referat mayang
-
Upload
azka-faza-fadhila -
Category
Documents
-
view
256 -
download
9
description
Transcript of referat mayang
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1.1. Anatomi
Kelenjar parotis merupakan kelenjar ludah terbesar di antara kelenjar ludah mayor.
Kelenjar ini terbentuk dari proliferasi epitel dari garis kavitas oral pada minggu kelima
postovulasi. Kelenjar ini terletak di regio preaurikuler di dalam kulit dan jaringan
subkutaneus.
Nervus facialis membagi kelenjar ini menjadi dua lobus, yaitu lobus superficialis dan
lobus dalam. Namun lobus-lobus ini bukan merupakan lobus asli. ini memiliki lima cabang
syaraf, yaitu n.temporalis, n.zygomatikus, n.buccalis, n.mandibularis, n.cervikalis. Duktus
parotis atau disebut duktus Stensen terletak di bagian anterior dari kelenjar parotis di bawah
zygomatikus, berlawanan arah dengan m.masseter dan masuk ke muskulus buccinators, yang
akan bermuara ke papilla. Duktus ini memiliki panjang 4-7 cm.
1
Di bagian kepala dan leher banyak terdapat kelenjar getah bening atau limfonodus. Jika
ada tumor atau pembesaran pada kelenjar parotis, kita harus memeriksa KGB yang ada di
sekitar wajah dan leher untuk mengetahui adakah pembesaran kelenjar getah bening.
1.2. Fisiologi
Kelenjar parotis merupakan kelenjar yang menghasilkan saliva untuk membantu proses
pencernaan. Sel acinar pada kelenjar parotis itu yang menghasilkan watery saliva.
1.3. Tumor Parotis
Tumor kelenjar ludah jarang terjadi dan sekitar kurang dari 2% dari semua keganasan
kepala dan leher. Sekitar 85% tumor kelenjar ludah terjadi pada kelenjar parotis. Kebanyakan
tumor bersifat jinak atau benigna dengan gambaran histologis adenoma pleomorfik. Sekitar
2500 kasus baru dari tumor kelenjar ludah yang telah terdiagnosa tiap tahunnya. Massa pada
2
kelenjar parotis 75% merupakan neoplasma; 25% nonneoplastik proses infiltratif, seperti
kista dan inflamasi.
Keganansan pada kelenjar parotis 70-80% bersifat jinak. Kecuali Warthin tumors, tumor
jinak kelenjar parotis paling banyak terjadi pada perempuan daripada lelaki. Rata-rata usia
terjadinya tumor ini adalah dekade 5. Tumor Parotis banyak terjadi pada ras Kaukasia.
Etiologi dari tumor ini masih belum diketahui, tapi kemungkinan adanya riwayat keluarga
atau adanya gen adenoma yang masih diteliti apakah benar sebagai penyebab terjadinya
adenoma pleimorfik. Umunya tumor parotis pada anak adalah mixed tumor.
1.4. Gejala dan Tanda
Anamnesis dan pemeriksaan fisik merupakan hal penting untuk menentukan jenis massa
pada kelenjar parotis ini. Diperlukan adanya evaluasi untuk menentukan keganasan atau
inflamasi.
Karakteristik dari inflamasi adalah onset tiba-tiba atau mendadak, nyeri, dan infeksi
sistemik. Umumnya pembesaran bersifat asimtomatik (81%) yang berarti benjolan sering
tidak diketahui, namun saat mencuci muka atau mencukur maka massa di parotis akan
terlihat. Nyeri (12%) atau paralisis n.facialis (7%) manifestasi yang tidak sering. Paralisis
n.facialis lebih sering terjadi karena adanya suatu malignansi kelenjar parotis, tapi
kebanyakan kelumpuhan n.facialis ini karena adanya Bell’s palsy. Benjolan pada kelenjar
parotis sering terjadi pada bagian pole bawah atau ujung dan pada lobus superficial.
Pemeriksaan fisik yang ditemukan yaitu, adanya massa yang tidak terfiksir, tidak ada
nyeri tekan, keras dan soliter. Menilai adanya kemungkinan tumor yang dalam dengan
pemeriksaan intraoral, dengan menginspeksi fossa tonsillar dan palatum. Inspeksi duktus
Stensen untuk menilai aliran saliva (konsistensi, purulen) kemerahan, penonjolan, dan iritasi
dari duktus. Evaluasi kulit, kavitas oral, orofaring, dan leher untuk mengetahui kemungkinan
dari lesi primer.
3
1.5. Diagnosis
Pemeriksaan hematologi dan serologis tidak begitu penting untuk tumor kelenjar ludah.
Pemeriksaan Radiologi (Imaging)
Pemeriksaan radiologi bukan merupakan pemeriksaan gold standard untuk massa
asimtomatik.
Penemuan radiografi dapat membantu dokter kecuali kalkulus.
Sialografy jarang dipakai. Ketika digunakan, hanya dapat menilai fungsi dan anatomi
duktus.
CT scan hampir 100% sensitif untuk mendeteksi massa pada kelenjar saliva, tetapi tidak
dapat membedakan massa tersebut jinak atau ganas. CT scan lebih bagus digunakan
untuk menilai ukuran dan anatomi dari tumor.
MRI lebih baik untuk menilai tumor jinak kelenjar saliva karena kontras yagn lebih besar
dibanding CT scan.
Positron emission tomography (PET) scan bagus untuk menilai tumor ganas, dapat pula
menilai metastasis adenopati dan metastasis jauh.
Biopsi
Fine-needle aspiration biopsy merupakan pemeriksaan preterapi yang valueable. Tingkat
akurasi lebih dari 96%, dengan tingkat sensitif 88-98% dan spesifik 94% untuk tumor jinak.
Untuk mendeteksi tumor ganas, tingkat sensitive sekitar 58-96%, dan spesifik 71-88%.
Potongan beku 93% tingkat akurasinya, tetapi ada kontroversial
Biopsi standar adalah parotidectomy superficial dengan preservasi nervus facialis. Untuk
80-90% neoplasia parotis neoplasms, prosedur ini menjadi diagnostik dan therapeutik.
Untuk alasan ini, preoperatif FNAB merupakan rekomendasi apabila dapat merubah
pendekatan klinis lebih dari 35% pasien. Limfonodus dapat terkena , seperti tumor Warthin
dan sialadenitis yang tidak perlu adanya intervensi pembedahan pada kebanyakan kasus.
4
T1 kurang dari 2 cm, T2 2 sampai 4 cm, T3 lebih dari 4 cm atau tumor dengan ektensi ekstraparenkim makroskopik, dan T4 sudah menginvasi jaringan sekitarnya.
Table 33-2 -- Regional Lymph Node Metastatic Staging
CLASSIFICATION DESCRIPTION
NX Regional lymph nodes cannot be assessed
N0 No regional lymph node metastasis
N1 Metastasis in a single ipsilateral lymph node, ≤3 cm in greatest dimension
N2 Metastasis in a single ipsilateral lymph node, >3 cm but not >6 cm in greatest dimension; or in multiple ipsilateral lymph nodes, none >6 cm in greatest dimension; or in bilateral or contralateral lymph nodes, none >6 cm in greatest dimension
N2a Metastasis in a single ipsilateral lymph node >3 cm but not >6 cm in greatest dimension
N2b Metastasis in multiple ipsilateral lymph nodes, none >6 cm in greatest dimension
N2c Metastasis in bilateral or contralateral lymph nodes, none >6 cm in greatest dimension
N3 Metastasis in a lymph node >6 cm in greatest dimension
From Greene FL, Page DL, Fleming ID, et al (eds): AJCC Cancer Staging Manual, 6th ed. New York, Springer-Verlag, 2002.
Metastasis : Mx (tidak dapat dinilai), M0 (tidak ada metastasis jauh), dan M1 (ada
metastasis jauh). Metastasis yang paling sering yaitu, paru dan tulang, sedangkan hepar dan
otak jarang.
1.6. Klasifikasi
Table 1. Klasifikasi Tumor Kelenjar Saliva Epitelial Primer Benigna (Jinak).
Mixed tumor (pleomorphic adenoma)
Warthin tumor (papillary cystadenoma lymphomatosum)
Oncocytoma
Monomorphic tumors
Sebaceous tumors
5
Benign lymphoepithelial lesion
Papillary ductal adenoma (papilloma)
Unclassified
Benign pleomorphic adenoma atau benign mixed tumor
Neoplasma parotis pada umumnya (80%)
Proliferasi sel epitelial dan myoepitelial dari duktus dan peningkatan komponen stroma
Pertumbuhan lambat, lobular, dan kapsulasi yang tidak bagus
Rekurensi sebanyak 1-5% dengan eksisi (parotidektomy)
Kemungkinan rekurensi sekunder karena hancurnya kapsular selama operasi
Degenerasi malignan terjadi pada 2-10% adenoma yang telah diobservasi dalam waktu
yang lama, dengan karsinoma ex-pleomorphic adenoma pada umumnya menjadi
adenokarsinoma
Warthin tumor (papillary cystadenoma lymphomatosum atau
adenolymphoma)
Kedua terbanyak pada tumor parotis benigna (5%)
Neoplasma jinak bilateral terbanyak pada parotis
Perempuan lebih dominan dibanding lelaki
Terjadi pada decade 6 dan 7
Infiltrat limfosit dan proliferasi epitelial kista
Dapat terjadi gambaran jaringan epitel kelenjar saliva heteropik terjebak di dalam
limfonodus intraparatiroid
Insiden bilateral dan multisenter sebesar 10%
Transformasi malignansi jarang
Oncocytoma
1% dari tumor kelenjar saliva
6
Terdiri dari sel oksifilik besar (onkosit)
Bersifat multipel
Monomorphic tumors
Jarang, biasanya epitelial
1.7. Tatalaksana
Parotidektomi superficial merupakan tatalaksana yang terpilih untuk tumor jinak pada
lobus superficial. Dalam sesi pembedahan, hati-hati mengenai nervus facialis. Hindari
enukleasi (kecuali tumor Warthin dan limfonodus), terjadinya kekambuhan dapat meningkat
(sampai 80%) dan kerusakan nervus. Untuk tumor lobus bagian dalam menggunakan metode
total parotidektomy dengan mencegah kerusakan pada nervus facial. Untuk kekambuhan,
radioterapi postoperatif dapat dilakukan, dengan rasio control lokal lebih dari 95%.
Pembedahan Insisi
Insisi parotidektomy seharusnya diikuti dengan eksposur yang adekuat dan hasil yang bagus.
Insisi dimulai dari anterior ke superior ujung dari heliks dan anterior desenden ke tragus.
Kemudian ke arah belakang lobules pinna dan menuju ke anterior melalui leher.
Bila defek jaringan lunak yang besar karena adanya eksisi pada tumor parotis, maka dapat
diganti dengan jaringan allograft (contohnya, dermal grafts, fascial grafts, fat grafts,
AlloDerm) atau substansi sintetik yang dapat menutupi defek. Mencoba untuk menjaga
lapisan jaringan (fasia parotis atau lapisan SMAS) jika tidak terkena kapsul tumor.
Perlindungan ini penting agar lapisan jaringan terletak di antara jaringan saliva yang
terpotong dan kulit. Hal ini dapat mengurangi insiden Frey syndrome (gustatory sweating).
1.8. Komplikasi
7
Parotidektomy dapat menyebabkan angka morbiditas yang rendah dan tidak adanya
mortalitas. Kebanyakan komplikasi yang serius terjadi karena kerusakan nervus facial
(paralisis sementara atau permanen). Kerusakan pada nervus auricula menyebabkan
hipestesia telinga. Kehilangan sedikit dan peningkatan pada penonjolan sudut mandibula juga
dapat terjadi setelah parotidektomy superficial. Sekuele yang jarang terjadi adalah fistula
saliva, seroma, hematoma, dan infeksi.
Frey (aurikulotemporal) sindrom terjadi karena regenerasi menyimpang dari serat nervus
aurikulotemporal ke kelenjar keringat pada kulit. Menyebabkan keringat karena efek
samping selama pengunyahan. Insiden dari komplikasi ini bervariasi, tergantung pada
pemeriksa untuk memeriksa tes starch-iodin. Insiden ini dapat menurunkan lapisan jaringan
(melindungi lapisan SMAS dan menempatkannya pada permukaan kelenjar parotis sebelum
menutup insisi atau meletakkan lapisan allograft di posisi yang sama).
1.9. Prognosis
Prognosis menjadi bagus apabila tumor jinak dan tidak ada komplikasi setelah operasi,
namun prognosis menjadi buruk bila merupakan tumor ganas dan didapatkan komplikasi.
8