RBB 3

23
Ringkasan Bahan Bacaan (RBB) : Akuntansi Manajemen dan Pengendalian Sektor Publik Activity Based Costing (ABC) dan Analisis Standar Biaya By : Randi Eka Putra (P2600214004) Magister Keuangan Daerah I. Activity Based Costing (ABC) Sistem pembiayaan (costing system) secara umum terbagi menjadi dua tipe, yaitu sistem akuntansi biaya konvensional dan sistem akuntansi biaya modern yang dikenal juga dengan Activity Based Costing. Sistem akuntansi biaya konvensional menggunakan unit / kuantitas produk yang dihasilkan sebagai dasar pembebanan. Metode pembebanan semacam ini sering disebut juga Unit Based System. Pada sistem ini biaya-biaya yang timbul dicatat, dikumpulkan, dan dikendalikan berdasar atas elemen- elemennya ke dalam pusat-pusat pertanggungjawaban. Dengan cara semacam ini maka biaya-biaya produksi juga ditentukan menurut banyaknya sumber daya yang diserap oleh masing- masing pusat biaya. Ada dua metode yang digunakan untuk menghitung harga pokok produk yaitu sebagai berikut : 1. Metode Harga Pokok Penuh (Full Costing) Metode harga pokok penuh merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam harga pokok produk yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik, baik yang bersifat tetap maupun variabel. Metode harga pokok penuh Randi Eka Putra (P2600214004) Page 1

description

Materi ABC dan ASB

Transcript of RBB 3

Page 1: RBB 3

Ringkasan Bahan Bacaan (RBB) : Akuntansi Manajemen dan Pengendalian Sektor Publik

Activity Based Costing (ABC) dan Analisis Standar Biaya

By : Randi Eka Putra (P2600214004)Magister Keuangan Daerah

I. Activity Based Costing (ABC)

Sistem pembiayaan (costing system) secara umum terbagi menjadi dua

tipe, yaitu sistem akuntansi biaya konvensional dan sistem akuntansi biaya

modern yang dikenal juga dengan Activity Based Costing.

Sistem akuntansi biaya konvensional menggunakan unit / kuantitas produk

yang dihasilkan sebagai dasar pembebanan. Metode pembebanan semacam

ini sering disebut juga Unit Based System. Pada sistem ini biaya-biaya yang

timbul dicatat, dikumpulkan, dan dikendalikan berdasar atas elemen-elemennya

ke dalam pusat-pusat pertanggungjawaban. Dengan cara semacam ini maka

biaya-biaya produksi juga ditentukan menurut banyaknya sumber daya yang

diserap oleh masing-masing pusat biaya. Ada dua metode yang digunakan

untuk menghitung harga pokok produk yaitu sebagai berikut :

1. Metode Harga Pokok Penuh (Full Costing)

Metode harga pokok penuh merupakan metode penentuan harga

pokok produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke

dalam harga pokok produk yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga

kerja langsung, dan biaya overhead pabrik, baik yang bersifat tetap

maupun variabel. Metode harga pokok penuh ditujukan untuk memenuhi

kepentingan pihak eksternal perusahaan.

2. Metode Harga Pokok Variabel (Variable Costing)

Metode harga pokok variabel merupakan metode penentuan harga

pokok produksi yang hanya mempehitungkan biaya produksi yang bersifat

variabel ke dalam harga pokok produksi. Biaya tersebut meliputi biaya

bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik

variabel. Metode harga pokok variabel ini lebih ditujukan untuk memenuhi

kepentingan pihak internal.

Lingkungan teknologi manufaktur maju memerlukan sistem informasi

akuntansi yang dirancang untuk mengelola aktivitas dan mempertahankan

Randi Eka Putra (P2600214004) Page 1

Page 2: RBB 3

Ringkasan Bahan Bacaan (RBB) : Akuntansi Manajemen dan Pengendalian Sektor Publik

keunggulan bersaing. Sistem tersebut dinamakan akuntansi aktivitas

(Activity Accounting) atau disebut pula Activity Based Costing

System (ABC System). Sistem ini juga dapat digunakan untuk menilai kinerja

dengan cara-cara yang baru. Dalam ABC System, aktivitas dianggap sebagai

penyebab timbulnya biaya produksi. Namun lebih dari itu, ABC System juga

menekankan pada aspek perencanaan, pengendalian, dan pengambilan

keputusan oleh manajer.

Pengertian/ definisi Activity Based Costing (ABC)

Menurut Mulyadi (2003), mendefinisikan sistem Activity Based Costing

(ABC) sebagai sistem informasi biaya yang menyediakan informasi lengkap

tentang aktivitas untuk memungkinkan personel perusahaan melakukan

pengelolaan terhadap aktivitas”.

Menurut Witjaksono (2006), mendefinisikan sistem Activity Based Costing

(ABC) sebagai suatu metode pengukuran biaya produk atau jasa yang didasarkan

atas penjumlahan biaya (cost accumulation) daripada kegiatan atau aktifitas yang

timbul berkaitan dengan produksi atau jasa tersebut”.

Definisi   Activity Based Costing  menurut Horngren dan Foster (2003:39)

adalah: “An approach to costing that focuses on activities as the fundamental cost

objects. It uses the costs these activities as the basis for assigning costs to other

cost objects such as products, services or customer”.

Garrison dan Noreen (2003:316) mendefinisikan Activity Based

Costing sebagai berikut: “Activity Based Costing is a costing method that is

designed to provide managers cost information for strategic and other decision

that potentially affect capacity and therefore ‘fixed’ costs”.

Hilton, Maher, dan Selto (2006:14) memberikan pengertian Activity Based

Costing sebagai berikut: “Activity Based Costing or ABC is a costing method that

first assigns costs to activies and then to goods services based on how much

each good or service use the activities”.

Jadi Activity Based Costing adalah:

Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Activity

Based Costing   adalah suatu pendekatan terhadap sistem akuntansi yang

Randi Eka Putra (P2600214004) Page 2

Page 3: RBB 3

Ringkasan Bahan Bacaan (RBB) : Akuntansi Manajemen dan Pengendalian Sektor Publik

memfokuskan pada aktivitas yang dilakukan untuk memproduksi produk, dimana

aktivitas tersebut merupakan titik akumulasi biaya yang mendasar.

Atau dengan kata lain Activity Based  Costing adalah metode pembebanan

aktivitas-aktivitas berdasarkan besarnya pemakaian sumber daya, dan

membebankan biaya pada objek biaya, seperti produk atau pelanggan,

berdasarkan besarnya aktivitas, serta untuk mengukur biaya dan kinerja dari

aktivitas yang terkait dengan proses dan objek biaya.

Pengertian mendasar dari sistem Activity Based Costing (ABC) adalah

adanya analisa terhadap keseluruhan aktivitas-aktivitas yang bertujuan untuk

mengidentifikasi adanya hal-hal sebagai berikut :

1. Aktivitas yang ada dalam tiap-tiap dapartemen dan sebab timbulnya aktivitas

2. Dalam kondisi yang bagaimana setiap aktivitas tersebut dilaksanakan.

3. Bagaimana frekuensi masing-masing aktivitas dalam pelaksanaannya.

4. Sumber-sumber yang dikonsumsi untuk melakasanakan masing-masing

aktivitas.

5. Faktor-faktor apa yang menjadi penyebab timbulnya aktivitas tersebut atau

pembenahan atas sumber daya yang dimiliki perusahaan.

Alokasi Biaya

Dalam Activity Based Costing (ABC) semua biaya dibebankan ke produk

yang menimbulkan aktivitas atau apabila ada alasan yang mendasar bahwa biaya

tersebut dipengaruhi oleh produk yang dibuat, baik biaya produksi, maupun biaya

non-produksi.

Dalam sistem ABC biasanya memiliki empat kategori aktivitas, yaitu:

1. Unit Level Activities

Berupa aktivitas atau kegiatan yang dilakukan yang dilakukan sekali untuk

setiap unit sehingga biaya produk yang berhubungan dengan aktivitas yang

dibebankan berdasarkan jumlah unit yang diproduksi. Misalnya : jam tenaga kerja

langsung. Semakin banyak jumlah unit yang diproduksi maka semakin  banyak

juga tenaga kerja langsung dibutuhkan.

2. Bacth Level Activity

Yaitu berupa ativitas atau kegiatan yang dilakukan untuk mendukung produksi

sejumlah order tertentu (batch). Aktivitas ini dilakukan sekali untuk setiap batch

Randi Eka Putra (P2600214004) Page 3

Page 4: RBB 3

Ringkasan Bahan Bacaan (RBB) : Akuntansi Manajemen dan Pengendalian Sektor Publik

sehingga biaya produksi yang berhubungan dengan aktivitas ini dibebankan

berdasrkan jumlah batch yang diproduksi misalnya : biaya set-up mesin. Semakin

banyak unit yang diproduksi tidak mempengaruhi biaya pada aktivitas set-up,

tetapi semakin sering set-up dilakukan maka semakin besar pula biaya set-up

mesin

3. Product Sustaining Activities

Berupa aktivitas atau kegiatan yang dilakukan untuk mempertahankan

eksistensi suatu produk, pemeliharaan produk, pengembangan produk dan

inovasi produk. Beban biaya yang terjadi pada aktivitas ini dapat ditelusuri pada

setiap jenis produk yang dihasilkan, tetapi sumber daya yang dikonsumsi tidak

tergantung pada jumlah unit ataupun batch dari produk yang dihasilkan

perusahaan. Semakin banyak jenis produk yang dihasilkan maka semakin sering

aktivitas ini dilakukan sehingga semakin besar biaya yang dibutuhkannya.

4. Facility Sustaining Activities.

Berupa aktivitas atau kegiatan yang dilakukan untuk mempertahankan

eksistensi perusahaan, seperti pemasaran, sumber daya manusia,

pengembangan sistem, pemeliharaan fasilitas dan lain-lain. Tetapi aktivitas ini

tidak berhubungan dengan jumlah produk, batch maupun jenis produk.

Sedangkan pada saat melakukan pembebanan biaya dari tiap kelompok

tersebut, biaya yang muncul tersebut diklasifikasikan sesuai dengan kelompok

aktivitasnya, sehingga dalam membebankan biaya sistem ABC dapat

digambarkan dengan dua tahapan, yaitu :

1. Aktivitas yang dilakukan untuk memenuhi keinginan customer

mengkonsumsi sumber daya dalam sejumlah uang tertentu.

2. Biaya setiap sumber daya yang dikonsumsi oleh setiap aktivitas harus

dibebankan objek biaya atas dasar unit aktivitas yang dikonsumsi oleh objek

biaya itu sendiri.

Activity Based Costing System timbul sebagai akibat dari kebutuhan

manajemen akan informasi akuntansi yang mampu mencerminkan konsumsi

sumber daya dalam berbagai aktivitas untuk menghasilkan produk. Kebutuhan

akan informasi biaya yang akurat tersebut disebabkan oleh hal-hal sebagai

berikut:

Randi Eka Putra (P2600214004) Page 4

Page 5: RBB 3

Ringkasan Bahan Bacaan (RBB) : Akuntansi Manajemen dan Pengendalian Sektor Publik

1. Persaingan global (Global Competition) yang dihadapi perusahaan

manufaktur memaksa manajemen untuk mencari berbagai alternatif

pembuatan produk yang cost effective.

2. Penggunaan teknologi maju dalam pembuatan produk menyebabkan proporsi

biaya overhead pabrik dalamproduct cost menjadi dominan.

3. Untuk dapat memenangkan persaingan dalam kompetisi global, perusahaan

manufaktur harus menerapkan market–driven strategy.

4. Market–driven strategy menuntut manajemen untuk inovatif.

5. Pemanfaatan teknologi komputer dalam pengolahan data akuntansi

memungkinkan dilakukannya pengolahan berbagai informasi biaya yang

sangat bermanfaat dengan cukup akurat.

Beberapa keunggulan dari sistem biaya Activity Based Costing (ABC)

dalam penentuan biaya produksi adalah sebagai berikut :

a. Biaya produk yang lebih realistis, khususnya pada industri manufaktur

teknologi tinggi dimana biayaoverhead adalah merupakan proporsi yang

signifikan dari total biaya.

b. Semakin banyak overhead dapat ditelusuri ke produk. Dalam pabrik yang

modem, terdapat sejumlah aktivitas non lantai pabrik yang berkembang.

Analisis sistem biaya ABC itu sendiri memberi perhatian pada semua

aktivitas sehingga biaya aktivitas yang non lantai pabrik dapat ditelusuri.

c. Sistem biaya ABC mengakui bahwa aktivitaslah yang menyebabkan biaya

(activities cause cost) bukanlah produk, dan produklah yang

mengkonsumsi aktivitas.

d. Sistem biaya ABC memfokuskan perhatian pada sifat riil dari perilaku biaya

dan membantu dalam mengurangi biaya dan mengidentifikasi aktivitas

yang tidak menambah nilai terhadap produk.

e. Sistem biaya ABC mengakui kompleksitas dari diversitas produksi yang

modem dengan menggunakan banyak pemacu biaya (multiple cost

drivers), banyak dari pemacu biaya tersebut adalah berbasis transaksi

(transaction-based) dari pada berbasis volume produk.

Randi Eka Putra (P2600214004) Page 5

Page 6: RBB 3

Ringkasan Bahan Bacaan (RBB) : Akuntansi Manajemen dan Pengendalian Sektor Publik

f. Sistem biaya ABC memberikan suatu indikasi yang dapat diandalkan dari

biaya produk variabel jangka panjang (long run variabel product cost) yang

relevan terhadap pengambilan keputusan yang strategik.

g. Sistem biaya ABC cukup fleksibel untuk menelusuri biaya ke proses,

pelanggan, area tanggungjawab manajerial, dan juga biaya produk.

Konsep Dasar Sistem Activity Based Costing (ABC)

Ada dua asumsi yang penting yang mendasari metode ABC, yaitu :

1. Aktivitas-aktivitas yang menyebabkan timbulnya metode ABC bahwa sumber

daya pembantu atau sumber daya tidak langsung menyediakan

kemampuannya melaksanakan kegiatan bukan hanya penyebab timbulnya

biaya.

2. Produk atau pelanggan jasa produk menyebabkan timbulnya permintaan atas

dasar aktivitas untuk membuat produk atau jasa yang diperlukan berbagai

kegiatan yang menimbulkan sumber daya untuk melaksanakan aktivitas

tersebut.

Asumsi tersebut diatas merupakan konsep dasar dari sistem activity Based

Costing. Selanjutnya, karena adanya aktivitas akan menimbulkan biaya, maka

untuk dapat menjalankan usahanya secara efisien, perusahaan harus dapat

mengelola aktivitasnya. Dalam hubungannya dengan biaya produk maka biaya

yang dikonsumsi untuk menghasilkan produk adalah biaya-biaya untuk aktivitas

merancang, merekayasa, memproduksi, menjual dan memberikan pelayanan

produk.

Langkah-langkah mendesain Activity Based Costing (ABC)

Menurut Hansen dan Mowen (2006), ada enam langkah dalam mendesain

Activity Based Costing System, yaitu :

1. Activity identification, definition, and classification

Identifikasi aktivitas adalah sebuah langkah pertama yang logis dalam

mendesain sistem ABC. Aktivitas berasal dari aksi yang diambil satu atau dari

pelaksanaan kerja dengan peralatan atau untuk orang lain. Definisi aktifitas

adalah sebuah aktivitas dari inventory. Atribut aktivitas adalah informasi

keuangan dan non keuangan yang menggambarkan aktivitas individual.

Randi Eka Putra (P2600214004) Page 6

Page 7: RBB 3

Ringkasan Bahan Bacaan (RBB) : Akuntansi Manajemen dan Pengendalian Sektor Publik

Klasifikasi aktivitas merupakan atribut yang digambarkan dan menjelaskan

aktivitas dan pada waktu yang sama menjadi basis pengklasifikasian aktivitas.

2. Assign cost to activities

Setelah mendeskripsikan dan menjelaskan aktivitas, tugas berikutnya

adalah menentukan berapa banyak cost pada setiap aktivitas. Cost dari

sebuah aktivitas adalah cost dari sumber daya yang dikonsumsi dari setiap

aktivitas. Cost dari sumber daya harus dilekatkan pada aktivitas dengan

pendekatan langsung atau dengan suatu pendorong. Penggerak aktivitas

adalah faktor-faktor yang mengukur pemakaian sumber daya oleh aktifitas.

3. Assigning secondary activity cost to primary activities

Pembebanan biaya pada aktivitas selesai pada tingkat pertama dari ABC.

Dalam tingkat pertama ini, aktivitas diklasifikasikan menjadi primer dan

sekunder. Jika ada aktivitas sekunder, maka tahap berikutnya muncul. Pada

tahap berikutnya, biaya aktivitas sekunder dibebankan pada aktivitas-aktivitas

yang memakai outputnya.

4. Cost object and bills of activities

Setelah biaya dari aktivitas primer ditentukan, maka biaya tersebut dapat

dibebankan pada produk dalam suatu aktivitas penggunaannya seperti

dengan yang diukur oleh penggerak aktivitas. Pembebanan ini diselesaikan

dengan perhitungan suatu tarif aktivitas yang ditentukan terlebih dahulu dan

mengalihkan tarif ini dengan menggunakan aktivitas yang sebenarnya.

5. Activity rates and product costing

Guna menghitung tarif aktivitas, kapasitas praktis dari tiap aktivitas harus

ditentukan. Guna membebankan biaya juga perlu diketahui jumlah dari tiap

aktivitas yang dipakai oleh tiap produk. Dalam memenuhi tujuan ini, akan

diasumsikan bahwa kapasitas praktis aktivitas adalah sebanding dengan total

penggunaan aktivitas oleh semua produk.

6. Classifiying activities

Pada pembentukan kumpulan aktivitas yang berhubungan, aktivitas

diklasifikasikan menjadi salah satu dari empat kategori umum aktivitas.

Randi Eka Putra (P2600214004) Page 7

Page 8: RBB 3

Ringkasan Bahan Bacaan (RBB) : Akuntansi Manajemen dan Pengendalian Sektor Publik

Perbedaan Tradisional (Job Order Costing) dan ABC

Manfaat ABC

Manfaat yang dihasilkan oleh perusahaan yang menerapkan ABC adalah :

a. Memperbaiki mutu pengambilan keputusan.

b. Memungkinkan manajemen melakukan perbaikan terus menerus terhadap

kegiatan untuk mengurangi biaya overhead.

c. Memberikan kemudahan dalam penentuan biaya relevan.

Tujuan dan Peranan ABC

Tujuan ABC digunakan untuk meningkatkan akurasi analisi biaya dengan

memperbaiki cara penulusuran biaya ke objek biaya. ABC digunakan juga untuk

berbagai objek biaya yang berbeda yaitu produk secara individual, kelompok

prodeuk yang saling berhubungan dan pelanggan secara individual.

Abc juga sangat membantu perusahaan untuk dapat mengurangi distorsi

yang disebabkan oleh sistem penentuan harga produk tradisional dan

mendapatkan biaya produk yang lebih akurat. ABC juga menyediakan pandangan

yang jelas tentang bagaimana perusahaan membedakan produk, jasa, dan

aktivitas yang memberi kontribusi dalam jangka panjang.

Randi Eka Putra (P2600214004) Page 8

Page 9: RBB 3

Ringkasan Bahan Bacaan (RBB) : Akuntansi Manajemen dan Pengendalian Sektor Publik

Menurut Kamaruddin Ahmad mengatakan bahwa peranan dari sistem ABC :

1. Pembebanan biaya tidak langsung dan biaya pendukung.

2. Pembebanan biaya dan alokasi biaya : biaya langsung dan tak

langsung.

Berdasarkan kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa pembebanan biaya

merupakan suatu proses pembebanan biaya ke dalam cost poll atau dari cost poll

ke objek biaya. Biaya yang langsung dapat ditelusuri secara langsung ke biaya

atau objek biaya secara mudah dapat dihubungkan secara ekonomi. Biaya yang

tidak langsung tidak dapat ditelusuri secara mudah, dan bahkan sulit untuk

dihubungkan secara ekonomi dari biaya atau cost poll ke cost poll atau objek

biaya.

Keunggulan Activity Based Costing

1. Suatu pengkajian ABC dapat meyakinkan manajemen bahwa mereka harus

mengambil sejumlah langkah untuk menjadi lebih kompetitif. Sebagai hasilnya

mereka dapat berusaha untuk meningkatkan mutu sambil secara simultan

memfokus mengurangi biaya. Analisis biaya dapat menyoroti bagaimana

benar-benar mahalnya biaya manufacturing, yang pada akhirnya dapat

memicu aktivitas untuk mereorganisasi proses memperbaiki mutu dan

mengurangi biaya.

2. ABC dapat membantu dalam pengambilan keputusan.

3. Manajemen akan berada dalam suatu posisi untuk melakukan penawaran

kompetitif yang lebih wajar.

4. Dengan analaisis biaya yang diperbaiki, manajemen dapat melakukan

analaisis yang lebih akurat mengenai volume yang dilakukan untuk mencari

breakevent atas produk yang bervolume rendah.

5. Melalui analisis data biaya dan pola konsumsi sumber daya, manajemen

dapat mulai merekayasa kembali proses manufcturing untuk mencapai pola

keluaran mutu yang lebih efisien dan lebih tinggi.

Kelemahan Acitivity Based Costing

1. Alokasi, beberapa biaya yang dialokasikan secara sembarangan, karena

sulitnya menemukan aktivitas biaya tersebut. Contoh : pembersihan pabrik

dan pengelolaan proses produksi.

Randi Eka Putra (P2600214004) Page 9

Page 10: RBB 3

Ringkasan Bahan Bacaan (RBB) : Akuntansi Manajemen dan Pengendalian Sektor Publik

2. Mengabaikan biaya, biaya tertentu yang diabaikan dari analisis. Contoh :

iklan, riset, dan sebagainya.

3. Pengeluaran dan waktu yang dikonsumsi, disamping memerlukan biaya

yang mahal juga.

Berdasarkan kutipan diatas, dapat disimpulkan bahwa  ABC memiliki

kelemahan yaitu pengalokasian biaya yang secara sembarangan, pengabaiyan

biaya, dan memerlukan biaya yang mahal dan juga waktu yang cukup lama.

Pelaksanaan Strategi

Analisis SWOT

Langkah pertama dalam mengimplementasikan strategi adalah

mengidentifikasi faktor-faktor penentu kesuksesan (critical success factors-CSF)

yang harus menjadi fokus perusahaan untuk meraih kesuksesan. Analisis SWOT

(SWOT analysis) merupakan prosedur sistematis untuk mengidentifikasi CSF

yang dimiliki oleh perusahaan: kekuatan dan kelemahan internal, serta peluang

dan ancaman eksternal.

 Kekuatan dan kelemahan paling mudah diidentifikasi dengan cara melihat

sumber daya spesifik yang ada dalam perusahaan:

• Lini produk

Produk dan jasa perusahaan bersifat inovatif, produk dan jasa yang

ditawarkan terlalu umum atau terlalu khusus, ada kecanggihan dan kekhususan

teknologi yang penting,

• Manajemen

Tingkat pengalaman dan kompetensi manajemen.

• Penelitian dan pengembangan.

Perusahaan berada di depan atau di belakang kompetitor, perkiraan masa

depan produk dan jasa penting yang baru.

• Operasi

Kompetitif, fleksibel, produktif, dan canggih proses produksi yang ada saat

ini, rencana yang ada untuk memperbaiki fasilitas dan proses.

• Pemasaran

Efektif pengekatan pemasaran secara keseluruhan, yang meliputi promosi,

penjualan, dan periklanan.

Randi Eka Putra (P2600214004) Page 10

Page 11: RBB 3

Ringkasan Bahan Bacaan (RBB) : Akuntansi Manajemen dan Pengendalian Sektor Publik

• Strategi

Didefenisikan, dikomunikasikan, serta efektif diimplementasikan strategi

perusahaan.

Peluang dan ancaman dapat diidentifikasi dengan cara melihat faktor-

faktor yang ada di luar perusahaan. Peluang merupakan situasi menguntungkan

yang penting dalam perusahaan. Peluang dan ancaman paling mudah

diidentifikasikan dengan cara melakukan analisis terhadap industry dan

kompetitor perusahaan:

• Hambatan untuk masuk

Faktor-faktor tertentu, seperti persyaratan modal, skala ekonomi,

diferensiasi produk, dan akses ke dalam saluran distribusi tertentu

melindungi perusahaan dari pendatang baru, faktor lain yang meliputi biaya

kepindahan pembeli atau peraturan pemerintah dan batasan lisensi

membatasi kompetisi.

• Intensitas kompetisi di antara kompetitor

Kompetisi yang ketat dapat disebabkan karena tingginya hambatan untuk

masuk, aset-aset yang terspesialisasi (oleh karena itu membatasi

fleksibilitas perusahaan dalam industri), inovasi produk yang cepat,

pertumbuhan total permintaan pasar yang lambat, atau adanya kelebihan

kapasitas yang signifikan di dalam industry, ketat kompetisi dalam industri

yang dihadapi oleh perusahaan

• Tekanan dari produk pengganti

Kehadiran produk pengganti meningkatkan tingkat intensitas kompetisi

perusahaan.

• Kekuatan posisi tawar pelanggan

Makin besar posisi tawar (bargaining power) pelanggan, makin besar pula

tingkat kompetisi yang dihadapi oleh perusahaan. Posisi tawar pelanggan

akan cenderung menjadi lebih tinggi jika biaya untuk berpindah produk

rendah dan jika produk tidak terdiferensiasi.

• Kekuatan posisi tawar pemasok

Makin besar posisi tawar pemasok, makin besar pula tingkat kompetisi

secara keseluruhan yang dihadapi oleh perusahaan. Posisi tawar pemasok

Randi Eka Putra (P2600214004) Page 11

Page 12: RBB 3

Ringkasan Bahan Bacaan (RBB) : Akuntansi Manajemen dan Pengendalian Sektor Publik

akan menjadi lebih tinggi jika beberapa perusahaan besar mendominasi

kelompok pemasok, dan jika pemasok ini mempunyai konsumen-

konsumen lain yang bagus untuk produk-produknya.

Langkah terakhir dalam analisis SWOT adalah mengidentifikasi ukuran-

ukuran kuantitatif dari faktor-faktor penentu kesuksesan (CSF). Faktor-

faktor penentu kesuksesan mewakili proses yang sangat penting dalam

perusahaan yang menyampaikan nilai bagi pelanggan.

Analisis Rantai Nilai

Analisis rantai nilai adalah alat analisis strategi yang digunakan untuk

lebih memahami keunggulan kompetitif perusahaan, mengidentifikasi di mana

nilai bagi pelanggan dapat di tingkatkan atau biaya dapat diturunkan, dan lebih

memahami hubungan perusahaan dengan pemasok, pelanggan, dan perusahaan

lainnya dalam industry yang sama.

Istilah rantai nilai (value chain) digunakan karena setiap aktivitas

dimaksudkan untuk menambah nilai pada produk atau jasa bagi pelanggan. Pihak

manajemen dapat memahami dengan lebih baik keunggulan kompetitif dan

strategi perusahaan dengan memisahkan operasinya berdasarkan aktivitas.

Analisis rantai nilai utk perusahaan manufaktur dan jasa :

1. Untuk perusahaan manufaktur, hal ini dimulai dari pengembangan produk dan

pengujian produk baru, kemudian pada pembelian bahan baku dan proses

produksi, dan akhirnya penjualan dan pelayanan.

2. Untuk perusahaan jasa, aktivitas-aktivitasnya dimulai dari konsep jasa dan

desainnya, tujuan dan permintaan, dan kemudian pada serangkaian aktivitas

yang menyediakan jasa untuk menciptakan pelanggan yang puas.

Rantai nilai dapat dioperasikan melalui tiga fase, secara berurutan :

• Fase hulu mencakup pengembangan produk dan hubungan perusahaan

dengan pemasok;

• Operasi mengacu pada operasi manufaktur atau untuk peritel atau

perusahaan jasa, operasi terlibat dalam penyediaan produk atau jasa;

• Hilir mengacu pada hubungan dengan pelanggan, mencakup pengiriman,

pelayanan,dan aktivitas terkait lainnya.

Randi Eka Putra (P2600214004) Page 12

Page 13: RBB 3

Ringkasan Bahan Bacaan (RBB) : Akuntansi Manajemen dan Pengendalian Sektor Publik

2 langkah di dalam analisis rantai nilai, yaitu :

• Langkah 1. Mengidentifikasi Aktivitas Rantai Nilai. Perusahaan

mengidentifikasi aktivitas nilai (value activities) tertentu yang harus dilakukan

perusahaan dalam industrinya, yakni dalam proses perancangan, produksi,

dan penyediaan pelayanan pelanggan.

• Langkah 2. Mengembangkan Keunggulan Kompetitif dengan Menurunkan

Biaya atau Menambah Nilai. Pada langkah ini, perusahaan menentukan sifat

dari keunggulan kompetitifnya saat ini dan yang potensial dengan

mempelajari aktivitas nilai dan penggerak biaya (cost driver) yang telah

diidentifikasi sebelumnya

Beberapa pertimbangan yang harus dilakukan perusahaan dalam

menerapkan langkah2 analisis rantai nilai :

1. Identifikasi keunggulan kompetitif (kepemimpinan biaya atau diferensiasi).

Analisis aktivitas dapat membantu pihak manajemen agar lebih memahami

keunggulan kompetitif perusahaan dan menempatkan posisinya yang tepat

dalam keseluruhan rantai nilai industry.

2. Identifikasi kesempatan untuk menambah nilai. Analisis aktivitas nilai dapat

membantu mengidentifikasi aktivitas dimana perusahaan dapat menambah

nilai yang siginifikan bagi pelanggan.

3. Identifikasi peluang untuk mengurangi biaya. Pengkajian atas aktivitas nilai

dapat membantu perusahaan menentukan bagian dari rantai nilai dimana

perusahaan tidak kompetitif.

Balance scorecard / kartu skore berimbang

BSC ini merupakan impelementasi strategi dengan menyediakan alat

pengukuran kinerja kompherensif yang mencerminkan ukuran – ukuran yang

sangat penting kesuksesan strategi perusahaannya. Jadi, manajer dan karyawan

dalam perusahaan memiliki kesadaran terhadap faktor penentu kesuksesan atau

CSF melalui BSC dan intensif untuk mencapai CSF ini dalam memajukan

perusahaan je arah tujuan strategis.

Keuntungan bsc :

• Sarana untuk menulusuri kemajuan terhadap pencapaian tujuan strategi.

Randi Eka Putra (P2600214004) Page 13

Page 14: RBB 3

Ringkasan Bahan Bacaan (RBB) : Akuntansi Manajemen dan Pengendalian Sektor Publik

• Sarana untuk mengimplementasi strategi dengan mengalihkan manajer pada

faktor – faktor kesuksesan yang secara strategis relevan dan memberikan

mereka penghargaan atas pencapaian faktor – faktor ini.

• Kerangka kerja yang dapat digunakan perusahaan untuk mencapai

perubahan organisasi yang diharapkan dalam hal strategi, dengan

memberiksn penghargaan atas pencapaian faktor – faktor yang merupakan

dari bagian strategi baru. BSC membuat sifat dan arah perubahan yang

diharapkan menjadi jelas bagi seluruh pihak.

• Alasan yang adil dan objektif bagi perusahaan dalam menentukan

kompensasi dan promosi dari setiap manajer.

• Kerangka kerja yang mengoordinasikan seluruh perusahaan untuk mencapai

faktor – faktor kesuksesan

Untuk dapat mengimplementasikan secara efektif, BSC harus :

• Memiliki dukungan yang kuat dari manajemen puncak.

• Secara akurat mencerminkan strategi perusahaan.

• Strategi perusahaan dikomunikasikan secara jelas kepada seluruh manajer

dan karyawan, memahami dan menerima kartu skor.

• Dikaitkan dengan system imbal kompensasi, manajer dan karyawan memiliki

intensif yang jelas dikaitkan pada kartu skor.

• Mencakup proses untuk menjamin keakuratan dan keandalan informasi pada

kartu skor.

• Memastikan bahwa bagian yang relevan dari kartu skor dapat di akses.

II. Analisis Standar Biaya (ASB)

Definisi :

Analisis Standar Belanja (ASB) adalah standar yang digunakan untuk

menganalisis kewajaran beban kerja atau biaya setiap program atau kegiatan

yang akan dilaksanakan oleh suatu satuan kerja dalam satu tahun anggaran

(Mahmudi, 2011). Penerapan ASB pada dasarnya akan memberikan manfaat

antara lain :

a. Dapat menentukan kewajaran belanja untuk melaksanakan suatu kegiatan

sesuai dengan tupoksinya.

Randi Eka Putra (P2600214004) Page 14

Page 15: RBB 3

Ringkasan Bahan Bacaan (RBB) : Akuntansi Manajemen dan Pengendalian Sektor Publik

b. Meminimalisir terjadinya pengeluaran yang kurang jelas yang

mengakibatkan inefisiensi anggaran.

c. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam pengelolaan keuangan

daerah.

d. Penentuan anggaran berdasarkan pada tolok ukur kinerja yang jelas.

e. Unit kerja mendapat keleluasaan yang lebih besar untuk menentukan

anggarannya sendiri.

Dasar Hukum :

PP 58 Tahun 2005 Pasal 38 ayat 2:

“Penyusunan anggaran berdasarkan prestasi kerja dilakukan berdasarkan

capaian kinerja, indikator kinerja, analisis standar belanja, standar satuan

harga, dan standar pelayanan minimal”.

Permendagri 13 Tahun 2006 Pasal 89 Huruf e:

“Dokumen sebagai lampiran meliputi KUA, PPA, kode rekening APBD,

format RKA-SKPD, analisis standar belanja, dan standar satuan harga”.

Manfaat :

Manfaat yang dapat diperoleh dari Pemerintah Daerah ketika

menggunakan Analisis Standar Belanja adalah sebagai berikut :

a. Penetapan plafon anggaran pada saat Prioritas dan Plafon Anggaran

Sementara (PPAS) menjadi obyektif tidak lagi berdasarkan “intuisi”

b. Dapat menentukan kewajaran biaya untuk melaksanakan suatu kegiatan.

c. Meminimalisir terjadinya pengeluaran yang kurang jelas yang

menyebabkan inefisiensi anggaran.

d. Penentuan anggaran berdasarkan pada tolok ukur kinerja yang jelas.

e. Penentuan besaran alokasi setiap kegiatan menjadi objektif.

f. Memiliki argumen yang kuat jika “dituduh” melakukan pemborosan.

g. Penyusunan anggaran menjadi lebih tepat waktu.

Tujuan :

1. Digunakan untuk menganalisis kewajaran beban kerja atau biaya setiap

program atau kegiatan yang akan dilaksanakan oleh satuan kerja di

Lingkungan Pemerintah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Randi Eka Putra (P2600214004) Page 15

Page 16: RBB 3

Ringkasan Bahan Bacaan (RBB) : Akuntansi Manajemen dan Pengendalian Sektor Publik

2. Sebagai alat ukur belanja kegiatan dan penyetaraan nama kegiatan yang

berlaku sama untuk seluruh instansi di Lingkungan Pemerintah Propinsi

Daerah Istimewa Yogyakarta.

3. Penerapan Standar Analisis Belanja (SAB) untuk meningkatkan efisiensi

dan efektifitas pelaksanaan kegiatan dalam rangka pengendalian

anggaran.

Posisi Asb Dalam Pengelolaan Keuangan Daerah

ASB memiliki peran yang penting dalam pengelolaan keuangan daerah, yaitu :

a. Tahap Perencanaan

ASB dapat digunakan pada saat perencanaan keuangan daerah.

ASB dapat dipergunakan pada saat musrenbang, rencana jangka panjang

(renja), dan pada saat penentuan prioritas. Pada tahap-tahap tersebut ASB

digunakan untuk menentukan pagu indikatif dari kegiatan-kegiatan yang

diusulkan oleh masyarakat.

b. Tahap Penganggaran

ASB digunakan pada saat proses perencanaan anggaran. ASB

merupakan pendekatan yang digunakan oleh Tim Anggaran Pemerintah

Daerah untuk mengevaluasi usulan program, kegiatan, dan anggaran

setiap satuan kerja dengan cara menganalisis beban kerja dan biaya dari

usulan program atau kegiatan yang bersangkutan.

ASB digunakan pada saat mengkuantitatifkan program dan kegiatan

setiap SKPD menjadi RKA-SKPD. RKA-SKPD berisi rencana program dan

kegiatan yang akan dilaksanakan beserta usulan anggaran yang akan

digunakan. Untuk mengetahui beban kerja dan beban biaya yang optimal

dari setiap usulan program atau kegiatan yang diusulkan, langkah yang

dilakukan adalah dengan menggunakan formula perhitungan ASB yang

terdapat pada masing-masing jenis ASB.

c. Tahap Pengawasan/Pemeriksaan

Pada tahap pengawasan/pemeriksaan, pengawas/pemeriksa dapat

menggunakan ASB untuk menentukan batasan mengenai pemborosan /

kerugian negara. Apabila penganggaran belanja melebihi ASB maka

disebut pemborosan.

Randi Eka Putra (P2600214004) Page 16