Referat Jiwa Adrii Fk Ump 2009

26
BAB I PENDAHULUAN Gangguan anxietas fobik ditandai dengan adanya anxietas yang dicetuskan oleh adanya situasi atau objek yang jelas (dari luar individu itu sendiri). Yang sebenarnya pada saat kejadian ini tidak membahayakan. Sebagai akibatnya objek atau situasi tersebut dihindari tau dihadapi dengan perasaan terancam yang termasuk kedalam anxietas fobik adalah agoraphobia, fobia social, dan fobia khas (terisolasi). 1 Fobia adalah suatu ketakutan yang irasional yang jelas, menetap dan berlebihan terhadap suatu objek spesifik, keadaan atau situasi. Berasal dari bahasa yunani, yaitu Fobos yang berarti ketakutan. Fobia merupakan suatu gangguan jiwa, yang merupakan salah satu tipe dari Gangguan Ansietas, dan dibedakan ke dalam tiga jenis berdasarkan jenis objek atau situasi ketakutan yaitu Agorafobia, Fobia Spesifik dan Fobia Sosial. 1 Agorafobia adalah ketakutan terhadap ruang terbuka, orang banyak serta adanya kesulitan untuk segera menyingkir ke tempat aman. Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders edisi keempat (DSM-IV-TR), agorafobia berhubungan erat dengan gangguan panik, namun International Classification of Diseases (ICD) 10 tidak 1

description

yyliugyuiyu

Transcript of Referat Jiwa Adrii Fk Ump 2009

Page 1: Referat Jiwa Adrii Fk Ump 2009

BAB I

PENDAHULUAN

Gangguan anxietas fobik ditandai dengan adanya anxietas yang dicetuskan

oleh adanya situasi atau objek yang jelas (dari luar individu itu sendiri). Yang

sebenarnya pada saat kejadian ini tidak membahayakan. Sebagai akibatnya objek

atau situasi tersebut dihindari tau dihadapi dengan perasaan terancam yang

termasuk kedalam anxietas fobik adalah agoraphobia, fobia social, dan fobia khas

(terisolasi).1

Fobia adalah suatu ketakutan yang irasional yang jelas, menetap dan

berlebihan terhadap suatu objek spesifik, keadaan atau situasi. Berasal dari bahasa

yunani, yaitu Fobos yang berarti ketakutan. Fobia merupakan suatu gangguan

jiwa, yang merupakan salah satu tipe dari Gangguan Ansietas, dan dibedakan ke

dalam tiga jenis berdasarkan jenis objek atau situasi ketakutan yaitu Agorafobia,

Fobia Spesifik dan Fobia Sosial. 1

Agorafobia adalah ketakutan terhadap ruang terbuka, orang banyak serta

adanya kesulitan untuk segera menyingkir ke tempat aman. Menurut Diagnostic

and Statistical Manual of Mental Disorders edisi keempat (DSM-IV-TR),

agorafobia berhubungan erat dengan gangguan panik, namun International

Classification of Diseases (ICD) 10 tidak mengkaitkan gangguan panik dengan

agorafobia dan kasus-kasus agorafobia didapati dengan atau tanpa serangan panik.

Diperkirakan prevalensi agorafobia adalah 2-6%, walaupun fobia sering dijumpai

namun sebagian besar pasien tidak mencari bantuan untuk mengatasinya atau

tidak terdiagnosis secara medis. 1

Agorafobia dapat timbul pada penderita yang tidak mengalami serangan

panik, akan tetapi sebagian besar penderita yang datang untuk pengobatan

mempunyai riwayat serangan panik ataupun gangguan fobia sosial yang sangat

berat yang menimbulkan simptom yang mirip dengan serangan panik. Penderita

agorafobia pada umumnya menghindari tempat ramai karena takut terjadi

serangan panik dan merasa malu jika ada orang yang melihat usahanya untuk

1

Page 2: Referat Jiwa Adrii Fk Ump 2009

melarikan diri dari situasi tersebut. Akibatnya, orang yang menderita agorafobia

dapat mengalami masalah kehidupan yang sangat berat karena tidak mampu pergi

dari rumah(tempat yang dirasanya aman) baik untuk bekerja, membeli kebutuhan

hariannya maupun untuk bersosialisasi. 2,3,4

2

Page 3: Referat Jiwa Adrii Fk Ump 2009

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi dari Fobik sosial

Fobia sosial merupakan gangguan jiwa yang cukup sering ditemukan.

Walaupun demilkian, perhatian terhadap fobia sosial selama ini sangat kurang

sehingga sering dikatakan sebagai gangguan cemas yang terabaikan. Kurangnya

perhatian terhadap fobia sosial ini disebabkon oleh sedikitnya panderita yang

mencari pangobatan untuk fobia sosial yang dideritanya. Biasanya penderita

datang berobat bukan untuk fobia sosialnya tetapi untuk keluhan lain yang sering

menyertai fobia sosial seperti cemas atau depresi.2

Gangguan kecemasan sosial adalah rasa takut, kuat bertahan dari situasi

interpersonal yang malu dapat terjadi. Fobia spesifik adalah suatu ketakutan, luar

biasa bertahan dari suatu obyek atau situasi. Gangguan kecemasan sosial telah

digambarkan sejauh Hippocrates, ketika itu disebut erythrophobia, yang

merupakan rasa takut merona di depan orang lain. Gangguan kecemasan sosial

sekarang dianggap sebagai gangguan yang berbeda dari fobia lainnya. Dalam 2

versi pertama dari DSM, fobia sosial tidak dikonseptualisasikan sebagai diagnosis

yang berdiri sendiri, namun, dimulai dengan DSM-III-R, gangguan dapat

didiagnosis secara terpisah di hadapan beberapa ketakutan sosial dan kondisi

komorbiditas lainnya.3

2.2. Epidemiologi Fobik sosial

Agoraphobia didefinisikan sebagai takut sendirian di tempat umum

(misalnya, supermarket), khususnya tempat dimana jalan keluar yang cepat akan

sulit dilalui dalam serangan panik, setidaknya 75% dari pasien dengan gangguan

panik juga mengalami pengalaman agorafobia.7

Fobia sosial terdapat pada 3 sampai 5 persen populasi. Pria dan wanita

memiliki angka kejadian yang seimbang. Onset penyakit biasanya dimulai awal

umur belasan tahun, walaupun tidak menutup kemungkinan terjasi pada tiap tahap

3

Page 4: Referat Jiwa Adrii Fk Ump 2009

kehidupan. Menurut survey yang dilakukan di Amerika sejak tahun 1994, fobia

sosial adalah gangguan jiwa nomor 3 terbesar di Amerika Serikat. Prevalensi

fobia sosial terlihat meningkat pada ras kulit putih, orang yang menikah, dan

individu dengan taraf pendidikan yang baik. Fobia sosial umumnya bermanifestasi

pada orang dewasa tapi biasa terdapat pada anak-anak atau remaja.8

2.3. Etiologi Fobik sosial

Sampai sekarang belum ditemukan penyebab yang pasti. Walaupun

demikian, penelitian mengenai etiologi banyak dilakukan saat ini. Ada beberapa

teori yang mencoba mengungkapkannya, antara lain :

1. Teori Neurotransmiter

Mekanisme Dopaminergik

Dari penelitian didapatkan bahwa fobia sosial berhubungan dengan

gangguan pada system dopaminergik. Kadar homovanilic acid (HVA)

pada penderita fobia sosial lebih rendah blia dibandingkan dangan

penderita panik atau kontrol. Adanya perbaikan gejala fobia sosial dengan

pemberian monoamine oxidase inhibitor (MAOI) menunjukkan bahwa

kinerja dopamine terganggu pada fobia sosial.8

Mekanisme Serotonergik

Pemberian fenilfluramin pada panderita fobia sosial menyebabkan

peningkatan kortisol sehingga diperkirakan adanya disregulasi serotonin.

Walaupun demikian, pada pemberian methchlorphenylpiperazine (MCPP),

suatu serotonin agonis, tidak ditemukan adanya perbedaan respons

prolaktin antara pendarita fobia sosial dengan kontrol normal. Begitu pula,

pengukuran ikatan platelet (3H)-paroxetine, suatu petanda untuk

mangetahui aktivitas serotonin; tidak terlihat adanya perbedaan antara

fobia sosial dengan gangguan panik atau kontrol normal.8

Mekanisme Noradrenergik

Penderita fobia sosial sangat sensitif terhadap perubahan kadar

epinefrin sehingga dengan cepat terjadi peningkatan denyut jantung,

berkeringat dan tremor. Pada orang normal, gejala fisik yang timbul akibat

4

Page 5: Referat Jiwa Adrii Fk Ump 2009

peningkatan epinefrin mereda atau menghilang dengan cepat. Sebaliknya

pada penderita fobia sosial tidak terdapat penurunan gejala. Bangkitan

gejala fisik yang meningkat semakin mengganggu penampilan di depan

umum. Pengalaman ini juga membangkitkan kecamasan pada penampilan

berikutnya sehingga mengakibatkan orang tidak berani tampil dan

menghindari panampilan selanjutnya.7,8

Pencitraan Otak

Dengan magnetic resonance imaging (MRI) terlihat adanya

penurunan volume ganglia basalis pada penderita fobia sosial. Ukuran

putamen berkurang pads fobia sosial.7

2. Teori Neurobiologi - gangguan Fobia Sosial

Studi pencitraan fungsional otak individu yang terlibat dalam berbicara

di depan umum menunjukkan bahwa pasien dengan gangguan kecemasan

sosial (fobia sosial) cenderung overactivate sirkuit yang melibatkan

amigdala (pengenalan wajah, emosi negatif) dan hipokampus, yang

mungkin menjadi substrat untuk respon ketakutan berlebihan.  Pada saat

yang sama, pasien dengan gangguan kecemasan sosial menunjukkan

peningkatan relatif dalam aktivasi dorsolateral mereka prefrontal dan

temporal, yang mungkin membuat buruknya kemampuan untuk secara

efisien proses (menghambat) respons rasa takut yang berlebihan. Positron

emission tomography (PET) penelitian telah menunjukkan serotonin

rendah (5-HT) 1A mengikat dalam amigdala dan daerah mesiofrontal dan

korelasi negatif antara kadar plasma kortisol, dan 5-HT1A mengikat dalam

amigdala, hipokampus, dan korteks retrosplenial telah dilaporkan di pasien

dengan gangguan kecemasan sosial.9

Sebuah tinjauan baru-baru ini dari 48 artikel neuroimaging tentang

gangguan kecemasan sosial menyimpulkan bahwa peningkatan aktivitas

pada daerah limbik dan paralimbic adalah penemuan yang paling konsisten

(di teknik pencitraan) dalam gangguan kecemasan sosial.8

3. Teori Neurobiologik - fobia khas

5

Page 6: Referat Jiwa Adrii Fk Ump 2009

Reaksi fobia mungkin akibat dari aktivasi pengenalan obyek dan daerah

pengolahan emosional terjadi dengan penghambatan area-area prefrontal

yang bertanggung jawab untuk kontrol kognitif dari memicu emosi.

Sebuah studi PET menunjukkan bahwa respon fobia pada laba-laba (SPP)

dan ular (SnP) fobia peningkatan aliran darah serebral daerah (rCBF) di

amigdala yang tepat, serebelum, dan korteks visual kiri tetapi mengurangi

rCBF dalam, prefrontal orbitofrontal, ventromedial korteks, somatosensori

primer, dan korteks pendengaran. Sebuah korelasi positif antara aktivasi

amigdala dan respons rasa takut subjektif menekankan pentingnya

amigdala dalam rangkaian ketakutan-fobia. Substrat neurobiologi parsial

yang berbeda telah disarankan untuk berbagai jenis fobia. Sebuah

pencitraan resonansi magnetik fungsional (fMRI) studi pasien dengan SPP

dan darah injeksi-cedera fobia (BiiP) melaporkan aktivasi serupa di

beberapa daerah umum di 2 kelompok (thalamus, otak kecil, daerah

occipitotemporal), tetapi juga kelompok-spesifik aktivasi di dorsal anterior

cingulate gyrus anterior insula dan pada pasien dengan SPP. FMRI

aktivasi Peningkatan cingulate anterior korteks dorsal (ACC), insula,

talamus, dan daerah visual dalam SPP serta inti tidur stria terminalis telah

dilaporkan pada pasien dengan SPP relatif terhadap kontrol normal selama

tugas antisipatif fobia-relevan dibandingkan rangsangan netral.8

4. Teori psikologi

Menurut Freud, fobia sosial atau hysteria-ansietes merupakan

manifestasi dari konflik Oedipal yang tidak terselesaikan. Selain adanya

dorongan seksual yang kuat untuk melakukan incest, terdapat pula rasa

takut terhadap kastrasi. Hal ini menyebabkan terjadinya konflik dan

ansietas. Akibatnya, ego berusaha menggunakan mekanisme-pertahanan

represi yaitu membuang jauh dari kesadaran. Tatkala represi tidak lagi

berhasil, ego berusaha mencari mekanisme pertahanan tarnbahan.

Mekanisme pertahanan tambahan adalah displacement. Konflik seksual

ditransfer dari orang yang mencetuskan konfilk kepada sesuatu yang

sepertinya tidak penting atau objek yang tidak relevan atau situasi yang

6

Page 7: Referat Jiwa Adrii Fk Ump 2009

sakarang mempunyai kekuatan untuk membangkitkan ansietas. Situasi

atau obyek yang dipilih atau disimbolkan biasanya berhubungan langsung

dengan sumber konflik. Dengan menghindari objek tersebut pasien dapat

lari dari penderitaan ansietas yang serius.7

Gangguan kecemasan sosial (fobia sosial) dapat dimulai oleh

pengalaman traumatis sosial (misalnya, malu) atau dengan defisit

keterampilan sosial yang menghasilkan berulang pengalaman

negatif. Sebuah hipersensitivitas terhadap penolakan, mungkin

berhubungan dengan disfungsi serotonergik atau dopaminergik,

hadir. Diperkirakan bahwa gangguan kecemasan sosial tampaknya menjadi

interaksi antara biologis dan faktor genetik dan acara lingkungan. Tertentu

(sederhana) fobia dapat diperoleh dengan pengkondisian, pemodelan,

pengalaman traumatis, atau bahkan mungkin memiliki komponen genetik

(misalnya, darah-cedera fobia). Agorafobia mungkin hasil dari ulangi,

serangan panik yang tak terduga, yang, pada gilirannya, dapat dikaitkan

dengan distorsi kognitif, tanggapan AC, dan / atau kelainan di

noradarienergik, serotonergik, atau gamma-aminobutyric acid (GABA)

terkait neurotransmisi.7

5. Pola keluarga

Sebuah pola kekeluargaan telah dilaporkan untuk kedua gangguan

kecemasan sosial (sosial fobia) dan fobia khas. Generalized anxiety

disorder sosial lebih lanjut meningkatkan risiko penularan keluarga. Untuk

fobia spesifik, kerabat tingkat pertama tampaknya memiliki peningkatan

risiko untuk jenis fobia daripada memicu tertentu. Sebagai contoh, tingkat

peningkatan fobia hewan daripada fobia ke hewan tertentu dapat dilihat

dalam keluarga yang sama.7

6. Teori genetik

Faktor genetik dapat berperanan dalam fobia sosial. Analisa

pedigree/silsilah memperlihatkan silsilah pertama dari proband dengan

7

Page 8: Referat Jiwa Adrii Fk Ump 2009

fobia sosial tiga kali beresiko mendapat sosial fobia dibanding kontrol.

Namun, gen spesifik belum pernah diisolasi. Perangai anak yang selalu

dilarang telah dihubung-hubungkan dengan perkembangan fobia sosial

dimasa dewasa.9

2.4. Patofisiologi Fobik sosial

Beberapa teori yang dipostulasikan untuk etiologi biologis gangguan fobia,

kebanyakan berfokus pada disregulasi amina biogenik endogen. Aktivasi sistem

saraf simpatik adalah umum pada gangguan fobia, mengakibatkan peningkatan

denyut jantung dan tekanan darah, serta gejala-gejala seperti tremor, palpitasi,

berkeringat, dispnea, pusing, dan / atau parestesia.

Teori psikologi berkisar dari menjelaskan kecemasan sebagai perpindahan

dari konflik intrapsikis (model psikodinamik) untuk pengkondisian (belajar)

paradigma (kognitif-perilaku model). Banyak dari teori ini mengambil bagian dari

gangguan.

Seorang psikoanalis mungkin akan konsep kecemasan sosial sebagai gejala

dari konflik yang lebih dalam misalnya, rendah diri atau konflik yang belum

terselesaikan dengan objek internal. Perawatan menggunakan eksplorasi dengan

tujuan memahami konflik yang mendasarinya. Sebuah behavioris akan melihat

fobia sebagai respon, belajar AC yang dihasilkan dari hubungan masa lalu dengan

situasi dengan valensi emosional yang negatif pada saat asosiasi (misalnya, situasi

sosial dihindari, karena kecemasan intens pada awalnya berpengalaman dalam

pengaturan itu). Bahkan jika tidak ada bahaya yang diajukan dalam pertemuan

sosial yang paling, respon penghindaran telah dikaitkan dengan situasi

ini. Perawatan dari perspektif ini bertujuan untuk melemahkan dan akhirnya

memisahkan respon tertentu dari stimulus.

Faktor genetik tampaknya memainkan peran di kedua gangguan kecemasan

sosial (fobia sosial) dan spesifik (sederhana) fobia. Berdasarkan keluarga dan

studi kembar, risiko untuk fobia spesifik dan kecemasan sosial tampaknya cukup

diwariskan.5

8

Page 9: Referat Jiwa Adrii Fk Ump 2009

2.5. Kriteria Diagnosis dari Fobik sosial

Kriteria diagnosis fobia sosial menurut DSM-IV, yaitu :7,9,10

a. Kriteria A

Ketakutan yang jelas dan menetap terhadap satu atau lebih situasi

sosial atau tampil didepan orang yang belum dikenal atau situasi yang

memungkinkan ia dinilai oleh orang lain atau menjadi pusat perhatian.

Ada perasaan takut bahwa ia akan berperilaku memalukan atau

menampakkan gejala cemas atau bersikap yang dapat merendahkan

dirinya.

b. Kriteria B

Apabila pasien terpapar dengan situasi sosial, hampir selalu timbul

kecemasan atau bahkan mungkin serangan panik.

c. Kriteria C

Pasien menyadari bahwa ketakutannya sangat berlebihan dan tidak

masuk akal. Ketakutan tersebut tidak merupakan waham atau paranoid.

d. Kriteria D

Pasien menghindar dari situasi sosial atau menghindar untuk tampil di

depan umum atau pasien tetap bertahan pada situasi sosial tersebut tetapi

dengan perassan sangat cemas atau sangat menderita.

e. Kriteria E

Penghindaran dan kecemasan atau penderitaan akibat ketakutan

terhadap situasi sosial atau tampil di depan umum tersebut mempengaruhi

kehidupan pasien secara bermakna atau mempengaruhi fungsi pekerjaan,

aktivitas dan hubungan sosial atau secara subjektif pasien merasa sangat

menderita.

f. Kriteria F

Untuk yang berusia di bawah 18 tahun, durasi paling sedikit 6 bulan.

g. Kriteria G

Ketakutan atau sikap menghindar tersebut tidak disebabkan oleh efek

fisiologik zat atau kondisi medik umum atau gangguan mental lain

(gangguan panik dengan atau tanpa agoraphobia, gangaguan dismorfik,

9

Page 10: Referat Jiwa Adrii Fk Ump 2009

gangguan perkembangan prevasif, atau dengan gangguan kepribadian

skizoid).

h. Kriteria H

Bila terdapat kondisi medik umum atau gangguan mental lain,

ketakutan pada kriteria A tidak berhubungan dengannya (gagap,

Parkinson, atau gangguan perilaku makan seperti bulimia atau anoreksia

nervosa) Kriteria A merupakan kunci gejala fobia sosial. Hal yang penting

pada kriteria ini yaitu adanya situasi yang dapat membangkitkan fobia

yaitu situasi yang dinilai atau diamati oleh orang lain dan juga ketakutan

akan memperlihatkan kecemasan atau bertingkah dengan cara yang

memalukan.

Pedoman diagnostik fobik sosial menurut PPDGJ-III, sebagai berikut :

F 40 Gangguan Anxietas Fobik

Anxietas dicetuskan oleh adanya situasi atau objek yang jelas (dari

luar individu itu sendiri), yang sebenarnya pada saat kejadian ini tidak

membahayakan. Kondisi lain dari individu itu sendiri seperti perasaan takut

akan adanya penyakit (nosofobia) dan ketakutan akan perubahan bentuk

badan (dismorfobia) yang tak realistik dimasukkan dalam klasifikasi F45.2

(gangguan hipokondarik). Sebagai akibatnya, objek atau situasi tersebut

dihindari atau dihadapi dengan rasa terancam. Secara subjektif, fisiologik,

dan tampilan perilaku, anxietas fobik tidak berbeda dari anxietas lain dan

dapat dalam bentuk yang ringan sampai yang berat (serangan panik).

Anxietas fobik seringkali berbarengan (coexist) dengan depresi. Suatu

episode depresif seringkali memperburuk keadaan anxietas fobik yang

sudah ada sebelumnya. Beberapa episode depresif dapat disertai anxietas

fobik yang temporer, sebaliknya afek depresif seringkali menyertai berbagai

fobia, khususnya agrofobia. Pembuatan diagnosis tergantung dari mana

yang jelas-jelas timbul lebih dahulu dan mana yang lebih dominan pada saat

pemeriksaan.6

10

Page 11: Referat Jiwa Adrii Fk Ump 2009

F 40.0 Agorafobia

Pedoman diagnostik, semua kriteria ini harus dipenuhi untuk :

a. Gejala psikologis/otonomik yang timbul harus merupakan manifestasi

primer dari anxietas & bukan merupakan gejala lain yang sekunder

seperti waham atau pikiran obsesif.

b. Anxietas yang timbul harus terutama terjadi dalam sekurang-kurangnya

dua dari situasi berikut :

Banyak orang

Tempat-tempat umum

Bepergian keluar rumah

Bepergian sendiri

c. Menghindari situasi fobik harus/sudah merupakan gambaran yang

menonjol.6

F 40.1 Fobia Sosial

1. Mulai sejak usia remaja.

2. Rasa takut diperhatikan oleh orang lain dalam kel yang relatif kecil.

3. Menjurus pada perhindaran terhadap situasi sosial yang relatif kecil .

4. Menjurus pada penghindaran terhadap situasi sosial.

5. Lelaki sama dengan wanita.

6. Gambarannya dapat sangat jelas misalnya makan di tempat umum,

berbicara didepan umum, menghadapi jenis kelamin lain, hampir semua

situasi diluar keluarga.

7. Biasanya disertai dengan harga diri yang rendah dan takut kritik.

8. Dapat tercetus sebagai : malu (muka merah), tangan gemetar, mual,

ingin buang air kecil dan gejala demikian dapat berkembang menjadi

serangan panik.6

Pedoman diagnostik, semua kriteria dibawah ini harus dipenuhi untuk :

a. Gejala-gejala psikologis, perilaku / otonomik harus merupakan

manifestasi primer dari anxietas dan bukan sekunder gejala lain, seperti

waham / pikiran obsesif.

11

Page 12: Referat Jiwa Adrii Fk Ump 2009

b. Anxietas harus hanya terbatas / menonjol pada situasi sosial tertentu

saja.

c. Penghindaran dari situasi fobik harus merupakan gambaran yang

menonjol.6

2.6. Diagnosis banding Fobik sosial

Gangguan depresif dan agorafobia sering sulit dibedakan dengan fobia

sosial. Hendaknya diutamakan Diagnosis agorafobia, depresi jangan

ditegakkan, kecuali ditemukan sindariom depresif yang lengkap dan jelas.5

2.7. Penatalaksanaan dari Fobik sosial

1. Farmakoterapi

Double-blind, placebo-controlled uji klinis telah menunjukkan bahwa

agoraphobia, khususnya gejala-gejala panik, menanggapi pengobatan

dengan selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI) (yaitu, escitalopram,

citalopram, fluoxetine, fluvoxamine, paroxetine, sertraline), venlafaxine

dan reboxetine, beberapa antidepresan trisiklik (TCA) (clomipramine dan

imipramine), dan beberapa benzodiazepin (alprazolam, lorazepam,

diazepam, dan clonazepam). Berdasarkan data dari percobaan komparator-

dikontrol, Mirtazapine dan moclobemide adalah pilihan alternatif yang

masuk akal. Berikut ini beberapa farmakoterapi fobia sosial, antara lain :7

a. Selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIS) : SSRIS dengan cepat

menjadi first-line pengobatan yang baku untuk fobia sosial. Paroxetine

menerima pengakuan badan Makanan Dan Administrasi Obat/Racun

(FDA) untuk indikasi ini pada tahun 1999 dan SSRI yang pertama

memperolehnya. Penelitian menyatakan bahwa SSRIS juga mungkin

efektif.

b. Benzodiazepines : Benzodiazepines mungkin efektif untuk fobia sosial,

tetapi memiliki profil keselamatan lebih sedikit. Alprazolam Dan

Clonazepam telah digunakan dengan sukses.

12

Page 13: Referat Jiwa Adrii Fk Ump 2009

c. Buspirone : Beberapa studi menyarankan kemanjuran pada penderita

fobia sosial.

d. Propranolol : Beta-Blockers telah digunakan untuk blok autonomic

terhadap tanggapan dengan fobia sosial. Pencegahan gejala seperti

gemetaran peningkatan detak jantung mendorong kearah sukses

didalam menghadapi situasi sosial.

e. Monoamine oxidase inhibitors (MAOIS) : Phenelzine telah

dipertunjukkan untuk bisa efektif didalam studi. Pembatasan yang

berkenaan diet makan mengurangi ketenaran mereka. Moclobemide,

suatu MAOI lebih baru, pasti mempunyai kemanjuran dengan fobi

sosial.

Pengobatan Akut

Pengobatan untuk agorafobia harus dimulai dengan SSRI pada dosis

rendah, dan kemudian dititrasi ke dosis efektif minimum untuk

mengendalikan panik pasien.Benzodiazepin dapat digunakan baik sebagai

tambahan atau sebagai pengobatan primer;. Namun, benzodiazepin

biasanya tidak dipilih sebagai pengobatan lini pertama karena potensi

untuk penyalahgunaan. Jika pasien memiliki serangan panik sering dan

tidak ada riwayat penyalahgunaan zat, benzodiazepin dapat dianggap

sampai SSRI berlaku. Jika respon minimal atau tidak ada setelah 6

minggu, dosis SSRI dapat lebih ditingkatkan setiap 2 minggu sampai dosis

maksimal respon atau tercapai.Respon parsial atau tidak pada

pertimbangan dosis tertinggi SSRI waran dari alternatif berikut: beralih ke

SSRI yang berbeda atau mengubah ke agen dari kelas obat yang berbeda,

termasuk SNRI venlafaxine, noradarienalin reuptake inhibitor (SNRI)

reboxetine, atau TCA.9

Long-acting benzodiazepin (misalnya, diazepam, clonazepam)

diresepkan pada berdiri bukan sebagai dasar dibutuhkan lebih disukai

karena lebih rendah potensi adiktif, dosis dapat ditingkatkan setiap 2-3 hari

sampai gejala panik pasien dikendalikan atau maksimum dosis

13

Page 14: Referat Jiwa Adrii Fk Ump 2009

tercapai. Pertimbangkan untuk menggunakan agen short-acting alprazolam

untuk penggunaan jangka pendek untuk mengontrol gejala akut panik.

Pengobatan dengan khasiat terbukti termasuk serotonin (5-HT) 1A

buspirone parsial agonis, beta-blocker propranolol, obat antihistaminic,

dan agen antipsikotik.8

Pengobatan jangka panjang

Double-blind studi menunjukkan bahwa melanjuntukan SSRI atau

clomipramine 12-52 hasil minggu di tingkat respons pengobatan

meningkat. Untuk pasien dengan respon yang baik,. Pengobatan harus

dilanjuntukan selama 9-12 bulan sebelum mempertimbangkan perlahan

meruncing obat-obatan. Dengan terulangnya gejala berikut lancip,

pengobatan harus dilanjuntukan dan berlangsung terus menerus.7

2. Psikoterapi

Sebuah diterbitkan baru-baru meta-analisis menunjukkan bahwa

kombinasi terapi pemaparan, relaksasi, dan pernapasan pelatihan kembali

bekerja lebih baik daripada intervensi psikologis lainnya untuk gangguan

panik dengan dan tanpa agoraphobia. Selanjutnya, masuknya PR dan

program tindak lanjut telah ditunjukkan meningkatkan hasil. Intervensi

dini dianjurkan atas dasar bahwa semakin pendek durasi penyakit, semakin

baik respon.7

1. Tingkah laku

Psikoterapi tingkah laku, seperti desensitisasi berangsur-angsur,

mungkin bermanfaat terhadap fobia sosial. Teknik ini melibatkan secara

berangsur-angsur pasien untuk berada situasi pada situasi yang secara

normal menyebabkan kecemasan. Dengan penguasaan situasi tanpa

kecemasan, pasien secepatnya mampu mentolelir situasi yang yang

sebelumnya membuat cemas.7,8,9

2. Kognitif

14

Page 15: Referat Jiwa Adrii Fk Ump 2009

Terapi berorientasi pada pengertian yang mendalam sudah

membuktikan bermanfaat fobia sosial. Individu dengan fobia sosial sering

mempunyai penyimpangan kognitif penting berhubungan dengan orang

lain.7,8,9

2.8. Prognosis Fobik sosial

Fobia sosial biasanya mulai pada usia dini sehingga dapat menyebabkan

gangguan disemua bidang akademik seperti rendahnya kemampuan sekolah,

menghindar dari sekolah, dan sering putus sekolah. Pemilihan karirnya sangat

terbatas dan ia sering berhenti dari pekerjaan. Fobia sosial cenderung menjadi

kronik. Bila tidak diobati dapat menjadi komorbiditas dengan gangguan lain

seperti depresi, penyalahgunaan alkohol atau obat. Pada penderita agorafobia dan

fobia sosial, pemakaian alkohol sering merupakan ussha untuk mengobati diri

sendiri.6

BAB III

KESIMPULAN

Fobia sosial merupakan ketakutan atau kecemasan pada situasi sosial yang

timbul bila seseorang menjadi pusat perhatian. Penderita fobia sosial biasanya

tidak menganggap masalahnya perlu untuk diobati. Bila tidak diobati dapat

menimbulkan keterbatasan dalam berbagai segi kehidupan. Terapi fobia sosial

melingkupi farmakoterapi dan psikoterapi

15

Page 16: Referat Jiwa Adrii Fk Ump 2009

DAFTAR PUSTAKA

1. Elvira, SD.; Hadisukanto G. Buku Ajar Psikiatri. Badan Penerbit Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta:2010. 242-249

2. Nolen-Hoeksema, Susan. Abnormal Psychology,4th ed. McGraw-Hill, New

York: 2007. 232-233

3. Sadock BJ; Sadock VA. Buku Ajar Psikiatri Klinis, 2nd ed.EGC,

Jakarta:2004. 237-241

4. Kaplan HI,Sadock BJ, dan Grebb JA. Sinopsis Psikiatri, Jilid II. Binarupa

Aksara. Tangerang: 2010. 33-46

5. Halgin RP, Whitbourne SK. Abnormal Psychology Clinical Perspectives

on Psychological Disorders. McGraw-Hill, New York:2009. 144-148

6. Maslim, Rusdi.Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-

III. FK Unika Atmajaya. Jakarta:2001. 72

16

Page 17: Referat Jiwa Adrii Fk Ump 2009

7. Social Phobia, available at : http://www.emedicine.com/ped/topic2660.htm

(diakses tanggal 3 maret 2013)

8. Causes of Phobias and causes of panic attacks, available at :

http://www.saviodsilva.net/ph/3.htm (diakses tanggal 3 maret 2013)

9. Social Phobia, available at : http://www.nmha.org/pbedu/anxiety/social.cfm

(diakses tanggal 3 maret 2013)

10. DSM-IV & DSM-IV-TR, social phobia, available at :

http://www.ship.edu/~cgboeree/freud.html (diakses tanggal 3 maret 2013)

17