ReferatKognitif

40
LAPORAN KASUS PERTIMBANGAN PERSEPSI KOGNITIF Pembimbing : Dr. Agus Permadi, Sp.S Penulis : Melisa 12310519.P Kepaniteraan Klinik Senior Ilmu Saraf RSUD Embung Fatimah, Batam 1

Transcript of ReferatKognitif

Page 1: ReferatKognitif

LAPORAN KASUS

PERTIMBANGAN PERSEPSI KOGNITIF

Pembimbing :

Dr. Agus Permadi, Sp.S

Penulis :

Melisa

12310519.P

Kepaniteraan Klinik Senior Ilmu Saraf

RSUD Embung Fatimah, Batam

Periode 2 Juni 2014 – 5 Juli 2014

Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

Bandar Lampung

1

Page 2: ReferatKognitif

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

berkah dan kasih sayangNya maka tugas pembuatan Referat “Pertimbangan Persepsi

Kognitif” ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.

Pada kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada Dr. Agus Permadi, Sp.S atas segenap waktu, tenaga dan pikiran yang telah

diberikan dalam membimbing dan mengarahkan penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan referat ini.

Penulis menyadari bahwa referat ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh

karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi

kesempurnaan referat ini. Besar harapan penulis agar kiranya penyajian referat ini

dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.

Batam, 25 Juni 2014

Penulis

2

Page 3: ReferatKognitif

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I Pendahuluan..................................................................................................................1

BAB II Tinjauan Pustaka..........................................................................................................3

1. Fungsi Kognitif.......................................................................................................3

2. Anatomi Fungsi Kognitif........................................................................................4

3. Fisiologi Fungsi Kognitif.....................................................................................10

4. Pertimbangan Persepsi Kognitif...........................................................................11

Daftar Pustaka........................................................................................................................38

3

Page 4: ReferatKognitif

BAB I

PENDAHULUAN

Kognitif adalah kemampuan berpikir dan memberikan rasional, termasuk

proses mengingat, menilai, orientasi, persepsi dan memperhatikan. Gangguan kognitif

erat kaitannya dengan fungsi otak, karena kemampuan pasien untuk berpikir akan

dipengaruhi oleh keadaan otak.1

Tiga unsur tingkah laku manusia terhadap alam sekelilingnya ialah

pengamatan, pikiran dan tindakan. Dalam bidang neurologi tiga unsur tersebut

tertuang dalam fungsi sensorik, luhur dan motorik. Dalam keadaan sakit, unsur-unsur

tadi dapat terganggu. Gangguan tersebut dapat berupa gejala neurologic elementer,

misalnya hemiparesis, hemihipestesia, koma, kejang dan sebagainya tetapi dapat pula

berupa gejala neurologik luhur, yang merupakan kelainan integratif yang kompleks

dari ke tiga fungsi di atas.1

Dalam neurologi, gejala elementer dan luhur dipergunakan untuk menetapkan

adanya kerusakan di otak, baik tentang lokalisasi maupun luas lesinya. Kedua fungsi

tersebut sama pentingnya dalam penetapan diagnosis. Juga keduanya menuruti

prinsip organisasi lateral dan longitudinal serebral yang akan diuraikan kemudian.

Karena gejala fungsi luhur ini kerap dilupakan atau diabaikan, maka disini akan

diuraikan secara singkat peranan fungsi ini, terutama fungsi bahasa, persepsi dan

memori pada kelainan otak.1

4

Page 5: ReferatKognitif

Seperti halnya gejala elementer, maka gejala fungsi Iuhur ini dapat dipakai

untuk menetapkan diagnosis dan rehabilitasi pasien dengan penyakit otak. Pada

kerusakan difus dan berat dari otak, maka semua fungsi-fungsi luhur tersebut dapat

terkena dan hasilnya adalah suatu demensia atau retardasi mental. Tetapi pada

kerusakan yang fokal, maka biasanya hanya satu atau beberapa dari fungsi ini

terganggu. Justru pada kerusakan otak yang fokal inilah, gejala luhur mempunyai

peranan penting. Pada pasien dengan kelainan tingkah laku, perlu ditentukan apakah

kelainan ini disebabkan oleh kerusakan otak (brain damage) ataukah sesuatu yang

fungsional (kasus psikiatrik).2

5

Page 6: ReferatKognitif

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. FUNGSI KOGNITIF

DEFINISI

Definisi kognitif menurut behavioural neurology adalah suatu proses dimana

semua masukan sensoris (taktil, visual dan auditorik) akan diubah, diolah, disimpan

dan selanjutnya digunakan untuk hubungan interneuron secara sempurna sehingga

individu mampu melakukan penalaran terhadap masukan sensoris tersebut.1

Konsep yang paling banyak dianut, bahwa fungsi kognitif mencakup lima

domain, yaitu2 :

a. Attention (pemusatan perhatian)

b. Language (bahasa)

c. Memory (daya ingat)

d. Visuospasial (pengenalan ruang)

e. Executive function (fungsi eksekutif : fungsi perencanaan, pengorganisasian

dan pelaksanaan)

6

Page 7: ReferatKognitif

ANATOMI FUNGSI KOGNITIF

Masing-masing domain kognitif tidak dapat berjalan sendiri-sendiri dalam

menjalankan fungsinya, tetapi sebagai satu kesatuan, yang disebut system limbic.

Struktur limbic terdiri dari amigdala, hipokampus, nucleus talamik anterior, girus

subkalosus, girus cinguli, girus parahipokampus, formasio hipokampus, dan korpus

mamilare. Alveus, fimbria, forniks, traktur mammilotalamikus dan striae terminalis

membentuk jaras-jaras penghubung system ini.2,3

Gambar 1. Sistem limbic

7

Page 8: ReferatKognitif

Peran sentral system limbic meliputi memori, pembelajaran, motivasi, emosi,

fungsi neuroendokrin dan aktivitas otonom. Struktur otak berikut ini bagian dari

system limbic3,4 :

1. Amigdala : terlibat dalam pengaturan emosi, dimana pada hemisfer kanan

predominan untuk belajar emosi dalam keadaan tidak sadar, dan pada

hemisfer kiri predominan untuk belajar emosi pada saat sadar.

2. Hipokampus : terlibat dalam pembentukan memori jangka panjang,

pemeliharaan fungsi kognitif yaitu proses pembelajaran.

3. Girus parahipokampus : berperan dalam pembentukan memori spasial.

4. Girus cinguli : mengatur fungsi otonom seperti denyut jantung, tekanan darah,

dan kognitif yaitu atensi. Korteks cinguli anterior merupakan struktur limbic

terluas, berfungsi pada afektif, kognitif, otonom, perilaku dan motorik.

5. Forniks : membawa sinyal dari hipokampus ke mammilary bodies dan septal

nuclei. Forniks berperan dalam memori dan pembelajaran.

6. Hipotalamus : berfungsi mengatur system saraf ototnom melalui produksi dan

pelepasan hormone, tekanan darah, denyut jantung, lapar, haus, libido dan

siklus tidur/bangun, perubahan memori baru menjadi memori jangka panjang.

7. Talamus : kumpulan badan sel saraf di dalam diensefalon membentuk dinding

lateral ventrikel tiga. Fungsi thalamus sebagai pusat hantaran rangsang indra

dari perifer ke korteks serebri. Dengan kata lain, thalamus merupakan pusat

pengaturan fungsi kognitif di otak atau sebagai stasiun relay ke korteks

serebri.

8

Page 9: ReferatKognitif

8. Mammillary bodies : berperan dalam pembentukan memori dan pembelajaran.

9. Girus dentatus : berperan dalam memori baru dan mengatur kebahagiaan

10. Korteks entorhinal : penting dalam memori dan merupakan komponen

asosiasi.

Gambar 2. Hipokampus dan forniks

Sedangkan lobus otak yang ikut berperan dalam fungsi kognitif adalah3,4 :

1. Lobus frontalis

Fungsi lobus frontalis yaitu mengatur motorik, perilaku, kepribadian, bahasa,

memori, orientasi spasial, belajar asosiatif, daya analisis dan sintesis.

Sebagian korteks medial lobus frontalis dikaitkan sebagai bagian system

9

Page 10: ReferatKognitif

limbic, karena banyaknya koneksi anatomic dengan struktur limbic dan

adanya perubahan emosi bila terjadi kerusakan.

2. Lobus parietalis

Lobus parietalis berfungsi dalam membaca, persepsi, memori dan

visuospasial. Korteks ini menerima strimuli sensori (input visual, auditori,

taktil) dari area asosiasi sekunder. Karena menerima input dari berbagai

modalitas sensori sering disebut sebagai korteks heteromodal dan mampu

membentuk asosiasi sensori (cross modal association), sehingga manusia

dapat menghubungkan input visual dan menggambarkan apa yang mereka

lihat atau pegang.

3. Lobus temporalis

Lobus temporalis berfungsi mengatur pendengaran, penglihatan, emosi,

memori, kategorisasi benda-benda dan seleksi rangsangan auditorik dan

visual.

4. Lobus oksipitalis

Lobus oksipitalis berfungsi mengatur penglihatan primer, visuospasial,

memori, dan bahasa.

10

Page 11: ReferatKognitif

Gambar 3. Fungsi otak berdasarkan lobus

Serabut-serabut di otak yang berfungsi dalam fungsi kognitif antara lain4 :

1. Serabut komisura

Serabut ini menghubungkan daerah-daerah yang sama pada kedua hemisfer.

Serabut tersebut adalah korpus kalosum, komisura anterior, komisura

posterior, forniks, dan komisura habenularum.

2. Serabut asosiasi

Serabut-serabut saraf ini penting menghubungkan berbagai daerah di korteks

dalam hemisfer yang sama. Fasikulus uncinatus menghubungkan area bicara

11

Page 12: ReferatKognitif

motorik primer dan girus pada permukaan inferior lobus frontalis dengan

korteks polus pada lobus temporalis. Fasikulus longitudinalis superior

merupakan berkas serabut saraf terbesar, menghubungkan bagian anterior

lobus frontalis dengan lobus oksipitalis dan lobus temporalis. Fasikulus

longitudinalis inferior berjalan ke anterior dari lobus oksipitalis, berjalan di

lateral menuju radiasio optika, kemudia didistribusikan ke lobus temporalis.

Fasikulus frontooksipitalis menghubungkan lobus frontalis dengan lobus

oksipitalis dan temporalis. Fasikulus arkuatus berperan dalam fungsi bahasa

dan bicara, menghubungkan area Wernicke dengan area Broca sehingga bisa

membentuk pemahaman bahasa tulisan dan lisan serta memungkinkan orang

dapat membaca sebuah kalimat, mengerti kalimat dan mengucapkannya.

3. Serabut proyeksi

Serabut-serabut aferen dan eferen yang berjalan ke dan dari batang otak

menuju seluruh korteks serebri pasti berjalan diantara massa inti substansia

grisea yang besar di dalam hemisfer serebri. Di bagian atas batang otak,

serabut-serabut ini membentuk kapsula interna, dan terdapat pula serabut-

serabut yang menyebar ke semua jurusan menuju korteks serebri disebut

korona radiate.

12

Page 13: ReferatKognitif

FISIOLOGIS FUNGSI KOGNITIF

Uraian fungsional domain fungsi kognitif antara lain5 :

1. Perhatian (atensi)

Atensi adalah kemampuan untuk bereaksi atau memperhatikan satu

stimulus tertentu dan mampu mengabaikan stimulus lain yang tidak

dibutuhkan. Atensi merupakan hasil hubungan antara batang otak, aktivitas

limbic dan aktivitas korteks sehingga mampu untuk focus pada stimulus

spesifik dan mengabaikan stimulus lain yang tidak relevan. Konsentrasi

merupakan kemampuan untuk mempertahankan atensi dalam periode yang

lebih lama. Gangguan atensi dan konsentrasi akan mempengaruhi fungsi

kognitif lain seperti memori, bahasa, dan fungsi eksekutif.

2. Bahasa

Bahasa merupakan perangkat dasar komunikasi dan modalitas dasar

yang membangun kemampuan fungsi kognitif. Jika terdapat gangguan bahasa,

pemeriksaan kognitif seperti memori verbal, fungsi eksekutif akan mengalami

kesulitan atau tidak dapat dilakukan.

3. Memori

Fungsi memori terdiri dari proses penerimaan dan penyandian

informasi, proses penyimpanan serta proses mengingat. Semua hal yang

berpengaruh dalam ketiga proses tersebut akan mempengaruhi fungsi memori.

13

Page 14: ReferatKognitif

4. Visuospasial

Kemampuan visuospasial merupakan kemampuan konstruksional

seperti menggambar atau meniru berbagai macam gambar dan menyusun

balok-balok. Semua lobus berperan dalam kemampuan konstruksi dan lobus

parietal terutama hemisfer kanan berperan paling dominan.

5. Fungsi eksekutif

Fungsi eksekutif adalah kemampuan kognitif tinggi seperti cara

berpikir dan kemampuan pemecahan masalah. Fungsi ini dimediasi oleh

korteks prefrontal dorsolateral dan struktur subkortikal yang berhubungan

dengan daerah tersebut. Fungsi eksekutif dapat terganggu bila sirkuit frontal-

subkortikal terputus. Lezack membagi fungsi eksekutif menjadi 4 komponen

yaitu volition (kemauan), planning (perencanaan), purposive action (tujuan),

dan effective performance (pelaksanaan yang efektif).

B. PERTIMBANGAN PERSEPSI KOGNITIF

Neuropsikologis klinis bertujuan untuk mengenali dan menjelaskan tentang

gangguan fungsi kognitif seperti memori, kemampuan bahasa, kemampuan untuk

belajar, kemampuan untuk berpikir dan mempertimbangkan sesuatu, termasuk juga

gangguan persepsi (menggabungkan informasi dari lingkungan luar), emosional dan

tingkah laku yang timbul dari neuropatologi.8

Terapis perlu untuk memahami gangguan-gangguan yang telah disebutkan

sebelumnya dalam rangka screening pasien untuk disfungsi persepsi kognitif, dan

14

Page 15: ReferatKognitif

mengarahkan gangguan-gangguan tersebut sebagai bagian dalam terapi intervensi

yang akan direncanakan. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai gambaran gangguan

kognitif umum yang timbul menyertai cedera otak dalam masa pengobatan. Pada bab

ini juga diberikan anjuran untuk terapis untuk meminimalisasi dampak akibat

gangguan-gangguan tersebut dalam pelaksanaan terapi dan rehabilitasi.8

Pada neurorehabilitasi, penting untuk mengetahui perbedaan antara lesi fokal

seperti stroke dan lesi difus seperti cedera otak akibat trauma (traumatic brain

injury/TBI). Lesi difus berhubungan dengan luasnya kerusakan pada koneksi antar

neuron. Efek dari lesi ini akan mempengaruhi fungsi kognitif, mood, motivasi dan

keterlibatan dalam rehabilitasi. Selanjutnya akan dijelaskan hubungan dengan TBI,

stroke atau penyakit serebrovaskular, dan lesi anoksik (kurangnya suplai oksigen ke

otak).8

A. Efek Kognitif

1. Cedera otak akibat trauma (TBI)

Segera setelah pasien cedera otak melewati fase koma dan amnesia pasca

trauma, pasien mungkin mengalami gejala pasca gegar otak (post-concussion

syndrome/PCS). Setelah cedera otak yang berat atau sangat berat [koma

berkepanjangan (GCS < 8) dan atau amnesia pasca trauma lebih dari 1 minggu],

ada kemungkinan untuk terjadi kerusakan primer dan sekunder. 8

15

Page 16: ReferatKognitif

Kerusakan primer

Kerusakan difus white matter (terputusnya koneksi antar neuron), memar pada

daerah frontal-temporal dan pembuluh darah yang rupture (hemoragik)

menyebabkan menurunnya suplai darah ke otak.8

Kerusakan sekunder

Kemungkinan diakibatkan oleh perdarahan serebral yang mengarah kepada

kerusakan anoksik/hipoksik (berkurang atau tidak adanya suplai oksigen),

edema otak dan atau peningkatan cairan serebrospinal (hidrosefalus) yang

mengarah kepada peningkatan tekanan intrakranial.8

Tabel 1. Gejala umum yang menyertai cedera otak akibat trauma8

Gejala pasca gegar otak

Cedera otak ringan –

sedang (GCS : ringan =

13-15; sedang = 9-12)

Cedera otak berat

(GCS < 8 selama 6 jam)

Pusing

Nyeri kepala persisten

Penurunan stamina

Kelelahan/gangguan

tidur

Sensitif terhadap

suara/cahaya

Penglihatan kabur/ganda

Gangguan kecepatan

berpikir

Perhatian kurang

Memori kurang

Mudah frustrasi

Depresi

Mudah cemas

Gangguan stress

Penurunan kecepatan

berpikir/memproses

informasi

Fungsi intelektual

menurun

Kesulitan dalam

menemukan kata dan

membentuk kalimat

16

Page 17: ReferatKognitif

Tinnitus

Proses berpikir lambat

Penurunan konsentrasi

Memori kurang

pasca trauma (Post-

traumatic stress

disorder/PTSD)

Perhatian mudah

teralihkan

Konsentrasi terbatas

Memori kurang

Berkurangnya

kemampuan untuk

mempelajari hal baru

Regulasi diri buruk

(kurangnya

kemampuan untuk

menahan diri dalam

berbahasa, aktivitas

fisik atau seksual)

Iritabilitas

2. Penyakit serebrovaskular

Bentuk dari penurunan kognitif yang menyertai lesi fokal bergantung pada

bagian yang terkena stroke dan tingkat keparahannya. Pada fase akut,

gangguan bicara dan bingung, menurunnya kemampuan untuk memproses

informasi, gangguan kewaspadaan dan kurangnya perhatian/konsentrasi sering

terjadi tanpa memperhatikan lokasi dari stroke. Berdasarkan penurunan yang

17

Page 18: ReferatKognitif

telah diidentifikasi, penilaian dengan terapi bicara dan bahasa, terapi okupasi

dan neuropsikologis klinis mungkin diperlukan.8

Tabel 2. Penurunan kognitif dan tingkah laku umum pasca stroke8

Lesi ArteriGangguan yang

terjadiPenilaian

Strategi

Rehabilitasi

Arteri Serebral

Anterior (ACA)

Hemiplegi

berat

Hilangnya

sensoris

Pemeriksaan

neurologis

Pemeriksaan

somatosensoris

Terapi posisi

ekstremitas

Latihan

pergerakan

berulang

ACA dengan

kerusakan pada

area motorik

Kontrol

gerakan

volunter

berkurang

Keterbatasan

bicara

Ideomotor

apraksia

Kemampuan

untuk

mengikuti

perintah verbal

atau gestural

Menilai

kemampuan

untuk

menunjukkan

tindakan atas

permintaan

Errorless

learning

18

Page 19: ReferatKognitif

ACA dengan

kerusakan pada

area frontal

orbital

Kepribadian

berubah

Apatis

Kurangnya

kemampuan

untuk menahan

diri

Melakukan

wawancara

antara pasien

dengan

keluarganya

Berikan

informasi

kepada anggota

keluarga pasien

Membentuk

lingkungan

yang terstruktur

untuk

meminimalkan

terjadinya

tingkah laku

yang berlebihan

Aneurisma Arteri

Communicating

Anterior (AcoA)

Kebingungan

akut/kronik

Gangguan

memori dan

belajar hal baru

Orientasi

Kemampuan

untuk

mengingat

kembali

informasi baru

Kesadaran

keselamatan

Aktivitas

struktur

Pengelolaan

Arteri Serebral

Media (MCA)

Hemiplegi

kontralateral

Hilangnya

Test lapang

pandang

Membangun

tingkat

pemahaman dan

19

Page 20: ReferatKognitif

lapang pandang

Disfasia global

Test

konsentrasi

kesadaran

MCA Superior Paresis fasial

dan ekstremitas

atas

Ekspresi

kurang

Kurangnya

kemampuan

bicara

Ideomotor

apraksia

Kemampuan

untuk meniru

gerakan

melalui

instruksi atau

gestural

Latihan

berulang

Program terapi

bicara yang

intensif

Aktivasi

anggota badan

yang terkena

MCA Inferior Hemianopia

homonimus

Disgrafia

Diskalkulia

Anosognosia

Agitasi

Test lapang

pandang

Wawancara

untuk menilai

tingkat

pemahaman

dan kesadaran

Menirukan

gestural

Wawancara

untuk

Saran untuk

melakukan

pemeriksaan

mata

Membangun

komunikasi

Latihan

penglihatan

Aktivasi

ekstremitas

20

Page 21: ReferatKognitif

mengetahui

penyebab

agitasi

Arteri Serebral

Posterior (PCA)

Kebutaan

kortikal

Bingung

Gangguan

memori

Kurangnya

persepsi

terhadap

bentuk, ukuran

dan warna

Test lapang

pandang

Orientasi

Kemampuan

untuk

mengingat

kembali

informasi baru

Meningkatkan

lapang pandang

Konsisten

terhadap

tugas/aktivitas

B. Lesi Anoksik/Hipoksik

Lesi anoksik/hipoksik dapat timbul pada kelainan yang berhubungan

dengan cedera otak akibat trauma atau pada keracunan karbon monoksida,

dengan bentuk penurunan kognitifnya bergantung pada durasi saat periode

kehilangan atau penurunan suplai darah otak. Neuropatologis yang

berhubungan dengan lesi anoksik/hipoksik seringkali meluas hingga mengenai

ganglia basal, thalamus, proyeksi white matter dan area kortikal difus.

Kelainan yang dapat terjadi yaitu ataksia, gejala ekstrapiramidal, penurunan

21

Page 22: ReferatKognitif

mental, gangguan memori, disartria, dispraksia, agnosia (tidak mampu

mengenali objek) dan prospagnosia (tidak mampu mengenali wajah) dan

kontrol perhatian terbatas.8

Tabel 3. Prinsip panduan untuk rehabilitasi kognitif8

1. Mengetahui luas cedera otak

2. Menilai tingkat tanggap/orientasi terhadap lingkungan

3. Menilai kepahaman pasien terhadap gangguan yang mereka alami

4. Mengubah lingkungan (meminimalisasi suara bising) dan mengarahkan

perhatian terhadap aktivitas terapi, dan mungkin memerlukan pengulangan

5. Menyesuaikan terapi untuk memaksimalkan pemahaman pasien mengenai

terapi yang dilakukan

6. Melakukan errorless learning sebagai bagian dari latihan terapi holistik

dan kegiatan berbasis lingkungan

7. Menggunakan sistem SMART (specific, measurable, achievable, realistic

and timed goals) dalam melakukan terapi (untuk meminimalisasi

kecemasan dan kebingungan pasien)

8. Memberikan umpan balik kepada pasien dan keluarga pasien untuk

menjaga kepatuhan terapi

9. Memfasilitasi untuk dilakukannya terapi di lingkungan maupun di rumah

C. Gangguan Emosional dan Tingkah Laku

22

Page 23: ReferatKognitif

Pasien dengan cedera otak umumnya akan mengalami gangguan

emosional dan tingkah laku. Gangguan emosional dengan cemas dan depresi

seringkali terjadi dan dapat mempengaruhi kepatuhan pasien dalam

melakukan terapi dan rehabilitasi. Gangguan bipolar, manik, gangguan

obsesif-kompulsif dan psikotik jarang terjadi pada pasien dengan cedera otak

dan memerlukan konsultasi dan dirujuk ke neuropsikiatri.8

Pasien yang membaik pasca cedera otak mempunyai risiko yang tinggi

untuk terjadinya tindakan bunuh diri dan risiko ini menetap dimana

kemungkinan berhubungan dengan penggunaan alcohol atau obat-obatan

terlarang.8

Gangguan tingkah laku dapat mengganggu kelangsungan terapi seperti

menendang petugas terapis, menggigit atau menggunakan bahasa yang tidak

baik selama terapi. Gangguan tingkah laku dapat ditangani dengan mudah

apabila pasien, keluarga pasien dan tim neurorehabilitasi dapat bekerja sama

dan membangun komunikasi yang baik.8

Tabel 4. Komplikasi emosional-tingkah laku umum yang menyertai cedera

otak8

Cedera otak akibat trauma Apatis (86%)

23

Page 24: ReferatKognitif

Depresi (20-40%)

Cemas (10-25%)

Nyeri (>50%) : nyeri kepala, spastisitas, kontraktur

Menurunnya kontrol marah

PTSD (19-26%)

Keterlibatan dalam komunitas menurun

Kualitas hubungan menurun

Ketidakmampuan untuk kembali bekerja

Gangguan tingkah laku berat (agresi; disinhibisi

verbal, fisik dan seksual)

Stroke

Apatis (57%)

Depresi (20-40%)

Cemas (30%)

Nyeri (spastisitas, kontraktur)

Anoksik/Hipoksik

Apatis (79%)

Depresi

Cemas

Agitasi

Menurunnya kontrol marah

Tingkah laku seperti anak kecil/egosentris

Gangguan tingkah laku berat (kurangnya inisiasi,

disinhibisi)

24

Page 25: ReferatKognitif

1. Pendekatan manajemen tingkah laku

Ada berbagai macam strategi penanganan tingkah laku yang dapat

digunakan untuk meningkatkan atau menurunkan tingkah laku. Metode yang

dapat digunakan yaitu chaining (mengajarkan beberapa seri tugas secara

bersamaan), modeling (memulai dan mendemonstrasikan aktivitas), shaping

(secara bertahap memodifikasi perilaku pasien sesuai dengan kehendak

terapis) dan desensitisasi sistematik (secara bertahap meningkatkan tugas

dengan diselingi relaksasi) dapat digunakan untuk meningkatkan kepatuhan

terapi dan mempelajari hal baru.8

2. Gangguan tingkah laku berat

Walaupun jarang terjadi, namun gangguan tingkah laku berat dapat

terjadi akibat penanganan yang terganggu seperti terapis yang terluka atau

keluarga pasien yang stress. Agresi verbal dan fisik berat dapat timbul pada

pasien yang memperoleh kembali kesadaran tetapi memiliki sisa gejala agitasi

dan kebingungan.8

Sebagai alternatif, berdasarkan level fungsi kognitif pasien

(kemampuan untuk mengingat dan konsentrasi), manajemen cemas dapat

digunakan untuk meningkatkan kesadaran akan timbulnya cemas.

Tabel 5. Pendekatan tingkah laku8

Penurunan stimulasi

25

Page 26: ReferatKognitif

Meningkatkan prediktabilitas terapis dengan memberikan tanda ketika aktivitas

akan dimulai atau selesai

Memperkuat perilaku yang masih sesuai (jika ada)

Menyingkirkan perilaku yang tidak diinginkan (seperti meludah pada terapis)

Memberikan penghargaan untuk tingkah laku yang baik (seperti berpartisipasi

dalam percakapan selama permainan tanpa berteriak kepada terapis)

Memberikan hukuman jika timbul tingkah laku yang tidak diinginkan

Time Out On The Spot (TOOTS) yaitu menghentikan aktivitas untuk jangka

waktu tertentu apabila timbul tingkah laku yang tidak diinginkan

D. Gangguan Emosional

Pasca cedera otak, gangguan emosional dapat terjadi secara langsung

dari lesi neurologis [hilang atau terganggunya koneksi neuron spesifik

(misalnya tertawa dan menangis tanpa sebab) atau dapat bersamaan dengan

factor psikologis internal seperti sikap dalam menghadapi kecacatan dan diri

sendiri untuk mengurangi kualitas hidup. Kemungkinan hal tersebut dapat

timbul sebagai akibat dari dampak gangguan fungsional dalam keterlibatan

sosial.8

Psikoterapi yang dilakukan pasca lesi otak seringkali memerlukan

adaptasi dengan tujuan meminimalisasi dampak dari penurunan kognitif

26

Page 27: ReferatKognitif

dimana terapi emosional-tingkah laku diakui dapat meningkatkan manajemen

pasien terhadap cemas, depresi, iritabilitas dan gangguan stress pasca trauma.8

DAFTAR PUSTAKA

1. Duus, Peter. 1996. Diagnosis Topik Neurologi. Jakarta : EGC.

2. Ginsberg, Lionel. 2005. Lecture Notes : Neurologi. Jakarta : Erlangga.

27

Page 28: ReferatKognitif

3. Harsono. 2005. Kapita Selekta Neurologi. Yogyakarta : Gajah Mada University

Press.

4. Lumbantobing. 2008. Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental. Jakarta :

Balai Penerbit FK-UI.

5. Marjono, Mahar dan Priguna Sidharta. 2006. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta :

Dian Rakyat.

6. Sidharta, Priguna. 1999. Neurologi Klinis dalam Praktek Umum. Jakarta : Dian

Rakyat.

7. Snell, Richard S. 2006. Neuroanatomi Klinik. Jakarta : EGC.

8. Lennon S, Stokes M. 2009. Pocketbook of Neurological Physiotherapy. London :

Churchill Livingstone Elsevier.

28