Referat Anestesi Regional

25
BAB I PENDAHULUAN Seperti yang telah diketahui, setiap pasien yang akan menjalani prosedur tindakan invasif, seperti tindakan bedah akan sebelumnya akan menjalani prosedur anestesi terlebih dahulu. Anestesi merupakan suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Obat yang berfungsi untuk menghilangkan nyeri terbagi ke dalam dua kategori, yaitu analgetik dan anestesi. Analgetik adalah obat pereda nyeri tanpa disertai hilangnya perasaan secara total. Seseorang yang mengkonsumsi analgetik tetap berada dalam keadaan sadar. Analgetik tidak selalu menghilangkan seluruh rasa nyeri, tetapi selalu meringankan rasa nyeri. Beberapa jenis anestesi menyebabkan hilangnya kesadaran, sedangkan jenis yang lainnya hanya menghilangkan nyeri dari bagian tubuh tertentu dan pemakainya tetap sadar. Terdapat beberapa tipe anestesi, yang pertama anestesi total , yaitu hilangnya kesadaran secara keseluruhan, anestesi lokal -, yaitu hilangnya rasa hanya pada daerah tertentu yang

description

tentang anestesi yg dibutuhkan para dokter muda di indonesia

Transcript of Referat Anestesi Regional

Page 1: Referat Anestesi Regional

BAB I

PENDAHULUAN

Seperti yang telah diketahui, setiap pasien yang akan menjalani prosedur tindakan

invasif, seperti tindakan bedah akan sebelumnya akan menjalani prosedur anestesi terlebih

dahulu. Anestesi merupakan suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan

pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh.

Obat yang berfungsi untuk menghilangkan nyeri terbagi ke dalam dua kategori, yaitu

analgetik dan anestesi. Analgetik adalah obat pereda nyeri tanpa disertai hilangnya perasaan

secara total. Seseorang yang mengkonsumsi analgetik tetap berada dalam keadaan sadar.

Analgetik tidak selalu menghilangkan seluruh rasa nyeri, tetapi selalu meringankan rasa

nyeri. Beberapa jenis anestesi menyebabkan hilangnya kesadaran, sedangkan jenis yang

lainnya hanya menghilangkan nyeri dari bagian tubuh tertentu dan pemakainya tetap sadar.

Terdapat beberapa tipe anestesi, yang pertama anestesi total , yaitu hilangnya

kesadaran secara keseluruhan, anestesi lokal -, yaitu hilangnya rasa hanya pada daerah

tertentu yang diinginkan atau pada sebagian kecil daerah tubuh, anestesi regional yaitu

hilangnya rasa pada bagian yang lebih luas dari tubuh oleh blokade selektif pada jaringan

spinal atau saraf yang berhubungan dengannya.

Pembiusan lokal atau anestesi lokal adalah salah satu jenis anestesi yang hanya

melumpuhkan sebagian tubuh manusia dan tanpa menyebabkan manusia kehilangan

kesadaran. Obat anestesi jenis ini bila digunakan dalam operasi pembedahan, maka setelah

selesai operasi tidak membuat lama waktu pemulihannya setelah operasi.

Page 2: Referat Anestesi Regional

BAB II

ANESTESI REGIONAL

A. Definisi

Anestesi regional adalah hambatan impuls nyeri suatu bagian tubuh untuk

sementara pada impuls saraf sensorik, sehingga impuls nyeri dari satu bagian tubuh

diblokir untuk sementara atau dapat kembali seperti semula. Fungsi motorik dapat

terpengaruh sebagian atau seluruhnya, namun kondisi pasien dalam keadaan sadar.

B. Pembagian Anestesi/Analgesia Regional

1. Blok sentral atau blok neuroaksial, yang meliputi blok spinal, epidural, dan

kaudal. Tindakan ini sering dikerjakan.

2. Blok perifer atau blok saraf, yang meliputi anestesi topikal, infiltrasi lokal, blok

lapangan, dan analgesia regional intravena.

C. Keuntungan Anestesia Regional

1. Alat yang dibutuhkan tidak banyak dan teknik relatif sederhana, sehingga biaya

relatif lebih murah.

2. Relatif aman untuk pasien yang tidak puasa (untuk operasi darurat, dalam

keadaan lambung penuh) karena penderita sadar.

3. Tidak adanya komplikasi jalan nafas dan respirasi.

4. Tidak adanya polusi kamar operasi oleh gas anestesi.

5. Perawatan setelah operasi lebih ringan.

D. Kerugian Anestesia Regional

1. Tidak semua penderita mau dilakukan anestesi secara regional.

2. Membutuhkan kerjasama pasien yang kooperatif.

3. Sulit diterapkan pada anak-anak.

4. Tidak semua ahli bedah memilih anestesi regional.

5. Terdapat kemungkinan kegagalan pada teknik anestesi regional.

E. Persiapan Anestesi Regional

Page 3: Referat Anestesi Regional

Persiapan anestesi regional kurang lebih sama dengan persiapan anestesi umum karena

untuk mengantisipasi terjadinya toksik pada seluruh tubuh yang bisa berakibat fatal, perlu

persiapan resusitasi seperti pada persiapan anestesi umum. Misalnya: obat anestesi

spinal/epidural masuk ke pembuluh darah akan menyebabkan terjadinya kolaps

kardiovaskular sampai henti jantung atau cardiac arrest. Juga untuk mengantisipasi

terjadinya kegagalan, sehingga operasi bisa dilanjutkan dengan anestesi umum.

PEMBAHASAN BLOK SENTRAL

Neuroaksial blok yang meliputi spinal dan epidural anestesi, akan menyebabkan blok

simpatis, analgesia sensoris dan blok motoris (tergantung dari dosis, konsentrasi dan volume

obat dari anestesi lokal tersebut).

I. Anastesi Spinal

Anestesi spinal ialah pemberian obat anesteti lokal ke dalam ruang

subarackhnoid. Anestesi spinal diperoleh dengan cara menyuntikkan anesteti lokal ke

dalam rongga subarachnoid. Anestesi spinal/subaraknoid disebut juga sebagai

analgesi/blok spinal intradural atau blok intratekal.

Untuk mencapai cairan serebrospinal, maka jarum suntik akan menembus kulit

subkutis Lig. Supraspinosum Lig. Interspinosum Lig. Flavum ruang

epidural durameter ruang subarachnoid.

Gambar II.1 Lokasi penusukan jarum pada anestesi spinal

Page 4: Referat Anestesi Regional

Medulla spinalis berada didalam kanalis spinalis dikelilingi oleh cairan

serebrospinal, dibungkus oleh meningens yang terdiri dari duramater, lemak dan

pleksus venosus. Pada dewasa berakhir setinggi L1, pada anak L2 dan pada bayi L3.

Oleh karena itu, anestesi spinal dilakukan ruang sub arachnoid di daerah antara

vertebra L2-L3 atau L3-L4 atau L4-L5.

Indikasi dari anestesi spinal :

1.  Bedah ekstremitas bawah

2.  Bedah panggul

3.  Tindakan sekitar rektum perineum

4.  Bedah obstetrik-ginekologi

5.  Bedah urologi

6.  Bedah abdomen bawah

7.  Pada bedah abdomen atas dan bawah pediatrik biasanya dikombinasikan v

dengan anesthesia umum ringan

Kontra indikasi absolut dari anestesi spinal :

1.  Pasien menolak

2.  Infeksi pada tempat suntikan

3.  Hipovolemia berat atau syok

4.  Koagulapatia atau mendapat terapi koagulan

5.  Tekanan intrakranial meningkat

6.  Fasilitas resusitasi minim

7.  Kurang pengalaman tanpa didampingi konsulen anestesi

8. Terdapat perdarahan intra atau ekstra kranial.

Kontra indikasi relatif dari anestesi spinal:

1.  Infeksi sistemik

2.  Infeksi sekitar tempat suntikan

3.  Kelainan neurologis

4.  Kelainan psikis

5.  Prediksi bedah yang berjalan lama

6.  Penyakit jantung

7.  Hipovolemia ringan

Page 5: Referat Anestesi Regional

8.  Nyeri punggung kronik

Persiapan analgesia spinal

Pada dasarnya persiapan untuk analgesia spinal seperti persiapan pada

anastesia umum. Daerah sekitar tempat tusukan diteliti apakah akan menimbulkan

kesulitan, misalnya ada kelainan anatomis tulang punggung atau pasien gemuk sekali

sehingga tak teraba tonjolan prosesus spinosus. Selain itu perlu diperhatikan hal-hal di

bawah ini:

1.      Informed consent

Kita tidak boleh memaksa pasien untuk menyetujui anestesi spinal

2.      Pemeriksaan fisik

Tidak dijumpai kelainan spesifik seperti kelainan tulang punggung

3.      Pemeriksaan laboratorium anjuran

Hemoglobin, Hematokrit, Protrombin Time, Partial Tromboplastin Time,

Bleeding Time, dan Clothing Time.

Peralatan analgesia spinal

1.      Peralatan monitor, yaitu tekanan darah, nadi, saturasi oksigen, dan EKG.

2.      Peralatan resusitasi

3.      Jarum spinal

Jarum spinal dengan ujung tajam (ujung bambu runcing/quinckebacock) atau

jarum spinal dengan ujung pensil (pencil point whitecare)

Gambar II.2 Jenis jarum Spinal

Page 6: Referat Anestesi Regional

Anastetik lokal untuk analgesia spinal

Berat jenis cairan cerebrospinalis pada 37 derajat celcius adalah 1.003-1.008. 

Anastesi lokal dengan berat jenis sama dengan cairan serebrospinalis disebut isobarik.

Anastesi lokal dengan berat jenis lebih besar dari cairan serebrospinalis disebut

hiperbarik. Anastesi lokal dengan berat jenis lebih kecil dari cairan serebrospinalis

disebut hipobarik. Anastesi lokal yang sering digunakan adalah jenis hiperbarik

diperoleh dengan mencampur anastetik local dengan dextrose. Untuk jenis hipobarik

biasanya digunakan tetrakain diperoleh dengan mencampur dengan air injeksi.

Anestetik lokal yang paling sering digunakan:

1. Lidocaine (xylobain,lignokain) 2%: berat jenis 1.006, sifat isobarik, dosis 20-100

mg (2-5ml)

2. Lidocaine (xylobain,lignokaine) 5% dalam dextrose 7.5%: berat jenis 1.033, sifat

hiperbarik, dosis 20-50 mg (1-2ml)

3. Bupivakaine (marcaine) 0.5% dalam air: berat jenis 1.005, sifat isobarik, dosis 5-

20 mg (1-4ml)

4. Bupivakaine (marcaine) 0.5% dalam dextrose 8.25%: berat jenis 1.027, sifat

hiperbarik, dosis 5-15 mg (1-3ml)

Teknik analgesia spinal

Posisi duduk atau posisi tidur lateral dekubitus dengan tusukan pada garis

tengah ialah posisi yang paling sering dikerjakan. Biasanya dikerjakan di atas meja

operasi tanpa dipindah lagi dan hanya diperlukan sedikit perubahan posisi pasien.

Perubahan posisi berlebihan dalam 30 menit pertama akan menyebabkan

menyebarnya obat.

1. Setelah dimonitor, tidurkan pasien misalkan dalam posisi lateral dekubitus.

Beri bantal kepala, selain enak untuk pasien juga supaya tulang belakang

stabil. Buat pasien membungkuk maximal agar processus spinosus mudah

teraba. Posisi lain adalah duduk.

2. Perpotongan antara garis yang menghubungkan kedua garis Krista iliaka,

misal L2-L3, L3-L4, L4-L5. Tusukan pada L1-L2 atau diatasnya berisiko

trauma terhadap medulla spinalis.

3. Sterilkan tempat tusukan dengan betadine atau alkohol.

4. Beri anastesi lokal pada tempat tusukan,misalnya dengan lidokain 1-2% 2-3ml

Page 7: Referat Anestesi Regional

5. Cara tusukan median atau paramedian. Untuk jarum spinal besar 22G, 23G,

25G dapat langsung digunakan. Sedangkan untuk yang kecil 27G atau 29G

dianjurkan menggunakan penuntun jarum yaitu jarum suntik biasa semprit

10cc. Tusukkan introduser sedalam kira-kira 2cm agak sedikit kearah sefal,

kemudian masukkan jarum spinal berikut mandrinnya ke lubang jarum

tersebut. Jika menggunakan jarum tajam (Quincke-Babcock) irisan jarum

(bevel) harus sejajar dengan serat duramater, yaitu pada posisi tidur miring

bevel mengarah keatas atau kebawah, untuk menghindari kebocoran likuor

yang dapat berakibat timbulnya nyeri kepala pasca spinal. Setelah resistensi

menghilang, mandarin jarum spinal dicabut dan keluar likuor, pasang semprit

berisi obat dan obat dapat dimasukkan pelan-pelan (0,5ml/detik) diselingi

aspirasi sedikit, hanya untuk meyakinkan posisi jarum tetap baik. Kalau anda

yakin ujung jarum spinal pada posisi yang benar dan likuor tidak keluar, putar

arah jarum 90º biasanya likuor keluar. Untuk analgesia spinal secara kontinyu

dapat dimasukan kateter.

6. Posisi duduk sering dikerjakan untuk bedah perineal misalnya bedah hemoroid

(wasir) dengan anestetik hiperbarik. Jarak kulit-ligamentum flavum dewasa ±

6cm.

Gambar II.3 Posisi pasien pada penusukan jarum spinal.

Page 8: Referat Anestesi Regional

Penyebaran anastetik lokal tergantung:

1. Faktor utama:

a. Berat jenis anestetik lokal (barisitas)

b. Posisi pasien

c. Dosis dan volume anestetik lokal

2. Faktor tambahan

a. Ketinggian suntikan

b. Kecepatan suntikan/barbotase

c. Ukuran jarum

d. Keadaan fisik pasien

e. Tekanan intra abdominal

Lama kerja anestetik lokal tergantung:

1.  Jenis anestetia lokal

2.  Besarnya dosis

3.  Ada tidaknya vasokonstriktor

4.  Besarnya penyebaran anestetik lokal

Komplikasi tindakan anestesi spinal :

1. Hipotensi berat

Akibat blok simpatis terjadi venous pooling. Pada dewasa dicegah dengan

memberikan infus cairan elektrolit 1000 ml atau koloid 500 ml sebelum

tindakan.

2. Bradikardia

Dapat terjadi tanpa  disertai hipotensi atau hipoksia,terjadi akibat blok sampai

T-2

3. Hipoventilasi

Akibat paralisis saraf frenikus atau hipoperfusi pusat kendali nafas

4. Trauma pembuluh saraf

5. Trauma saraf

6. Mual-muntah

7. Gangguan pendengaran

8. Blok spinal tinggi atau spinal total

Page 9: Referat Anestesi Regional

Komplikasi pasca tindakan

1.  Nyeri tempat suntikan

2.  Nyeri punggung

3.  Nyeri kepala karena kebocoran likuor

4.  Retensio urine

5.  Meningitis

II. Anestesia Epidural

Anestesia atau analgesia epidural adalah blokade saraf dengan menempatkan

obat di ruang epidural. Ruang ini berada diantara ligamentum flavum dan

duramater. Kedalaman ruang ini rata-rata 5mm dan dibagian posterior kedalaman

maksimal pada daerah lumbal.

Obat anestetik di lokal diruang epidural bekerja langsung pada akar saraf

spinal yang terletak dilateral. Awal kerja anestesi epidural lebih lambat dibanding

anestesi spinal, sedangkan kualitas blockade sensorik-motorik juga lebih lemah.

Keuntungan epidural dibandingkan spinal :

Bisa segmental

Tidak terjadi headache post op

Hypotensi lambat terjadi

Gambar II.4 Lokasi penyuntikan pada epidural anestesi

Page 10: Referat Anestesi Regional

Kerugian epidural dibandingkan spinal :

Teknik lebih sulit

Jumlah obat anestesi lokal lebih besar

Reaksi sistemis lebih tinggi

Komplikasi anestesi epidural :

1. Blok tidak merata

2. Depresi kardiovaskular (hipotensi)

3. Hipoventilasi (hati-hati keracunan obat)

4. Mual – muntah

Teknik anestesia epidural :

Pengenalan ruang epidural lebih sulit dibanding dengan ruang subarakhnoid.

1. Posisi pasien saat tusukan seperti pada analgesia spinal.

2. Tusukan jarum epidural biasanya dilakukan pada ketinggian L3-4.

3. Jarum yang digunakan ada 2 macam, yaitu:

a) Jarum ujung tajam (Crawford)

b) Jarum ujung khusus (Touhy)

4. Untuk mengenal ruang epidural digunakan banyak teknik. Namun yang paling

populer adalah teknik hilangnya resistensi dan teknik tetes tergantung.

a) Teknik hilangnya resistensi

Teknik ini menggunakan semprit kaca atau semprit plastik rendah resistensi

yang diisi oleh udara atau NaCl sebanyak ± 3ml. Setelah diberikan anestesi

lokal pada tempat suntikan, jarum epidural ditusuk sedalam 1-2 cm. Kemudian

udara atau NaCl disuntikkan perlahan dan terputus-putus. Sembari mendorong

jarum epidural sampai terasa menembus jaringan keras (ligamentum flavum)

yang disusul hilangnya resistensi. Setelah yakin ujung jarum berada dalam

ruang epidural, lakukan uji dosis.

Page 11: Referat Anestesi Regional

b) Teknik tetes tergantung

Teknik ini menggunakan jarum epidural yang diisi NaCl sampai terlihat ada

tetes NaCl yang menggantung. Dengan mendorong jarum epidural perlahan

secara lembut sampai terasa menembus jaringan keras yang kemudian disusul

oleh tersedotnyatetes NaCl ke ruang epidural. Setelah yakin, lakukan uji dosis.

5. Uji dosis

Uji dosis anestetik lokal untuk epidural dosis tunggal dilakukan setelah ujung

jarum diyakini berada dalam ruang epidural dan untuk dosis berulang (kontinyu)

melalui kateter. Masukkan anestetik lokal 3 ml yang sudah bercampur adrenalin 1:

200.000.

Tak ada efek setelah beberapa menit, kemungkinan besar letak jarum sudah

benar

Terjadi blokade spinal, menunjukkan obat sudah masuk ke ruang

subarakhnoid karena terlalu dalam.

Terjadi peningkatan laju nadi sampai 20-30%, kemungkinan obat masuk vena

epidural.

6. Cara penyuntikan: setelah yakin posisi jarum atau kateter benar, suntikkan anestesi

lokal secara bertahap setiap 3-5 menit sampai tercapai dosis total.

III. Anestesia Kaudal

Anestesi kaudal sebenarnya sama dengan anestesi epidural, karena kanalis

kaudalis adalah kepanjangan dari ruang epidural dan obat ditempatkan di ruang

kaudal melalui hiatus sakralis. Hiatus sakralis ditutup oleh ligamentum

sakrokoksigeal tanpa tulang yang analog dengan gabungan antara ligamentum

supraspinosum, ligamentum interspinosum, dan ligamentum flavum. Ruang kaudal

berisi saraf sakral, pleksus venosus, felum terminale dan kantong dura.

Indikasi : Bedah daerah sekitar perineum, anorektal misalnya hemoroid, fistula

paraanal.

Page 12: Referat Anestesi Regional

Teknik

1. Posisi pasien terlungkup dengan simfisis diganjal (tungkai dan kepala lebih

rendah dari bokong) atau dekubitus lateral, terutama wanita hamil.

2. Dapat menggunakan jarum suntik biasa atau jarum dengan kateter vena ukuran

20-22 pada pasien dewasa.

3. Untuk dewasa biasa digunakan volum 12-15 ml (1-2 ml/ segmen)

4. Identifikasi hiatus sakralis dengan menemukan kornu sakralis kanan dan kiri dan

spina iliaka superior posterior. Dengan menghubungkan ketiga tonjolan tersebut

diperoleh hiatus sakralis.

5. Setelah dilakukan tindakan asepsis dan antisepsis pada daerah hiatus sakralis,

tusukkan jarum mula-mula 90o terhadap kulit. Setela diyakini masuk kanalis

sakralis, ubah jarum jadi 450-600 dan jarum didorong sedalam 1-2 cm. Kemudian

suntikan NaCl sebanyak 5 ml secara agak cepat sambil meraba apakah ada

pembengkakan di kulit untuk menguji apakah cairan masuk dengan benar di

kanalis kaudalis.

Efek Fisiologis Neuroaxial Block

1. Efek Kardiovaskuler:

- Akibat dari blok simpatis , akan terjadi penurunan tekanan darah (hipotensi). Efek

simpatektomi tergantung dari tinggi blok. Pada spinal , 2-6 dermatom diatas level

blok sensoris, sedangkan pada epidural, terjadi block pada level yang sama.

Hipotensi dapat dicegah dengan pemberian cairan (pre-loading) untuk mengurangi

hipovolemia relatif akibat vasodilatasi sebelum dilakukan spinal/epidural anestesi,

Gambar II.5 Teknik dan lokasi penusukan pada anestesi kaudal

Page 13: Referat Anestesi Regional

dan apabila telah terjadi hipotensi, dapat diterapi dengan pemberian cairan dan

vasopressor seperti efedrin.

- Bila terjadi spinal tinggi atau high spinal (blok pada cardioaccelerator fiber di T1-

T4), dapat menyebabkan bardikardi sampai cardiac arrest.

2. Efek Respirasi:

- Bila terjadi spinal tinggi atau high spinal (blok lebih dari dermatom T5)

mengakibatkan hipoperfusi dari pusat nafas di batang otak dan menyebabkan

terjadinya respiratory arrest.

- Bisa juga terjadi blok pada nervus phrenicus sehingga menmyebabkan gangguan

gerakan diafragma dan otot perut yg dibutuhkan untuk inspirasi dan ekspirasi.

3. Efek Gastrointestinal:

- Mual muntah akibat blok neuroaksial sebesar 20%, sehingga menyebabkan

hiperperistaltik gastrointestinal akibat aktivitas parasimpatis dikarenakan oleh

simpatis yg terblok. Hal ini menguntungkan pada operasi abdomen karena

kontraksi usus dapat menyebabkan kondisi operasi maksimal.

BLOK PERIFER

Anestesi Lokal

Anestesi lokal adalah obat yang menghambat hantaran saraf bila digunakan secara lokal

pada jaringan saraf dengan kadar yang cukup. Obat bius lokal bekerja pada tiap bagian

susunan saraf.

Anestesi lokal ialah obat yang menghasilkan blokade konduksi atau blokade kanal

natrium pada dinding saraf secara sementara terhadap rangsang transmisi sepanjang saraf,

jika digunakan pada saraf sentral atau perifer.

Anestesi lokal setelah keluar dari saraf diikuti oleh pulihnya konduksi saraf secara

spontan dan lengkap tanpa diikuti oleh kerusakan struktur saraf.

Persyaratan obat yang boleh digunakan sebagai anestesi lokal:

1. Tidak membuat iritasi dan tidak merusak jaringan saraf secara permanen

2. Batas keamanan harus lebar

3. Efektif dengan pemberian secara injeksi atau penggunaan setempat pada membran

mukosa

Page 14: Referat Anestesi Regional

4. Mulai kerjanya harus sesingkat mungkin dan bertahan untuk jangka waktu yang

cukup lama

5. Dapat larut dalam air dan menghasilkan larutan yang stabil, juga stabil terhadap

pemanasan.

Anestesi lokal sering kali digunakan secara parenteral (injeksi) pada pembedahan kecil

dimana anestesi umum tidak perlu atau tidak diinginkan. Di Indonesia, yang paling banyak

digunakan adalah lidokain dan bupivakain.

Mekanisme kerja

Obat bekerja pada reseptor spesifik pada kanal natrium (sodium channel), mencegah

peningkatan permeabilitas sel saraf terhadap ion natrium dan kalium sehingga tidak terjadi

depolarisasi pada selaput saraf dan hasilnya, tidak terjadi konduksi saraf.

Potensi dipengaruhi oleh kelarutan dalam lemak, makin larut makin poten. Ikatan dengan

protein (protein binding) mempengaruhi lama kerja dan konstanta dissosiasi (pKa)

menentukan awal kerja.

Konsentrasi minimal anestetika lokal (analog dengan MAC, minimum alveolar

concentration) dipengaruhi oleh:

1. Ukuran, jenis dan mielinisasi saraf

2. pH (asidosis menghambat blokade saraf)

3. Frekuensi stimulasi saraf

Awal bekerja bergantung beberapa faktor, yaitu:

1. pKa mendekati pH fisiologis sehingga konsentrasi bagian tak terionisasi meningkat

dan dapat menembus membrane sel saraf sehingga menghasilkan mula kerja cepat

2. Alkalinisasi anestetika lokal membuat awal kerja cepat

3. Konsentrasi obat anestetika lokal

Lama kerja dipengaruhi oleh:

1. Ikatan dengan protein plasma karena reseptor anestetika lokal adalah protein

2. Dipengaruhi oleh kecepatan absorpsi

3. Dipengaruhi oleh banyaknya pembuluh darah perifer di daerah pemberian

Page 15: Referat Anestesi Regional

Efek samping terhadap sistem tubuh

Sistem kardiovaskular:

a. Depresi automatisasi miokard

b. Depresi kontraktilitas miokard

c. Dilatasi arteriolar

d. Dosis besar dapat menyebabkan disritmia/kolaps sirkulasi

Sistem pernafasan:

Relaksasi otot polos bronkus

Henti nafas akibat paralisis saraf frenikus

Paralisis interkostal

Depresi langsung pusat pengaturan nafas

Sistem saraf pusat:

Parestesia lidah

Pusing

Tinnitus

Pandangan kabur

Agitasi

Depresi pernafasan

Tidak sadar

Konvulsi

Koma

Imunologi :

Reaksi alergi

Sistem muskuloskeletal :

Miotoksik (bupivakain > lidokain > prokain)

Komplikasi obat anestesi lokal

Obat anestesi lokal, melewati dosis tertentu merupakan zat toksik, sehingga untuk tiap

jenis obat anestesi lokal dicantumkan dosis maksimalnya. Komplikasi dapat bersifat lokal

atau sistemik

Komplikasi lokal

Page 16: Referat Anestesi Regional

1. Terjadi ditempat suntikan berupa edema, abses, nekrosis dan gangrene.

2. Komplikasi infeksi hampir selalu disebabkan kelainan tindakan asepsis dan

antisepsis.

3. Iskemia jaringan dan nekrosis karena penambahan vasokonstriktor yang

disuntikkan pada daerah dengan arteri buntu.

Komplikasi sistemik

1. Manifestasi klinis umumnya berupa reaksi neurologis dan kardiovaskuler.

2. Pengaruh pada korteks serebri dan pusat yang lebih tinggi adalah berupa

perangsangan sedangkan pengaruh pada pons dan batang otak berupa depresi.

3. Pengaruh kardiovaskuler adalah berupa penurunan tekanan darah dan depresi

miokardium serta gangguan hantaran listrik jantung.

A. Infiltrasi Lokal

Penyuntikan larutan analgetik lokal langsung diarahkan sekitar tempat lesi

B. Blok Lapangan (Field Block)

Infiltrasi sekitar lapangan operasi (contoh, untuk ekstirpasi tumor kecil)

C. Analgesia Permukaan (Topikal)

Obat analgetika lokal dioles atau disemprot di atas selaput mukosa

D. Analgesia Regional Intravena

Penyuntikan larutan analgetik lokal intravena. Ekstremitas dieksanguinasi (pengurangan

darah) dan diisolasi bagian proksimalnya dengan torniket dari sirkulasi sistemik.

Beberapa anastetik lokal yang sering digunakan :

1. Kokain dalam bentuk topikal semprot 4% untuk mukosa jalan nafas atas. Lama

kerja 2-30 menit.

2. Prokain untuk infiltrasi larutan: 0,25-0,5%, blok saraf: 1-2%, dosis 15mg/kgBB

dan lama kerja 30-60 menit.

3. Lidokain konsentrasi efektf minimal 0,25%, infiltrasi, mula kerja 10 menit,

relaksasi otot cukup baik. Kerja sekitar 1-1,5 jam tergantung konsentrasi larutan.

Page 17: Referat Anestesi Regional

4. Bupivakain konsentrasi efektif minimal 0,125%, mula kerja lebih lambat

dibanding lidokain, tetapi lama kerja sampai 8 jam.

Page 18: Referat Anestesi Regional

DAFTAR PUSTAKA

1. Latief SA, Suryadi KA, Dachlan MR, Petunjuk Praktis Anestesiologi: Edisi Kedua. 2009.

Jakarta: Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI

2. dr. Muhardi Muhiman, dr. M. Roesli Thaib, dr. S. Sunatrio, dr. Ruswan Dahlan,

Anestesiologi. Jakarta: Bagian Anestesiologi dan terapi Intensif FKUI

3. Boulton TB, Blogg CE, Anestesiologi, Edisi 10. EGC : Jakarta 1994

4. Robyn Gmyrek, MD, Maurice Dahdah, MD, Regional Anaesthesia, Updated: Aug 7, 2009. Accessed on 6th December 2010 at www.emedicine.com

5. Local and Regional Anaesthesia, accessed on 6th December 2010 at http://en.wikipedia.org/wiki/anesthesia

6. Miller RD. Anesthesia, 5th ed. Churchill Livingstone. Philadelphia. 2000

7. Mulroy MF. Regional Anesthesia, An Illustrated Procedural Guide. 2nd ed. Little, Brown and Company. B oston 1996