refarat-hematoma-epidural

download refarat-hematoma-epidural

of 13

Transcript of refarat-hematoma-epidural

  • 8/3/2019 refarat-hematoma-epidural

    1/13

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Epidural hematom adalah salah satu jenis perdarahan intracranial yang

    paling sering terjadi karena fraktur tulang tengkorak. Otak di tutupi oleh tulang

    tengkorak yang kaku dan keras. Otak juga di kelilingi oleh sesuatu yang berguna

    sebagai pembungkus yang disebut dura. Fungsinya untuk melindungi otak,

    menutupi sinus-sinus vena, dan membentuk periosteum tabula interna.. Ketika

    seorang mendapat benturan yang hebat di kepala kemungkinan akan terbentuksuatu lubang, pergerakan dari otak mungkin akan menyebabkan pengikisan atau

    robekan dari pembuluh darah yang mengelilingi otak dan dura, ketika pembuluh

    darah mengalami robekan maka darah akan terakumulasi dalam ruang antara dura

    dan tulang tengkorak, keadaan inlah yang di kenal dengan sebutan epidural

    hematom.(1,2,3 )

    Epidural hematom biasanya merupakan hasil dari kontak paksa yang

    berlangsung singkat pada calvaria yang mengakibatkan terpisahnya periosteal

    dura dari tulang dan terganggunya pembuluh darah yang terkena karena

    penekanan. Fraktur tulang tengkorak terjadi pada 85-95% kasus dewasa, tetapi

    dapat juga ditemukan pada anak-anak karena plastisitas tulang kalvaria yang

    immatur. Struktur arteri dan vena dapat terganggu, disebabkan expansi cepat pada

    hematom, bagaimanapun kronik atau manifestasi yang terlambat dapat terjadi

    apabila vena sentral terlibat.

    Epidural hematom sebagai keadaan neurologis yang bersifat emergency

    dan biasanya berhubungan dengan linear fraktur yang memutuskan arteri yang

    lebih besar, sehingga menimbulkan perdarahan. Venous epidural hematom

    berhubungan dengan robekan pembuluh vena dan berlangsung perlahan-lahan.

    Arterial hematom terjadi pada middle meningeal artery yang terletak di bawah

    tulang temporal. Perdarahan masuk ke dalam ruang epidural, bila terjadi

    perdarahan arteri maka hematom akan cepat terjadi.(12)

    1

  • 8/3/2019 refarat-hematoma-epidural

    2/13

    BAB II

    TINJAUAN KEPUSTAKAAN

    I. DEFINISI

    Epidural hematoma adalah terkumpulnya darah dalam rongga potensial

    antara duramater dan tulang tengkorak yang dapat terjadi intrakranial atau spinal.

    (7)

    II. INSIDEN DAN EPIDEMIOLOGI

    Di Amerika Serikat, 2% dari kasus trauma kepala mengakibatkan epidural

    hematoma dan sekitar 10% mengakibatkan koma. Secara Internasional frekuensi

    kejadian epidural hematoma hampir sama dengan angka kejadian di Amerika

    Serikat. Orang yang beresiko mengalami EDH adalah orang tua yang memiliki

    masalah berjalan dan sering jatuh.(2,9)

    60 % penderita epidural hematoma adalah berusia dibawah 20 tahun, dan

    jarang terjadi pada umur kurang dari 2 tahun dan di atas 60 tahun. Angkakematian meningkat pada pasien yang berusia kurang dari 5 tahun dan lebih dari

    55 tahun. Lebih banyak terjadi pada laki-laki dibanding perempuan dengan

    perbandingan 4:1. (9)

    Tipe- tipe epidural hematoma : (6)

    1. Epidural hematoma akut (58%)

    2. Subakut hematoma ( 31 % )

    3. kronik hematoma ( 11%)

    III. ETIOLOGI

    Epidural hematoma dapat terjadi pada siapa saja dan umur berapa saja,

    beberapa keadaan yang bisa menyebabkan epidural hematom adalah misalnya

    benturan pada kepala pada kecelakaan motor. Epidural hematoma terjadi akibat

    trauma kepala, yang biasanya berhubungan dengan fraktur tulang tengkorak dan

    laserasi pembuluh darah.(2,9)

    2

  • 8/3/2019 refarat-hematoma-epidural

    3/13

    IV. ANATOMI OTAK

    Otak di lindungi dari cedera oleh rambut, kulit dan tulang yang

    membungkusnya, tanpa perlindungan ini, otak yang lembut yang membuat kita

    seperti adanya, akan mudah sekali terkena cedera dan mengalami kerusakan.

    Selain itu, sekali neuron rusak, tidak dapat di perbaiki lagi. Cedera kepala dapat

    mengakibatkan malapetaka besar bagi seseorang. Sebagian masalah merupakan

    akibat langsung dari cedera kepala. Efek-efek ini harus dihindari dan di temukan

    secepatnya dari tim medis untuk menghindari rangkaian kejadian yang

    menimbulkan gangguan mental dan fisik dan bahkan kematian.(1)

    Tepat di atas tengkorak terletak galea aponeurotika, suatu jaringan fibrosa,

    padat dapat di gerakkan dengan bebas, yang memebantu menyerap kekuatan

    trauma eksternal. Di antar kulit dan galea terdapat suatu lapisan lemak dan lapisan

    membrane dalam yang mngandung pembuluh-pembuluih besar. Bila robek

    pembuluh ini sukar mengadakan vasokontriksi dan dapat menyebabkan

    kehilangan darah yang berarti pada penderita dengan laserasi pada kulit kepala.

    Tepat di bawah galea terdapat ruang subaponeurotik yang mengandung vena

    emisaria dan diploika. Pembuluh-pembuluh ini dapat membawa infeksi dari kulit

    kepala sampai jauh ke dalam tengkorak, yang jelas memperlihatkan betapa

    pentingnya pembersihan dan debridement kulit kepala yang seksama bila galea

    terkoyak. (1)

    Pada orang dewasa, tengkorak merupakan ruangan keras yang tidak

    memungkinkan perluasan intracranial. Tulang sebenarnya terdiri dari dua dinding

    atau tabula yang di pisahkan oleh tulang berongga. Dinding luar di sebit tabula

    eksterna, dan dinding bagian dalam di sebut tabula interna. Struktur demikian

    memungkinkan suatu kekuatan dan isolasi yang lebih besar, dengan bobot yang

    lebih ringan . tabula interna mengandung alur-alur yang berisiskan arteria

    meningea anterior, media, dan p0osterior. Apabila fraktur tulang tengkorak

    menyebabkan robeknya salah satu dari artery-artery ini, perdarahan arterial yang

    di akibatkannya, yang tertimbun dalam ruang epidural, dapat menimbulkan akibat

    yang fatal kecuali bila di temukan dan diobati dengan segera.

    3

  • 8/3/2019 refarat-hematoma-epidural

    4/13

    Pelindung lain yang melapisi otak adalah meninges. Ketiga lapisan

    meninges adalah dura mater, arachnoid, dan pia mater(1)

    1. Dura mater cranialis, lapisan luar yang tebal dan kuat. Terdiri atas dua

    lapisan:

    - Lapisan endosteal (periosteal) sebelah luar dibentuk oleh

    periosteum yang membungkus dalam calvaria

    - Lapisan meningeal sebelah dalam adalah suatu selaput fibrosa yang

    kuat yang berlanjut terus di foramen mgnum dengan dura mater

    spinalis yang membungkus medulla spinalis

    2. Arachnoidea mater cranialis, lapisan antara yang menyerupai sarang laba-

    laba

    3. Pia mater cranialis, lapis terdalam yang halus yang mengandung banyak

    pembuluh darah.

    V. PATOFISIOLOGI

    Pada hematom epidural, perdarahan terjadi di antara tulang tengkorak dan

    dura meter. Perdarahan ini lebih sering terjadi di daerah temporal bila salah satu

    cabang arteria meningea media robek. Robekan ini sering terjadi bila fraktur

    tulang tengkorak di daerah bersangkutan. Hematom dapat pula terjadi di daerah

    frontal atau oksipital.(8)

    Arteri meningea media yang masuk di dalam tengkorak melalui foramen

    spinosum dan jalan antara durameter dan tulang di permukaan dan os temporale.

    Perdarahan yang terjadi menimbulkan hematom epidural, desakan oleh hematoma

    akan melepaskan durameter lebih lanjut dari tulang kepala sehingga hematom

    bertambah besar. (8)

    Hematoma yang membesar di daerah temporal menyebabkan tekanan pada

    lobus temporalis otak kearah bawah dan dalam. Tekanan ini menyebabkan bagian

    medial lobus mengalami herniasi di bawah pinggiran tentorium. Keadaan ini

    menyebabkan timbulnya tanda-tanda neurologik yang dapat dikenal oleh tim

    medis.(1)

    4

  • 8/3/2019 refarat-hematoma-epidural

    5/13

    Tekanan dari herniasi unkus pda sirkulasi arteria yang mengurus formation

    retikularis di medulla oblongata menyebabkan hilangnya kesadaran. Di tempat ini

    terdapat nuclei saraf cranial ketiga (okulomotorius). Tekanan pada saraf ini

    mengakibatkan dilatasi pupil dan ptosis kelopak mata. Tekanan pada lintasan

    kortikospinalis yang berjalan naik pada daerah ini, menyebabkan kelemahan

    respons motorik kontralateral, refleks hiperaktif atau sangat cepat, dan tanda

    babinski positif.(1)

    Dengan makin membesarnya hematoma, maka seluruh isi otak akan

    terdorong kearah yang berlawanan, menyebabkan tekanan intracranial yang besar.

    Timbul tanda-tanda lanjut peningkatan tekanan intracranial antara lain kekakuan

    deserebrasi dan gangguan tanda-tanda vital dan fungsi pernafasan.(1)

    Karena perdarahan ini berasal dari arteri, maka darah akan terpompa terus

    keluar hingga makin lama makin besar. Ketika kepala terbanting atau terbentur

    mungkin penderita pingsan sebentar dan segera sadar kembali. Dalam waktu

    beberapa jam , penderita akan merasakan nyeri kepala yang progersif memberat,

    kemudian kesadaran berangsur menurun. Masa antara dua penurunan kesadaran

    ini selama penderita sadar setelah terjadi kecelakaan di sebut interval lucid.

    Fenomena lucid interval terjadi karena cedera primer yang ringan pada Epidural

    hematom. Kalau pada subdural hematoma cedera primernya hamper selalu berat

    atau epidural hematoma dengan trauma primer berat tidak terjadi lucid interval

    karena pasien langsung tidak sadarkan diri dan tidak pernah mengalami fase

    sadar. (8)

    Sumber perdarahan : (8)

    Artery meningea ( lucid interval : 2 3 jam )

    Sinus duramatis

    Diploe (lubang yang mengisis kalvaria kranii) yang berisi a. diploica dan

    vena diploica

    5

  • 8/3/2019 refarat-hematoma-epidural

    6/13

    Gambar 1: Hematom epidural akibat perdarahan arteri meningea media,terletak

    antara duramater dan lamina interna tulang pelipis. Os Temporale (1), Hematom

    Epidural (2), Duramater (3), Otak terdorong kesisi lain (4)

    Epidural hematoma merupakan kasus yang emergensi di bedah saraf

    karena progresifitasnya yang cepat karena durameter melekat erat pada sutura

    sehingga langsung mendesak ke parenkim otak menyebabkan mudah herniasi

    trans dan infra tentorial. Karena itu setiap penderita dengan trauma kepala yang

    mengeluh nyeri kepala yang berlangsung lama, apalagi progresif memberat, harus

    segera di rawat dan diperiksa dengan teliti.(8,10)

    VI. GAMBARAN KLINIS

    Gejala yang sangat menonjol ialah kesadaran menurun secara progresif.

    Pasien dengan kondisi seperti ini seringkali tampak memar di sekitar mata dan di

    belakang telinga. Sering juga tampak cairan yang keluar pada saluran hidung atautelinga. Pasien seperti ini harus di observasi dengan teliti. (3)

    Setiap orang memiliki kumpulan gejala yang bermacam-macam akibat

    dari cedera kepala. Banyak gejala yang muncul bersaman pada saat terjadi cedera

    kepala.

    Gejala yang sering tampak : (3,8)

    Penurunan kesadaran, bisa sampai koma

    Bingung

    6

  • 8/3/2019 refarat-hematoma-epidural

    7/13

    Penglihatan kabur

    Susah bicara

    Nyeri kepala yang hebat

    Keluar cairan darah dari hidung atau telinga

    Nampak luka yang adalam atau goresan pada kulit kepala.

    Mual

    Pusing

    Berkeringat

    Pucat

    Pupil anisokor, yaitu pupil ipsilateral menjadi melebar.

    Pada tahap kesadaran sebelum stupor atau koma, bisa dijumpai hemiparese

    atau serangan epilepsi fokal. Pada perjalannya, pelebaran pupil akan mencapai

    maksimal dan reaksi cahaya pada permulaan masih positif menjadi negatif. Inilah

    tanda sudah terjadi herniasi tentorial. Terjadi pula kenaikan tekanan darah dan

    bradikardi. Pada tahap akhir, kesadaran menurun sampai koma dalam, pupil

    kontralateral juga mengalami pelebaran sampai akhirnya kedua pupil tidak

    menunjukkan reaksi cahaya lagi yang merupakan tanda kematian. Gejala-gejala

    respirasi yang bisa timbul berikutnya, mencerminkan adanya disfungsi

    rostrocaudal batang otak.(11)

    Jika Epidural hematom di sertai dengan cedera otak seperti memar otak,

    interval bebas tidak akan terlihat, sedangkan gejala dan tanda lainnya menjadi

    kabur.(8)

    VII. RADIOLOGI

    Dengan CT-scan dan MRI, perdarahan intrakranial akibat trauma kepala

    lebih mudah dikenali. (2)

    Foto Polos Kepala

    Pada foto polos kepala, kita tidak dapat mendiagnosa pasti sebagai

    epidural hematoma. Dengan proyeksi Antero-Posterior (A-P), lateral dengan sisi

    7

  • 8/3/2019 refarat-hematoma-epidural

    8/13

    yang mengalami trauma pada film untuk mencari adanya fraktur tulang yang

    memotong sulcus arteria meningea media. (10)

    Gambar 2: Fraktur impresi dan linier pada tulang parietal, frontal dan temporal

    Computed Tomography (CT-Scan)

    Pemeriksaan CT-Scan dapat menunjukkan lokasi, volume, efek, dan

    potensi cedara intracranial lainnya. Pada epidural biasanya pada satu bagian saja

    (single) tetapi dapat pula terjadi pada kedua sisi (bilateral), berbentuk bikonfeks,

    paling sering di daerah temporoparietal. Densitas darah yang homogen

    (hiperdens), berbatas tegas, midline terdorong ke sisi kontralateral. Terdapat pula

    garis fraktur pada area epidural hematoma, Densitas yang tinggi pada stage yang

    akut ( 60 90 HU), ditandai dengan adanya peregangan dari pembuluh darah.

    (6,8,16)

    8

  • 8/3/2019 refarat-hematoma-epidural

    9/13

    Gambar 3. Gambaran CT-Scan Epidural hematoma di Lobus Fronal kanan.

    Gambar 4. Gambaran CT-Scan fraktur tulang frontal kanan di anterior sutura

    coronalis

    Magnetic Resonance Imaging (MRI)

    MRI akan menggambarkan massa hiperintens bikonveks yang menggeser

    posisi duramater, berada diantara tulang tengkorak dan duramater. MRI juga dapat

    menggambarkan batas fraktur yang terjadi. MRI merupakan salah satu jenis

    pemeriksaan yang dipilih untuk menegakkan diagnosis.(9,10,12)

    9

  • 8/3/2019 refarat-hematoma-epidural

    10/13

    Gambar 5. Gambaran MRI Epidural hematoma.

    VIII. DIAGNOSIS BANDING

    1. Hematoma subdural

    Hematoma subdural terjadi akibat pengumpulan darah diantara dura mater

    dan arachnoid. Secara klinis hematoma subdural akut sukar dibedakan dengan

    epidural hematoma yang berkembang lambat. Gambaran CT-Scan hematoma

    subdural, tampak penumpukan cairan ekstraaksial yang hiperdens berbentuk bulan

    sabit. (10)

    2. Hematoma Subarachnoid

    Perdarahan subarakhnoid terjadi karena robeknya pembuluh-pembuluh

    darah di dalamnya. (10)

    10

  • 8/3/2019 refarat-hematoma-epidural

    11/13

    IX. PENATALAKSANAAN

    Penanganan darurat :

    Dekompresi dengan kraniotomi sederhana

    Kraniotomi untuk mengevakuasi hematom

    Terapi medikamentosa

    Elevasi kepala 300 dari tempat tidur setelah memastikan tidak ada cedera

    spinal atau gunakan posisi trendelenburg terbalik untuk mengurang tekanan

    intracranial dan meningkatkan aliran balik vena.(7)

    Pengobatan yang lazim diberikan pada cedera kepala adalah golongan

    dexametason (dengan dosis awal 10 mg kemudian dilanjutkan 4 mg tiap 6 jam),

    mannitol 20% (dosis 1-3 mg/kgBB/hari) yang bertujuan untuk mengatasi edema

    cerebri yang terjadi akan tetapi hal ini masih kontroversi dalam memilih mana

    yang terbaik. Dianjurkan untuk memberikan terapi profilaksis dengan fenitoin

    sedini mungkin (24 jam pertama) untuk mencegah timbulnya focus epileptogenic

    dan untuk penggunaan jangka panjang dapat dilanjutkan dengan karbamazepin.

    Tri-hidroksimetil-amino-metana (THAM) merupakan suatu buffer yang dapat

    masuk ke susunan saraf pusat dan secara teoritis lebih superior dari natrium

    bikarbonat, dalam hal ini untuk mengurangi tekanan intracranial. Barbiturat dapat

    dipakai unuk mengatasi tekanan inrakranial yang meninggi dan mempunyai efek

    protektif terhadap otak dari anoksia dan iskemik dosis yang biasa diterapkan

    adalah diawali dengan 10 mg/kgBB dalam 30 menit dan kemudian dilanjutkan

    dengan 5 mg/ kgBB setiap 3 jam serta drip 1 mg/kgBB/jam unuk mencapai kadar

    serum 3-4mg%.(6)

    Terapi Operatif

    Operasi di lakukan bila terdapat : (11)

    Volume hamatom > 30 ml ( kepustakaan lain > 44 ml)

    Keadaan pasien memburuk

    Pendorongan garis tengah > 3 mm

    11

  • 8/3/2019 refarat-hematoma-epidural

    12/13

    Indikasi operasi di bidang bedah saraf adalah untuk life savingdan untuk

    fungsional saving. Jika untuk keduanya tujuan tersebut maka operasinya menjadi

    operasi emergenci. Biasanya keadaan emergenci ini di sebabkan oleh lesi desak

    ruang.(8)

    Indikasi untuklife savingadalah jika lesi desak ruang bervolume :

    > 25 cc desak ruang supra tentorial

    > 10 cc desak ruang infratentorial

    > 5 cc desak ruang thalamus

    Sedangkan indikasi evakuasi life saving adalah efek masa yang signifikan : Penurunan klinis

    Efek massa dengan volume > 20 cc dengan midline shift > 5 mm dengan

    penurunan klinis yang progresif.

    Tebal epidural hematoma > 1 cm dengan midline shift > 5 mm dengan

    penurunan klinis yang progresif.

    X. PROGNOSISPrognosis tergantung pada : (8)

    Lokasinya ( infratentorial lebih jelek )

    Besarnya

    Kesadaran saat masuk kamar operasi.

    Jika ditangani dengan cepat, prognosis epidural hematoma biasanya baik,

    karena kerusakan otak secara menyeluruh dapat dibatasi. Angka kematian berkisar

    antara 7-15% dan kecacatan pada 5-10% kasus. Prognosis sangat buruk padapasien yang mengalami koma sebelum operasi. (2,10)

    DAFTAR PUSTAKA

    12

  • 8/3/2019 refarat-hematoma-epidural

    13/13

    1. Anderson S. McCarty L., Cedera Susunan Saraf Pusat, Patofisiologi, edisi

    4, Anugrah P. EGC, Jakarta,1995, 1014-1016

    2. Anonym, Epidural hematoma, www.braininjury.com/epidural-subdural-

    hematoma.shtml.

    3. Buergener F.A, Differential Diagnosis in Computed Tomography, Baert

    A.L. Thieme Medical Publisher, New York,1996, 22

    4. Dahnert W, MD, Brain Disorders, Radiology Review Manual, second

    edition, Williams & Wilkins, Arizona, 1993, 117 178

    5. Ekayuda I., Angiografi, Radiologi Diagnostik, edisi kedua, Balai Penerbit

    FKUI, Jakarta, 2006, 359-366

    6. Hafid A, Epidural Hematoma, Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi kedua, Jong

    W.D. EGC, Jakarta, 2004, 818-819

    7. Mc.Donald D., Epidural Hematoma,www.emedicine.com

    8. Markam S, Trauma Kapitis, Kapita Selekta Neurologi, Edisi kedua,

    Harsono, Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 2005, 314

    9. Mardjono M. Sidharta P., Mekanisme Trauma Susunan Saraf, Neurologi

    Kilinis Dasar, Dian Rakyat, Jakarta, 2003, 254-259

    10. Price D., Epidural Hematoma, www.emedicine.com

    11. Soertidewi L. Penatalaksanaan Kedaruratan Cedera Kranio Serebral,

    Updates In Neuroemergencies, Tjokronegoro A., Balai Penerbit FKUI,

    Jakarta, 2002, 80

    12. Sutton D, Neuroradiologi of The Spine, Textbook of Radiology and

    Imaging, fifth edition, Churchill Living Stone, London,1993, 1423

    13

    http://www.emedicine.com/http://www.emedicine.com/http://www.emedicine.com/http://www.emedicine.com/http://www.emedicine.com/