REFERAT Tic Facialis Dhe

18
BAB I PENDAHULUAN Tic fasialis termasuk dalam golongan movement disorders yang secara karakteristik ditandai dengan adanya kontraksi involunter otot wajah yang dipersarafi oleh saraf VII (N.fasialis), yang gerakannya bersifat setempat pada otot tertentu, sejenak, namun berkali. Tempat terjadinya biasanya di satu sisi saja misalnya pada pipi, mulut, atau kelopak mata. Gerakannya dapat berupa wajah yang berkedut, meringis atau mata yang berkedip-kedip. Tic biasanya diperburuk oleh stres, kemarahan, kegembiraan, dan dapat dikurangi dengan relaksasi dan tidur. Kelainan tic, suatu diagnosis klinis, sering menunjukkan respon baik terhadap terapi medis. Tic fasialis terjadi karena pembuluh darah menekan N. Fasialis sehingga otot-otot sekitar menjadi kedut atau kejang. Penyakit ini umumnya timbul setelah umur 40 tahun, namun juga dapat terjadi pada anak-anak dan lebih sering pada wanita. Tics yang paling ringan mungkin tidak terlihat oleh orang yang mengalaminya atau orang lain. Namun, beberapa tics dapat sering dan parah. Tics juga bisa menjadi gejala dari sindrom tourette. Sindrom Gilles de la Tourette adalah suatu kelainan tik onset masa kanak-kanak yang berasosias dengan abnormalitas perilaku (96% pada usia 11). Gangguan kepribadian kompulsif, gangguan defisit atensi, dan gangguan cemas tampak pada

description

REFERAT TIC FACIALIS

Transcript of REFERAT Tic Facialis Dhe

Page 1: REFERAT Tic Facialis Dhe

BAB I

PENDAHULUAN

Tic fasialis termasuk dalam golongan movement disorders yang secara karakteristik

ditandai dengan adanya kontraksi involunter otot wajah yang dipersarafi oleh saraf VII

(N.fasialis), yang gerakannya bersifat setempat pada otot tertentu, sejenak, namun berkali.

Tempat terjadinya biasanya di satu sisi saja misalnya pada pipi, mulut, atau kelopak mata.

Gerakannya dapat berupa wajah yang berkedut, meringis atau mata yang berkedip-kedip.

Tic biasanya diperburuk oleh stres, kemarahan, kegembiraan, dan dapat dikurangi dengan

relaksasi dan tidur. Kelainan tic, suatu diagnosis klinis, sering menunjukkan respon baik

terhadap terapi medis. Tic fasialis terjadi karena pembuluh darah menekan N. Fasialis sehingga

otot-otot sekitar menjadi kedut atau kejang. Penyakit ini umumnya timbul setelah umur 40 tahun,

namun juga dapat terjadi pada anak-anak dan lebih sering pada wanita.

Tics yang paling ringan mungkin tidak terlihat oleh orang yang mengalaminya atau orang

lain. Namun, beberapa tics dapat sering dan parah. Tics juga bisa menjadi gejala dari sindrom

tourette.

Sindrom Gilles de la Tourette adalah suatu kelainan tik onset masa kanak-kanak yang

berasosias dengan abnormalitas perilaku (96% pada usia 11). Gangguan kepribadian kompulsif,

gangguan defisit atensi, dan gangguan cemas tampak pada kebanyakan individu ini. Hanya 10%

sampai 20% memiliki koprolalia.

Page 2: REFERAT Tic Facialis Dhe

BAB II

TINJUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI

Tic fasialis berasal dari kata tic dan fasialis. Tic termasuk salah satu bentuk hyperkinetic

movement disorders, disamping athetosis, chorea, dystonia, myoclonus, dan tremor (Dito 2009).

Tic merupakan gerakan involunter yang sifatnya, mendadak, cepat, singkat, stereotipik,

kompulsif dan tak berirama, dapat merupakan bagian dari kepribadian normal. Sedangkan

Fasialis merupakan syaraf cranial ke VII (N.VII) yang mempersarafi daerah wajah.

Tic fasialis adalah suatu keadaan terjadinya gangguan gerakan wajah tidak disadari, yang

tidak terasa sakit yang disebabkan karena kerusakan syaraf cranial VII (N. Fasialis). Gerakan

pada tic fasialis bersifat setempat pada otot tertentu, sejenak, namun berkali. Gerakannya dapat

berupa wajah yang berkedut, meringis atau mata yang berkedip-kedip. Tic fasialis tersebut

kemungkinan disebabkan oleh kelainan posisi arteri atau simpul pada arteri yang menekan syaraf

cranial VII dimana terdapat batang otak.

2.2 ANATOMI

Nukelus fasialis menerima serabut-serabut yang menyilang dan tidak menyilang melalui

traktus kortikobulbaris. Otot-otot wajah dibawah dahi menerima persarafan korteks kontralateral

(hanya serabut kortikobulbaris yang menyilang). Apabila terdapat suatu lesi rostral dari nukleus

fasialis akan menimbulkan paralisis dari otot-otot fasialis kontralateral kecuali otot frontalis dan

orbikularis okuli. Karena otot frontalis dan orbikularis okuli menerima persarafan dari kortikal

bilateral, maka otot-otot tersebut tidak akan dilumpuhkan oleh lesi yang mengenai satu korteks

motorik atau jaras kortikobulbarisnya.

Saraf kranial N. VII (fasialis) mengandung 4 macam serabut, yaitu : (Lumbantobing,

2000)

Page 3: REFERAT Tic Facialis Dhe

1. Serabut somato-motorik, yang mensarafi otot-otot wajah (kecuali M. Levator palpebra

(N. III)), M. Platisma, M. Digastrikus bagian posterior, M. Stilohioid dan M. Stapedius di

telinga tengah.

2. Serabut visero-motorik (parasimpatis) yang datang dari nukleus salivatorius superior.

Serabut saraf ini mengurus glandula dan mukosa faring, palatum, rongga hidung, sinus

paranasal, dan glandula submaksilar serta sublingual dan lakrimalis.

3. Serabut visero-sensorik yang menghantar impuls dari alat pengecap di 2/3 bagian depan

lidah.

4. Serabut somato-sensorik rasa nyeri (dan mungkin juga rasa suhu dan rasa raba) dari

sebagian daerah kulit dan mukosa yang disarafi oleh nervus trigeminus. Daerah

overlapping (disarafi oleh lebih dari satu saraf (tumpang tindih)) ini terdapat di lidah,

palatum, meatus akustikus elsterna dan bagian luar gendang telinga.

Nervus fasialis terutama merupakan saraf motorik yang menginervasi otot-otot ekspresi

wajah. Disamping itu saraf ini membawa serabut parasimpatis ke kelenjar ludah, kelenjar air

mata dan ke selaput mukosa rongga mulut dan hidung. Dan ia juga menghantarkan berbagai jenis

sensasi eksteroseptif dari daerah gendang telinga, sensasi 2/3 depan lidah, dan sensasi viseral

umum dari kelenjar ludah, mukosa hidung, dan faring. Dan sensasi proprioseptif dari otot-otot

yang disarafinya.

Sel sensorik terletak di ganglion genikulatum, pada lekukan saraf fasialis di kanal fasialis.

Sensasi pengecapan dari 2/3 depan lidah dihantar melalui saraf lingual ke korda timpani dan

kemudian ke ganglion genikulatum. Serabut yang menghantar sensasi eksteroseptif mempunyai

badan selnya di ganglion genikulatum dan berakhir pada akar desenden dan inti-inti akar

desenden dari saraf trigeminus.

Inti motorik N. VII terletak di pons. Serabutnya mengitari inti N. IV dan keluar di bagian

lateral pons. N. VII bersama N. Intermedius dan N. VIII kemudian memasuki meatus akustikus

internus. Disini N. VII bersatu dengan N. Intermedius dan menjadi satu berkas saraf yang

berjalan dalam kanalis fasialis dan kemudian masuk ke dalam Os mastoid. Ia keluar dari tulang

tengkorak melalui foramen stilomastoid dan bercabang untuk mensarafi otot-otot wajah.

Page 4: REFERAT Tic Facialis Dhe

Gambar 1. Anatomi nervus fasialis

2.3 ETIOLOGI

Penyebab tic fasialis yaitu:

A. Herediter/diwariskan (inherited)

1. Distonia torsi.

2. Neuroakantosis.

3. Penyakit Huntington.

4. Penyakit Wilson.

B. Didapatkan/diperoleh (acquired)

1. Infeksi (misal: chorea sydenham, ensefalitis).

2. Obat-obatan

    Dicetuskan misalnya oleh:

    a. Stimulan.

    b. Levodopa.

    c. Antikonvulsan (antikejang): karbamazepin, lamotrigin.

    d. Neuroleptik.

Page 5: REFERAT Tic Facialis Dhe

3. Pertumbuhan/perkembangan (developmental)

4. Stroke

5. Toksin (misal: karbon monoksida)

6. Trauma kepala

2.4 PATOGENITAS

Sebagian besar kasus Tic Fasialis sebelumnya yang dianggap idiopatik itu mungkin

disebabkan oleh pembuluh darah yang menyimpang (misalnya cabang distal dari arteri anterior

inferior cerebellar atau arteri vertebralis) mengompresi nervus fasialis dalam cerebellopontine

angle. Lesi kompresi misalnya pada tumor mungkin dapat menyebabkan terjadinya penekanan

pada nervus fasialis.

Gerakan involuntar pada tik timbul akibat lesi difus pada putamen dan globus palidus;

disebabkan oleh terganggunya kendali atas refleks-refleks dan rangsang yang masuk, yang dalam

keadaan normal ikut memengaruhi putamen dan globus palidus. Ini disebut release phenomenon,

yang berarti hilangnya aktivitas inhibisi yang normal.

Gerakan klonik berlangsung untuk kontraksi tonik berkelanjutan dari otot yang terlibat.

Iritasi kronis pada nervus fasialis atau nukleus fasialis merupakan penyebab yang mungkin dari

tic fasialis. Iritasi dari nucleus nervus fasialis diyakini menyebabkan hipereksitabilitas dari

nucleus nervus fasialis, sementara iritasi pada segmen proksimal saraf dapat menyebabkan

ephatic transmisi dalam nervus fasialis.

Gerakan otot wajah involunter pada tic bisa bangkit sebagai suatu pencerminan

kegelisahan atau depresi. Pada gerakan involunter tersebut, sudut mulut dapat terangkat dan

kelopak mata memejam secara berlebihan. Gerakan otot wajah sebagai gerakan kebiasaan sering

dijumpai pada anak atau orang dewasa yang spikolabil. Nervositas dan kurang kepercayaan diri

sering terlihat pada wajah seseorang. Adakalanya gerakan involunter kebiasaan itu sangat keras

dan bilateral, sehingga raut muka saling berubah. Meringis, mencucu, memejamkan mata

merupakan gerakan involunter kebiasaan pada kebanyakan psikopat.

Adakalanya kata-kata yang kotor atau ludah dikeluarkan pada waktu yang bersamaan

pada saat gerakan involunter terjadi. Sindrom tic fasialis yang disertai koprolalia (mengelurkan

kata-kata kotor) itu dikenal sebagai tic gilles de la tourette.

Page 6: REFERAT Tic Facialis Dhe

2.5 EPIDEMIOLOGI

Tik sering dijumpai di dalam kehidupan sehari-hari. Gejala awal muncul sekitar usia 5-10

tahun. Prevalensi tertinggi usia 9-11 tahun. Rasio pria : wanita = 3:1.

2.6 MANIFESTASI KLINIS

Gerakan involunter pada wajah hanya sebuah gejala. Lelah, anxietas, dan membaca

mungkin merangsang gerakan tersebut. Otot pada salah satu bagian wajah tidak sengaja kejang,

biasanya diawali dengan kelopak mata, kemudian menyebar menuju pipi dan mulut. Gangguan

tersebut pada hakekatnya tidak menyakitkan tetapi bisa memalukan.

Tic mempunyai ciri khas, yaitu:

1. Bergelombang; menguat dan melemah

2. Di-eksaserbasi (diperburuk) oleh stres, cemas dan kelalahan

3. Tidak terjadi saat tidur, namun terdeteksi dengan pemeriksaan polisomnogram.

Pendapat pendapat lain mengatakan bahwa tik dapat muncul saat tidur dengan

intensitas yang lebih ringan.

4. Meskipun dapat ditekan atau dicegah sebentar, namun berakibat meningkatnya

"dorongan dari dalam". Dengan kata lain, tik sering didahului oleh "sensasi aneh",

dorongan beraksi yang sulit ditahan. "Sensasi aneh" yang merupakan sensasi sensoris

ini mungkin melibatkan sistem limbik dalam interaksi jalur motorik dan sensorik.

5. Setelah tik muncul, penderita merasa lebih lega.

Perwujudan tic, yaitu:

1. Mengangkat bahu.

2. Sering batuk-batuk kecil.

3. Memejam-mejamkan mata.

4. Menggerak-gerakkan hidung.

5. Suka menjilati telapak tangan.

6. Menggeleng-gelengkan kepala.

7. Memiliki kebiasaan mendehem.

8. Suka memegang-megang kemaluan.

9. Suka menarik-narik nafas dari hidung

Page 7: REFERAT Tic Facialis Dhe

10. Memiliki kebiasaan batuk seolah membersihkan kerongkongan.

Gejala dari tic fasialis antara lain yaitu :

1. Berkedut intermitten dari otot kelopak mata

2. Mata berkedip secara berlebihan

3. Wajah yang berkedut

4. Ekpresi wajah seperti meringis atau mencucu

5. Sudut mulut terangkat

Gambar 1. Wajah Tic fasialis

2.7 DIAGNOSIS

Tic fasialis secara karakteristik ditandai adanya kontraksi involunter otot wajah yang

dipersarafi N.VII ( N. fasialis ), tidak disadari, yang tidak terasa sakit yang bersifat setempat

pada otot tertentu, sejenak, namun berkali. Tempat terjadinya biasanya di satu sisi saja misalnya

pada pipi, mulut, atau kelopak mata. Gerakannya dapat berupa wajah yang berkedut, meringis

atau mata yang berkedip-kedip.

Page 8: REFERAT Tic Facialis Dhe

Tic dapat dibedakan dengan fasial myokimia. Secara klinis karakteristik facial myokimia berupa

suatu gerakan menyerupai getaran otot muka yang menetap dan berlanjut. Gambaran EMG

berupa salah satu cetusan (discharge) spontan yang asinkron dari motor unit yang berdekatan.

Pada tic, gerakan biasanya bersifat tiba-tiba, sesaat, stereotipik dan terkoordinasi serta

berulang dengan interval yang tidak teratur. Penderita biasanya merasakan keinginan untuk

melakukan gerakan-gerakan tersebut. Dengan demikian penderita merasa lega. Penderita tic

biasanya berhubungan dengan penyakit obsesive compulsive.

Diagnosa pasti penyebab tic fasialis sulit ditegakkan. Menegakkan diagnosis tic fasialis

dapat dengan pemeriksaan fisik saja, tidak ada pemeriksaan penunjang khusus yang diperlukan.

Namun pada keadaan khusus diperlukan EEG untuk menyingkirkan kemungkinan adanya kejang

Ada beberapa penyebab yang dapat menimbulkan tic fasialis yaitu tumor, malformasi pembuluh

darah dan proses infeksi lokal yang semuanya dapat menimbulkan penekanan pada nervus VII.

Sebagai penyebab terbanyak dan telah dibuktikan yaitu adanya penekanan oleh pembuluh darah .

Dari 140 kasus tic fasialis yang dilakukan tindakan mikrovaskular dekompresi didapatkan

copressing vessel yang paling sering adalah Anterior Inferior Cerebellar Artery ( AICA) pada 73

kasus ( Madjid S.dkk,1998).

2.8 KLASIFIKASI

Tic fasialis diklasifikasi menjadi:

1. Tic Motor

Tic motor dapat mempengaruhi setiap bagian dari tubuh, tetapi mereka sering

melibatkan otot-otot wajah, mata, kepala dan leher. Gerakan-gerakan ini menghasilkan

seperti, wajah berkedut, meringis, berkedip, mengangkat bahu

a. Simple/ sederhana

Biasanya tiba-tiba, singkat, berarti gerakan yang biasanya hanya melibatkan satu

kelompok otot, seperti mata berkedip, sentakan kepala, atau mengangkat bahu, wajah

meringis, berjongkok dan melompat, menjentikkan jari, mengangkat bahu.6

b. Kompleks / Kronik

Page 9: REFERAT Tic Facialis Dhe

Tic motorik kompleks biasanya lebih terarah-muncul dan yang bersifat lebih lama.

Melibatkan lebih dari satu kelompok otot atau mereka terdiri dari serangkaian tics

motor sederhana.[6]

Contoh tic motorik yang kompleks yang menarik-narik baju, menyentuh orang,

menyentuh benda, echopraxia dan copropraxia,

2. Tic vokal (Phonic)

Tic Phonic adalah suara disengaja dihasilkan oleh udara yang bergerak melalui

hidung, mulut, atau tenggorokan.5

a. Simple / Sederhana

Tic phonic sederhana melibatkan membuat suara dengan menggerakkan udara

melalui hidung atau mulut. Contohnya membersihkan tenggorokan, sniffing, atau

mendengkur, batuk, dan desis.

b. Kompleks / kronik

Tic phonic kompleks termasuk echolalia, palilalia, lexilalia, dan coprolalia.

Coprolalia adalah gejala yang sangat dipublikasikan Tourette Sindrom (TS),

namun hanya sekitar 10% dari pasien TS menunjukkan coprolalia. 6

3. Sindrome Tourete

2.9 PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan pada tic fasialis sebaiknya diobati terlebih dulu dengan medika mentosa dengan

pemberian Carbamazepin dengan dosis 600-1200 mg/hr. Pada hasil penelitian lain dikatakan

carbamazepin efektif pada lebih dari 50% kasus. Dapat pula diberikan pelemas otot (baclofen

dengan dosis 10-60 mg/ hari).

Bila dengan kedua macam obat tersebut kurang berhasil maka dapat digunakan Botulinum Toxin

injeksi (BOTOX) dengan dosis rata-rata 3,22 unit/cm2 secara langung pada lokasi nyeri.

Toksin botulinum merupakan neurotoksin hasil produksi Clostridium Botulinum yang

menghambat pelepasan asetilkolin di muscular junction. Cara kerjanya yaitu menimbulkan efek

paralisis pada otot yang disuntik dengan jalan memblokade secara irreversibel transmisi

Page 10: REFERAT Tic Facialis Dhe

kolinergik pada terminal saraf presinap. Dosis yang digunakan tergantung dari daerah otot yang

akan disuntik. Obat suntikan ini merupakan hasil pengolahan toksin botulinum serotipe A.

Secara klinis kelemahan akan tampak 1-3 hari setelah pemberian toksin ini dan akan berakhir 3-6

bulan kemudian tergantung dosis dan kepekaan individu.

Operasi dekompresi terhadap pembuluh darah juga merupakan suatu cara pengobatan terhadap

Tic fasialis. Operasi ini memiliki efek samping yang cukup serius. Menurut penelitian Janneta

dkk dekompresi mikrovaskuler merupakan terapi pilihan bagi tic fasialis disamping botox.

2.8 DEFERENSIAL DIAGNOSA

1. Facial myokimia

Tic dapat dibedakan dengan fasial myokimia .Secara klinis karakteristik facial myokimia

berupa suatu gerakan menyerupai getaran otot muka yang menetap dan berlanjut.

Gambaran EMG berupa salah satu cetusan (discharge) spontan yang asinkron dari motor

unit yang berdekatan. Facial myokimia muncul sebagai vermikular twitching dibawah

kulit, sering dengan penyebaran seperti gelombang. Hal ini dibedakan dari gerakan wajah

abnormal lainnya dengan karakteristik electromyogram. Facial myokimia dapat terjadi

dengan beberapa proses di batang otak. Pada kasus yang berat mungkin bermanfaat jika

diberikan toksin botulinum. Kebanyakan kasus adalah idiopatik dan sembuh tanpa

pengobatan dalam beberapa minggu.

2. Hemifacial spasme

Hemifasial spasme secara karakteristik ditandai adanya kontraksi involunter otot wajah

yang dipersarafi N.VII ( N. fasialis ) , bersifat paroksismal, timbil secara sinkron dan

intermitten pada satu sisi wajah.

Pada spasme hemifasial typical kontraksi dimulai pada musculus orbicularis oculi dan

menjalat secara bertahap ke otot daerah pipi dan menyebar ke daerah mulut, meliputi

musculus orbicularis oris,buccinator dan platysma. Spasme hemifasial atypical lebih

jarang ditemukan. Pada spasme hemifasial typikal kontraksi dimulai pada musculus

orbicularis oris dan buccinator, dan menyebar ke musculus orbicularis oculi.

Page 11: REFERAT Tic Facialis Dhe

2.9 PROGNOSIS

Prognosis dari tic fasialis tergantung pada pengobatan dan bagaimana respon pasien terhadap

pengobatan. Beberapa individu akan relatif bebas dari gejala, beberapa mungkin membutuhkan

pembedahan. Lainnya mungkin hanya dapat diobati dengan toksin botulinum atau obat-obatan.

Pada tic fasialis kurang dari 10 % pasien mengalami kambuh kembali dari gejala mereka.

BAB III

KESIMPULAN

Page 12: REFERAT Tic Facialis Dhe

1. Definisi tic fasialis adalah suatu keadaan terjadinya gangguan gerakan wajah tidak

disadari, yang tidak terasa sakit yang disebabkan karena kerusakan syaraf cranial VII (N.

Fasialis). Gerakan pada tic fasialis bersifat setempat pada otot tertentu, sejenak, namun

berkali.

2. Etiologi tic fasialis idiopatik, facial nerve compression by mass, rangsangan iritatif pada

ganglion geniculatum, kegelisahan.

3. Gejala dari tic fasialis antara lain yaitu berkedut intermitten dari otot kelopak mata, mata

berkedip secara berlebihan, wajah yang berkedut, Ekpresi wajah seperti meringis atau

mencucu, Sudut mulut terangkat

4. Penatalaksanaan dari tic fasialis antara lain carbamazepin dosis 600-1200 mg/hari,

Botulinum toxin injeksi serotype A, dan operasi dekompresi pembuluh darah.

5. Prognosis dari tic fasialis tergantung pada pengobatan dan bagaimana respon pasien

terhadap pengobatan. Beberapa individu akan relatif bebas dari gejala, beberapa mungkin

membutuhkan pembedahan. Lainnya mungkin hanya dapat diobati dengan toksin

botulinum atau obat-obatan. Pada tic fasialis kurang dari 10 % pasien mengalami kambuh

kembali dari gejala mereka.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenter D. O., Hemifacial spasm, HANDBOOK OF PATHOPHYSIOLOGY, 1st

edition, Pennsylvania: Springhouse, 2001

Lumbantobing S. M., Nervus Fasialis, NEUROLOGI KLINIK PEMERIKSAAN FISIK

DAN MENTAL, ed. 4, Jakarta: FKUI, 2004.

Mardjono M., Sidharta P., Mekanisme Trauma Susunan Saraf, NEUROLOGI KLINIS

DASAR, ed. 9, Jakarta: Dian Rakyat, 2003

http://emedicine.medscape.com/article/1170722

Page 13: REFERAT Tic Facialis Dhe

http://www.medlink.com/medlinkcontent.asp

http://www.mountsinai.org/patient-care/health-library/diseases_neurologi.

1. Anurogo, dito. Clinical Update 2009: Tic. www.kabarindonesia.com [diakses: Desember

2008]