Referat Emergensi Orto
-
Upload
denny-suryanta -
Category
Documents
-
view
315 -
download
2
description
Transcript of Referat Emergensi Orto
KEGAWATAN ORTOPEDI (ORTHOPEDICS EMERGENCY)
Kejadian kegawatan ortopedi (emergency orthopedics) banyak dijumpai. Tenaga medis dituntut untuk mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang adekuat terkait dengan proses perawatan emergency orthopedics pertama kali di IGD yang komprehensif, yang dimulai dari pengkajian yang komprehensif, perencanaan intervensi yang tepat, implementasi tindakan, evaluasi hasil yang ditemukan selama perawatan serta dokumentasi hasil yang sistematis.
Jenisnya antara lain:Open Fractures
Trauma Vaskuler Besar
Dislocations
Septic Arthtritis
Unstable Cervical Spine
Distrupsi Cincin Pelvis Dengan Perdarahan
Compartment Syndrome
Osteomielitis Akut
fat emboli
Berdasar sifatnya emergency orthopedics dibedakan menjadi dua, yaitu sifatnya yang mengancam jiwa (life threatening ) dan yang mengancam kelangsungan ekstremitas ( limb threatening).
OPEN FRACTURES
OPEN FRACTURES
Fraktur terbuka adalah fraktur yang terjadi hubungan dengan dunia luar atau rongga tubuh yang tidak steril, sehingga mudah
terjadi kontaminasi bakteri dan dapat menyebabkan komplikasi infeksi.
- Fraktur terbuka merupakan emergensi bedah ortopedi, karena risiko untuk terjadinya infeksi pada
tulang yang fraktur tinggi. - Komplikasi jangka panjang adalah terancamnya fungsi
tungkai, dan dalam kasus infeksi sistemik dapat mengancam jiwa.
- Selain mencegah infeksi juga diharapkan terjadi penyembuhan fraktur dan fungsi anggota gerak
klasifikasi fraktur terbuka Menurut Gustilo Anderson
Grade I Grade II Grade III
• Luka < 1 cm• Kerusakan jaringan lunak
sedikit• Fraktur tidak kominutif
• Bersih
• Luka > 1 cm• Kerusakan jaringan lunak
tidak luas•Bentuk patahan kominutif
sedang• Kontaminasi sedang
Kerusakan yang luas pada kulit, jaringan lunak dan struktur neurovaskularKontaminasi luka berat
III A: fragmen fraktur masih ditutupi jaringan lunak.
III B : fragmen fraktur tidak ditutupi jaringan
lunak/bone expose, fraktur kominutif berat
III C : Cidera arteri
Penangan fraktur terbuka di IGD: 1. ABCD 2. Cuci luka
dan tutup luka
5. Stabilisasi fraktur
3. Pemberian antibiotik
4. Debridement dalam golden period (6 jam)
COMPARTMENT SYNDROME
Acute Compartment Syndrome
Kondisi dimana didapatkan kenaikan tekanan didalam intrakompartemen sehingga terjadi gangguan fungsi dari jaringan yang terdapat didalam kompartemen tersebut
• Tekanan intrakompartemen merupakan faktor yang penting untuk menjaga kelangsungan vaskularisasi dan oksigenasi jaringan didalam suatu kompartemen tertutup
• Tekanan intrakompartemen memiliki volume yang tetap
• Nilai normal <= 10 mmHg
PatofisiologiKetika tekanan
dalam kompartemen
meningkat
Aliran darah terhambat
Penghantaran oksigen terhambat
hipoksia
menyebabkan sel-sel akan melepaskan
substansi vasoaktif (misal : histamin,
serotonin)
meningkatkan permeabilitas
endotel.
kehilangan cairan Semakin
meningkatkan tekanan jaringan
Kerusakan jaringan dan nekrosis
• Saraf bertahan terhadap iskemia hanya dalam 2-4 jam dengan sedikit potensi regenerasi
• Otot bertahan terhadap iskemia dalam 6 jam, tidak terdapat regenerasi, sehingga otot yang nekrosis akan digantikan jaringan parut fibrosa, akibatnya akan terjadi kontraktur kompartemen “ Volkman Contracture”
Gejala klinis5P
• nyeri pada jari tangan atau jari kaki pada saat peregangan pasif pada otot-otot yang terkenaPain
• kulit terasa dingin jika di palpasi, warna kulit biasanya pucatPallor
• biasanya memberikan gejala rasa panas dan gatal pada daerah lesi.Parestesia
• biasanya diawali dengan ketidakmampuan untuk menggerakkan sendiParalisis
• berkurang atau hilangnya denyut nadiPulselesness
Penatalaksanaan
• Singkirkan penyebab kompresi• O2
• Pertahankan ekstremitas setinggi jantung• Konsultasi ortopedi atau bedah darurat• Fasciotomi:– Indikasi: sindroma kompartemen akut: tekanan
kompartemen > 30 mmHg– Ahli bedah harus melakukan fasciotomi;
bagaimanapun, pada tungkai yang tekanannya meningkat atau terdapat penundaan pembedahan, fasciotomi emergensi mungkin perlu dilakukan di departemen emergensi.
DISRUPSI CINCIN PELVIS DENGAN PERDARAHAN
Anatomi pelvis
• Cincin pelvis dibentuk oleh : sacrum, Ilium, Pubis dan ischium
• Dinding anterior berartikulasi pada simphisis pubis
• Dinding posterior berartikulasi pada sacroilliaca
• Stabilitas tergantung pada ligamen dan tulang• Ligamen terpenting adalah ligamentum
sacroilliaca dan illioumbar• Pada rongga pelivis berisi : saraf, pembuluh
darah, buli-buli dll
Klasifikasi fraktur pelvis menurut Tille Tipe A : stable pelvic fracture
Tipe B : rotationally unstable, vertically stable fractures
Tipe C : rotationally and vertically unstable fractures
Lateral compression (LC) injuryCategory Common characteristic Differentiating
characteristic
LC 1 Anterior transverse fractur (Pubic rami)
Sacral compression on side of impact
LC 2 Anterior transverse fractur (Pubic rami)
Crescent (iliac wing) fracture
LC 3 Anterior transverse fractur (Pubic rami)
Contralateral open book (APC) injury
Anteroposterior compression (APC)Category
Common characteristic Differentiating characteristis
APC 1 Symphyseal diastasis Slight widening of pubic symphysis and/or Sl joint; stretched but intact
anterior and posterior ligaments
APC 2 Symphyseal diastasisor anterior vertical fracture
Widened Sl joint, disrupted anterior ligaments; intact posterior ligaments
APC 3 Symphyseal diastasisor anterior vertical fracture
Complete hemipelvis separation but nojoint disruption; complete anterior and posterior
ligament disruption
Vertical shear Injury Category Common characteristic Differentiating characteristic
VS Symphyseal diastasis or anterior vertical fracture
Vertical displacement anteriorly and posteriorly, usually through Sl joint,
occasionally through iliac wing and/or sacrum
Diagnosis• Pada setiap trauma abdomen bawah dan tungkai selalu pikirkan
kemungkinan fraktur pelvis• Perhatikan mekanisme cedera• Pemeriksaan klinis :
– Jejas pada pelvis/abdomen bagian bawah– Nyeri tekan pada pelvis– Ketidakstabilan pada perabaan– Perbedaan panjang kedua tungkai– Rectal examination & darah pada mue– Hipotensi & tachycardia (bila disertai gangguan – hemodinamik)
• Radiologis : foto pelvis AP,
Pemeriksaan fraktur pelvis
• Tekan kearah posterior dan anterior pada krista iliaka (stabilitas anteroposterior)
• Lakukan traksi pada salah satu tungkai dengan memfiksasi pelvis (stabilitas vertikal)
Penangan fraktur pelvis
• Melakukan Primary Survey : ABCD– Pastikan jalan nafas bersih dan ventilasi tak terhalang– Resusitasi dan pengendalian perdarah aktif
• Jika keadaan pasien stabil lakukan pemeriksaan lebih cermat untuk mencari cidera lain
• Stabilisasi Fraktur :– Pelvic c clamp– External fixation– Pelvic sling
DISLOKASI
kejadian dislokasi dan fractur dislokasi juga bisa ditemui di IGD. Pada keadaan normal cartilage mendapat nutrisi dari cairan synovial yang berasal dari darah yang sudah tersaring eritrositnya, terjadi diffusi masuk ke joint space bila terjadi mekanisme gerak sendi. Saat dislokasi nutrisi terhenti. Cartilage yang mati sulit regenerasi
MACAM DISLOKASI
Dislokasi Sendi Jari
Dislokasi Sendi Siku Dislokasi Pergelangan tangan (Dislocation of the Lunate)
Dislokasi bahu anterior
Dislokasi bahu posterior
Dislokasi bahu inferior (Luxatio Erecta)
Dislokasi Regio Bahu (Shoulder Dislocation)
Dislokasi panggul anterior
Dislokasi panggul posterior
Dislokasi Regio Panggul (Hip Dislocation)
Dislokasi Sendi Lutut
Penatalaksanaan
• Penanganan dislokasi adalah segera reposisi dan stabilisasi 2-3 minggu.
• Di IGD, perawatan biasanya melibatkan analgesia yang tepat, es, dan elevasi. Dislokasi dari jari-jari kaki sering dapat dikurangi dengan anestesi lokal (blok digital) di UGD dengan traksi longitudinal yang sederhana.
• Dislokasi dari kaki pertama mungkin sulit untuk direduksi. Selain itu, metatarsophalangeal pertama (MTP) dan dislokasi interphalangeal (IP) yang terbuka atau tidak dapat direduksi memerlukan konsultasi ortopedi. Sebagian lainnya MTP dan IP dislokasi mudah dikelola oleh dokter IGD.
TRAUMA VASKULER
BESAR
Lesi vaskuler besar yang tersering adalah arteri poplitea dan arteri radialis, arteri inguinalis, arteri brachialis dan arteri femoralis. Diagnosis umumnya ditegakkan dengan arteriografi atau Dopler, dan pengukuran saturasi O2 jari distal.
Trauma pada sendi atau tulang
Merusak Arteri di dekatnya
Pendarahan besar keluar tubuh
Gangguan Hemodinamik
Penangan trauma vaskuler besar di IGD:
Penanganan cedera vena diligasi dan berikan resusitasi cairan. Kontrol pendarahan dengan penekanan untuk pembuluh darah proksimal dari cedera (misalnya, tekanan femoralis di luka ekstremitas bawah) (Scott, 2011).
SEPTIC ARTHRITIS
Septic, atau infeksius, arthritis adalah infeksi dari satu atau lebih sendi-sendi oleh
mikroorganisme. Secara normal, sendi dilumasi dengan jumlah kecil dari cairan yang disebut sebagai cairan sinovial (synovial fluid) atau
cairan sendi. Cairan sendi yang normal adalah steril.
Faktor predisposisi septic artritis
• Faktor sistemik : usia ekstrim, Reumatoid artritis, DM, pemakaian obat imunosupresan, penyakit hati kronik, alkoholisme, malignancy, GGK, obat suntik, hemodialisis, transplantasi organ.
• Faktor lokal :L sendi prostetik, infeksi kulit, operasi sendi, trauma sendi, OA
Tanda dan gejalanya antara lain:
• Demam• Nyeri parah pada sendi yang terkena,
terutama ketika menggerakkan sendi• Pembengkakan sendi yang terkena• Hangat di daerah sendi yang terkena
Pemeriksaan penunjang
• Pemeriksaan darah tepi• Pemeriksaan cairan sendi• Pemeriksaan PCR• Pemeriksaan Radiologi
Penanganan
• DrainaseManajemen medis arthritis infektif berfokus pada drainase yang memadai dan tepat waktu dari cairan sinovial yang terinfeksi, pemberian terapi antimikroba yang tepat, dan imobilisasi sendi untuk mengontrol rasa sakit (Brusch, 2011).
• AntibiotikDokter harus mengidentifikasi bakteri yang menyebabkan infeksi terlebih dahulu, baru kemudian memilih antibiotik yang paling efektif untuk menargetkan bakteri. Antibiotik biasanya diberikan melalui pembuluh darah vena di lengan pada awalnya.
• Mobilisasi sendi secara lembutPergerakan sendi dapat menjaga tubuh dari kekakuan sendi dan otot-otot. Gerakan juga mendorong aliran darah dan sirkulasi yang membantu proses penyembuhan tubuh (Yuliasih, 2009).
OSTEOMIELITIS AKUT
Osteomyelitis adalah proses inflamasi akut atau kronik pada tulang dan struktur sekundernya karena infeksi oleh bakteri piogenik.
Begitu diagnosis secara klinis ditegakkan, ekstremitas yang terkena diistirahatkan dan segera berikan antibiotik. Bila dengan terapi intensif selama 24 jam tidak didapati perbaikan, dianjurkan untuk mengebor tulang yang terkena. Bila ada cairan yang keluar perlu dibor dibeberapa tampat untuk mengurang tekanan intraostal. Cairan tersebut perlu dibiakkan untuk menentuka jenis kuman dan resistensinya. Bila terdapat perbaikan, antibiotik parenteral diteruskan sampai 2 minggu, kemudian diteruskan secara oral paling sedikit empat minggu (Schwartz et al., 2000).
Penanganan yang dilakukan di IGD :
• Resusitasi cairan• Antibiotika.• Antibiotika yang efektif terhadap gram negatif
maupun gram positi diberikan langsung tanpa menunggu hasil biakan darah, dan dilakukan secara parenteral selama 3-6 minggu.
• Pemeriksaan biakan darah.• Imobilisasi anggota gerak yang terkena • Analgetik antipiretik
Sekian Terimakasih