Ratiah_pengaruh Keaktifan Thd Prestasi Belajar_bph_rev 1

53
1 PENGARUH KEAKTIFAN MAHASISWA DIII BEBIDANAN TENTANG PEMBELAJARAN PHANTHOOM ASKEB II TERHADAP HASIL PRESTASI BELAJAR DI AKBID BAKTI PERTIWI HUSADA DI CIREBON 2014 Oleh Mega Silvia Eva fauziah Ratiah Yayah warpiah Yusi muliawati PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS RESPATI INDONESIA

description

PERAWATAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)DENGAN METODE KANGGURU

Transcript of Ratiah_pengaruh Keaktifan Thd Prestasi Belajar_bph_rev 1

28

PENGARUH KEAKTIFAN MAHASISWA DIII BEBIDANANTENTANG PEMBELAJARAN PHANTHOOM ASKEB II TERHADAP HASIL PRESTASI BELAJARDI AKBID BAKTI PERTIWI HUSADA DI CIREBON

2014Oleh

Mega SilviaEva fauziah

Ratiah

Yayah warpiah

Yusi muliawati

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS RESPATI INDONESIA 2014BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang MasalahSetiap proses belajar mengajar mempunyai sasaran atau tujuan. Tujuan itu bertahap dan berjenjang mulai dari yang sangat operasional dan kongkret yaitu tujuan pembelajaran umum dan tujuan pembelajaran khusus, tujuan kurIkuler, tujuan nasional, sampai kepada tujuan yang bersifat universal.

Pada prinsipnya belajar adalah berbuat untuk mengubah tingkah laku. Jadi dalam proses belajar dibutuhkan suatu keaktifan belajar karena dapat menyebabkan terjadinya suatu kegiatan yang membawa perubahan ke arah yang lebih baik bagi diri mahasiswa. Keaktifan belajar terjadi ketika adanya interaksi belajar mengajar dari tiga unsur yaitu dosen, bahan dan aNat didik. Bahan sebagai isi dari proses belajar mengajar disampaikan dosen untuk diterima oleh mahasiswa. Bahan disini sebagai perantara untuk terjadinya interaksi belajar mengajar antara dosen dengan anak didik. Itu berarti tanpa bahan tidak akan terjadi interaksi belajar mengajar. Bahan pelajaran yang perlu dikuasai oleh dosen tidak hanya bahan pokok yang sesuai keahlian, melainkan juga bahan penunjang di luar keahlian. Dosen yang hanya menguasai bahan pokok akan melahirkan kegiatan belajar mengajar yang kaku. Situasi pengajaran kurang menggairahkan bagi anak didik.

Umpan balik yang diberikan oleh anak didik selama pelajaran berlangsung ternyata bermacam-macam tergantung dari rangsangan yang diberikan oleh dosen. Rangsangan dosen berupa pertanyaan maka umpan baliknya berupa jawaban. Lahirlah tanya jawab.

Menyadari akan kelemahan bahasa untuk menggambarkan suatu konsep secara tepat, dosen berusaha memilih alternative lain yaitu menggunakan alat bantu pengajaran. Penggunaan alat bantu dapat membantu dosen untuk mengurangi verbalisme pada mahasiswa. Penggunaan alat bantu dapat mengembangkan dan meningkatkan umpan balik dari mahasiswa. Sehingga mahasiswa akan lebih aktif dalam proses belajar mengajar. Inilah inti pembelajaran di Perguruan Tinggi, bahwa mahasiswalah sebagai pusat pembelajaran sementara dosen hanya sebagai fasilitator. Keaktifan mahasiswa dalam setiap mengikuti proses belajar mengajar, baik berupa aktivitas bertanya, menjawab, menganalisis, memberikan pendapat bahkan mengkritik dosen asalkan argumentasinya bisa dipertanggungjawabkan menunjukkan suatu bukti bahwa mahasiswa tersebut tertarik atas bahan pelajaran dan memiliki motivasi yang kuat untuk mendapatkan pemahaman yang lebih dalam dan komprehensif tentang materi pelajaran. Namun apabila mahasiswa bersikap diam, pasif dan acuh selama proses belajar mengajar, ini menunjukkan indikasi bahwa mahasiswa tidak memiliki semangat belajar dan ini berarti gejala kegagalan. Proses belajar mengajar tidak akan efektif dan prestasi belajar mahasiswa tersebut tidak akan mencapai hasil yang maksimal. Sebaliknya mahasiswa yang cenderung aktif dalam proses belajar mengajar diyakini prestasi belajarnya akan lebih baik. Berdasarkan uraian di atas maka penulis berkeinginan untuk melakukan penelitian tentang masalah pengaruh keaktifan mahasiswa dalam pembelajaran dengan media Phantoom terhadap prestasi belajar Asuhan Kebidanan II di Poltekes Bhakti Pertiwi Husada Cirebon.B. Perumusan Masalah

Menurut Sugiyono (2009:35) rumusan masalah berbeda dengan masalah. Kalau masalah itu merupakan kesenjangan antara yang diharapkan dengan yang terjadi, maka rumusan masalah itu merupakan suatu pertanyaan yang akan dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data. Namun demikian terdapat kaitan erat antara masalah dan rumusan masalah, karena setiap rumusan masalah penelitian harus didasarkan pada masalah. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Apakah ada pengaruh keaktifan mahasiswa dalam pembelajaran dengan media Phantoom terhadap prestasi belajar Asuhan Kebidanan II di Poltekes Bhakti Pertiwi Husada (BPH) Cirebon?C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh keaktifan mahasiswa dalam pembelajaran dengan media Phantoom terhadap prestasi belajar Asuhan Kebidanan II di Poltekes Bhakti Pertiwi Husada Cirebon

2. Tujuan Khusus

Sedangkan secara khusus penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui tingkat keaktifan mahasiswi pada pembelajaran Askeb II dengan media Phantoom2. Untuk mengetahui prestasi belajar Askeb II pada mahasiswa Poltekes BPH Cirebon. 3. Untuk mengetahui pengaruh keaktifan mahasiswi pada pembelajaran dengan media Phantoom terhadap prestasi belajar Askeb II pada mahasiswi Poltekes BPH Cirebon. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat TeoritisSecara teoritis penelitian ini bermanfaat untuk memberikan sumbangan ilmu dalam bidang pembelajaran Askeb II dengan media Phantoom2. Manfaat Praktisa. Secara praktis penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi praktisi pendidikan dalam mengaplikasikan media pembelajaran.

b. Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh dosen dalam mengelola kegiatan belajar mengajar secara efektif sehingga mahasiswa dapat belajar dengan baik dan memperoleh prestasi belajar yang optimal.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKAA. Konsep BelajarBelajar merupakan perilaku manusia yang mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan. Belajar tidak hanya mencari ilmu atau menuntut ilmu dan tidak hanya meliputi mata kuliah saja, tetapi meliputi penguasaan, kebiasaan, persepsi, kesenangan, minat, penyesuaian social, bermacam-macam keterampilan dan cita-cita. Berbagai konsep belajar telah banyak dideskripsikan oleh pakar psikologi antara lain menurut Gagne dan Berliner dalam Anni (2004: 2) menyatakan bahwa belajar merupakan proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya karena hasil dari pengalaman. Sementara Morgan dalam Anni (2004: 2) menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan relatif permanen yang terjadi karena hasil dari praktek atau pengalaman. Slavin dalam Anni (2004: 2) menyatakan bahwa belajar merupakan individu yang disebabkan oleh pengalaman. Adapun James O. Wittaker dalam Soemanto (2003: 104) menyatakan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku melalui latihan atau pengalaman. Hampir serupa, Cronbach dalam Sardiman (2001: 20) menyatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku akibat dari pengalaman.

Berdasarkan uraian tentang konsep belajar di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku pembelajar yang relative permanen yang merupakan hasil dari praktek atau pengalaman pembelajar. Dalam proses belajar banyak faktor- faktor yang mempengaruhi. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar secara garis besar dibedakan menjadi dua macam, yaitu :

1. Faktor Internal

Faktor internal menyangkut faktor- faktor psikologis pembelajar. Kehadiran faktor- faktor psikologis tersebut akan memberikan landasan dan kemudahan dalam upaya mencapai tujuan belajar. Faktor- faktor internal antara lain : motivasi, kondisi kesehatan jasmani dan rohani, intelektual, emosional.

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal dapat mempengaruhi sikap dan reaksi individu dalam aktivitas belajar, karena individu yang belajar adalah berinteraksi dengan lingkungan. Faktor- faktor eksternal antara lain : variasi dan tingkat kesulitan materi yang dipelajari, metode pembelajaran, cuaca, kondisi tempat belajar.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (Zainal Aqib:2009:16).

Sedangkan pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar dan suatu lingkungan belajar. Pembelajaran tidak diartikan sebagai sesuatu yang statis, melainkan suatu konsep yang bisa berkembang seirama dengan tuntutan kebutuhan hasil pendidikan yang berkaitan dengan kemajuan ilmu dan teknologi yang melekat pada wujud pengembangan kualitas sumber daya manusia. (Martinis Yamin, 2011:69)

Menurut Asep Jihad dkk (2010:1) belajar adalah kegiatan berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Pada dasarnya belajar merupakan tahapan perubahan perilaku siswa yang relative positif dan mantap sebagai hasil interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.

Sudjana (dalam Asep Jihad dkk:2010:2) berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang, perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek yang ada pada individu yang belajar.

Mengutip Hamalik, Asep Jihad (2010:2) mengatakan bahwa terdapat dua definisi yang umum tentang belajar yaitu :

1. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakukan melalui pengalaman.

2. Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laki individu melalui interaksi dengan lingkungan.

Kegiatan belajar mengajar tidak berproses dalam kehampaan, tetapi dengan penuh makna. Di dalamnya terdapat sejumlah norma untuk ditanamkan ke dalam cirri setiap pribadi anak didik. Kegiatan belajar mengajar adalah suatu kondisi yang dengan sengaja diciptakan. Dosenlah yang menciptakan guna membelajarkan anak didik. Dosen yang mengajar dan anak didik yang belajar. Perpaduan dari kedua unsur manusiawi ini lahirlah interaksi interaktif dengan memanfaatkan bahan sebagai mediumnya. Di sana semua komponen pengajaran diperankan secara optimal guna mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan sebelum pengajaran dilaksanakan (Djamarah dkk, 2002:43).

Belajar pada hakekatnya adalah perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang setelah berakhirnya melakukan aktivitas belajar. Dalam kegiatan belajar mengajar, anak sebagai subjek dan sebagai objek dari kegiatan pengajaran. Karena itu, inti proses pengajaran tidak lain adalah kegiatan belajar anak didik dalam mencapai suatu tujuan pengajaran. Tujuan pengajaran tentu saja akan dapat tercapai jika anak didik berusaha secara aktif untuk mencapainya. Keaktifan anak didik di sini tidak hanya dituntut dari segi fisik, tetapi pikiran dan mentalnya kurang aktif, maka kemungkinan besar tujuan pembelajaran tidak tercapai. Ini sama halnya anak didik tidak belajar karena tidak merasakan perubahan di dalam dirinya.

Sama halnya dengan belajar, mengajar pun pada hakekatnya adalah suatu proses yaitu proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar anak didik, sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong anak didik melakukan proses belajar. Pada tahap berikutnya, mengajar adalah proses memberikan bimbingan / bantuan kepada anak didik dalam proses belajar. Jadi, bila hakikat belajar adalah perubahan maka hakikat mengajar adalah pengaturan yang dilakukan oleh dosen. (Djamarah dkk, 2002:45-46).

Menurut Djamarah dkk ((2002:49) komponen belajar mengajar terdiri atas :

a. Tujuan

Dalam kegiatan belajar mengajar tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dalam kegiatannya. Tujuan adalah komponen yang dapat mempengaruhi komponen pengajaran lainnya seperti bahan pelajaran, kegiatan belajar mengajar, pemilihan metode, alat, sumber dan alat evaluasi.

b. Bahan Pelajaran

Bahan pelajaran adalah subtansi yang akan disampaikan dalam proses belajar mengajar. Tanpa bahan pelajaran proses belajar mengajar tidak akan berjalan.

c. Kegiatan belajar mengajar

Kegiatan belajar mengajar adalah inti kegiatan dalam pendidikan. Segala sesuatu yang telah diprogramkan akan dilaksanakan dalam proses belajar mengajar.

d. Metode

Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh dosen dan penggunaanya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir.

e. Alat

Alat adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan pengajaran.

f. Sumber Pelajaran

Sumber-sumber bahan dan belajar adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat dimana bahan pengajaran terdapat atau asal untuk belajar seseorang.

g. Evaluasi

Evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu. Evaluasi pendidikan dapat diartikan sebagai suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai segala sesuatu dalam dunia pendidikan atau segala sesuatu yang ada hubungannya dengan dunia pendidikan.

Sedangkan menurut Martinis Yamin (2011:70) ada beberapa komponen yang mempengaruhi kualitas pembelajaran yaitu :

a. Peserta didik, meliputi lingkungan social ekonomi, budaya dan geografis, intelegensi, kepribadian, bakat dan minat.

b. Pembelajar, meliputi latar belakang pendidikan, pengalaman kerja, beban kerja, kondisi ekonomi, motivasi kerja, komitmen terhadap tugas, disiplin dan kreatif.

c. Kurikulum yaitu seperangkat rencana dan aturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai sasaran pendidikan tertentu (UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas).

d. Sarana dan prasarana pendidikan, meliputi alat peraga/ alat praktik, laboratorium, perpustakaan, ruang keterampilan, ruang bimbingan konseling dll.

e. Pengelolaan kampus, meliputi pengelolaan kelas, pengelolaan pembelajar, pengelolaan peserta didik, sarana prasarana, peningkatan tata tertib disiplin dan kepemimpinan.

f. Pengelolaan Dana, meliputi perencanaan anggaran, sumber dana, penggunaan dana, laporan dan pengawasan.

g. Monitoring dan Evaluasi, meliputi kepala kampus sebagai supervisor di kampusnya, pengawas kampus dan komite kampus sebagai supervisor.

h. Kemitraan, meliputi hubungan kampus dengan instansi pemerintah, hubungan dengan dunia usaha dan tokoh masyarakat, dan lembaga pendidikan lainnya.

Suciati dkk dalam bukunya Teori Belajar dan Motivasi (2005:29-47) menguraikan 4 aliran teori belajar yaitu aliran tingkah laku (behavior), aliran kognitif, aliran humanistic dan aliran sibernetik. Deskripsi singkat keempat aliran teori belajar tersebut adalah sebagai berikut :

a. Teori Belajar Behaviorisme (Tingkah Laku)

Menurut teori ini, belajar adalah perubahan tingkah laku. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu bila ia mampu menunjukkan perubahan tingkah laku. Menurut teori ini yang terpenting adalah masukan/ input yang berupa stimulus dan keluaran/output yang berupa respons. Sedangkan yang terjadi diantara stimulus dan respon tidak penting diperhatikan. Faktor yang lain yang diperhatikan adalah penguatan (reinforcement). Penguatan adalah apa saja yang dapat memperkuat timbulnya respons. Pelopornya : Pavlop, Watson, Skinner, Hull dan Guthrie. Teori ini sering dikritik karena tidak dapat menjelaskan proses belajar yang kompleks.

b. Teori Belajar Kognitivisme

Menurut teori ini belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman. Perubahan persepsi dan pemahaman tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang dpaat diamati. Asumsi dasar teori ini adalah bahwa setiap orang telah mempunyai pengalaman dan pengetahuan di dalam dirinya. Pengalaman dan pengetahuan ini tertata dalam bentuk struktur kognitif. Tokohnya antara lain Piaget, Bruner dan Ausubel. Teori kognitif dikritik sebagai lebih dekat kepada psikologi daripada kepada teori belajar.

c. Teori Belajar Humanistik

Menurut teori humanistic, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika mahasiswa telah memahami lingkungan dan dirinya sendiri. Teori ini cenderung bersifat eklektik, dalam arti memanfaatkan teknik belajar apapun asal tujuan belajar mahasiswa dapat tercapai. Kritik terhadap teori humanistic bahwa teori ini sukar digunakan dalam konteks yang lebih praktis. Teori ini dianggap lebih dekat dengan dunia filsafat daripada dunia pendidikan.

d. Teori Belajar Sibernetik

Teori sibernetik adalah teori yang relative baru, teori ini berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu informasi, menurut teori ini belajar adalah pengolahan informasi. Yang penting menurut teori ini adalah system informasi dari apa yang akan dipelajari mahasiswa. Sedangkan bagaimana proses belajar akan berlangsung akan sangat ditentukan oleh system informasi. Teori ini berasumsi bahwa tidak ada satu pun jenis cara belajar yang ideal untuk segala situasi., Sebab cara belajar sangat ditentukan oleh system informasi. Tokohnya Landa, Pask dan Scott. Kritik terhadap teori ini karena lebih menekankan pada system informasi yang akan dipelajari, tetapi kurang memperhatikan bagaimana proses belajar berlangsung. Teori ini dianggap sulit dipraktekkan.

B. Keaktifan Belajar Menurut kamus besar bahasa Indonesia, keaktifan adalah kegiatan (Poerwodarminto, 2002 : 17), sedang belajar merupakan proses perubahan pada diri individu kearah yang lebih baik yang bersifat tetap berkat adanya interaksi dan latihan. Jadi keaktifan belajar adalah suatu kegiatan individu yang dapat membawa perubahan kearah yang lebih baik pada diri individu karena adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungan.

Keaktifan belajar adalah suatu kegiatan yang menimbulkan perubahan pada diri individu baik tingkah laku maupun kepribadian yang bersifat kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian yang bersifat konstan dan berbekas. Keaktifan belajar akan terjadi pada diri siswa apabila terdapat interaksi antara situasi stimulus dengan isi memori, sehingga perilaku siswa berubah dari waktu sebelum dan sesudah adanya situasi stimulus tersebut.

Selama proses belajar siswa dituntut aktivitasnya untuk mendengarkan, memperhatikan dan mencerna pelajaran yang diberikan dosen, disamping itu sangat dimungkinkan para siswa memberikan balikan berupa pertanyaan, gagasan pikiran, perasaan, keinginannya. Dosen hendaknya mampu membina rasa keberanian, keingintahuan siswa, untuk itu siswa hendaknya merasa aman, nyaman, dan kondusif dalam belajar. Peran dosen dalam pembelajaran siswa aktif adalah sebagai fasilitator dan pembimbing siswa yang memberi berbagai kemudahan siswa dalam belajar serta mampu mendorong siswa untuk belajar seoptimal mungkin.

Keaktifan belajar adalah aktifitas yang bersifat fisik maupun mental (Sardiman: 2001: 99). Selama kegiatan belajar kedua aktifitas tersebut harus terkait, sehingga akan mengahasilkan aktifitas belajar yang optimal. Macam- macam keaktifan belajar yang dapat dilakukan oleh siswa di kampus antara lain:

1. Visual Activities, seperti : membaca, memperhatikan gambar, memperhatikan demonstrasi orang lain

2. Oral Activities, seperti : mengatakan , merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan interview, diskusi interupsi

3. Listening Activities, seperti : mendengarkan : uraian, percakapan, diskusi, Pidato,

4. Writing Activities, seperti : menulis : ceritera, karangan, laporan, tes, angket, menyalin

5. Drawing Activities, seperti : membuat : grafik, peta, diagram

6. Motor Activities, seperti : melakukan percobaan, membuat konstruksi model, mereparasi

7. Mental Activities, seperti : menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputusan

8. Emotional Activities, seperti : menaruh minat, merasa bosan, berani, gembira, gugup, senang

Menurut Soemanto (2003 : 107), macam- macam keaktifan belajar yang dapat dilakukan oleh siswa dalam beberapa situasi adalah sebagai berikut :

1. mendengarkan

2. memandang

3. meraba, mencium dan mencicipi

4. menulis atau mencatat

5. membaca

6. membuat ringkasan

7. mengamati tabel, diagram dan bagan

8. menyusun kertas kerja

9. mengingat

10. berpikir

11. latihan atau praktek

Keaktifan yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran memiliki pengaruh yang berbeda- beda terhadap daya ingat siswa. Vernon Magnesen (Anni,2004:85) dalam penelitiannya menemukan bahwa ingatan yang diperoleh dari belajar melalui membaca sebesar 20%, mendengar sebesar 30%, melihat sebesar 40%, mengucapkan sebesar 50%, melakukan sebesar 60%, dan gabungan dari melihat, mengucapkan, mendengar, dan melakukan sebesar 90%.

Proses belajar- mengajar yang dapat memungkinkan cara belajar siswa secara aktif harus direncanakan dan dilaksanakan secara sistematik. Selama pelaksanaan belajar- mengajar hendaknya diperhatikan beberapa prinsip, seperti stimulus, perhatian dan motivasi, respons yang dipelajari, penguatan, dan pemakaian dan pemindahan sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara optimal. C. Media PhantoomPhantoom adalah model / alat tiga dimensi yang digunakan untuk mempermudah simulasi. Menurut Basuki (2001) model didefinisikan sebagai benda tiga dimensi yang merupakan representasi dari benda yang sesungguhnya.

Keunggulan media model menurut Pribadi (2005), antara lain :1. Lebih praktis dari penggunaan objek aslinya karena dapat dilepas bagian bagiannya

2. Dapat disajikan lebih besar atau lebih kecil dari objek aslinya sesuai kebutuhan

3. Dapat dibuka bagian luarnya untuk mempelajari bagian dalam

4. Mempunyai keefektifan sama dengan objek aslinya karena model mempunyai sifat sama seperti benda aslinya

5. Dapat mengatasi kendala penggadaan objek asli (seperti terlalu mahal harganya)

6. Dapat menampilkan wujud yang lengkap dan rinci seperti benda aslinya

7. Dapat disederhanakan dari objek aslinya sehingga mempermudah berlangsungnya proses pembelajaran.

8. Dapat digunakan untuk program studi exsakta dan non exsakta.

9. Dapat digunakan membantu melatih ketrampilan psikomotorik.

Sedangkan kelemahan media model, antara lain :

1. Lebih mahal dibandingkan dengan media pembelajaran yang lain

2. Pembuatanya sulit

3. Perlu perawatan khusus

4. Sulit dibawa kekelas bila ukurannya disajikan dalam ukuran yang lebih besar dari objek aslinya

5. Sulit diamati bila ukuranya disajikan dalam ukuran yang lebih kecil dari objek aslinya. (Pribadi, 2005)

6. Media model kurang dapt menyampaikan informasi faktual

7. Prinsip konsep rendah

8. Tidak dapat melatih sikap (Allen, 2004)

D. Prestasi Belajar Prestasi berarti hasil yang telah dicapai. Belajar berarti pencapaian pengetahuan atau ketrampilan atau perubahan perilaku yang relatif permanen sebagai akibat adanya pengalaman atau interaksi individu dengan lingkungannya. Jadi prestasi belajar adalah hasil penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai dari dosen.

Menurut Anni (2004:4), hasil belajar merupakan perubahan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Menurut Sujana (2002: 147), hasil belajar adalah kemampuan- kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah siswa tersebut menerima pengalaman belajarnya.

Berdasarkan uraian di atas, hasil belajar tidak hanya penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dapat dinilai, tetapi mencakup perubahan- perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami keaktifan belajar dan pengalaman belajar.Faktor- faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah sebagai berikut :

1. Faktor Internal

a. Faktor jasmaniah, panca indera yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya.

b. Faktor psikologis, terdiri atas faktor intelektif yang meliputi factor potensial, yaitu kecerdasan dan bakat serta faktor kecakapan nyata, yaitu hasilyang dimiliki.

2. Faktor Eksternal

a. Lingkungan Sosial

Yang termasuk lingkungan sosial adalah lingkungan sosial kampus, seperti: dosen, staf administrasi, serta teman sekelas yang dapat mempengaruhi semangat belajar seseorang siswa, dan lingkungan social siswa seperti masyarakat, tetangga, serta teman sepermainan.

b. Lingkungan Nonsosial

Faktor- faktor yang termasuk lingkungan nonsosial adalah gedung kampus dan letaknya, rumah tempat tinggal siswa dan letaknya, alat- alat belajar, keadaan cuaca, dan waktu belajar yang digunakan siswa.

3. Faktor Pendekatan Belajar

Segala cara atau strategi yang digunakan oleh siswa dalam menunjang efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran materi tertentu.

E. Asuhan Kebidanan II (Persalinan)Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai sejak kontraksi persalinan sejati, yang ditandai oleh perubahan progresif pada serviks, dan diakhiri dengan pelahiran plasenta. Proses persalinan terdiri dari kala I sampai kala IV.

a. Kala I

Kala satu persalinan didefinisikan sebagai permulaan kontraksi persalinan sejati, yang ditandai oleh perubahan serviks yang progresif dan diakhiri dengan pembukaan lengkap (10 sentimeter). Hal ini dikenal sebagai tahap pembukaan serviks. Penatalaksanaan perawatan selama kala satu persalinan terdiri atas :

1. Diagnosis banding persalinan

2. Penatalaksanaan persalinan palsu dan persalinan dini

3. Evaluasi awal terhadap ibu dan janin dalam persalinan

4. Dua belas penatalaksanaan dasar untuk keputusan yang berkaitan dengan perawatan

5. Evaluasi kesejahteraan ibu dan janin yang kontinu

6. Evaluasi dan fasilitasi kemajuan persalinan yang kontinu

7. Perawatan tubuh dan perawatan penunjang untuk ibu dan orang terdekat lain/keluarga/teman.

b. Kala II

Kala II persalinan dimulai dengan dilatasi lengkap serviks dan diakhiri dengan kelahiran bayi. Tahap ini dikenal dengan kala ekspulsi. Penatalaksanaan kala dua persalinan merupakan kelanjutan tanggung jawab bidan pada waktu penatalaksanaan asuhan kala satu persalinan adalah sebagai berikut :

1. Evaluasi kontinu kesejahteraan ibu

2. Evaluasi kontinu kesejahteraan janin

3. Evaluasi kontinu kemajuan persalinan

4. Perawatan tubuh wanita

5. Asuhan pendukung untuk wanita dan orang terdekatnya serta keluarga

6. Pemindaian kontinu tanda dan gejala komplikasi pada ibu dan janin.

c. Kala III

Kala tiga persalinan dimulai saat proses pelahiran bayi selesai dan berakhir dengan lahirnya plasenta. Proses ini dikenal sebagai kala persalinan plasenta. Kala tiga persalinan rata-rata berlangsung antara 5 dan 10 menit, namun kisaran normal kala tiga sampai 30 menit. Resiko pendarahan meningkat jika kala tiga lebih lama dari 30 menit.

d. Kala IV

Kala empat persalinan diidentifikasi sebagai jam pertama pascapartum ini perlu diamati dan dikaji dengan ketat. Bidan memiliki tanggung jawab selama kondisi ini untuk hal-hal berikut : evaluasi kontraktilitas uterus dan perdarahan; inspeksi dan evaluasi serviks, vagina dan perineum; inspeksi dan evaluasi plasenta, membrane, dan tali pusat; pengkajian dan penjahitan setiap laserasi atau episiotomi; evaluasi tanda-tanda vital dan perubahan fisiologis yang mengindikasikan pemulihan (Helen Vanrney,2003).

F. Pokok Bahasan Kala II Persalinan

Kompetensi yang harus dikuasai bidan pada persalinan kala II adalah proses persalinan normal yang terdiri dari 58 langkah sebagai berikut :

TANDA DAN GEJALA KALA II

Don Ran

Tek Nus

Per Jol

Vul Ka

SIAP PERTOLONGAN PERSALINAN

Siap Alat

Partus Set

Wadah DTT

Luar

Ibu

Bayi

Siap Diri

3. Celemek

4. Cuci

5. Sarung

6. Oksi (1/2 Oehlar)

PASTIKAN

DJJ

7. Bersih

8. P.D

9. Celup

10. DJJ

SIAP IBU & KELUARGA U/DIPIMPIN

11. Ibu

12. Keluarga

13. Doran

Pimpin

His +

Puji

Istirahat His - Minum DJJ14. Mobilisasi( 1 jam His-SIAP TOLONG

15. Handuk

16. Bokong

17. Buka

18. Sarung

TOLONG KEPALA

19. Lindungi

20. Check

21. Tunggu

TOLONG BAHU

22. Biparletal

TOLONG BIDAN

23. Sangga

24. Susu

PENANGANAN BAYI

25. Letak

26. Kering dan ganti

27. Fundus

28. Beritahu

29. Suntik

30. Jepit

31. Potong, ikat, klem

32. Letak

33. Selimuti

AKTIF KALA III : PTT

34. Pindah

35. Posisi

36. Tegang

AKTIF KALA III : PLAS

37. Tarik

38. Putar

AKTIF KALA III MASASE

39. Perdarahan

40. Placenta

41. Robekan

PASCA TINDAKAN 17

42. Tonus

43. Kontak Kulit Selama 1 Jam

44. 1 Jam : Timbang Ukur Tetes Mata, Vit K

45. 1 jam kemudian Hb

EVAL : 46-50

46. Kontraksi

47. Ajarkan

48. Darah

49. Nadi

50. Bayi (Nafas dan Suhu Bayi)

BERSIH/ AMAN : 51-5851. Alat

52. Buang

53. Ibu

54. Nyaman

55. Dekotaminasi

56. Cukup

57. Cuci

58. Dokumentasi (Partograf)

BAB IIIKERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konseptual

Kerangka konsep merupakan urutan kerangka berpikir yang berdasarkan kerangka teori. Kerangka berpikir merupakan bagian dari penelitian yang menggambarkan alur pikiran peneliti dalam memberikan penjelasan kepada orang lain, mengapa ia memiliki anggapan seperti yang diutarakan dalam hipotesis penelitian (Iqbal Hasan, 2002:48). Kerangka konsep disusun dari kerangka teori.

Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

B. Definisi Operasional

Adapun definisi operasional penelitian ini seperti di bawah ini :

VariabelDefinisi

OperasionalAlat UkurCara UkurHasil UkurSkala Ukur

Keaktifan mahasiswa (X)Respon umpan balik mahasiswa selama proses belajar mengajar di kelasObservasiMelihat hasil observasiTinggi(>75%)

Sedang

(60%-75%)

Rendah

(75%)

Sedang

(60%-75%)

Rendah

( . Dari tabel di atas, ternyata nilai p-valuae atau Sig semuanya lebih besar dari = 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa galat data berasal dari populasi yang berdistribusi normal.3. Uji Analisis Hipotesis

Jika data hasil penelitian berasal dari populasi yang berdistribusi normal maka uji hipotesis yang digunakan adalah analisis korelasi pearson product moment dengan rumus :

N XY (X)(Y)

rxy = ---------------------------------------------

{NX2 (X2)}{NY2-(Y2)}

Keterangan :

r = Koefesien korelasi product moment

N = jumlah sampel

X = skor variabel X

Y = skor variabel Y

Sedangkan jika data berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal maka uji hipotesis digunakan analisis non parametric Rank Spearman. G. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Poltekes BPH Cirebon. Waktu penelitian Tahun 2014XO

Prestasi

Belajar

Prestasi Belajar

Askeb II (Y)

Keaktifan Belajar

(X)

Proses Belajar Mengajar

Askeb II

Media

Phantom

Keaktifan

Mahasiswa

1

5

1

2

24

27