Publik Peningkatan partisispasi masyarakat

 

Sedangkan pengertian Birokrasi adalah asal kata dari Bureau, digunakan pada awal abad

ke 18 di Eropa Barat bukan hanya untuk menunjuk pada meja tulis saja, akan tetapi lebih pada

kantor, semisal tempat kerja dimana pegawai bekerja. Makna asli dari birokrasi berasal dari

bahasa perancis berarti pelapis meja.  Kata birokrasi sendiri kemudian digunakan segera setelah

Revolusi Perancis tahun 1789, dan kemudian tersebar ke negara lain.  Kata imbuhan -kratia

berasal dari bahasa Yunani atau kratos yang berarti kekuasaan atau kepemimpinan.  Birokrasi

secara mendasar berarti kekuasaan perkantoran ataupun kepemimpinan dari strata kepegawaian.

Di Cina, dinasti Song (960 AD) sebagai contoh membentuk birokrasi sentralistis dengan staf

berasal dari rakyat jelata yang terdidik.  Sistem kepemimpinan ini kemudian mendorong

konsentrasi kekuasaan di dalam tangan kaisar dan birokrasi istana daripada yang diperoleh oleh

dinasti sebelumnya.

8

Page 9: Reformasi Birokrasi (RB) DPPKA DIY

Teori Karl Marx tentang birokrasi berasal dari teori mengenai historical materialisme,

asal muasal birokrasi dapat ditemukan dalam empat sumber: agama, pembentukan negara,

perdagangan, dan teknologi.  Kemudian, bentuk birokrasi paling awal terdiri dari tingkatan kasta

rohaniawan/tokoh agama, pegawai pemerintah dan pekerja yang mengoperasikan aneka ritual,

dan tentara yang ditugaskan untuk mentaati perintah. Di dalam transisi sejarah dari komunitas

egaliter primitif ke dalam civil society terbagi kelas-kelas sosial dan wilayah, muncul sekitar

10.000 tahun yang lalu, dimana kewenangan terpusat, dan dipaksakan oleh pegawai pemerintah

yang keberadaannya terpisah dari masyarakat.

Negara memformulasikan, memaksakan dan menegakkan peraturan, dan memungut

pajak,memberikan kenaikan kepada sekelompok pegawai yang bertindak untuk

menyelenggarakan fungsi tersebut.   Kemudian, negara melakukan mediasi bila terjadi konflik di

antara masyarakat dan menjaga konflik agar masih dalam batas kewajaran; negara juga mengatur

pertahanan wilayah.  Terutama, hak umum perorangan untuk membawa dan menggunakan

senjata untuk mempertahankan diri sedikit demi sedikit dibatasi; memaksakan orang lain untu

berbuat sesuatu menjadi hak legal negara dan aparat pemerintah untuk melakukannya.

Teori Birokrasi Max Weber

Birokrasi berhubungan dengan organisasi masyarakat yang disusun secara ideal. Birokrasi

dicapai melalui formalisasi aturan, struktur, dan proses di dalam organisasi. Para teoritikus klasik

seperti Fayol (1949), Taylor (1911), dan Weber (1948), selama bertahun-tahun telah mendukung

model birokrasi guna meningkatkan efektivitas administrasi organisasi.Max Weber adalah sosok

yang dikenal sebagai bapak birokrasi. Menurut Weber (1948), organisasi birokrasi yang ideal

menyertakan delapan karakteristik struktural.

Pertama, aturan-aturan yang disahkan, regulasi, dan prosedur yang distandarkan dan arah

tindakan anggota organisasi dalam pencapaian tugas organisasi.Weber menggambarkan

pengembangan rangkaian kaidah dan panduan spesifik untuk merencanakan tugas dan aktivitas

organisasi.

Kedua, spesialisasi peran anggota organisasi memberikan peluang kepada divisi pekerja untuk

menyederhanakan aktivitas pekerja dalam menyelesaikan tugas yang rumit.Dengan memecah

tugas-tugas yang rumit ke dalam aktivitas khusus tersebut, maka produktivitas pekerja dapat

ditingkatkan.

9

Page 10: Reformasi Birokrasi (RB) DPPKA DIY

Ketiga, hirarki otoritas organisasi formal dan legitimasi peran kekuasaan anggota organisasi

didasarkan pada keahlian pemegang jabatan secara individu, membantu mengarahkan hubungan

intra personal di antara anggota organisasi guna menyelesaikan tugas-tugas organisasi.

Keempat, pekerjaan personil berkualitas didasarkan pada kemampuan tehnik yang mereka

miliki dan kemampuan untuk melaksanakan tugas yang dibebankan kepada mereka.Para manajer

harus mengevaluasi persyaratan pelamar kerja secara logis, dan individu yang berkualitas dapat

diberikan kesempatan untuk melakukan tugasnya demi perusahaan.

Kelima, mampu tukar personil dalam peran organisasi yang bertanggung jawab memungkinkan

aktivitas organisasi dapat diselesaikan oleh individu yang berbeda.  Mampu tukar ini

menekankan pentingnya tugas organisasi yang relatif untuk dibandingkan dengan anggota

organisasi tertentu yang melaksanakan tugasnya-tugasnya.

Keenam, impersonality dan profesionalisme dalam hubungan intra personil di antara anggota

organisasi mengarahkan individu ke dalam kinerja tugas organisasi.Menurut prinsipnya, anggota

organisasi harus berkonsentrasi pada tujuan organisasi dan mengutamakan tujuan dan kebutuhan

sendiri.Sekali lagi, ini menekankan prioritas yang tinggi dari tugas-tugas organisasi di dalam

perbandingannya dengan prioritas yang rendah dari anggota organisasi individu.

Ketujuh,uraian tugas yang terperinci harus diberikan kepada semua anggota organisasi sebagai

garis besar tugas formal dan tanggung jawab kerjanya. Pekerja harus mempunyai pemahaman

yang jelas tentang keinginan perusahaan dari kinerja yang mereka lakukan.

Kedelapan, rasionalitas dan predictability dalam aktivitas organisasi dan pencapaian tujuan

organisasi membantu meningkatkan stabilitas perusahaan.Menurut prinsip dasarnya, organisasi

harus dijalankan dengan kaidah dan panduan pemangkasan yang logis dan bisa diprediksikan.

      Adapun Kelebihan dan kekurangan Teori   Birokrasi Weber :

1) Agar Fokus, Birokrasi harus dicerna sebagai satu fenomena sosiologis. Dan birokrasi

sebaiknya dipandang sebagai buah dari proses rasionalisasi.

2) Konotasi atau anggapan negatif terhadap birokrasi sebenarnya tidak mencerminkan birokrasi

dalam sosoknya yang utuh. Birokrasi adalah salah satu bentuk dari organisasi, yang diangkat

atas dasar alasan keunggulan teknis, di mana organisasi tersebut memerlukan koordinasi

yang ketat, karena melibatkan begitu banyak orang dengan keahlian-keahlian yang sangat

bercorak ragam.

10

Page 11: Reformasi Birokrasi (RB) DPPKA DIY

3) Ada tiga kecenderungan dalam merumuskan atau mendefinisikan birokrasi, yakni:

pendekatan struktural, pendekatan behavioral (perilaku) dan pendekatan pencapaian tujuan

dari Max Weber

a. Apa yang telah dikerjakan oleh Max Weber adalah melakukan konseptualisasi sejarah   

dan menyajikan teori-teori umum dalam bidang sosiologi. Di antaranya yang paling

menonjol adalah teorinya mengenai birokrasi.

b. Cacat-cacat yang seringkali diungkapkan sebenarnya lebih tepat dicerna sebagai

disfungsi birokrasi. Dan lebih jauh lagi, birokrasi itu sendiri merupakan kebutuhan

pokok peradaban modern. Masyarakat modern membutuhkan satu bentuk organisasi

birokratik. Pembahasan mengenai birokrasi mempunyai kemiripan dengan apa yang

diamati oleh teori organisasi klasik.

c. Dalam membahas mengenai otorita. Weber mengajukan 3 tipe idealnya yang terdiri dari:

otorita tradisional, kharismatik dan legal rasional. Otorita tradisional mendasarkan diri

pada pola pengawasan di mana legimitasi diletakkan pada loyalitas bawahan kepada

atasan. Sedang otorita kharismatik menunjukkan legimitasi yang didasarkan atas sifat-

sifat pribadi yang luar biasa. Adapun otorita legal rasional kepatuhan bawahan di

dasarkan atas legalitas formal dan dalam yurisdiksi resmi.

d. Kelemahan dari teori Weber terletak pada keengganan untuk mengakui adanya konflik

di antara otorita yang disusun secara hirarkis dan sulit menghubungkan proses

birokratisasi dengan modernisasi yang berlangsung di negara-negara sedang berkembang.

4). Ada tujuh hal penting yang perlu diperhatikan untuk mengembangkan organisasi birokratik

Pentingnya Birokrasi

a. Teori yang lama memandang birokrasi sebagai instrumen politik. Tetapi dalam  

perkembangan selanjutnya, teori tersebut ditolak, dengan menyatakan pentingnya

peranan birokrasi dalam seluruh tahapan atau proses kebijakan publik.

b. Menurut Robert Presthus, pentingnya birokrasi diungkapkan dalam peranan-nya

sebagai "delegated legislation", "initiating policy" dan"internal drive for power, security

and loyalty".

c. Dalam membahas birokrasi ada tiga pertanyaan pokok yang harus diperhati-kan, (1)

bagaimana para birokrat dipilih, (2) apakah peranan birokrat dalam pembuatan

keputusan, dan (3) bagaimana para birokrat diperintah. Dalam hubungannya dengan

11

Page 12: Reformasi Birokrasi (RB) DPPKA DIY

pertanyaan kedua, hal pertama yang perlu disadari adalah ada perbedaan antara proses

pembuatan keputusan yang aktual dengan yang formal. Dalam kenyataan birokrat

merupakan bagian dari para pembuat keputusan.

5).  Pentingnya peranan birokrasi amat menonjol dalam negara-negara sedang berkembang

dimana mereka semuanya telah memberikan prioritas kegiatannya pada penyelenggaraan

pembangunan nasional. Di negara-negara ini kelemahan dan Problema dalam teori

Birokrasi weber.

a. Kelemahan - kelemahan yang ada pada birokrasi terletak dalam hal:

      1.   Penetapan standar efisiensi yang dapat dilaksanakan secara fungsional;

      2.   Terlalu menekankan aspek-aspek rasionalitas, impersonalitas dan hirarki;

      3.   Kecenderungan birokrat untuk menyelewengkan tujuan-tujuan organisasi;

      4.   Berlakunya pita merah dalam kehidupan organisasi.

b. Kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam birokrasi sebenarnya tidak berarti bahwa

birokrasi adalah satu bentuk organisasi yang negatif, tetapi seperti dikemukakan oleh K.

Merton lebih merupakan "bureaucratic dysfunction" dengan ciri utamanya "trained

incapacity''.

c. Usaha-untuk memperbaiki penampilan birokrasi diajukan dalam bentuk teori birokrasi

sistem perwakilan. Asumsi yang dipergunaksn adalah bahwa birokrat di pengaruhi oleh

pandangan nilai-nilai kelompok sosial dari mana ia berasal. Pada gilirannya aktivitas

administrasi diorientasikan pada kepen-tingan kelompok sosialnya. Sementara itu,

kontrol internal tidak dapat dijalankan. Sehingga dengan birokrasi sistem perwakilan

diharapkan dapat diterapkan mekanisme kantrol internal. Teori birokrasi sistem

perwakilan secara konseptual amat merangsang, tetapi tidak mungkin untuk diterapkan.

Karena teori ini tidak realistik, tidak jelas kriteria keperwakilan, emosional dan

mengabaikan peranan pendidikan.

Analisis Aktualitas  Konsep Birokrasi

Birokrasi di Indonesia tercipta sebagai warisan dari sejarah masa penjajahan dan pasca

penjajahan kolonial. Pola kekuasaan dalam budaya Indonesia ( Ketimuran ) bercampur

dengan budaya administrasi pemerintahan Barat menempatkan pencitraan birokrasi

sebelum masa reformasi sebagai raja-raja kecil.

12

Page 13: Reformasi Birokrasi (RB) DPPKA DIY

Belum lagi, di masa pemerintahan Orde Baru, birokrasi mendapatkan tempat paling

tinggi dalam tatanan masyarakat, bukan sebagai pelayan (pamong) rakyat, namun lebih

sebagai dilayani rakyat.  Penguatan jajaran birokrasi terutama setelah dilegitimasikannya

PNS untuk masuk dalam arena politik, sebagai kendaraan partai Soeharto, Golkar,

memenangkan pemilihan umum sampai ke 7 kalinya.

Setelah memahami birokrasi, maka hubungan insitusi pusat dan daerah dapat kita

rumuskan.Pola hubungan sentralistis di masaOrde Baru, fokus pada pemerintah pusat. 

Birokrasi di daerah merupakan perpanjangan tangan pemerintah pusat, sehingga sangat

jarang terdengar putra daerah menduduki jabatan strategis pemerintahan daerah, seperti

gubernur dan bupati.  Namun, perubahan terjadi di era otonomi daerah tahun 1999, ketika

desentralisasi membuat kekuasaan tidak lagi berada di tangan pusat, namun di daerah.

Birokrasi di Indonesia pada dasarnya sulit untuk dirubah. Penolakan terhadap

perubahan oleh birokrat dikarenakan adanyan dominasi sistem birokrasi kerajaan yang

hingga saat ini masih melekat pada birokrat, sistem dimana para pejabat berhak

melakukan sesuka apa yang dinginkannya. Sebagai contoh banyak sekali para pejabat

diberbagai lingkungan departemen ataupun lembaga setingkat yang melakukan

penyelewengan anggaran yang tertangkap basah oleh Komisi Pemberantasan Korupsi

ataupun setelah bertahun tahun lamanya baru diketahui.

Kecenderungan birokrasi dan birokratisasi pada masyarakat modern benar-benar

dipandang memprihatinkan, sehingga digambarkan adanya ramalan mengenai makin

menggejalanya dan berkembangnya praktek-praktek birokrasi yang paling rasionalpun,

tidak bisa lagi dianggap sebagai kabar menggembirakan, melainkan justru merupakan

pertanda malapetaka dan bencana baru yang menakutkan yakni munculnya patologi

birokrasi. Hal itu dicirikan oleh kecenderungan patologi karena persepsi, perilaku dan

gaya manajerial,masalah pengetahuan dan ketrampilan, tindakan melanggar

hukum,keperilakuan, dan adanya situasi internal. bahwa birokrasi memiliki

kecenderungan mengutamakan kepentingan sendiri (self serving), mempertahankan

statusquo dan resisten terhadap perubahan, dan memusatkan kekuasaan. Hal inilah yang

kemudian memunculkan kesan bahwa birokrasi cenderung lebih mementingkan prosedur

daripada substansi, lamban dan menghambat kemajuan.

13

Page 14: Reformasi Birokrasi (RB) DPPKA DIY

Birokrasi di kebanyakan negara berkembang termasuk Indonesia cenderung

bersifat patrimonialistik: tidak efesien, tidak efektif (over consuming and under

producing), tidak obyektif, menjadi pemarah ketika berhadapan dengan kontrol dan

kritik, tidak mengabdi kepada kepentingan umum, tidak lagi menjadi alat rakyat tetapi

telah menjadi instrumen penguasa dan sering tampil sebagai penguasa yang sangat

otoritatif dan represif. Birokrasi di Indonesia ada kecenderungan berkembang kearah

“parkinsonian”, dimana terjadinya proses pertumbuhan jumlah personil dan pemekaran

struktur dalam birokrasi secara tidak terkendali. Pemekaran yang terjadi bukan karena

tuntutan fungsi, tetapi semata-mata untuk memenuhi tuntutan struktur. Disamping itu,

terdapat pula kecenderungan terjadinya birokrasi “orwellian” yakni proses pertumbuhan

kekuasaan birokrasi atas masyarakat, sehingga kehidupan masyarakat menjadi

dikendalikan oleh birokrasi. Akibatnya, birokrasi Indonesia semakin membesar (big

bureaucracy) dan cenderung tidak efektif dan tidak efesien.Pada kondisi yang demikian,

sangat sulit diharapkan birokrasi siap dan mampu melaksanakan kewenangan –

kewenangan barunya secara optimal.

Seperi dibahas sebelumnya sistem birokrasi yang berlaku di Indonesia sekarang

tidak dapat dilepaskan dari sejarah masa lalu dalam pemerintahan kerajaan, pemerintahan

kolonial dan pemerintahan Orde Lama.masing-masing tahap tersebut membawa corak

birokrasi sendiri. Dalam zaman kerajaan dimana feodalisme menjadi landasan birokrasi

maka dituntut kesetiaan dan kepatuhan sepenuhnya terhadap raja dan para punggawa

kerajaan, sebagai kelompok elit pemerintahan.Kepatuhan harus diwujudkan dengan

melaksanakan segala peraturan dan perintah kerajaan dan tidak untuk

mempertimbangkan untung rugi dan dampaknya. Sikap atau perilaku yang demikian

dibarengi dengan timbulnya perasaan dan kepercayaan rakyat bahwa pihak kerajaan akan

melindungi para kawula dari segala macam gangguan dan ancaman. Timbullah hubungan

ketergantungan pelindung dan yang dilindungi. Hubungan demikian dikategorikan

sebagai “patron-client relationship” Dalam birokrasi timbul hubungan “bapak-anak

buah” secara khusus sebagaimana berlaku di Indonesia setelah kemerdekaan

Demikian juga “patrimonial of leadership” timbul dalam kondisi yang

demikian.Didalamnya terdapat “traditional authority” dimana kepatuhan dan kesetiaan

terhadap pemimpin karena ditopang oleh kewenangan yang bersumber pada

14

Page 15: Reformasi Birokrasi (RB) DPPKA DIY

tradisi.Birokrasi dalam kerajaan-kerajaan khususnya di Jawa atau birokrasi patrimonial

dalam banyak hal masih terasa sampai kini

Pada jaman kolonial kedaaan birokrasi kerajaan yang demikian itu tidak

mengalami perubahan yang berarti tetapi justru dimanfaatkan dan dimodifikasi

sedemikian rupa sehingga lebih efisien demi kepentingan penjajah.Dibuat peratuan-

peraturan yang memaksa dan dalam pelaksanaannya memperalat elit pribumi (para

bangsawan) dengan keuntungan sebesar-besamya. Pembentukan elit birokrasi yang

demikian itu sangat menonjol di Jawa .Oleh karena itu birokrasi patrimonial yang berakar

pada budaya Jawa tidak diubah tetapi ditambah bebannya oleh penjajah.

Kemudian setelah Indonesia merdeka sampai dengan runtuhnya Orde Lama

birokrasi patrimonial masih tetap melekat erat pada pemerintahan dan pembangunan.

Pengaruh feodalisme dan kolonialisme masih terus berlanjut dan pola hubungan “patron-

client ” menjadi referensi utama dalam birokrasi. Dalam Orde Lama orientasi keatas

sangat kuat dan menentukan semua “Bapak” harus dihormati, ditaati dan pantang

ditentang. Berbeda pendapatpun sebaiknya jangan. Oleh karena itu pada jaman Orde

lama sang pemimpin atau birokrat menjadi tumpuan segala-galanya. Benih-benih tirani

hidup subur dan puncak penyelewengannya menimbulkan segala macam kesengsaraan

yang mendorong lahimya Orde baru.

Babak baru dalam pemerintahan dan pembangunan dimulai dengan tekad

melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.Namun demikian

corak “birokrasi patrimonial” masih tetap menjadi warna yang dominant.Hubungan

“Bapak-Anak buah” mempengaruhi hampir setiap segi penting kehidupan politik di

Indonesia (termasuk strategi pembangunan ekonomi.

Adanya patrionalisme dalam birokrasi merupakan peninggalan sejarah politik dan

ekonomi di Indonesia yang sampai sekarang tidak lekang panas dan tidak lapuk karena

hujan. Hanya penerapannya yang berbeda sesuai dengan jamannya, prinsip dasarnya tetap

sama. “Bagaimanapun juga munculnya birokrasi patrimonial dalam sistem administrasi

negara dan sistem politik tidak dikarenakan masih kuatnya ikatan kultur tradisional yang

paternalistik.”Masalahnya adalah bagaimana kita mampu memanfaatkannya dalam

birokrasi pembangunan dan mencegah serta menanggulangi dampak negatif yang

ditimbulkannya.

15

Page 16: Reformasi Birokrasi (RB) DPPKA DIY

Meskipun sudah menjadi gejala yang sangat umum, ternyata pada setiap konteks

sistem budaya masyarakat Indonesia, secara empirik birokrasi dan birokratisasi terlihat

dalam pola perilaku yang beragam.Gejala demikian menunjukkan bahwa birokrasi dan

birokratisasi tidak pernah tampil dalam bentuk idealnya. Beberapa alasan, mengapa

bentuk ideal birokrasi tidak nampak dalam praktek kerjanya antara lain: Pertama,

manusia birokrasi tidak selalu berada (exist) hanya untuk organisasi. Kedua, birokrasi

sendiri tidak kebal terhadap perubahan sosial.Ketiga, birokrasi dirancang untuk semua

orang.Keempat, dalam kehidupan keseharian manusia birokrasi berbeda-beda dalam

kecerdasan, kekuatan, pengabdian dan sebagainya, sehingga mereka tidak dapat saling

dipertukarkan untuk peran dan fungsinya dalam kinerja organisasi birokrasi.

Ada kecenderungan bahwa beberapa indikator birokrasi lebih Berjaya hidup di

dunia barat daripada di dunia timur.Hal ini dapat dipahami, karena di dunia barat

birokrasi telah berkembang selama beberapa abad misal pada abad pertengahan dan

seterusnya, perkembangan birokrasi semakin dipacu dan di dukung oleh masyarakat

industri.Oleh karena rasionalitas birokrasi cenderung berhubungan dengan gejala

industrialisasi, maka banyak negara yang bercita-cita menjadi masyarakatnya menjadi

masyarakat industri dan mengadopsi model birokrasi rasional di dalamnya.Namun

demikian, bagi masyarakat yang sedang berkembang termasuk Indonesia tidak semua

kemanfaatan birokrasi rasional dapat dipetik dan dirasakan.

Apalagi birokrasi menghadapi krisis kepercayaan dari masyarakat, maka kecaman

dan pesimisme semakin muncul karena banyak anggota masyarakat merasakan bahwa

berbagai pola tingkah laku yang telah merupakan kebiasaan dalam birokrasi tidak dapat

mengikuti dan memenuhi tuntutan pembangunan dan perkembangan

masyarakatnya.Sebagai contoh, di Indonesia adanya keadaan birokrasi publik di sektor

pemerintahan, pendidikan dan kesehatan dan sebagainya berada dalam suatu kondisi

yang dikenal dengan istilah organizational slackyang ditandai dengan menurunnya

kualitas pelayanan yang diberikannya.

Masyarakat pengguna pelayanan banyak mengeluhkan akan lambannya

penanganan pemerintah atas masalah yang dihadapi dan bahkan mereka telah

memberikan semacam public alarm agar pemerintah sebagai instansi yang paling

berwenang, responsif terhadap semakin menurunnya kualitas pelayanan kepada

16

Page 17: Reformasi Birokrasi (RB) DPPKA DIY

masyarakat segera mengambil inisiatif yang cepat dan tepat untuk menanggulanginya.

Terdapat berbagai faktor yang menyebabkan birokrasi publik mengalami organizational

slack yaitu antara lain pendekatan atau orientasi pelayanan yang kaku, visi pelayanan

yang sempit, penguasaan terhadap administrative engineering yang tidak memadai, dan

semakin bertambah gemuknya unit-unit birokrasi publik yang tidak difasilitasi dengan 3P

(personalia, peralatan dan penganggaran) yang cukup dan handal (viable

bureaucraticinfrastructure). Akibatnya, aparat birokrasi publik di Indonesia menjadi

lamban dan sering terjebak ke dalam kegiatan rutin, tidak responsif terhadap aspirasi dan

kepentingan publik serta lemah beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi di

lingkungannya.Sebagai konsekuensinya, perlu dipertanyakan mengenai posisi aparat

pelayanan ketika berhadapan dengan masyarakat atau kliennya.

C. TANTANGAN DA PERMASALAHAN

C.1 Kondisi yang ada dan kondisi yang diharapkan

c.1.1 Kondisi yang ada:

1) Potensi pendapatan dari pajak PKB setiap tahun naik sehingga akan mengalami titik

jenuh mengakibatkan stagnan dan terus menurun, sehingga sumber PAD dari pajak

akan menurun;

2) Adanya pembatasan / kepemilikan KBM selain untuk menekan penggunaan BBM

karena luasan dan panjang lintasan jalan yang terbatas serta potensi polusi;

3) Penentuan harga satuan yang sangat cepat berubah sedangkan proses perundangan

membutuhkan waktu, sehingga antara target dan realisasi terdapat gap yang tinggi;

4) Regulasi tentang pengelolaan keuangan daerah sering berubah.

c.1.2 Kondisi yang diharapkan:

1) Pertumbuhan ekonomi berakibat bertambahnya kendaran baru;

2) Adanya fluktuasi harga BBM ;

17

Page 18: Reformasi Birokrasi (RB) DPPKA DIY

3) Tarif pungutan dalam Pengelolaan retribusi daerah dapat disesuaikan dengan

kemampuan masyarakat di daerah;

4) Koordinasi, klarifikasi dan inventarisasi terhadap penggunaan barang milik

daerah;

5) Badan Usaha Milik Daerah dapat dikembangkan dan ditingkatkan;

6) Kualitas dan kapabilitas SDM pengelola keuangan dan aset masih bisa

dikembangkan.

C.2 Birisi tentang factor penghambat dan faktor pendukung

c.2.1 Birisi tentang faktor Penghambat:

1) Meningkatnya tunggakan pajak kendaraan bermotor yang tidak tertagih karena

terbatasnya SDM untuk penagihan tunggakan pajak KBM.

2) Lemahnya identifikasi potensi karena keterbatasan kewenangan pungutan

untuk retribusi daerah dan anggaran untuk sosialisasi dan promosi terbatas dan

sistem pengawasan retribusi kurang optimal

3) Kewenangan pemda sebatas peningkatan kinerja dan fasilitasi dalam

pengelolaan BUMD

4) Pengurus dan penyimpan barang belum optimal dalam pengoperasian aplikasi.

5) "Asset idle" pada SKPD belum teridentifikasi.

6) Pengadaan barang belum mengacu pada kebutuhan barang milik daerah,

pemeliharaan belum mengacu pada daftar kebutuhan pemeliharaan barang

milik daerah.

c.2.2 Birisi tentang faktor Pendukung:

1) Pajak Kendaraan Bermotor masih merupakan sumber pendapatan yang

mempunyai kontribusi terbesar dalam PAD;

2) Lokasi strategis dan pelayanan pajak dan retribusi-online mudah diakses oleh

masyarakat;

3) Potensi sumber-sumber PAD tersedia;

4) Pengembangan BUMD menjadi lokomotif perekonomian dan sumber PAD

DIY;

18

Page 19: Reformasi Birokrasi (RB) DPPKA DIY

5) Sistem informasi pengelolaan keuangan daerah untuk perencanaan,

penganggaran, penatausahaan dan pelaporan yang efektif dan efisien,

transparan dan akuntabel;

6) Penyelenggaraan penatausahaan aset dengan sistem aplikasi menertibkan

administrasi pengelolaan Barang milik daerah;

7) Adanya website sebagai media informasi.

D. UPAYA-UPAYA PERBAIKAN YANG DILAKSANAKAN (REFORMASI)

d.1 Upaya yang sudah dilakukan

1. Mengoptimalkanpeningkatanpengelolaanpendapatandaerah• Strategi

StrategiuntukmencapaisasaranMisiSatuadalahsebagai berikut :1. Perbaikan manajemen terhadap semua potensi pendapatan

daerahdari pajak, retribusidanlain-lainpendapatan.2. Intensifikasidanekstensifikasipendapatandaripajak,retribusidan

lain-lainpendapatan.• Kebijakan

SedangkebijakanuntukmencapaisasaranMisiSatu adalahPeningkatanKoodinasidanKualitasSDM Pengelola PendapatanDaerah.

• ProgramProgramyangditetapkanuntukmelaksanakan strategidan kebijakan guna mencapai sasarandantujuan MisiSatuadalahprogram PeningkatandanPengembanganPengelolaanKeuangan Daerah.

• KegiatanKegiatan pada program Peningkatan dan Pengembangan Pengelolaan Keuangan Daerah yang mendukung kebijakan dan strategi untukmewujudkanMisiSatuyaitu:1. Intensifikasi dan Ekstensifikasi Sumber-sumber Pendapatan Daerah2. Pembinaan Pengelolaan Pajak Daerah3. Pelayanan Kesamsatan4. Pembinaan PengelolaanRetribusiDaerah5. PerencanaandanPengendalianPendapatanDaerah6. PenggalianSumber-sumberPotensiPendapatanDaerah7. PenyusunanPerhitunganDasar PengenaanPKBdanBBNKB8. Peningkatan Kualitas Pelayanan Pemungutan Pajak Daerah

19

Page 20: Reformasi Birokrasi (RB) DPPKA DIY

2Mengoptimalkanpengelolaanaset daerah

• Strategi

Strategi untukmencapai sasaran Misi Dua adalah verifikasi, klasifikasidanpenilaian, monitoringdaninvestigasiaset daerah.

• Kebijakan

KebijakandaristrategiuntukmencapaisasaranMisiDuaadalah pendayagunaankekayaandaerah.

• Program

Program yang ditetapkan untuk melaksanakan strategi dan kebijakangunamencapai sasarandantujuanMisiDuaadalah ProgramPengembangan Investasidan Aset Daerah dan Program Peningkatan dan Pengembangan Pengelolaan Keuangan Daerah.

• KegiatanKegiatan padaprogram Pengembangan InvestasidanAsetDaerah yangmendukungstrategidan kebijakandalammewujudkanMisi Dua yaitu:1. PeningkatanManajemen Aset/BarangDaerah2. Peningkatan StatusAtas Hak Tanah3. Penatausahaan Barang Milik DaerahKegiatan pada program Peningkatan dan Pengembangan Pengelolaan Keuangan Daerah yang mendukung strategidan kebijakandalammewujudkanMisi Dua yaitu :Pembinaan dan Pengembangan Pelaksanaan Program SIMA

3MeningkatkandanmemperbaikikinerjaBUMD

• Strategi

StrategiuntukmencapaisasaranMisiTigaadalah:

1.Penataankelembagaan BUMD;

2.PengembanganmanajemenBUMD;

3.Penguatanmodal danpengembanganusaha.• Kebijakan

Kebijakandaristrategi untukmencapaisasaranMisiTiga adalahperubahanbentukbadan hukum danpenataan manajemendanpenyehatanBUMD.

• Program

20

Page 21: Reformasi Birokrasi (RB) DPPKA DIY

Programyangditetapkanuntukmelaksanakan strategidan kebijakan gunamencapaisasarandantujuanMisiTigaadalah programPengembangandanPembinaanBUMDdanLKM.

• Kegiatan

Kegiatanpada programPengembangan dan Pembinaan BUMDdanLKM yangmendukungstrategidankebijakan dalammewujudkanMisiTiga, adalah:1.PeningkatandanPengembanganManajemenBUMDdan BUKP2.PembinaanBUKP

4Mengembangkankapasitaspengelolaankeuangandaerah• Strategi

StrategiuntukmencapaisasaranMisiEmpat adalah perencanaan penganggaran,penatausahaandanpelaporan keuangandaerah sesuai peraturanperundang-undanganyangberlaku.

• KebijakanKebijakan daristrategiuntukmencapaisasaranMisiEmpatadalah ketepatanwaktu prosespengelolaankeuangan,peningkatan pelayanan,pemenuhan sarpras dansistem,pemberianpenghargaan dansanksi.

• ProgramProgramyangditetapkanuntukmelaksanakan strategidan kebijakan gunamencapaisasarandantujuanMisiEmpat yaitu:a. Program Peningkatan Sistem Pengawasan Internal dan

PengendalianPelaksanaanKebijakanKepala Daerahb. Program Peningkatan Kapasitas Pengelolaan Keuangan

Pemerintah Daerah.c. Program Peningkatan dan Pengembangan Pengelolaan Keuangan

Daerah

• KegiatanKegiatan pada programPeningkatan Sistem Pengawasan Internal dan Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan KepalaDaerah yang mendukungstrategidankebijakandalam mewujudkanMisi Empat adalah:1. TindaklanjutHasilTemuanPengawasan2. PengendalianManajemenPelaksanaan KebijakanKepalaDaerah3. Tuntutan PerbendaharaandanTuntutanGanti Rugi

Kegiatan padaprogram Peningkatan Kapasitas Pengelolaan Keuangan Pemerintah Daerah yang mendukung strategi dan kebijakandalam mewujudkanMisiEmpat,adalah:1. Pembinaan danPengembangan Sistem Informasi Pengelolaan

KeuanganDaerah.

21

Page 22: Reformasi Birokrasi (RB) DPPKA DIY

Kegiatan padaprogram Peningkatan dan PengembanganPengelolaan Keuangan Daerah yang mendukung strategi dan kebijakandalam mewujudkanMisiEmpat,adalah:1. Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah2. Penyusunan Raperda tentang APBD3. Penyusunan Raperda tentang Perubahan APBD4. Penyusunan Raperda tentang Pertanggungjawaban APBD5. Penyusunan Rancangan Peraturan KDH tentang Penjabaran APBD6. Penyusunan Rancangan Peraturan KDH tentang Penjabaran

Perubahan APBD7. Penyusunan Rancangan Peraturan KDH tentang Penjabaran

Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD8. Bimtek Implementasi Paket Regulasi tentang PKD9. Pembinaan dan Pengembangan Pengelolaan Keuangan Daerah10. Pengesahan dan penetapan DPA11. Pengesahan dan penetapan DPPA12. Implementasi Standar Akuntansi Pemerintah Berbasis Akrual13. Penatausahaan dan Pengendalian Gaji Pegawai Daerah14. Pembinaan dan Pengembangan Program Gaji Pegawai Daerah15. Pembinaan Pengelolaan Keuangan BLUD16. Penyusunan Laporan Keuangan Dekonsentrasi dan Tugas

Pembantuan Daerah17. Peningkatan Pelayanan Sistem Penerbitan SP2D

Penjelas:

1. Bidang Pendapatan:

Pendapatan daerah meliputi semua penerimaan uang melalui rekening kas umum daerah

yang menambah ekuitas dana sebagai hak pemerintah daerah dalam satu tahun anggaran dan

ridak perlu dibayarkan kembali oleh daerah. Pendapatan daerah merupakan perkiraan yang

terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan.

Pada Tahun Anggaran 2016, penerimaan pendapatan daerah diproyeksikan sebesar Rp 3,908

Trilyun, yang berasal dari komponen :

a. Pendapatan Asli Daerah sebesar Rp 1,553 Trilyun;

b. Dana Perimbangan sebesar Rp 1,189 Trilyun;

c. Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah sebesar Rp 1,165 Trilyun.

22

Page 23: Reformasi Birokrasi (RB) DPPKA DIY

Apabila dibandingkan dengan APBD Tahun 2015 setelah perubahan, Pendapatan Daerah yang

dianggarkan sebesar Rp 3,352 Trilyun sehingga mengalami kenaikan sebesar Rp 556,033 Milyar

atau naik sebesar 16,59 %, sebagaimana tersebut dalam tabel berikut :

Tabel 1 Proyeksi Pendapatan DIY Tahun Anggaran 2016No. URAIAN TA. 2015 TA. 2016 SELISIH (Rp) (%)

1. Pendapatan 3.352.007.536.230,77 3.908.041.304.127,00 556.033.767.896,23 16,59

1.1

1.1.1

1.1.2

1.1.3

1.1.4

Pendapatan Asli DaerahPajak Daerah

Retribusi Daerah

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah

Yang Dipisahkan

Lain-lain Pendapatan Asli Daerah

Yang Sah

1.518.860.030.656,771.347.894.743.697,00

43.088.502.025,00

52.604.081.931,77

75.272.703.003,00

1.553.180.369.527,001.377.156.182.800,00

36.998.728.297,00

57.398.373.585,00

81.627.084.845,00

34.320.338.870,2329.261.439.103,00

(6.089.773.728,00)

4.794.291.653,23

6.354.381.842,00

2,262,17

(14,13)

9,12

8,45

1.2

1.2.1

1.2.2

1.2.3

Dana PerimbanganDana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak

Dana Alokasi Umum

Dana Alokasi Khusus

1.056.608.866.160,0096.980.104.160,00

920.544.722.000,00

39.084.040.000,00

1.189.590.848.000,0095.418.984.000,00

940.835.434.000,00

153.336.430.000,00

132.981.981.840,00(1.561.210.160,00)

20.290.712.000,00

114.252.390.000,00

12,58(1,61)

2,20

292,32

1.3 Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah

776.538.639.414,00 1.165.270.086.600,00 388.731.447.186,00 50,06

Sumber : APBD-P 2015, KUA 2016, Diolah

Perubahan kebijakan Pemerintah Pusat terkait Dana Transfer ke Daerah di Tahun 2016

menjadi salah satu faktor utama meningkatnya penerimaan dana perimbangan dan lain-lain

pendapatan daerah yang sah pada Tahun Anggaran 2016. Komponen dana perimbangan

merupakan sumber penerimaan daerah yang sangat penting karena bertujuan untuk menciptakan

keseimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dan antar Pemerintah

Daerah. Naiknya besaran alokasi dana transfer daerah Tahun 2016 tidak lepas dari komitmen

Pemerintah Pusat dan DPR RI untuk melakukan reformulasi dan penguatan Dana Alokasi

Khusus (DAK) dalam rangka mendukung implementasi Nawacita dan pencapaian prioritas

nasional.

Dalam pengelolaan pendapatan daerah, sumber pendapatan yang berasal dari Pemerintah

Pusat melalui desentralisasi fiskal tersebut masih menempati proporsi yang paling besar terhadap

pendapatan daerah sekitar 30% sampai 50%. Sementara untuk meningkatkan kemandirian

23

Page 24: Reformasi Birokrasi (RB) DPPKA DIY

daerah, Pemerintah Daerah perlu meningkatkan sumber-sumber pendapatan asli daerah yang

berasal dari pajak daerah dan retribusi daerah, serta sumber-sumber pendapatan lainnya.Hal ini

menjadi tantangan dan permasalahan sekaligus peluang bagi Pemerintah Daerah untuk terus

berupaya menggali sumber-sumber potensi pendapatan daerah yang baru. Tantangan yang

dihadapi yakni berupa :

1. Peningkatan manajemen pengelolaan semua potensi pendapatan daerah;

2. Dukungan kualitas sumberdaya manusia pengelola pendapatan daerah masih kurang;

3. Optimalisasi sumber-sumber pendapatan yang mendukung penerimaan pendapatan daerah;

4. Pengembangan dan penggalian sumber-sumber potensi pendapatan daerah yang baru;

5. Peningkatan pelayanan pajak dan non pajak sesuai tuntutan masyarakat yang mobile;

6. Sarana dan prasarana pendukung peningkatan pendapatan daerah.

Kebijakan umum pendapatan daerah diarahkan pada peningkatan kemampuan keuangan

daerah agar dapat mendorong peningkatan investasi dengan membangun iklim usaha yang

kondusif dan menghilangkan kendala yang menghambat pembangunan daerah, seringkali

dihadapkan pada beberapa permasalahan yang menjadi faktor penghambat dalam usaha untuk

meningkatkan pendapatan daerah, yakni :

1. Data base wajib pajak masih kurang valid karena tidak ada sensus kendaraan;

2. Lemahnya indentifikasi potensi retribusi karena keterbatasan kewenangan pungutan (closed

list);

3. Penentuan harga satuan yang sangat cepat berubah, sedangkan proses perundangan

membutuhkan waktu, sehingga antara target dan realisasi terdapat gap yang tinggi;

4. Belum ada peraturan perundangan tentang pendapatan dari lain-lain pendapatan yang

mengikat sebagai bahan pungutan;

5. Jenis dan ragam lain-lain pendapatan sangat banyak sehingga pemilahan juga harus

dikoordinasikan bersama dari pusat hingga kabupaten dan kota;

6. Ketergantungan terhadap mekanisme penyaluran dana transfer dari pusat sangat tinggi.

Dalam upaya peningkatan penerimaan pendapatan daerah, diperlukan dukungan seluruh

stakeholder pengelola pendapatan daerah di samping kejelasan regulasi sebagai dasar

24

Page 25: Reformasi Birokrasi (RB) DPPKA DIY

pelaksanaan beberapa pungutan dan penerimaan terhadap sumber-sumber pendapatan. Beberapa

faktor pendukung peningkatan pendapatan daerah antara lain :

1. Pajak Kendaraan Bermotor masih merupakan sumber pendapatan yang mempunyai

kontribusi terbesar dalam peningkatan PAD;

2. Lokasi pelayanan pajak dan retribusi yang strategis, on-line dan mudah diakses oleh

masyarakat;

3. Potensi sumber-sumber pendapatan asli daerah tersedia;

4. Pertumbuhan ekonomi berakibat bertambahnya kendaraan baru;

5. Tarif pungutan dalam pengelolaan retribusi daerah dapat disesuaikan dengan masyarakat di

daerah;

6. Pengelolaan dana transfer terhadap program-program unggulan daerah yang menjadi

prioritas nasional.

2. Bidang Belanja:

Sebelum ini kita menerapkan sistem penganggaran yang bersifat tradisional yaitu suatu sistem penganggaran yang disusun dengan penekanan terhadap pengendalian atas pengeluaran. Pada sistem ini, penganggaran hanya berorientasi pada pengendalian pengeluaran saja, sementara aspek input, output danoutcome belum mendapatkan perhatian secara maksimal.

Penggantinya penganggaran berbasis kinerja, bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik dan memperkuat dampak dari peningkatan pelayanan kepada publik.

3. Bidang Kasda:

Sebelum ini kita menerapkan sistem penganggaran yang bersifat tradisional yaitu suatu sistem penganggaran yang disusun dengan penekanan terhadap pengendalian atas pengeluaran. Pada sistem ini, penganggaran hanya berorientasi pada pengendalian pengeluaran saja, sementara aspek input, output danoutcome belum mendapatkan perhatian secara maksimal.

Penggantinya penganggaran berbasis kinerja, bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik dan memperkuat dampak dari peningkatan pelayanan kepada publik

25

Page 26: Reformasi Birokrasi (RB) DPPKA DIY

4. Bidang Bina Administrasi Keuangan Daerah (BAKD):

Tantangan dan Permasalahan

Kondisi BUMD di DIY yang ada dan yang diharapkan :

1. PT. Bank Pembangunan Daerah DIY

Kondisi yang ada :

PT. Bank Pembangunan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta dahulu bernama Bank

Pembangunan Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.Didirikan pada tanggal 15

Desember 1961, berdasarkan akta notaris No. 11 oleh R.M. Soerjanto Partaningrat.

Berdasarkan akta notaris No. 2 tanggal 5 April 2013 yang dibuat dihadapan notaris

Mochammad Agus Hanafi, S.H., notaris di Yogyakarta, yang telah memperoleh pengesahan

dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI dengan Surat Keputusan No. AHU-

0044251.AH.01.09 Tahun 2013 tanggal 14 Mei 2013 dan diumumkan dalam Tambahan

Berita Negara RI tanggal 10 September 2013 No. 73, yang menetapkan perubahan bentuk

badan hukum Bank dan modal dasar pertama kali adalah sebesar Rp.1.000.000.000.000,-

yang terbagi atas 1.000.000 lembar saham, masing-masing dengan nilai nominal

Rp.1.000.000,- yang terbagi atas sebanyak 510.000 lembar saham akan dimiliki oleh

Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta dan sebanyak 490.000 lembar saham akan

dimiliki oleh Pemerintah Kota dan Pemerintah Kabupaten.

Komposisi modal dasar dan pemenuhan dari masing-masing pemegang saham per 31

Desember 2014 adalah sebagai berikut :

Modal Dasar Telah Disetor Kurang DisetorModal Dasar 1.000.000.000.00

0100 559.485.000.0

0056,34 436.585.000.000

Pemerintah DIY 510.000.000.000

51 233.500.000.000

45,78 276.500.000.000

Pemerintah Kab/Kotadengan perincian sbb:

490.000.000.000

49 325.985.000.000

67,33 164.015.000.000

- Kota Yogyakarta 117.000.000.000

11,70 29.246.000.000

25,00 87.754.000.000

- Kab. Bantul 67.300.000.000 6,73 47.338.000.000

70,34 19.962.000.000

- Kab. Kulon Progo 98.200.000.000 9,82 71.555.000.000

72,87 26.645.000.000

- Kab. Gunungkidul 59.300.000.000 5,93 33.576.000.000

56,62 25.724.000.000

26

Page 27: Reformasi Birokrasi (RB) DPPKA DIY

- Kab. Sleman 148.200.000.000

14,82 144.270.000.000

97,35 3.930.000.000

Untuk memenuhi kekurangan modal dasar tersebut pada tahun anggaran 2015 Pemerintah

DIY menambah penyertaan modal sebesar Rp.50.000.000.000,- sedang Pemerintah Kab.

Sleman menambah kekurangannya sebesar Rp.3.930.000.000,- sehingga pada akhir tahun

2015 untuk Pemerintah Kabupaten Sleman telah memenuhi 100%.

Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2012 tentang Perubahan Bentuk Badan

Hukum Bank Pembangunan Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Menjadi

Perseroan Terbatas Bank Pembangunan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta, modal dasar

PT. Bank Pembangunan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta untuk pertama kali sebesar

Rp.1.000.000.000.000,- dan harus dipenuhi paling lambat 4 (empat) tahun. Pada tahun 2016

adalah batas akhir untuk memenuhi modal dasar tersebut, maka Pemerintah DIY pada tahun

anggaran 2016 telah menganggarkan tambahan penyertaan modal pada PT. Bank

Pembangunan Daerah DIY pada RAPBD Tahun 2016 sebesar Rp.226.500.000.000,- sedang

untuk Pemerintah Kota Yogyakarta, Pemerintah Kab. Bantul, Pemerintah Kab. Kulon Progo

dan Pemerintah Kab.Gunungkidul sepakat untuk memenuhi modal dasar tersebut pada tahun

2016.

Perkembangan usaha selama 3 (tiga) tahun terakhir adalah sebagai berikut :

Keterangan 2012 2013 2014Pendapatan operasional 563.726.854.05

4648.779.354.74

3782.649.088.15

2Beban operasional (420.997.002.27

0)(471.659.919.3

86)(567.491.345.7

14)Laba operasional 142.729.851.78

4177.119.435.35

7215.157.742.43

7Beban non operasional bersih (3.593.251.718) (2.821.356.431) (4.084.777.370)Laba sebelum pajak 139.136.600.06

6174.298.069.92

6211.072.965.06

7Beban pajak penghasilan bersih

(36.505.307.135)

(45.963.715.363)

(54.910.267.980)

Laba bersih 102.631.292.931

128.334.354.563

156.162.697.087

Perkembangan total aset, total liabilitas dan ekuitas selama 3 (tiga) tahun terakhir adalah sebagai berikut :

Keterangan 2012 2013 2014Total aset 5.610.520.738.330 6.523.242.994.870 7.821.133.227.05

27

Page 28: Reformasi Birokrasi (RB) DPPKA DIY

2Total liabilitas 5.057.401.155.204 5.774.926.991.657 6.849.542.419.47

8Ekuitas 553.119.583.126 748.316.003.213 971.590.807.574

Permasalahan :

Saat ini PT. Bank Pembangunan Daerah DIY pada posisi BUKU 1, dimana menurut

Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/26/PBI/2012 tentang Kegiatan Usaha dan Jaringan

Kantor Berdasarkan Modal Inti Bank, kegiatan usahanya dibatasi hanya dapat melakukan :

a. Kegiatan Usaha dalam Rupiah yang meliputi :

1) kegiatan penghimpunan dana yang merupakan produk atau aktivitas dasar;

2) kegiatan penyaluran dana yang merupakan produk atau aktivitas dasar;

3) kegiatan pembiayaan perdagangan (trade finance);

4) kegiatan dengan cakupan terbatas untuk keagenan dan kerjasama;

5) kegiatan sistem pembayaran dan electronic banking dengan cakupan terbatas;

6) kegiatan penyertaan modal sementara dalam rangka penyelamatan kredit; dan

7) jasa lainnya.

b. Kegiatan sebagai Pedagang Valuta Asing (PVA).

c. Kegiatan lainnya yang digolongkan sebagai produk atau aktivitas dasar dalam Rupiah

yang lazim dilakukan oleh Bank dan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

Adapun modal inti yang harus dimiliki Bank pada posisi BUKU 2 adalah paling sedikit satu

triliun rupiah, sedang jumlah modal inti bank per 31 Desember 2014 sebesar

Rp.815.428.110.487,- dan dengan adanya penambahan modal pada tahun 2015 dari

Pemerintah DIY sebesar Rp.50.000.000.000,- dan dari Pemerintah Kab. Sleman sebesar

Rp.3.930.000.000,- maka modal inti bank menjadi sebesar Rp.869.358.110.487,- sehingga

untuk naik kelas ke BUKU 2 masih ada kekurangan sebesar Rp.130.641.889.513,-.

Kondisi yang diharapkan :

Modal inti berada diatas satu triliun masuk dalam BUKU 2 sehingga Bank dapat melakukan

kegiatan usaha :

a. Kegiatan Usaha dalam Rupiah dan valuta asing :

1) kegiatan penghimpunan dana sebagaimana dilakukan dalam BUKU 1;

28

Page 29: Reformasi Birokrasi (RB) DPPKA DIY

2) kegiatan penyaluran dana sebagaimana dilakukan dalam BUKU 1 dengan cakupan

yang lebih luas;

3) kegiatan pembiayaan perdagangan (trade finance);

4) kegiatantreasury secara terbatas;

5) jasa lainnya.

b. Kegiatan Usaha sebagaimana pada BUKU 1 dengan cakupan yang lebih luas untuk :

1) keagenan dan kerjasama;

2) kegiatan sistem pembayaran dan electronic banking;

c. Kegiatan penyertaan modal pada lembaga keuangan di Indonesia;

d. Kegiatan penyertaan modal sementara dalam rangka penyelamatan kredit;

e. Kegiatan lain yang lazim sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

2. PT. Anindya Mitra Internasional

Kondisi yang ada :

PT. Anindya Mitra Internasional pada awalnya adalah Perusahaan Daerah Aneka Industri dan

Jasa “ANINDYA” yang berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2004 melakukan

perubahan bentuk badan hukumnya menjadi Perseroan Terbatas Anindya Mitra Internasional.

Berdasarkan Akta Notaris Moch. Agus Hanafi, SH, nomor 11 tertanggal 28 Nopember 2005

telah didirikan PT. Anindya Mitra Internasional, yang akta pendiriannya telah disahkan oleh

Menteri Hukum dan HAM dengan surat keputusan No. C-32282 HT.01.01.TH.2005

tertanggal 6 Desember 2005.

Perseroan berdomisili di Yogyakarta dengan kantor berlokasi di Komplek JEC Jl. Janti Km 4

Gedongkuning, Yogyakarta, dengan unit-unit usaha sebagai berikut :

Unit Lokasi- Percetakan dan Penerbitan

Jl. Stasiun Lempuyangan No. 12 A Yogyakarta

- Pertambangan Jl. Janti Km 4, Gedongkuning, Yogyakarta- Perdagangan Jl. Janti Km 4, Gedongkuning, Yogyakarta- Pariwisata Jl. Janti Km 4, Gedongkuning, Yogyakarta- Realty Jl. Janti Km 4, Gedongkuning, Yogyakarta- Sagan Resto Jl. Colombo No. 35 Caturtunggal, Depok, Sleman- Transportasi Jl. Janti Km 4, Gedongkuning, Yogyakarta

29

Page 30: Reformasi Birokrasi (RB) DPPKA DIY

Modal dasar perseroan berjumlah Rp.50.000.000.000,- yang terbagi atas 50.000 lembar

saham dengan nilai nominal Rp.1.000.000,- per lembar saham.

Dari modal dasar tersebut per 31 Desember 2014 telah ditempatkan dan disetor 40,91% atau

sejumlah 20.454 saham dengan nilai nominal seluruhnya berjumlah Rp.20.454.000.000,-

yang dimiliki oleh :

Pemilik Lembar Saham

Nilai Nominal Seluruhnya

- Pemerintah DIY 20.444 20.444.000.000- Kopkar Bhakti Sejahtera Mandiri 10 10.000.000

Jumlah 20.454 20.454.000.000

Perseroan melakukan kerjasama dengan pihak ketiga dalam pengelolaan aset yang

dimilikinya sampai dengan 31 Desember 2014 adalah sebagai berikut :

Pihak Ketiga Aset yang dikerjsamakan

Bentuk Kerjasama

- PT. Yogya Indah Sejahtera Tanah seluas 2.293 m2 yang berlokasi di Jl. Malioboro, Yogyakarta

Pembangunan dan pengelolaan gedung Malioboro Mall selama 25 tahun dan diperpanjang selama 4 tahun. Hak-hak yang diperoleh :- menerima kompensasi berupa

goodwill sebesar Rp.220.000.000,- setiap tahun diterima dimuka sebesar Rp.8.800.000,- selama 25 tahun.

- menerima ganti rugi penghasilan selama 4 tahun (1990 s.d. 1993) sebesar Rp.80.000.000,-.

- menerima setoran bagian keuntungan selama 25 tahun sebesar Rp.2.603.000.000,- yang diterima secara bertahap.

- menerima kompensasi perpanjang-an kontrak selama 4 tahun sebesar Rp.2.200.000.000,- yang semula berakhir pada tahun 2018 diperpanjang menjadi tahun 2022.

- PT. Adicandra Grahawisata Tanah seluas 22.755 m2 yang berlokasi di kompleks Colombo, Yogyakarta

Pembangunan dan pengelolaan kompleks Colombo Yogyakarta selama 30 tahun yang akan berakhir pada tahun 2022.Hak-hak yang diperoleh :- menerima kompensasi sebesar

Rp.1.350.000.000,-.- menerima kompensasi berupa goodwill

sebesar Rp.300.000.000,- setiap tahun diterima sebesar Rp.10.000.000,-

30

Page 31: Reformasi Birokrasi (RB) DPPKA DIY

selama 30 tahun.- menerima setoran bagian keuntungan

selama 30 tahun sebesar Rp.5.370.000.000,- yang diterima secara bertahap.

- PT. Kaidi Indojaya Tanah seluas …… m2 yang berlokasi di Jl. Brigjen Katamso No.75- 77 Yogyakarta

Pembangunan pusat perdagangan Jogjatronik selama 25 tahun yang akan berakhir pada tahun 2028.Hak-hak yang diperoleh :- menerima kompensasi sebesar

Rp.2.600.000.000,-.- menerima kompensasi relokasi kantor

sebesar Rp.700.000.000,-.

- PT. Mirota Batik Bangunan yang berloka- si di Jl. A. Yani No. 9 Yogyakarta

Membangun dan mengembangkan bangunan selama 20 tahun yang akan berakhir pada tahun 2024 dan pada tahun 2008 diperpanjang 20 tahun lagi sehingga berakhir pada tahun 2044.Hak-hak yang diperoleh :- menerima kompensasi sebesar

Rp.3.400.000.000,- yang telah dibayar lunas pada tanggal 13 Juni 2004.

- menerima kompensasi sebesar Rp.4.500.000.000,- yang telah dibayar lunas pada tanggal 6 Desember 2008.

- PT. Jogja Tugu Trans 20 unit bus Pengoperasian 20 bus milik PT. AMI, dengan kompensasi sebesar Rp.661,546 per km/bus/bulan.

- PT. Batu Kapur Giri Seto Pabrik Memproduksi tepung kalsium karbonat, pemasaran dan operasional pabrik selama 1 tahun dari tahun 2013 s.d. 2014 dan diperpanjang 1 tahun 2014 s.d. 2015.

- PT. Paramount Propertindo Tanah eks Hotel Trio di Jl. P. Mangkubumi Yogyakarta

Kontrak bagi tempat usaha dalam pembangunan dan pengelolaan kawasan Eks Hotel Trio selama 90 tahun dan akan berakhir pada tahun 2104.Kompensasi yang diterima sebesar Rp.500.000.000,- per tahun dengan kenaikan 5% setiap 1 tahun kedepan selama 90 tahun.

Perkembangan usaha selama 3 (tiga) tahun terakhir adalah sebagai berikut :

Keterangan 2012 2013 2014

31

Page 32: Reformasi Birokrasi (RB) DPPKA DIY

Pendapatan usaha 4.206.391.521 5.935.525.678 7.039.677.530Beban pokok penjualan (866.891.618) (1.385.091.976) (1.571.090.716)Laba kotor 3.339.499.903 4.550.433.702 5.468.586.814Beban usaha (6.468.663.445) (5.538.737.358) (8.094.837.079)Laba (Rugi) usaha (3.129.163.542) (988.303.656) (2.626.250.265)Pendapatan lain-lain bersih 9.191.267.917 483.925.492 9.630.338.554Laba (Rugi) bersih tahun berjalan 6.062.104.375 (504.378.164) 7.004.088.290

Perkembangan total aset, total kewajiban dan ekuitas selama 3 (tiga) tahun terakhir terakhir adalah sebagai berikut :

Keterangan 2012 2013 2014Total aset 21.083.870.829 26.653.130.698 36.410.514.544Total kewajiban 13.152.642.432 13.717.369.909 17.881.676.207Ekuitas 7.931.228.397 12.935.760.789 18.528.838.337

Permasalahan :

Terdapat 3 (tiga) unit usaha (Percetakan dan Penerbitan, Pertambangan dan Sagan Resto)

selama 2 (dua) tahun terakhir 2013 dan 2014 mengalami kerugian sebagai berikut :

Unit Usaha 2013 2014Percetakan dan Penerbitan (397.014.878) (426.108.359)Pertambangan (43.106.898) (726.971.701)Sagan Resto (302.064.087) (546.491.101)

Sedang 3 (tiga) unit usaha yang lain yaitu Pariwisata, Realty dan Transportasi dapat

menyumbangkan laba selama 3 (tiga) tahun terakhir sebagai berikut :

Unit Usaha 2012 2013 2014Pariwisata 196.448.301 111.647.038 488.799.009Realty 1.139.365.533 1.245.519.362 1.140.560.129Sagan Resto 68.743.200 - -Transportasi - 281.360.243 534.354.081

Selama 3 (tiga) tahun terakhir, bisnis perusahan secara keseluruhan mengalami kerugian.

Keuntungan yang diperoleh pada tahun 2012 dan 2014 yang paling besar berasal dari

pendapatan di luar usaha, yaitu selisih penjualan tanah sewon pada tahun 2012 sebesar

Rp.7.634.074.550,- dan kompensasi kontrak bagi tempat usaha di kawasan eks Hotel Trio

pada tahun 2014 sebesar Rp.11.106.768.640,-. Ketiga unit usaha ini perlu mendapatkan

perhatian bagi Manajemen, apakah dipertahankan atau ditutup.Pertumbuhan aset dan ekuitas

perusahaan selama 3 (tiga) tahun terakhir mulai ada peningkatkan hal ini menunjukkan

bahwa perusahaan menunjukkan ada perkembangan yang positif.

32

Page 33: Reformasi Birokrasi (RB) DPPKA DIY

Kondisi yang diharapkan :

PT. Anindya Mitra Internasional diharapkan menjadi perusahaan yang sehat, sebagai

penyumbang PAD serta sebagai salah satu penggerak perekonomian khususnya pariwisata di

DIY.

3. PT. Taru Martani

Kondisi yang ada :

PT. Taru Martani yang semula PD. Taru Martani yang berdasarkan Peraturan Daerah Nomor

9 Tahun 2004 melakukan perubahan bentuk badan hukumnya menjadi Perseroan Terbatas

Taru Martani. Berdasarkan Akta Notaris Ahmad Yubaidi, SH, S.Pd nomor 5 tanggal 17

Desember 2012, telah didirikan PT. Taru Martani yang akta pendirian telah disahkan oleh

Menteri Hukum dan HAM dengan Nomor AHU-06889. AH.01.01 Tahun 2013 pada tanggal

18 Februari 2013.

Perseroan berdomisili di Yogyakarta, Jl. Kompol Bambang Suprapto 2-A, Baciro,

Gondokusuman, Yogyakarta.

Modal dasar perseroan adalah sebesar Rp.50.000.000.000,- yang terdiri dari 100.000 lembar

saham dengan nominal per lembar saham sebesar Rp.500.000,-. Dari modal dasar tersebut

telah ditempatkan dan disetor 31,686% atau sejumlah Rp.15.843.000.000,- dengan

perincian :

Pemilik Lembar Saham Nilai Nominal Seluruhnya- Pemerintah DIY 31.685 15.842.500.000- Kopkar Bhakti Sejahtera Mandiri 1 500.000

Jumlah 31.686 15.843.000.000

Usaha yang dikelola adalah produksi cerutu dan tembakau shag, dengan perkembangan usaha

selama 3 (tiga) tahun terakhir adalah sebagai berikut :

Keterangan 2012 2013 2014Pendapatan usaha 8.093.795.860 11.541.641.212 9.583.564.091Beban pokok penjualan (5.119.858.637) (8.241.052.255) (6.738.329.947)Laba kotor 2.973.937.223 3.300.588.957 2.845.234.144Beban usaha (2.112.530.142) (2.256.392.446) (2.405.144.627)Laba (Rugi) usaha 861.407.081 1.044.196.511 440.089.517Pendapatan (beban) lain-lain bersih (797.135.646) (857.590.259) 551.439.911Laba (Rugi) bersih sebelum pajak 64.271.436 186.606.252 991.529.428

33

Page 34: Reformasi Birokrasi (RB) DPPKA DIY

Pajak penghasilan (48.348.957) (66.523.959) (141.408.629)Laba bersih setelah pajak 15.922.478 120.082.293 850.120.799

Perkembangan total aset, total kewajiban dan ekuitas selama 3 (tiga) tahun terakhir terakhir

adalah sebagai berikut :

Keterangan 2012 2013 2014Total aset 13.531.375.927 20.125.443.935 20.281.234.614Total kewajiban 10.250.725.082 4.235.823.885 3.541.493.765Ekuitas 3.280.650.845 15.889.620.050 16.739.740.849

Permasalahan :

Dengan adanya larangan merokok di beberapa negara maupun di dalam negeri yang diikuti

dengan naiknya bea masuk maupun naiknya cukai rokok berdampak langsung pada industri

olahan tembakau termasuk cerutu dan tembakau shag produksi PT. Taru Martani. Kondisi ini

mengakibatkan perusahaan

Kondisi yang diharapkan :

PT. Taru Martani dapat segera melakukan diversifikasi usaha untuk menyelamatkan

perusahaan.Meskipun bisnis olahan tembakau pada PT. Taru Martani masih tetap

dipertahankan sebagai satu kesatuan kawasan cagar budaya.Diharapkan dengan melakukan

diversifikasi usaha PT. Taru Martani dapat menjadi perusahaan yang sehat serta dapat

menjadi penyumbang PAD.

4. BUKP

Kondisi yang ada :

34

Page 35: Reformasi Birokrasi (RB) DPPKA DIY

BUKP didirikan dengan Perda Nomor 1 Tahun 1989 tentang Badan Usaha Kredit Pedesaan

Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.Saat ini telah didirikan sebanyak 75 BUKP yang

berada di 75 kecamatan di DIY. Modal disetor berasal dari Pemerintah DIY, Pemerintah

Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa, adapun perkembangan modal disetor konsolidasi

selama 3 (tiga) tahun terakhir adalah sebagai berikut :

Modal disetor 2012 2013 2014Pemerintah DIY 13.586.959.724 20.000.000.000 20.000.000.000Pemerintah Kab/Kota 3.888.576.454 3.888.576.454 3.888.576.454Pemerintah Desa 165.573.638 165.573.638 169.956.023Jumlah 17.641.109.816 24.054.150.092 24.058.652.477

Usaha yang dikelola adalah perkreditan, dengan perkembangan usaha konsolidasi selama 3

(tiga) tahun terakhir adalah sebagai berikut :

Keterangan 2012 2013 2014Pendapatan operasional 33.533.174.746 36.117.891.925 37.438.713.807Beban operasional (25.074.073.712) (27.226.925.880) (28.998.394.476)Pendapatan operasional bersih 8.459.101.034 8.890.966.045 8.440.319.391Pendapatan non operasional bersih 26.902.906 130.027.994 18.236.730Laba sebelum pajak 8.486.003.940 9.020.994.039 8.458.556.061Pajak penghasilan (1.082.206.346) (876.561.187) (362.511.214)Laba bersih tahun berjalan 7.403.797.594 8.144.432.852 8.096.044.848

Permasalahan :

Operasional BUKP melanggar ketentuan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang

Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, dimana Pasal 16

ayat (1) disebutkan bahwa setiap pihak yang melakukan kegiatan menghimpun dana

masyarakat dalam bentuk simpanan, wajib terlebih dahulu memperoleh izin usaha sebagai

Bank Umum atau BPR dari Pimpinan Bank Indonesia, kecuali apabila kegiatan

penghimpunan dana masyarakat dimaksud diatur dengan Undang-Undang tersendiri.

Undang-Undang dimaksud adalah Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 tentang Lembaga

Keuangan Mikro. BUKP bukan sebagai Bank Umum atau BPR maupun LKM, namun

melakukan kegiatan menghimpun dana masyarakat. Adapun perkembangan dana masyarakat

selama 3 (tiga) tahun terakhir adalah sebagai berikut :

Dana Mayarakat 2012 2013 2014Tabungan 51.495.363.351 61.942.939.031 67.666.563.272Simpanan Berjangka 41.817.520.000 41.725.013.000 41.279.443.000

35

Page 36: Reformasi Birokrasi (RB) DPPKA DIY

Jumlah 93.312.883.351 103.667.952.031 109.446.006.272

Usaha seperti BUKP diberikan batas waktu sampai dengan tanggal 8 Januari 2016 harus

sudah memperoleh izin dari OJK sebagai Lembaga Keuangan Mikro atau Bank Umum atau

BPR. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bagi para karyawan, karena setelah tanggal 8

Januari 2016 kegiatan yang mereka lakukan menjadi melanggar hukum. Apabila BUKP tidak

menjadi Bank maupun LKM, maka dana masyarakat yang dihimpun harus dikembalikan.

Mempersiapkan dana likuid untuk pengembalian dana masyarakat ini suatu pekerjaan yang

tidak mudah.

Kondisi yang diharapkan :

BUKP memiliki legalitas yang jelas dan dapat berperan sebagai lokomotif penggerak roda

perekonomian masyarakat, khususnya lapisan masyarakat menengah kebawah, yang mampu

memberikan dampak pembangunan daerah dan kesejahteraan masyarakat.

5. Bidang Akuntansi:

TANTANGAN DAN PERMASALAHAN

Sebelum era reformasi pengelolaan keuangan negara sistem pencatatan pada akuntansi di sektor

pemerintahan masih menggunakan single entry atau sering disebut juga dengan sistem tata buku

tunggal atau tata buku saja.Dalam sistem ini, pencatatan transaksi ekonomi dilakukan dengan

mencatat secara tunggal (tidak berpasangan). Transaksi yang berakibat bertambahnya kas akan

dicatat pada sisi Penerimaan dan transaksi yang berakibat berkurangnya kas akan dicatat pada

sisi Pengeluaran.

Pencatatan semacam itu disebut juga pembukuan.Sistem ini memiliki beberapa kelebihan, yaitu

sederhana dan mudah dipahami. Akan tetapi, sistem ini juga memiliki kelemahan, antara

lain kurang lengkap untuk pelaporan karena hanya dapat melaporkan saldo kas, dan tidak dapat

melaporkan utang, piutang dan ekuitas dana.  Juga sulit untuk melakukan kontrol transaksi,

36

Page 37: Reformasi Birokrasi (RB) DPPKA DIY

akibatnya sulit menelusuri kesalahan pembukuan yang terjadi.Oleh karena itu, dalam akuntansi

terdapat sistem pencatatan yang lebih baik dan dapat mengatasi kelemahan di atas.

Akibat dari sistem pencatatan ini, pemerintah tidak memiliki catatan mengenai aktiva tetap,

piutang , utang dan ekuitas dari suatu entitasnya.

Karena dianggap memiliki banyak kelemahan, Pemerintah beralih ke sistem pencatatan double

entry.Sistem pencatatan double entry sering juga disebut dengan sistem tata buku berpasangan.

Menurut sistem ini, pada dasarnya suatu transaksi ekonomi akan dicatat dua kali. Pencatatan

dengan sistem ini disebut dengan istilah menjurnal.Dalam pencatatan tersebut, sisi debit berada

disebelah kiri sedangkan sisi kredit berada disebelah kanan.Setiap pencatatan harus menjaga

keseimbangan persamaan dasar akuntansi.

Peralihan Basis Kas ke Akrual Basis

Basis Kas

Basis kas (cash basis) menetapkan bahwa pengakuan/ pencatatan transaksi ekonomi hanya

dilakukan apabila transaksi tersebut menimbulkan perubahan pada kas.

Basis Akrual

Basis akrual adalah dasar akuntansi yang mengakui transaksi dan peristiwa lainnya pada saat

transaksi dan peristiwa tersebut terjadi (dan bukan hanya pada saat kas atau setara kas diterima

atau dibayar).Oleh karena itu, transaksi-transaksi atau peristiwa-peristiwa dicatat dalam catatan

akuntansi dan diakui dalam laporan keuangan pada periode terjadinya. Basis akrual telah

ditetapkan dalam SAP dan dalam Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 untuk pemda, sehingga

seluruh pemda di Indonesia sudah harus menerapkannya mulai tahun 2007.

Dengan terbitnya Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 berisi Standar Akuntansi

Pemerintahan (SAP) berbasis kas menuju akrual (cash towards accrual). Dalam SAP ini,

pengakuan terhadap pendapatan, belanja dan pembiayaan berbasis kas, sedangkan pengakuan

terhadap asset, utang dan ekuitas dana berbasis akrual. Laporan keuangan yang dihasilkan dalam

37

Page 38: Reformasi Birokrasi (RB) DPPKA DIY

SAP ini adalah Laporan Realisasi Anggaran (LRA), neraca, laporan arus kas dan Catatan atas

Laporan Keuangan (CaLK).Pemerintah menggunakan pencatatan akuntansi kas menuju akrual.

Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 berisi Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) berbasis

akrual. SAP ini mengakui pendapatan, beban, asset, utang dan ekutas dalam pelaporan keuangan

berbasis akrual. Sedangkan pengakuan pendapatan, belanja dan pembiayaan dalam pelaporan

pelaksanaan anggaran berdasarkan basis yang ditetapkan adalam APBN/APBD. Laporan

keuangan yang dihasilkan dalam SAP ini adalah Laporan Realisasi Anggaran (LRA), neraca,

laporan arus kas, Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK), laporan operasional, laporan

perubahan SAL (Saldo Anggaran Lebih) dan laporan perubahan ekuitas.

Dan dengan dasar PP No. 71 Tahun 2010, Pemerintah Daerah wajib melaksanakan pencatatan

akuntansi berbasis akrual sejak Tahun 2015.

TANTANGAN DAN PERMASALAHAN

- Berisi tentang kondisi yang ada dan diharapkan

Sejak Tahun 2012 Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta telah melakukan

persiapan untuk penyusunan Laporan Keuangan berbasis Akrual sesuai yang

diamanahkan Permendagri No. 64 Tahun 2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi

Pemerintahan Berbasis Akrual Pada Pemerintah Daerah. Persiapan yang dilakukan

dengan mengadakan bimbingan teknis, menyusun aturan yang berkaitan dengan

penyusunan laporan tersebut dan Sistem yang mendukung penyusunan laporan.

Harapannya pada saat Peraturan tersebut diterapkan pada Tahun 2015, Sumber Daya

Manusia, Sistem Akuntansi dan IT Based System yang mendukung telah siap.

- Berisi tentang Faktor penghambat dan faktor pendukung

Faktor penghambat dalam penyusunan laporan berbasis akrual pada Pemerintah

Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta, masih kurangnya Sumber Daya Manusia yang

paham dengan Sistem Akuntansi Berbasis Akrual dan masih kurangnya pengendalian

dalam penerapan Sistem Aplikasi penyusunan Laporan Keuangan.

Penyusunan Laporan Keuangan berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah Daerah

Istimewa Yogyakarta didukung sepenuhnya oleh Pimpinan Pemerintah Daerah Daerah

38

Page 39: Reformasi Birokrasi (RB) DPPKA DIY

Istimewa Yogyakarta dengan mendukung semua kegiatan yang berhubungan dengan

penyusunan Laporan Keuangan. Hal ini bisa dilihat dengan dukungan anggaran untuk

menggunakan system aplikasi yang terintegrasi mulai dari penganggaran,

penatausahaan sampai dengan pelaporan.

6. Bidang Aset

Salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas

pengelolaan keuangan daerah adalah penyampaian laporan pertanggungjawaban keuangan

pemerintah daerah yang memenuhi prinsip tepat waktu dan disusun dengan mengikuti Standar

Akuntansi Pemerintahan (SAP). Laporan pertanggungjawaban keuangan setidak-tidaknya

meliputi Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Neraca,

Laporan Operasional, Laporan Arus Kas, Laporan Perubahan Ekuitas dan Catatan atas Laporan

Keuangan.

Didalam Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai

aset, kewajiban, dan entitas dana pada tanggal tertentu. Sedangkan aset adalah sumber daya

ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu

dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik

oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber

daya nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-

sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.

Aset diklasifikasikan kedalam aset lancar dan nonlancar, adapun aset nonlancar

mencakup aset yang bersifat jangka panjang, dan aset tak berwujud yang digunakan baik

langsung untuk kegiatan pemerintah atau yang digunakan masyarakat umum. Aset nonlancar

diklasifikasikan menjadi investasi jangka panjang, aset tetap, dana cadangan, dan aset lainnya.

Aset tetap meliputi tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi, dan jaringan,

aset tetap lainnya, dan konstruksi dalam pengerjaan.

Penyusutan aset tetap adalah aset pemerintah, kecuali beberapa jenis aset tertentu

seperti tanah, mempunyai masa manfaat dan kapasitas yang terbatas. Seiring dengan penurunan

kapasitas dan manfaat dari suatu aset dilakukan penyesuaian nilai.

Selanjutnya dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun

2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual pada Pemerintah

39

Page 40: Reformasi Birokrasi (RB) DPPKA DIY

Daerah, Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta telah menindaklanjuti dengan

dikeluarkannya Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 118 Tahun 2014

tentang Pedoman Penyusutan Barang Milik Daerah Berupa Aset Tetap.

d.2UPAYA-UPAYA YANG DILAKUKAN

d.2.1 Bidang Pendapatan

Peningkatan pendapatan asli daerah harus berdasarkan pada peraturan daerah yang

ditetapkan agar dapat mendorong peranan investasi masyarakat dalam pembangunan serta

meningkatkan daya saing yang kondusif. Hal ini bertujuan untuk mewujudkan kemandirian

daerah dari sisi pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah. Upaya-

upaya yang dilakukan guna memenuhi target pendapatan antara lain dengan :

1. Melakukan pengkajian sumber-sumber potensi pendapatan daerah bekerjasama dengan

unsur akademik dan tenaga ahli;

2. Penyederhanaan sistem dan prosedur pajak dan non pajak;

3. Pembebasan sanksi administrasi berupa denda dan bunga pajak;

4. Pengoptimalan penagihan pajak daerah door to door;

5. Pelayanan pembayaran pajak secara online, bus satling, maupun event tertentu seperti

pameran pembangunan maupun pasar malam sekaten.

Selain itu, dilakukan pula beberapa upaya guna peningkatan penerimaan dana perimbangan dan

dana bagi hasil serta lain-lain pendapatan yang sah, di antaranya melalui :

40

Page 41: Reformasi Birokrasi (RB) DPPKA DIY

1. Penyusunan program-program unggulan yang dapat diusulkan untuk dibiayai melalui

sumber Dana Alokasi Khusus (DAK);

2. Peningkatan pendapatan dari dana bagi hasil pajak (PBB dan PPh) melalui intensifikasi dan

ekstensifikasi;

3. Peningkatan akurasi data potensi sumber daya alam sebagai dasar perhitungan pembagian

dalam dana perimbangan dan lain-lain pendapatan yang sah;

4. Peningkatan koordinasi dengan Pemerintah Pusat dan Kabupaten/Kota dalam

mengoptimalkan bagi hasil dana perimbangan dan lain-lain pendapatan yang sah.

Dalam hal meningkatkan pelayanan publik khususnya wajib pajak pada pendaftaran

kendaraan bermotor, pajak kendaraan bermotor dan balik nama kendaraan bermotor serta upaya

untuk meningkatkan penerimaan pendapatan asli daerah, maka dilaksanakan beberapa inovasi

melalui layanan unggulan pada 5 Kantor Pelayanan Pajak Daerah / Kantor Bersama Samsat di

seluruh Daerah Istimewa Yogyakarta dan pengembangan layanan antara lain :

1. Samsat Pembantu di Sewon Bantul dan Maguwoharjo Sleman.

Merupakan layanan pembayaran pajak kendaraan bermotor (pengesahan STNK Tahunan)

dan Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan (SWDKLLJ).

2. Samsat Payment Point

Merupakan layanan pembayaran pajak kendaraan bermotor (pengesahan STNK Tahunan)

dan Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan (SWDKLLJ) yang

pelaksanaannya berada pada 1 Kantor Kas dan 5 Cabang Pembantu Bank BPD DIY, yaitu :

a. Kantor Kas Bank BPD Giwangan Kota Yogyakarta

b. Kantor Cabang Pembantu Bank BPD Piyungan Bantul

c. Kantor Cabang Pembantu Bank BPD Nanggulan Kulon Progo

d. Kantor Cabang Pembantu Bank BPD Karangmojo Gunungkidul

e. Kantor Cabang Pembantu Bank BPD Kalasan Sleman.

f. Kantor Cabang Pembantu Bank BPD Godean Sleman.

3. Samsat Corner.

41

Page 42: Reformasi Birokrasi (RB) DPPKA DIY

Merupakan layanan pembayaran pajak kendaraan bermotor (pengesahan STNK Tahunan)

dan Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan (SWDKLLJ) yang ditempatkan

di Galeria Mall .

4. Samsat Drive Thru

Merupakan layanan pembayaran pajak kendaraan bermotor (pengesahan STNK Tahunan)

dan Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan (SWDKLLJ) tanpa Wajib Pajak

harus turun dari kendaraan, terletak di Samsat Pembantu Sewon Bantul.

5. Samsat Keliling

Merupakan layanan pembayaran pajak kendaraan bermotor (pengesahan STNK Tahunan)

dan Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan (SWDKLLJ) menggunakan 5

unit Bus pada tempat-tempat strategis.

6. Samsat pada Acara Tertentu.

Merupakan layanan pembayaran pajak kendaraan bermotor (pengesahan STNK Tahunan)

dan Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan (SWDKLLJ) pada acara Pasar

Malam Perayaan Sekaten (PMPS)/Pameran Pembangunan di Kabupaten/ Kota.

Dalam memberikan pelayanan publik, KPPD / SAMSAT se DIY telah memperoleh

penghargaan Piala Citra Pelayanan Prima (CPP) dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur

Negara dan Reformasi Birokrasi pada tahun 2009 untuk KPPD Gunungkidul dan KPPD Bantul,

sedang KPPD Kota Yogyakarta pada tahun 2012, dan pengakuan pelayanan dengan Indek

Kepuasan Masyarakat (IKM) dengan kategori Baik untuk 5 KPPD serta Sertifikasi ISO 9001-

2008 sejak tahun 2009.

d.2.2 Bidang Belanja:

A. Upaya-upaya perbaikan yang dilaksanakan (reformasi)Untuk mewujudkan pemerintahan yang kredibel (high performing government),

penerapan penganggaran berbasis kinerja dapat dikategorikan sebagai bagian atau salah satu elemen dari “managing for results” atau performance management. Dalam managing for results (manajemen kinerja), digunakan informasi kinerja (pengukuran

42

Page 43: Reformasi Birokrasi (RB) DPPKA DIY

kinerja) untuk meningkatkan kinerja sektor publik. Pengukuran kinerja digunakan sebagai dasar untuk menilai keberhasilan/kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan visi dan misi intansi pemerintah. Dalam hal ini, diperlukan kejelasan yang optimal tentang hasil (outcome) yang ingin dicapai, dan hubungan dengan keluaran (output) dan aktivitas untuk mencapai hasil tersebut.

Penerapan penganggaran berbasis kinerja dalam paket managing for results, berkaitan dengan perencanaan stratejik dan target kinerja, serta pemberian reward and punishment. Penganggaran berbasis kinerja adalah proses penyusunan anggaran yang berkelanjutan, termasuk didalamnya proses umpan balik tentang kinerja yang dicapai. Oleh karena itu, pelaksanaan penganggaran berbasis kinerja tidak dapat dilakukan dengan optimal tanpa ditunjang dengan penerapan insentif atas kinerja yang dicapai. Untuk itu, diperlukan mekanisme penilaian, sistem insentif dan reward and punishment, yang diterapkan sebagai pengaruh/akibat keberhasilan atau kegagalan pencapaian kinerja atas penganggaran untuk tahun berikutnya.

Penerapan insentif dilakukan antara lain dengan mengaitkan antara keberhasilan pencapaian kinerja dengan perolehan atas prioritas anggaran disertai kepastian atas pembiayaan suatu program dan kegiatan ke depan. Selain itu, perlu pula didukung dengan mekanisme non keuangan, terutama keinginan dan kebutuhan atas pencapaian kinerja, yaitu beberapa bentuk insentif lain yang secara teori dapat dilakukan, seperti penerapan sistem pembayaran gaji berdasarkan kinerja, koreksi perencanaan, mengurangi/membatasi/menahan pemberian dana, memotong gaji pimpinan, memindahkan tanggung jawab organisasi dan penggantian pimpinan unit yang bertanggungjawab.

d.2.3 Bidang Pengelolaan Kas Daerah:

Dalam rangka meningkatkan kinerja penatausahaan keuangan, Pemda DIY telah menggunakan aplikasi SIPKD. Dalam rangka mendukung proses pengelolaan keuangan daerah yang baik dan efektif, peranan sistem informasi dan penataan manajemen perlu dilakukan. Peranan sistem informasi berbasis komputer didukung dengan pelatihan SDM yang terkait merupakan solusi permasalahan keuangan.Selain menjadi solusi permasalahan, peranan teknologi informasi juga dapat mempersingkat waktu pekerjaan dengan hasil yang akurat atau valid.

Tahun 2016 mendatang direncanakan penatausahaan gaji pegawai daerah yang selama ini menggunakan aplikasi GDO untuk diintegrasikan ke dalam aplikasi SIPKD.

d.2.4 Bidang Administrasi Keuangan Daerah (BAKD):

43

Page 44: Reformasi Birokrasi (RB) DPPKA DIY

Revitalisasi BUMD sebagai bagian dari proses reformasi BUMD merupakan wujud

pendayagunaan aset dan lembaga ekonomi daerah yang dimiliki Pemerintah Daerah, agar

mampu menjadi sumber pendapatan alternatif guna membiayai anggaran pembangunan daerah.

Oleh sebab itu, upaya reformasi BUMD memerlukan tindakan konsisten.Selain pengembangan

strategi di tingkat korporat, upaya reformasi juga perlu ditunjang oleh strategi pada tingkat unit

bisnis yang lebih fokus, serta tingkat fungsional harus lebih profesional. Oleh sebab itu,

penegakan visi menjadi strategis karena memberikan peta dan gambaran tentang masa depan

perusahaan, sekaligus meyakinkan seluruh unsur di dalam perusahaan mengenai mengapa harus

menuju kesana melalui revitalisasi dan optimalisasi perannya.

1. PT. Bank Pembangunan Daerah DIY

PT. Bank Pembangunan Daerah DIY pada tahun 2015 melakukan upaya-upaya

pemenuhan modal inti Bank BUKU 2 dan ditargetkan pada pertengahan tahun 2016 dapat

tercapai. Oleh sebab itu, para pemegang saham sepakat pemenuhan modal dasar

Rp.1.000.000.000.000,- akan diselesaikan pada tahun anggaran 2016, yang jumlah tambahan

penyertaan modal Pemerintah DIY dan Pemerintah Kab/Kota sudah dimasukkan pada RAPBD

tahun anggaran 2016 masing-masing.

2. PT. Anindya Mitra Internasional

PT. Anindya Mitra Internasional pada tahun 2015 melakukan revitalisasi unit-unit

usahanya melalui penutupan unit Sagan Resto, pengurangan tenaga kerja serta melakukan

efisiensi usaha di masing-masing unit usaha, yang meliputi SDM, peralatan dan mesin serta

strategi bisnis yang lebih fokus.

3. PT. Taru Martani

PT. Taru Martani pada tahun 2015 menyusun rencana bisnis diversifikasi usaha yang

berupa pendirian PT baru yang bergerak dalam bidang industri briket arang yang berlokasi di

Pati, Jawa Tengah. Modal dasar PT baru tersebut sebesar Rp.10.000.000.000,- dengan komposisi

49% PT. Taru Martani dan 51% pihak lain. Recana tersebut telah disetujui oleh RUPS dan pada

tahun 2017 perusahaan tersebut sudah dapat beroperasi.

4. BUKP

Upaya reformasi BUKP memerlukan langkah perubahan yang cukup besar.Perubahan

tersebut merupakan langkah fundamental dan memerlukan kemauan keras para stakeholders di

44

Page 45: Reformasi Birokrasi (RB) DPPKA DIY

dalam BUKP itu sendiri untuk berubah menjadi perusahaan dalam arti sebenarnya.Perubahan

yang sangat fundamental adalah mengubah mindset dari birokrat menjadi entrepreneur.Selain

itu, perubahan-perubahan mendasar yang diperlukan meliputi legalitas BUKP, peran dan

dukungan pemerintah daerah dan perubahan peran BUKP sebagai bagian dari funding support

APBD. Penataan kelembagaan BUKP, yang diawali dengan membagi 75 BUKP kedalam 17

wilayah koordinasi dan masing-masing wilayah koordinasi dipimpin oleh 1 orang koordinator

wilayah. Kemudian di masing-masing kabupaten/kota diangkat 1 orang sebagai koordinator

kabupaten/kota. Hal ini dilakukan untuk memudahkan konsolidasi BUKP, yang nantinya 75

BUKP akan menjadi 1 entitas yaitu PT. BUKP DIY yang memiliki 5 kantor cabang, 17 kantor

cabang pembantu dan 75 unit pelayanan. Rencana pembentukan PT. BUKP DIY saat ini sedang

dilakukan kajian oleh akademisi.

E. Capaian

Hasil penyertaan modal Pemerintah DIY pada masing-masing BUMD pada tahun

anggaran 2015 adalah sebagai berikut :

No. BUMD Jumlah Penyertaan Modal Hasil Penyertaan Modal %1. PT. Bank BPD DIY 233.500.000.000 46.643.980.858 19,982. PT. Anindya Mitra Internasional 20.444.000.000 500.000.000 2,453. PT. Taru Martani 15.842.500.000 493.207.600 3,194. BUKP 20.000.000.000 4.287.704.475 21,44

Jumlah 289.786.500.000 51.924.892.933 17,92F. Inovasi pelayanan publik yang tengah dilakukan

Inovasi pelayanan publik yang telah dan akan dilakukan masing-masing BUMD adalah

sebagai berikut :

1. PT. Bank Pembangunan Daerah DIY

Pada tahun 2015 BPD DIY meluncurkan program layanan keuangan tanpa kantor

(Branchless Banking) dalam rangka keuangan inklusif (laku pandai). Program ini

dilaksanakan bersama 10 Bank BPD yang lain di seluruh Indonesia yang tergabung dalam

aplikasi BPDNet. Dengan aplikasi ini pelayanan yang diberikan kepada masyarakat akan

lebih cepat, efisien dan efektif.

2. PT. Anindya Mitra Internasional

45

Page 46: Reformasi Birokrasi (RB) DPPKA DIY

Mulai tahun 2013, PT. Anindya Mitra Internasional membuka 1 unit usaha transportasi yang

bekerjasama dengan PT. Jogja Tugu Trans untuk mengoperasikan 20 bus milik PT. Anindya

Mitra Internasional.

3. PT. Taru Martani

Produksi pengolahan hasil tembakau (cerutu dan tembakau iris) merupakan kegiatan utama

PT. Taru Martani, walaupun regulasi Pemerintah RI dan dunia internasional yang semakin

memberatkan namun manajemen masih optimis bahwa usaha ini masih memberikan

keuntungan meskipun harus melakukan efisiensi biaya, menjaga kualitas dan mencoba untuk

membuka pasar baru dengan memasarkan produk yang selama ini masih berjalan, yaitu :

a. Produk Cerutu untuk pasar lokal (Adipati, Ramayana, Senator, Mundi Victor, Cheer Up,

Robusto, Corona, dll) dan pasar ekspor (Amerika, Eropa, Asia dan Timur Tengah).

b. Produk tembakau iris, untuk pasar lokal (Countryman, Mundi Victor dan Violin) dan

pasar ekspor (Violin).

Sejak tanggal 24 November 2011, PT. Taru Martani bekerja sama dengan PT. Tripillar Karya

Jaya yang bergerak dalam bidang percetakan (offset, packaging dan paper bag). Berdasarkan

RKAP 2016 PT. Taru Martani akan merencanakan membuat diversifikasi usaha dibidang

Industry Energy : Sawdust Charcoal Briquette dan Bio Food : Smoke Fish – Refined Salt

bekerjsama dengan PT. Young Sinaneka Energy, dengan komposisi modal 49% untuk PT.

Taru Martani dan 51% untuk PT. Young Sinaneka Energy.

4. BUKP

Pada tahun 2016 akan dilakukan reformasi BUKP dengan dilakukan penataan kelembagaan

dimana BUKP akan kembali kekittah Perda Nomor 1 Tahun 1989 dan berfungsi sebagai agen

Pemerintah Daerah dalam memberikan penyalurkan kredit kepada masyarakat. Adapun

kredit-kredit yang akan disalurkan adalah berupa kredit program (dana bergulir yang dananya

bersumber dari APBD DIY, APBD Kab/Kota maupun dari Pemerintah Pusat).

d.2.5 Bidang Akuntansi:

- Berisi Upaya yang sudah dilakukan

46

Page 47: Reformasi Birokrasi (RB) DPPKA DIY

Upaya yang sudah dilakukan oleh Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta

dengan melakukan bimbingan Teknis kepada bendahara, pengurus barang dan petugas

akuntansi serta unsur pendukung yang terkait dengan penyusunan laporan

keuangan.Selain dengan Bimbingan Teknis untuk Sumber Daya Manusia, juga disusun

peraturan yang terkait dengan pelaksanaan penyusunan Laporan Keuangan berbasis

Akrual, seperti Kebijakan Akuntansi ataupun Sistem dan Prosedur Pengelolaan

Keuangan Daerah.Peraturan tersebut disesuaikan dengan pelaksanaan Penyusunan

Laporan Keuangan berbasis Akrual.

- Berisi Upaya yang akan dilakukan

Upaya yang akan dilakukan dalam mendukung penyusunan Laporan Keuangan

berbasis Akrual, selama ini sistem aplikasi pendukung penyusunan laporan keuangan

telah diintegrasikan mulai dari penyusunan anggaran sampai dengan pelaporan. Untuk

ke depannya akan diintegrasikan pula modul asset dan pendapatan sebagai pendukung

penyusunan Laporan Keuangan berbasis Akrual. Sehingga akan mempermudah

petugas Akuntansi dan Petugas terkait dalam penyusunan Laporan Keuangan.

- Inovasi yang sudah dilakukan

Inovasi yang sudah dilakukan pada Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta

dengan melakukan perjanjian dengan Badan Pemeriksa Keuangan ( BPK) untuk

diterapkan e –audit. Dalam pelaksanaan e-audit terdapat tiga tahapan:

a. Integrasi Langsung, yang berarti server Pemda tersambung langsung dengan server

BPK. Jadi kapanpun BPK akan memeriksa Sistem Aplikasi Laporan Keuangan

bisa langsung melihat dari system.

b. Dengan menggunakan mode kirim, yaitu data diolah terlebih dahulu oleh

Pemerintah Daerah, baru dikirimkan ke pemeriksa.

c. Dengan system manual, yaitu data diolah dan dicetak oleh Pemerintah Daerah,

baru dikirimkan kepada Pemeriksa melalui email

Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta telah menggunakan metode Integrasi

langsung. Jadi langsung tersembung dengan server BPK, sehingga BPK bisa secara

langsung melihat transaksi yang terjadi pada Pemerintah Daerah.

47

Page 48: Reformasi Birokrasi (RB) DPPKA DIY

d.2.6 Bidang Aset:

Atas permasalahan tersebut diatas untuk menyajikan nilai Aset Tetap dan Aset Lainnya pada Neraca masih menggunakan cara manual yang diolah dari aplikasi SIPKD Modul Aset. Sehingga terus menerus melakukan pendampingan kepada kepada pengurus barang dan petugas akuntansi SKPD/Unit Kerja dalam penyusunan laporan keuangan SKPD per-Triwulan dalam tahun 2015.

d.3 Inovasi yang sudah dilakukan

1. Bidang Pendapatan:

I. UPAYA-UPAYA YANG DILAKSANAKAN

Peningkatan pendapatan asli daerah harus berdasarkan pada peraturan daerah yang

ditetapkan agar dapat mendorong peranan investasi masyarakat dalam pembangunan serta

meningkatkan daya saing yang kondusif. Hal ini bertujuan untuk mewujudkan kemandirian

daerah dari sisi pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah. Upaya-

upaya yang dilakukan guna memenuhi target pendapatan antara lain dengan :

6. Melakukan pengkajian sumber-sumber potensi pendapatan daerah bekerjasama dengan

unsur akademik dan tenaga ahli;

7. Penyederhanaan sistem dan prosedur pajak dan non pajak;

8. Pembebasan sanksi administrasi berupa denda dan bunga pajak;

9. Pengoptimalan penagihan pajak daerah door to door;

10. Pelayanan pembayaran pajak secara online, bus satling, maupun event tertentu seperti

pameran pembangunan maupun pasar malam sekaten.

Selain itu, dilakukan pula beberapa upaya guna peningkatan penerimaan dana perimbangan dan

dana bagi hasil serta lain-lain pendapatan yang sah, di antaranya melalui :

5. Penyusunan program-program unggulan yang dapat diusulkan untuk dibiayai melalui

sumber Dana Alokasi Khusus (DAK);

6. Peningkatan pendapatan dari dana bagi hasil pajak (PBB dan PPh) melalui intensifikasi dan

ekstensifikasi;

7. Peningkatan akurasi data potensi sumber daya alam sebagai dasar perhitungan pembagian

dalam dana perimbangan dan lain-lain pendapatan yang sah;

48

Page 49: Reformasi Birokrasi (RB) DPPKA DIY

8. Peningkatan koordinasi dengan Pemerintah Pusat dan Kabupaten/Kota dalam

mengoptimalkan bagi hasil dana perimbangan dan lain-lain pendapatan yang sah.

Dalam hal meningkatkan pelayanan publik khususnya wajib pajak pada pendaftaran

kendaraan bermotor, pajak kendaraan bermotor dan balik nama kendaraan bermotor serta upaya

untuk meningkatkan penerimaan pendapatan asli daerah, maka dilaksanakan beberapa inovasi

melalui layanan unggulan pada 5 Kantor Pelayanan Pajak Daerah / Kantor Bersama Samsat di

seluruh Daerah Istimewa Yogyakarta dan pengembangan layanan antara lain :

7. Samsat Pembantu di Sewon Bantul dan Maguwoharjo Sleman.

Merupakan layanan pembayaran pajak kendaraan bermotor (pengesahan STNK Tahunan)

dan Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan (SWDKLLJ).

8. Samsat Payment Point

Merupakan layanan pembayaran pajak kendaraan bermotor (pengesahan STNK Tahunan)

dan Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan (SWDKLLJ) yang

pelaksanaannya berada pada 1 Kantor Kas dan 5 Cabang Pembantu Bank BPD DIY, yaitu :

g. Kantor Kas Bank BPD Giwangan Kota Yogyakarta

h. Kantor Cabang Pembantu Bank BPD Piyungan Bantul

i. Kantor Cabang Pembantu Bank BPD Nanggulan Kulon Progo

j. Kantor Cabang Pembantu Bank BPD Karangmojo Gunungkidul

k. Kantor Cabang Pembantu Bank BPD Kalasan Sleman.

l. Kantor Cabang Pembantu Bank BPD Godean Sleman.

9. Samsat Corner.

Merupakan layanan pembayaran pajak kendaraan bermotor (pengesahan STNK Tahunan)

dan Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan (SWDKLLJ) yang ditempatkan

di Galeria Mall .

10. Samsat Drive Thru

49

Page 50: Reformasi Birokrasi (RB) DPPKA DIY

Merupakan layanan pembayaran pajak kendaraan bermotor (pengesahan STNK Tahunan)

dan Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan (SWDKLLJ) tanpa Wajib Pajak

harus turun dari kendaraan, terletak di Samsat Pembantu Sewon Bantul.

11. Samsat Keliling

Merupakan layanan pembayaran pajak kendaraan bermotor (pengesahan STNK Tahunan)

dan Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan (SWDKLLJ) menggunakan 5

unit Bus pada tempat-tempat strategis.

12. Samsat pada Acara Tertentu.

Merupakan layanan pembayaran pajak kendaraan bermotor (pengesahan STNK Tahunan)

dan Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan (SWDKLLJ) pada acara Pasar

Malam Perayaan Sekaten (PMPS)/Pameran Pembangunan di Kabupaten/ Kota.

Dalam memberikan pelayanan publik, KPPD / SAMSAT se DIY telah memperoleh

penghargaan Piala Citra Pelayanan Prima (CPP) dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur

Negara dan Reformasi Birokrasi pada tahun 2009 untuk KPPD Gunungkidul dan KPPD Bantul,

sedang KPPD Kota Yogyakarta pada tahun 2012, dan pengakuan pelayanan dengan Indek

Kepuasan Masyarakat (IKM) dengan kategori Baik untuk 5 KPPD serta Sertifikasi ISO 9001-

2008 sejak tahun 2009.

50

Page 51: Reformasi Birokrasi (RB) DPPKA DIY

2. Bidang Belanja:

Untuk mewujudkan pemerintahan yang kredibel (high performing government), penerapan penganggaran berbasis kinerja dapat dikategorikan sebagai bagian atau salah satu elemen dari “managing for results” atau performance management. Dalam managing for results (manajemen kinerja), digunakan informasi kinerja (pengukuran kinerja) untuk meningkatkan kinerja sektor publik. Pengukuran kinerja digunakan sebagai dasar untuk menilai keberhasilan/kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan

51

Page 52: Reformasi Birokrasi (RB) DPPKA DIY

sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan visi dan misi intansi pemerintah. Dalam hal ini, diperlukan kejelasan yang optimal tentang hasil (outcome) yang ingin dicapai, dan hubungan dengan keluaran (output) dan aktivitas untuk mencapai hasil tersebut.

Penerapan penganggaran berbasis kinerja dalam paket managing for results, berkaitan dengan perencanaan stratejik dan target kinerja, serta pemberian reward and punishment. Penganggaran berbasis kinerja adalah proses penyusunan anggaran yang berkelanjutan, termasuk didalamnya proses umpan balik tentang kinerja yang dicapai. Oleh karena itu, pelaksanaan penganggaran berbasis kinerja tidak dapat dilakukan dengan optimal tanpa ditunjang dengan penerapan insentif atas kinerja yang dicapai. Untuk itu, diperlukan mekanisme penilaian, sistem insentif dan reward and punishment, yang diterapkan sebagai pengaruh/akibat keberhasilan atau kegagalan pencapaian kinerja atas penganggaran untuk tahun berikutnya.

Penerapan insentif dilakukan antara lain dengan mengaitkan antara keberhasilan pencapaian kinerja dengan perolehan atas prioritas anggaran disertai kepastian atas pembiayaan suatu program dan kegiatan ke depan. Selain itu, perlu pula didukung dengan mekanisme non keuangan, terutama keinginan dan kebutuhan atas pencapaian kinerja, yaitu beberapa bentuk insentif lain yang secara teori dapat dilakukan, seperti penerapan sistem pembayaran gaji berdasarkan kinerja, koreksi perencanaan, mengurangi/membatasi/menahan pemberian dana, memotong gaji pimpinan, memindahkan tanggung jawab organisasi dan penggantian pimpinan unit yang bertanggungjawab.

4. Bidang Pengelolaan Kas Daerah (Kasda)5. Upaya-upaya Perbaikan Yang Dilaksanakan

Dalam rangka meningkatkan kinerja penatausahaan keuangan, Pemda DIY telah menggunakan aplikasi SIPKD. Dalam rangka mendukung proses pengelolaan keuangan daerah yang baik dan efektif, peranan sistem informasi dan penataan manajemen perlu dilakukan. Peranan sistem informasi berbasis komputer didukung dengan pelatihan SDM yang terkait merupakan solusi permasalahan keuangan.Selain menjadi solusi permasalahan, peranan teknologi informasi juga dapat mempersingkat waktu pekerjaan dengan hasil yang akurat atau valid.

Tahun 2016 mendatang direncanakan penatausahaan gaji pegawai daerah yang selama ini menggunakan aplikasi GDO untuk diintegrasikan ke dalam aplikasi SIPKD.

4. Bidang Bina Administrasi Keuangan Daerah (BAKD)

52

Page 53: Reformasi Birokrasi (RB) DPPKA DIY

Revitalisasi BUMD sebagai bagian dari proses reformasi BUMD merupakan wujud

pendayagunaan aset dan lembaga ekonomi daerah yang dimiliki Pemerintah Daerah, agar

mampu menjadi sumber pendapatan alternatif guna membiayai anggaran pembangunan daerah.

Oleh sebab itu, upaya reformasi BUMD memerlukan tindakan konsisten.Selain pengembangan

strategi di tingkat korporat, upaya reformasi juga perlu ditunjang oleh strategi pada tingkat unit

bisnis yang lebih fokus, serta tingkat fungsional harus lebih profesional. Oleh sebab itu,

penegakan visi menjadi strategis karena memberikan peta dan gambaran tentang masa depan

perusahaan, sekaligus meyakinkan seluruh unsur di dalam perusahaan mengenai mengapa harus

menuju kesana melalui revitalisasi dan optimalisasi perannya.

1. PT. Bank Pembangunan Daerah DIY

PT. Bank Pembangunan Daerah DIY pada tahun 2015 melakukan upaya-upaya

pemenuhan modal inti Bank BUKU 2 dan ditargetkan pada pertengahan tahun 2016 dapat

tercapai. Oleh sebab itu, para pemegang saham sepakat pemenuhan modal dasar

Rp.1.000.000.000.000,- akan diselesaikan pada tahun anggaran 2016, yang jumlah tambahan

penyertaan modal Pemerintah DIY dan Pemerintah Kab/Kota sudah dimasukkan pada RAPBD

tahun anggaran 2016 masing-masing.

2. PT. Anindya Mitra Internasional

PT. Anindya Mitra Internasional pada tahun 2015 melakukan revitalisasi unit-unit

usahanya melalui penutupan unit Sagan Resto, pengurangan tenaga kerja serta melakukan

efisiensi usaha di masing-masing unit usaha, yang meliputi SDM, peralatan dan mesin serta

strategi bisnis yang lebih fokus.

3. PT. Taru Martani

PT. Taru Martani pada tahun 2015 menyusun rencana bisnis diversifikasi usaha yang

berupa pendirian PT baru yang bergerak dalam bidang industri briket arang yang berlokasi di

Pati, Jawa Tengah. Modal dasar PT baru tersebut sebesar Rp.10.000.000.000,- dengan komposisi

49% PT. Taru Martani dan 51% pihak lain. Recana tersebut telah disetujui oleh RUPS dan pada

tahun 2017 perusahaan tersebut sudah dapat beroperasi.

4. BUKP

Upaya reformasi BUKP memerlukan langkah perubahan yang cukup besar.Perubahan

tersebut merupakan langkah fundamental dan memerlukan kemauan keras para stakeholders di

53

Page 54: Reformasi Birokrasi (RB) DPPKA DIY

dalam BUKP itu sendiri untuk berubah menjadi perusahaan dalam arti sebenarnya.Perubahan

yang sangat fundamental adalah mengubah mindset dari birokrat menjadi entrepreneur.Selain

itu, perubahan-perubahan mendasar yang diperlukan meliputi legalitas BUKP, peran dan

dukungan pemerintah daerah dan perubahan peran BUKP sebagai bagian dari funding support

APBD. Penataan kelembagaan BUKP, yang diawali dengan membagi 75 BUKP kedalam 17

wilayah koordinasi dan masing-masing wilayah koordinasi dipimpin oleh 1 orang koordinator

wilayah. Kemudian di masing-masing kabupaten/kota diangkat 1 orang sebagai koordinator

kabupaten/kota. Hal ini dilakukan untuk memudahkan konsolidasi BUKP, yang nantinya 75

BUKP akan menjadi 1 entitas yaitu PT. BUKP DIY yang memiliki 5 kantor cabang, 17 kantor

cabang pembantu dan 75 unit pelayanan. Rencana pembentukan PT. BUKP DIY saat ini sedang

dilakukan kajian oleh akademisi.

E. Capaian

Hasil penyertaan modal Pemerintah DIY pada masing-masing BUMD pada tahun

anggaran 2015 adalah sebagai berikut :

No. BUMD Jumlah Penyertaan Modal

Hasil Penyertaan Modal

%

1. PT. Bank BPD DIY 233.500.000.000 46.643.980.858 19,982. PT. Anindya Mitra

Internasional20.444.000.000 500.000.000 2,45

3. PT. Taru Martani 15.842.500.000 493.207.600 3,194. BUKP 20.000.000.000 4.287.704.475 21,44

Jumlah 289.786.500.000 51.924.892.933 17,92F. Inovasi pelayanan publik yang tengah dilakukan

Inovasi pelayanan publik yang telah dan akan dilakukan masing-masing BUMD adalah

sebagai berikut :

1. PT. Bank Pembangunan Daerah DIY

Pada tahun 2015 BPD DIY meluncurkan program layanan keuangan tanpa kantor

(Branchless Banking) dalam rangka keuangan inklusif (laku pandai). Program ini

dilaksanakan bersama 10 Bank BPD yang lain di seluruh Indonesia yang tergabung dalam

54

Page 55: Reformasi Birokrasi (RB) DPPKA DIY

aplikasi BPDNet. Dengan aplikasi ini pelayanan yang diberikan kepada masyarakat akan

lebih cepat, efisien dan efektif.

2. PT. Anindya Mitra Internasional

Mulai tahun 2013, PT. Anindya Mitra Internasional membuka 1 unit usaha transportasi yang

bekerjasama dengan PT. Jogja Tugu Trans untuk mengoperasikan 20 bus milik PT. Anindya

Mitra Internasional.

3. PT. Taru Martani

Produksi pengolahan hasil tembakau (cerutu dan tembakau iris) merupakan kegiatan utama

PT. Taru Martani, walaupun regulasi Pemerintah RI dan dunia internasional yang semakin

memberatkan namun manajemen masih optimis bahwa usaha ini masih memberikan

keuntungan meskipun harus melakukan efisiensi biaya, menjaga kualitas dan mencoba untuk

membuka pasar baru dengan memasarkan produk yang selama ini masih berjalan, yaitu :

a. Produk Cerutu untuk pasar lokal (Adipati, Ramayana, Senator, Mundi Victor, Cheer Up,

Robusto, Corona, dll) dan pasar ekspor (Amerika, Eropa, Asia dan Timur Tengah).

b. Produk tembakau iris, untuk pasar lokal (Countryman, Mundi Victor dan Violin) dan

pasar ekspor (Violin).

Sejak tanggal 24 November 2011, PT. Taru Martani bekerja sama dengan PT. Tripillar Karya

Jaya yang bergerak dalam bidang percetakan (offset, packaging dan paper bag). Berdasarkan

RKAP 2016 PT. Taru Martani akan merencanakan membuat diversifikasi usaha dibidang

Industry Energy : Sawdust Charcoal Briquette dan Bio Food : Smoke Fish – Refined Salt

bekerjsama dengan PT. Young Sinaneka Energy, dengan komposisi modal 49% untuk PT.

Taru Martani dan 51% untuk PT. Young Sinaneka Energy.

4. BUKP

Pada tahun 2016 akan dilakukan reformasi BUKP dengan dilakukan penataan kelembagaan

dimana BUKP akan kembali kekittah Perda Nomor 1 Tahun 1989 dan berfungsi sebagai agen

Pemerintah Daerah dalam memberikan penyalurkan kredit kepada masyarakat. Adapun

55

Page 56: Reformasi Birokrasi (RB) DPPKA DIY

kredit-kredit yang akan disalurkan adalah berupa kredit program (dana bergulir yang dananya

bersumber dari APBD DIY, APBD Kab/Kota maupun dari Pemerintah Pusat).

5. Bidang Akuntansi

- Berisi Upaya yang sudah dilakukan

Upaya yang sudah dilakukan oleh Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta

dengan melakukan bimbingan Teknis kepada bendahara, pengurus barang dan petugas

akuntansi serta unsur pendukung yang terkait dengan penyusunan laporan

keuangan.Selain dengan Bimbingan Teknis untuk Sumber Daya Manusia, juga disusun

peraturan yang terkait dengan pelaksanaan penyusunan Laporan Keuangan berbasis

Akrual, seperti Kebijakan Akuntansi ataupun Sistem dan Prosedur Pengelolaan

Keuangan Daerah.Peraturan tersebut disesuaikan dengan pelaksanaan Penyusunan

Laporan Keuangan berbasis Akrual.

- Berisi Upaya yang akan dilakukan

Upaya yang akan dilakukan dalam mendukung penyusunan Laporan Keuangan

berbasis Akrual, selama ini sistem aplikasi pendukung penyusunan laporan keuangan

telah diintegrasikan mulai dari penyusunan anggaran sampai dengan pelaporan. Untuk

ke depannya akan diintegrasikan pula modul asset dan pendapatan sebagai pendukung

penyusunan Laporan Keuangan berbasis Akrual. Sehingga akan mempermudah

petugas Akuntansi dan Petugas terkait dalam penyusunan Laporan Keuangan.

- Inovasi yang sudah dilakukan

Inovasi yang sudah dilakukan pada Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta

dengan melakukan perjanjian dengan Badan Pemeriksa Keuangan ( BPK) untuk

diterapkan e –audit. Dalam pelaksanaan e-audit terdapat tiga tahapan:

d. Integrasi Langsung, yang berarti server Pemda tersambung langsung dengan server

BPK. Jadi kapanpun BPK akan memeriksa Sistem Aplikasi Laporan Keuangan

bisa langsung melihat dari system.

56

Page 57: Reformasi Birokrasi (RB) DPPKA DIY

e. Dengan menggunakan mode kirim, yaitu data diolah terlebih dahulu oleh

Pemerintah Daerah, baru dikirimkan ke pemeriksa.

f. Dengan system manual, yaitu data diolah dan dicetak oleh Pemerintah Daerah,

baru dikirimkan kepada Pemeriksa melalui email

Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta telah menggunakan metode Integrasi

langsung. Jadi langsung tersembung dengan server BPK, sehingga BPK bisa secara

langsung melihat transaksi yang terjadi pada Pemerintah Daerah.

6. Bidang Pengelolaan Barang Daerah (ASET)

Atas permasalahan tersebut diatas untuk menyajikan nilai Aset Tetap dan Aset Lainnya pada Neraca masih menggunakan cara manual yang diolah dari aplikasi SIPKD Modul Aset. Sehingga terus menerus melakukan pendampingan kepada kepada pengurus barang dan petugas akuntansi SKPD/Unit Kerja dalam penyusunan laporan keuangan SKPD per-Triwulan dalam tahun 2015.

e.1Bidang Pendapatan

Pendapatan Daerah diukur dan diperoleh berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun

2009, khusus untuk Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang sifatnya closed listed. Hal ini

sedikit membatasi gerak di daerah untuk melakukan perbaharuan penerimaan khususnya dari

pajak dan retribusi karena obyek baru yang dianggap sebagai potensi pendapatan harus

dikoordinasikan terlebih dahulu dengan Pemerintah Pusat dan mendapat persetujuan untuk

dipungut. Dari berbagai upaya dan inovasi yang dilakukan agar dapat meningkatkan pendapatan

daerah, berikut merupakan realisasi pendapatan daerah yang telah dicapai berdasarkan data lima

tahun terakhir (2010-2014).

57

Page 58: Reformasi Birokrasi (RB) DPPKA DIY

Tabel 2 REALISASI PENDAPATAN DAERAH TAHUN ANGGARAN 2010-2014

No. UraianTahun Anggaran 2010 Tahun Anggaran 2011 Tahun Anggaran 2012 Tahun Anggaran 2013

Perubahan Realisasi % Murni Perubahan Realisasi % Murni Perubahan Realisasi % Murni Perubahan Realisasi % Murni

4. Pendapatan 1.275.220.502.557,00

1.374.205.096.491,03 107,76 1.419.475.100.223,00 1.504.464.260.295,00

1.604.910.831.406,02 106,68 1.935.447.748.491,00 2.078.185.750.549,02 2.171.734.307.663,33 104,50 2.286.855.095.445,00 2.658.370.090.568,50 2.583.056.763.524,01 97,17 3.100.197.642.8

4.1. Pendapatan Asli Daerah 638.881.411.884,00 740.202.076.369,03 115,86 700.339.191.807,00 775.117.447.989,00

867.112.885.353,02 111,87 800.156.497.767,00 917.957.788.795,02 1.004.063.125.812,33 109,38 1.014.089.544.450,00 1.151.006.344.796,50 1.216.102.749.617,01 105,66 1.233.738.561.8

                               

4.1.1.

Pajak Daerah 539.653.461.500,00  634.710.019.496,80  117,61    592.498.871.953,00    655.306.917.953,00 

   735.226.105.916,20  112,20     689.572.065.000,00     805.095.980.000,00     871.630.605.393,00  108,26     885.217.610.000,00  1.021.820.720.000,00    1.063.314.117.923,00  104,06 1.098.908.544.0

4.1.2.

Hasil Retribusi Daerah          31.556.968.029,00 

     32.836.503.243,89  104,05     37.709.418.200,00      33.575.099.081,00 

     35.985.658.458,15  107,18       36.228.288.350,00       32.149.648.150,00       34.115.157.619,03  106,11       41.436.702.950,00       35.715.599.098,00         38.043.014.004,85  106,52      36.670.321.6

4.1.3.

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan

          26.953.742.568,00 

         26.333.869.884,77 

97,70          30.557.390.679,00 

         29.200.366.955,00 

         28.961.383.472,76 

      99,18          31.863.499.207,

00         35.572.913.845,0

2          35.492.532.563,2

1       99,7

7          36.328.245.281,

00          40.411.499.191,5

0          40.817.517.188,12      101,00          45.505.543

4.1.4.

Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah

          40.717.239.787,00 

         46.321.683.743,57 

113,76          39.573.510.975,00 

         57.035.064.000,00 

         66.939.737.505,91 

    117,37          42.492.645.210,

00         45.139.246.800,0

0          62.824.830.237,0

9     139,1

8          51.106.986.219,

00          53.058.526.507,0

0          73.928.100.501,04      139,33          52.654.152

4.2. Dana Perimbangan 627.947.119.673,00

626.677.339.122,00

99,80 714.542.342.916,00

715.166.925.806,00

722.339.653.053,00

    101,00 

850.513.085.724,00

873.661.154.754,00

894.544.324.851,00     102,3

9  961.190.992.745,

00 964.396.534.022,0

0 957.561.850.914,00       99,29  1.038.621.026

4.2.1.

Dana Bagi Hasil Pajak / Bagi Hasil Bukan Pajak

          89.091.772.673,00 

         87.821.992.122,00 

98,57          74.240.414.916,00 

         74.864.997.806,00 

         82.037.725.053,00 

    109,58          74.403.649.724,

00         97.551.718.754,0

0        118.434.888.851,0

0     121,4

1          98.360.324.745,

00        101.565.866.022,0

0          94.731.182.914,00        93,27        101.565.866

4.2.2.

Dana Alokasi Umum         527.471.247.000,00 

       527.471.247.000,00 

100,00        620.812.328.000,00 

       620.812.328.000,00 

       620.812.328.000,00 

    100,00        757.056.696.000,

00       757.056.696.000,0

0        757.056.696.000,0

0     100,0

0       828.334.768.000,0

0        828.334.768.000,0

0        828.334.768.000,00      100,00        899.923.550

4.2.3.

Dana_Alokasi Khusus.           11.384.100.000,00 

         11.384.100.000,00 

100,00          19.489.600.000,00 

         19.489.600.000,00 

         19.489.600.000,00 

    100,00          19.052.740.000,

00         19.052.740.000,0

0          19.052.740.000,0

0     100,0

0          34.495.900.000,

00          34.495.900.000,0

0          34.495.900.000,00      100,00          37.131.610

4.3. Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah

8.391.971.000,00

7.325.681.000,00

87,29 4.593.565.500,00

14.179.886.500,00

15.458.293.000,00

    109,02 

284.778.165.000,00

286.566.807.000,00

273.126.857.000,00       95,3

1  311.574.558.250,

00 542.967.211.750,0

0 409.392.162.993,00       75,40  827.838.055

4.3.1.

Pendapatan Hibah             4.501.471.000,00 

           5.232.631.000,00 

116,24            4.593.565.500,00 

           5.037.565.500,00 

           6.315.972.000,00 

    125,38            5.496.225.000,

00           5.775.867.000,0

0            6.568.977.000,0

0     113,7

3            8.815.476.250,

00            8.815.476.250,0

0          10.291.886.370,00      116,75            9.176.500

58

Page 59: Reformasi Birokrasi (RB) DPPKA DIY

4.3.4.

Dana Penyesuaian Dan Otonomi Khusus

            3.890.500.000,00 

           2.093.050.000,00 

53,80   -   

           9.142.321.000,00 

           9.142.321.000,00 

    100,00        279.281.940.000,

00       280.790.940.000,0

0        266.557.880.000,0

0       94,9

3        302.759.082.000,

00        534.151.735.500,0

0        399.100.276.623,00        74,72        818.661.555

  JUMLAH 1.275.220.502.557,00

1.374.205.096.491,03

107,76 1.419.475.100.223,00

1.504.464.260.295,00

1.604.910.831.406,02

    106,68 

1.935.447.748.491,00

2.078.185.750.549,02

2.171.734.307.663,33     104,5

0  2.286.855.095.445,

00 2.658.370.090.568,5

0 2.583.056.763.524,01       97,17  3.100.197.642

Sumber : Laporan Realisasi Pendapatan Daerah 2010-2014

59

Page 60: Reformasi Birokrasi (RB) DPPKA DIY

Dari gambaran tersebut di atas, dapat diketahui prosentase peningkatan pendapatan

daerah selama

kurun waktu 2010 – 2014 sebagai berikut :

Diagram 1.

20107% 2011

17%

201236%

201319%

201422%

PROSENTASE PENINGKATAN PENDAPATAN 2010 - 2014

Sumber : Laporan Realisasi Pendapatan Daerah 2010-2014, Diolah

Sejalan dengan tujuan reformasi birokrasi, peningkatan pendapatan daerah tersebut

tidak lepas dari strategi yang ditempuh diantarnya melalui :

1. Perbaikan manajemen terhadap semua potensi pendapatan daerah yang kemudian

dapat langsung direalisasikan dengan manajemen profesional di bidang sumber

daya manusia;

2. Perbaikan pelayanan melalui penyederhanaan prosedur pelayanan pajak dan non

pajak sehingga dapat memberikan kemudahan aksesibilitas kepada masyarakat;

3. Perbaikan sarana dan prasarana penunjang kenyamanan masyarakat pengguna jasa

layanan pajak dan non pajak;

4. Pengoptimalan pendayagunaan kekayaan daerah sebagai sumber pendapatan

daerah;

60

Page 61: Reformasi Birokrasi (RB) DPPKA DIY

Diagram 2.

2010 2011 2012 2013 2014100102104106108110112114116118

115.86

111.87

109.38

105.66

109.11

Realisasi PAD terhadap Target PAD

Realisasi PAD

Tahun

Pros

enta

se

Sumber : Laporan Realisasi Pendapatan Daerah 2010-2014, Diolah

Untuk prosentase realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap pendapatan

daerah, rasio capaian rata-rata sebesar 110,38% dan setiap tahun realisasinya melebihi yang

ditargetkan baik dari target Renstra maupun target APBD. Peningkatan pendapatan asli

daerah berasal dari pajak daerah dan retribusi daerah, namun tetap mempertimbangkan

kemampuan masyarakat agar tidak membebani perkembangan dunia usaha. Demikian pula

dengan sumber-sumber pendapatan lain, yang berupa lain-lain pendapatan yang sah,

pendapatan dari dana transfer, bagi hasil pajak dan non pajak, sehingga diharapkan dalam

lima tahun mendatang porsi DAU secara bertahap dapat mulai digantikan oleh sumber-

sumber pendapatan yang diupayakan daerah.

Berikut merupakan relisasi capaian kontribusi Pendapatan Asli Daerah terhadap Pendapatan

Daerah kurun waktu 2010 – 2014 :

61

Page 62: Reformasi Birokrasi (RB) DPPKA DIY

Diagram 3.

2010 2011 2012 2013 20140

10

20

30

40

50

60

70

80

53.86 54.03

46.23

34.85

76.14

KONTRIBUSI PAD TERHADAP PENDAPATAN DAERAH 2010 - 2014

Kontribusi PAD

Tahun

Pros

enta

se

Sumber : Laporan Realisasi Pendapatan Daerah 2010-2014, Diolah

Capaian kinerja prosentase kontribusi PAD terhadap pendapatan daerahrata-rata

53,02% dan setiap tahun realisasinya melebihi yang ditargetkan baik Renstra maupun APBD.

Meskipun pada Tahun 2013 realisasi PAD tidak sesuai target yang ditentukan, hal ini

disebabkan karena menurunnya penerimaan dana bagi hasil pajak/bukan pajak sebesar Rp

6,83 Milyar atau 6,73 % dari yang ditargetkan, yang merupakan dana given dari pemerintah

pusat.

II. INOVASI PELAYANAN PUBLIK

Adanya partisipasi masyarakat untuk peningkatan kualitas pelayanan publik

menjadikan Pemerintah Daerah DIY berkomitmen untuk terus memperbaiki kualitas

pelayanan publik dengan cara melakukan inovasi-inovasi tak terkecuali pada pelayanan pajak

dan non pajak kepada masyarakat. Inovasi pelayanan publik terus dikembangkan dan

ditingkatkan guna meningkatkan penerimaan pendapatan daerah dilakukan untuk mendukung

kelancaran tugas dan menjamin tingkat akselerasi dan akurasi data pada proses pelayanan di

KPPD seluruh Daerah Istimewa Yogyakarta yakni pelayanan pajak berbasis sistem pelayanan

62

Page 63: Reformasi Birokrasi (RB) DPPKA DIY

on-line. Artinya, semua wajib pajak yang berada di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta

dapat mengakses bentuk pelayanan pajak kendaraan bermotor di 5 KPPD yang ada di

Kabupaten/Kota se DIY. Di samping Gerai Samsat yang ada di pusat perbelanjaan Galeria

Mall dan Bus Satling yang tersedia di setiap Kabupaten/Kota. Ini merupakan bentuk

kemudahan untuk mendekatkan pelayanan kepada masyarakat. Loket Khusus bagi Wajib

Pajak Lansia dan/atau Wanita serta Difabel menjadi bentuk kepedulian akan kebutuhan

masyarakat tertentu yang memerlukan pelayanan khususn. Selain itu, sebagai upaya

menjamin transparansi pelayanan publik telah dibangun berbagai fasilitas berbasis teknologi

informasi, antara lain :

1. SMS Informasi PKB.

Layanan informasi Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan

Bermotor (BBNKB) melalui SMS.

2. SMS Informasi Jatuh Tempo.

Layanan informasi jatuh tempo masa Pajak Kendaraan Bermotor yang memberikan

informasi SMS, 7 (tujuh) hari sebelum berakhirnya masa pajak.

Dalam rangka peningkatan Pelayanan Publik sebagai tindak lanjut tuntutan

masyarakat terhadap mutu Pelayanan Prima, maka aparatur pemerintah perlu mempersiapkan

diri dengan memperbaiki kinerja pelayanan secara terus-menerus dan berkesinambungan

disertai dengan peningkatan sarana dan prasarana dari tahun ke tahun sebagai penunjang

kenyamanan masyarakat pengguna.

f.2 Bidang Belanja

A. Inovasi pelayanan publik yang tengah dilakukanPemerintah Daerah DIY saat ini telah menggunakan sistem aplikasi pengelolaan keuangan daerah, Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah (SIPKD). Sistem informasi ini mencakup proses perencanaan sampai dengan partanggungjawaban secara terintegrasi. Dengan memanfaatkan SIPKD, pelaksanaan anggaran hingga pertanggungjawaban akan semakin transparan dan akuntabel.

f.3 Bidang Pengelolaan Kas Daerah

A. INOVASI PUBLIK YANG TENGAH DILAKUKAN

63

Page 64: Reformasi Birokrasi (RB) DPPKA DIY

Penyederhanaan prosedur pencairan dana selain langsung transfer rekening bank adalah pelayanan penerbitan SP2D paling lama 2 hari kerja terhitung sejak diterimanya pengajuan SPM secara lengkap dan bener. SPM yang merupakan Surat Perintah yang dikeluarkan PA/KPA untuk menerbitkan SP2D akan segera diproses begitu dokumen lengkap dan benar. Sehingga waktu 2 hari kerja adalah waktu yang cepat dimana Bendahara ataupun Pihak Ketiga tidak perlu menunggu lama.

Selain itu pelayanan di akhir tahun anggaran juga ditingkatkan.Penumpukan dokumen pengajuan LS di akhir tahun anggaran dapat diatasi dengan membatasi pengajuan LS paling lambat 3 hari sebelum akhir tahun.

f.4 Bidang Bina Administrasi Keuangan Daerah (BAKD)

Inovasi pelayanan publik yang tengah dilakukanInovasi pelayanan publik yang telah dan akan dilakukan masing-masing BUMD

adalah sebagai berikut :

1. PT. Bank Pembangunan Daerah DIY

Pada tahun 2015 BPD DIY meluncurkan program layanan keuangan tanpa kantor

(Branchless Banking) dalam rangka keuangan inklusif (laku pandai). Program ini

dilaksanakan bersama 10 Bank BPD yang lain di seluruh Indonesia yang tergabung dalam

aplikasi BPDNet. Dengan aplikasi ini pelayanan yang diberikan kepada masyarakat akan

lebih cepat, efisien dan efektif.

2. PT. Anindya Mitra Internasional

Mulai tahun 2013, PT. Anindya Mitra Internasional membuka 1 unit usaha transportasi

yang bekerjasama dengan PT. Jogja Tugu Trans untuk mengoperasikan 20 bus milik PT.

Anindya Mitra Internasional.

3. PT. Taru Martani

Produksi pengolahan hasil tembakau (cerutu dan tembakau iris) merupakan kegiatan

utama PT. Taru Martani, walaupun regulasi Pemerintah RI dan dunia internasional yang

semakin memberatkan namun manajemen masih optimis bahwa usaha ini masih

memberikan keuntungan meskipun harus melakukan efisiensi biaya, menjaga kualitas dan

mencoba untuk membuka pasar baru dengan memasarkan produk yang selama ini masih

berjalan, yaitu :

64

Page 65: Reformasi Birokrasi (RB) DPPKA DIY

a. Produk Cerutu untuk pasar lokal (Adipati, Ramayana, Senator, Mundi Victor, Cheer

Up, Robusto, Corona, dll) dan pasar ekspor (Amerika, Eropa, Asia dan Timur

Tengah).

b. Produk tembakau iris, untuk pasar lokal (Countryman, Mundi Victor dan Violin) dan

pasar ekspor (Violin).

Sejak tanggal 24 November 2011, PT. Taru Martani bekerja sama dengan PT. Tripillar

Karya Jaya yang bergerak dalam bidang percetakan (offset, packaging dan paper bag).

Berdasarkan RKAP 2016 PT. Taru Martani akan merencanakan membuat diversifikasi

usaha dibidang Industry Energy : Sawdust Charcoal Briquette dan Bio Food : Smoke Fish

– Refined Salt bekerjsama dengan PT. Young Sinaneka Energy, dengan komposisi modal

49% untuk PT. Taru Martani dan 51% untuk PT. Young Sinaneka Energy.

4. BUKP

Pada tahun 2016 akan dilakukan reformasi BUKP dengan dilakukan penataan

kelembagaan dimana BUKP akan kembali kekittah Perda Nomor 1 Tahun 1989 dan

berfungsi sebagai agen Pemerintah Daerah dalam memberikan penyalurkan kredit kepada

masyarakat. Adapun kredit-kredit yang akan disalurkan adalah berupa kredit program

(dana bergulir yang dananya bersumber dari APBD DIY, APBD Kab/Kota maupun dari

Pemerintah Pusat).

f.5 Bidang Akuntansi

- Inovasi yang sudah dilakukan

Inovasi yang sudah dilakukan pada Pemerintah Daerah Daerah Istimewa

Yogyakarta dengan melakukan perjanjian dengan Badan Pemeriksa Keuangan

( BPK) untuk diterapkan e –audit. Dalam pelaksanaan e-audit terdapat tiga

tahapan:

g. Integrasi Langsung, yang berarti server Pemda tersambung langsung dengan

server BPK. Jadi kapanpun BPK akan memeriksa Sistem Aplikasi Laporan

Keuangan bisa langsung melihat dari system.

h. Dengan menggunakan mode kirim, yaitu data diolah terlebih dahulu oleh

Pemerintah Daerah, baru dikirimkan ke pemeriksa.

65

Page 66: Reformasi Birokrasi (RB) DPPKA DIY

i. Dengan system manual, yaitu data diolah dan dicetak oleh Pemerintah Daerah,

baru dikirimkan kepada Pemeriksa melalui email

Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta telah menggunakan metode

Integrasi langsung. Jadi langsung tersembung dengan server BPK, sehingga BPK

bisa secara langsung melihat transaksi yang terjadi pada Pemerintah Daerah.

f.6 Bidang Pengelolaan Barang Daerah (ASET)

Adanya Aplikasi-aplikasi pengembangan SIPKD tentang Aplikasi Aset (system Informasi Mangement Aset) Daerah. Sehingga tgerciptalah administrasi antara barang dan uang nilainya sama.

UntukInovasi Pelayanan Publik yang tengan dilakukan

1. Adanya Animasi Pelayanan Kepada Wajib Pajak2. Adanya Animasi Aset Daerah3. Animasi BUKP DIY4. Adanya Wabsite BUKP5. Adanya Website DPPKA DIY6. Penayangan Ke Vidiotron7. Adanya Video Visual Profil Selayang Pandang DPPKA DIY.

Inovasi Pelayanan Publik yang akan dilakukan

1. adanya TV Display untuk Pelayanan Pajak2. Tayangan ke 10 dalam Video tron ada 10 titik untuk penayangan sosialisasi Pajak

Daerah

D. PENUTUP

Reformasi birokrasi harus merupakan bagian dari reformasi sistem dan proses,

administrasi negara. Dalam konteks SANKRI, reformasi birokrasi di dalamnya pada

hakikinya merupakan transformasi berbagai dimensi nilai yang terkandung dalam

konstitusi. Dalam hubungan itu, reformasi birokrasi juga merupakan jawaban atas

66

Page 67: Reformasi Birokrasi (RB) DPPKA DIY

tuntutan akan tegaknya aparatur pemerintahan yang berdaya guna, berhasil guna,

bertanggung jawab, bersih dan bebas KKN

Untuk dapat meluruskan kembali birokrasi pada posisi dan misi atau perannya yang

sebenamya selaku “pelayan publik” (public servant), diperlukan kemampuan dan

kemauan kalangan birokrasi untuk melakukan langkah-langkah reformasi birokrasi yang

mencakup perubahan perilaku yang mengedepankan “netralitas, professionalitas,

demokratis, transparan, dan mandiri”, disertai perbaikan semangat kerja, cara kerja, dan

kinerja terutama dalam pengelolaan kebijakan dan pemberian pelayanan publik, serta

komitmen dan pemberdayaan akuntabilitas instansi pemerintah. Untuk memperbaiki cara

kerja birokrasi diperlukan birokrasi yang berorientasi pada hasil

Selanjutnya, diperlukan sosok pemimpin yang memiliki komitmen dan kompetensi

terhadap reformasi Birokrasi negara secara tepat, termasuk dalam penyusunan agenda

dan pelaksanaan kebijakan pemerintahan dan pembangunan yang ditujukan pada

kepentingan rakyat, peningkatan ketahanan dan daya saing bangsa.Dalam rangka itu,

diperlukan pula reformasi struktural, seperti independensi sistem peradilan dan sistem

keuangan negara, disertai upaya peningkatan transparansi dan akuntabilitasnya kepada

publik.

Kita sangat membutuhkan Model birokrasi yang berorientasi kemanusiaan, tidak secara

konseptual semata tapi merambah pada dataran praktis di lapangan.Hal ini menjadi

pekerjaan sangat penting untuk mendekatkan birokrasi pada manusia, bukan lagi pada

mesin. Sebuah teori akan diuji menurut kelayakan historis dan kebutuhan pada sebuah

masa. Birokrasi yang humanis masih menjadi pekerjaan rumah (PR) yang harus serius

digarap oleh para pemerhati masalah-masalah administrasi negara dan kebijakan publik.

DAFTAR PUSTAKA

 

Albrow, Martin, 1996, Birokrasi,Yogyakarta, Tiara Wacana.\;

Muskamal.S.Sos, M.Si( PKP2A II LAN Makasar)

Baert, Patrick, 1998, Social Theory Twentieth Century, Cambridge, Polity Press.

67

Page 68: Reformasi Birokrasi (RB) DPPKA DIY

Bendix, Reindhard, 1977, Bureaucracy, International Encyiclopedia of the SocialSciences, New York: Free Press.

Blau, Peter.M dan Meyer, Marshall.W, 2000, Birokrasi Dalam Masyarakat Modern, Jakarta, Prestasi Pustakaraya.

Buchori, Mochtar, 1982, Pola Tingkah Laku Birokrasi sebagai Akibat PengaruhKebudayaan, dalam Prisma, 6 Juni 1982: 70-85.

Castles, Lance, 1986, Birokrasi : Kepemimpinan dan Perubahan Sosial diIndonesia, Surakarta, Hapsara.

Crozier, Michael, 1964, The Bureaucratic Phenomenon, London, Tavistock Publication.

Dvorin, Eugene.P dan Simmons, Robert H, 2000, Dari Amoral sampai BirokrasiHumanisme, Jakarta, Prestasi Pustakaraya.

Etzioni-Halevy,Eva, 1983, Bureaucracy and Democracy: A Political Dilemma, London, Boston, Melbourne and Henle, Routledge and Kegan Paul.

Evers, Hans Dieter, 1987, The Bureaucratization of Southeast Asia, dalam Comparative Studies in Society and History, Volume 29, Number 4, 1997.

Giddens, Anthony, 1995, The Constitution of Society, Cambridge: Polity Press.

Hariandja, Denny, BC, 1999, Birokrasi Nan Pongah : Belajar dari KegagalanOrde Baru, Yogyakarta, Kanisius.

Heckscher, Charles and Donnellon, Anne (ed), 1994, The Post Bureaucratic

Organization: New Perspectives on Organizational Change, London, New Delhi: Sage Publications.

Henderson, Keith M, and Dwivedi,O.P, 1999, Bureaucracy and The Alternatives in World Perspective, London: Macmilland Press Ltd.

Hill, Larry.B (ed), 1992, The State of Public Bureaucracy, Armonk, New York, London, England: M.E.Sharpe,Inc.

Hughes, O.E, 1994, Public management and Administration, New York, St.martin’s Press Inc.

Islamy, Muh.Irfan, 1998, Agenda Kebijakan Reformasi Administrasi Negara, Malang, Fakultas Ilmu Administrasi-Universitas Brawijaya.

Jackson, Karl D and Pye, Lucian W (eds), 1978, Political Power andCommunication in Indonesia, Berkeley, University of California Press.

Johnson, Terence.J, 2007, Profesi Dan Kekuasaan: Merosotnya Peran KaumProfesional dalam Masyarakat, Jakarta, Pustaka Utama Grafiti.

68

Page 69: Reformasi Birokrasi (RB) DPPKA DIY

Kaisiepo, Manuel, 1987, Dari Kepolitikan Birokratik ke Korporatisme Negara:Birokrasi dan Politik Indonesia, Jurnal Politik 2, Jakarta, Gramedia.

Kartasasmita, Ginanjar, 2007, Pembangunan Menuju Bangsa Yang Maju DanMandiri, Pidato Ilmiah penerimaan gelar Dr.HC dalam Ilmu Administrasi Pembangunan dari Universitas Gajah Mada, 15 April 1995.

Kuntjorojakti,D, 1980, Bureaucracy in the Third World: Instrument of the People,Instrument of the Rulers or the Ruler?, dalam Prisma (edisi bahasa Inggris), Nomor.19, Desember 1980.

Lane, J.E,1995, The Public Sector, London, SAGE Publication. Michels, Robert, 1984, Partai Politik: Kecenderungan Oligarkhis dalam Birokrasi, Jakarta, Rajawali Press.

Moertono, Soemarsaid, 1985, Negara dan Usaha Bina Negara Di Jawa MasaLampau: Studi Tentang Masa Mataram II, Abad XVI Sampai XIX, Jakarta, Yayasan Obor Indonesia.

Muhaimin, Yahya, 1980, Beberapa Segi Birokrasi di Indonesia, Prisma No.10, Jakarta, LP3ES.

Ndraha, Taliziduhu, 1986, Birokrasi Pembangunan : Dominasi atau Alat Demokratisasi, Jurnal Ilmu Politik 1, Jakarta, Gramedia.

Osborn, David and Gaebler,Ted, 1996, Mewirausahakan Birokrasi: ReinventingGovernment, Mentransformasi Semangat Wirausaha Ke Dalam Sektor publik, Jakarta, Pustaka Binaman Pressindo.

Osborne, David dan Plastrik, Peter, 2000, Memangkas Birokrasi: Lima StrategiMenuju Pemerintahan Wirausaha, Jakarta, PPM.

Painter, Chris, 1994, Public Service Reform: Reinventing or Abonding Government?,dalam The Political Quartely, Oxford: Blackwell Publishers.

Palombara, La, 1967, Bureaucracy and Political Development, New Jersey, Princeton.

Parkinson,C.Northcote,1962, Parkinson’s Law, Houghton Mifflin, Boston. Perrow, Charles, 1979, Complex Organization, Scott Foresman, Glenview, Illinois.

Putra, Fadillah dan Arif, Saiful, 2001, Kapitalisme Birokrasi: Kritik ReinventingGovernment Osborne Gaebler, Yogyakarta, LKiS.

Rourke, Francis, 1992, American Exceptionalism: Government without Bureaucracy, dalam L.B Hill (ed), The State of Public Bureaucracy, New York:M.E, Sharpe, Inc.

Santoso, Priyo Budi, 1993, Birokrasi Pemerintah Orde Baru, Perspektif Kulturaldan Struktural, Jakarta, Raja Grafindo Persada.

Setiono, Budi, 2002, Jaring Birokrasi: Tinjauan dari Aspek Politik dan Administrasi, Cakung Payangan Bekasi, Gugus Press.

69

Page 70: Reformasi Birokrasi (RB) DPPKA DIY

Sharrock,W and Watson.R, 1988, Autonomy among Social Theory, dalam Nigel G.Fielding, ed, Action and Structure: Research Methods and Social Theory, London; Sage Publications.

Siagian, SP, 1994, Patologi Birokrasi: Analisis, Identifikasi Dan Terapinya, Jakarta, Ghalia Indonesia.

Steinberg, Sheldon.S dan Austern, David T, Government, Ethics And Managers : Penyelewengan Aparat Pemerintahan, Bandung, Remaja Rosda Karya.

Sumoprawiro, Hariyoso,2002, Pembaruan Birokrasi Dan Kebijaksanaan Publik, Jakarta, Peradaban.

Surbakti, Ramlan, 1994, Karakteristik Dan Penampilan Birokrasi Perkotaan,Surabaya, Program Pasca sarjana Ilmu-Ilmu Sosial, Universitas Airlangga.

Sutherland, Heather, 1983, Terbentuknya Sebuah Elite Birokasi, Jakarta, Sinar Harapan.

Tjokrowinoto, Moeljarto,2001, Birokrasi dalam Polemik, Saiful Arif (editor), Yogyakarta, Pustaka Pelajar.

Thoha, Miftah dan Dharma, Agus (editor), 1999, Menyoal Birokrasi Publik, Jakarta, Balai Pustaka.

Turner, Jonathan H, 1974, The Structure of Sociological Theory, Georgetown Ontario, The Dorsey Press.

Vroom,CW, 1982, Pembangunan Organisasi: Sebuah Telaah Ulang tentang Tesis Birokrasi Patrimonial Rasional di Asia, Jakarta, Prisma 6, LP3ES.Peraturan :Permenpan No 20 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokras

70