Referat Psikiatri

21
Referat Depresi Pasca Persalinan pada Ayah Dibuat oleh: Josephine Darmawan (17120110069) Kelompok 71 Pembimbing: dr. Ashwin Kandouw, SpKJ

description

Referat psikiatri depresi paska persalinan pada ayah (paternal blues)

Transcript of Referat Psikiatri

ReferatDepresi Pasca Persalinan pada Ayah Dibuat oleh:Josephine Darmawan (17120110069)Kelompok 71Pembimbing:dr. Ashwin Kandouw, SpKJKepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan JiwaFakultas Kedokteran UPH Sanatorium DharmawangsaPeriode 27 April 30 Mei 2015DAFTAR ISIABSTRAK.....................................................................................................................3PENDAHULUAN.........................................................................................................4DEFINISI.......................................................................................................................5FAKTOR RESIKO........................................................................................................5ETIOPATOGENESIS....................................................................................................5Faktor Biologis.........................................................................................................5Faktor Psikologis.....................................................................................................6Faktor Sosial Ekonomi.............................................................................................6MANIFESTASI KLINIS...............................................................................................6DIAGNOSIS..................................................................................................................7DIAGNOSIS BANDING...............................................................................................7SKRINING.....................................................................................................................8PHQ-2..................................................................................................................8CES-D..................................................................................................................8EPDS....................................................................................................................8EFEK TERHADAP KELUARGA DAN TUMBUH KEMBANG ANAK...................8MANAJEMEN...............................................................................................................9PENCEGAHAN...........................................................................................................10KESIMPULAN............................................................................................................11DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................12LAMPIRAN 2ABSTRAKDepresi pascapersalinanpada ayah(DPPpaternal) merupakansuatugangguansuasanaperasaanyangmuncul dalam12bulanpertama pasca persalinan.DPPpaternal terjadi pada setidaknya 4%-13%ayah baru, hingga 24%-50%jikapasangannya juga mengalami depresi pasca persalinan. Belum ada kriteria diagnosisyang ditetapkan untuk DPPpaternal, diagnosis DPPpaternal masih mengikutikriteria diagnosis DPP maternal pada DSM-IV hanya saja dengan waktu awitan yangberbeda. DPP paternal memiliki efek yang sangat signifikan terhadap tumbuhkembang anak. Anak dengan ayah yang memiliki DPP cenderung mengalamigangguan dalam pertumbuhan kognisi dan psikologisnya. Pedoman untukmenangani DPP paternal juga masih mengikuti penangan DPP maternal, dan hasilnya cukup memuaskan. DPP paternal dapat ditangani dengan kombinasi psikoterapi,seperti terapi perilaku atau konseling, ditambah dengan obat-obat antidepresansepertiselectiveserotoninreuptakeinhibitors(SSRIs),serotonin-norepinephrinereuptakeinhibitors(SNRIs), dantricyclic antidepressants(TCA). Namun, DPPpaternal akan lebih baik bila dapat dicegah karena meskipun depresi pada ayah dapatditangani, efekyangterjadipadaanakselama12bulanpertamapascapersalinanbelum dapat dihilangkan. Kata kunci: depresi pasca persalinan, depresi, paternal, postpartum3PENDAHULUANDepresi pasca persalinan (DPP) adalah suatu kondisi yang sangat lazim ditemukanterutama pada ibu baru beberapa saat setelah melahirkan atau disebut DPP maternal.Hal ini jugadapat terjadi padaAyahataudisebut DPPpaternal. DPPpaternalmerupakansuatumasalah yangsangat signifikan dalamkeluarga. Akan tetapi,pengenalan akan DPP paternal masih sangat minim, kurang terdiagnosis, danditangani. Padahal, baik ibu maupun ayah sama-sama mengalami transisi danperubahan-perubahandalamhidupsetelahkelahirananak. Baikayahmaupunibujuga memegang peranan penting dalam masa-masa awal petumbuhan danperkembangananak. Studi menunjukkanbahwadepresi padaayahterjadi denganinsidensi sekitar 4% hingga 50% dan memiliki efek yang sangat signifikan terutamaselama 12 bulan pertama setelah kelahiran.[1]Oleh karena itu, referat ini akan membahas mengenai DPPpaternal, sehinggakesadaran praktisi medis maupun masyarakat akanadanya DPPpaternal dapatditingkatkan, kesehatan mental ayah-ayah baru dapat lebih diperhatikan, dan kualitashidup keluarga secara holistik dapat menjadi lebih baik.EPIDEMIOLOGIStudi tersebut menunjukkanbahwasedikitnya4-13%ayahbarumengalami DPPpaternal, bahkanhingga24%-50%padaayahyangpasangannyajugadidiagnosisdengan depresi pasca persalinan.[4]DPP terjadi pada 14% dari total populasi ayah,cukup signifikan jika dibandingkan dengan 20% pada ibu.[5]Kurang lebih 8% DPP paternal muncul pada 3 bulan pertama pasca kelahiran, 26%pada 3 hingga 6 bulan pasca kelahiran, dan sekitar 9% muncul pada 6 hingga 12bulanpertama pasca kelahiran.[6]Sebanyak69%ayahdenganDPPdidiagnosisdengan depresi ringan dan 30.8% dengan depresi sedang.[3]Pada 60% kasus DPPpaternal, gejaladapat bertahanpalingtidakselama6bulansetelahpertamakalididiagnosis. [7, 8]4DEFINISIHinggasaat ini belumadasuatudefinisi khusus untukdepresi pascapersalinanpaternal. Studi yang ada menggunakan definisi DPP maternal untuk membuatdefinisi DPPpaternal.[2]DSM-IV(Diagnostic andStatistical manual of MentalDisorders-IV) mendefinisikan DPP maternal sebagai suatu gangguan suasanaperasaan yang muncul dalam kurun waktu 4 minggu setelah kelahiran yang ditandaidengan hilangnya minat terhadap aktivitas, perubahan berat badan yang signifikan,insomnia atau hipersommia, lemas, perasaan bersalah atau tidak berguna,konsentrasi tergangu,dan pemikiran untuk bunuhdiri.[3]Studi mengatakan bahwaDPP paternal muncul dalam 12 bulan pertama pasca persalinan. [1, 2]FAKTOR RESIKOFaktor resiko untuk DPP paternal belum dipelajari secara ekstensif. Beberapa studimengemukakan bahwa imaturitas, kurang dukungan sosial, kehamilan anak pertama,kehamilan yang tidak direncanakan atau tidak diinginkan, masalah pernikahan, danketunakaryaan merupakan faktor resiko terjadinya depresi pasca kelahiran pada pria.[9]Selainitu, riwayat depresi sebelumnya, gangguanpsikiatri lain, danmasalahpsikososial jugameningkatkanresikoterjadinyaDPPpaternal. Pengalamanhidupyang buruk kurang memiliki efek pada ayah, tetapi meningkatkan resiko DPP padaibu. [2, 9]ETIOPATOGENESIS5Banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadi nya DPP paternal, antara lain adalahfaktor biologis, faktor psikologis, dan faktor sosial ekonomi. [10, 11]Faktor BiologisSeperti halnya pada DPPmaternal, hormon juga berperanpentingdalamDPPPaternal. Kadar testosterone ditemukan menurun setelah kelahiran dan tetap rendahselama paling tidak beberapa bulan.[4]Turunnya testosterone mengakibatkanmunculnya depresi dan kehilangan keinginan untuk membangun relasi dengan anak.Esterogen juga menurun pada DPP paternal. Selain itu, kadar kortisol juga rendahmenyebabkan kesulitan berkomunikasi dengan anak dan penurunan mood.Rendahnya vasopresin dan prolactin juga meningkatkan resiko terjadi nya depresipada ayah, menyebabkan mood negative, dan kesulitan adaptasi terhadap tanggungjawab sebagai orangtua.[4, 10]Faktor PsikologisFaktor psikologis yang paling berperan adalah adanya komorbiditas dengan penyakitpsikologis lain, seperti gangguan kepribadian obsesif kompulsif dan gangguananxietas. DPPpaternal biasanyaterjadi padaayahyangkurangdewasadanpadaayahyangpasangannyajugamengalami DPP. Kurangnyasupport dibandingkandengan besarnya stress akan tanggung jawab yang harus dijalani juga membuat ayahlebih rentan terkenan depresi pada masa postpartum. [4, 10]Faktor Sosial EkonomiStatus sosial ekonomi merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam DPPpaternal. Rendahnyapemasukankarenacuti hamil padaibuyangbekerjadapatmenambahkan beban finansial pada ayah. Selain itu, konflik dalam pernikahan danberkurangnyakeintimandalampernikahanjugamenyebabkanayahlebihmudahterkena depresi. Rendahnya pendidikan dan ketunakaryaan juga meningkatkanresiko terjadinya DPP paternal. Selain itu, lingkungan di tempat tinggal jugamemegangperananpenting. Relasi yangkurangbaikdenganmertuadanorang-orang yang tinggal serumah juga dapat membuat ayah menjadi depresi. Faktor usiajuga memiliki pengaruh yang cukup besar, ayah yang lebih muda cenderung lebih6mudah mengalami depresi saat harus meniti karir yang mapan untuk anaknya danmengalami transisi menjadi orangtua yang baik.[4] MANIFESTASI KLINISDPP paternal biasanya muncul pada 12 bulan pertama setelah kelahiran dan menetapselama paling tidak 2 minggu [11] dan cenderung berkembang secara bertahap. GejalaDPPpaternal antara lain adalah: (a) gejala depresif, seperti kehilangan minat,gangguan tidur dan perubahan pola tidur, perubahan berat badan, perubahan napsumakan, cepat lelah, sulit berkonsentrasi, masalah memori, merasa tidak berguna atauperasaan bersalah, dan pemikiran untuk bunuh diri, (b) gejala sosial, seperti sinikal,menghindar atau menarik diri, iritabilitas, agitasi, agresi, dan cenderung menyimpanmasalah emosional kepada diri sendiri, (c) sikap pengasuhan negatif, seperti intrusif,tidak hangat, cenderung sensitif dan benci, melepaskan diri, dan berkurangnya emosiyang positif, (d) konsumsi alkohol dan obat-obatan, (e) kekerasan terhadappasangan, dan(f) gejalasomatikseperti gangguanpencernaan, diare, konstipasi,mual, sakit kepala, dan sakit gigi.[10, 11]Gejala ini agak berbeda dari DPP maternalkarena perkembangannya yang cenderung tersembunyi dan kurang jelas, sehinggalebih sulit untuk dideteksi.[10]DIAGNOSISHinggasaat ini belumadasuatupedomandiagnosiskhususuntukDPPpaternal.Kriteria diagnosis untuk DPP maternal pada DSM-IV masih digunakan juga untukkriteria diagnosis DPP paternal, namun dengan onset yang berbeda, yaitu 12 bulanpertama setelah kelahiran dan mencakup 5 dari 9 gejala depresif yang harus bertahanpaling tidak selama 2 minggu.Gejala depresif yang dapat terjadi antara lain adalahkehilangan minat, gangguan tidur dan perubahan pola tidur, perubahan berat badan,perubahan napsu makan, cepat lelah, sulit berkonsentrasi, masalah memori, merasatidakbergunaatauperasaanbersalah, danpemikiranuntukbunuhdiri.[2, 3]Selain7gejala depresif,gejala lainsepertisikappengasuhanyang negatif,gejalasomatik,gejala sosial juga dapat terjadi pada DPP paternal. [10]DIAGNOSIS BANDINGDiagnosis banding pada depresi pasca persalinan memang agak sulit. Yang terutamaharus dibedakan adalahbaby bluesdanpsikosis pascapersalinan. Berbeda denganDPP, baby blues merupakan proses normal yang dapat terjadi dalam 3 sampai 7 haripasca persalinan dengan gejala ringan berupa gangguan untuk tertidur, iritabilitas,anxietas, danmoodtidakmenentu. Biasanyagejalababybluesakanmenghilangsendiri dalambeberapahari.[2, 3]Psikosispascapersalinanjugaharusdibedakandengan DPP, gangguan ini sangat jarang ditemukan namun sangat berbahaya.Biasanya, psikosis pasca persalinan muncul secara tiba-tiba dalam 2 minggu pertamasetelahkelahiran, yangditandai denganhalusinasi, delusi, agitasi dananxietas,disorientasi, pemikiran dan percobaan bunuh diri, pemikiran untuk menyakiti ataumembunuh bayi, perubahan mood yang cepat, dan tidak dapat tidur maupun makan.[3, 10]SKRININGTerdapat beberapa alat skrining untuk depresi juga dapat digunakan untukmembantu mengetahui adanya DPP paternal, seperti PHQ-2, CES-D, dan EPDS. [2]PHQ-2Patient Healthcare Questionaire(PHQ)-2 adalah suatu kuesioner yang dapatdigunakan untuk skrining depresi pada ayah, yaitu dengan 2 buah pertanyaanberdasarkan pada frekuensi mood depresif dan anhedonia selama 2 minggu terakhirdengan skor 0 untuk tidak sama sekali, 1 untuk beberapa hari, 2 untuk lebih darisetengah, dan 3 untuk hampir setiap hari. PHQ-2 dilanjutkan dengan PHQ-9, yaiturangkaian kuesioner dengan 9 pertanyaan untuk menilai derajat depresi yang dialami8ayah, dengan skor 1-4 untuk depresi minimal hingga 20-27 untuk depresi berat. [12]CES-DCES-DatauCenter for Epidemiologic Studies of DepressionScaleadalahalatskriningberupa kuesioner yangterdiri dari 12pertanyaanuntukmenilai gejaladepresif seperti perubahan afek, gejala somatik, dan aktivitas interpersonal selama 1minggu terakhir dengan skala 0 untuk kurang dari 1 hari sampai 3 untuk 5 hingga 7hari. Dengan hasil 10-14 menggambarkan depresi sedang dan skor lebih dari atausama dengan 15 untuk depresi berat. [13]EPDSEdinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS) adalah kuesioner yang terdiri dari 10pertanyaan. 8 pertanyaan menilai tentang gejala depresif dan 2 pertanyaan menilaianxietas. Kuesionerdiisi dandiberi nilai 0sampai 3untuksetiappertanyaan.[14]Secara khusus, studi menunjukkan bahwa batas skor EPDS minimal yang digunakanuntuk depresi pada ayah adalah 9.[15]EPDS merupakan alat skrining yang palingsering digunakan dan valid untuk menilai DPP paternal. [10, 15]EFEK TERHADAP KELUARGA DAN TUMBUH KEMBANG ANAKTransisi untuk menjadi orang tua merupakan pengalaman yang cukup sulit. Hal initambahdipersulitdenganadanyadepresi.Kehidupannikah ayah danibumenjaditidak stabil pada 6 bulan pertama setelah anak dilahirkan. Hal ini menyebabkan ayahdapat menunjukkan perilaku kekerasan baik terhadap ibu maupun anak yangkemudiandapat mendorong ibu juga mengalamiDPPmaternaldanmenyebabkantumbuh kembang sang anak semakin terganggu karena kedua orang tuanya depresi.[10]Untukseoranganak, satutahunpertamaadalahmasayangsangat pentinguntukmembentuk perilaku-perilaku dasar untukperkembangan sosial, emosional, dankognisi. Kadar hormon kortisol pada anak juga dapat meningkat karena sikappengasuhan yang negative. Kortisol yang tinggi dapat mengganggu perkembangan9otak, psikologis, dan sistem imun. Kortisol terutama berpengaruh pada kematangankorteks orbitofrontal, yaitu bagian yang mengatur kognisi dan regulasi emosional. [10]Selainitu, tahunpertamajugamerupakantahunyangpentinguntukmembangunhubungandengananak. AyahyangmengalamiDPPpaternalcenderungmemilikimood yang negative terhadap anak dan dapat menyebabkan renggangnya hubunganayah-anak yang juga dapat menyebabkan perkembangan psikologis anak terganggu.Anak dengan ayah yang mengalami DPP cenderung memiliki masalahpsikopatologis seperti gangguanhiperaktif ataugangguantingkahlaku(conductdisorder). DPPpaternal juga dapat menyebabkanfungsi psikososial anakyangmenurun dan meningkatnya pemikiran dan percobaan untuk bunuh diri pada masaremaja. [10, 16]Gangguan perkembangan tersebut biasanya mulai terlihat pada usia 3 hingga 5 tahundan lebih berpengaruh besar pada anak laki-laki. DPP paternal memiliki efek janggapanjang hingga masa remaja meskipun DPP sudah tertangani. [16]MANAJEMENBelum ada studi yang mempelajari manajemen spesifik untuk DPP paternal. Namun,terapi untukDPPmaternaljuga digunakan untuk DPPpaternal dan menunjukkanhasil yang cukup memuaskan. Modalitas terapi yang digunakan adalah kombinasipsikoterapi dan farmakoterapi. [2, 11]Farmakoterapi yangdapat digunakanantaralainadalahSSRI, SNRI, TCA, danantipsikotik atipikal.[11, 17]Terapi kombinasi lebih efektif dibandingkan monoterapi.Ayah dengan gejala psikotik dan pemikiran untuk bunuh diri harus diberikanantipsikotik dan dirujuk untuk rawat inap.[18]Secara umum, terapi ini dapatmengatasi depresi pada ayah. Akan tetapi, efeknya terhadap anak masih harus ditelitilebih lanjut. [19] Psikoterapi seperti kelas pengasuhan anak (parenting class), konseling interpersonal,10dan terapi perilaku kognitif (cognitive behavior therapy) juga dapat dilakukan. Kelaspengasuhan anak dapat membantu ayah dalam menghadapi perasaan tidak bergunaa,stres, frustasi, dan kepercayaan diri yang rendah. Terapi interpersonal dapatmembantu menyelesaikan masalah dengan pasangan dan konflik dalam pernikahanyang mengganggupengasuhan anak, memfasilitasi komunikasi yangbaikantarpasangan, juga memberikan dukungan sosial dan emosional. Terapi perilaku kognitifdapat mengatasi masalah mood dan depresi.[2]PENCEGAHANBanyakmetodeyangdapat dilakukanuntukmembantuayahdalammasatransisimenjadi orangtua. Sistem support yang baik dari pasangan dapat sangat membantuayahdalamberadaptasi. Komunikasiyangbaikdankerjasamadalampengasuhanakansangat mengurangi bebanyangayahmiliki.[10]Programedukasi jugadapatdilakukan. Ayah dapat mengerti lebih dahulu apa yang akan ia hadapi dan apa yangharus dilakukansebelumwaktunyadatang. Programkonselingpengasuhananakbersama dengan pasangan juga akan sangat mengurangi munculnya DPP paternal.[10]Selain itu, sistem masyarakat juga harus turut berperan dalam mengurangi depresipasca persalinan, yaitu dengan memberlakukan cuti berbayar bagi ayah baru (paidpaternityleave). Hinggasaat ini, terdapat 45negarayangsudahmemberlakukankebijakan ini, terutama negara-negara di Eropa. Kebijakan ini terbukti sangatmembantu ayah dalam beradaptasi, mendukung ibu, dan mempersiapkan kebutuhankeluarga barunya.[10]Studi menunjukkan bahwa cuti ayah yang lebih panjang akanmemberikan sikap pengasuhan yang lebih positif. Sebaliknya, cuti ayah yang pendekdapat menyebabkan masa transisi dan adaptasi ayah terganggu sehinggamenyebabkan sikap pengasuhan negatif dan kualitas pengasuhan yang buruk. [20] KESIMPULANDepresipascapersalinandapatterjadiapdaayahmaupunibu. DPPpaternal jugamemiliki efek yang signifikan baik pada pasangan, anak, dan keluarga. Oleh karena11ituDPPpaternal harus dikenali danditangani denganbaik. DPPpaternal dapatdiketahui melalui beberapa skrining untuk depresi, seperti EPDS, dan diagnosis nyaditegakkanberdasarkankriteria diagnosis depresi pada DSM-IVdenganawitandalam 12 bulan pertama setelah kelahiran yang mencakup 5 dari 9 gejala depresifyang harus bertahan paling tidak selama 2 minggu. Tanpa penanganan yang baik,DPP paternal dapat membawa efek yang kurang baik bagi tumbuh kembang anakanak, terutamabagi anaklaki-laki, yaituseperti gangguanhiperaktif, gangguantingkah laku, gangguan kognisis dan regulasi emosional, hingga meningkatkanpemikiran dan percobaan bunuh diri pada masa remaja. Karena itu, DPP paternalharus ditangani dengan baik. Penangan DPP paternal berupa antidepresan danpsikoterapi seperti kelas pengasuhan anak, konseling, dan terapi perilaku. 12DAFTAR PUSTAKA1. Goodman J. Paternal postpartumdepression, its relationship to maternalpostpartum depression, and implications for family health. J Adv Nurs. 2004,45(1): 26-35.2. Musser AK, Ahmed AH, Foli KJ, Coddington JA.Paternal PostpartumDepression: What Health Care Providers Should Know. J Pediatr Health Care.2013; 27(6): 479-85.3. American Psychiatric Association. Diagnostic and statistical manual of mentaldisorders, 4ed. WashingtonDC: AmericanPsychiatricAssociation; 2000. h.415.4. Tuszynska-BoguckaW, NawraK. Paternal postnatal depressionareview.Archives of Psychiatry and Psychotherapy. 2014, 2: 61-95. Paulson J, Bazemore SD. Prenatal and postpartum depression in fathers and itsassociation with maternal depression: A Meta-analysis. J Am Med Assoc. 2010;303(19): 1961 1969. 6. Edmondson OJ, Psychogiou L, Vlachos H, et al. Depression in fathers in thepostnatal period: assessment of the Edinburgh Postnatal Depression Scale as ascreening measure. J Affect Disord. 2010;125(1-3): 365-368.7. Ballard CG, Davis R, Cullen PC, Mohan RN, Dean C. Prevalence of postnatalpsychiatric morbidity in mothers and fathers. Br J Psych. 1994; 164(6): 782788.8. Zelkowitz P, Milet T. The course of postpartum psychiatric disorders in womenand their partners. J Nerv Ment Dis. 2001; 189(9): 575582. 9. Schumacher M, Zubaran C, White g. Bringing birth-related paternal depressionto the fore. Women Birth. 2008; 21(2): 65-70.10. Kim P, Swain J. Sad dads: paternal postpoartum depression. Pyschiatry. 2007;4(2): 35-47. 11. Mitchell E, Vasquez R, Jain S. How to assess and treat birth-related depressionin new fathers. Current Psychiatry. 2015; 14(5): e1-e2.12. Kroenke K, Spitzer RL, Williams JB.The patient health questionnaire-2:Validity of a two item depression screener. Med Care. 2003; 41: 1284-94.13. Radloff LS. The CES-D scale: A self report depression scale for research in thegeneral population. Applied Psychological Measurement. 1977; 1: 385-401.1314. Cox JL, Holden JM, Sagovsky R. Edinburgh postnatal depression scale (EPDS).Br J Psychiatry. 1987; 150: 782-786.15. Edmondson O, Psychogiou L, Haido V, Netsi E, Ramchandani PG.Depressionin fathers in the postnatal period: Assessment of the Edinburgh PostnatalDepression Scale as a screening measure. J Affect Disord 2010; 125: 36536816. Ramchandani P, SteinA, EvansJ, OConnorTG, ALSPACteam. Paternaldepression in the postnatal period and child development: a prospectivepopulation study. Lancet 2005; 365: 220105.17. Cipriani A, Furukawa TA, Salanti G, et al. Comparative efficacy andacceptability of 12 new-generation anti- depressants: a multiple-treatmentsmeta-analysis. Lancet. 2009;373(9665):746-758.18. Demontigny F, Girard ME, Lacharit C, et al. Psychosocial factors associatedwith paternal postnatal depression. J Affect Disord. 2013;15(150):44-49.19. Nazareth, I. (2011). Should men be screened and treated for postna- taldepression. Expert Reviews Ltd. 2011; 11: 1-3.20. Feldman R, Sussman AL, Zigler E. Parental leave and work adaptation at thetransitiontoparenthood: Individual, marital, andsocial correlates.JAppliedDev Psychol 2004;25(4):45979.14LAMPIRAN15