REFLEKS- sken 3

15
REFLEKS Refleks adalah setiap respon yang terjadi secara otomatis tanpa upaya dasar. Terdapat dua jenis refleks : (1) refleks sederhana atau refleks dasar, yaitu respon inheren, tanpa dipelajari, misalnya menarik tangan dari benda panas yang membakar (2) refleks didapat atau terkondisi, yang terjadi karena latihan dan belajar, misalnya seorang pemain piano yang menekan tuts tertentu setelah melihat sebuah lambing nada di buku lagunya. Musisi tersebut membaca music dan memainkannya secara otomatis, namun hanya setelah latihan yang cukup intens. Lengkung refleks. Jalur-jalur refleks yang terlibat dalam melaksanakan aktivitas refleks dikenal sebagai lengkung refleks (arkus refleks), yang biasanya mencakup lima komponen : Reseptor, Jalur aferen, Pusat integrasi, Jalur eferen, Efektor . Reseptor berespon terhadap rangsangan, yaitu perubahan fisik atau kimiawi dalam lingkungan reseptor yang dapat dideteksi. Sebagai respon terhadap rangsangan tersebut, reseptor menghasilkan potensial aksi yang dipancarkan oleh jalur aferen ke pusat integrasi untuk diolah. Pusat integrasi biasanya adalah di Sistem Saraf Pusat. Medula spinalis dan batang otak mengintegrasikan refleks-refleks dasar, sementara

description

refleks

Transcript of REFLEKS- sken 3

Page 1: REFLEKS- sken 3

REFLEKS

Refleks adalah setiap respon yang terjadi secara otomatis tanpa upaya dasar. Terdapat dua

jenis refleks :

(1) refleks sederhana atau refleks dasar, yaitu respon inheren, tanpa dipelajari, misalnya

menarik tangan dari benda panas yang membakar

(2) refleks didapat atau terkondisi, yang terjadi karena latihan dan belajar, misalnya seorang

pemain piano yang menekan tuts tertentu setelah melihat sebuah lambing nada di buku

lagunya. Musisi tersebut membaca music dan memainkannya secara otomatis, namun hanya

setelah latihan yang cukup intens.

Lengkung refleks.

Jalur-jalur refleks yang terlibat dalam melaksanakan aktivitas refleks dikenal sebagai

lengkung refleks (arkus refleks), yang biasanya mencakup lima komponen : Reseptor, Jalur

aferen, Pusat integrasi, Jalur eferen, Efektor .

Reseptor berespon terhadap rangsangan, yaitu perubahan fisik atau kimiawi dalam

lingkungan reseptor yang dapat dideteksi. Sebagai respon terhadap rangsangan tersebut,

reseptor menghasilkan potensial aksi yang dipancarkan oleh jalur aferen ke pusat integrasi

untuk diolah. Pusat integrasi biasanya adalah di Sistem Saraf Pusat. Medula spinalis dan

batang otak mengintegrasikan refleks-refleks dasar, sementara pusat-pusat yang lebih tinggi

di otak memproses refleks didapat. Pusat integrasi memproses semua informasi yang tersedia

baginya dari reseptor serta dari semua masukan lain, kemudian “mengambil keputusan”

mengenai resspon yang sesuai. Instruksi dari pusat integrasi ini disalurkan melalui jalur

aferen keefektor otot atau kelenjar yang melaksanakan respon yang diinginkan. Tidak seperti

perilaku sadar, dimana terdapat sejumlah kemungkinan respon, respon refleks dapat

diprediksi, karena jalur antara reseptor dan efektor selalu sama.

Refleks lucut atau Refleks Spinal dasar

Refleks spinal dasar adalah refleks yang diintegrasikan oleh medulla spinalis; yaitu, semua

komponen yang diperlukan untuk menghubungkan masukan aferen ke respon eferen yang

Page 2: REFLEKS- sken 3

terdapat di dalam medulla spinalis. Ketika kaki menyentuh pecahan kaca (atau menerima

rangsangan nyeri lainnya) maka refleks lucut terpicu untuk menarik kaki menjauhi pecahan

kaca (menarik diri dari rangsangan nyeri). Kulit memiliki berbagai reseptor untuk rasa

hangat, dingin, sentuhan ringan, tekanan dan nyeri. Meskipun semua informasi dikirim ke

sistem saraf pusat melalui potensial aksi, namun SSP dapat membedakan antara berbagai

rangsangan karena perbedaan reseptor dan, dengan demikian, perebdaan jalur aferen yang

diaktifkan oleh rangsangan yang berbeda. Jika suatu reseptor dirangsang cukup kuat sehingga

reseptor tersebut mencapai ambang, maka terbentuk potensial aksi di neuron sensorik aferen.

Semakin kuat rangsangan, semakin tinggi frekuensi potensial aksi yang dihasilkan dan

dikirim ke SSP. Setelah masuk ke medulla spinalis, neuron eferen menyebar untuk bersinaps

dengan berbagai antarneuron berikut :

1. Neuron aferen yang tereksitasi merangsang antarneuron eksitatorik yang pada

gilirannya merangsang neuron motorik eferen yang mempersarafi biceps femoris,

otot di kaki yang menyebabkan fleksi (menekuk) sendi lutut. Dengan

berkontraksi, biceps femoris menarik kaki menjauhi pecahan kaca.

2. Neuron aferen juga merangsang antaraneuron inhibitorik yang pada gilirannya

menghambat neuron eferen yang mempersarafi quadriceps femoris untuk

mencegahnya berkontraksi. Quadriceps femoris adalah otot di kaki yang

menyebabkan ekstensi (meluruskan) sendi lutut. Ketika biceps femoris

berkontraksi untuk menekuk lutut, maka akan kontraproduktif bagi quadriceps

femoris untuk berkontraksi. Karena itu, inhibisi otot-otot yang mengantagonis

(melawan) respon yang diinginkan sudah tercakup dalam refleks lucut. Koneksi

neuron yang melibatkan stimulasi saraf ke satu otot dan inhibisi saraf secara

bersamaan ke otot antagonisnya dikenal sebagai persarafan timbal-balik.

3. Neuron aferen juga merangsang antarneuron lain yang membawa sinyal naik

melalui medulla spinalis ke otak melalui jalur ascendens. Hanya ketika impuls

mencapai daerah sensorik korteks barulah yang bersangkutan merasakan nyeri,

lokasinya dan jenis rangsangan. Juga, ketika impuls mencapai otak, informasi

dapat disimpan sebagai ingatan, dan yang bersangkutan dapat mulai memikirkan

situasi yang dihadapinya – bagaimana hal tersebut terjadi, apa yang harus

dilakukan mengenai hal tersebut, dan sebagainya. Semua aktivitas di tingkat sadar

ini terletak di atas dan setelah refleks dasar.

Page 3: REFLEKS- sken 3

Aktivitas refleks lain

Kerja refleks spinal tidak terbatas pada respon motorik di sisi tubuh yang mendapat

rangsangan. Misalnya seseorang menginjak pecahan kaca, maka akanterpicu suatu lengkung

refleks untuk menarikkaki yang cedera dari rangsangan nyeri, sementara tungkai kontralateral

secara bersamaan bersiap untukmendadak menerima semua beban tubuh sehingga yang

bersangkutan tidak kehilangan keseimbangan atau jatuh. Menekuknya lutut ekstremitas yang

cedera dilaksanakan secara simultan oleh stimulasi refleks otot-otot yang menekuk lutut dan

inhibisi otot-otot yang meluruskan otot. Respon ini adalah khas refleks lucut. Pada saat yang

sama ekstensi lutut kontralateral dilaksanakan oleh pengaktifan jalur-jalur yang menyeberang

ke sisi kontralateral medula spinalis untuk secara refleks merangsang otot-otot ekstensor lutut

ini dan menghambat otot-otot fleksornya. Refleks ekstensor menyilang ini memastikan bahwa

tungkai kontralateral akan berada dalam posisi siap menahan beban tubuh sewaktu tungkai

yang cedera ditarik menjauhi rangsangan.

Selain refleks protektif (misalnya refleks lucut) dan refleks postur sederhana

(misalnya refleks ekstensor menyilang), refleks spinal dasar juga memerantarai pengosongan

organ-organ panggul (misalnya, berkemih, buang air besar dan pengeluaran semen). Semua

refleks spinal dapat secara sengaja dikalahkan paling tidak secara temporer oleh pusat-pusat

yang lebih tinggi di otak.

Tidak semua aktivitas refleks melibatkan lengkung refleks yang jelas, namun prinsip

dasar suatu refleks (yaitu respon otomatis terhadap suatu perubahan yang terdeteksi) tetap

berlaku. Jalur-jalur untuk respon yang tidak disadari yang menyimpang dari lengkung refleks

khas terdapat dalam dua cara umum :

1. Respon yang sedikit banyak diperantarai oleh hormone. Suatu refleks tertentu

mungkin diperantarai hanya oleh neuron atau hormone atau mungkin melibatkan jalur

yang menggunakan keduanya.

2. Respons local yang tidak melibatkan saraf atau hormone. Sebagai contoh, pembuluh

darah pada otot yang sedang aktif melebar karena perubahan metabolic local sehingga

aliran darah meningkat untuk mengimbangi kebutuhan metabolic otot yang aktif

tersebut.

Page 4: REFLEKS- sken 3

NYERI

Terdapat empat proses utama yang terjadi antara stimulus cedera jaringan dengan

pengalaman subjektif nyeri, antaralain:

1. Transduksi nyeri adalah proses proses rangsangan yang mengganggu sehingga

menimbulkan aktivitas listrik di reseptor nyeri.

2. Transmisi nyeri melibatkan proses penyaluran impuls nyeri dari tempat transduksi

melewati saraf perifer sampai keterminal dimedula spinalis dan jaringan neuron-

neuron pemancar yang naik dari medula spinalis keotak.

3. Modulasi nyeri melibatkan aktivitas saraf melalui jalur-jalur saraf desenden dari otak

yang dapat mempengaruhi transmisi nyeri setinggi medula spinalis. Modulasi juga

melibatkan faktor-faktor kimiawi yang menimbulkan atau meningkatkan aktifitas

direseptor nyeri aferen primer.

Reseptor Nyeri dan Stimulasinya

Kita akan merasakan nyeri bergantung dari keberadaan reseptor yang dalam hal ini

adalah nosiseptor. Nosiseptor merupakan saraf aferen primer untuk menerima dan

menyalurkan rangsangan nyeri. Ujung-ujung saraf bebas nosiseptor berfungsi sebagai

reseptor yang peka terhadap rangsangan mekanis, suhu, listrik, atau kimiawi yang

menimbulkan nyeri. Ditribusi nosiseptor bervariasi diseluruh bagian tubuh, konsentrasi

terbesar dari nosiseptor terletak pada kulit. Nosiseptor terdapat pada area subkutis, otot

rangka dan sendi. Reseptor nyeri divisera tidak terdapat diparenkim organ internal itu sendiri,

tetapi dipermukaan peritonium, membran pleura, dura mater, dan dinding pembuluh darah.

Saraf perifer terdiri dari akson tiga tipe neuron yang berlainan. Neuron aferen atau

sensorik primer, neuron motorik dan neuron pasca ganglionik simpatis. Serat pasca ganglion

simpatis dan motorik adalah serat eferen (membawa impuls dari medula spinalis kejaringan

dan organ efektor). Badan sel dari neuron aferen primer terletak diakar dorsal nervus spinalis.

Setelah keluar dari badan selnya diganglion akar dorsal, akson saraf aferen primer terbagi

menjadi dua prosesus. Prosesus yang pertama masuk ke kornu dorsalis medula spinalis dan

Page 5: REFLEKS- sken 3

yang lainnya mempersarafi jaringan. Serat-serat aferen primer diklasifikasikan berdasarkan

ukuran, derajat mielinisasi dan kecepatan hantaran.

Serat aferen A-alfa dan A-beta berukuran paling besar dan bermielin serta memiliki

kecapatan hantaran tertinggi. Serat-serat ini berespon terhadap sentuhan, tekanan, dan sensasi

kinestetik. Namun, serat-serat ini tidak berespon terhadap rangsangan yang mengganggu

sehingga tidak dapat diklasifikasikan sebagai nosiseptor. Sebaliknya, serat aferen primer A-

delta yang bergaris tengah kecil dan sedikit bermielin serta serat aferen primer C yang tidak

bermielin berespon secara maksimal hanya apabila lapangan reseptif mereka mendapat

rangsangan nyeri yang mengganggu sehingga diklasifikasikan sebagai nosiseptor. Impuls

nyeri disalurkan relatif lambat dibandingkan dengan transmisi sensorik diserat A-beta yang

besar karena garis tengahnya yang kecil dan tidak memilki mielin(serat C).

Antar serat aferen C dan A-delta dapat dibedakan oleh dua tipe nyeri yang ditimbulkan,

yakni nyeri cepat dan lambat.

- Nyeri cepat

Sinyal nyeri cepat disalurkan kemedula spinalis oleh serat A-delta dan dirasakan

dalam waktu kurang dari 0,1 detik. Nyeri cepat biasanya memilki lokalisasi yang jelas

dengan kualitas menusuk, tajam atau elektris. Timbul sebagai suatu respon terhadap

rangsangan mekanis atau suhu dipermukaan kulit tetapi dirasakan jaringan tubuh lebih

dalam

- Nyeri lambat

Disalurkan oleh serat aferen tipe C dan dirasakan dalm waktu 1 detik attau lebih.

Memiliki lokalisasi yang tidak jelas dengan kualitas seperti terbakar , berdenyut atau

pegal.Dapat dipicu oleh rangsangan mekanis, suhu atau kimiawi dikulit atau sebagian

besar jaringan atau organ dalam dan biasanya disertai kerusakan jaringan.

Kedua tipe nyeri diatas sering berjalan berganda dengan didahului oleh tipe cepat baru

diikuti oleh tipe lambat. Proses tranduksi sehingga nosiseptor dirangsang dipengaruhi oleh

zat-zat kimiawi penghasil nyeri yang dibebaskan ditempat cedera jaringan. Banyak tipe-tipe

bahan kimiawi yang dapat menimbulkan perangangan nosiseptor antara lain bradikinin,

serotonin, histamin, ion kalium, asam, asetil kolin, dan enzim poteolitik. Untuk nyeri yang

berlangsung lama karena kerusakan jaringan yang sangat parah perangsangan nosiseptor

biasanya dilaksanakan oleh bradikinin. Untuk nosiseptor itu sendiri dia juga dapat

Page 6: REFLEKS- sken 3

mengeluarkan zat-zat kimia yang meningkatkan kepekaan terhadap nyeri namun setelah ada

respon dari saraf eferen dari medula spunalis setelah ada stimulus yang telah diproses. Zat

yang dikeluarkan nosiseptor ini adalah zat P. Zat P ini dapat merangsang atau menyebabkan

vasodilatasi, peningkatan aliran darah, edema serta pembebasan lebih lanjut bardikinin,

pembebasan serotonin dan trombosit dan pengeluaran histamin dari sel mast.

Jalur Nyeri di Sistem Saraf Pusat

Jalur Asendens

Serat saraf C dan A-delta aferen yang menyalurkan stimuli masuk kemedula spinalis

diakar saraf dorsal. Serta-serat ini memisah sewaktu masuk kekorda dan kemudian kembali

menyatu di kornu dorsalis medula spinalis. Daerah ini menerima, menyalurkan dan

memproses impuls sensorik. Kornu dorsalis medula spinalis dibagi menjadi lapisan-lapisan

sel yang disebut lamina. Dua dari lapisan ini(yakni laminaII dan III) yang disebut substansi

gelatinosa sangat penting dalam transmisi dan modulasi nyeri.

Dari kornu dorsalis, impuls nyeri dikirim keneuron –neuron yang menyalurkan informasi

kesisi berlawanan medula spinalis di komisura anterior dan kemudian menyatu ditraktus

spinotalamikus anterolateralis, yang naik ketalamus dan struktur otak lainnya. Dengan

demikian, transmisi impuls nyeri dimedula spinalis bersifat kontaletaral terhadap sisi tubuh

tempat impuls tersebut berasal. Seperti adanya dua tipe nyeri yang disalurkan oleh nosiseptor,

juga tredapat dua jalur spinotalamikus sejajar yang menyalurkan impuls-impuls ini keotak

tarktus neospinotalamikus dan traktus paleospinotalamikus.

Traktus neospinotalamikus adalah suatu sistem langsung yang membawa informassi

diskriminatif sensorik nyeri cepat dan akut dari nosiseptor A-delta kedaerah talamus. Sistem

ini akan berakhir di dalam nukleus posterolateral ventaralis hipotalamus. Sebuah neuron

ditalamus kemudian memproyeksikan akson-aksonnya melalui bagian posterior kapsula

interna untuk membawa impuls nyeri kekorteks somatosensorik primer girus pasca sentralis.

Pola tersusun ini penting bagi apek sensorik dikriminatif nyeri akut yang dirasakan yaitu

lokasi, sifat dan intensitas nyeri.

Traktus paleospinotalamikus yang menyalurkan impuls yang dimulai dari nosiseptor tipe

C lambat kronik, adalah suatu jalur multi sinaps difus yang membawa impuls keformasio

rettikularis batang otak sebelum berakhir dinukleus parafasikularis dan nukleus intra laminar

lain ditalamus, hipotalamus, nukleus sistem limbik dan korteks otak depan. Karena impuls ini

Page 7: REFLEKS- sken 3

bersifat lebih lambat maka nyeri yang ditimbulkan berkaitan dengan rasa panas, pegal dan

nyeri yang lokalisasinya samar. Sistem ini mempengaruhi ekspresi nyeri dalam hal toleransi,

perilaku, dan respon autonom simpatis. Sistem ini sangat berperan pada nyeri kronik, dan

memperentarai respon otonom terkait, perilaku emosional dan penurunan ambang yang

sering terjadi. Dengan demikian disebut juga sebagai suatu sistem nosiseptor motivasional

dan mempengaruhi.

Jalur Descendens

Jalur descendes serat-serat aferen yang berjalan dari korteks serebri kebawah kemudula

spinalis dapat menghambat atau memodifikasi rangsangan nyeri yang datang melalui

mekanisme umpan balik yang melibatkan substansia gelatin1osa dan lapisan lainkornu

dorsalis. Karenyanya jalur descenden dapat memepengaruhi impuls nyeri ditingkat spinal.

Satu jalur descenden yang sangat penting terkait dengan sistem modulasi-nyeri dan analgesik

adalah jalur yang mencakup tiga komponen berikut ini.

1. Bagian pertama adalah substansia grisea periakuaduktus dan substansia grisea

periventrikel mesensefalon dan pons bagian atas yang mengelilingi akuaduktus

sylvius.sx

2. Neuron-neuron dari daerah 1 mengirim impuls kenukleus rafe magnus yang terletak

dipons bagian bawah dan medula bagian atas dan nulkeus retikularis

paragiagantoselularis demedula lateralis

3. Impuls ditransmisikan dari nukleus di 2 Kebawah ke kolumna dorsalis medula

spinalis kesuatu kompleks inhibitorik nyeri yang terletak di kornu dorsalis medula

spinalis.

Zat-zat neuroregulator diduga dapat mempengaruhi masukan sensorik kemedula spinalis.

Neuroregulaor ini dikenal sebagai neurotansmiter. Neurotansmiter adalah neurokimia yang

menghambat atau merangsang aktivitas dimembran pasca sinaps. Zat P, adalah suatu

neuropeptida merupakan neurotaransmiter spesifik nyeri yang tterdapat dalam kornu dorsalis,

neuro transmiter lain yang diduga berperan dalam transmisi nyeri adalah asetilkolin,

noreepinefrin, epinefrin, dopamin dan serotonin. Dua neuro transmiter yakni serotonin( 5-

dihidrositriptamin dan noreepinefrin diketahui terlibat dalam inhibisi terhadap sinyal nyeri

yang datang.

Page 8: REFLEKS- sken 3

Reaksi tubuh terhadap perubahan suhu

Tubuh manusia berupaya untuk mempertahankan suhu pada lingkungan internal.Manusia

memiliki mekanisme pengaturan suhu tubuh yang diperankan oleh hypothalamus.

Hypothalamus berfungsi sebagai thermostat dan reseptor yang sensitifterhadap perubahan

suhu. Suhu tubuh dipertahankan konstan pada 37 derajat celcius. Saat tubuh kehilangan panas

atau memperoleh panas dari lingkungan eksternal dapat mempengaruhi reseptor panas dingin

di kulit dan hypothalamus. Hal ini akan direspon dengan perubahan aliran darah perifer

(vasokontsriksi atau vasodilatasi), produksi keringat, gerakan tubuh tertentu seperti mengigil

dan frekuensi napas. Tubuh yang keliru merespon perubahan suhu sekitar akan mengalami

demam.

Perubahan suhu dapat terjadi melalui bebrapa mekanisme, antara lain:

Konveksi : transfer energi memakai media zat alir (fluida) gas maupun cair, contoh : darah

& udara respirasi. Infeksi tertentu akan menghasilkan pirogen yang mempengaruhi

thermostat di hipothalamus. Suhu inti tubuh naik dan tubuh berupaya untuk memindahkan

panas keluar melalui aliran darah dan udara respirasi, sehingga terjadilah demam.

Konduksi : memakai media padat, harus ada kontak antar molekul, contoh : transfer

melalui kulit dan otot. Tindakan mengkompress adalah upaya untuk menurunkan demam

melalui konduksi. Bahan yang digunakan untuk mengkompress harus lebih dingin dari suhu

tubuh..

Radiasi memanfaatkan media gelombang elektromagnet dalam mentransfer energi termal.

Setiap benda di dalam sebuah rungan memancarkan radiasi, termasuk tubuh manusia.

Transfer kalor melalui radiasi dapat diamati saat bermain api unggun atau siang hari saat

matahari bersinar terang.

Evaporasi: adalah prubahan air menjadi uap, di saat inilah terjadi pelepasan kalor. Tubuh

yang berkeringat tidak mengalami penurunan suhu sebelum keringat tersebut kering.

Evaporasi sangat bergantung kelembapan udara; semakin lembap udara, semakin tinggi

kandungan air maka semakin sulit evaporasi terjadi.

Page 9: REFLEKS- sken 3

Mekanisme tubuh ketika suhu tubuh meningkat

a. Vasodilatasi : disebabkan oleh hambatan dari pusat simpatis pada hipotalamus posterior

(penyebab vasokontriksi) sehingga terjadi vasodilatasi yang kuat pada kulit, yang

memungkinkan percepatan pemindahan panas dari tubuh ke kulit hingga delapan kali lipat

lebih banyak.

b. Berkeringat : pengeluaran keringat menyebabkan peningkatan pengeluaran panas melalui

evaporasi.

c. Penurunan pembentukan panas à Beberapa mekanisme pembentukan panas, seperti

termogenesis kimia dan menggigil dihambat dengan kuat

Mekanisme tubuh ketika suhu tubuh menurun

a. Vasokontriksi kulit di seluruh tubuh à karena rangsangan pada pusat simpatis

hipotalamus posterior.

b. Piloereksi à Rangsangan simpatis menyebabkan otot erektor pili yang melekat pada

folikel rambut berdiri.

c. Peningkatan pembentukan panas à sistem metabolisme meningkat melalui mekanisme

menggigil, pembentukan panas akibat rangsangan simpatis, serta peningkatan sekresi

tiroksin.

Jaras nyeri dan suhu

Lintasan saraf langsung untuk sensasi nyeri dan suhu adalah jaras spinotalamikus lateralis.

Serabut-serabut saraf sensorik yang membawa rangsang nyeri atau suhu dari reseptor akan

masuk melalui radiks dorsalis medulla spinalis. Begitu mencapai substansia alba, serabut

saraf sensorik menjadi dua dan berjalan asenden atau desenden ke beberapa segmen sebelum

bersinaps dengan neuron tingkat kedua dalam substansia grisea kornu doraslis.

Page 10: REFLEKS- sken 3

Akson neuron tingkat kedua ini menyilang menuju sisi kontralateral dan akson ini bergabung

dengan serabut-serabut lain dalam traktus spinotalamikus lateralis. Serabut-serabut ini terus

menuju thalamus tempat bersinapsnya serabut ini dengan neuron tingkat ketiga yang

menyebarkan impuls ke korteks sensorik. Sensasi nyeri dan suhu di dalam thalamus disadari,

tetapi lokasinya tidak dapat ditentukan. Segenap sensasi ini secara sadar diterima dan

dilokalisasi saat impuls diterima di korteks somestetik primer dan skunder lobus parietalis.