Redd dari berbagai sudut
-
Upload
yayasan-cappa -
Category
Documents
-
view
1.461 -
download
11
Transcript of Redd dari berbagai sudut
Membaca REDD dari Membaca REDD dari berbagai sudutberbagai sudut
Arief Wicaksono
PENGANTARPENGANTAR
PengantarPengantar
“Mengurangi emisi dari penggerusan hutan dan degradasi lahan”, sebagaimana halnya dengan “menurunkan emisi dari produksi barang secara besar-besaran (industrial)”◦ Ikhtiar spesies manusia untuk mencegah terus naiknya suhu
atmosfir melewati ambang gentingnya, 2º C.
Bagaimana melakukan kedua-keduanya ternyata sama-sekali tidak sederhana duduk perkaranya.◦ Motif politik cari-uang dan atau enggan kehilangan kesempatan
mengakumulasi modal dari tindakan mengatasi krisis 42 negara-negara Annex 1 & negara-negara yang sedang meng-industri (non-Annex 1) untuk menunda-nunda membalik arah pemburukan krisis pada akar masalahnya: produksi-konsumsi energi & bahan yang tidak lagi bertujuan memenuhi syarat metabolisme sosial-ekologis, melainkan untuk melayani logika pembesaran kapital semata untuk pembesaran kapital.
PengantarPengantar
Hutan mengandung hampir ½ dari total cadangan karbon terestrial dunia◦ Total kandungan karbon pada ekosistem hutan pada 2005 sekitar 283
Gt, termasuk yang tersimpan sebagai biomassa, tanah & kayu mati (FAO, 2006)
◦ Tergantung pada bagaimana hutan dilenyapkan & pemanfaatan lanjut dari pohon yang ditumbangkan serta tanah yang terbuka, deforestasi tidak hanya melepas karbon yang tersimpan di atas muka tanah, tetapi menjurus ke dekomposisi massa akar & mobilisasi karbon tanah
◦ Emisi karbon global (CO2 & GRK lain) dari perubahan tata-guna lahan, termasuk pada deforestasi tropis, diperkirakan antara 18 - 25% dari total emisi tahunan global dari semua sumber (Stern, 2006)
Pemangkasan emisi dari deforestasi berbeda dari sekuestrasi karbon, yang bertujuan menahan CO2 dari atmosfer & lebih fokus pada ‘penyimpanan’ dibandingkan sumber emisi◦ Sementara rincian mekanisme masih harus dirumuskan, jelas bahwa ini
akan fokus pada penghindaran atau pemangasan emisi CO2 ketimbang deforestasinya
PengantarPengantar
Problematika integrasi “hutan” ke “perubahan iklim” Tunggakan persoalan pada isu hutan di berbagai tingkat Kegagalan integrasi tata-kelola hutan, penegakan hukum &
penegakkan perangkat perdagangan regional/global menangani pembalakan & balak liar pasar “mengendalikan” produk ilegal dibanding yang legal
Perangkat PK yang berlaku, LULUCF, lebih mengarah kepada tindakan “penghutanan” (afforestasi/reforestasi atau A/R) lewat jalur CDM
Papan catur baru itu bernama REDD REDD atau reducing emission from deforestation and forest
degradation (pemangkasan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan)
REDD digagas pertama kali oleh delegasi Papua Nugini & Costa Rica pada COP11 2005, dengan tujuan untuk mendapatkan manfaat dan keuntungan dari agenda adaptasi dan mitigasi Protokol Kyoto, seperti yang sudah dinikmati oleh negara-negara industri maju (negara-negara Annex I)
PengantarPengantar
RED dan Bali Action Plan pada COP13 di Bali, Desember 2007. ‘D’ kedua pada singkatan REDD sudah mulai dipopulerkan
Reducing Emission from Deforestation in Developing Countries (REDD).
Negara-negara non-Annex pemilik hutan: Punya mekanisme tersendiri.
Dukungan luas diterima pada keputusan COP13 Rancang Tindak Bali (Bali Action Plan).
Bali Action Plan: Pendekatan komprehensif mitigasi perubahan iklim harus mencakup:
“Pendekatan-pendekatan kebijakan dan insentif positif tentang isu-isu terkait dengan pemangkasan emisi yang bersumber dari deforestasi dan degradasi hutan di negara-negara berkembang.”
REDD mekanisme sukarela (voluntary) negara non-Annex I tidak wajib
memangkas emisi GRK Lima elemen penting: (a) lingkup; (b) tingkat rujukan; (c) distribusi
(manfaat/risiko); (d) mekanisme pembiayaan: dan, (e) tata-kelola (governance).
PengantarPengantar
Lingkup
Tingkat rujukan
Distribusi
Mekanisme pembiayaan
compliance
voluntary
X XX X X X
Tata-kelola
PengantarPengantar
Karbondioksida (CO2) adalah alat-tukar (currency) dari REDD untuk mendapatkan dukungan pembiayaan dari sumber-sumber yang berlaku.
Proses umum prosedur REDD;◦ Penyepakatan definisi hutan (ekosistem &/ kawasan)
◦ Penetapan lingkup & tingkat rujukan, termasuk, Total emisi yang akan didaftarkan & disertifikasi: diturunkan dari
operasi penghitungan berikut asumsi yang diperlukan (CIFOR 2007, ICRAF 2007, IFCA-DepHut 2008)
Satuan yang digunakan adalah ton CO2 ekuivalen
◦ Perumusan rona-awal (baseline): (1) luas hutan (nasional); (2) rasio luas hutan daerah vs. nasional; (3) laju deforestasi dengan tahun rujukan tertentu; (4) status degradasi hutan; (5) masalah sosial akibat deforestasi; (6) masalah ekonomi akibat deforestasi; (7) tunggakan masalah pengelolaan.
◦ Penyusunan proposal REDD Pilihan pengajuan: Overseas Development Agency (ODA), pasar
karbon, sistem perdagangan emisi (contoh: EUTS)
PengantarPengantar
Sejak penyelenggaraan COP13 di Bali Pemerintah Indonesia c.q. Departemen Kehutanan sangat giat mengembangkan perangkat hukum atau peraturan yang terkait langsung dengan pelaksanaan REDD. Di antaranya:◦ Permenhut No. P. 68/Menhut-II/2008, 11 Desember 2008 tentang
penyelengaraan implementasi dari kegiatan demonstrasi Pengurangan Emisi karbon dari Deforestasi dan Degradasi Hutan (REDD)
◦ Permenhut No. P. 30/Menhut-II/2009, 1 Mei 2009 tentang Tata Cara Pengurangan Emisi dari Deforestasi dan Degradasi Hutan (REDD)
◦ Permenhut No. P. 36/Menhut-II/2009, 22 Mei 2009 tentang Tata Cara Perizinan Usaha Pemanfaatan Penyerapan dan/atau Penyimpanan Karbon pada Hutan Produksi dan Hutan Lindung.
Permenhut No. 68/2008: Menguraikan prosedur permohonan & pengesahan kegiatan demonstrasi REDD, sehingga metodologi, teknologi & kelembagaan REDD dapat dicoba dan dievaluasi. Tantangannya adalah bagaimana kegiatan demonstrasi dapat dialihkan menjadi proyek REDD yang sesungguhnya di masa yang akan datang
PengantarPengantar
Permenhut No. 30/2009: Mengatur tata cara pelaksanaan REDD, termasuk persyaratan yang harus dipenuhi pengembang, verifikasi & sertifikasi, serta hak & kewajiban pelaku REDD. Hingga saat ini ketentuan mengenai penetapan tingkat emisi acuan sebagai pembanding belum ditetapkan.
Permenhut No. 36/2009: Mengatur ijin usaha REDD melalui penyerapan & penyimpanan karbon. Juga mengatur perimbangan keuangan, tata cara pengenaan, pemungutan, penyetoran dan penggunaan penerimaan negara dari REDD. Peraturan ini membedakan antara kegiatan penyerapan dan penyimpanan karbon di berbagai jenis hutan dan jenis usaha.
KESIAPAN TATA-KESIAPAN TATA-KELOLA REDD UNTUK KELOLA REDD UNTUK PROGRAM RINTISANPROGRAM RINTISAN
Kesiapan Tata-kelola (Kesiapan Tata-kelola (GovernanceGovernance) ) REDD untuk Program RintisanREDD untuk Program Rintisan
KomitmenKomitmen
Kepastian hukumKepastian hukum
Penataan ruang (spatial use management)◦ Tata-guna lahan (landuse)
◦ Status hutan Kawasan Ekosistem
Pencadangan wilayah
Kelembagaan
Tata-kelola dan mekanisme pembiayaan
Pengembangan kemampuan (Pengembangan kemampuan (capacity capacity buildingbuilding)) Tata-kelola (governance)
◦ Penataan ruang dan tata-guna lahan
◦ Investasi
◦ Tata-perijinan
Distribusi◦ Risiko
Telaah kerentanan Telaah kemiskinan Telaah cepat penguasaan atas tanah (rapid tenure assessment, RATA) Telaah kebijakan dan hukum tentang risiko-risiko sosial , politik,
ekonomik dan ekologik yang tidak terhindarkan
◦ Manfaat (benefit) Pemetaan & inventarisasi sumberdaya partisipatif Telaah pilihan-pilihan sumber nafkah berkelanjutan: Inventarisasi
produk hutan non-kayu Keuangan mikro Telaah kebijakan dan hukum yang mendukung peluang sosial, politik,
ekonomik dan ekologik.
Pengembangan kemampuan (Pengembangan kemampuan (capacity capacity buildingbuilding)) Mekanisme pembiayaan
Kelembagaan◦ Kesatuan pengelola hutan (forest management unit, FMU)
Kebijakan minimalisasi risiko Kebijakan minimalisasi risiko ((safeguarding policysafeguarding policy)) Risiko ekonomik dan finansial
Risiko sosial
Risiko ekologik
Risiko politik
Rona awal yang kredibel (Rona awal yang kredibel (credible credible baselinebaseline))
Tata-kelola pengetahuan dan informasi Tata-kelola pengetahuan dan informasi ((knowledge managementknowledge management)) Basis data dan informasi
◦ Peta dasar (basemap) Wilayah administrasi Peta tutupan hutan (forest cover) Peta geologi & peta tanah (RePPRoT) Tubuh air
◦ Tata-guna Hutan Kesepakatan (TGHK) Kawasan suaka alam/kawasan pelestarian alam (KSA/KPA) Kawasan hutan produksi (HPT, HP, HPK) Kawasan hutan lindung Areal penggunaan lain (APL)
◦ Peta tata ruang wilayah Provinsi Kabupaten
◦ Inventarisasi kekayaan alam Kekayaan alam terbarukan: keanekaragaman hayati; kekayaan alam
budidaya Kekayaan alam tidak terbarukan: mineral dan batuan; batubara;
gambut; minyak dan gas
Tata-kelola pengetahuan dan informasi Tata-kelola pengetahuan dan informasi ((knowledge managementknowledge management)) Profil demografik wilayah
◦ Umum Populasi total: Propinsi; kabupaten/kota
Populasi berdasarkan kelompok umur Populasi berdasarkan kelompok gender
◦ Tematik Populasi penduduk miskin
Informasi tematik dinamik◦ Spasial: Konsesi HPH; konsesi HTI; konsesi perkebunan (HGU & Non-
HGU); konsesi pertambangan (KK, PKP2B, KP); wilayah rawan bencana.
◦ Non-spasial: Laju perluasan konsesi HPH; laju perluasan konsesi HTI; laju perluasan HGU perkebunan; laju perluasan pertambangan; inventarisasi modus bencana dan risiko bencana.
◦ Peta kerentanan: kawasan sensitif: ekosistem gambut; sempadan sungai; sempadan
pantai; sempadan danau; ekosistem karst. kawasan kritis: gambut bekas kebakaran; kanal-kanal buatan pada
lahan gambut; deforested forest; degraded forest; daerah bekas longsor.
KesepakatanKesepakatan parapihak parapihak ((multistakeholders agreementmultistakeholders agreement)) Masalah dan isu
◦ Identifikasi masalah dan isu
◦ Rencana tindak pemecahan masalah (action plan)
Kawasan untuk kegiatan rintisan◦ Identifikasi dan pencadangan kawasan
Kelembagaan
Tata-laksana dan peraturan◦ Kelompok penerima manfaat
Greatest risk recipients = greatest beneficiaries
◦ Distribusi Manfaat Risiko
Pembiayaan
Tingkat rujukan (Tingkat rujukan (reference levelreference level))
Skala◦ Global: Acuan target pemangkasan emisi negara-negara Annex I
◦ Nasional: Kontribusi terhadap target pemangkasan emisi nasional tahunan
◦ Sub-nasional: Program rintisan
Periodisasi◦ Masa lalu (historical)
Deforestasi Degradasi hutan
◦ Saat ini (structured) Deforestasi Degradasi hutan
◦ Masa depan (projected) Deforestasi Degradasi hutan
Lingkup yang layak (Lingkup yang layak (eligible scopeeligible scope))
Lingkup kegiatan yang ditangani (scope of activities to address)◦ Deforestasi
◦ Degradasi hutan
◦ Peningkatan stok karbon (enhancement of carbon stock)
Sumber emisi dan cadangan karbon yang menjadi target (source of emission and targeted carbon pool)◦ Biomassa di atas tanah (above ground biomass)
◦ Biomassa di bawah tanah (below ground biomass)
◦ Karbon tanah (soil carbon)
Proposal yang kuat dan menjualProposal yang kuat dan menjual
Kawasan untuk program rintisanKawasan untuk program rintisan
Nama lokasi
Peta yang memenuhi standar perpetaan nasional
Target (berikut tolok-ukur & target Target (berikut tolok-ukur & target waktu)waktu) Rujukan target kotor pemangkasan emisi karbondioksida
nasional (gross national CO2 emission target)
Pelambatan dan penurunan laju deforestasi dan degradasi hutan
Penyelesaian konflik terkait tanah dan kekayaan alam (hutan)
Perbaikan kualitas hidup masyarakat adat dan masyarakat setempat (poverty reduction; food security)
Pengurangan risiko bencana (disaster risk reduction)
Target pemangkasan emisi karbondioksida wilayah
KegiatanKegiatan
Penanganan dan pengendalian faktor penyebab deforestasi(addressing drivers of deforestation)
Pembenahan tata-guna lahan (hutan) untuk penanganan dan pengendalian faktor penyebab degradasi hutan (addressing drivers of forest degradation)
Pemulihan dan perbaikan kualitas hidup masyarakat adat dan masyarakat setempat
Rehabilitasi dan restorasi ekosistem
Pengurangan risiko bencana.
Tata-laksana dan peraturanTata-laksana dan peraturan
Pelaksanaan kegiatan
Penegakkan kebijakan minimalisasi risiko (safeguarding policy)
Monitoring dan evaluasi
PembiayaanPembiayaan
Sumber pembiayaan◦ Berbasis dana (fund based)
Comply Voluntary
◦ Berbasis pasar (market based) Comply Voluntary
◦ Campuran (hybrid) Comply Voluntary
Tata-laksana dan peraturan pembiayaan◦ Investasi
Manajemen Resiko◦ Asuransi
◦ Risk Management Buffer (RMB)
Selling criteriaSelling criteria
Stopping◦ Visualisasi yang kuat dan meyakinkan (data non-spasial, data
spasial, foto-foto yang menggambarkan kekritisan status hutan)
Sticking◦ Pesan kunci yang connected (dengan harapan pendukung),
contrasting dari gambaran mainstream, compelling guna menggugah dan menggalang dukungan, serta konsisten secara substansi.
Selling◦ Target ambisius tetapi realistik
◦ Pentahapan yang jelas dengan tolok-ukur yang meyakinkan pada setiap tahap
◦ Alur proses yang jernih dalam membangun rasa memiliki diantara parapihak (stakeholders)
PENUTUPPENUTUP
Perubahan Iklim, Transaksi Pasar & Perubahan Iklim, Transaksi Pasar & SolusiSolusi Meskipun UNFCCC secara gamblang mewajibkan pembayaran
transfer tanpa syarat, dari negara-negara biang-kerok krisis iklim◦ Selama 15 tahun sejak diundangkannya negara-negara Annex I terus
mengulur-ulur janji, baik dalam urusan iuran untuk mitigasi krisis klimatik ini maupun untuk adaptasi sosial, khususnya di negara-negara sulit kaya seperti Indonesia.
◦ Pada kurun yang sama, cukup mudah dibaca kembali, bahwa anggota korporasi maupun pengurus negara dari klub Annex-1 tersebut mendorong pemecahan dari pasar, oleh pasar, untuk pasar, bagi sebuah krisis yang jauh lebih rumit duduk perkaranya daripada transaksi pembiayaan di pasar keuangan.
Pencemaran tidak usah harus diatasi di pabrik— biarkan siklus fotosintesis menetralisirnya. ◦ Emisi mulai dikaitkan dengan simpanan stok karbon dari hutan di sabuk
tropis.
◦ Dengan sekitar 300 juta hektar real-estate karbon tropika dan terkendalinya harga karena kompetisi sengit antar negara “penunggu hutan” yang pengurusnya tidak pernah bisa mengatasi tekornya daur anggaran, akumulasi dan perluasan ekonomik bisa kembali berjalan seperti sediakala.
◦ George Monbiot: (2009) “We can relax now, let’s the developing countries do the job.”