Referat Tinea Unguium

download Referat Tinea Unguium

of 14

Transcript of Referat Tinea Unguium

  • 7/22/2019 Referat Tinea Unguium

    1/14

    1

    TINEA UNGUIUM

    Putri Dwi Kartini, S.Ked

    Pembimbing : Dr. Fitriani, SpKK

    Bagian/Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin

    FK UNSRI/RSUP Dr. Moh. Hoesin Palembang

    2013

    PENDAHULUAN

    Tinea unguium (dermatophytic onychomycosis) adalah infeksi jamur dermatofita pada

    kuku.1,2 Sedangkan onikomikosis adalah infeksi pada kuku yang disebabkan oleh jamur

    dermatofita, jamur non-dermatofita atauyeast.1,2,3

    Dermatofita dibagi menjadi 3 genus, yaitu Microsporum, Trichophyton dan

    Epidermophyton. Golongan jamur ini mempunyai kemampuan mencerna keratin. Patogen lain

    golongan non-dermatofita yang menyebabkan tinea unguium adalah S. Dinidiatum, S.

    Hyalinum dan kadang-kadang Candida spp.1,2

    Tinea unguium terjadi di seluruh belahan dunia. Dapat terjadi baik pada anak-anak

    maupun dewasa.1 Prevalensi tinea unguium meningkat sesuai dengan pertambahan usia.

    Sekitar 1% pada individu 70 tahun.4 Dari 1305 anak

    yang berusia 3-15 tahun di 17 sekolah di Barcelona tahun 2003-2004 didapatkan bahwa

    prevalensi dermatofita di kaki (tinea pedis) 2,5%, dermatofita di kepala (tinea kapitis) 0,23%

    dan di kuku (tinea unguium) 0,15%.5 The Achilles project memperkirakan prevalensi tinea

    unguium di Eropa sekitar 27% dan di Amerika Utara sebesar 13,8%. Peningkatan prevalensi

    ini dikarenakan peningkatan status imunosupresi seseorang, sepatu yang terlalu sempit, dan

    peningkatan penggunaan locker room bersama.2 Tinea unguium lebih banyak terjadi pada

    laki-laki dan biasanya dikaitkan dengan tinea pedis.1-4

    Tinjauan pustaka ini akan membahas tinea unguium terutama, etiologi, patogenesis,

    manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang, dan penatalaksanaan tinea unguium. Dengan

    memahami karakteristik penyakit ini, diharapkan kita dapat mendiagnosis dan menatalaksana

    pasien dengan tinea unguium dengan tepat.

  • 7/22/2019 Referat Tinea Unguium

    2/14

    2

    ETIOLOGI

    Dermatofita merupakan penyebab terbanyak terjadinya onikomikosis. Yaitu sekitar

    80-90%. Semua jenis dermatofita dapat menyebabkan tinea unguium, penyebab terbanyak

    adalah Trichophyton rubrum (71%) dan Trichophyton mentagrophytes (20%). Penyebab lain

    diantaranya E. Floccosum, T, violaaceum, T. Schoenleinii, T. Verrrucosum.2

    PATOGENESIS

    Sebelum memahami patogenesis terjadinya tinea unguium maka diperlukan

    pemahaman mengenai fungsi dan anatomi kuku. Fungsi utama dari kuku adalah untuk

    memberikan perlindungan ke ujung digiti, meningkatkan diskriminasi sensorik, dan dalam

    beberapa individu, berfungsi sebagai aksesori kosmetik.

    Gambar 1. Anatomi dan struktur kuku.6

    Kuku merupakan struktur unit yang tiap komponennya bergabung dan disebut sebagai

    unit kuku. Unit kuku terdiri dari lempeng kuku (nail plate) dan empat struktur epitel: lipatan

    kuku proksimal (proximal nail fold), matriks, dasar kuku (nail bed) dan hiponikium. (Gambar

    1). Lempeng kuku berbentuk persegi panjang, tembus pandang relatif tidak fleksibel,

    dasarkuku

    kutikula

    dasarkuku

    lempengkuku

    kutikula

    matriks

    lempeng

    kuku

    Lipatan kuku

    proximal lunula

    hiponikium

    lipatan dorsum proksimal kuku

    li atan ventral roksimal kuku

    bagian lipatan

    proksimal kuku

    tautan onikodermal

    lekukan distal

    phalanges distal

  • 7/22/2019 Referat Tinea Unguium

    3/14

    3

    mengandung kalsium, fosfat, besi, seng, mangan dan tembaga, juga sulfur dalam matriks

    kuku yang bertanggung jawab untuk kualitas fisik kuku. Lempeng kuku muncul dari bawah

    lipatan kuku proksimal dan berbatasan di kedua sisi dengan lipatan kuku lateralis. Di bagian

    proksimal terdapat lingkaran putih yang disebut lunula. Permukaan dorsal unit kuku tampak

    berwarna merah muda karena peningkatan pembuluh darah dari dasar kuku (nail bed). Daerah

    antara permukaan dorsal dan ventral terdapat kutikula (eponychium) yang melindungi matriks

    dari kerusakan.6

    Pada tinea unguium invasi terjadi pada kuku yang sehat. Jamur dapat masuk melalui

    tiga cara yaitu dari manusia ke manusia (antrofopilik), dari hewan ke manusia (zoofilik) dan

    dari tanah ke manusia (geofilik). Dermatofita, tidak seperti kebanyakan jamur lain,

    menghasilkan keratinases (enzim yang memecah keratin), yang memungkinkan untuk invasi

    jamur ke dalam jaringan keratin. Dinding sel dermatofit juga mengandung mannans (sejenis

    polisakarida) yang dapat menghambat respon kekebalan tubuh. Trichophyton rubrum khususnya

    mengandung mannans yang dapat mengurangi proliferasi keratinosit. Terdapat beberapa

    predisposisi yang memudahkan terjadinya tinea unguium yang mungkin sama dengan

    penyakit jamur superfisial lainnya seperti kelembaban, trauma berulang pada kuku, penurunan

    imunitas serta gaya hidup seperti penggunaan kaos kaki dan sepatu tertutup terus-menerus,

    olahraga berlebihan dan juga penggunaan tempat mandi umum. Invasi kuku oleh jamur juga

    akan meningkat pada pasien dengan defek pada suplai vaskularisai seperti akibat pertambahan

    usia, insufisiensi vena, penyakit arteri perifer, serta pasien imunokompromise.1

    Jamur menyerang kuku melalui berbagai area sesuai dengan bagian kuku yang

    pertama diinfeksinya. Invasi jamur ke kuku biasanya di mulai dari lipatan kuku lateral atau

    ujung kuku, hal ini akan memberikan gambaran klinis berbeda sesuai dengan klasifikasi

    berdasarkan bagian kuku yang terkena. Selanjutnya dapat terjadi onikomikosis sekunder

    dimana infeksi terjadi setelah jaringan di sekitar kuku sudah terinfeksi seperti pada psoriasisatau trauma pada kuku. tinea unguium pada kuku jari kaki biasanya terjadi setelah tinea pedis,

    pada kuku jari tangan dikaitkan dengan tinea manus, tinea corporis dan tinea kapitis.4

    GAMBARAN KLINIS

    Kuku jari kaki lebih sering terinfeksi dibandingkan kuku jari tangan.1 Sekitar 80% tinea

    unguium terjadi pada kaki. Gambaran klinis tinea unguium berdasarkan klasifikasinya, yaitu:

  • 7/22/2019 Referat Tinea Unguium

    4/14

    4

    1. Onikomikosis Distal Subungual (ODS)Onikomikosis Distal Subungual (ODS) merupakan pola tinea unguium yang paling sering

    terjadi. Infeksi dimulai dari stratum korneum daerah hiponokium atau lipatan kuku,

    kemudian masuk ke subungual. Onikomikosis Distal Subungual (ODS) sering dikaitkan

    dengan tinea pedis. Biasanya disebabkan oleh T. rubrum.3,4

    Gambar 2. Onikomikosis Subungual Distal (OSD)4

    2. Onikomikosis Subungual Proksimal (OSP)Jamur masuk melalui kutikula lipatan kuku posterior kemudian berpindah sepanjang

    lipatan kuku proksimal menginvasi matrik kuku. Pada tipe ini, paling sering disebabkan

    oleh T. rubrum. Tipe ini selalu dikaitkan dengan keadaan immunocompromised. Banyak

    ditemukan pada pasien HIV. Onikomikosis Subungual Proksimal (OSP) dapat mengenai

    satu atau dua kuku. Gambaran klinis yang dapat ditemukan adalah bintik putih di bawah

    lipatan kuku proksimal. 3,4

    Gambar 3. Onikomikosis Subungual Proksimal (OSP)4

  • 7/22/2019 Referat Tinea Unguium

    5/14

    5

    3. Onikomikosis Superfisial Putih (OSPT)Pada tipe ini, jamur menginvasi permukaan dorsal kuku. Penyebab terbanyak adalah T.

    mentagrophytes atau T. rubrum (pada anak-anak). Penyebab yang jarang Acremonium,

    Fusarium, dan Aspergillus terreus. Permukaan lempeng kuku yang terinvasi oleh jamur

    menunjukkan gambaran putih, seperti tepung/ serbuk kapur (chalky white) dan kadang

    mudah retak. 3,4

    Gambar 3. Onikomikosis Superfisial Putih (OSPT)4

    DIAGNOSIS BANDING

    Sangat penting untuk membedakan tinea unguium dengan berbagai penyakit lain yang

    memberikan gambaran klinis yang hampir sama, yaitu kuku psoriasis, ekzema dan dermatitis

    kontak, liken planus, serta pakionikia kongenital. 3,4

    Pada psoriasis, selain kuku pada umumnya kelainan juga ditemukan pada bagian kulit

    lain. Meski demikian dapat terjadi kelainan psoriasis yang hanya mengenai kuku. Psoriasis

    kuku memberikan gambaran mirip Onikomikosis Subungual Distal (OSD). Pada kuku

    psoriasis sering ditemukan pitting nail dan tanda onikolisis berupa oil spot dan salmon

    patch yaitu warna kuning-kemerahan, translusen di bawah lempeng kuku dan sering meluas

    ke hiponikium. Gambaran ini tidak ditemukan pada tinea unguium.

    3,4

    Pada ekzema dan dermatitis kontak, kelainan biasanya terdapat pada lipatan kuku

    posterior. Pada dermatitis kelainan pada ujung jari kadang disertai onikolisis.3 Pada liken

    planus dapat ditemukan papul merah ungu yang dapat dilihat di bawah lempeng kuku dan

    manifestasi lanjut berupa pterigium. Pakionikia kongenital memberikan gambaran bagian

    proksimal lempeng kuku tampak licin, mengkilat dan melekat pada dasar. Bagian distal

    terdorong ke atas oleh akumulasi bahan keratin di bawahnya sehingga bagian lempeng kuku

    bebas menghadap ke atas.3

  • 7/22/2019 Referat Tinea Unguium

    6/14

    6

    DIAGNOSIS

    Anamnesis dan gambaran klinis saja pada umumnya sulit untuk memastikan diagnosis

    terutama pada tinea unguium yang merupakan kelainan sekunder pada kelainan kuku yang

    telah ada sebelumnya. Gambaran klinis harus dikonfirmasi dengan ditemukannya elemen

    jamur pada pemeriksaan mikroskopik langsung dengan preparat KOH, pemeriksaan

    histopatologi dari clipping nail atau dengan biakan jamur. Mengingat banyaknya diagnosis

    banding secara klinis, maka dapat digunakan pendekatan diagnosis pada kuku yang distrofi.1

    Bagan 1. Pendekatan diagnosis pada kuku distrofi.1

    PEMERIKSAAN PENUNJANG

    Pemeriksaan penunjang yang harus dilakukan adalah pemeriksaan mikroskopik

    langsung yang diikuti biakan untuk identifikasi spesies penyebab.

    Singkirkan penyebab non-jamur

    Penyakit kulit yang bermanifestasi pada kuku atau penyakitsistemik (contoh; psoriasis, lichen planus, dermatitis)

    Faktor dari luar (contoh: trauma, kontak iritan) Genodermatosis (contoh:pachyonychia congenital, Darier

    disease)

    Pemeriksaan mikroskopik dengan preparat

    KOH/Calcoflour, pemeriksaan dengan

    kerokan kuku dan debris subungual

    AtauPAS (Periodic Acid Schiff Stain)

    Biakan dan mulai pengobatan

    untuk tinea unguium Biakan

    Terapi tinea unguium

    Ulangi

  • 7/22/2019 Referat Tinea Unguium

    7/14

    7

    Pemeriksaan mikroskopik langsung

    Pemeriksan langsung dapat dilakukan dengan sediaan KOH 20-30% dalam air atau

    dalam dimetil sulfoksida (DMSO) 40% untuk mempermudah lisis keratin. Zat warna

    tambahan misalnya tinta parker blue-black, atau pewarnaan PAS akan mempermudah

    visualisasi jamur. Penambahan zat warna chorazol black Eatau calcofluor white pada KOH

    bersifat spesifik untuk elemen jamur karena hanya terikat pada khitin yang merupakan

    dinding jamur, tetapi tidak pada keratin atau benang dan artefak lain. Namun untukcalcoflour

    white dibutuhkan mikroskop fluoresen untuk memeriksannya.4,7

    Selain memastikan hasil positif atau negatif, perlu dicari bentuk tipikal atau atipikal

    elemen jamur, misalnya hifa dermatofita tidak berwarna (hialin), hifa Scytalidium panjang

    dan berkelok-kelok serta jamurdematiaceae berwarna hitam.7

    Pada pemeriksaan mikroskopik terkadang sulit untuk mengidentifikasi jenis jamur

    spesifik tetapi pada kebanyakan kasus yeast dapat dibedakan dengan dermatofita secara

    morfologi. Pemeriksaan secara mikroskopik merupakan pemeriksaan yang paling sederhana

    dan cepat.4

    Pemeriksaan Biakan

    Pemeriksaan dengan biakan diperlukan untuk menyokong pemeriksaan langsung

    sediaan basah untuk menentukan spesies jamur. Pada biakan jamur pemisahan jamur akan

    lebih baik jika menggunakan antibiotik untuk mencegah kontaminasi bakteri. Penghancuran

    spesimen kuku harus dilakukan sebelum inokulasi pada media. Sampel yang diambil dari

    kuku yang terinfeksi disuntikkan ke media agar Sabouraud dengan atau tanpa cycloheximide.

    Biakan jamur menggunakan media agar Sabouroud dengan chloramphenicol dan

    cycloheximide memiliki sensitivitas 32%. Untuk melihat hasil biakan jamur ini dibutuhkanwaktu beberapa hari sampai dengan satu minggu.6,7

    Pemeriksaan Histopatologi

    Bila secara klinis kecurigaan tinea unguium besar namun hasil sediaan mikroskopik

    langsung maupun biakan negatif, pemeriksaan histopatologi dapat membantu. Dapat

    dilakukan biopsi kuku atau cukup dengan nail clippings pada Onikomikosis Subungual Distal

    (ODS). Periodic Acid Schiff (PAS) digunakan untuk mencari elemen jamur pada kuku.

  • 7/22/2019 Referat Tinea Unguium

    8/14

    8

    Pemeriksaan ini dapat sekaligus membantu memastikan bahwa jamur terdapat dalam lempeng

    kuku dan bukan komensal atau kontaminan di luar lempeng kuku. Teknik ini merupakan

    teknik yang paling dapat dipercaya untuk membangun diagnosis tinea unguium. Pada

    beberapa penelitian sensitivitas PAS adalah 41-93%.4,7

    PENATALAKSANAAN

    Seperti penatalaksanaan penyakit jamur superfisial lainnya, maka prinsip

    penatalaksanaan tinea unguium menghilangkan faktor predisposisi yang memudahkan

    terjadinya penyakit, serta terapi dengan obat anti jamur yang sesuai dengan penyebab dan

    keadaan patologi kuku. Perlu ditelusuri pula sumber penularan.7

    Pengobatan pada tinea unguium yaitu dengan pemberian obat anti jamur baik secara

    topikal maupun sistemik. Pengobatan topikal yaitu dengan menggunakan siklopiroks dan

    amprolfin. Sedangkan pengobatan sistemik digunakan anti jamur golongan alilamin seperti

    terbinafin dan golongan azol seperti flukonazol dan itrakonazoltinea unguium ada dua cara

    yaitu secara sistemik dengan menggunakan obat.4

    Obat topikal

    Obat topikal berbentuk krim dan solusio, namun sulit untuk penetrasi ke dalam kuku

    sehingga kurang efektif untuk pengobatan tinea unguium, namun masih dapat digunakan

    untuk superfisialOnikomikosis Superfisial Putih (OSPT). Obat topikal dengan formulasi

    khusus dapat meningkatkan penetrasi obat ke dalam kuku, yakni:

    a. Amorolfin : merupakan derivat morfolin yang bersifat fungisidal. Bekerja dengan caramenghambat biosintesis ergosterol jamur. Untuk infeksi jamur pada tinea unguium

    digunakan amorolfin dalam bentuk cat kuku konsentrasi 5% untuk kuku jari tangan,

    dioleskan satu atau dua kali setiap minggu selama 6 bulan sedangkan untuk kuku kaki

    harus digunakan selama 9-12 bulan.

    4

    b. Siklopiroks merupakan anti jamur sintetik hydroxypiridone, bersifat fungisidal,

    sporosidal dan anti jamur ini mempunyai penetrasi yang baik pada kulit dan kuku.

    Untuk pengobatan tinea unguium digunakan siklopiroks nail lacquer 8%. Setelah

    dioleskan pada kuku yang sakit, larutan tersebut akan mengering dalam waktu 30-45

    detik, zat aktif akan segera dibebaskan dari pembawa berdifusi menembus lapisan

    lempeng kuku hingga ke dasar kuku dalam beberapa jam sampai kedalaman 0,4 mm

    dan hasil pengobatan akan dicapai setelah 24-48 kali pemakaian. Diberikan 2 hari

  • 7/22/2019 Referat Tinea Unguium

    9/14

    9

    sekali selama bulan pertama, setiap 3 hari sekali pada bulan kedua dan seminggu

    sekali pada bulan ketiga hingga bulan keenam pengobatan. Dianjurkan pemakaian cat

    kuku siklosporik tidak melebihi dari 6 bulan.4

    Dibutuhkan ketekunan pasien karena umumnya masa pengobatan panjang. Meskipun

    penggunaan obat topikal mempunyai keterbatasan, namun masih dapat digunakan sebagai

    pengobatan tinea unguium karena tidak mempunyai risiko sistemik, relatif lebih murah

    dan dapat digunakan sebagai kombinasi dengan oral untuk memperpendek masa

    pengobatan, selain itu bentuk cat kuku juga mudah digunakan.7

    Obat Sistemik

    Terapi anti jamur sistemik, meski dikaitkan dengan tingginya angka kejadian dan

    peningkatan keparahan efek samping, namun tetap diperlukan untuk pengobatan infeksi

    tertentu, termasuk tinea manus, kapitis dan unguium. Obat antijamur baru memberikan

    lebih banyak pilihan untuk terapi sistemik.1

    Table 1. Obat yang dianjurkan pada tinea unguium.1

    Flukonazol Griseofulvin Itrakonazol Terbinafin

    Kuku tangan dan kuku kaki

    Dosis

    Dewasa

    150200

    mg/minggu 9

    bulan

    12 g/hari

    hingga kuku

    normal

    200 mg/hari 12 minggu

    Atau

    200 mg 1 minggu/bulan

    selama 34 bulan

    250 mg/hari 12

    minggu

    Hanya kuku tangan

    150200

    mg/minggu 6

    bulan

    12 g/day

    hingga kuku

    normal

    200 mg/hari 6 minggu

    Atau

    200 mg 1 bulan selama 2

    bulan

    250 mg/hari 6

    minggu

    Dosis

    anak-

    anak

    6 mg/kg/ minggu

    1216 minggu(kuku tangan) or

    1826 minggu

    (kuku kaki)

    20 mg/kg/hari

    hingga kukunormal

    5 mg/k/hari (50 kg) 1

    minggu/bulan for 2 (kuku

    tangan) atau 3 (kuku kaki)

    bulan

    62.5 mg/hari (40 kg)

    6 minggu (kuku tangan)

    or 12 minggu (kuku

    kaki)

  • 7/22/2019 Referat Tinea Unguium

    10/14

    10

    Obat sistemik yang dapat digunakan untuk pengobatan tinea unguium yaitu derivat azol

    dan derivat alilamin. Derivat azol bersifat fungistatik tetapi mempunyai spektrum anti

    jamur luas dan derivat alilamin bersifat fungisidal namun efektif terutama terhadap

    dermatofita.4

    Terapi Bedah

    Pengangkatan kuku dengan tindakan bedah skalpel selain menyebabkan nyeri juga

    dapat memberikan gejala sisa distrofi kuku. Tindakan bedah dapat dipertimbangkan bila

    kelainan hanya 1-2 kuku, bila terdapat kontraindikasi terhadap obat sistemik, dan pada

    keadaan patogen resisten terhadap obat. Tindakan bedah tetap harus dikombinasi dengan obat

    anti jamur topikal atau sistemik.7

    PROGNOSIS

    Kondisi ini sulit diobati, dibutuhkan pengobatan dalam waktu yang panjang.3 Tinea

    unguium tahap awal lebih mudah diobati pada orang muda, dan individu sehat dibandingkan

    dengan individu yang sudah tua dengan kondisi kesehatan yang buruk.4

    KESIMPULAN

    Tinea unguium (dermatophytic onychomicosis) adalah infeksi jamur dermatofita pada

    kuku. Prevalensi tinea meningkat sesuai dengan pertambahan usia, lebih banyak terjadi pada

    laki-laki daripada wanita. Patogen penyebab terbanyak adalah T. rubrum dan T.

    mentagrophytes. Ada 3 jenis onikomikosis yaitu Onikomikosis Subungual Distal (OSD),

    Onikomikosis Subungual Proksimal (OSP), dan Onikomikosis Superfisial Putih (OSPT).

    Jenis yang paling sering adalah Onikomikosis Subungual Distal (OSD). Diagnosis

    berdasarkan gambaran klinis yang harus dikonfirmasi dengan ditemukannya elemen jamurpada pemeriksaan mikroskopik langsung dengan preparat KOH, pemeriksaan histopatologi

    PAS (Periodic Acid Schiff Stain) atau dengan biakan jamur. Penatalaksanaan pada tinea

    unguium terdiri dari penatalaksanaan umum dan khusus. Penatalaksanaan umum yaitu

    memberikan informasi dan edukasi mengenai tinea unguium kepada pasien. Penatalaksanaan

    khusus terdiri dari pengobatan topikal dan sistemik. Penatalaksanaan dengan topikal yaitu

    dengan menggunakan siklopirok dan amorolfin, sedangkan penatalaksanaan dengan sistemik

    digunakan anti jamur golongan alilamin seperti terbinafin dan golongan azol seperti

  • 7/22/2019 Referat Tinea Unguium

    11/14

    11

    flukonazol dan itakonazol. Tinea unguium sulit untuk diobati. Pengobatan tahap awal lebih

    mudah diobati pada orang muda dan individu sehat dibandingkan individu yang sudah tua

    dengan kondisi kesehatan yang buruk.

  • 7/22/2019 Referat Tinea Unguium

    12/14

    12

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Elewski BE, Hughey LC, Sobera JO, Hay R. Fungal disease. In: Bolognia J L, Lorizzo JL, Rapini RP, editors. Dermatology. 2nd ed. New York: Mosby Elsevier; 2008; p. 1265-70.

    2. Verma S, Haffernan MP. Fungal disease. In: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, GilchrestBA, Paller AS, Leffel DJ, editors. Fitzpatricks Dermatology in General Medicine. 7th ed.

    New York: McGraw-Hill; 2008; p.1817-18.

    3. James D, Berger G, Elston M. Diseases resulting from fungi and yeast. Andrews Diseaseof The Skin Clinical Dermatology, 10th edition. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2008;

    p.305-7.

    4. Wolff KL. Johnson RA. Disorder of The Nail Apparatus. In: Fitzpatricks ColorAtlas &Sinopsis Of Clinical Dermatology, 5th ed. New York: The McGraw-Hill companies;

    2007. p.1016-21.

    5. Perez M, Torres JM, Martinez A, Segura S, Grira G, Trivino L, ED et al. Prevalence oftinea pedis, tinea unguium of toenails and tinea capitis in school children from Barcelona.

    Revista Iberoamericana de Micologa, 2009;26(1): p.228-32.

    6. Moore Mk, Hay RJ. Anatomy and organization of human skin. In: Berth-jones J, editors.Rooks Textbook of Dermatology. 8th ed. Cambridge: Wiley-Balckwell: 2010; p.3.14-5.

    7. Budi IP. Onikomikosis. Medan: Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan KelaminUniversitas Sumatera Utara. 2008; hal.9-12.

  • 7/22/2019 Referat Tinea Unguium

    13/14

    13

    DISKUSI

    1. Apa indikasi terapi bedah pada tinea unguium?Jawaban:

    Pengangkatan kuku dengan tindakan bedah skalpel selain menyebabkan nyeri juga

    dapat memberikan gejala sisa distrofi kuku. Tindakan bedah dapat dipertimbangkan bila

    kelainan hanya 1-2 kuku, bila terdapat kontraindikasi terhadap obat sistemik, dan pada

    keadaan patogen resisten terhadap obat. Tindakan bedah tetap harus dikombinasi dengan

    obat anti jamur topikal atau sistemik.

    2. Apakah ada perbedaan terapi pada ketiga jenis tinea unguium yang diklasifikasikanberdasarkan gambaran klinis? Jika iya, apa perbedaannya?

    Jawaban:

    Tidak ada perbedaan. Klasifikasi tersebut hanya membedakan tinea unguium

    berdasarkan gambaran klinis dan tidak ada perbedaan dalam pemberian terapi.

    3. Obat sistemik derivat alilamin apa yang menjadi pilihan pertama untuk pengobatan tineaunguium?

    Jawaban:

    Pilihan pertama derivat alilamin yang digunakan untuk pengobatan tinea unguium

    adalah terbiafin.

    Terbinafin merupakan antijamur golongan alilamin yang dapat diberikan secara oral.

    Terbinafin bekerja menghambat sintesis ergosterol (merupakan komponen sterol yang

    utama yang membrane plasma sel jamur), dengan cara menghambat kerja squalene

    epoxidase ( merupakan suatu enzim yang berfungsi sebagai katalis untuk mengubahsqualene 2,3 epoxide). Terbinafin merupakan antijamur yang berspektrum luas. Sangat

    efektif terhadap dermatofita yang bersifat fungsidal.

    Terbinafin diabsorbsi dengan baik jika diberikan dengan cara oral yaitu >70% dan

    akan tercapai konsentrasi puncak dari serum 0,8-1,5 mg/L setelah pemberian 2 jam

    dengan 250 mg dosis tunggal. Pemberian bersama makanan tidak mempengaruhi absorbsi

    obat. Oral terbinafin efektif untuk pengobatan dermatofitosis pada kulit dan kuku. Dosis

    terbinafin oral untuk dewasa yaitu 250 mg/hari tetapi pada pasien dengan gangguan hepar

  • 7/22/2019 Referat Tinea Unguium

    14/14

    14

    atau fungsi ginjal (kreatinin clearance 300

    mol/ml) dosis harus diberikan setengah dari dosis di atas. Untuk kuku jari tangan

    diberikan selama 6 minggu dan untuk kuku jari kaki selama 12-16 minggu.

    Efek samping pada gastrointestinal seperti diare, dispepsia, sering dijumpai.

    Terbinafin tidak direkomendasikan untuk pasien dengan penyakit hepar yang kronik.

    Terbinafin tidak mempunyai efekclearance terhadap obat lain yang metabolismenya

    melalui hepatik sitokrom P-450. Namun konsentrasi darah akan menurun jika terbinafin

    diberikan bersama rifampisin dan level darah pada terbinafin dapat meningkat jika

    pemberiaannya bersama cimetidin yang merupakan P-450 inhibitor.