REFERAT PLASENTA PREVIA-agustania.doc

28
BAB I PENDAHULUAN Perdarahan pervaginam dapat terjadi setiap saat pada kehamilan dan harus selalu dianggap sebagai kelainan yang berbahaya. Perdarahan pada kehamilan muda disebut keguguran atau abortus, sedangkan pada kehamilan tua disebut perdarahan antepartum. Batas teoritis antara kehamilan muda dan kehamilan tua ialah kehamilan 28 minggu, mengingat kemungkinan hidup janin di luar uterus. Perdarahan pada trimester ketiga dapat menyebabkan komplikasi yang serius terhadap ibu dan kehamilannya. Perdarahan antepartum yang berbahaya umumnya bersumber pada kelainan plasenta, sedangkan perdarahan yang tidak bersumber pada kelainan plasenta biasanya tidak berbahaya. Pada kasus perdarahan antepartum, pikirkan kemungkinan yang lebih berbahaya lebih dahulu, yaitu perdarahan dari plasenta, karena merupakan kemungkinan dengan prognosis terburuk atau terberat, dan memerlukan penatalaksanaan gawat darurat segera. 1

description

plasenta previa adalah

Transcript of REFERAT PLASENTA PREVIA-agustania.doc

Page 1: REFERAT PLASENTA PREVIA-agustania.doc

BAB I

PENDAHULUAN

Perdarahan pervaginam dapat terjadi setiap saat pada kehamilan dan harus selalu

dianggap sebagai kelainan yang berbahaya. Perdarahan pada kehamilan muda disebut

keguguran atau abortus, sedangkan pada kehamilan tua disebut perdarahan antepartum. Batas

teoritis antara kehamilan muda dan kehamilan tua ialah kehamilan 28 minggu, mengingat

kemungkinan hidup janin di luar uterus.

Perdarahan pada trimester ketiga dapat menyebabkan komplikasi yang serius terhadap

ibu dan kehamilannya. Perdarahan antepartum yang berbahaya umumnya bersumber pada

kelainan plasenta, sedangkan perdarahan yang tidak bersumber pada kelainan plasenta

biasanya tidak berbahaya.

Pada kasus perdarahan antepartum, pikirkan kemungkinan yang lebih berbahaya lebih

dahulu, yaitu perdarahan dari plasenta, karena merupakan kemungkinan dengan prognosis

terburuk atau terberat, dan memerlukan penatalaksanaan gawat darurat segera.

1

Page 2: REFERAT PLASENTA PREVIA-agustania.doc

BAB II

PEMBAHASAN

II. 1. Anatomi Plasenta

Plasenta merupakan organ yang bertanggung jawab dalam hal pemberian nutrisi dan

pembuangan sisa-sisa metabolisme antara ibu dan fetus. Plasenta juga merupakan kelejar

endokrin; plasenta mensekresi sejumlah estrogen dan progesteron, juga sejumlah hormon

protein dan hormon polipeptida yang mirip dengan dengan beberapa hormon yang

disekresikan hipofisis anterior. Hormon terakhir ini meliputi human chorionic gonadotrophin

(hCG) yang mirip dengan LH, dan somatomammotropin yang memiliki aksi mirip hormon

pertumbuhan dan prolaktin. Deteksi hCG dalam urin adalah indikasi kehamilan dan

merupakan dasar tes kehamilan yang sering dilakukan di rumah.

Seluruh fungsi pernafasan, ekskresi, dan keperluan nutrisi fetus disediakan dengan

difusi melalui plasenta, bukan melalui paru-paru, ginjal, atau saluran gastrointestinal fetus.

Sirkulasi fetal beradaptasi terhadap hal ini.

Chorda umbilikus atau tali pusat merupakan penghubung antara plasenta dan

umbilikus fetus. Chorda umbilikus mencakup satu vena umbilical dan dua arteri umbilical,

yang diliputi oleh suatu substansi gelatin. Darah teroksigenasi dan kaya nutrisi mengalir

melalui vena ke permukaan bawah hati. Pada keadaan ini, vena umbilikus dibagi menjadi dua

cabang. Satu cabang bergabung dengan vena porta, sementara cabang lainnya, yang disebut

dengan ductus venosus memasuki vena cava inferior. Dengan demikian, darah teroksigenasi

bercampur dengan darah vena yang kembali dari ekstremitas bawah fetus sebelum darah itu

memasuki hati. Vena umbilikalis merupakan satu-satunya pembuluh darah fetus yang

membawa darah penuh teroksigenasi.

Selama tiga hari morula hasil pembelahan ovum yang sudah dibuahi mengapung

dengan bebas di kavitas uterina. Pada saat itu, tengah morula diisi cairan yang masuk dari

kavitas uterina. Ketika ruangan yang berisi cairan itu berkembang di dalam morula, dua

kelompok sel berbeda dibentuk, dan selanjutnya struktur ini dikenal dengan blastokista.

Bagian tengah blastokista dan berlubang dan berisi cairan itu disebut dengan kavitas

blastokista. Blastokista tersusun atas suatu lapisan luar sel yang dikenal dengan trofoblas dan

suatu aggregasi sel di dalam yang disebut embrioblas. Dengan perkembangan selanjutnya,

2

Page 3: REFERAT PLASENTA PREVIA-agustania.doc

trofoblas berdiferensiasi menjadi struktur yang disebut korion yang nantinya akan menjadi

bagian plasenta.

Plasenta merupakan struktur vaskular yang dengannya anak di dalam kandungan

menempel pada dinding rahim ibunya dan melaluinya pertukaran gas respirasi dan hasil

metabolisme terjadi Plasenta dibentuk sebagai bagian dari jaringan maternal dan sebagai

bagian jaringan embrionik. Bagian embrionik plasenta terdiri dari frondosum korion,

sementara bagian maternal tersusun atas bagian dinding rahim yang disebut lamina basalis,

yang kepadanya vili korionik akan berpenetrasi. Darah tidak mengalir langsung diantara

kedua bagian ini, tetapi karena membran keduanya berada dekat satu sama lain, suatu

substansi tertentu berdifusi dengan mudah. Ketika telah penuh terbentuk, plasenta merupakan

lempengan oval coklat kemerahan dengan diameter 15 – 20 cm dan ketebalannya sekitar 2,5

cm. Beratnya antara 500 – 600 g, sekitar seper-enam berat fetus.

Pada saat yang sama dengan pembentukan organ interna embryo, suatu sistem

membran ekstraembryonic yang complex juga berkembang. Membran extraembryonic itu

adalah amnion, yolk sac, allantois, dan korion. Membran-membran ini bertanggung jawab

dalam proteksi, respirasi, ekskresi, dan nutrisi embrio dan selanjutnya fetus. Pada saat

melahirkan, plasenta, chorda umbilikus, dan membran ekstraembrionik terpisah dari fetus dan

dikeluarkan dari uterus setelah kelahiran.

Jenis plasenta manusia adalah haemocorealis. Dilihat dari bentuknya, ada yang seperti

satelit (succenturiate), besar dan tebal (blattledore), tebal dan bulat (circumvallate), serta

bentukan di luar dagingnya (velamentous insertion of cord).

II.2. Implantasi Plasenta

Setelah terjadinya fertilisasi ovum oleh sperma maka sel yang dihasilkan disebut

sebagai zigot. Kemudian terjadi pembelahan pada zygot sehingga menghasilkan apa yang

disebut sebagai blastomer, kemudian morula dan blastokist. Pada tahap-tahap perkembangan

ini, zona pellusida masih mengelilingi. Sebelum terjadinya implantasi, zona pellusida

menghilang sehingga blastokist menempel pada permukaan endometrium. Dengan

menempelnya blastokist pada permukaan endometrium maka blastosit menyatu dengan epitel

endometrium. Setelah terjadi erosi pada sel epitel endometrium, trofoblas masuk lebih dalam

ke dalam endometrium dan segera blastokist terkurung di dalam endometrium.

Implantasi ini terjadi pada daerah endometrium atas terutama pada dinding posterior

dari uterus. Endometrium sendiri sebelum terjadinya proses di atas terjadi perubahan untuk

3

Page 4: REFERAT PLASENTA PREVIA-agustania.doc

menyiapkan diri sebagai tempat implantasi dan memberi makan kepada blastokist yang

disebut sebagai desidua. Setelah terjadi implantasi desidua akan dibedakan menjadi:

1. Desidua basalis : desidua yang terletak antara blastokist dan miometrioum

2. Desidua kapsularis: desidua yang terletak antara blastokist dan kavum uteri

3. Desidua vera : desidua sisa yang tidak mengandung blastokist

Bersamaan dengan hal ini pada daerah desidua basalis terjadi suatu degenerasi

fibrinoid, yang terletak diantara desidua dan trofoblas untuk menghalangi serbuan trofoblas

lebih dalam lagi. Lapisan dengan degenerasi fibrinoid ini disebut sebagai lapisan Nitabuch.

Pada perkembangan selanjutnya, saat terjadi persalinan, plasenta akan terlepas dari

endometrium pada lapisan Nitabuch tersebut.

II.3. DEFINISI

Plasenta previa ialah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen bawah

uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir. Pada plasenta

previa, jaringan plasenta tidak tertanam dalam korpus uteri jauh dari ostium internum

servisis, tetapi terletak sangat dekat atau pada ostium internum tersebut.

II.4. KLASIFIKASI

Plasenta previa digolongkan menurut hubungan plasenta terhadap pembukaan serviks

bagian dalam. Ada empat derajat abnormalitas yang diketahui :

1. Plasenta previa totalis. Ostium internum servisis tertutup sama sekali oleh

jaringan plasenta.

2. Plasenta previa parsialis. Ostium internum tertutup sebagian oleh jaringan

plasenta.

4

Page 5: REFERAT PLASENTA PREVIA-agustania.doc

3. Plasenta previa marginalis. Tepi plasenta terletak pada bagian pinggir

ostium internum

.

4. Plasenta letak rendah. Plasenta tertanam dalam segmen bawah uterus,

sehingga tepi plasenta sebenarnya tidak mencapai ostium internum tetapi terletak sangat

berdekatan dengan ostium tersebut.

Derajat plasenta previa akan tergantung pada luasnya ukuran dilatasi serviks saat

dilakukan pemeriksaan, karena klasifikasi ini tidak didasarkan pada keadaan anatomik

melainkan fisiologik, maka klasifikasinya akan berubah setiap waktu. Baik pada jenis total

maupun parsial pelepasan spontan plasenta dengan derajat tertentu merupakan konsekuensi

5

Page 6: REFERAT PLASENTA PREVIA-agustania.doc

yang tak dapat dielakan dari pembentukan segmen bawah uterus dan dilatasi serviks.

Pelepasan plasenta akan disertai dengan perdarahan akibat pembuluh darah yang lepas.

II.5. FREKUENSI

Insidensi plasenta previa adalah 0,5%. Perdarahan dari plasenta previa menyebabkan

kira – kira 20% dari semua kasus perdarahan antepartum. Di Rumah Sakit Dr.Cipto

Mangunkusumo, antara tahun 1971-1975, terjadi 37 kasus plasenta previa di antara 4781

persalinan yang terdaftar, atau kira-kira 1 diantara 125 persalinan terdaftar. Plasenta previa

terjadi pada kira-kira 5 diantara1000 persalinan di Amerika serikat dan merupakan penyebab

kematian sebesar 0,03%. Iyasu dan rekan (1993), dalam suatu analisis terhadap the National

Hospital Discharge Survey dari tahun 1979 sampai 1987, menemukan bahwa plasenta previa

menjadi penyulit pada 0,5 persen (1 dari 200) persalinan. Di Prentice Women's Hospital,

Frederiksen dan rekan (1999) melaporkan bahwa 0,55 persen (1 dari 180) dari hampir 93.500

pelahiran mengalami penyulit plasenta previa. Crane dan rekan (1999) mendapatkan insidensi

0,33 persen (1 dari 300) pada hampir 93.000 persalinan di provinsi Nova Scotia. Di Parkland

Hospital, insidensinya adalah 0,26 persen (1 dari 390) pada lebih dari 169.000 persalinan

selama 12 tahun.

II.6. ETIOLOGI

Penyebab terjadinya plasenta previa belum diketahui secara pasti. Salah satu teori

mengatakan bahwa proses perkembangan plasenta previa terjadi akibat gangguan

vaskularisasi desidua yang kemungkinan terjadi akibat perubahan atrofik atau inflamatorik.

Faktor lainnya adalah plasenta yang ukurannya besar sehingga membentang dan meliputi

daerah uterus yang luas sebagaimana terlihat pada eritroblastosis fetalis dan pada janin yang

lebih dari satu. Pada perentangan semacam itu, bagian bawah placenta kadang-kadang

mencapai daerah ostium internum , dan secara lengkap (total) atau sebagian (parsial) saling

bertumpuk dengan ostium tersebut.

Terjadinya plasenta previa juga dihubungkan dengan banyak hal, diantaranya yaitu:

1. Usia ibu

Usia ibu yang lanjut meningkatkan risiko plasenta previa, pada lebih dari 169.000

pelahiran di Parkland Hospital dari tahun 1988 sampai 1999, insidensi plasenta previa

meningkat secara bermakna di setiap kelompok usia. Pada kedua ekstrim, insidensinya adalah

1 dari 1500 untuk wanita berusia 19 tahun atau kurang dan 1 dari 100 untuk wanita berusia

lebih dari 35 tahun. Frederiksen dan rekan (1999) melaporkan bahwa insidensi plasenta

previa meningkat dari 0,3 persen pada tahun 1976 menjadi 0,7 persen pada tahun 1997.

6

Page 7: REFERAT PLASENTA PREVIA-agustania.doc

Mereka memperkirakan bahwa hal ini disebabkan oleh bergesernya usia populasi obstetris ke

arah yang lebih tua.

Pada primigravida, umur >35 tahun lebih sering daripada umur < 25 tahun

2. Paritas

Multiparitas dilaporkan berkaitan dengan plasenta previa. Dalam sebuah studi

terhadap 314 wanita para 5 atau lebih, Babinszki dan rekan (1999) melaporkan bahwa

insidensi plasenta previa adalah 2,2 persen dan meningkat drastis dibandingkan dengan

insidensi pada wanita dengan para yang lebih rendah. Pada lebih dari 169.000 wanita di

Parkland Hospital, insidensinya untuk wanita dengan para 3 atau lebih adalah 1 dari 175

3. Endometrium cacat pada bekas persalinan berulang-ulang, bekas operasi

( seksio sesaria atau miomektomi ), kuretase, dan manual plasenta.

Riwayat seksio sesarea meningkatkan kemungkinan terjadinya plasenta previa. Nielsen dan

rekan (1989) mendapatkan peningkatan insidensi plasenta previa lima kali lipat pada wanita

Swedia dengan riwayat seksio sesarea. Di Parkland, insidensi meningkat dua kali lipat dari 1

dalam 400 menjadi 1 dalam 200 pada riwayat seksio sesarea minimal satu kali. Miller dan

rekan (1996), dari 150.000 lebih pelahiran di Los Angeles County Women's Hospital,

menyebutkan peningkatan tiga kali lipat plasenta previa pada wanita dengan riwayat seksio

sesarea. Insidensi meningkat seiring dengan jumlah seksio sesarea yang pernah dijalani—

angkanya 1,9 persen pada riwayat seksio sesarea dua kali dan 4,1 persen pada riwayat seksio

tiga kali atau lebih. Jelaslah, riwayat seksio sesarea disertai plasenta previa meningkatkan

kemungkinan histerektomi. Frederiksen dan rekan (1999) melaporkan angka histerektomi 25

persen pada wanita dengan seksio sesarea berulang atas indikasi plasenta previa

dibandingkan dengan hanya 6 persen pada mereka yang menjalani seksio sesarea primer atas

indikasi plasenta previa.

4. riwayat plasenta previa

5. perokok

Williams dan rekan (1991) mendapatkan risiko relatif untuk plasenta previa

meningkat dua kali lipat berkaitan dengan merokok. Mereka berteori bahwa hipoksemia

akibat karbon monoksida menyebabkan hipertrofi plasenta kompensatorik. Temuan-temuan

ini dikonfirmasi oleh Handler dan rekan (1994). Mungkin terdapat kaitan antara gangguan

vaskularisasi desidua—yang mungkin disebabkan oleh peradangan atau atrofi—dengan

terjadinya plasenta previa.

7

Page 8: REFERAT PLASENTA PREVIA-agustania.doc

II.7. GAMBARAN KLINIK

Hal yang paling khas pada plasenta previa adalah perdarahan yang tidak nyeri, yang

biasanya belum muncul sampai menjelang akhir trimester kedua atau setelahnya. Namun,

beberapa jenis abortus dapat terjadi akibat lokasi plasenta abnormal yang sedang berkembang

tersebut. Perdarahan dari plasenta previa sering muncul tanpa peringatan, terjadi tanpa

disertai nyeri pada wanita yang riwayat pranatalnya tampak normal. Darah berwarna merah

segar. Untungnya, perdarahan awal jarang sedemikian deras sehingga menimbulkan

kematian. Perdarahan ini biasanya berhenti spontan namun kemudian kambuh. Pada sebagian

kasus, terutama pada mereka yang plasentanya tertanam dekat tetapi tidak menutupi os

serviks, perdarahan mungkin belum terjadi sampai persalinan dimulai; perdarahan ini dapat

bervariasi dari ringan sampai berat dan secara klinis dapat menyerupai solusio plasenta.

Penyebab perdarahan perlu ditekankan kembali. Apabila plasenta terletak di atas os

interna, pembentukan segmen bawah uterus dan pembukaan os interna akan menyebabkan

robeknya plasenta pada tempat melekatnya. Perdarahan diperparah oleh ketidakmampuan

serat-serat miometrium di segmen bawah uterus berkontraksi untuk menjepit pembuluh-

pembuluh yang robek.

Perdarahan dari tempat implantasi plasenta di segmen bawah uterus dapat berlanjut setelah

plasenta dilahirkan, karena segmen bawah uterus lebih rentan mengalami gangguan kontraksi

daripada korpus uterus. Perdarahan juga dapat terjadi akibat laserasi serviks dan segmen

bawah uterus yang rapuh, terutama setelah pengeluaran plasenta yang agak melekat secara

manual.

Gejala dan tanda utama Faktor predisposisi

Penyulit lain Diagnosis

- Perdarahan tanpa nyeri,

usia gestasi >20 minggu.

- Darah segar atau

kehitaman dengan bekuan.

- Perdarahan dapat terjadi

setelah miksi atau

defekasi,

aktivitas fisik, kontraksi

braxton Hicks atau koitus.

- Grande

multipara

- riwayat

plasenta

previa

- gemelli

- umur ibu

tua

- Syok

- Perdarahan setelah

koitus

- Tidak ada kontraksi

uterus

- Bagian terendah janin

tidak masuk ke pintu

atas panggul

- Kondisi janin normal

- Plasenta

Previa

8

Page 9: REFERAT PLASENTA PREVIA-agustania.doc

atau terjadi gawat janin

II.8. DIAGNOSIS

Pada wanita dengan perdarahan uterus selama paruh terakhir kehamilan, plasenta

previa atau solusio plasenta harus selalu dicurigai. Kemungkinan plasenta previa tidak boleh

disingkirkan sampai pemeriksaan yang sesuai, termasuk USG, jelas membuktikan

ketiadaannya.

Anamnesis

Perdarahan jalan lahir pada kehamilan setelah 28 minggu, tanpa rasa nyeri, tanpa alasan,

berulang dengan volume lebih banyak daripada sebelumnya, terutama pada multigravida dan

berwarna merah segar. Banyaknya perdarahan tidak dapat dinilai dari anamnesis, melainkan

dari pemeriksaan hematokrit.

Pemeriksaan luar

Inspeksi

Dapat dilihat perdarahan yang keluar pervaginam: banyak, sedikit, dan darah beku

Bila berdarah banyak ibu tampak pucat/ anemis

Palpasi

Bagian terbawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul, apabila presentasi

kepala, biasanya kepala masih terapung diatas pintu atas panggul atau mengolak ke

samping dan sukar didorong ke dalam pintu atas panggul.

Tidak jarang terdapat kelainan letak, seperti letak lintang atau letak sungsang.

Janin sering belum cukup bulan, jadi fundus uteri masih rendah.

Pemeriksaan Inspekulo

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui asal perdarahan apakah dari ostium uteri

eksternum atau dari kelainan serviks dan vagina. Apabila perdarahan berasal dari ostium uteri

eksternum, adanya plasenta previa dapat dicurigai.

Pemeriksaan letak plasenta tidak langsung

Pemeriksaan radiografi dan radioisotope yang sudah

ditinggalkan

Pemeriksaan ultrasonografi merupakan cara yang sangat

tepat, tidak menimbulkan bahaya radiasi bagi ibu dan janin.

9

Page 10: REFERAT PLASENTA PREVIA-agustania.doc

Metode paling sederhana, tepat, dan aman untuk mengetahui lokasi plasenta adalah

dengan USG transabdominal. Menurut Laing (1996), rata-rata tingkat akurasinya adalah

sekitar 96 persen, dan angka setinggi 98 persen pernah dicapai. Hasil positif-palsu sering

disebabkan oleh distensi kandung kemih. Karena itu, pemindaian ultrasonografi pada

kasus yang tampaknya positif harus diulang setelah kandung kemih dikosongkan.

Sumber kesalahan yang jarang adalah identifikasi plasenta yang sebagian besar berimplantasi

di fundus tetapi tidak disadari bahwa plasenta tersebut besar dan meluas ke bawah sampai ke

os serviks interna. Pemakaian ultrasonografi transvaginal telah secara nyata

menyempurnakan tingkat akurasi diagnostik plasenta previa. Farine dan rekan (1988) mampu

memvisualisasi os servikalis interna pada semua kasus dengan teknik transvaginal, berbeda

dengan hanya 70 persen pada penggunaan alat transabdominal. Leerentveld dan rekan (1990)

mempelajari 100 wanita yang dicurigai mengalami plasenta previa. Mereka melaporkan nilai

prediksi positif sebesar 93 persen dan nilai prediksi negatif 98 persen untuk ultrasonografi

transvaginal. Tan dan rekan (1995) melaporkan akurasi yang lebih rendah dengan teknik ini.

Dalam studi-studi yang membandingkan ultrasonografi abdominal dengan pencitraan

transvaginal, Smith dan rekan (1997) serta Taipale dan rekan (1998) mendapatkan bahwa

teknik transvaginal lebih superior. Sekarang sebagian besar setuju bahwa apabila pada USG

transabdominal plasenta terletak rendah atau tampak menutupi os servikalis maka diperlukan

konfirmasi dengan ultrasonografi transvaginal.

Hertzberg dan rekan (1992) membuktikan bahwa USG transperineal memungkinkan

kita melihat os interna pada semua dari 164 kasus yang diteliti karena USG transabdominal

memperlihatkan adanya plasenta previa atau tidak konklusif. Plasenta previa dengan tepat

disingkirkan pada 154 wanita, dan pada 10 yang semula didiagnosis secara sonografis,

sembilan mengalami plasenta previa yang terbukti saat persalinan. Nilai prediksi positif

adalah 90 persen dan nilai prediksi negatif 100 persen.

10

Page 11: REFERAT PLASENTA PREVIA-agustania.doc

Dikutip dari Saifuddin AB

Pemeriksaan letak plasenta secara langsung

Diagnosis plasenta jarang ditegakkan melalui pemeriksaan klinis, kecuali jari tangan

pemeriksa dimasukkan lewat serviks dan jaringan plasenta teraba.

Pemeriksaan serviks semacam ini tidak pernah diperbolehkan kecuali bila wanita tersebut

sudah berada di kamar operasi dengan segala persiapan untuk pembedahan seksio sesarea

segera, karena pemeriksaan serviks yang paling hati-hati pun dapat menimbulkan perdarahan

hebat. Selain itu, pemeriksaan ini jangan dilakukan kecuali apabila memang telah

direncanakan pelahiran, karena dapat terjadi perdarahan yang sedemikian rupa sehingga janin

perlu segera dilahirkan walaupun masih imatur. Pemeriksaan "double set-up" semacam ini

jarang diperlukan karena lokasi plasenta hampir selalu dapat diketahui dengan USG.

Pemeriksaan dalam diatas meja operasi (PDMO) dapat dilakukan bila semua syarat

terpenuhi, yaitu :

Infus/ transfusi telah terpasang, kamar dan Tim Operasi telah siap

11

Page 12: REFERAT PLASENTA PREVIA-agustania.doc

Kehamilan > 37 minggu ( berat badan > 2500 g) dan in partu.

Janin telah meninggal atau terdapat anomaly congenital mayor (misal ansefali)

Perdarahan dengan bagian terbawah janin telah jauh melewati pintu atas panggul (2/5

atau 3/5 pada palpasi luar)

II.9. PENANGANAN

Terapi Ekspektatif

Tujuan supaya janin tidak terlahir prematur dan upaya diagnosis dilakukan secara non

invasif.

- Rawat inap, tirah baring dan berikan antibiotik profilaksis

- Pemeriksaan USG untuk menentukan implantasi plasenta, usia kehamilan,

letak, dan presentasi janin.

- Perbaiki anemia dengan pemberian Sulfas ferosus atau Ferous fumarat peroral

60 mg selama 1 bulan.

- Berikan tokolitik bila ada kontraksi :

MgSO4 4 g IV dosis awal dilanjutkan 4 g setiap 6 jam

Nifedipin 3 x 20 mg/hari

Betametason 24 mg IV dosis tunggal untuk pematangan paru.

- Pastikan sarana untuk melakukan tranfusi

- Jika perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 minggu masih lama,

pasien dapat dirawat jalan (kecuali rumah pasien di luar kota atau diperlukan

waktu > 2 jam untuk mencapai rumah sakit) dengan pesan segera kembali ke

rumah sakit jika terjadi perdarahan.

Syarat terapi ekspektatif :

Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti

Belum ada tanda inpartu

Keadaan umum ibu cukup baik (kadar Hb dalam batas normal)

Janin masih hidup

Kriteria pasien yang dapat diberlakukan rawat jalan :

1. Pasien yang telah diobservasi selama 72 jam tanpa adanya perdarahan

2. Stabil serial hematokrit

3. Telepon tersedia 24 jam dan juga transportasi antara rumah dengan rumah sakit

4. Dapat melakukan bed rest dirumah

12

Page 13: REFERAT PLASENTA PREVIA-agustania.doc

5. Pasien dan keluarga telah mengerti tentang potesi-potensi komplikasi yang mungkin

timbul.

6. Kontrol tiap minggu sampai usia kehamilan aterm dengan serial level Hb dan USG.

Terapi Aktif ( tindakan segera )

Wanita hamil diatas 28 minggu dengan perdarahan pervaginam yang aktif dan banyak,

harus segera ditatalaksanakan secara aktif tanpa memandang maturitas janin.

JUMLAH PERDARAHAN4 :

1. Ringan (kehilangan darah < 15% dari total volume darah tubuh)

Manifestasi klinis :

- Tanda vital normal

- Tidak ada postural hipotesi

- Tidak ada defisit sirkulasi perifer

- Urin out put normal

2. Sedang (kehilangan darah 15%-30% dari total volume darah tubuh)

Manifestasi Klinis :

- Perubahan frekuensi nadi terhadap posisi badan (meningkat 10-20 bpm ketika

berubah dari posisi terleentang ke duduk atau berdiri dan diastolik menurun 10 mmHg

atau lebih)

- Terdapat tanda-tanda inadekuat sirkulasi (sesak, haus, pucat, takikardi) perubahan

status mental dapat juga terjadi (apatis atau agitasi)

Terapi :

- Terminasi pada kehamilan yang aterm

- Expectan jika paru janin belum mature atau pada usia gestasi 32-36 minggu

- Hospitalisasi

3. Berat (kehilangan darah 30%-40% dari total volume darah tubuh)

Manifestasi :

- Syok

- Kehilangan darah yang terus-menerus pervaginam

- Fetus dapat meninggal atau menunjukkan tanda-tanda stress

- Oligouri atau anuria

Terapi :

- Intensive observasi dan monitoring

13

Page 14: REFERAT PLASENTA PREVIA-agustania.doc

- Pasang cairan IV

- Siapkan transfusi

- Asesment fungsi ginjal

- Terminasi kehamilan SC

Cara menyelesaikan persalinan pada plasenta previa

Persalinan pervaginam; bertujuan agar bagian terbawah

janin menekan plasenta dan bagian plasenta yang berdarah selama persalinan

berlangsung, sehingga perdarahan berhenti. Cara ini tidak dapat dilakukan pada

plasenta previa totalis.

Seksio sesaria; bertujuan untuk secepatnya mengangkat

sumber perdarahan, dengan demikian memberikan kesempatan kepada uterus untuk

berkontraksi menghentikan perdarahnnya, dan untuk menghindarkan perlukaan

serviks dan segmen bawah uterus yang rapuh apabila dilangsungkan persalinan

pervaginam.

II.10. KOMPLIKASI

Pada Ibu :

Perdarahan dan syok akibat perdarahan, sampai kematian dapat menyertai perdarahan

antepartum berat yang berasal dari plasenta previa. Komplikasi lainnya yang dapat terjadi

antara lain Anemia karena perdarahan, Plasentitis, Endometritis pasca persalinan, Robekan-

robekan jalan lahir akibat tindakan, Prolaps tali pusat, Prolaps plasenta, Plasenta melekat,

sehingga harus dikeluarkan manual dan kalau perlu dibersihkan dengan kerokan.

Pada Janin :

Persalinan prematur adalah kausa utama kematian perinatal walaupun sudah dilakukan

penatalaksanaan menunggu pada plasenta previa. Sebagian kematian pada kasus ini

merupakan akibat dari asfiksia intrauterin atau trauma pada persalinan. Dalam studi

mereka terhadap hampir 93.000 pelahiran, Crane dan rekan (1999) melaporkan angka

persalinan prematur sebesar 47 persen. Namun, angka kematian akibat penyulit persalinan

prematur tidak lebih tinggi apabila dibandingkan dengan bayi dengan usia gestasi setara

yang lahir dari wanita tanpa plasenta previa. Walaupun sebagian penulis sebelumnya sudah

memperkirakan bahwa malformasi kongenital meningkat pada plasenta previa, namun

Crane dan rekan (1999) -lah yang pertama kali memastikan hal ini dan mengendalikan

faktor usia ibu. Atas alasan-alasan yang belum jelas, anomali janin meningkat 2,5 kali lipat.

14

Page 15: REFERAT PLASENTA PREVIA-agustania.doc

Tidak jelas apakah pada plasenta previa juga terjadi hambatan pertumbuhan janin.

Brar dan rekan (1988) melaporkan bahwa insidensi kelainan ini hampir 20 persen.

Sebaliknya, Crane dan rekan (1999) tidak mendapatkan peningkatan insidensi setelah faktor

usia gestasi dikendalikan. Wolf dan rekan (1991), dalam sebuah studi kasus-kelola terhadap

179 wanita dengan plasenta previa, mendapatkan insidensi hambatan pertumbuhan sebesar

5 persen di kedua kelompok.

II.11. PROGNOSIS

Karena dahulu penanganan relatif bersifat konservatif, maka mortalitas dan

morbiditas ibu dan bayi tinggi, mortalitas ibu mencapai 8-10% dan mortalitas janin 50-

80%

Sekarang penanganan relatif bersifat operatif dini, maka angka kematian dan

kesakitan ibu dan perinatal jauh menurun. Kematian maternal menjadi < 1% terutama

disebabkan perdarahan, infeksi, emboli udara, dan trauma karena tindakan. Kematian

perinatal juga turun menjadi 10 %, terutama disebabkan oleh prematuritas, asfiksia,

prolaps funikuli, dan persalinan buatan (tindakan).

Prognosis ibu

Pada plasenta previa dewasa ini lebih baik jika dibandingkan dengan masa lalu. Hal

ini dikarenakan diagnosa yang lebih dini, ketersediaan transfusi darah, dan infus cairan

yang telah ada hampir semua rumah sakit kabupaten.

Demikian juga dengan kesakitan dan kematian anak mengalami penurunan, namun

masih belum terlepas dari komplikasi kelahiran prematur baik yang lahir spontan maupun

karena intervensi seksio cesarea. Karenanya kelahiran prematur belum sepenuhnya bisa

dihindari sekalipun tindakan konservatif diberlakukan

15

Page 16: REFERAT PLASENTA PREVIA-agustania.doc

BAB III

PENUTUP

III.1. Kesimpulan

Plasenta previa dapat terjadi pada setiap kehamilan, walaupun insidennya

meningkat pada usia lanjut, multiparitas, riwayat oprasi, riwayat plasenta previa dan

perokok.

Diagnosis dini sangatlah penting untuk menentukan prognosis dan

merencanakan terapi. Setiap pasien dengan perdarahan pervaginam pada trimester dua

dan tiga, plasenta previa dan solutio plasenta harus selalu dicurigai. Kemungkinan ini

tidak boleh disingkirkan sampai pemeriksaan yang sesuai, termasuk USG jelas

membuktikan ketiadaannya. Pemeriksaan dalam tidak boleh dilakukan karena akan

memperberat perdarahan yang sudah terjadi.

Komplikasi terbesar untuk ibu adalah perdarahan dan syok akibat perdarahan,

sampai kematian. Komplikasi lainnya yang dapat terjadi antara lain Anemia karena

perdarahan. Untuk itu keadaan umum dan tanda vital adalah yang paling penting

untuk diketahui pada pasien dengan perdarahan pervaginam. Jika terjadi keadaan

tersebut, syok harus segara ditangani dan terminasi kehamilan diperlukan walaupun

janin imatur.

16

Page 17: REFERAT PLASENTA PREVIA-agustania.doc

Kehamilan pada plasenta previa dapat diakhiri melalui persalinan pervaginam

ataupun perabdominal. Tetapi persalinan pervaginam hanya dapat dilakukan jika

plasenta hanya menutupi sebagian dari jalan lahir. Satu - satunya cara untuk

mengakhiri kehamilan pada plasenta previa totalis adalah perabdominal.

Persalinan prematur adalah causa utama kematian perinatal walaupun sudah

dilakukan penatalaksanaan menunggu pada plasenta previa. Untuk kasus ini,

perencanaan mencakup pencegahan kelahiran preterm dengan tokolisis, dan

pematangan paru guna mempersiapkan bayi lebih viabel untuk hidup diluar uterus.

Untuk memperkecil kematian perinatal maka bayi prematur harus dirawat secara

intensif setelah lahir.

III.2. Saran

Wanita hamil sebaiknya memeriksakan kehamilannya secara teratur di RS

agar diagnosis dini plasenta previa dapat dideteksi, sehingga kelahiran dapat

direncanakan dengan baik.

Edukasi mengenai pengenalan tanda-tanda terjadinya perdarahan karena

plasenta previa harus diberikan pada waktu perawatan antenatal.

Plasenta previa sering terjadi pada usia lanjut dan multiparitas. Edukasi

tentang faktor predisposisi plasenta previa setelah melahirkan diperlukan untuk

kehamilan selanjutnya.

17

Page 18: REFERAT PLASENTA PREVIA-agustania.doc

DAFTAR PUSTAKA

1. Wiknjosastro, Hanifa. Ilmu Kebidanan Edisi 4, Jakarta, Yayasan Bina Pustaka

Sarwonoprawirojardjo. 2009.

2. Mochtar, Rustam. Sinopsis Obstetri Jilid 1 Edisi 2, Jakarta. EGC. 1998

3. Cherney, Allan et all. Obstetrics & Gynecologic Diagnosis & Treatment 9th ed.

McGraw Hill companies. USA. 2006.

4. Cunningham, F. Garry et all. Williams Obstetrics 21st ed. McGraw Hill companies.

USA.2001

5. Saju Joy, IND. Placenta praevia. http://www.emedicine.com/med/topics3721.htm.

6. Gaufberg. V Slava. Abruptio Placenta. http ://www,emedicine.com/med/topic.

7. Greg Marrinan, MD, Plasenta Previa, Article Last Updated: Nov 6, 2008.

http:/www.emedicine.com/med/topic3425.htm

8. Patrick Ko, MD, Plasenta Previa, Article Last Updated: Aug 23, 2007.

http:/www.emedicine.com/med/topic5467.htm

18

Page 19: REFERAT PLASENTA PREVIA-agustania.doc

9. Implantasi Plasenta Normal dan Abnormal, Article Last Updated: 2012.

http:/www.digilib.unsri.ac.id/download/implantasi plasenta normal dan abnormal.pdf

19