Refer At
-
Upload
martha-wibawa -
Category
Documents
-
view
5 -
download
0
description
Transcript of Refer At
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) adalah infeksi kronik telinga tengah
disertai perforasi membran timpani dan keluarnya sekret. Sebagian besar OMSK
merupakan kelanjutan dari Otitis Media Akut (OMA) dan sebagian kecil disebabkan oleh
perforasi membran timpani akibat trauma telinga. Otitis media kronis merupakan
penyakit Telinga Hidung dan Tenggorok (THT) yang paling banyak di negara sedang
berkembang.
Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2004, sekitar 65-330 juta
orang di dunia menderita OMSK disertai dengan otorea, 60% diantaranya (39-200 juta)
menderita kurang pendengaran yang signifikan. Menurut survei pada tahun 1996
ditemukan prevalensi OMSK sebesar 3% (6,6 juta) dari penduduk Indonesia. Di
Indonesia, menurut Survei Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran Depkes, tahun
1993-1996 prevalensi OMSK adalah 3,1%-5,2% populasi. Usia terbanyak penderita
infeksi telinga tengah adalah usia 7-18 tahun, dan penyakit telinga tengah terbanyak
adalah OMSK. Prevalensi OMSK di RS Dr Cipto Mangunkusumo Jakarta pada tahun
1989.
Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus aureus merupakan bakteri tersering
yang diisolasi pada OMSK, sebagian besar telah resisten terhadap antibiotika yang lazim
digunakan. Ketidaktepatan atau terapi yang tidak adekuat menyebabkan kronisitas infeksi
.Selama ini pemberian antibiotika untuk OMSK hanya didasarkan pada educated guess
yaitu berdasarkan laporan terakhir mengenai bakteri yang paling sering ditemukan pada
OMSK. Namun, karena perkembangan resistensi antibiotik serta perubahan pola
kepekaan bakteri yang semakin lama semakin meluas, maka ketepatan penatalaksanaan
OMSK sangat ditentukan oleh ketepatan terapi antibiotika yang diberikan berdasarkan
hasil kultur kepekaan kuman yang dapat dilakukan melalui pendekatan identifikasi
kuman penyebab OMSK aktif sehingga pemilihan terapi secara empiris dapat dilakukan
Komplikasi serius pada OMSK adalah penyebaran infeksi ke sistem saraf pusat.
Untuk itu studi kasus mengenai pasien otitis media supuratif kronis dengan riwayat karies
dentis dan tonsilitis kronis dianggap perlu dilakukan.
1
B. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah memahami tentang :
1. Pengertian OMSK.
2. Etiologi OMSK.
3. Patofisiologi OMSK.
4. Komplikasi OMSK.
5. Pemeriksaan Penunjang OMSK.
6. Penatalaksanaan OMSK.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi dan Fisiologi Telinga
Secara umum telinga terbagi atas telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam. Telinga luar sendiri terbagi atas daun telinga, liang telinga dan bagian lateral dari membran timpani.
Gambar 1 : anatomi telinga9
Daun telinga di bentuk oleh tulang rawan dan otot serta ditutupi oleh kulit. Ke
arah liang telinga lapisan tulang rawan berbentuk corong menutupi hampir sepertiga
lateral, dua pertiga lainnya liang telinga dibentuk oleh tulang yang ditutupi kulit yang
melekat erat dan berhubungan dengan membran timpani. Bentuk daun telinga dengan
berbagai tonjolan dan cekungan serta bentuk liang telinga yang lurus dengan panjang
sekitar 2,5 cm, akan menyebabkan terjadinya resonansi bunyi sebesar 3500 Hz. Fungsi
dari telinga luar mengumpulkan suara dan mengubahnya menjadi energi getaram sampai
ke gendang telinga.15
Telinga tengah berbentuk seperti kubah dengan enam sisi. Telinga tengah terbagi
atas tiga bagian dari atas ke bawah, yaitu epitimpanum terletak di atas dari batas atas
membran timpani, mesotimpanum disebut juga kavum timpani terletak medial dari
membran timpani dan hipotimpanum terletak kaudal dari membran timpani.15
3
Fungsi dari telinga tengah akan meneruskan energi akustik yang berasal dari
telinga luar kedalam koklea yang berisi cairan. Sebelum memasuki koklea bunyi akan
diamplifikasi melalui perbedaan ukuran membran timpani dan tingkap lonjong, daya
ungkit tulang pendengaran dan bentuk spesifik dari membran timpani. Meskipun bunyi
yang diteruskan ke dalam koklea mengalami amplifikasi yang cukup besar, namun
efisiensi energi dan kemurnian bunyi tidak mengalami distorsi walaupun intensitas bunyi
yang diterima sampai 130 dB .15
Telinga dalam terdiri dari organ kesimbangan dan organ pendengaran. Telinga
dalam terletak di pars petrosus os temporalis dan disebut labirin karena bentuknya yang
kompleks. Telinga dalam pada waktu lahir bentuknya sudah sempurna dan hanya
mengalami pembesaran seiring dengan pertumbuhan tulang temporal. Telinga dalam
terdiri dari dua bagian yaitu labirin tulang dan labirin membranosa. Labirin tulang
merupakan susunan ruangan yang terdapat dalam pars petrosa os temporalis ( ruang
perilimfatik) dan merupakan salah satu tulang terkeras. Labirin tulang terdiri dari
vestibulum, kanalis semisirkularis dan kohlea. Telinga dalam merupakan tempat ujung -
ujung saraf pendengaran yang akan menhantarkan rangsangan suara tersebut ke pusat
pendengaran di otak.15
2.2 Definisi
Otitis media supuratif kronik (OMSK) adalah peradangan akibat infeksi
mukoperiosteum kavitas timpani yang ditandai oleh perforasi membran timpani dengan
sekret yang keluar terus menerus atau hilang timbul dan dapat menyebabkan perubahan
patologik yang permanen1.
Penyakit OMSK ini biasanya terjadi perlahan-lahan dan penderita datang dengan
gejala-gejala penyakit yang sudah lengkap dan morbiditas penyakit telinga tengah kronis
ini dapat berganda, gangguan pertama berhubungan dengan infeksi telinga tengah yang
terus menerus ( hilang timbul ) dan gangguan kedua adalah kehilangan fungsi
pendengaran yang disebabkan kerusakan mekanisme hantaran suara dan kerusakan konka
karena toksisitas atau perluasan infeksi langsung1.
2.3 Epidemiologi
Prevalensi OMSK pada beberapa negara antara lain dipengaruhi, kondisi sosial,
ekonomi, suku, tempat tinggal yang padat, hygiene dan nutrisi yang jelek. Kebanyakkan
4
studi mengukur nilai prevalensi bukannya menilai angka insidensi. Prevalensi OMSK
setiap negara dikategorikan oleh WHO regional classification ketika workshop
WHO/CIBA pada tahun 1996. Nilai prevalensi 1-2% dianggap rendah dan nilai 3-6%
dianggap tinggi3.
Dari survei pada 7 propinsi di Indonesia pada tahun 1996 ditemukan insiden Otitis
Media Supuratif Kronis (atau yang oleh awam dikenal sebagai "congek") sebesar 3% dari
penduduk Indonesia. Dengan kata lain dari 220 juta penduduk Indonesia diperkirakan
terdapat 6,6 juta penderita OMSK. Jumlah penderita ini kecil kemungkinan untuk
berkurang bahkan mungkin bertambah setiap tahunnya mengingat kondisi ekonomi masih
buruk, kesadaran masyarakat akan kesehatan yang masih rendah dan sering tidak
tuntasnya pengobatan yang dilakukan2.
2.3 Klasifikasi
OMSK dapat di bagi menjadi 2 jenis yaitu4 :
OMSK tipe aman ( tipe mukosa = benigna )
OMSK tipe bahaya ( tipe tulang = maligna )
Berdasarkan aktifitas sekret yang keluar di kenal juga OMSK aktif dan OMSK
tenang. OMSK aktif ialah OSMK sekret yang keluar secara aktif dari cavum timpani,
sedangkan OMSK tenang kavum timpani terlihan basah atau kering.4
Proses peradangan pada OMSK tipe aman berbatas pada mukosa saja, dan
bisanya tidak mengenai tulang. perforasi terletak di sentral. umunya OMSK tipe aman
jarang menimbukan komplikasi yang berbahaya.4
OMSK tipe maligna ialah OMSK yang disertai dengan kolesteatoma.
Kolesteatoma adalah suatu massa amof, konsistensinya seperti mentega, berwarna putih
terdiri dari lapisan epitel bertatak yang telah nekrotik. Perforasi pada OMSK tipe bahaya
letaknya di marginal atau di atik, kadang - kadang terdapat juga kolestetoma pada OMSK
dengan peforasi subtotal. sebagian besar komplikasi yang bahaya atau fatal timbul pada
OMSK tipe bahaya.4
5
Gambar 2 : Kolesteatoma10,11
2.4 Etiologi
Faktor predisposisi kronisitas otitis media ini adalah5 :
(1) Disfungsi tuba auditoria kronik, fokal infeksi seperti sinusitis kronik, adenoiditis
kronik dan tonsilitis kronik yang menyebabkan infeksi kronik atau berulang pada
saluran nafas atas dan selanjutnya mengakibatkan udem serta obstruksi tuba
auditoria. Beberapa kelainan seperti hipertrofi adenoid dan celah palatum
menyebabkan fungsi tuba auditoria terganggu. Gangguan kronis fungsi tuba
auditoria menyebabkan proses infeksi di telinga tengah menjadi kronis.
(2) Perforasi membran timpani yang menetap menyebabkan mukosa telinga tengah
selalu berhubungan dengan udara luar. Bakteri yang berasal dari kanalis
auditorius eksternus atau dari luar lebih leluasa masuk ke dalam telinga tengah
menyebabkan infeksi kronis pada mukosa telinga tengah.
(3) Bakteri yang resisten terhadap antibiotika. Bakteri yang tersering diisolasi pada
OMSK adalah Pseudomonas aeruginusa dan Staphylococcus aureus. Sebagian
besar bakteri tersebut telah resisten terhadap antibiotika yang lazim dipergunakan.
Ketidaktepatan atau terapi yang tidak adekuat menyebabkan kronisitas infeksi.
(4) Faktor konstitusi, alergimerupakan salah satu faktor konstitusi yang dapat
menyebabkan kronisitas. Pada keadaan alergi ditemukan perubahan berupa
bertambahnya sel goblet dan berkurangnya sel kolumner bersilia pada mukosa
telinga tengah dan tuba auditoria sehingga produksi cairan mukoid bertambah dan
efisiensi silia berkurang. Perubahan lain adalah udem mukosa tuba yang
6
menyebabkan fungsi tuba auditoria terganggu. Faktor konstitusi lainnya adalah
penurunan daya tahan tubuh.
Meskipun proses infeksi pada OMSK yang terjadi dapat diatasi dengan baik, akan
tetapi gejala sisa yang terjadi berupa perforasi membran timpani yang menetap
memerlukan tindakan lanjut pengobatan untuk penutupan perforasi secara konservatif
timpanoplasti. maupun berupa pembedahan5.
2.5 Patogenesis
Telinga tengah biasanya steril, meskipun terdapat mikroba di nasofaring dan
faring. Secara fisiologik terdapat mekanisme pencegahan masuknya mikroba ke dalam
telinga tengah oleh silia mukosa tuba Eustachius, enzim dan antibodi.7
Otitis media akut terjadi karena faktor pertahanan tubuh ini terganggu. Sumbatan
tuba Eustachius merupakan faktor penyebab utama dari otitis media. Karena fungsi tuba
Eustachius terganggu, pencegahan invasi kuman ke dalam telinga tengah juga terganggu,
sehingga kuman masuk ke dalam telinga tengah dan terjadi peradangan.7
Otitis media akut dengan perforasi membran timpani menjadi Otitis media
supuratif kronis apabila prosesnya sudah lebih dari 2 bulan. Bila proses infeksi kurang
dari 2 bulan, disebut otitis media supuratif subakut. Beberapa faktor yang menyebabkan
OMA menjadi OMSK ialah terapi yang terlambat diberikan, terapi yang tidak adekuat,
virulensi kuman tinggi, daya tahan tubuh pasien rendah (gizi kurang) atau higiene buruk.7
Sebagian besar OMSK merupakan kelanjutan OMA yang prosesnya sudah
berjalan lebih dari 2 bulan. Beberapa faktor penyebab adalah terapi yang terlambat, terapi
tidak adekuat, virulensi kuman tinggi, daya tahan tubuh rendah, atau kebersihan buruk.
Bila kurang dari 2 bulan disebut subakut.7 Peradangan atau infeksi dari telinga tengah
terjadi ketika tuba eustachius tersumbat (blacked). Tuba eustachius adalah saluran yang
menghubungkan antara nasofaring dan telinga tengah. Otitis media kronis terjadi karena
tuba eustachius tersumbat berulang-ulang (tersumbat dalam jangka waktu yang lama).
Hal ini dapat terjadi karena alergi, infeksi multiperl, trauma telinga dan pembesaran
adenoid. Ketika telinga tengah terinfeksi oleh bakteri atau kadang-kadang virus, ini bisa
menjadi serius. Kemungkinan otitis media kronis merupakan sebab dari OMA yang tidak
diobati secara optimal atau merupakan sebab dari infeksi telinga yang terjadi secara
berulang.1
7
2.6 Gejala Klinis
Pasien dengan otitis media kronik (OMSK) di tandai dengan seringnya keluar
cairan dari telinga dalam dan di sertai dengan riwayat berulangnya otitis media akut,
begitu juga dengan perforasi gendang telinga. Gejala lainnya seperti otalgia, vertigo,
tinitus, rasa penuh di telinga atau gangguan pendengaran. mengingat bahaya komplikasi.
OMSK maligna diagnosa harus segera di tegakan. diagnosa pasti dapat pada penemuan di
kamar operasi. beberapa tanda klinis sebagai pedoman adalah perforasi marginal atau
atik, abases atau fistelretroaurikuler, polip atau jaringan granulasi di liang telinga luar
yang berasal dari telinga tengah, kolesteatom pada telinga tengah sekret bernanah dan
berbau khas1.
Meatus acustikus eksterna mukin atau tidak mengalami edema. cairan yang keluar
bervariasi dari berbau busuk, bernanah, "cheeselike", dari jernih sampai serous. jaringan
granulasi sering terlihat di saluran media atau ruang telinga tengah1,2.
Gambar 3 : OMSK12 Gamabar 4 : Perforasi gendang telinga13
2.7 Diagnoasa6
1. Anamnesa
Otore terus menerus atau kumat - kumatan lebih dari 6-8 minggu.
pendengaran menurun.
2. Pemeriksaan THT
8
Otoskopi : untuk melihat tipe perforasi, mukosa kavum timpani, secret. untuk
persiapan operasi di perlukan pemeriksaan microskop.
Pemeriksaan hidung dan tenggorok untuk mengetahui penyebab kronik.
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemerikasaan yang di lakukan untuk mengetahui jenis dan derajat pendengaran
dapat di lakukan pemeriksaan adiometri. Pemeriksaan penunjang lain berupa foto rontgen
mastoid serta kultur dan uji resistensi kuman dari sekret telinga.
2.8 Penatalaksanaan
Kedua tipe OMSK ini memerlukan penatalaksanaan yang berbeda. Pada OMSK
tipe aman bila sekretnya keluar terus menerus atau aktif, maka di berikan obat pencuci
telinga , berupa larutan H2O2 3% selama 3 - 5 hari. Setelah tenang dapat di berikan terapi
antibiotik. supaya melakukan monitoring attack rate dan checking berkala, dan konseling
lingkungan yang bersih dan sehat sampai 2011 melaporkan bahwa antibiotik yang
resistensinya paling tinggi adalah amoksisilin, tetrasiklin, dan eritromisin. Sedangkan
antibiotik yang sensitifitasnya paling tinggi adalah ciprofloksasin, gentamisin, dan
ofloksasin.1,7 Pada stadum tenang dapat di lakukan timpanoplasti.
Gambar 5 : Timpanoplasti14
Sedangkan pada OMSK tipe bahaya diperlukan tindakan operatif untuk eradikasi
kolesteatom. tindakan operatif di sini mastoidektomi. Ada dua jenis teknik mastoidektomi
yaitu mastoidektomi dinding utuh dan mastoidektomi dinding runtuh. Mastoidektomi
9
dinding runtuh terdiri atas radikal mastoidektomi dan radikal mastoidektomi modifikasi.
Perbedaan utama dari kedua teknik ini adalah pada radikal mastoidektomi tidak ada
pemasangan graft.1
Pada teknik mastoidektomi radikal modifikasi yang perlu diperhatikan adalah
kemiringan tulang dan pengangkatan ujung mastoid untuk memungkinkan jaringan lunak
menggantung untuk mendorong timbulnya migrasi epitel sehingga menghasilkan rongga
yang kecil.1
Dalam penatalaksanaannya seorang dokter perlu memperhatikan pasien
seutuhnya, tidak hanya tanda dan gejala penyakit namun juga akar penyebab masalahnya.
Pembinaan keluarga yang dilakukan pada kasus ini tidak hanya mengenai penyakit
pasien, tetapi juga mencari penyebabnya sehingga pengobatan dapat dilakukan secara
komprehensif. Penatalaksanaan yang dapat dilakukan sebagai dokter umum pada pasien
ini meliputi konseling mengenai keluarnya cairan dari telinga kanan membutuhkan
waktu untuk sembuh, sehingga perlu pemeriksaan dan perawatan telinga secara berkala,
konseling mencegah penyakit saluran nafas berulang dengan memakan-makanan bergizi
terutama sayur dan buah, konseling oral hygiene yang buruk dapat menyebabkan infeksi
kuman dan penjalaran kuman ke telinga sehingga diajarkan cara sikat gigi yang benar,
memotivasi untuk melakukan perawatan gigi di dokter gigi, memotivasi orangtua supaya
melakukan monitoring attack rate dan checking berkala, dan konseling lingkungan yang
bersih dan sehat.1
2.9 Komplikasi dan Prognosa8
OMSK tipe benigna :
Omsk tipe benigna tidak menyerang tulang sehingga jarang menimbulkan
komplikasi, tetapi jika tidak mencegah invasi organisme baru dari nasofaring dapat
menjadi superimpose otitis media supuratif akut eksaserbsi akut dapat menimbulkan
komplikasi dengan terjadinya tromboplebitis vaskuler.
Prognosis dengan pengobatan local, otorea dapat mongering. Tetapi sisa perforasi
sentral yang berkepanjangan memudahkan infeski dari nasofaring atau bakteri dari
meatus eksterna khususnya terbawa oleh air, sehingga penutupan membrane timpani
disarankan.
10
OMSK tipe maligna :
Komplikasi dimana terbentuknya kolesteatom berupa :
1. erosi canalis semisirkularis
2. erosi canalis tulang
3. erosi tegmen timpani dan abses ekstradural
4. erosi pada permukaan lateral mastoid dengan timbulnya abses subperiosteal
5. erosi pada sinus sigmoid
Prognosis kolesteatom yang tidak diobati akan berkembang menjadi meningitis,
abes otak, prasis fasialis atau labirintis supuratif yang semuanya fatal. Sehingga OMSK
type maligna harus diobati secara aktif sampai proses erosi tulang berhenti.
11
BAB III
KESIMPULAN
1. Otitis media supuratif kronik (OMSK) adalah peradangan akibat infeksi
mukoperiosteum kavitas timpani yang ditandai oleh perforasi membran timpani
dengan sekret yang keluar terus menerus atau hilang timbul dan dapat
menyebabkan perubahan patologik yang permanen.
2. Kejadianya banyak terjadi di negara berkembang termasuk indonesia , kita
sebagai dokter umum nantinya akan menjadi lini pertama apa bila menemukan
kasus seperti ini.
3. Keluhan penakit ini sering berulang berupa keluar cairan dari telinga , fungsi
pendengaran berkurang, otalgia, vertigo, dan rasa penuh di telinga akan sangat
mengganggu aktifitas sehari dari pasien.
4. Penatalaksanaannya apabila masi benigna dapat di lakukan di berikan H2O2 untuk
memberisak telinga dan dapat di berikan antibiotik. apabila fasilitas
memungkikan dapat di lakukan operasi rekonstruksi ( miringoplasti dan
timpanoplasti ). Pada tipe maligna di lakukan tindakan mastoidektomi.
5. Untuk komplikasi yang dapat terjadi sebelumnya di lakukan pemeriksaan
radiologi berupa foto rontgen mastoid untuk mengetahui apakan ada koleastoma
menandakan ada keganasan di sana, Prognosis kolesteatom yang tidak diobati
akan berkembang menjadi meningitis, abes otak, prasis fasialis atau labirintis
supuratif yang semuanya fatal. Sehingga OMSK type maligna harus diobati secara
aktif sampai proses erosi tulang berhenti.
12
DAFTAR PUSTAKA
1. Helmi. 2005. Otitis Media Supuratif Kronik. Jakarta : Balai penerbit FK UI.
hlm.55-72.
2. Utami TF, Bambang U, Kartono S. 2010.Rinitis alergi sebagai faktor risiko otitis
media supuratifkronis.Cermin Dunia Kedokteran.179(428):9.
3. World Health Organization. 2004. Suppurative otitis media burden of illness and
management options. Geneva, Switzerland : WHO
4. Iskandar N, sopeardi EA, Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan
Tenggorok, edisi ketiga FKUI Jakarta 1997
5. Utami TE. Rinitis alergi sebagai factor risiko Otitis Media Supuratif Kronis.
Cermin Dunia Kedokteran 2010;179. p. 425-29
6. SMF ilmu penyakit THT. Pedoman Diagnosa dan Terapi. Edisi III.
Surabaya.2005. Bab 6; hal 14 - 16
7. Djaafar. 2007. Otitis Media Supuratif Kronis. Jakarta : Balai Penerbit FK UI. hal
70 - 74.
8. Iskandar N, sopeardi EA, Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan
Tenggorok, edisi ketiga FKUI Jakarta 1997.
9. http://www.eyecentersouth.net/images/anatomyEar.jpg
10. http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/1/17/
Cholesteatom_kuppelraum_1a.jpg/230px-Cholesteatom_kuppelraum_1a.jpg
11. http://1.bp.blogspot.com/__zIcAL1nZs/TT6lN2oaQ8I/AAAAAAAAB1U/
hIK9O5TLI6s/s1600/cholesteatoma_0702.jpg.
12. httpwww.eardoc.infowp-contentuploads201106otitis-media-chronic.gif
13. http://2.bp.blogspot.com/_SCHl1nrEOHA/S2KisC1Zd2I/AAAAAAAACNc/
BGrXgaT5LCc/s320/perforasi_gendang_telinga.jpg
14. http://medicastore.com/images/timpanoplasti1.jpg
15. Soepardi, Efiaty Arsyad Prof. dr. Sp. THT dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Jakarta : Balai Penerbitan FKUI.
13
14