rangkuman RADIOLOGI

6
RADIOLOGI Perlengkapan untuk membuat radiograf 1. Film roentgen (film x – ray) 2. Intensifying screen 3. Kaset 4. Grid (kisi – kisi) 5. Alat – alat fiksasi 6. Alat – alat pelindung (proteksi) 7. Marker (tanda atau kode) Lanjutin nyatet dari hal 18 -19 TULANG TRAUMA SKELET (RUDAPAKSA SKELET) Jenis fraktur : o/k trauma berat fraktur spontan/patologik fraktur stress/fatigue sifat trauma : eksternal : tertabrak, jatuh, dsb internal : kontraksi otot yang kuat dan mendadak seperti pada serangan epilepsy, tetanus, renjatan listrik, keracunan striknin trauma ringan tetapi terus menerus fraktur patologik : terjadi pada tulang yg sebelumnya telah mengalami proses patologik (tumor tulang primer/sekunder, myeloma multiple, kista tulang, osteomyelitis, dsb), bila trauma ringan saja sudah menimbulkan fraktur. Fraktur stress : trauma ringan tetapi terus menerus (fraktur march pd metatarsal, fraktur tibia pada penari balet, fraktur fibula pada plari jarak jauh, dsb) PEMERIKSAAN RADIOLOGIK AP (anterior posterior) Lateral Bila ke2 proyeksi ini tidak dapat dibuat karena keadaan pasien yang tidak mengizinkan, dibuat 2 proyeksi yg tegak lurus satu sama lain. Bila hanya 1 proyeksi yg dibuat, kemungkinan fraktur tidak dapat dilihat. Kadang perlu proyeksi khusu seperti aksial (fraktur femur proksimal / humerus proksimal) Pemeriksaan radiologic selanjutnya adalah untuk control : Segera setelah reposisi untuk menilai kedudukan fragmen. Bila dilakukan reposisi terbuka perlu

Transcript of rangkuman RADIOLOGI

Page 1: rangkuman RADIOLOGI

RADIOLOGI

Perlengkapan untuk membuat radiograf

1. Film roentgen (film x – ray)2. Intensifying screen3. Kaset4. Grid (kisi – kisi)5. Alat – alat fiksasi6. Alat – alat pelindung (proteksi)7. Marker (tanda atau kode)

Lanjutin nyatet dari hal 18 -19

TULANG

TRAUMA SKELET (RUDAPAKSA SKELET)

Jenis fraktur :

o/k trauma berat fraktur spontan/patologik fraktur stress/fatigue

sifat trauma :

eksternal : tertabrak, jatuh, dsb internal : kontraksi otot yang kuat dan

mendadak seperti pada serangan epilepsy, tetanus, renjatan listrik, keracunan striknin

trauma ringan tetapi terus menerus

fraktur patologik : terjadi pada tulang yg sebelumnya telah mengalami proses patologik (tumor tulang primer/sekunder, myeloma multiple, kista tulang, osteomyelitis, dsb), bila trauma ringan saja sudah menimbulkan fraktur.

Fraktur stress : trauma ringan tetapi terus menerus (fraktur march pd metatarsal, fraktur tibia pada penari balet, fraktur fibula pada plari jarak jauh, dsb)

PEMERIKSAAN RADIOLOGIK

AP (anterior posterior) Lateral

Bila ke2 proyeksi ini tidak dapat dibuat karena keadaan pasien yang tidak mengizinkan, dibuat 2 proyeksi yg tegak lurus satu sama lain.

Bila hanya 1 proyeksi yg dibuat, kemungkinan fraktur tidak dapat dilihat.

Kadang perlu proyeksi khusu seperti aksial (fraktur femur proksimal / humerus proksimal)

Pemeriksaan radiologic selanjutnya adalah untuk control :

Segera setelah reposisi untuk menilai kedudukan fragmen. Bila dilakukan reposisi terbuka perlu diperhatikan kedudukan intramedular (kadnag pen menembus tulang), plate dan screw (kadang screw lepas)

Pemeriksaan periodic untuk menilai penyembuhan fraktur

o Pembentukan calluso Konsolidasio Remodeling : terutama pada

anak2o Adanya komplikasi

Komplikasi pada fraktur yang dapat dilihat pada foto roentgen :

Osteomielitis : fraktur terbuka Nekrosis avaskular

(hilangnya/terputusnya supply darah pada satu bagian tulang sehingga menyebabkan kematian tulang tersebut) : pd fraktur kolum femoris, nevikulare manus, talus

Non union : karena imobilisasi tidak sempurna, bila interposisi jaringan diantara fragmen2 tulang. (terlihat sklerosis pada ujung2 fragmen sekitar

Page 2: rangkuman RADIOLOGI

fraktur dan garis patah menetap), kalus dapat terjadi sekitar fraktur tapi garis patah menetap

Delayed union : o Ortu krn aktivitas osteoblas

menuruno Detraksi fragmen2 tulang krn

reposisi krg baik, missal traksi terlalu kuat atau fiksasi internal kurang baik

o Def. vit c dan do Fraktur patologiko Infeksi

Mal union : reposisi fraktur krg baik, jd deform. Tulang

Atrofi sudeck (disuse osteoporosis berat pd tlg distal dan fraktur disertai pembengkakan jar. Lunak dan nyeri)

Fraktur pada anak2 : lengan bawah, siku, tungkai bawah

Dislokasi sendi akromio klavikular : sela sendi tampak melebar, lebih baik dibuat foto kedua sendi dengan kedua tangan mengangkat beban

Trauma tulang belakang

Pemeriksaan radiologi :

Pemeriksaan konvensional Tomografi konvensional CT scan / CT mielo MRI

Tergantung dari indikasinya, pemeriksaan konvensional masih pemeriksaan utama dan pertama yg harus dilakukan.

CT scan dan MRI dilakukan untuk melengkapi pemeriksaan konvensional, untuk evaluasi g lebih detil atau untuk melihat kelainan yang tidak dapat dilihat pad afoot konvensional.

1. Tulang belakang servikal a. Foto lateral dengan pasien

berbaring dan sinar horizontalb. Proyeksi oblik (menambah info

ttg keadaan pedikel, foramina intervertebrae, sendi apofiseal)

c. Bila keadaan pasien lebih baik, sebaiknya dibuat :

i. Foto AP, termasuk dengan mulut terbuka untuk melihat C1 dan C2

ii. Foto lateraliii. Foto oblik kiri dan

kanan2. Trauma hiperfleksi 3. Trauma fleksi – rotasi

a. Vertebrae yang bersangkutan dan vertebrae proksimalnya dalam posisi oblik

b. Vertebrae distalnya tetap dalam posisi lateral

4. Trauma hiperekstensi5. Trauma ekstensi – rotasi 6. Fraktur kompresi vertical

TULANG BELAKANG TORAKAL DAN LUMBAL

Proyeksi AP dan lateral Bila trauma berat, maka foto dibuat

dengan pasien tidur terlentang dan foto lateral dibuat dengan sinar horizontal.

Pada foto AP, adanya pelebaran bayangan mediastinum di derah yang bersangkutan menunjukkan adanya hematom paravertebral.

TRAUMA TENGKORAK

Fraktur impresi : disertai kerusakan jaringan otak dan pada foto terliht sebagai garis atau 2 garis sejajar dengan densitas tinggi pada tulang

Page 3: rangkuman RADIOLOGI

tengkorak. (foto tangensial untuk konfirmasi dan untuk menentukan dalamnya impresi)

Fraktur linier : garis radiolusen, paling sering didaerah parietal, garis fraktur biasnya lebih radiolusen daripada pembuluh darah dan adanya tidak teratur.

Foto lateral kepala dengan pasien terlentang dan sinar horizontal

Fraktur basis cranium : bayangan cairan ( air fluid level) dalam sinus sphenoid

Fraktur diastasis : sering pada anak2 dan terlihat sebagai pelebaran sutura

TUMOR TULANG DAN LESI YANG MENYERUPAI TUMOR TULANG

Beberapa hal yang perlu diingat kembali dalam rangka menganalisis tumor tulang pada roentgen, ialah :

Pada anak2, tulang panjang dibagi dalam epifisis, metafisis dan diafisis. Antara epifisis dan metafisis terdapat garis/lempeng epifiser. Pada neonatus banyak epifisis tulang belum mengalami osifikasi sehingga belum dapat dilihat pada foto roentgen.

Tulang terdiri atas 3 komponen (korteks, spongiosa, dan periost). Korteks dan spongiosa dapat dilihat, tetapi periost tidak pada roentgen. Bila suatu proses dalam tulang, misalnya radang atau neoplasma, periost mengalami iritasi atau terangkat, maka periost akan membentuk tulang dibawahnya yang dikenal sebagai reaksi periosteal.

Gambaran reksi periosteal macam2 :

Garis2 sejajar dengan korteks, lamellar

Garis tegak lurus pada korteks, sunray appearance

Renda, dan sebagainya

Pada pemeriksaan tulang harus diperhatikan :

Besar tulang Bentuk tulang Kontur tulang Densitas tulang, meninggi atau

merendah Korteks, utuh/tidak dan menipis atau

destruksi Spongiosa : bayangan2 radiolusen Ada/tidak reaksi periosteal Jaringan lunak sekitar tulang :

o Pembengkakakno Perkapurano Penulangan

Yang penting diperhatikan dalam menilai tumor tulang adalah :

Umur penderita Lesi soliter atau multiple

o Tumor tulang primer : solitero Multiple : metastasis

Bagian mana dan tulang yang terkena :o Osteosarkoma : metafisiso Sarcoma ewing : diafisis, dsb

Kelainan yg terlihat (destruksi, reaksi periosteal, pembentukan tulang baru, bagaimana jaringan lunak sekitar)

Batas2 lesi, tumor jinak : batas tegas, korteks menipis, tidak ada reaksi periosteal. Tumor ganas : batas tidak tegas, korteks destruksi, ada reaksi periosteal.

Pemeriksaan radiologi pada tumor tulang

Diawali dengan pemeriksaan konvensional (penting!)

Page 4: rangkuman RADIOLOGI

CT scan /MRI (untuk menentukan luasnya tumor, atau keterlibatan jaringan sekitar)

Pemeriksaan screening nuklir (menentukan metastasis pada tulang)

TORAKS

CARA2 PEMERIKSAAN

FLUOROSKOPI

Cara pemeriksaan mempergunakan sifat tembus sinar roentgen dan suatu tabir yang bersifat fluoresensi bila terkena sinar tersebut.

Digunakan untuk menyelidiki pergerakan organ/system tubuh seperti dinamika alat2 peredaran darah (jantung + pembuluh darah besar), juga pernapasan berupa pergerakan diagfragma dan aerasi paru2.

ROENTGENOGRAFI

Pembuatan foto roentgen toraks, dengan arah posterior – anterior (PA) dan lateral bila perlu. Agar distorsi dan magnifikasi yang diperoleh menjadi sekecil mungkin, jarak tabung dan film harus 1,80 m dan foto dibuat waktu penderita sedang bernapas dalam (inspirasi)

Proyeksi miring (oblique) dibuat dengan sudut 45 derajat dan diberi nama menurut bagian dada yg letaknya terdekat pada fim dan terjauh dari tabung roentgen.

Proyeksi lordotik puncak paru dengan arah sinar antero – posterior (AP) untuk menyelidiki sarang2 yang terletak di puncak paru (apeks), yang biasanya pada proyeksi PA biasa umunya tersembunyi di belakang klavikula dan kosta I.

Foto dalam posisi berbaring untuk meneliti lebih lanjut letak dan sifat cairan yang

berkumpul dalam kavitas, rongga pleura, atau sela pleura interlobaris.

Bila ada persangkaan terhadap emfisema obstruktif yang mengenai seluruh paru, lobus atau segmen, maka sebaiknya dibuat foto pada ekspirasi maksimal disamping foto biasa pada inspirasi, dapat sipergunakan juga untuk melihat pergerakan diagfragma pada kelainan diagfragma.

BRONKOGRAFI

Pemeriksaan percabangan bronkus, dilakukan baik dengan fluoroskopi maupun roentgenografi, dengan cara mengisi saluran bronchial dengan suatu bahan kontras yang bersifat opaque (menghasilkan bayangan putih pada foto)

Indikasi pemeriksaan ini : bronkiektasis untuk meneliti letak, luas dan sifat bagian2 bronkus yang melebar; dan pada tumor2 yang terletak dalam lumen bronkus (space occupying lesions), yang mungkin mempersempit bahkan menyumbat sama sekali bronkus yang bersangkutan.