Referat catamenial pneumothorax

29
REFERAT CATAMENIAL PNEUMOTHORAX Disusun oleh : Andreas Kurniawan S 030.08.026 Pembimbing : dr. Dian, Sp. P KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT ANGKATAN LAUT DR. MINTOHARDJO JAKARTA PERIODE 15 JANUARI 2013 – 30 MARET 2013

Transcript of Referat catamenial pneumothorax

Page 1: Referat catamenial pneumothorax

REFERAT

CATAMENIAL PNEUMOTHORAX

Disusun oleh :

Andreas Kurniawan S

030.08.026

Pembimbing :

dr. Dian, Sp. P

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM

RUMAH SAKIT ANGKATAN LAUT DR. MINTOHARDJO JAKARTA

PERIODE 15 JANUARI 2013 – 30 MARET 2013

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

JAKARTA

Page 2: Referat catamenial pneumothorax

Lembar Pengesahan

REFERAT

CATAMENIAL PNEUMOTHORAX

Telah dipresentasikan oleh

Andreas Kurniawan S

030.08.026

Tanggal : Febuari 2013

Tempat : RSAL dr. Mintohardjo Jakarta

Telah disahkan oleh :

Pembimbing Koordinator Kepaniteraan Klinik

dr. Dian, Sp. P dr. Erna Khaeriyah

Page 3: Referat catamenial pneumothorax

BAB I

PENDAHULUAN

Paru paru merupakan organ elastik yang akan mengempis bila tidak ada yang

mempertahankan pengembangannya. Paru-paru mengapung dalam rongga toraks dan

dikelilingi oleh membran yang membentuk dua lapisan yaitu lapisan parietal dan visceral

diantara kedua lapisan ini membentuk rongga pleura, didalamnya terdapat cairan pleura yang

berfungsi sebagai pelumas bagi paru-paru supaya dapat mengembang dan mengempis.

Pneumothorax adalah keadaan terdapatnya gas atau udara di dalam rongga pleura

sehingga menyebabkan tekanan negatif rongga pleura berkurang. tanpa adanya tekanan

negatif yang menjaga paru tetap mengembang maka paru akan kolaps oleh karena sifat

elastisitasnya. Hal ini menyebabkan volume paru berkurang dan dapat menyebabkan gagal

pernafasan. Pneumothoraks terbagi menjadi dua yaitu pneumothoraks spontan dan traumatik.

Pneumothoraks spontan dapat dibagi menjadi primer atau sekunder. Pneumothoraks tramatik

dapat dibagi menjadi iatrogenic atau non iatrogenic.

Insidensi pneumothoraks sering sulit diketahui secara pasti oleh karena banyak

episode yang muncul dan hilang tanpa diketahui. Secara epidemiologi ditemukan lebih sering

muncul pada penderita berumur lebih dari 40 tahun dengan perbandingan laki-laki :

perempuan adalah 5:1.

Dalam perkembangan ilmu kedokteran terdapat kemajuan di bidang penatalaksanan

kasus pneumothoraks. Pendekatan seperti VATS(video assisted thoracoscopy surgery)

memberi banyak keuntungan pada pasien yang mengalami pneumothoraks relaps dan dapat

mengurangi lama rawat inap.1

Page 4: Referat catamenial pneumothorax

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. DEFINISI

Pneumotoraks adalah keadaan terdapatnya udara di dalam rongga pleura.2

2. ETIOLOGI

Etiologi dapat dibagi menjadi 2 yaitu spontan dan traumatik. Spontan berarti

terjadi secara non traumatik. Traumatik disebabkan olehkarena perlukaan.

Pneumothorax spontan dibagi menjadi primer dan sekunder. Pneumothorax

spontan primer terjadi secara idiopatik. Pneumothorax spontan sekunder adalah

disebabkan oleh kelanjutan dari penyakit lain seperti TBC paru, PPOK, Ca paru,

asma, dan pneumonia. Traumatik dibagi dua menjadi iatrogenik dan non

iatrogenik. Iatrogenik disebkan oleh karena tindakan medis.pneumothoraks

traumatik iatrogenic accidental dan artificial. Pneumotoraks traumatik iatrogenik

aksidental adalah suatu pneumotoraks yang terjadi akibat tindakan medis karena

kesalahan atau komplikasi dari tindakan tersebut, misalnya pada parasentesis

dada, biopsi pleura. Pneumotoraks traumatik iatrogenik artifisial (deliberate)

adalah suatu pneumotoraks yang sengaja dilakukan dengan cara mengisikan udara

ke dalam rongga pleura.on iatrogenic disebabkan oleh karena trauma seperti

trauma tajam akibat kecelakaan lalu lintas.3

3. KLASIFIKASI

Pneumothorax diklasifikasikan menjadi berdasarkan etiologi, fistulanya, dan luas

paru yang kolaps. Secara etiologi telah dibahas diatas. Klasifikasi berdasar jenis

fistulanya dibagi menjadi tiga yaitu tertutup (simple pneumothorax), terbuka (open

pneumothorax) dan ventil (tension pneumothorax).

a. Pada pneumothorax tertutup, tidak terdapat hubungan antara dunia luar dengan

rongga pleura termasuk udara bronkus dan tekanan di rongga pleura tetap

negatif. Udara di dalam rongga pleura lama kelamaan akan diserap oleh

jaringan sekitar.

b. Pada pneumothorax terbuka terdapat hubungan antara rongga pleura dengan

dunia luar sehingga tekanan di dalam rongga pleura sama dengan udara luar.

Pada saat inspirasi tekanan rongga pleura menjadi negatif dan saat ekspirasi

menjadi positif seperti keadaan normal. Namun karena ada hubungan dengan

udara luar maka udara akan keluar masuk dari rongga pleura dan bukan dari

Page 5: Referat catamenial pneumothorax

rongga alveoli oleh karena elastisitas paru yang menyebabkan paru mengkerut.

Pada saat ekspirasi mediastinum akan terdorong ke sisi yang sakit karena

tekanan pada sisi yang sakit lebih rendah (sucking wound).

c. Pada ventil pneumothorax, fistel pada pleura bersifat ventil. Pada waktu

inspirasi dapat masuk ke rongga pleura sedangkan saat ekspirasi udara di

dalam rongga pleura terperangkap. Keadaan tersebut menyebabkan tekanan di

rongga pleura semakin bertambah setiap kali inspirasi sehingga paru dan

mediastinum dapat terdesak ke sisi yang sehat. Pneumothoraks seperti ini

sangat mungkin terjadinya gagal nafas dan gangguan hemodinamik.

Pembagian jenis pneumothoraks menurut luas paru yang mengalami kolaps ada

dua:

a. Pneumothoraks parsialis, yaitu yang mnekan sebagian kecil paru (<50%

volume paru)

b. Pneumothoraks totalis, yaitu pneumothoraks yang mengenai sebagian besar

paru (>50% volume paru )

c. Cara perhitungan luas pneumothoraks

i. Rasio antara volume paru yang tersisa dengan volume

hemitoraks, dimana masing-masing volume paru dan

hemitoraks diukur sebagai volume kubus (2).

Misalnya : diameter kubus rata-rata hemitoraks adalah 10cm dan diameter

kubus rata-rata paru-paru yang kolaps adalah 8cm, maka rasio

diameter kubus adalah :

83 512______ = ________ = ± 50 % 103 1000

ii. Menjumlahkan jarak terjauh antara celah pleura pada garis

vertikal, ditambah dengan jarak terjauh antara celah pleura pada

garis horizontal, ditambah dengan jarak terdekat antara celah

pleura pada garis horizontal, kemudian dibagi tiga, dan dikalikan

sepuluh (2).

Page 6: Referat catamenial pneumothorax

d. Rasio antara selisih luas hemitoraks dan luas paru yang kolaps dengan

luas hemitoraks (4).

4. PATOFISIOLOGI

Paru-paru dibungkus oleh dua lapisan yang terdiri dari satu membran

yang membentuk pleura viceralis dan pleura parietalis. Diantara pleura

viceralis dan parietalis terdapat cavum pleura. Dalam cavum pleura

terdapat sekitar 1cc cairan pleura yang berguna sebagai pelumas paru

saat mengembang. Tekanan intra pleura selalu negatif dalam keadaan

normal. Tekanan

negatif pada intrapleura membantu dalam proses respirasi. Secara garis

besar, semua jenis pneumotorak mempunyai dasar patofisiologi yang

hampir sama. Mekanisme pada saat inspirasi oleh karena tekanan negatif

(L) hemitorak – (L) kolaps paru

(AxB) - (axb)_______________ x 100 % AxB

% luas pneumotoraks

A + B + C (cm) = __________________ x 10

3

Page 7: Referat catamenial pneumothorax

pleura maka bila ada hubungan antara dunia luar dengan cavum pleura

maka udara akan masuk ke dalam pleura dan paru tidak akan

mengembang. Pada pneumothoraks, tekanan dalam cavum pleura

menjadi semakin positif oleh karena terdapatnya udara di dalam rongga

pleura. Pada keadaan tersebut paru akan mengganggu ekspansi paru

oleh karena tekanan di rongga pleura yang negatif diperlukan untuk

menjaga supaya paru mengikuti gerak dinding dada. Bila jumlah udara

cukup banyak maka pada saat inspirasi terjadi hiperekspansi cavum

pleura yang dapat mengakibatkan penekanan pada mediastinum yang

kemudian menekan sisi dada yang sehat. Pada saat ekspirasi,

mediastinal kembali lagi ke posisi semula. Proses  yang  terjadi ini dikenal

dengan mediastinal flutter. Pneumotorak  ini  terjadi  biasanya  pada  satu

sisi,  sehingga respirasi  paru  sisi  sebaliknya  masih

bisa menerima udara secara maksimal dan bekerja dengan sempurna.

Bila karena luka yang bersifat ventil, udara akan masuk ke rongga pleura

setiap kali inspirasi dan terperangkap saat ekspirasi, hiperekspansi 

cavum  pleura  pada  saat inspirasi menekan mediastinal ke sisi yang

sehat dan saat ekspirasi udara terjebak pada paru dan cavum pleura

terjadilah penekanan vena cava, shunting udara ke paru yang sehat, dan

obstruksi jalan napas. Akibatnya dapat timbulah gejala pre-shock atau

shock oleh karena penekanan vena cava. Kejadian ini dikenal dengan

tension pneumotorak.

5. EPIDEMIOLOGI

Data epidemiologi berbeda-beda berdasarkan jenis pneumothorax.

1. Pneumothoraks spontan primer, sekunder dan rekuring:

Sangat mungkin bahwa insidensi pneumothorax spontan primer

dibawah perkiraan. Lebih dari 10% pasien asimtomatik, dan yang memiliki

gejala ringan sering tidak berobat. Sering muncul pada grup usia 20-30 tahun,

dengan insidensi tertinggi pada umur 20-an awal. Jarang ditemukan pada

individu diatas umur 40 tahun. Pria memiliki insidensi 7,4-18 kasus per

100.000 orang per tahun dan pada wanita1,2-6 kasus per 100.000 orang per

tahun. Perbandingan antara pria dan wanita adalah 6,2:1.

Page 8: Referat catamenial pneumothorax

Pada pneumothoraks spontan sekunder muncul lebih sering pada usai

60-65 tahun. Insidensi antara 6,3 kasus per 100.000 orang per tahun untuk

wanita dan 2per100.000 pada wanita. Perbandingan antara pria dan wanita

adalah 3,2:1. Penyakit paru obstruktif kronis adalah penyebab yang sering

pada pneumothoraks spontan sekunder dengan insidensi 26:100.000 kasus

per tahun.

Hal-hal yang dapat meningkatkan insidensi pneumothorax: merokok

meningkatkan resiko 20 kali lipat pada pria dan 10 kali lipat pada wanita,

meningkat setara dengan jumlah rokok yang dikonsumsi per hari. Habitus

tubuh pria kurus tinggi antara umur 20-40 memiliki tingkat insidensi tertinggi.

2. Pneumothorax traumatik

Tension dan traumatik pneumothorax muncul lebih sering dari pada

pneumothorax spontan, dan meningkat oleh karena meningkatnya jumlah

fasilitas perawatan intensif yang semakin menambah jumlah penggunaan

modalitas ventilator tekanan positif dan penempatan kateter vena sentral

yang meningkatkan potensial terjadinya pneumothorax iatrogenic.

Insidensi pneumothorax iatrogenic adalah antara 5-7:10.000 pasien

rawat inap, dengan pasien bedah thorax dieksklusikan karena merupakan

outcome yang sering terjadi.

Pneumothorax muncul pada 1-2% dari semua neonatus, dengan

insidensi lebih tinggi pada bayi dengan neonatal respiratory distres syndrome.

Terdapat penelitian yang melaporkan insidensi setinggi 19%.

3. Pneumothoraks ventil

Pneumothorax ventil adalah komplikasi pada 1-2% pasien

pneumothorax spontan. Sampai akhir abad ke-19 tuberkulosis merupakan

etiologi terbanyak dari pneumothorax spontan, 1,4% penderita tuberkulosis

mengalami pneumothorax.

Insidensi pneumothoraks venitl sulit ditentukan, 10-30% pasien trauma

di US menerima thorachostomi, namun tidak semua benar-benar memiliki

pneumothoraks ventil. Angka tersebut tinggi oleh karena resiko misdiagnosa

dapat mengakibatkan kematian.

4. Katamenial pneumothorax

Page 9: Referat catamenial pneumothorax

Insidensi catamenial pneumothorax sangat jarang yang muncul pada

wanita umur 30-50 tahun. Secara tipikal muncul 1-3 hari setelah onset

menstruasi.

6. MANIFESTASI KLINIS

Berdasarkan anamnesis, gejala dan keluhan yang sering muncul

adalah (2), (4), (5) :

1. Sesak napas, didapatkan pada hampir 80-100% pasien. Seringkali

sesak dirasakan mendadak dan dapat bertambah makin berat.

2. Nyeri dada, yang didapatkan pada 75-90% pasien. Nyeri dirasakan

tajam pada sisi yang sakit, terasa berat, tertekan dan terasa lebih nyeri

pada gerak pernapasan.

3. Batuk-batuk, yang didapatkan pada 25-35% pasien.

4. Denyut jantung dan frekuensi nafas meningkat.

5. Kulit mungkin tampak sianosis karena kadar oksigen darah yang

kurang.

6. Tidak menunjukkan gejala (silent) yang terdapat pada 5-10% pasien,

biasanya pada jenis pneumotoraks spontan primer.

Berat ringannya keadaan penderita tergantung pada tipe pneumotoraks

tersebut, (2):

1. Pneumotoraks tertutup atau terbuka, sering tidak berat

2. Pneumotoraks ventil dengan tekanan positif tinggi, sering dirasakan lebih

berat

3. Berat ringannya pneumotoraks tergantung juga pada keadaan paru yang lain

serta ada tidaknya jalan napas.

4. Nadi cepat dan pengisian masih cukup baik bila sesak masih ringan, tetapi

bila penderita mengalami sesak napas berat, nadi menjadi cepat dan kecil

disebabkan pengisian yang kurang.

Pada pemeriksaan fisik torak didapatkan (3), (4):

1. Inspeksi :

Page 10: Referat catamenial pneumothorax

a. Dapat terjadi pencembungan pada sisi yang sakit (hiper ekspansi

dinding dada)

b. Pada waktu respirasi, bagian yang sakit gerakannya tertinggal

c. Trakea dan jantung terdorong ke sisi yang sehat

2. Palpasi :

a. Pada sisi yang sakit, ruang antar iga dapat normal atau melebar

b. Iktus jantung terdorong ke sisi toraks yang sehat

c. Fremitus suara melemah atau menghilang pada sisi yang sakit

3. Perkusi :

a. Suara ketok pada sisi sakit, hipersonor sampai timpani dan tidak

menggetar

b. Batas jantung terdorong ke arah toraks yang sehat, apabila tekanan

intrapleura tinggi

4. Auskultasi :

a. Pada bagian yang sakit, suara napas melemah sampai menghilang

b. Suara vokal melemah dan tidak menggetar serta bronkofoni negatif

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG1. Foto Röntgen

Gambaran radiologis yang tampak pada foto röntgen kasus

pneumotoraks antara lain (6):

a. Bagian pneumotoraks akan tampak lusen, rata dan paru yang kolaps

akan tampak garis yang merupakan tepi paru. Kadang-kadang paru

yang kolaps tidak membentuk garis, akan tetapi berbentuk lobuler sesuai

dengan lobus paru.

b. Paru yang mengalami kolaps hanya tampak seperti massa radio opaque

yang berada di daerah hilus. Keadaan ini menunjukkan kolaps paru yang

luas sekali. Besar kolaps paru tidak selalu berkaitan dengan berat ringan

sesak napas yang dikeluhkan.

c. Jantung dan trakea mungkin terdorong ke sisi yang sehat, spatium

intercostals melebar, diafragma mendatar dan tertekan ke bawah.

Apabila ada pendorongan jantung atau trakea ke arah paru yang sehat,

kemungkinan besar telah terjadi pneumotoraks ventil dengan tekanan

intra pleura yang tinggi.

Page 11: Referat catamenial pneumothorax

d. Pada pneumotoraks perlu diperhatikan kemungkinan terjadi keadaan

sebagai berikut (3):

1) Pneumomediastinum, terdapat ruang atau celah hitam pada tepi

jantung, mulai dari basis sampai ke apeks. Hal ini terjadi apabila

pecahnya fistel mengarah mendekati hilus, sehingga udara yang

dihasilkan akan terjebak di mediastinum.

2) Emfisema subkutan, dapat diketahui bila ada rongga hitam dibawah

kulit. Hal ini biasanya merupakan kelanjutan dari

pneumomediastinum. Udara yang tadinya terjebak di mediastinum

lambat laun akan bergerak menuju daerah yang lebih tinggi, yaitu

daerah leher. Di sekitar leher terdapat banyak jaringan ikat yang

mudah ditembus oleh udara, sehingga bila jumlah udara yang

terjebak cukup banyak maka dapat mendesak jaringan ikat tersebut,

bahkan sampai ke daerah dada depan dan belakang.

3) Bila disertai adanya cairan di dalam rongga pleura, maka akan

tampak permukaan cairan sebagai garis datar di atas diafragma

Foto Rö pneumotoraks (PA), bagian yang ditunjukkan dengan anak

panah merupakan bagian paru yang kolaps

1. Analisa Gas Darah

Page 12: Referat catamenial pneumothorax

Analisis gas darah arteri dapat memberikan gambaran hipoksemi

meskipun pada kebanyakan pasien sering tidak diperlukan. Pada pasien

dengan gagal napas yang berat secara signifikan meningkatkan mortalitas

sebesar 10%.

2. CT-scan thorax

CT-scan toraks lebih spesifik untuk membedakan antara emfisema

bullosa dengan pneumotoraks, batas antara udara dengan cairan intra dan

ekstrapulmoner dan untuk membedakan antara pneumotoraks spontan primer

dan sekunder.

7. PENATALAKSANAAN

Tujuan utama penatalaksanaan pneumotoraks adalah untuk mengeluarkan udara

dari rongga pleura dan menurunkan kecenderungan untuk kambuh lagi. Pada

prinsipnya, penatalaksanaan pneumotoraks adalah sebagai berikut :

1. Observasi dan Pemberian O2

Apabila fistula yang menghubungkan alveoli dan rongga pleura telah

menutup, maka udara yang berada didalam rongga pleura tersebut akan

diresorbsi. Laju resorbsi tersebut akan meningkat apabila diberikan tambahan

O2. Observasi dilakukan dalam beberapa hari dengan foto toraks serial tiap

12-24 jam pertama selama 2 hari (2). Tindakan ini terutama ditujukan untuk

pneumotoraks tertutup dan terbuka (4).

2. Tindakan dekompresi

Hal ini sebaiknya dilakukan seawal mungkin pada kasus pneumotoraks

yang luasnya >15%. Pada intinya, tindakan ini bertujuan untuk mengurangi

Page 13: Referat catamenial pneumothorax

tekanan intra pleura dengan membuat hubungan antara rongga pleura

dengan udara luar dengan cara (2) :

a. Menusukkan jarum melalui dinding dada terus masuk rongga pleura,

dengan demikian tekanan udara yang positif di rongga pleura akan

berubah menjadi negatif karena mengalir ke luar melalui jarum tersebut (2), (4).

b. Membuat hubungan dengan udara luar melalui kontra ventil :

1) Dapat memakai infus set

Jarum ditusukkan ke dinding dada sampai ke dalam rongga

pleura, kemudian infus set yang telah dipotong pada pangkal

saringan tetesan dimasukkan ke botol yang berisi air. Setelah

klem penyumbat dibuka, akan tampak gelembung udara yang

keluar dari ujung infus set yang berada di dalam botol (4).

2) Jarum abbocath

Jarum abbocath merupakan alat yang terdiri dari gabungan

jarum dan kanula. Setelah jarum ditusukkan pada posisi yang

tetap di dinding toraks sampai menembus ke rongga pleura, jarum

dicabut dan kanula tetap ditinggal. Kanula ini kemudian

dihubungkan dengan pipa plastik infus set. Pipa infuse ini

selanjutnya dimasukkan ke botol yang berisi air. Setelah klem

penyumbat dibuka, akan tampak gelembung udara yang keluar

dari ujung infuse set yang berada di dalam botol (4).

3) Pipa water sealed drainage (WSD)

Pipa khusus (toraks kateter) steril, dimasukkan ke rongga

pleura dengan perantaraan troakar atau dengan bantuan klem

penjepit. Pemasukan troakar dapat dilakukan melalui celah yang

telah dibuat dengan bantuan insisi kulit di sela iga ke-4 pada linea

mid aksilaris atau pada linea aksilaris posterior. Selain itu dapat

pula melalui sela iga ke-2 di garis mid klavikula.

Setelah troakar masuk, maka toraks kateter segera

dimasukkan ke rongga pleura dan kemudian troakar dicabut,

sehingga hanya kateter toraks yang masih tertinggal di rongga

pleura. Selanjutnya ujung kateter toraks yang ada di dada dan

pipa kaca WSD dihubungkan melalui pipa plastik lainnya. Posisi

Page 14: Referat catamenial pneumothorax

ujung pipa kaca yang berada di botol sebaiknya berada 2 cm di

bawah permukaan air supaya gelembung udara dapat dengan

mudah keluar melalui perbedaan tekanan tersebut (3), (4).

Penghisapan dilakukan terus-menerus apabila tekanan

intrapleura tetap positif. Penghisapan ini dilakukan dengan

memberi tekanan negatif sebesar 10-20 cm H2O, dengan tujuan

agar paru cepat mengembang. Apabila paru telah mengembang

maksimal dan tekanan intra pleura sudah negatif kembali, maka

sebelum dicabut dapat dilakukuan uji coba terlebih dahulu dengan

cara pipa dijepit atau ditekuk selama 24 jam. Apabila tekanan

dalam rongga pleura kembali menjadi positif maka pipa belum

bisa dicabut. Pencabutan WSD dilakukan pada saat pasien dalam

keadaan ekspirasi maksimal (2).

3. Torakoskopi

Yaitu suatu tindakan untuk melihat langsung ke dalam rongga toraks

dengan alat bantu torakoskop.

4. Torakotomi

5. Tindakan bedah (4)

a. Dengan pembukaan dinding toraks melalui operasi, kemudian dicari

lubang yang menyebabkan pneumotoraks kemudian dijahit

Page 15: Referat catamenial pneumothorax

b. Pada pembedahan, apabila ditemukan penebalan pleura yang

menyebabkan paru tidak bias mengembang, maka dapat dilakukan

dekortikasi.

c. Dilakukan resesksi bila terdapat bagian paru yang mengalami robekan

atau terdapat fistel dari paru yang rusak

d. Pleurodesis. Masing-masing lapisan pleura yang tebal dibuang,

kemudian kedua pleura dilekatkan satu sama lain di tempat fistel

6. Non medikamentosa

a. Apabila terdapat proses lain di paru, maka pengobatan tambahan

ditujukan terhadap penyebabnya. Misalnya : terhadap proses TB paru

diberi OAT, terhadap bronkhitis dengan obstruksi saluran napas diberi

antibiotik dan bronkodilator (4).

b. Istirahat total untuk menghindari kerja paru yang berat (4).

c. Pemberian antibiotik profilaksis setelah setelah tindakan bedah dapat

dipertimbangkan, untuk mengurangi insidensi komplikasi, seperti

emfisema (3).

7. Rehabilitasi(4)

a. Penderita yang telah sembuh dari pneumotoraks harus dilakukan

pengobatan secara tepat untuk penyakit dasarnya.

b. Untuk sementara waktu, penderita dilarang mengejan, batuk atau

bersin terlalu keras.

c. Bila mengalami kesulitan defekasi karena pemberian antitusif, berilah

laksan ringan.

d. Kontrol penderita pada waktu tertentu, terutama kalau ada keluhan

batuk, sesak napas.

Page 16: Referat catamenial pneumothorax

BAB III

CATAMENIAL PNEUMOTHORAX

1. DEFINISI

Catamenial pneumothorax didefinisikan sebagai pneumothoraks

spontan dan recurent yang muncul dalam 72 jam setelah onset

menstruasi.7

2. ETIOLOGI

Penyebab catamenial pneumothorax masih kurang dimengerti namun

diduga oleh karena defek pada diafragma dan implant jaringan

endometrium. Penemuan paling sering pada video-assisted thoracic

surgery, defek diafragma dan nodul-nodul pada pleura viceralis. Pada

pemeriksaan patologi menunjukkan jaringan endometriosis. Temuan-

temuan pada bedah eksplorasi mendukung teori udara yang masuk

melalui transabdomen-transdiafragma sebagai patogenesis catamenial

pneumothorax. 7

3. EPIDEMIOLOGI

Catamenial pneumothorax terdapat pada wanita dengan grup usia

paling sering antara umur 20-40 tahun. Dan muncul hanya pada

hemithorax kanan oleh karena penyebab yang tidak diketahui. Insidensi

pastinya tidak diketahui.

4. PATOFISIOLOGI

Pada catamenial pneumothorax, terdapat jaringan endometrium di

pleura dan diafragma. Jaringan tersebut secara hormonal birsifat

fungsional dalam arti akan mengalami siklus penebalan dan meluruh yang

sama selayaknya jaringan endometrium sesuai dengan stimulus hormon

gonad. Pada pasien dengan catamenial pneumothorax yang memiliki

endometriosis, pneumothoraks terjadi karena proses meluruhnya jaringan

endometriosis dalam pleura. Terdapat 3 teori mengenai bagaimana

jaringan endometriosis dapat masuk ke dalam rongga pleura dan

diafragma. Yaitu teori coelomic metaplasia, embolisme jaringan

endometrium melalui saluran limfa dan pembuluh darah, dan migrasi

jaringan endometrium transabdominal-transdiafragma. Teori pertama

berhipotesa bahwa jaringan pleura dan uterus serta peritoneum berasal

Page 17: Referat catamenial pneumothorax

dari jaringan mesoepitelium yang sama dalam embrio sehingga bila

terdapat stimuli patologis maka akan terjadi metaplasia menjadi jaringan

endometrium. Namun teori tersebut tidak menjelaskan mengapa

catamenial pneumothoraks terdapat pada hemithorax kanan dan mengapa

dapat terjadi endometriosis di jaringan tubuh lainnya seperti di otak. Teori

kedua membahas mengenai sel-sel endometrium yang mengalami

embolisasi karena trauma atau peluruhan masuk ke dalam limfe atau

pembuluh darah dan bersirkulasi sampai dia berimplan di suatu jaringan

dalam tubuh. Teori ini memiliki cukup banyak pendukung namun tidak

menjelaskan mengapa catamenial pneumothoraks hanya terjadi id bagian

hemithorax kanan. Pada teori ketiga mengenai migrasi transabdominal-

transdafragma menjelaskan bagaimana di rongga peritonium terdapat

suatu aliran yang ada secara fisiologis dari uterus ke diafragma bagian

kanan yang membawa debris, pus, sel, dan udara dari rongga pelvis ke

diafragma bagian kanan. Dimana pada diafragma, dalam penelitian lain,

sering memiliki defek congenital ke dalam rongga pleura. Teori ini

menjelaskan mengapa selalu terjadi pneumothoraks kanan. Namun

sampai sekarang bagaimana pastinya terjadinya catamenial

pneumothorax seperti mengapa proses peluruhan jaringan endometrium

dapat menyebabkan masuknya udara ke dalam rongga pleura masih

belum diketahui

5. MANIFESTASI KLINIS

Pada anamnesis, pasien wanita berumur antara 20-40 tahun datang

dengan keluhan yang muncul dalam 72 jam setelah mulainya menstruasi,

pneumothorax kanan dan rekuren dapat menambahkan kecurigaan ke

arah catamenial pneumothorax. Pada sebagian besar kasus pasien

memiliki riwayat endometriosis.

Pada pemeriksaan fisik, tidak dapat dibedakan dari pneumothorax

spontan primer.

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. X-ray thorax : ditemukan pneumothorax kanan

b. Video-asisted thoracoscopy : ditemukan lesi endometrium berbentuk

bulat oval tidak menonjol dengan diameter 2-10mm berwarna coklat

sampai ungu(violet) pada pleura viceral, parietal, diafragma atau

Page 18: Referat catamenial pneumothorax

apikal. Dapat juga ditemukan defec pada diafragma yang berukuran

hanya beberapa milimeter, paling sering pada pars tendinosus.

c. Video-asisted laparascopy : dapat ditemukan endometriosis pada

diafragma

d. Broncoscopy : jarang menemukan adanya lesi. Dapat ditemukan lesi

berupa perdarahan lokal dengan produksi lendir yang menonjol atau

bisa juga berupa hanya lesi kemerahan. Namun biopsi PA dengan

bronkoskopi jarang menunjukan hasil positif sedangkan dengan

menggunakan brush swab jelas positif sitologi.

e. Patologi anatomi: ditemukan jaringan endometrium yang tampak

secara makroskopis pada pleura atau diafragma atau pada bagian

tubuh lain. Temuan histologi berupa kelenjar dan stroma endometrium

dan epitel kubus berlapis semu sampai batang serta makrofag dengan

hemosiderin.

7. TERAPI

a. Terapi medikamentosa untuk catamenial pneumothorax berorientasi

dalam terapi endometriosis dengan menekan endometrium ektopik. Ini

dapat dicapai dengan memberikan gonadotropin-releasing hormone

antagonists seperti Luprin (189). Terapi hormon tidak selalu dapat

mencegah catamenial pneumothorax dan rekurensi lebih dari 50%

b. Terapi pembedahan berupa thoracoscopy dengan penutupan pada

defec diafragma, reseksi bleb di pleura dan paru.

c. Video-asisted thoracic surgery

i. Definisi : merupakan sejenis bedah thorax dengan

menggunakan bantuan video kamera kecil untuk melihat ke

dalam rongga thorax sehingga dapat melakukan pembedahan

dengan hanya menggunaka insisi yang kecil.

ii. Pada catamenial pneumothorax, bila ditemukan lesi

endometriosis pada saat eksplorasi pleura maka akan segera

dilakukan intervensi dengan reseksi lesi dan untuk kepentingan

diagnostik dilakukan pemeriksaan patologi anatominya.

d. Diaphragma resection

e. Hanya menutup defek pada diafragma dengan menggunakan

penjahitan sederhana menunjukkan angka rekurensi yang tinggi dan

Page 19: Referat catamenial pneumothorax

tidak memberikan bahan pemeriksaan patologi anatomi. Selain itu lesi

endometriosis yang ditinggal dapat menyebabkan terjadinya

pembentukan defek baru pada diafragma serta kemungkinan

penyebaran lesi endometriosis. Disarankan dilakukan reseksi

diafragma dan penutupan dengan endoscopic stapler untuk lesi kurang

dari 3cm dan mini video-assisted toracic surgery dan penutupan

dengan penjahitan berbentuk x untuk lesi yang lebih besar.

BAB IV

KESIMPULAN

Pneumotoraks merupakan suatu keadaan dimana rongga pleura terisi oleh

udara, sehingga menyebabkan pendesakan terhadap jaringan paru yang

menimbulkan gangguan dalam pengembangannya terhadap rongga dada saat

proses respirasi. Oleh karena itu, pada pasien sering mengeluhkan adanya sesak

napas dan nyeri dada.

Berdasarkan penyebabnya, pneumotoraks dapat terjadi baik secara spontan

maupun traumatik. Pneumotoraks spontan itu sendiri dapat bersifat primer dan

sekunder. Sedangkan pneumotoraks traumatik dapat bersifat iatrogenik dan non

iatrogenik. Dan menurut fistel yang terbentuk, maka pneumotoraks dapat bersifat

terbuka, tertutup dan ventil (tension).

Dalam menentukan diagnosa pneumotoraks seringkali didasarkan pada hasil

foto röntgen berupa gambaran translusen tanpa adanya corakan bronkovaskuler

pada lapang paru yang terkena, disertai adanya garis putih yang merupakan batas

paru (colaps line). Dari hasil röntgen juga dapat diketahui seberapa berat proses

yang terjadi melalui luas area paru yang terkena pendesakan serta kondisi jantung

dan trakea.

Pada prinsipnya, penanganan pneumotoraks berupa observasi dan

pemberian O2 yang dilanjutkan dengan dekompresi. Untuk pneumotoraks yang berat

dapat dilakukan tindakan pembedahan. Sedangkan untuk proses medikasi

disesuaikan dengan penyakit yang mendasarinya. Tahap rehabilitasi juga perlu

diperhatikan agar pneumotoraks tidak terjadi lagi.

Page 20: Referat catamenial pneumothorax

DAFTAR PUSTAKA

1. Guyton, Arthur, C. Hall, John, E. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9.

Jakarta : EGC; 1997. p. 598.

2. Sudoyo, Aru, W. Setiyohadi, Bambang. Alwi, Idrus. K, Marcellus, Simadibrata.

Setiati, Siti. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi IV. Jakarta : Pusat

Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia; 2006. p. 1063.

3. Bowman, Jeffrey, Glenn. Pneumothorax, Tension and Traumatic. Updated:

2010 May 27; cited 2011 January 10. Available from

http://emedicine.medscape.com/article/827551

4. Alsagaff, Hood. Mukty, H. Abdul. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya :

Airlangga University Press; 2009. p. 162-179

5. Schiffman, George. Stoppler, Melissa, Conrad. Pneumothorax (Collapsed

Lung). Cited : 2011 January 10. Available from :

http://www.medicinenet.com/pneumothorax/article.htm

6. Malueka, Rusdy, Ghazali. Radiologi Diagnostik. Yogyakarta : Pustaka

Cendekia Press; 2007. p. 56

7. A Bobbio, R trisolini, D Damotte, M Alifano. Thoracic Endometriosis and

Catamenial Pneumothorax. Chapter 15. European Respiratory Monograph

54: Orphan Lung Diseases. European Respiratory Surgery; 2011. P.

265-273.