referat kulit

12
PENDAHULUAN Kortikosteroid merupakan obat yang mempunyai khasiat dan indikasi klinis yang sangat luas. Kortikosteroid sering disebut sebagai life saving drug. Manfaat dari preparat ini cukup besar tetapi karenanya efek samping yang tidak diharapkan cukup banyak. Kortokosteroid pertama kali dipakai untuk pengobatan pada tahun 1949 oleh Hence untuk pengobatan rheumatoid arthritis. Sebagian besar khasiat yang diharapkan dari pemakaian kortikosteroid adalah sebagai antiinflamasi, antialergi atau imunosupresif. Semakin maju ilmu pengetahuan semakin banyak pula ditemukan berbagai jenis kortikosteroid yang dapat digunakan dengan berbagai keunggulan dan efek samping yang semakin sedikit. Hal ini berkat kemajuan dalam pengetahuan mengenai mekanisme kerja serta pemahaman patogenesis berbagai penyakit, khususnya mengenai peradangan kulit. Dengan berbagai kemajuan ini, pemakaian kortikosteroid menjadi semakin rasional dan efektif. 1

description

kulit

Transcript of referat kulit

PENDAHULUANKortikosteroid merupakan obat yang mempunyai khasiat dan indikasi klinis yang sangat luas. Kortikosteroid sering disebut sebagai life saving drug. Manfaat dari preparat ini cukup besar tetapi karenanya efek samping yang tidak diharapkan cukup banyak.Kortokosteroid pertama kali dipakai untuk pengobatan pada tahun 1949 oleh Hence untuk pengobatan rheumatoid arthritis.Sebagian besar khasiat yang diharapkan dari pemakaian kortikosteroid adalah sebagai antiinflamasi, antialergi atau imunosupresif.Semakin maju ilmu pengetahuan semakin banyak pula ditemukan berbagai jenis kortikosteroid yang dapat digunakan dengan berbagai keunggulan dan efek samping yang semakin sedikit. Hal ini berkat kemajuan dalam pengetahuan mengenai mekanisme kerja serta pemahaman patogenesis berbagai penyakit, khususnya mengenai peradangan kulit. Dengan berbagai kemajuan ini, pemakaian kortikosteroid menjadi semakin rasional dan efektif.

KORTIKOSTEROIDMerupakan hormon yang di sintesis dari kolesterol dan di produksi oleh kelenjar adrenalis bagian korteks. Pengeluaran hormon ini di pengaruhi oleh adreno cortico tropin hormone (ACTH) yang berasal dai pituitari anterior. Hormone ini di sebut pula dengan nama : adrenokortikosteroid, adrenokortikal, kortikosteroid, atau kortikoid. Beberapa fungsi fisiologisnya berhubungan dengan sistem kardiovaskular dan darah, sistem saraf pusat, otot polos dan stres. Hormon kortikosteroid di bagi menjadi dua kelompok yaitu hormon mineralkortikoid dan glukokortikoid.Berbagai jenis kortikosteroid sintetis telah dibuat dengan tujuan utama untuk mengurangi aktivitas mineralokortikoidnya dan meningkatkan aktivitas antiinflamasinya.Golongan glukokortikoid adalah kortikosteroid yang efek utamanya terhadap penyimpanan glikogen hepar dan khasiat anti-inflamasinya nyata, sedangkan pengaruhnya pada keseimbangan air dan elektrolit kecil atau tidak berarti.Golongan mineralokortikoid adalah kortikosteroid yang efek utamanya terhadap keseimbangan air dan elektrolit menimbulkan efek retensi Na dan deplesi K, sedangkan pengaruhnya terhadap penyimpanan glikogen hepar sangat kecil.

Dalam korteks adrenal kortikosteroid tidak disimpan sehingga harus disintesis terus menerus. Bila biosintesis berhenti, meskipun hanya untuk beberapa menit saja, jumlah yang tersedia dalam kelenjar adrenal tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan normal. Oleh karenanya kecepatan biosintesisnya disesuaikan dengan kecepatan sekresinya. MEKANISME KERJAKortikosteroid bekerja dengan mempengaruhi kecepatan sintesis protein. Molekul hormon memasuki jaringan melalui membran plasma secara difusi pasif di jaringan target, kemudian bereaksi dengan reseptor steroid. Kompleks ini mengalami perubahan bentuk, lalu bergerak menuju nukleus dan berikatan dengan kromatin. Ikatan ini menstimulasi transkripsi RNA dan sintesis protein spesifik. Induksi sintesis protein ini merupakan perantara efek fisiologis steroid. Pada beberapa jaringan, misalnya hepar, hormon steroid merangsang transkripsi dan sintesis protein spesifik; pada jaringan lain, misalnya sel limfoid dan fibroblas hormon steroid merangsang sintesis protein yang sifatnya menghambat atau toksik terhadap sel-sel limfoid, hal ini menimbulkan efek katabolik.

GLUKOKORTIKOIDHormone glukokortikoid berhubungan dengan metabolism karbohidrat,protein dan lemak serta dapat merangsang sintesis glukosa dan glikogen. Efek antiradang hormone glukokortikoid berhubungan dengan kemampuannya untuk merangsang biosintesis protein limpomodulin,yang dapat menghambat enzimatik fosfolipase A2 sehingga mencegah pelepasan mediator proses peradangan,yaitu asam arakidonat dan metabolitnya,seperti prostaglandin (PG),leukotrian (LT),tromboksan dan prostagsiklin. Prostaglandin menimbulkan nyeri,demam dan pelepasan radikan oksigen yang dapat menimbulkan kerusakan jaringan. PEG2 dan PGI1 menimbulkan efek vasodilatasi sehingga terjadi panas dan kulit berwarna kemerah-merahan. Leukotrien dapat menimbulkan pelepasan leukotrien B4 (LTB4),slow reaction substans a (SRSA) dan radikal oksigen. LTB4 menimbulkan efek kemotaksis terjadi penimbunan leukosit dan efek vasoditosis yang menyebabkan kerusakan jaringan. SRA dapat meningkatkan premeabilitas vascular sehingga terjadi sembab. Glukokortikoid dapat memblok jalur siklooksigenase dan lipooksigenase.sedang nonstreoid antiinflamatori drugs (nsaid) hanya memblok jalur siklooksigenase. Hal ini dapat menjelaskan mengapa glukokortikoid mempunyai aktifitas antiradang yang lebih besar disbanding nsaid.

Metabolisme kortikosteroid sintetis sama dengan kortikosteroid alami. Kortisol (juga disebut hydrocortison) memiliki berbagai efek fisiologis, termasuk regulasi metabolisme perantara, fungsi kardiovaskuler, pertumbuhan dan imunitas. Sintesis dan sekresinya diregulasi secara ketat oleh sistem saraf pusat yang sangat sensitif terhadap umpan balik negatif yang ditimbulkan oleh kortisol dalam sirkulasi dan glukokortikoid eksogen (sintetis). Pada orang dewasa normal, disekresi 10-20 mg kortisol setiap hari tanpa adanya stres.Glukokortikoid dapat diabsorpsi melalui kulit, sakus konjungtiva, dan ruang sinovial. Penggunaan jangka panjang atau pada daerah kulit yang luas dapat menyebabkan efek sistemik, antara lain supresi korteks adrenal. Efek kortikosteroid kebanyakan berhubungan dengan besarnya dosis, makin besar dosis terapi makin besar efek yang didapat. Tetapi disamping itu juga ada keterkaitan kerja kortikosteroid dengan hormon-hormon lain. Peran kortikosteroid dalam kerjasama ini disebut permissive effects, yaitu kortikosteroid diperlukan supaya terjadi suatu efek hormon lain, diduga mekanismenya melalui pengaruh steroid terhadap pembentukan protein yang mengubah respon jaringan terhadap hormon lain. Misalnya otot polos bronkus tidak akan berespon terhadap katekolamin bila tidak ada kortikosteroid, dan pemberian kortikosteroid dosis fisiologis akan mengembalikan respon tersebut.Suatu dosis kortikosteroid dapat memberikan efek fisiologik atau farmakologik, tergantung keadaan sekitar dan aktivitas individu.

Efek terhadap proses peradangan dan fungsi immunologis: Produksi normal dari glukokortikoid endogen tidak akan berpengaruh secara bermakna terhadap proses peradangan dan penyembuhan. Kelebihan glukokortikoid endogen dapat menekan fungsi immunologis dan dapat mengaktifasi infeksi latent. Efek immunosupressi ini digunakan dalam pengobatan penyakit-penyakit autoimmune, proses inflammasi dan transplantasi organ. Peran glukokortikoid dalam proses immunologis dan inflammasi adalah:-Merangsang pembentukan protein (lipocortin) yang menghambat phospholipase A2 sehingga mencegah aktivasi kaskade asamarachidonat dan pengeluaran prostaglandin.-Menurunkan jumlah limfosit dan monosit diperifer dalam 4jam,hal ini terjadi karena terjadi redistribusi temporer limfosit dari intravaskular kedalam limpa, kelenjar limfe,ductus thoracicus dansumsum tulang. -Meningkatkan pengeluaran granulosit dari sumsum tulang kesirkulasi ,tapi menghambat akumulasi netrofil pada daerah peradangan.-Meningkatkan proses apoptosis-Menghambat sintesis cytokine -Menghambat nitricoxydsynthetase-Menghambat respon proliferatif monosit terhadap Colony Stimulating Factor dan differensiasinya menjadi makrofag-Menghambat fungsi fagositik dan sitotoksik makrofag-Menghambat pengeluaran sel-sel radang dan cairan ketempat peradangan-Menghambat plasmino gen activators(Pas) yang merubah plasminogen menjadi plasmin yang berperan dalam pemecahan kininogen menjadi kinin yang berfungsi sebagai vasodilator dan meningkatkan permeabilitas pembuluh darah.

MINERALOKORTIKOIDEfek mineralokortikoid mengatur metabolisme mineral dan air. Mineralokortikoid membantu kontrol volume cairan tubuh dan konsentrasi elektrolit (terutama Na dan K), dengan jalan meningkatkan reabsorbsi Na+, meningkatkan eksresi K+ dan H+. Efek ini diatur oleh aldosteron (pada kelenjar adenal) yang bekerja pada tubulus ginjal, menyebabkan reabsorbsi natrium, bikarbonat dan air. Sebaliknya, aldosteron menurunkan reabsorsi kalium, yang kemudian hilang melalui urine. Peningkatan kadar aldosteron karena pemberian dosis tinggi mineralokortikoid dapat menyebabkan alkalosis (pH darah alkalis) dan hipokalemia, sedangkan retensi natrium dan air menyebabkan peningkatan volume darah dan tekanan darah.

Perbandingan potensi relatif dan dosis ekuivalen beberapa sediaan kortikosteroid

Keterangan:S = kerja singkat (t1/2 biologik 8-12 jam) I = intermediate, kerja sedang (t1/2 biologik 12-36 jam) L = kerja lama (t1/2 biologik 36-72 jam)

DAFTAR PUSTAKAAziz AL. Penggunaan Kortikosteroid di Klinik. Divisi Gawat Darurat Lab/SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Unair/RSUD dr Soetomo. Surabaya; 2004. Diunduh dari http://unpad.ac.id/dzakia/files/2011/06/kortiko.pdfDjuanda. A, Hamzah. M, Aisah. S. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi kelima, Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2007Ganiswarna G Sulistia. Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Jakarta : Balai penerbit FKUI, 1995Kasan, Umar; Hormon Kortikosteroid: Hipokrates; Jakarta; 1997

1