REFLEKS- sken 3
-
Upload
achy-ramadhani -
Category
Documents
-
view
60 -
download
2
description
Transcript of REFLEKS- sken 3
REFLEKS
Refleks adalah setiap respon yang terjadi secara otomatis tanpa upaya dasar. Terdapat dua
jenis refleks :
(1) refleks sederhana atau refleks dasar, yaitu respon inheren, tanpa dipelajari, misalnya
menarik tangan dari benda panas yang membakar
(2) refleks didapat atau terkondisi, yang terjadi karena latihan dan belajar, misalnya seorang
pemain piano yang menekan tuts tertentu setelah melihat sebuah lambing nada di buku
lagunya. Musisi tersebut membaca music dan memainkannya secara otomatis, namun hanya
setelah latihan yang cukup intens.
Lengkung refleks.
Jalur-jalur refleks yang terlibat dalam melaksanakan aktivitas refleks dikenal sebagai
lengkung refleks (arkus refleks), yang biasanya mencakup lima komponen : Reseptor, Jalur
aferen, Pusat integrasi, Jalur eferen, Efektor .
Reseptor berespon terhadap rangsangan, yaitu perubahan fisik atau kimiawi dalam
lingkungan reseptor yang dapat dideteksi. Sebagai respon terhadap rangsangan tersebut,
reseptor menghasilkan potensial aksi yang dipancarkan oleh jalur aferen ke pusat integrasi
untuk diolah. Pusat integrasi biasanya adalah di Sistem Saraf Pusat. Medula spinalis dan
batang otak mengintegrasikan refleks-refleks dasar, sementara pusat-pusat yang lebih tinggi
di otak memproses refleks didapat. Pusat integrasi memproses semua informasi yang tersedia
baginya dari reseptor serta dari semua masukan lain, kemudian “mengambil keputusan”
mengenai resspon yang sesuai. Instruksi dari pusat integrasi ini disalurkan melalui jalur
aferen keefektor otot atau kelenjar yang melaksanakan respon yang diinginkan. Tidak seperti
perilaku sadar, dimana terdapat sejumlah kemungkinan respon, respon refleks dapat
diprediksi, karena jalur antara reseptor dan efektor selalu sama.
Refleks lucut atau Refleks Spinal dasar
Refleks spinal dasar adalah refleks yang diintegrasikan oleh medulla spinalis; yaitu, semua
komponen yang diperlukan untuk menghubungkan masukan aferen ke respon eferen yang
terdapat di dalam medulla spinalis. Ketika kaki menyentuh pecahan kaca (atau menerima
rangsangan nyeri lainnya) maka refleks lucut terpicu untuk menarik kaki menjauhi pecahan
kaca (menarik diri dari rangsangan nyeri). Kulit memiliki berbagai reseptor untuk rasa
hangat, dingin, sentuhan ringan, tekanan dan nyeri. Meskipun semua informasi dikirim ke
sistem saraf pusat melalui potensial aksi, namun SSP dapat membedakan antara berbagai
rangsangan karena perbedaan reseptor dan, dengan demikian, perebdaan jalur aferen yang
diaktifkan oleh rangsangan yang berbeda. Jika suatu reseptor dirangsang cukup kuat sehingga
reseptor tersebut mencapai ambang, maka terbentuk potensial aksi di neuron sensorik aferen.
Semakin kuat rangsangan, semakin tinggi frekuensi potensial aksi yang dihasilkan dan
dikirim ke SSP. Setelah masuk ke medulla spinalis, neuron eferen menyebar untuk bersinaps
dengan berbagai antarneuron berikut :
1. Neuron aferen yang tereksitasi merangsang antarneuron eksitatorik yang pada
gilirannya merangsang neuron motorik eferen yang mempersarafi biceps femoris,
otot di kaki yang menyebabkan fleksi (menekuk) sendi lutut. Dengan
berkontraksi, biceps femoris menarik kaki menjauhi pecahan kaca.
2. Neuron aferen juga merangsang antaraneuron inhibitorik yang pada gilirannya
menghambat neuron eferen yang mempersarafi quadriceps femoris untuk
mencegahnya berkontraksi. Quadriceps femoris adalah otot di kaki yang
menyebabkan ekstensi (meluruskan) sendi lutut. Ketika biceps femoris
berkontraksi untuk menekuk lutut, maka akan kontraproduktif bagi quadriceps
femoris untuk berkontraksi. Karena itu, inhibisi otot-otot yang mengantagonis
(melawan) respon yang diinginkan sudah tercakup dalam refleks lucut. Koneksi
neuron yang melibatkan stimulasi saraf ke satu otot dan inhibisi saraf secara
bersamaan ke otot antagonisnya dikenal sebagai persarafan timbal-balik.
3. Neuron aferen juga merangsang antarneuron lain yang membawa sinyal naik
melalui medulla spinalis ke otak melalui jalur ascendens. Hanya ketika impuls
mencapai daerah sensorik korteks barulah yang bersangkutan merasakan nyeri,
lokasinya dan jenis rangsangan. Juga, ketika impuls mencapai otak, informasi
dapat disimpan sebagai ingatan, dan yang bersangkutan dapat mulai memikirkan
situasi yang dihadapinya – bagaimana hal tersebut terjadi, apa yang harus
dilakukan mengenai hal tersebut, dan sebagainya. Semua aktivitas di tingkat sadar
ini terletak di atas dan setelah refleks dasar.
Aktivitas refleks lain
Kerja refleks spinal tidak terbatas pada respon motorik di sisi tubuh yang mendapat
rangsangan. Misalnya seseorang menginjak pecahan kaca, maka akanterpicu suatu lengkung
refleks untuk menarikkaki yang cedera dari rangsangan nyeri, sementara tungkai kontralateral
secara bersamaan bersiap untukmendadak menerima semua beban tubuh sehingga yang
bersangkutan tidak kehilangan keseimbangan atau jatuh. Menekuknya lutut ekstremitas yang
cedera dilaksanakan secara simultan oleh stimulasi refleks otot-otot yang menekuk lutut dan
inhibisi otot-otot yang meluruskan otot. Respon ini adalah khas refleks lucut. Pada saat yang
sama ekstensi lutut kontralateral dilaksanakan oleh pengaktifan jalur-jalur yang menyeberang
ke sisi kontralateral medula spinalis untuk secara refleks merangsang otot-otot ekstensor lutut
ini dan menghambat otot-otot fleksornya. Refleks ekstensor menyilang ini memastikan bahwa
tungkai kontralateral akan berada dalam posisi siap menahan beban tubuh sewaktu tungkai
yang cedera ditarik menjauhi rangsangan.
Selain refleks protektif (misalnya refleks lucut) dan refleks postur sederhana
(misalnya refleks ekstensor menyilang), refleks spinal dasar juga memerantarai pengosongan
organ-organ panggul (misalnya, berkemih, buang air besar dan pengeluaran semen). Semua
refleks spinal dapat secara sengaja dikalahkan paling tidak secara temporer oleh pusat-pusat
yang lebih tinggi di otak.
Tidak semua aktivitas refleks melibatkan lengkung refleks yang jelas, namun prinsip
dasar suatu refleks (yaitu respon otomatis terhadap suatu perubahan yang terdeteksi) tetap
berlaku. Jalur-jalur untuk respon yang tidak disadari yang menyimpang dari lengkung refleks
khas terdapat dalam dua cara umum :
1. Respon yang sedikit banyak diperantarai oleh hormone. Suatu refleks tertentu
mungkin diperantarai hanya oleh neuron atau hormone atau mungkin melibatkan jalur
yang menggunakan keduanya.
2. Respons local yang tidak melibatkan saraf atau hormone. Sebagai contoh, pembuluh
darah pada otot yang sedang aktif melebar karena perubahan metabolic local sehingga
aliran darah meningkat untuk mengimbangi kebutuhan metabolic otot yang aktif
tersebut.
NYERI
Terdapat empat proses utama yang terjadi antara stimulus cedera jaringan dengan
pengalaman subjektif nyeri, antaralain:
1. Transduksi nyeri adalah proses proses rangsangan yang mengganggu sehingga
menimbulkan aktivitas listrik di reseptor nyeri.
2. Transmisi nyeri melibatkan proses penyaluran impuls nyeri dari tempat transduksi
melewati saraf perifer sampai keterminal dimedula spinalis dan jaringan neuron-
neuron pemancar yang naik dari medula spinalis keotak.
3. Modulasi nyeri melibatkan aktivitas saraf melalui jalur-jalur saraf desenden dari otak
yang dapat mempengaruhi transmisi nyeri setinggi medula spinalis. Modulasi juga
melibatkan faktor-faktor kimiawi yang menimbulkan atau meningkatkan aktifitas
direseptor nyeri aferen primer.
Reseptor Nyeri dan Stimulasinya
Kita akan merasakan nyeri bergantung dari keberadaan reseptor yang dalam hal ini
adalah nosiseptor. Nosiseptor merupakan saraf aferen primer untuk menerima dan
menyalurkan rangsangan nyeri. Ujung-ujung saraf bebas nosiseptor berfungsi sebagai
reseptor yang peka terhadap rangsangan mekanis, suhu, listrik, atau kimiawi yang
menimbulkan nyeri. Ditribusi nosiseptor bervariasi diseluruh bagian tubuh, konsentrasi
terbesar dari nosiseptor terletak pada kulit. Nosiseptor terdapat pada area subkutis, otot
rangka dan sendi. Reseptor nyeri divisera tidak terdapat diparenkim organ internal itu sendiri,
tetapi dipermukaan peritonium, membran pleura, dura mater, dan dinding pembuluh darah.
Saraf perifer terdiri dari akson tiga tipe neuron yang berlainan. Neuron aferen atau
sensorik primer, neuron motorik dan neuron pasca ganglionik simpatis. Serat pasca ganglion
simpatis dan motorik adalah serat eferen (membawa impuls dari medula spinalis kejaringan
dan organ efektor). Badan sel dari neuron aferen primer terletak diakar dorsal nervus spinalis.
Setelah keluar dari badan selnya diganglion akar dorsal, akson saraf aferen primer terbagi
menjadi dua prosesus. Prosesus yang pertama masuk ke kornu dorsalis medula spinalis dan
yang lainnya mempersarafi jaringan. Serat-serat aferen primer diklasifikasikan berdasarkan
ukuran, derajat mielinisasi dan kecepatan hantaran.
Serat aferen A-alfa dan A-beta berukuran paling besar dan bermielin serta memiliki
kecapatan hantaran tertinggi. Serat-serat ini berespon terhadap sentuhan, tekanan, dan sensasi
kinestetik. Namun, serat-serat ini tidak berespon terhadap rangsangan yang mengganggu
sehingga tidak dapat diklasifikasikan sebagai nosiseptor. Sebaliknya, serat aferen primer A-
delta yang bergaris tengah kecil dan sedikit bermielin serta serat aferen primer C yang tidak
bermielin berespon secara maksimal hanya apabila lapangan reseptif mereka mendapat
rangsangan nyeri yang mengganggu sehingga diklasifikasikan sebagai nosiseptor. Impuls
nyeri disalurkan relatif lambat dibandingkan dengan transmisi sensorik diserat A-beta yang
besar karena garis tengahnya yang kecil dan tidak memilki mielin(serat C).
Antar serat aferen C dan A-delta dapat dibedakan oleh dua tipe nyeri yang ditimbulkan,
yakni nyeri cepat dan lambat.
- Nyeri cepat
Sinyal nyeri cepat disalurkan kemedula spinalis oleh serat A-delta dan dirasakan
dalam waktu kurang dari 0,1 detik. Nyeri cepat biasanya memilki lokalisasi yang jelas
dengan kualitas menusuk, tajam atau elektris. Timbul sebagai suatu respon terhadap
rangsangan mekanis atau suhu dipermukaan kulit tetapi dirasakan jaringan tubuh lebih
dalam
- Nyeri lambat
Disalurkan oleh serat aferen tipe C dan dirasakan dalm waktu 1 detik attau lebih.
Memiliki lokalisasi yang tidak jelas dengan kualitas seperti terbakar , berdenyut atau
pegal.Dapat dipicu oleh rangsangan mekanis, suhu atau kimiawi dikulit atau sebagian
besar jaringan atau organ dalam dan biasanya disertai kerusakan jaringan.
Kedua tipe nyeri diatas sering berjalan berganda dengan didahului oleh tipe cepat baru
diikuti oleh tipe lambat. Proses tranduksi sehingga nosiseptor dirangsang dipengaruhi oleh
zat-zat kimiawi penghasil nyeri yang dibebaskan ditempat cedera jaringan. Banyak tipe-tipe
bahan kimiawi yang dapat menimbulkan perangangan nosiseptor antara lain bradikinin,
serotonin, histamin, ion kalium, asam, asetil kolin, dan enzim poteolitik. Untuk nyeri yang
berlangsung lama karena kerusakan jaringan yang sangat parah perangsangan nosiseptor
biasanya dilaksanakan oleh bradikinin. Untuk nosiseptor itu sendiri dia juga dapat
mengeluarkan zat-zat kimia yang meningkatkan kepekaan terhadap nyeri namun setelah ada
respon dari saraf eferen dari medula spunalis setelah ada stimulus yang telah diproses. Zat
yang dikeluarkan nosiseptor ini adalah zat P. Zat P ini dapat merangsang atau menyebabkan
vasodilatasi, peningkatan aliran darah, edema serta pembebasan lebih lanjut bardikinin,
pembebasan serotonin dan trombosit dan pengeluaran histamin dari sel mast.
Jalur Nyeri di Sistem Saraf Pusat
Jalur Asendens
Serat saraf C dan A-delta aferen yang menyalurkan stimuli masuk kemedula spinalis
diakar saraf dorsal. Serta-serat ini memisah sewaktu masuk kekorda dan kemudian kembali
menyatu di kornu dorsalis medula spinalis. Daerah ini menerima, menyalurkan dan
memproses impuls sensorik. Kornu dorsalis medula spinalis dibagi menjadi lapisan-lapisan
sel yang disebut lamina. Dua dari lapisan ini(yakni laminaII dan III) yang disebut substansi
gelatinosa sangat penting dalam transmisi dan modulasi nyeri.
Dari kornu dorsalis, impuls nyeri dikirim keneuron –neuron yang menyalurkan informasi
kesisi berlawanan medula spinalis di komisura anterior dan kemudian menyatu ditraktus
spinotalamikus anterolateralis, yang naik ketalamus dan struktur otak lainnya. Dengan
demikian, transmisi impuls nyeri dimedula spinalis bersifat kontaletaral terhadap sisi tubuh
tempat impuls tersebut berasal. Seperti adanya dua tipe nyeri yang disalurkan oleh nosiseptor,
juga tredapat dua jalur spinotalamikus sejajar yang menyalurkan impuls-impuls ini keotak
tarktus neospinotalamikus dan traktus paleospinotalamikus.
Traktus neospinotalamikus adalah suatu sistem langsung yang membawa informassi
diskriminatif sensorik nyeri cepat dan akut dari nosiseptor A-delta kedaerah talamus. Sistem
ini akan berakhir di dalam nukleus posterolateral ventaralis hipotalamus. Sebuah neuron
ditalamus kemudian memproyeksikan akson-aksonnya melalui bagian posterior kapsula
interna untuk membawa impuls nyeri kekorteks somatosensorik primer girus pasca sentralis.
Pola tersusun ini penting bagi apek sensorik dikriminatif nyeri akut yang dirasakan yaitu
lokasi, sifat dan intensitas nyeri.
Traktus paleospinotalamikus yang menyalurkan impuls yang dimulai dari nosiseptor tipe
C lambat kronik, adalah suatu jalur multi sinaps difus yang membawa impuls keformasio
rettikularis batang otak sebelum berakhir dinukleus parafasikularis dan nukleus intra laminar
lain ditalamus, hipotalamus, nukleus sistem limbik dan korteks otak depan. Karena impuls ini
bersifat lebih lambat maka nyeri yang ditimbulkan berkaitan dengan rasa panas, pegal dan
nyeri yang lokalisasinya samar. Sistem ini mempengaruhi ekspresi nyeri dalam hal toleransi,
perilaku, dan respon autonom simpatis. Sistem ini sangat berperan pada nyeri kronik, dan
memperentarai respon otonom terkait, perilaku emosional dan penurunan ambang yang
sering terjadi. Dengan demikian disebut juga sebagai suatu sistem nosiseptor motivasional
dan mempengaruhi.
Jalur Descendens
Jalur descendes serat-serat aferen yang berjalan dari korteks serebri kebawah kemudula
spinalis dapat menghambat atau memodifikasi rangsangan nyeri yang datang melalui
mekanisme umpan balik yang melibatkan substansia gelatin1osa dan lapisan lainkornu
dorsalis. Karenyanya jalur descenden dapat memepengaruhi impuls nyeri ditingkat spinal.
Satu jalur descenden yang sangat penting terkait dengan sistem modulasi-nyeri dan analgesik
adalah jalur yang mencakup tiga komponen berikut ini.
1. Bagian pertama adalah substansia grisea periakuaduktus dan substansia grisea
periventrikel mesensefalon dan pons bagian atas yang mengelilingi akuaduktus
sylvius.sx
2. Neuron-neuron dari daerah 1 mengirim impuls kenukleus rafe magnus yang terletak
dipons bagian bawah dan medula bagian atas dan nulkeus retikularis
paragiagantoselularis demedula lateralis
3. Impuls ditransmisikan dari nukleus di 2 Kebawah ke kolumna dorsalis medula
spinalis kesuatu kompleks inhibitorik nyeri yang terletak di kornu dorsalis medula
spinalis.
Zat-zat neuroregulator diduga dapat mempengaruhi masukan sensorik kemedula spinalis.
Neuroregulaor ini dikenal sebagai neurotansmiter. Neurotansmiter adalah neurokimia yang
menghambat atau merangsang aktivitas dimembran pasca sinaps. Zat P, adalah suatu
neuropeptida merupakan neurotaransmiter spesifik nyeri yang tterdapat dalam kornu dorsalis,
neuro transmiter lain yang diduga berperan dalam transmisi nyeri adalah asetilkolin,
noreepinefrin, epinefrin, dopamin dan serotonin. Dua neuro transmiter yakni serotonin( 5-
dihidrositriptamin dan noreepinefrin diketahui terlibat dalam inhibisi terhadap sinyal nyeri
yang datang.
Reaksi tubuh terhadap perubahan suhu
Tubuh manusia berupaya untuk mempertahankan suhu pada lingkungan internal.Manusia
memiliki mekanisme pengaturan suhu tubuh yang diperankan oleh hypothalamus.
Hypothalamus berfungsi sebagai thermostat dan reseptor yang sensitifterhadap perubahan
suhu. Suhu tubuh dipertahankan konstan pada 37 derajat celcius. Saat tubuh kehilangan panas
atau memperoleh panas dari lingkungan eksternal dapat mempengaruhi reseptor panas dingin
di kulit dan hypothalamus. Hal ini akan direspon dengan perubahan aliran darah perifer
(vasokontsriksi atau vasodilatasi), produksi keringat, gerakan tubuh tertentu seperti mengigil
dan frekuensi napas. Tubuh yang keliru merespon perubahan suhu sekitar akan mengalami
demam.
Perubahan suhu dapat terjadi melalui bebrapa mekanisme, antara lain:
Konveksi : transfer energi memakai media zat alir (fluida) gas maupun cair, contoh : darah
& udara respirasi. Infeksi tertentu akan menghasilkan pirogen yang mempengaruhi
thermostat di hipothalamus. Suhu inti tubuh naik dan tubuh berupaya untuk memindahkan
panas keluar melalui aliran darah dan udara respirasi, sehingga terjadilah demam.
Konduksi : memakai media padat, harus ada kontak antar molekul, contoh : transfer
melalui kulit dan otot. Tindakan mengkompress adalah upaya untuk menurunkan demam
melalui konduksi. Bahan yang digunakan untuk mengkompress harus lebih dingin dari suhu
tubuh..
Radiasi memanfaatkan media gelombang elektromagnet dalam mentransfer energi termal.
Setiap benda di dalam sebuah rungan memancarkan radiasi, termasuk tubuh manusia.
Transfer kalor melalui radiasi dapat diamati saat bermain api unggun atau siang hari saat
matahari bersinar terang.
Evaporasi: adalah prubahan air menjadi uap, di saat inilah terjadi pelepasan kalor. Tubuh
yang berkeringat tidak mengalami penurunan suhu sebelum keringat tersebut kering.
Evaporasi sangat bergantung kelembapan udara; semakin lembap udara, semakin tinggi
kandungan air maka semakin sulit evaporasi terjadi.
Mekanisme tubuh ketika suhu tubuh meningkat
a. Vasodilatasi : disebabkan oleh hambatan dari pusat simpatis pada hipotalamus posterior
(penyebab vasokontriksi) sehingga terjadi vasodilatasi yang kuat pada kulit, yang
memungkinkan percepatan pemindahan panas dari tubuh ke kulit hingga delapan kali lipat
lebih banyak.
b. Berkeringat : pengeluaran keringat menyebabkan peningkatan pengeluaran panas melalui
evaporasi.
c. Penurunan pembentukan panas à Beberapa mekanisme pembentukan panas, seperti
termogenesis kimia dan menggigil dihambat dengan kuat
Mekanisme tubuh ketika suhu tubuh menurun
a. Vasokontriksi kulit di seluruh tubuh à karena rangsangan pada pusat simpatis
hipotalamus posterior.
b. Piloereksi à Rangsangan simpatis menyebabkan otot erektor pili yang melekat pada
folikel rambut berdiri.
c. Peningkatan pembentukan panas à sistem metabolisme meningkat melalui mekanisme
menggigil, pembentukan panas akibat rangsangan simpatis, serta peningkatan sekresi
tiroksin.
Jaras nyeri dan suhu
Lintasan saraf langsung untuk sensasi nyeri dan suhu adalah jaras spinotalamikus lateralis.
Serabut-serabut saraf sensorik yang membawa rangsang nyeri atau suhu dari reseptor akan
masuk melalui radiks dorsalis medulla spinalis. Begitu mencapai substansia alba, serabut
saraf sensorik menjadi dua dan berjalan asenden atau desenden ke beberapa segmen sebelum
bersinaps dengan neuron tingkat kedua dalam substansia grisea kornu doraslis.
Akson neuron tingkat kedua ini menyilang menuju sisi kontralateral dan akson ini bergabung
dengan serabut-serabut lain dalam traktus spinotalamikus lateralis. Serabut-serabut ini terus
menuju thalamus tempat bersinapsnya serabut ini dengan neuron tingkat ketiga yang
menyebarkan impuls ke korteks sensorik. Sensasi nyeri dan suhu di dalam thalamus disadari,
tetapi lokasinya tidak dapat ditentukan. Segenap sensasi ini secara sadar diterima dan
dilokalisasi saat impuls diterima di korteks somestetik primer dan skunder lobus parietalis.