RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA...

23
LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2013 NOMOR : 10 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CILEGON, Menimbang : bahwa untuk mengoptimalkan pendapatan daerah atas pemakaian kekayaan milik daerah dalam menyelenggarakan otonomi daerah serta melaksanakan Pasal 127 huruf a dan Pasal 156 ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah; Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Depok dan Kotamadya Daerah Tingkat II Cilegon (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3828); 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 4. Undang ...

Transcript of RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA...

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON

TAHUN : 2013 NOMOR : 10

PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON

NOMOR 10 TAHUN 2013

TENTANG

RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA CILEGON,

Menimbang : bahwa untuk mengoptimalkan pendapatan daerah atas

pemakaian kekayaan milik daerah dalam menyelenggarakan

otonomi daerah serta melaksanakan Pasal 127 huruf a dan

Pasal 156 ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009

tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, perlu menetapkan

Peraturan Daerah tentang Retribusi Pemakaian Kekayaan

Daerah;

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945.

2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1999 tentang

Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Depok dan

Kotamadya Daerah Tingkat II Cilegon (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 49, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3828);

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah

beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12

Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor

59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4844);

4. Undang ...

- 2 -

4. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak

Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5049);

5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

5234);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang

Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang

Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 20, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4609)

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah

Nomor 38 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Peraturan

Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan

Barang Milik Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4855);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010 tentang Tata

Cara Pemberian dan Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak

Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2010 Nomor 119, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5161);

9. Peraturan Daerah Kota Cilegon Nomor 13 Tahun 2002

tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil Kota Cilegon (Lembaran

Daerah Kota Cilegon Tahun 2009 Nomor 1);

10. Peraturan Daerah Kota Cilegon Nomor 4 Tahun 2008 tentang

Urusan Pemerintahan yang Menjadi Kewenangan Kota Cilegon

(Lembaran Daerah Kota Cilegon Tahun 2008 Nomor 4);

11. Peraturan Daerah Kota Cilegon Nomor 7 Tahun 2008 tentang

Pembentukan Organisasi Dinas Daerah Kota Cilegon

(Lembaran Daerah Kota Cilegon Tahun 2008 Nomor 7);

Dengan …

- 3 -

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA CILEGON

dan

WALIKOTA CILEGON

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RETRIBUSI PEMAKAIAN

KEKAYAAN DAERAH.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Kota Cilegon.

2. Pemerintah Daerah adalah Walikota dan perangkat daerah

sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

3. Walikota adalah Walikota Cilegon.

4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat

DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Cilegon.

5. Kas Daerah adalah Kas Daerah Pemerintah Kota Cilegon pada

Bank Jabar Banten Cabang Cilegon atau bank lainnya yang

ditetapkan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang

berlaku.

6. Retribusi Jasa Usaha adalah retribusi atas jasa yang disediakan

oleh Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersial

karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swasta.

7. Badan Usaha adalah orang perseorangan atau badan hukum

yang didirikan dengan hukum Indonesia, mempunyai tempat

kedudukan dan beroperasi di Indonesia.

8. Retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas

jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan

dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk

kepentingan orang pribadi atau Badan.

9. Wajib …

- 4 -

9. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang

menurut peraturan perundang-undangan retribusi diwajibkan

untuk melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungut

atau pemotong retribusi tertentu.

10. Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang

merupakan batas waktu bagi wajib retribusi untuk

memanfaatkan jasa dan perizinan tertentu dari Pemerintah

Daerah.

11. Surat Setoran Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat

SSRD, adalah bukti pembayaran atau penyetoran retribusi

yang telah dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah

dilakukan dengan cara lain ke kas umum daerah melalui

tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Walikota.

12. Surat Ketetapan Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat

SKRD, adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan

besarnya jumlah pokok retribusi yang terutang.

13. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar, yang

selanjutnya disingkat SKRDLB, adalah surat ketetapan

retribusi yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran

retribusi karena jumlah kredit retribusi lebih besar daripada

retribusi yang terutang atau seharusnya tidak terutang..

14. Surat Tagihan Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat

STRD, adalah surat untuk melakukan tagihan retribusi

dan/atau sanksi administratif berupa bunga dan/atau denda.

15. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan

mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang

dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan

suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan

pemenuhan kewajiban retribusi dan/atau untuk tujuan lain

dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-

undangan retribusi daerah;

16. Penyidikan adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh

Penyidik Pegawai Negeri Sipil Daerah, yang selanjutnya disebut

penyidik, untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang

dengan bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang

Retribusi Daerah serta menemukan tersangkanya.

BAB ...

- 5 -

BAB II

KETENTUAN RETRIBUSI

Bagian Kesatu

Nama, Objek dan Subjek Retribusi

Pasal 2

Dengan nama Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah, dipungut

retribusi sebagai pembayaran atas pemakaian kekayaan daerah.

Pasal 3

(1) Objek Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah sebagaimana

dimaksud pada Pasal 2 adalah pemakaian Kekayaan Daerah.

(2) Dikecualikan dari pemakaian kekayaan daerah sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) adalah penggunaan tanah yang tidak

mengubah fungsi dari tanah tersebut.

Pasal 4

(1) Subjek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang

menggunakan/memakai kekayaan daerah yang dimiliki

pemerintah daerah.

(2) Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang

menurut ketentuan perundang-undangan Retribusi

diwajibkan untuk melakukan pembayaran Retribusi,

termasuk pemungut atau pemotong Retribusi.

Bagian Kedua

Golongan Retribusi

Pasal 5

Retribusi Pemakaian Kekayaan daerah digolongkan sebagai

Retribusi Jasa Usaha.

Bagian Ketiga

Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa

Pasal 6

Tingkat pengunaan jasa pada retribusi pemakaian kekayaan

daerah diukur berdasarkan jenis, lokasi, luas dan jangka waktu

pemakaian kekayaan daerah.

Bagian ...

- 6 -

Bagian Keempat

Prinsip dan Sasaran Penetapan Tarif Retribusi

Pasal 7

(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif retribusi

pemakaian kekayaan daerah di dasarkan pada tujuan untuk

memperoleh keuntungan.

(2) Keuntungan yang layak sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

didasarkan pada jasa atas pemakaian lahan/ gedung/ sound

system/ kendaraan/ alat berat yang berorientasi pada harga

pasar.

Bagian Kelima

Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi

Pasal 8

(1) Struktur dan besarnya retribusi pemakaian kekayaan daerah

adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang

merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah

ini.

(2) Tarif retribusi sebagimana dimaksud pada ayat (1) ditinjau

kembali paling lama 3 (tiga) tahun sekali dengan

memperhatikan indeks harga dan perkembangan

perekonomian.

(3) Penetapan tarif retribusi sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Walikota.

Bagian Keenam

Masa Retribusi

Pasal 9

Masa retribusi pemakaian kekayaan daerah adalah 1 (satu) tahun.

Bagian Ketujuh

Wilayah Pemungutan

Pasal 10

Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah dipungut di wilayah

daerah atau ditempat pelayanan diberikan.

Bagian …

- 7 -

Bagian Kedelapan

Tata Cara Pemungutan Retribusi

Pasal 11

(1) Pemungutan retribusi tidak dapat diborongkan.

(2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen

lain yang dipersamakan.

(3) Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dapat berupa karcis, kupon, dan kartu

langganan.

(4) Hasil pemungutan retribusi sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) disetor secara bruto ke Kas Daerah.

Pasal 12

(1) Pembayaran retribusi diberikan tanda bukti pembayaran.

(2) Setiap pembayaran dicatat dalam buku penerimaan.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk isi, kualitas, ukuran

buku dan tanda bukti pembayaran retribusi diatur dengan

Peraturan Walikota.

Bagian Kesembilan

Sanksi Administratif

Pasal 13

Dalam hal Wajib Retribusi tertentu tidak membayar tepat pada

waktunya atau kurang membayar, dikenakan sanksi administratif

berupa bunga sebesar 2 % (dua persen) setiap bulan dari

Retribusi yang terutang yang tidak atau kurang dibayar.

Bagian Kesepuluh

Tempat Pembayaran

Pasal 14

(1) Pembayaran retribusi dilakukan di Kas Daerah atau tempat

lain yang ditunjuk oleh Walikota.

(2) Dalam hal pembayaran dilakukan ditempat lain yang ditunjuk,

maka hasil penerimaan retribusi harus disetor ke Kas Daerah

paling lama 1 x 24 jam atau dalam waktu yang telah

ditentukan oleh Walikota.

Bagian …

- 8 -

Bagian Kesebelas

Penagihan

Pasal 15

(1) Penerbitan surat teguran/peringatan/surat lain yang sejenis

sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan retribusi

dikeluarkan segera setelah 7 (tujuh) hari sejak jatuh tempo

pembayaran.

(2) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal surat

teguran/peringatan/surat lain yang sejenis, wajib retribusi

harus melunasi retribusi yang terutang.

(3) Apabila sampai batas waktu sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) Wajib Retribusi belum melunasi retribusi yang terutang,

maka diterbitkan STRD.

(4) Surat Teguran dan STRD sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dan pada ayat (3), dikeluarkan oleh Pejabat yang

membidangi perijinan.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk-bentuk dokumen yang

dipergunakan untuk melaksanakan penagihan retribusi

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur dengan Peraturan

Walikota.

Bagian Keduabelas

Pemberian Pengurangan, Keringanan dan Pembebasan Retribusi

Pasal 16

(1) Walikota dapat memberikan pengurangan, keringanan dan

pembebasan retribusi.

(2) Pemberian pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi

sebagaimana dimaksud di dalam ayat (1), diberikan dengan

memperhatikan kemampuan wajib retribusi antara lain untuk

mengangsur karena bencana alam dan kerusuhan.

(3) Pembebasan retribusi sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), diberikan dengan melihat fungsi objek retribusi.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengurangan,

keringan dan pembebasan retribusi diatur dengan Peraturan

Walikota.

Bagian …

- 9 -

Bagian Ketigabelas

Pengembalian Kelebihan Pembayaran Retribusi

Pasal 17

(1) Atas kelebihan pembayaran retribusi, wajib retribusi dapat

mengajukan permohonan pengembalian kepada Walikota.

(2) Walikota dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan,

sejak diterimanya permohonan pengembalian kelebihan

pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), harus memberikan keputusan.

(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

telah dilampaui dan Walikota tidak memberikan suatu

keputusan, permohonan pengembalian pembayaran retribusi

dianggap dikabulkan dan SKRDLB harus diterbitkan dalam

jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan.

(4) Apabila wajib retribusi mempunyai utang retribusi lainnya,

kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih

dahulu utang retribusi tersebut.

(5) Pengembalian kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam jangka waktu

paling lama 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKRDLB.

(6) Jika pengembalian kelebihan pembayaran retribusi

dilakukan setelah lewat 2 (dua) bulan, Walikota memberikan

imbalan bunga sebesar 2 % (dua persen) sebulan atas

keterlambatan pembayaran kelebihan pembayaran retribusi.

(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengembalian

kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) diatur dengan Peraturan Walikota.

Bagian Keempatbelas

Kadaluwarsa Penagihan

Pasal 18

(1) Hak untuk melakukan penagihan retribusi, kadaluwarsa

setelah melampaui jangka waktu 3 (tiga) tahun terhitung

sejak saat terutangnya retribusi kecuali apabila wajib

retribusi melakukan tindak pidana di bidang retribusi;

(2) kadaluwarsa ...

- 10 -

(2) Kadaluwarsa retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

tertangguh apabila :

a. Diterbitkan surat teguran; atau

b. Ada pengakuan hutang retribusi dari wajib retribusi, baik

langsung maupun tidak langsung.

(3) Dalam hal diterbitkan surat teguran sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) huruf a, kedaluwarsa penagihan dihitung sejak

tanggal diterimanya surat teguran tersebut.

(4) Pengakuan utang retribusi secara langsung sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) huruf b adalah wajib retribusi

dengan kesadarannya menyatakan masih mempunyai utang

retribusi dan belum melunasinya kepada Pemerintah Daerah.

(5) Pengakuan utang retribusi secara tidak langsung

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dapat diketahui

dari pengajuan permohonan angsuran atau penundaan

pembayaran dan permohonan keberatan oleh wajib retribusi.

Bagian Kelimabelas

Penghapusan Piutang Retribusi yang Kedaluwarsa

Pasal 19

(1) Piutang retribusi yang tidak mungkin ditagih lagi karena hak

untuk melakukan penagihan sudah kedaluwarsa dapat

dihapuskan.

(2) Walikota menetapkan Keputusan Penghapusan Piutang

Retribusi yang sudah kedaluwarsa sebagaimana dimaksud

pada ayat (1).

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penghapusan

piutang retribusi yang sudah kedaluwarsa diatur dengan

Peraturan Walikota.

BAB III

KEBERATAN

Pasal 20

(1) Wajib Retribusi dapat mengajukan keberatan hanya kepada

Walikota atau pejabat yang ditunjuk atas SKRD atau

dokumen lain yang dipersamakan.

(2) Keberatan …

- 11 -

(2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia

dengan disertai alasan-alasan yang jelas.

(3) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama

3 (tiga) bulan sejak tanggal SKRD diterbitkan, kecuali jika

Wajib Retribusi dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu

tidak dapat dipenuhi karena keadaan diluar kekuasaannya.

(4) Keadaan diluar kekuasaannya sebagaimana dimaksud pada

ayat (3) adalah suatu keadaan yang terjadi diluar kehendak

atau kekuasaan Wajib Retribusi.

(5) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar

retribusi dan pelaksanaan penagihan retribusi.

Pasal 21

(1) Walikota dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan

sejak tanggal surat keberatan diterima harus memberi

keputusan atas keberatan yang diajukan dengan

menerbitkan Surat Keputusan Keberatan.

(2) Keputusan atas keberatan dapat berupa menerima

seluruhnya atau sebagian, menolak, atau menambah

besarnya retribusi yang terutang.

(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

telah lewat dan Walikota tidak memberi suatu keputusan,

keberatan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan.

Pasal 22

(1) Jika pengajuan keberatan dikabulkan sebagian atau

seluruhnya, kelebihan pembayaran retribusi dikembalikan

dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2% (dua persen)

sebulan untuk paling lama 12 (dua belas) bulan.

(2) Imbalan bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dihitung sejak bulan pelunasan sampai dengan

diterbitkannya SKRDLB.

BAB IV

PEMERIKSAAN

Pasal 23

(1) Walikota berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji

kepatuhan pemenuhan kewajiban retribusi dalam rangka

melaksanakan peraturan perundang-undangan retribusi.

(2) Wajib …

- 12 -

(2) Wajib retribusi yang diperiksa wajib :

a. Memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau

catatan, dokumen yang menjadi dasarnya dan dokumen

lain yang berhubungan dengan objek retribusi terutang;

b. Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau

ruangan yang dianggap perlu dan memberikan bantuan

guna kelancaran pemeriksaan; dan/atau

c. Memberikan keterangan yang diperlukan.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemeriksaan

retribusi diatur dengan Peraturan Walikota.

BAB IV

PEMANFAATAN RETRIBUSI DAN INSENTIF PEMUNGUTAN

Pasal 24

(1) Pemanfaatan dari penerimaan retribusi diutamakan untuk

mendanai kegiatan yang berkaitan langsung dengan

pengendalian pemakaian kekayaan daerah.

(2) Ketentuan mengenai alokasi pemanfaatan penerimaan

retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disesuaikan

dengan kemampuan keuangan daerah.

Pasal 25

(1) Instansi yang melaksanakan pemungutan retribusi daerah

dapat diberi insentif atas dasar pencapaian kinerja tertentu.

(2) Besarnya insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

ditetapkan sebesar 5% (lima persen).

(3) Pemberian insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

ditetapkan melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah (APBD) Kota Cilegon.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian dan

pemanfaatan insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

mengacu kepada peraturan perundang-undangan.

BAB …

- 13 -

BAB V

PENYIDIKAN

Pasal 26

(1) Penyidik Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan

Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus

sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak

pidana di bidang retribusi Daerah sebagaimana

dimaksud dalam undang-undang hukum acara pidana yang

berlaku.

(2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pejabat

pegawai negeri sipil tertentu di lingkungan Pemerintah

Daerah yang diangkat oleh pejabat yang berwenang sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

meliputi:

a. Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti

keterangan atau laporan berkenaan dengan tindakan

pidana di bidang retribusi Daerah agar keterangan atau

laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas;

b. Meneliti, mencari, mengumpulkan keterangan mengenai

orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan

yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana di

bidang retribusi Daerah;

c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi

atau badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang

retribusi Daerah;

d. Memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-

dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang

retribusi Daerah;

e. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan

bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen

lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang retribusi

Daerah;

f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan

tugas penyidikan tindak pidana di bidang retribusi

Daerah;

g. Menyuruh …

- 14 -

g. Menyuruh berhenti, melarang seseorang meninggalkan

ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang

berlangsung dan memeriksa identitas orang atau

dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada

huruf e;

h. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana

retribusi Daerah;

i. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan

diperiksa sebagai tersangka;

j. Menghentikan penyidikan; dan/atau

k. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran

penyidikan tindak pidana di bidang retribusi Daerah

menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan.

(4) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan

hasil penyidikannya kepada penuntut umum melalui

Penyidik Polisi Negara Republik Indonesia, sesuai dengan

ketentuan yang diatur dalam hukum acara pidana yang

berlaku.

BAB VI

KETENTUAN PIDANA

Pasal 27

(1) Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya

sehingga merugikan keuangan Daerah diancam pidana

kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau pidana denda

paling banyak 3 (tiga) kali jumlah Retribusi terutang yang

tidak atau kurang dibayar.

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

merupakan jenis pelanggaran.

(3) Denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan

penerimaan negara.

BAB VII…..

- 15 -

BAB VII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 28

Peraturan Daerah ini mulai berlaku sejak tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan

Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran

Daerah Kota Cilegon.

Ditetapkan di Cilegon

pada tanggal 1 Nopember 2013

WALIKOTA CILEGON,

ttd

Tb. IMAN ARIADI

Diundangkan di Cilegon

pada tanggal 1 Nopember 2013

SEKRETARIS DAERAH KOTA CILEGON,

ttd

ABDUL HAKIM LUBIS

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN 2013 NOMOR 10

- 16 -

LAMPIRAN

PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON

NOMOR 10 TAHUN 2013

TENTANG

RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH

TABEL STRUKTUR DAN BESARAN TARIF

RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH

I. PEMANFAATAN GEDUNG ATAU TANAH MILIK PEMERINTAH DAERAH PADA BAGIAN PERLENGKAPAN SEKRETARIAT DAERAH KOTA CILEGON

N0. JENIS BARANG DAERAH BESARNYA

RETRIBUSI (Rp) KETERANGAN

1 Bangunan

a. Kios:

- Kios Tipe A 200,- Per m2/hari

- Kios Tipe B 150,- Per m2/hari

b. Rumah Makan:

- Rumah Makan Kelas I, > 10 m2

250,- Per m2/hari

- Rumah Makan Kelas II,

5-10 m2 200,- Per m2/hari

- Rumah Makan Kelas III, < 5m2

150,- Per m2/hari

c. Souvenir Shop 100,- Per m2/hari

d. Rumah Dinas:

- Luas s/d 36 m2 2000,- Per m2/buah

- Luas s/d 50 m2 2100,- Per m2/buah

- Luas s/d 70 m2 2500,- Per m2/buah

- Luas s/d 120 m2 3000,- Per m2/buah

- Luas s/d 250 m2 3500,- Per m2/buah

- Luas > 250 m2 4000,- Per m2/buah

e. Gedung Pertemuan

1) Gedung Wanita:

- Siang hari 1.500.000,- Sekali pakai

- Malam hari 2.000.000,- Sekali pakai

- Olah raga 20.000,- Per 3 jam/line

2) Gedung pertemuan

lainnya:

- Siang hari 300.000,- Sekali pakai

- Malam hari 500.000,- Sekali pakai

3) Gedung Ex-Matahari:

- Gedung Lantai 2 750.000,- Per hari

- Gedung Lantai 1 700.000,- Per hari

- Gedung Lantai Dasar 600.000,- Per hari

- Halaman 500.000,- Per hari

4) Gedung DPRD:

a. Aula

- Siang Hari 500.000,- Per jam

- Malam hari 750.000,- Per jam

b. halaman 1.000.000,- Sekali pakai

- 17 -

N0. JENIS BARANG DAERAH BESARNYA

RETRIBUSI (Rp) KETERANGAN

5) Gedung Setda:

a. Ruang Rapat

Setda II

- Siang Hari 1.500.000,- Sekali pakai

- Malam hari 2.000.000,- Sekali pakai

b. Halaman

Kantor

1.500.000,- Sekali pakai

c. Genset dan

Lampu

2.500.000,- Per hari belum termasuk BBM/Operator

f. Tempat/bangunan

untuk pemasangan

peralatan jasa

komunikasi :

1) Fungsi dalam gedung

2) Fungsi luar gedung

10.000.000,-

30.000.000,-

Per tahun

Per tahun

g. Billboard

1) Konstruksi Tersendiri 625.000,- ≤ 5 m2

2) Konstruksi Menempel 525.000,- ≤ 5 m2

h. Bus

1) Bus Besar 1.000.000,- Perhari

2) Bus Kecil 500.000,- Perhari

2. Tanah

a. Strategis I:

- Bisnis/Komersial 3.000,-/m2/bulan Jalan Provinsi dan Jalan Protokol - Perumahan 200,-/m2/bulan

- Pertanian 50,- /m2/bulan

- Warung/Bangunan

Non-Permanen

100,- /m2/bulan

- Kepentingan Lainnya 200,- /m2/bulan

b. Strategis II:

- Bisnis/Komersial 1.500,- /m2/bulan Diluar Jalan Provinsi dan Jalan Protokol - Perumahan 150,- /m2/bulan

- Pertanian 30,- /m2/bulan

- Warung/Bangunan

Non-Permanen

75,- /m2/bulan

- Kepentingan Lainnya 150,- /m2/bulan

c. Strategis III:

- Bisnis/Komersial 750,- /m2/bulan Tanah-tanah yang tidak mempunyai akses jalan - Perumahan 100,- /m2/bulan

- Pertanian 25,- /m2 /bulan

- Warung/Bangunan

Non-Permanen

50,- /m2/bulan

- Kepentingan Lainnya 100,- /m2 /bulan

- 18 -

II. SEWA ALAT BERAT PADA DINAS PEKERJAAN UMUM KOTA CILEGON

N0. JENIS BARANG DAERAH BESARNYA

RETRIBUSI (Rp) KETERANGAN

1. Alat-Alat Berat:

a. Mesin Gilas Bergetar

(Vibrator Roller) 1 Ton

300.000,- Per hari belum termasuk

BBM/Operator

b. Mesin Gilas Bergetar

(Vibrator Roller) 3 Ton

300.000,- Per hari belum termasuk

BBM/Operator

c. Mesin Gilas Bergetar

(Vibrator Roller) 6 Ton

300.000,- Per hari belum termasuk

BBM/Operator

d. Mesin gilas (Three Wheel

Road Roller) 6 – 8 Ton

300.000,- Per hari belum termasuk

BBM/Operator

e. Mesin gilas (Three Wheel

Road Roller) 8 – 10 Ton

300.000,- Per hari belum termasuk

BBM/Operator

f. Wheel Loader 52 HP/2.200

RPM

110.000,- Per hari belum termasuk

BBM/Operator

g. Wheel Loader 125

HP/2.200 RPM

110.000,- Per hari belum termasuk

BBM/Operator

h. Hidraulic Exavator

(dilengkapi dengan Dozer Blade) 81 HP

110.000,- Per hari belum termasuk

BBM/Operator

i. Backhoe Loader 7 Ton 110.000,- Per hari belum termasuk

BBM/Operator

j. Mesin Gilas Roda/Roll Tiga

(Three Wheel Road Roller)

6- 8 Ton

200.000,- Per hari belum termasuk

BBM/Operator

k. Mesin Gilas Roda/Roll Tiga

(Three Wheel Road Roller)

10 - 12 Ton

200.000,- Per hari belum termasuk

BBM/Operator

l. Mesin Gilas Bergetar

(Vibrator Roller) 1 Ton

250.000,- Per hari belum termasuk

BBM/Operator

m. Mesin Gilas Bergetar

(Vibrator Roller) 2.8 Ton

250.000,- Per hari belum termasuk

BBM/Operator

n. Stamper 80 Kg 150.000,- Per hari belum termasuk

BBM/Operator

o. Concrete Mixer 150.000,- Per hari belum termasuk

BBM/Operator

III. SEWA MOBIL JENAZAH/ AMBULAN PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA

CILEGON

N0. JENIS BARANG DAERAH BESARNYA RETRIBUSI

(Rp) KETERANGAN

1 Mobil Ambulans :

1) Cilegon (dalam Kota)

2) Cilegon – Serang/Anyer

3) Cilegon – Rangkasbitung

4) Cilegon – Labuan

5) Cilegon – Pandeglang

6) Cilegon – Tangerang

7) Cilegon – Jakarta

8) Cilegon – Bogor

9) Cilegon – Bekasi

10) Cilegon – Karawang

11) Cilegon – Cikampek

12) Cilegon – Bd. Lampung

13) Cilegon - Bandung

80.000,-

125.000,-

306.000,-

330.000,-

222.000,-

504.000,-

654.000,-

1.200.000,-

816.000,-

1.062.000,-

1.332.000,-

630.000,-

1.926.000,-

Tarif Ambulance pada point (a)

sudah termasuk perawat

pendamping dan pengemudi.

- Biaya sudah termasuk Tol dan

BBM serta dibayar dimuka.

- Diluar dari kota yang sudah

ditentukan di atas dihitung per KM dari jarak kota yang

dimaksud, yaitu:

1) Ambulance Rp. 6.000,- per KM

2) Mobil Jenazah Rp. 7.000,- per KM

- 19 -

N0. JENIS BARANG DAERAH BESARNYA

RETRIBUSI (Rp) KETERANGAN

2. Mobil Jenazah :

1) Cilegon (dalam Kota)

2) Cilegon – Serang/Anyer

3) Cilegon – Rangkasbitung

4) Cilegon – Labuan

5) Cilegon – Pandeglang

6) Cilegon – Tangerang

7) Cilegon – Jakarta

8) Cilegon – Bogor

9) Cilegon – Bekasi

10) Cilegon – Karawang

11) Cilegon – Cikampek

12) Cilegon – Bd. Lampung

13) Cilegon - Bandung

80.000,-

125.000,-

357.000,-

385.000,-

259.000,-

588.000,-

763.000,-

1.400.000,-

952.000,-

1.239.000,-

1.554.000,-

735.000,-

2.247.000,-

- Untuk penyeberangan belum termasuk biaya kapal laut.

- Pemakaian Ambulan dan Mobil Jenazah untuk

Kepanitiaan (Wilayah Cilegon dan sekitarnya) :

1) 0 – 3 jam = Rp.300.000,-

2) 4 – 6 jam = Rp. 400.000,-

3) > 6 jam dikenakan

tarif/jam = Rp. 100.000,-

WALIKOTA CILEGON,

ttd

Tb. IMAN ARIYADI

- 20 -

PENJELASAN

ATAS

PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON

NOMOR 10 TAHUN 2013

TENTANG

RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH

1 UMUM

Pemerintah Daerah diberikan kewenangan melakukan pelayanan dengan

pemanfaatan kekayaan daerah yang belum dimanfaatkan secara optimal dan

belum disediakan secara memadai oleh pihak swasta sebagaimana diatur

dalam Pasal 126 dan Pasal 127 huruf a Undang-Undang Nomor 28 Tahun

2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, pelayanan dengan

pemanfaatan kekayaan daerah dapat dikategorikan sebagai suatu pelayanan

yang menjadi objek retribusi jasa usaha. Pelayanan yang diberikan oleh

Pemerintah Daerah berkaitan dengan pemanfaatan kekayaan daerah

membutuhkan peran serta masyarakat melalui pembayaran retribusi atas

pemanfaatan pemakaian kekayaan daerah.

Sehubungan dengan hal tersebut, dalam rangka pelaksanaan pemungutan

retribusi pemakaian kekayaan daerah di wilayah kota Cilegon serta sebagai

pelaksanaan ketentuan Pasal 156 ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun

2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, perlu membentuk

Peraturan Daerah tentang Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah.

2 PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup Jelas

Pasal 2

Cukup Jelas

Pasal 3

Cukup Jelas

Pasal 4

Cukup Jelas

Pasal 5

Cukup Jelas

Pasal …

- 21 -

Pasal 6

Cukup Jelas

Pasal 7

Cukup Jelas

Pasal 8

Cukup Jelas

Pasal 9

Cukup Jelas

Pasal 10

Cukup Jelas

Pasal 11

Cukup Jelas

Pasal 12

Cukup Jelas

Pasal 13

Cukup Jelas

Pasal 14

Cukup Jelas

Pasal 15

Cukup Jelas

Pasal 16

Cukup Jelas

Pasal 17

Cukup Jelas

Pasal 18

ayat (1)

Saat kedaluwarsa penagihan retribusi ini dimaksudkan untuk

memberikan kepastian hukum kapan utang retribusi tersebut

tidak dapat ditagih lagi

ayat (2)

Yang dimaksud dengan pengakuan utang retribusi secara

langsung adalah wajib retribusi dengan kesadarannya

menyatakan masih mempunyai utang retribusi dan belum

melunasinya kepada Pemerintah Daerah.

ayat (3)

Cukup Jelas

ayat …

- 22 -

ayat (4)

Cukup Jelas

ayat (5)

Yang dimaksud dengan pengakuan utang secara tidak

langsung adalah wajib retribusi secara nyata-nyata langsung

menyatakan bahwa ia mengakui mempunyai utang retribusi

kepada Pemerintah Daerah, misalnya wajib retribusi

mengajukan permohonan angsuran/penundaan pembayaran

atau wajib retribusi mengajukan permohonan keberatan.

Pasal 19

Cukup Jelas

Pasal 20

ayat (1)

Cukup Jelas

ayat (2)

Cukup Jelas

ayat (3)

Yang dimaksud di luar kekuasaannya adalah suatu keadaan

yang terjadi di luar kehendak/kekuasaan wajib retribusi,

misalnya karena wajib retribusi terkena musibah bencana

alam.

ayat (4)

Cukup Jelas

ayat (5)

Cukup Jelas

Pasal 21

ayat (1)

Ketentuan ini memberikan suatu kepastian hukum yang

diajukan harus diberi keputusan oleh Walikota dalam jangka

waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak surat keberatan

diterima.

ayat (2)

Cukup Jelas

ayat (3)

Cukup Jelas

ayat (4)

Cukup Jelas

Pasal …

- 23 -

Pasal 22

Cukup Jelas

Pasal 23

Cukup Jelas

Pasal 24

Cukup Jelas

Pasal 25

ayat (1)

Yang dimaksud dengan instansi yang melaksanakan pemungutan

adalah Dinas/Badan/Lembaga yang tugas pokok dan fungsinya

melaksanakan pemungutan retribusi pemakaian kekayaan daerah.

Pasal 26

Cukup Jelas

Pasal 27

Cukup Jelas

Pasal 28

Cukup Jelas

Pasal 29

Cukup Jelas

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 80