Rangkuman Akhlah Dan Tasawuf

15
Rangkuman Akhlah dan Tasawuf Disusun dalam rangka Memenuhi Proses Pembelajaran Akhlak

description

Rangkuman Akhlah Dan Tasawuf

Transcript of Rangkuman Akhlah Dan Tasawuf

Page 1: Rangkuman Akhlah Dan Tasawuf

Rangkuman Akhlah dan Tasawuf

Disusun dalam rangka Memenuhi Proses Pembelajaran Akhlak

Page 2: Rangkuman Akhlah Dan Tasawuf

1. Pengertian Tasawuf dan Sumbernya

a. Pengertian Tasawuf

Tasawuf menurut bahasa terdapat beberpa defenisi, diantaranya suf, yang

artinya bulu domba. Orang sufi biasanya memakai pakaian dari bulu domba

yang kasar sebagai lambing kesedarhanaan dan kesucian. Ahl Al-Suffah, yaitu

orang-orang yang ikut hijrah dengan nabi mereka ke madinah yang karena

kehilangan harta, mereka berada dalam keadaan miskin dan tidak memiliki apa-

apa. Shafi yaitu suci, orang yang mensucikan diri dari sifat-sifat keduniawan.

Sophia, yaitu hikmah atau filsafat, yang artinya jalan yang ditempuh sufi hamper

sama dengan jalan yang ditempuh para filosof. Saf, yaitu pertama, orang yang

shalat pada saf pertama dan kemuliaan dan pahala yang utama.

Sedangkan menurut Istilah Tasawuf adalah sarana untuk memperbaiki

akhlak manusia agar jiwanya menjadi suci, sekaligus menjadi sarana untuk

mendekatkan diri kepada allah sedekat-dekatnya.

b. Sumber-sumber ajaran Tasawuf

Dalam sumber ajaran Islam, Al-Qur’an dan hadist terdapat ajaran yang

dapat membawa kepada timbulnya tasawuf. Paham bahwa tuhan dekat dengan

manusia, yang merupakan ajaran dasar dalam mistisme ternyata ada dalam Al-

Qur’an dan hadist.

Dalam QS. Al-Baqarah ayat 186 yang artinya : “ Jika hamba-hambaku

bertanya padamu tentang diriku. Aku adalah dekat. Aku mengabulkan seruan

orang memanggil jika ia panggil aku.

Kata Da’a yang terdapat dalam ayat diatas oleh sufi diartikan bukan

berdoa dalam arti yang lazim dipakai, melainkan dengan arti berseru atau

memanggil. Tuhan mereka panggil, dan tuhan memperlihatkan dirinya kepada

mereka.

Ayat 115 dalam Q.S Al-Baqarah juga menyatakan yang artinya :Timur

dan barat kepunyaan allah, maka kemana saja kamu berpaling ditu (kamu

jumpai) wajah tuhan.

Bagi kaum sufi ayat ini mengandung arti bahwa dimana saja tuhan ada,

dan dapat dijumpai.

Page 3: Rangkuman Akhlah Dan Tasawuf

Selanjutnya dalam Hadis nabi Saw juga dikatakan : Siapa yang kenal

pada dirinya, pasti kenal pada tuhan.

2. Sejarah dan Perkembangan Tasawuf

a. Zaman Nabi saw

Meskipun secara tekstual dari Rasulullah tidak ditemukan sebuah

ketentuan agar umat Islam melaksanakan tasawuf, Nabi Muhammad sebelum

diangkat menjadi Rasul berulang kai pergi ke gua hira dengan membawa sedikit

perbekalan. Tujuannya disamping untuk mengasingkan diri dari masyarakat kota

mekkah yang sedang hanyut dalam kehidupan kebendaan dan penyembahan

berhala, juga untuk merenung dalam rangka mencari hakikat kebenaran yang

disertai dengan melakukan banyak puasa dan beribadah, sehingga jiwanya

menjadi semakin suci.

Ada beberapa kisah Nabi dan para sahabat yang terpuji tersebut antara lain :

1) Hidup Zuhud ( tidak mementingkan keduniaan)

2) Hidup Qanaah ( menerima apa adanya)

3) Hidup taat (senantiasa menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya)

4) Hidup Istiqamah ( tetap beribadah )

5) Hidup Mahabbah (sangat cinta kepada Allah dan Rasulnya, melebihi cinta

kepeda dirinya dan makhluk lain)

6) Hidup Ubudiah ( mengabdikan diri kepada Allah)

Mengenai kehidupan Nabi Muhammad saw telah banyak diceritakan, betapa

kesederhanaan rumah tangga beliau sehari-hari. Jangankan perabot rumah

tangga yang serba mewah dan makanan yang lezat-lezat, alat-alat rumah tangga

yang sederhana saja tidak lengkap, begitu juga dalam hal makanan, makanan

yang biasa untuk dimakan sehari-hari saja kadang tidak ada. Ia tidur diatas

sepotong tikar bukan diatas kasur yang empuk, makanan yang dihidangkan

istrinya hanyalah sepotong roti kering yang dengan segelas air minum, dengan

sebutir korma dan dua butir korma.

Dalam salah satu hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari diceritakan bahwa

Aisyah pernah mengeluh kepada keponakannya, Urwah, seraya berkata, “

Urwah, lihatlah, kadang-kadang berhari-hari dapurku tidak menyala dan aku

Page 4: Rangkuman Akhlah Dan Tasawuf

bingung karenanya”, Urwah bertanya,” Jadi apakah kamu makan sehari-hari?

Aisyah menjawab,” Paling untuk yang menjadi pokok itu adalah korma dan air.

Rasulullah menegaskan ,” Kami adalah golongan yang tidak makan kecuali

kalau lapar, dan jika kami makan tidaklah sampai kenyang”.

Rasululah juga sering melakukan puasa sunat, agar saat lapar itu tidak sia-sia,

Rasulullah senantiasa ibadah kepada Allah. Selain itu Rasulululah dirumahnya

sering berbaring dan tidur diatas sehelai anyaman daun korma sampai

memberikan bekas pada pipinya. Rasullah pernah bersabda: “ Aku didunia

laksana seorang yang sedang berpergian, sebentar berteduh dikala hari sangat

terik dibawah naungan pohon kayu yang rindang untuk kemudian berangkat lagi

dari situ kearah tujuannya.

Rasulullah juga menerapkan pola hidup Zuhud, Rasulullah sebelum menjadi

Rasul suka menyendiri, dan berkhalwat atau bertafakur di gua hira, disana beliau

melakukan Tahannus merupakan cahaya-cahaya pertama dan utama bagi cahaya

tasawuf. Itulah cikal bakal atau benih-benih pertama bagi kehidupan kerohanian

yang disebut dengan ilham hati atau renungan-renungan ruhaniyat.

Setelah diangkat menjadi Rasul, Rasulullah meneruskan Taqarub

(mendekatkan diri) kepada Allah dengan berzikir, istighfar, shalat tahajud

samapai jauh malam. Beliau memperkuat batinnya dengan menjalani hidup

kerohanian. Untuk itulah Rasulullah menyediakan ruangan khusus di sampaing

masjid madinah untuk tempat tinggal dan pendidikan dalam ilmu agama untuk

para sahabat nabi yang ikhlas mengikuti perjuangan Nabi menyebarkan Islam

dan mau menjalani hidup kerohanian. Mereka itu disebut Ahl suffah.

b. Zaman Sesudah Nabi Saw

Setelah Rasulullah benih-benih tasawuf tergambar dari Khalfaurrasyidin yang

empat, mereka tetap hidup sederhana, wara’, tawadhu’, zuhud sebagaimana

yang dicontohkan nabi.

Abu Bakar Shidiq hidup dengan sehelai kain saja, terhadap lidahnya sendiri ia

berkata,” Lidah inilah yang senantiasa mengancamku”. Dan ia berkata pula,”

Apabila seorang hamba Allah telah dimasuki rasa berbangga diri karena sesuatu

dari hiasan dunia, maka Allah akan murka kepadanya, sampai perhiasan itu

Page 5: Rangkuman Akhlah Dan Tasawuf

diceraikannya. Dan sifat kedermawaan Abu Bakar merupakan buah dari

takwanya.

Umar Bin Khatab meski mendapat kekuasan tertinggi sama seperti Abu Bakar,

tidak mengurangi nilai kehidupan kerohaniannya, suatu ketika beliau pernah

memikul beras untuk dibagi kepada rakyatnya.

Usman Bin Affan meski kaya, tapi dia senantiasa menggunakan hartanya

untuk mengembangkan Islam, dan keunikan lainnya, Usman terkenal senantiasa

membaca dan menelaah al-qur’an.

Sedangkan Ali Bin Abi Thalib pun tidak kurang ketinggian hidup

kerohaniannya, dalam tugas-tugasnya yang besar dan mulai, dia tidak peduli

bahwa pakaian yang dia pakai telah robek, ketika robek dia sendiri yang

menambalnya. Hal ini dilakukan hanya untuk mengkhusyukkan hati dan

menjadi teladan bagi orang yang beriman.

Selain khalifaur rasyidin ada Huzaifah Bin Yaman, ia terkenal sahabat nabi

yang zahid, Huzaifah Bin Yaman, dari Huzaifah lah kemudian banyak yag

berguru kepadanya, termasuk hasan Al-Bashri, yang kemudian menjadi tokoh

sufi yang ternama, sahabat lainnya yang menentang gaya hidup mewah adalah

Abu Dzar Al-Ghifari, ia melihat bahwa ketulusan beragama sudah melemah,

karna pengaruh harta, dan Abu Dzar menantang Muawiyah, hingga dia dituduh

seorang pembangkang, dan diasingkan kesubeuh dusun yang bernama Rizbah.

Dengan peristiwa ini muncullah golongan kaum zahid, yaitu golongan yang

mengutamakan kebatinan dan kerohanian.

Setelah Abu Dzar orang yang terkenal menentang hidup mewah pada masa

sahabat adalah Said bin Zubair seorang tabiin yang kuat pribadinya, ia seorang

zahid yang betul berani mengusir siapa saja yang bersalah, walaupun yang

bersalah itu seorang khalifah, walaupun seorang khalifah, .

3.

4. Maqam Ruhani dalam Tasawuf

Untuk dapat mendekatkan diri kepada Allah sedekat-dekatnya, seorang

muslim harus menempuh perjalanan panjang yang penuh duri yang dalam bahasa

Arab disebut Maqamat, yang merupakan bentuk maqam.

Page 6: Rangkuman Akhlah Dan Tasawuf

Pengertian Maqam menurut para ulama tasawuf berbeda-beda, namun

pengertian yang satu dengan yang lainnya saling melengkapi. Menurut At-Thusi,

Maqam adalah kedudukan seseorang hamba dihadapan Allah yang diperoleh

melalui kerja keras dalam beribadah (al-ibadat), kesungguhan melawan hawa

nafsu (Al-mujahadat), latihan-latihan kerohanian (Al-Riyadath), serta mengerahkan

seluruh jiwa dan raga semata-mata untuk berbakti kepada allah (Al-inqitha’ iala

Allah).

Meskipun para ulama berbeda pendapat tentang susunan dan jumlah maqamat,

namun secara umum Maqamat digambarkan sebagai berikut :

a. Taubat, disini seorang calon sufi harus bertaubat baik dari dosa besar

maupun dosa kecil.

b. Zuhus, yakni mengasingkan diri dari dunia ramai.

c. Wara’, yakni meninggalkan hal-hal yang syubhat

d. Faqr, yakni hidup sebagai orang fakir.

e. Sabar, yakni harus sabar menghadapi cobaan yang dating menimpanya.

f. Tawakkal, yakni menyerahkan sebulat-bulatnya kepada keputusan Allah

g. Ridha, yakni merasa telah dekat dengan Allah, sehingga ia tidak meminta

sesuatu kecuali ridhonya.

Seorang Calon sufi yang telah mampu menempuh Maqamat tersebut sebaik-

baiknya, maka hatinya menjadi suci dan bersih dari perbuatan dosa dan maksiat.

Hatinya tidak lagi tergoda dengan kehidupan materi, melainkan ia hanya menuju

kehadirat Allah semata. Dengan kesucian hati inilah dapat mendekatkan diri

kepada Allah. Karna Allah yang maha suci tidak dapat didekati kecuali oleh

hambanya yang suci.

5. Hubungan Syari’ah dan Tasawuf

Menurut Sebagian Ulama, Syari’ah dan tasawuf merupakan dua ilmu, yang saling

berhubungan erat, karena keduanya merupakan perwujudan kesadaran iman yang

mendalam. Syariah mencerminkan perwujudan pengalaman iman pada aspek

lahiriyah, sedangkan tasawuf mencerminkan perwujudan pengalaman iman pada

aspek pada aspek batiniah. Aspek lahir dan aspek batin keduanya tidak dapat

dipisahkan, sebagaimana dikatakan Al- Hujwiri bahwa aspek lahir tanpa aspek

batin adalah kemunafikan, sedangkan aspek batin tanpa aspek lahir adalah bid’ah.

Page 7: Rangkuman Akhlah Dan Tasawuf

Ada beberapa ulama yang menyatakan terkait hubungan syariha dan tasawuf,

Ibnu Ujaibat dalam bukunya Iqazb Al- Himam Fi Syarh Al-Hikam menyebutkan :”

tiada tasawuf kecuali dengan fiqh. Muhammad Ibn Allan dalam kitab Dalil al

Falihin” Barangsiapa menghiasi lahirnya dengan syariat dan mencuci kotoran

bathiniahnya dengan air Thariqah, maka ia dapat menacapai Haqiqat. Al Qusyairi

juga menyebutkan” setiap pengalaman syari’ah yang tidak didukung dengan

pengalaman Hakikat, maka tidak dapat diterima, dan setiap pengalaman hakikat

tidak didukung dengan pengalaman syari’at, maka tidak dapat mencapai tujuan

yang dikehendaki. Lebih jauh Imam Al-Ghazali menyebutkan ilmu-ilmu agama

Islam : Ilmu Kalam (Tauhid), ilmu Fiqh dan Ilmu Tasawuf masing-masing berdiri,

akibat Dari adanya upaya spesialisasi ilmiah yang lebih rinci. Setiap disiplin ilmu

kemudian menempuh jalannya masing-maisng dengan prinsip dan metode sendiri-

sendiri yang berakibat satu disiplin ilmu dengan ilmu lainnya pun menjadi berbeda

obyek, metode dan sasarannya. Yang berkaitan dengan akidah tersebut ilmu kalam

(ilmu Tauhid), yang berkaitan dengan tindakan lahiriyah disebut Ilmu Fiqh, dan

yang berkaitan dengan psikis disebut ilmu jiwa (Tasawuf).

7. Hubungan Psikologi dengan Tasawuf

Psikologi berkembang dari beberapa Madzhab yang kesmuanya itu

menitikberatkan bahwa perkembangan psikologi jiwa manusia menjadi tiga, yaitu

Adaptasi, Belajar, dan Potensi, jika dilihat lebih jauh, maka Psikologi pada

dasarnya sangatlah antroposentris, sementara tasawuf berada pada posisi teologis,

baik bersifat praktis maupun filosofis, hanya yang harus kita ketahui tasawuf pada

kenyataannya ingin melihat satu kondisi kejiwaan manusia, lewat berbagai Maqam,

Tasawuf berbicara tentang bagaimana seseorang bisa mencapai puncak

ketenangan, yang membuat mereka mengalami Peak Ekprience, Proses

pembersihan jiwa (Tazkiyatun Nafs) yang dilakukan hanya semata-mata untuk

menjelaskan bahwa sesungguhnya hal ini dikendalikan oleh manusia itu sendiri,

tasawuf mencoba merefleksikan diri, yang sesuai dengan sabda Nabi saw, Barang

siapa yang mengenal drinya, berarti mengenal tuhan, proses pengenalan diri ini

yang sebenarnya mampu dijelaskan oleh ilmu Psikologi, dan yang paling kelihatan

adalah potensi diri.

Page 8: Rangkuman Akhlah Dan Tasawuf

Manusia adalah makhluk yang memiliki potensi atau kemampuan istimewa

dibandingkan dengan makhluk lain. Di samping peluang untuk mengaktualisasikan

potensi dasarnya yang berupa kebaikan dan kebenaran, manusia juga diberi

peluang untuk menjauh dari karakter dasarnya tersebut. Dengan kehendak

bebasnya manusia bisa tunduk pada lingkungan yang dapat menyeretnya pada

kesalahan atau kemunduran. Dengan kata lain, manusia diberi kebebasan untuk

menentukan piihan, maju atau mundur dari proses aktualisasi diri. Pilihan inilah

yang akan dapat merubah kondisi psikologis manusia, karena perubahan yang ada

pada dirinya adalah ditentukan oleh pilihannya sendiri. Hal ini sesuai dengan

firman Allah QS. Ar-Ra’d, 13/11: “Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan

suatu kaum, sehingga mereka mengubah keadaan mereka sendiri.” Selanjutnya

dalam QS. Az-Zumar, 39/53, juga difirmankan: “Dan manusia tidak akan

mendapatkan, kecuali yang diusahakan.”

Dari kedua ayat di atas, jelas sekali bahwa perkembangan dan pertumbuhan

manusia sangat ditentukan oleh pilihannya sendiri. Jika ia konsisten dengan

fitrahnya, dalam pengertian senantiasa melakukan pilihan-pilihan maju, maka ia

akan berkembang secara wajar dan sehat menuju aktualisasi diri, namun jika ia

melakukan pilihan mundur, maka pertumbuhannya menjadi tidak wajar bahkan

gagal berkembang. Karena ia akan mengalami penyakit baik penyakit psikis

maupun fisik. Seperti perasaan dosa, takut, khawatir, dan kurangnya kepercayaan

diri.

Misalnya dalam perspektif psikologi humanistik Maslow, pertumbuhan

yang wajar dan sehat adalah dipengaruhi oleh motif perkembangan (growth

motivation), sementara pertumbuhan yang mengarah pada kemunduran

dipengaruhi oleh motif kekurangan (deficiency motivation), atau yang juga

diistilahkan dengan deficiency beeds atau basic needs (kebutuhan-kebutuhan dasar

atau rendah).

Motif kekurangan atau kebutuhan tingkat dasar ini, serupa dengan konsepsi

nafs al-ammarah (dorongan atau kecenderungan tingkat rendah) dalam tradisi

tasawuf. Dimana, jika seseorang didominasi oleh nafsu rendah, maka ia akan

cenderung pada kebutuhan-kebutuhan atau keinginan-keinginan rendah. Jika

dorongan-dorongan atau kecenderungan-kecenderungan tingkat rendah ini tidak

Page 9: Rangkuman Akhlah Dan Tasawuf

dipenuhi atau tidak dikendalikan maka akan menimbulkan penyakit-penyakit

mental dan menjauhkan diri dari proses menuju aktualisasi diri (fitrah). Dengan

kata lain, jika penyakit-penyakit mental ini tidak disembuhkan maka seseorang

tidak akan pernah beranjak dari pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dasarnya. Dalam

posisi seperti ini manusia belum menjadi dirinya sendiri, bahkan justru menjauh

dari fitrah-nya.

Page 10: Rangkuman Akhlah Dan Tasawuf