Referat Kecil N v (Trigeminus) Rahmawati

download Referat Kecil N v (Trigeminus) Rahmawati

of 11

Transcript of Referat Kecil N v (Trigeminus) Rahmawati

Referat KecilNERVUS TRIGEMINUS

oleh:Rahmawati0080812131

Pembimbing:dr. RIKI SUKIANDRA,Sp.S

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU PENYAKIT SARAFFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAURSUD ARIFIN ACHMAD PROVINSI RIAU2013NERVUS TRIGEMINUS

I. ANATOMI NERVUS TRIGEMINUSNervus trigeminus merupakan saraf cranial terbesar dan saraf campuran. Nervus trigeminus mengandung baik serabut sensorik (porsio mayor) maupun serabut motorik (porsio minor). Serabut-serabut sensoriknya menghantarkan impuls nyeri, suhu, raba dan perasa propioseptik untuk wajah. Sedangkan serabut motoriknya mempersarafi otot-otot penguyah (mastikasi).1,2,3

Gambar 1. Percabangan nervus trigeminus3

Nervus trigeminus dinamai saraf tiga serangkai sebab terdiri atas tiga cabang (rami) utama yang menyatu pada ganglion Gasseri. Ketiga cabang tersebut adalah :2a.Cabang oftalmikusCabang oftalmikus melintasi sinus kavernosus dan memasuki orbita melalui fissura orbitalis superior dimana terjadi percabangan menjadi nn.frontalis, lakrimalis, dan nasosiliaris. N.frontalis terletak tepat di bawah atap orbita dan terbagi menjadi n. supraorbitalis dan n.supratroklearis yang keluar dari orbita serta mempersarafi kulit kepala bagian depan. N. lakrimalis terletak di sebelah lateral dan mempersarafi kulit kelopak mata serta wajah. Selain itu saraf ini juga membawa serabut parasimpatis sekretomotoris dari ganglion sfenopalatinum menuju glandula lakrimalis. N.nasosiliaris menyilang n.optikus dan berjalan di sepanjang dinding medial orbita untuk keluar di wajah sebagai n. Infratroklearis, saraf ini memberi cabang n. etmoidalis menuju sinus etmoidalis dan n. siliaris longus menuju mata yang membawa serabut sensoris dari kornea dan serabut simpatis menuju m. dilator pupilae. Semua saraf dari cabang oftalmikus merupakan saraf sensorik.2

Gambar 2. Cabang oftalmikus2

b.Cabang maksilarisCabang maksilaris meninggalkan rongga tengkorak melalui foramen rotundum dan memasuki fosa pterigo palatinus. Terdapat ganglion sfenopalatinum yang melekat dan membawa serabut parasimpatis menuju glandula lakrimalis melalui hubungan dengan n. lakrimalis. Cabang-cabang n. maksilaris adalah nn. palatina mayor dan minor menuju palatum durum dan molle, n.sfenopalatina menuju kavum nasi dan kemudian melalui septum nasi menuju fosa insisivus untuk mempersarafi palatum durum, n. dental posterior superior memasuki bagian belakang maksila dan mempersarafi gigi. N. maksilaris meninggalkan fosa sfenopalatina melalui fisura orbitalis inferior, berjalan ke dasar orbitalis dimana terbentuk cabang nn. dental media dan anterior superior, dan menuju wajah melalui foramen infraorbitalis sebagai n. infraorbitalis. Semua saraf dari cabang maksilaris adalah saraf sensoris.2

Gambar 3. Cabang maksilaris2

c. Cabang mandibularisCabang mandibularis meninggalkan rongga tengkorak melalui foramen ovale dan langsung terbagi menjadi beberapa cabang, yaitu n. alveolaris inferior yang terutama merupakan saraf sensoris yang memasuki foramen mandibularis untuk mempersarafi gigi sebelum masuk ke wajah sebagai n. mentalis. Saraf ini memiliki satu cabang motoris, n.milohioideus yang mempersarafi m. milohioideus dan bagian anterior m. digastrikus. N. lingualis terletak dekat mandibula tepat di belakang molar ketiga dan berjalan ke depan untuk mempersarafi lidah. Saraf ini bersatu dengan korda timpani yang membawa serabut perasa dari dua pertiga anterior lidah dan serabut parasimpatis sekretomotoris menuju glandula salivarius submandibularis dan sublingualis. Saraf ini bersinaps di ganglion submandibularis yang melekat ke n. lingualis. N. aurikulotemporalis membawa serabut sensoris menuju sisi kulit kepala. Selain itu saraf ini juga membawa serabut parasimpatis sekretomotoris yang bersinaps di ganglion otikum menuju glandula parotis. N. bukalis membawa serabut sensoris dari wajah. Terdapat cabang-cabang muskularis menuju otot-otot pengunyah diantaranya n. temporalis profunda yang mempersarafi m. temporalis. Maka saraf dari cabang mandibularis memiliki saraf sensoris dan motoris.2

Gambar 4. Cabang mandibularis2II. PATOFISIOLOGI NERVUS TRIGEMINUSNervus trigeminus bisa mengalami berbagai gangguan yang melibatkan ganglion gasseri sampai cabang-cabang tepinya. Defisit sensorik yang terdapat pada ketiga kawasan cabang nervus trigeminus merupakan manifestasi gangguan pada ganglion gasseri. Defisit sensorik yang terbatas pada kawasan salah satu cabang nervus trigeminus tentunya timbul akibat gangguan cabang yang bersangkutan, kecuali pada keadaan post herpes yaitu suatu infeksi virus yang merusak sebagian dari ganglion gasseri.1

Gejala defisit sensorik di wajahAnestesia atau hipestesia pada kawasan cabang oftalmikus jarang timbul secara tersendiri, kecuali sebagai gejala akibat infeksi virus herpes. Anestesia di kawasan cabang oftalmikus hampir selalu merupakan gejala bagian dari sindroma yang terdiri dari gejala defisit saraf-saraf kranial yang lain seperti akulomotorius, trokhlearis, abdusens dan cabang maksilaris. Yang dikenal dengan sindroma apeks os petrosum, sinus kavernosus, fisura orbitalis superior dan apeks orbitalis.1Anestesia pada kawasan cabang maksilaris dapat timbul secara tersendiri jika proses patologiknya berupa tumor di os maksila yang merusak pangkal cabang maksilaris. Pada umumnya anestesia pada kawasan cabang maksilaris merupakan gejala bagian dari sindroma-sindroma tersebut diatas.1Anestesia pada kawasan cabang mandibularis jarang terkait pada anestesia cabang oftalmikus dan maksilaris, karena cabang mandibularis ini sudah memisahkan diri dari kedua cabang yang lainnya saat meninggalkan ganglion gasseri. Tumor nasofaring bisa menimbulkan anestesia diwilayah cabang mandibularis ipsilateral saja. Tetapi tidak jarang bahwa tumor nasofaring mengakibatkan anestesia pada seluruh wilayah nervus trigeminus secara unilateral.1

Gangguan yang mengenai nervus trigeminusNeuralgia trigeminalis Neuralgia trigeminalis ditandai dengan nyeri hebat dan tajam (tertusuk-tusuk) yang paroksismal pada distribusi satu atau lebih cabang nervus trigeminus. Nyeri dapat ditimbulkan dengan menyentuh wajah pada salah satu atau beberapa area sensitif (trigger zone). Jenis stimulus khas yang mencetuskan nyeri antara lain mencuci muka, bercukur, dan menyikat gigi. Kondisi ini juga dikenal dengan istilah Perancis kuno, tic douloureux (yang kurang tepat, karena setiap gerakan kedutan pada wajah yang dapat timbul merupakan respon refleks terhadap nyeri, bukan tic sebenarnya). Pemeriksaan neurologis tidak ada kelainan secara khusus, tidak ada defisit sensorik pada wajah.3,4 Patofisiologi kondisi ini masih belum dipahami seluruhnya. Gardner (1959) dan kemudian Janetta (1982) menjelaskan neuralgia trigeminus sebagai akibat kompresi radiks trigeminalis oleh pembuluh darah, biasanya arteri superior serebeli, yang melingkar mengelilingi bagian proksimal radiks yang tidak bermielin segera setelah keluar dari pons. Hipotesis ini didukung oleh observasi bahwa keadaan bebas nyeri dapat dicapai hingga pada 80% pasien dengan tindakan pembedahan saraf yang dikenal dengan dekompresi mikrovaskular, yaitu lengkung vaskular dibuka dan diseksi bebas dari saraf, dan spons kecil yang terbuat dari bahan sintetis dimasukkan diantara kedua struktur ini untuk menjaga agar kedua struktur terpisah.3Nyeri dapat berkurang secara bermakna, atau bahkan hilang, pada 80-90% kasus yang hanya diterapi dengan terapi medikamentosa, baik dengan karbamazepin dengan gabapentin, yang akhir-akhir ini sering digunakan untuk tujuan ini. Tindakan pembedahan saraf diindikasikan hanya jika tidak responsif terhadap pengobatan. Pilihan terapi pembedahan saraf antara lain adalah dekompresi mikrovaskular dan termokoagulasi perkutaneus selektif pada serabut nosiseptif nervus trigeminus.3Penyebab tersering neuralgia trigeminus simtomatik adalah sklerosis multiple 2,4% dari seluruh pasien yang mengalami neuralgia trigeminalis, di antara pasien tersebut 14% mengalami gangguan bilateral.3

Sindroma gradenigoSindroma gradinego terdiri dari nyeri di distribusi nervus oftalmikus disertai kelumpuhan nervus abdusens ipisilateral.3 Diagnosis banding : gangguan dengan nyeri wajah tanpa disertai oleh lesi trigeminal3

Neuralgia charlinNeuralgia charlin terdiri dari nyeri di kantus interna okuli dan pangkal hidung yang disertai dengan peningkatan lakrimasi. Gangguan ini dianggap akibat iritasi ganglion siliare.3

Cluster headacheCluster headache juga dikenal sebagai sindrom bing-horton atau eritroprosopalgia. Gangguan ini ditandai dengan serangan nyeri singkat yang terutama terjadi pada malam hari, termasuk pada saat tidur (berbeda dengan neuralgia trigeminalis). Serangan ini disertai oleh eritema fasial, lakrimasi, sekresi hidung yang cair, dan juga seringkali oleh sindrom horner. Faktor provokatif yang khas antara lain ketinggian, konsumsi alkohol, dan konsumsi nitrogliserin (gliseril trinitrat). Serangan terjadi secara berulang dalam suatu periode (cluster) yang khasnya berlangsung selama seminggu atau lebih, dipisahkan oleh interval bebas sakit kepala setidaknya selama dua minggu. Namun, hingga saat ini belum ada konsensus mengenai patofisiologi kelainan ini. Terapinya berupa empirik, dengan oksigen, triptan, dan obat-obat lain.3

III. PEMERIKSAAN NERVUS TRIGEMINUSPemeriksaan nervus trigeminus terdiri dari :51. Pemeriksaan cabang sensorikCabang sensorik nervus trigeminus diperiksa dengan meminta pasien menutup matanya dan memberikan respons kalau ia merasakan sedang disentuh. Sepotong kasa disentuhkan ke satu sisi dahi dan kemudian pada posisi yang sama di sisi lainnya. Tes ini kemudian dilakukan di pipi, dan kemudian di rahang, untuk memeriksa ketiga cabang saraf nervus trigeminus. Pasien juga ditanya apakah satu sisi terasa sama atau berbeda dengan sisi lainnya. Prosedur ini kemudian diulangi dengan memakai peniti tajam, dengan berganti-ganti diantara kedua sisi.5

Gambar 5. Pemeriksaan cabang sensorik52. Pemeriksaan cabang motorikCabang motorik nervus trigeminus diperiksa dengan menyuruh pasien mengatupkan giginya, sementara muskulus maseter dan temporalis dipalpasi bilateral. Kelemahan unilateral akan menyebabkan rahang menyimpang ke sisi lesi.5

Gambar 6. Pemeriksaan cabang motorik53. Pemeriksaan refleks kornea Refleks kornea tergantung pada fungsi nervus kranialis V dan VII. Untuk memeriksa refleks kornea, pemeriksa memakai kapas lidi dengan ujung kapas telah ditarik menjadi benang tipis sepanjang kira-kira inci. Pemeriksa kemudian menstabilkan kepala pasien dengan meletakkan tangannya di alis mata dan kepala pasien. Pasien diminta untuk melihat ke sisi kanan ketika ujung kapas didekatkan dari sisi kiri untuk menyentuh kornea kiri dengan perlahan-lahan. Respon normalnya adalah penutupan kelopak mata bilateral secara refleks, yang terjadi segera. Pemeriksaan ini diulangi pada sisi lainnya dengan mengganti arah. Respon pada kedua sisi dibandingkan. Cabang sensorik untuk refleks kornea adalah cabang oftalmikus dan cabang motoriknya dihantarkan melalui nervus fasialis. Dalam memeriksa refleks kornea adalah penting untuk menyentuh kornea, bukan bulu mata atau konjungtiva yang akan memberikan hasil yang tidak tepat.5

Gambar 7. Pemeriksaan refleks kornea

Daftar Pustaka

1. Mardjono S. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat. 2000; 150-160.

2. Faiz O, Muffat D. At a glance anatomi. Jakarta: EGC. 2004; 124-125.

3. Baehr, Frotscher. Duus Topical Diagnosis in Neurology: Anatomy, Fisiology, Sign, Simptom. Edisi 4. New York: Mc-Graw Hill companies. 2005; 160-67.

4. Ropper, Brown. Adams and Victors Principles of Neurology. Edisi 8. New York: Mc-Graw Hill companies. 2005.

5. Swartz MH. Buku ajar diagnostik fisik. Jakarta: EGC. 1995; 364-365.

10