Refer At

20
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) adalah infeksi kronik telinga tengah disertai perforasi membran timpani dan keluarnya sekret. Sebagian besar OMSK merupakan kelanjutan dari Otitis Media Akut (OMA) dan sebagian kecil disebabkan oleh perforasi membran timpani akibat trauma telinga. Otitis media kronis merupakan penyakit Telinga Hidung dan Tenggorok (THT) yang paling banyak di negara sedang berkembang. Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2004, sekitar 65-330 juta orang di dunia menderita OMSK disertai dengan otorea, 60% diantaranya (39-200 juta) menderita kurang pendengaran yang signifikan. Menurut survei pada tahun 1996 ditemukan prevalensi OMSK sebesar 3% (6,6 juta) dari penduduk Indonesia. Di Indonesia, menurut Survei Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran Depkes, tahun 1993-1996 prevalensi OMSK adalah 3,1%-5,2% populasi. Usia terbanyak penderita infeksi telinga tengah adalah usia 7-18 tahun, dan penyakit telinga tengah terbanyak adalah OMSK. Prevalensi OMSK di RS Dr Cipto Mangunkusumo Jakarta pada tahun 1989. Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus aureus merupakan bakteri tersering yang diisolasi pada OMSK, sebagian besar telah resisten terhadap antibiotika yang 1

description

wwwwww

Transcript of Refer At

Page 1: Refer At

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) adalah infeksi kronik telinga tengah

disertai perforasi membran timpani dan keluarnya sekret. Sebagian besar OMSK

merupakan kelanjutan dari Otitis Media Akut (OMA) dan sebagian kecil disebabkan oleh

perforasi membran timpani akibat trauma telinga. Otitis media kronis merupakan

penyakit Telinga Hidung dan Tenggorok (THT) yang paling banyak di negara sedang

berkembang.

Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2004, sekitar 65-330 juta

orang di dunia menderita OMSK disertai dengan otorea, 60% diantaranya (39-200 juta)

menderita kurang pendengaran yang signifikan. Menurut survei pada tahun 1996

ditemukan prevalensi OMSK sebesar 3% (6,6 juta) dari penduduk Indonesia. Di

Indonesia, menurut Survei Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran Depkes, tahun

1993-1996 prevalensi OMSK adalah 3,1%-5,2% populasi. Usia terbanyak penderita

infeksi telinga tengah adalah usia 7-18 tahun, dan penyakit telinga tengah terbanyak

adalah OMSK. Prevalensi OMSK di RS Dr Cipto Mangunkusumo Jakarta pada tahun

1989.

Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus aureus merupakan bakteri tersering

yang diisolasi pada OMSK, sebagian besar telah resisten terhadap antibiotika yang lazim

digunakan. Ketidaktepatan atau terapi yang tidak adekuat menyebabkan kronisitas infeksi

.Selama ini pemberian antibiotika untuk OMSK hanya didasarkan pada educated guess

yaitu berdasarkan laporan terakhir mengenai bakteri yang paling sering ditemukan pada

OMSK. Namun, karena perkembangan resistensi antibiotik serta perubahan pola

kepekaan bakteri yang semakin lama semakin meluas, maka ketepatan penatalaksanaan

OMSK sangat ditentukan oleh ketepatan terapi antibiotika yang diberikan berdasarkan

hasil kultur kepekaan kuman yang dapat dilakukan melalui pendekatan identifikasi

kuman penyebab OMSK aktif sehingga pemilihan terapi secara empiris dapat dilakukan

Komplikasi serius pada OMSK adalah penyebaran infeksi ke sistem saraf pusat.

Untuk itu studi kasus mengenai pasien otitis media supuratif kronis dengan riwayat karies

dentis dan tonsilitis kronis dianggap perlu dilakukan.

1

Page 2: Refer At

B. Tujuan

Tujuan dari makalah ini adalah memahami tentang :

1. Pengertian OMSK.

2. Etiologi OMSK.

3. Patofisiologi OMSK.

4. Komplikasi OMSK.

5. Pemeriksaan Penunjang OMSK.

6. Penatalaksanaan OMSK.

2

Page 3: Refer At

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Telinga

Secara umum telinga terbagi atas telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam. Telinga luar sendiri terbagi atas daun telinga, liang telinga dan bagian lateral dari membran timpani.

Gambar 1 : anatomi telinga9

Daun telinga di bentuk oleh tulang rawan dan otot serta ditutupi oleh kulit. Ke

arah liang telinga lapisan tulang rawan berbentuk corong menutupi hampir sepertiga

lateral, dua pertiga lainnya liang telinga dibentuk oleh tulang yang ditutupi kulit yang

melekat erat dan berhubungan dengan membran timpani. Bentuk daun telinga dengan

berbagai tonjolan dan cekungan serta bentuk liang telinga yang lurus dengan panjang

sekitar 2,5 cm, akan menyebabkan terjadinya resonansi bunyi sebesar 3500 Hz. Fungsi

dari telinga luar mengumpulkan suara dan mengubahnya menjadi energi getaram sampai

ke gendang telinga.15

Telinga tengah berbentuk seperti kubah dengan enam sisi. Telinga tengah terbagi

atas tiga bagian dari atas ke bawah, yaitu epitimpanum terletak di atas dari batas atas

membran timpani, mesotimpanum disebut juga kavum timpani terletak medial dari

membran timpani dan hipotimpanum terletak kaudal dari membran timpani.15

3

Page 4: Refer At

Fungsi dari telinga tengah akan meneruskan energi akustik yang berasal dari

telinga luar kedalam koklea yang berisi cairan. Sebelum memasuki koklea bunyi akan

diamplifikasi melalui perbedaan ukuran membran timpani dan tingkap lonjong, daya

ungkit tulang pendengaran dan bentuk spesifik dari membran timpani. Meskipun bunyi

yang diteruskan ke dalam koklea mengalami amplifikasi yang cukup besar, namun

efisiensi energi dan kemurnian bunyi tidak mengalami distorsi walaupun intensitas bunyi

yang diterima sampai 130 dB .15

Telinga dalam terdiri dari organ kesimbangan dan organ pendengaran. Telinga

dalam terletak di pars petrosus os temporalis dan disebut labirin karena bentuknya yang

kompleks. Telinga dalam pada waktu lahir bentuknya sudah sempurna dan hanya

mengalami pembesaran seiring dengan pertumbuhan tulang temporal. Telinga dalam

terdiri dari dua bagian yaitu labirin tulang dan labirin membranosa. Labirin tulang

merupakan susunan ruangan yang terdapat dalam pars petrosa os temporalis ( ruang

perilimfatik) dan merupakan salah satu tulang terkeras. Labirin tulang terdiri dari

vestibulum, kanalis semisirkularis dan kohlea. Telinga dalam merupakan tempat ujung -

ujung saraf pendengaran yang akan menhantarkan rangsangan suara tersebut ke pusat

pendengaran di otak.15

2.2 Definisi

Otitis media supuratif kronik (OMSK) adalah peradangan akibat infeksi

mukoperiosteum kavitas timpani yang ditandai oleh perforasi membran timpani dengan

sekret yang keluar terus menerus atau hilang timbul dan dapat menyebabkan perubahan

patologik yang permanen1.

Penyakit OMSK ini biasanya terjadi perlahan-lahan dan penderita datang dengan

gejala-gejala penyakit yang sudah lengkap dan morbiditas penyakit telinga tengah kronis

ini dapat berganda, gangguan pertama berhubungan dengan infeksi telinga tengah yang

terus menerus ( hilang timbul ) dan gangguan kedua adalah kehilangan fungsi

pendengaran yang disebabkan kerusakan mekanisme hantaran suara dan kerusakan konka

karena toksisitas atau perluasan infeksi langsung1.

2.3 Epidemiologi

Prevalensi OMSK pada beberapa negara antara lain dipengaruhi, kondisi sosial,

ekonomi, suku, tempat tinggal yang padat, hygiene dan nutrisi yang jelek. Kebanyakkan

4

Page 5: Refer At

studi mengukur nilai prevalensi bukannya menilai angka insidensi. Prevalensi OMSK

setiap negara dikategorikan oleh WHO regional classification ketika workshop

WHO/CIBA pada tahun 1996. Nilai prevalensi 1-2% dianggap rendah dan nilai 3-6%

dianggap tinggi3.

Dari survei pada 7 propinsi di Indonesia pada tahun 1996 ditemukan insiden Otitis

Media Supuratif Kronis (atau yang oleh awam dikenal sebagai "congek") sebesar 3% dari

penduduk Indonesia. Dengan kata lain dari 220 juta penduduk Indonesia diperkirakan

terdapat 6,6 juta penderita OMSK. Jumlah penderita ini kecil kemungkinan untuk

berkurang bahkan mungkin bertambah setiap tahunnya mengingat kondisi ekonomi masih

buruk, kesadaran masyarakat akan kesehatan yang masih rendah dan sering tidak

tuntasnya pengobatan yang dilakukan2.

2.3 Klasifikasi

OMSK dapat di bagi menjadi 2 jenis yaitu4 :

OMSK tipe aman ( tipe mukosa = benigna )

OMSK tipe bahaya ( tipe tulang = maligna )

Berdasarkan aktifitas sekret yang keluar di kenal juga OMSK aktif dan OMSK

tenang. OMSK aktif ialah OSMK sekret yang keluar secara aktif dari cavum timpani,

sedangkan OMSK tenang kavum timpani terlihan basah atau kering.4

Proses peradangan pada OMSK tipe aman berbatas pada mukosa saja, dan

bisanya tidak mengenai tulang. perforasi terletak di sentral. umunya OMSK tipe aman

jarang menimbukan komplikasi yang berbahaya.4

OMSK tipe maligna ialah OMSK yang disertai dengan kolesteatoma.

Kolesteatoma adalah suatu massa amof, konsistensinya seperti mentega, berwarna putih

terdiri dari lapisan epitel bertatak yang telah nekrotik. Perforasi pada OMSK tipe bahaya

letaknya di marginal atau di atik, kadang - kadang terdapat juga kolestetoma pada OMSK

dengan peforasi subtotal. sebagian besar komplikasi yang bahaya atau fatal timbul pada

OMSK tipe bahaya.4

5

Page 6: Refer At

Gambar 2 : Kolesteatoma10,11

2.4 Etiologi

Faktor predisposisi kronisitas otitis media ini adalah5 :

(1) Disfungsi tuba auditoria kronik, fokal infeksi seperti sinusitis kronik, adenoiditis

kronik dan tonsilitis kronik yang menyebabkan infeksi kronik atau berulang pada

saluran nafas atas dan selanjutnya mengakibatkan udem serta obstruksi tuba

auditoria. Beberapa kelainan seperti hipertrofi adenoid dan celah palatum

menyebabkan fungsi tuba auditoria terganggu. Gangguan kronis fungsi tuba

auditoria menyebabkan proses infeksi di telinga tengah menjadi kronis.

(2) Perforasi membran timpani yang menetap menyebabkan mukosa telinga tengah

selalu berhubungan dengan udara luar. Bakteri yang berasal dari kanalis

auditorius eksternus atau dari luar lebih leluasa masuk ke dalam telinga tengah

menyebabkan infeksi kronis pada mukosa telinga tengah.

(3) Bakteri yang resisten terhadap antibiotika. Bakteri yang tersering diisolasi pada

OMSK adalah Pseudomonas aeruginusa dan Staphylococcus aureus. Sebagian

besar bakteri tersebut telah resisten terhadap antibiotika yang lazim dipergunakan.

Ketidaktepatan atau terapi yang tidak adekuat menyebabkan kronisitas infeksi.

(4) Faktor konstitusi, alergimerupakan salah satu faktor konstitusi yang dapat

menyebabkan kronisitas. Pada keadaan alergi ditemukan perubahan berupa

bertambahnya sel goblet dan berkurangnya sel kolumner bersilia pada mukosa

telinga tengah dan tuba auditoria sehingga produksi cairan mukoid bertambah dan

efisiensi silia berkurang. Perubahan lain adalah udem mukosa tuba yang

6

Page 7: Refer At

menyebabkan fungsi tuba auditoria terganggu. Faktor konstitusi lainnya adalah

penurunan daya tahan tubuh.

Meskipun proses infeksi pada OMSK yang terjadi dapat diatasi dengan baik, akan

tetapi gejala sisa yang terjadi berupa perforasi membran timpani yang menetap

memerlukan tindakan lanjut pengobatan untuk penutupan perforasi secara konservatif

timpanoplasti. maupun berupa pembedahan5.

2.5 Patogenesis

Telinga tengah biasanya steril, meskipun terdapat mikroba di nasofaring dan

faring. Secara fisiologik terdapat mekanisme pencegahan masuknya mikroba ke dalam

telinga tengah oleh silia mukosa tuba Eustachius, enzim dan antibodi.7

Otitis media akut terjadi karena faktor pertahanan tubuh ini terganggu. Sumbatan

tuba Eustachius merupakan faktor penyebab utama dari otitis media. Karena fungsi tuba

Eustachius terganggu, pencegahan invasi kuman ke dalam telinga tengah juga terganggu,

sehingga kuman masuk ke dalam telinga tengah dan terjadi peradangan.7

Otitis media akut dengan perforasi membran timpani menjadi Otitis media

supuratif kronis apabila prosesnya sudah lebih dari 2 bulan. Bila proses infeksi kurang

dari 2 bulan, disebut otitis media supuratif subakut. Beberapa faktor yang menyebabkan

OMA menjadi OMSK ialah terapi yang terlambat diberikan, terapi yang tidak adekuat,

virulensi kuman tinggi, daya tahan tubuh pasien rendah (gizi kurang) atau higiene buruk.7

Sebagian besar OMSK merupakan kelanjutan OMA yang prosesnya sudah

berjalan lebih dari 2 bulan. Beberapa faktor penyebab adalah terapi yang terlambat, terapi

tidak adekuat, virulensi kuman tinggi, daya tahan tubuh rendah, atau kebersihan buruk.

Bila kurang dari 2 bulan disebut subakut.7 Peradangan atau infeksi dari telinga tengah

terjadi ketika tuba eustachius tersumbat (blacked). Tuba eustachius adalah saluran yang

menghubungkan antara nasofaring dan telinga tengah. Otitis media kronis terjadi karena

tuba eustachius tersumbat berulang-ulang (tersumbat dalam jangka waktu yang lama).

Hal ini dapat terjadi karena alergi, infeksi multiperl, trauma telinga dan pembesaran

adenoid. Ketika telinga tengah terinfeksi oleh bakteri atau kadang-kadang virus, ini bisa

menjadi serius. Kemungkinan otitis media kronis merupakan sebab dari OMA yang tidak

diobati secara optimal atau merupakan sebab dari infeksi telinga yang terjadi secara

berulang.1

7

Page 8: Refer At

2.6 Gejala Klinis

Pasien dengan otitis media kronik (OMSK) di tandai dengan seringnya keluar

cairan dari telinga dalam dan di sertai dengan riwayat berulangnya otitis media akut,

begitu juga dengan perforasi gendang telinga. Gejala lainnya seperti otalgia, vertigo,

tinitus, rasa penuh di telinga atau gangguan pendengaran. mengingat bahaya komplikasi.

OMSK maligna diagnosa harus segera di tegakan. diagnosa pasti dapat pada penemuan di

kamar operasi. beberapa tanda klinis sebagai pedoman adalah perforasi marginal atau

atik, abases atau fistelretroaurikuler, polip atau jaringan granulasi di liang telinga luar

yang berasal dari telinga tengah, kolesteatom pada telinga tengah sekret bernanah dan

berbau khas1.

Meatus acustikus eksterna mukin atau tidak mengalami edema. cairan yang keluar

bervariasi dari berbau busuk, bernanah, "cheeselike", dari jernih sampai serous. jaringan

granulasi sering terlihat di saluran media atau ruang telinga tengah1,2.

Gambar 3 : OMSK12 Gamabar 4 : Perforasi gendang telinga13

2.7 Diagnoasa6

1. Anamnesa

Otore terus menerus atau kumat - kumatan lebih dari 6-8 minggu.

pendengaran menurun.

2. Pemeriksaan THT

8

Page 9: Refer At

Otoskopi : untuk melihat tipe perforasi, mukosa kavum timpani, secret. untuk

persiapan operasi di perlukan pemeriksaan microskop.

Pemeriksaan hidung dan tenggorok untuk mengetahui penyebab kronik.

3. Pemeriksaan Penunjang

Pemerikasaan yang di lakukan untuk mengetahui jenis dan derajat pendengaran

dapat di lakukan pemeriksaan adiometri. Pemeriksaan penunjang lain berupa foto rontgen

mastoid serta kultur dan uji resistensi kuman dari sekret telinga.

2.8 Penatalaksanaan

Kedua tipe OMSK ini memerlukan penatalaksanaan yang berbeda. Pada OMSK

tipe aman bila sekretnya keluar terus menerus atau aktif, maka di berikan obat pencuci

telinga , berupa larutan H2O2 3% selama 3 - 5 hari. Setelah tenang dapat di berikan terapi

antibiotik. supaya melakukan monitoring attack rate dan checking berkala, dan konseling

lingkungan yang bersih dan sehat sampai 2011 melaporkan bahwa antibiotik yang

resistensinya paling tinggi adalah amoksisilin, tetrasiklin, dan eritromisin. Sedangkan

antibiotik yang sensitifitasnya paling tinggi adalah ciprofloksasin, gentamisin, dan

ofloksasin.1,7 Pada stadum tenang dapat di lakukan timpanoplasti.

Gambar 5 : Timpanoplasti14

Sedangkan pada OMSK tipe bahaya diperlukan tindakan operatif untuk eradikasi

kolesteatom. tindakan operatif di sini mastoidektomi. Ada dua jenis teknik mastoidektomi

yaitu mastoidektomi dinding utuh dan mastoidektomi dinding runtuh. Mastoidektomi

9

Page 10: Refer At

dinding runtuh terdiri atas radikal mastoidektomi dan radikal mastoidektomi modifikasi.

Perbedaan utama dari kedua teknik ini adalah pada radikal mastoidektomi tidak ada

pemasangan graft.1

Pada teknik mastoidektomi radikal modifikasi yang perlu diperhatikan adalah

kemiringan tulang dan pengangkatan ujung mastoid untuk memungkinkan jaringan lunak

menggantung untuk mendorong timbulnya migrasi epitel sehingga menghasilkan rongga

yang kecil.1

Dalam penatalaksanaannya seorang dokter perlu memperhatikan pasien

seutuhnya, tidak hanya tanda dan gejala penyakit namun juga akar penyebab masalahnya.

Pembinaan keluarga yang dilakukan pada kasus ini tidak hanya mengenai penyakit

pasien, tetapi juga mencari penyebabnya sehingga pengobatan dapat dilakukan secara

komprehensif. Penatalaksanaan yang dapat dilakukan sebagai dokter umum pada pasien

ini meliputi konseling mengenai keluarnya cairan dari telinga kanan membutuhkan

waktu untuk sembuh, sehingga perlu pemeriksaan dan perawatan telinga secara berkala,

konseling mencegah penyakit saluran nafas berulang dengan memakan-makanan bergizi

terutama sayur dan buah, konseling oral hygiene yang buruk dapat menyebabkan infeksi

kuman dan penjalaran kuman ke telinga sehingga diajarkan cara sikat gigi yang benar,

memotivasi untuk melakukan perawatan gigi di dokter gigi, memotivasi orangtua supaya

melakukan monitoring attack rate dan checking berkala, dan konseling lingkungan yang

bersih dan sehat.1

2.9 Komplikasi dan Prognosa8

OMSK tipe benigna :

Omsk tipe benigna tidak menyerang tulang sehingga jarang menimbulkan

komplikasi, tetapi jika tidak mencegah invasi organisme baru dari nasofaring dapat

menjadi superimpose otitis media supuratif akut eksaserbsi akut dapat menimbulkan

komplikasi dengan terjadinya tromboplebitis vaskuler.

Prognosis dengan pengobatan local, otorea dapat mongering. Tetapi sisa perforasi

sentral yang berkepanjangan memudahkan infeski dari nasofaring atau bakteri dari

meatus eksterna khususnya terbawa oleh air, sehingga penutupan membrane timpani

disarankan.

10

Page 11: Refer At

OMSK tipe maligna :

Komplikasi dimana terbentuknya kolesteatom berupa :

1. erosi canalis semisirkularis

2. erosi canalis tulang

3. erosi tegmen timpani dan abses ekstradural

4. erosi pada permukaan lateral mastoid dengan timbulnya abses subperiosteal

5. erosi pada sinus sigmoid

Prognosis kolesteatom yang tidak diobati akan berkembang menjadi meningitis,

abes otak, prasis fasialis atau labirintis supuratif yang semuanya fatal. Sehingga OMSK

type maligna harus diobati secara aktif sampai proses erosi tulang berhenti.

11

Page 12: Refer At

BAB III

KESIMPULAN

1. Otitis media supuratif kronik (OMSK) adalah peradangan akibat infeksi

mukoperiosteum kavitas timpani yang ditandai oleh perforasi membran timpani

dengan sekret yang keluar terus menerus atau hilang timbul dan dapat

menyebabkan perubahan patologik yang permanen.

2. Kejadianya banyak terjadi di negara berkembang termasuk indonesia , kita

sebagai dokter umum nantinya akan menjadi lini pertama apa bila menemukan

kasus seperti ini.

3. Keluhan penakit ini sering berulang berupa keluar cairan dari telinga , fungsi

pendengaran berkurang, otalgia, vertigo, dan rasa penuh di telinga akan sangat

mengganggu aktifitas sehari dari pasien.

4. Penatalaksanaannya apabila masi benigna dapat di lakukan di berikan H2O2 untuk

memberisak telinga dan dapat di berikan antibiotik. apabila fasilitas

memungkikan dapat di lakukan operasi rekonstruksi ( miringoplasti dan

timpanoplasti ). Pada tipe maligna di lakukan tindakan mastoidektomi.

5. Untuk komplikasi yang dapat terjadi sebelumnya di lakukan pemeriksaan

radiologi berupa foto rontgen mastoid untuk mengetahui apakan ada koleastoma

menandakan ada keganasan di sana, Prognosis kolesteatom yang tidak diobati

akan berkembang menjadi meningitis, abes otak, prasis fasialis atau labirintis

supuratif yang semuanya fatal. Sehingga OMSK type maligna harus diobati secara

aktif sampai proses erosi tulang berhenti.

12

Page 13: Refer At

DAFTAR PUSTAKA

1. Helmi. 2005. Otitis Media Supuratif Kronik. Jakarta : Balai penerbit FK UI.

hlm.55-72.

2. Utami TF, Bambang U, Kartono S. 2010.Rinitis alergi sebagai faktor risiko otitis

media supuratifkronis.Cermin Dunia Kedokteran.179(428):9.

3. World Health Organization. 2004. Suppurative otitis media burden of illness and

management options. Geneva, Switzerland : WHO

4. Iskandar N, sopeardi EA, Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan

Tenggorok, edisi ketiga FKUI Jakarta 1997

5. Utami TE. Rinitis alergi sebagai factor risiko Otitis Media Supuratif Kronis.

Cermin Dunia Kedokteran 2010;179. p. 425-29

6. SMF ilmu penyakit THT. Pedoman Diagnosa dan Terapi. Edisi III.

Surabaya.2005. Bab 6; hal 14 - 16

7. Djaafar. 2007. Otitis Media Supuratif Kronis. Jakarta : Balai Penerbit FK UI. hal

70 - 74.

8. Iskandar N, sopeardi EA, Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan

Tenggorok, edisi ketiga FKUI Jakarta 1997.

9. http://www.eyecentersouth.net/images/anatomyEar.jpg

10. http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/1/17/

Cholesteatom_kuppelraum_1a.jpg/230px-Cholesteatom_kuppelraum_1a.jpg

11. http://1.bp.blogspot.com/__zIcAL1nZs/TT6lN2oaQ8I/AAAAAAAAB1U/

hIK9O5TLI6s/s1600/cholesteatoma_0702.jpg.

12. httpwww.eardoc.infowp-contentuploads201106otitis-media-chronic.gif

13. http://2.bp.blogspot.com/_SCHl1nrEOHA/S2KisC1Zd2I/AAAAAAAACNc/

BGrXgaT5LCc/s320/perforasi_gendang_telinga.jpg

14. http://medicastore.com/images/timpanoplasti1.jpg

15. Soepardi, Efiaty Arsyad Prof. dr. Sp. THT dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan

Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Jakarta : Balai Penerbitan FKUI.

13

Page 14: Refer At

14