Rancangan bangun sistem aerator dengan menggunakan energi ... · DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI...
Transcript of Rancangan bangun sistem aerator dengan menggunakan energi ... · DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI...
iii
RANCANG BANGUN SISTEM AERATOR DENGAN MENGGUNAKAN
ENERGI SURYA
MUHAMMAD FACHRUDIN
SKRIPSI
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
viii
RINGKASAN
MUHAMMAD FACHRUDIN. Rancang Bangun Sistem Aerator dengan
Menggunakan Energi Surya. Dibimbing oleh INDRAJAYA DAN TOTOK
HESTRIANTO.
Tingkat kelarutan oksigen dalam kolam budidaya sangat berpengaruh
dengan keberhasilan budidaya ikan, sehingga pembudidaya memerlukan aerasi
untuk meningkatkan kandungan oksigenterlarut dalam kolam. Aerator yang umum
digunakan oleh pembudidaya adalah aerator tipe kincir. Aerator tipe kincir dapat
meningkatkan kontak arir dengan udara dan menggerakan permukaan air. Untuk
menggunakan aerator tipe kincir dibutuhkan energi listrik yang cukup besar anatar
750 watt samapai denga 1000 watt, sehingga tidak dapat dimanfaatkan oleh
pembudidaya kecil. Adanya daerah yang berpontensi budidaya namun terbatas
oleh sarana dan prasarana listrik, oleh karena itu diadakan studi tentang suatu
aerator yang memiliki daya rendah dan dapat digunakan dimana saja tanpa
terbatas oleh saran dan prasaran listrik.
Ketika solar panel terkena cahaya matahari, solar panel akan
mengeluarkan energi listrik yang akan dikontrol oleh controller agar tegangan
keluaran solar panel stabil. Controller akan memasukan energi solar panel ke aki
ketika mesin tidak bekerja, yang sering disebut dengan charging atau pengisian
aki. Ketika mesin bekerja, energi motor listrik akan mengambil energi melalui aki
melewati controller. Hal ini menyebakkan daya yang disalurkan motor akan stabil
karena disalurkan oleh controller. Pada controller keluaran tegangan listrik masih
berupa tegangan DC, sedangkan motor membutuhkan tegangan AC untuk
menggerakkannya. Oleh karena itu, pada penelitian ini digunakan inverter AC to
DC untuk mengubah tegangan AC menjadi tegangan DC. Setelah motor berputar,
putaran motor akan direduksi oleh gear box yang berfungsi mengurangi kecepatan
putar motor dan mengubahnya ke torsi atau kekuatan putaran. Setelah itu
dimanfaatkan oleh pedal untuk mengangkat dan mengaduk air pada kolam
sehingga meningkatkan kandungan oksigen terlarut pada kolam.
Proses pengambilan data pada pembuatan alat aerator ini dibagi menjadi
dua bagian yaitu pengambilan data konsumsi daya yang digunakan oleh aerator
untuk mengaduk air pada kolam dengan menggunakan dua perlakuan dan
pengambilan putaran permenit terhadap kedua perlakuan.
Sistem aerator yang menggunakan energi surya dengan motor 250 watt
dapat bekerja selama kurang lebih 5 jam dan daya yang dihasilkan pada aerator ini
adalah sekitar 191,7 watt. Terjadi penurunan daya yang stabil pada penggunaan
aki, baik pada perlakuan empat lubang tercelup maupun delapan lubang tercelup.
Pada perlakuan pertama yaitu perlakuan empat lubang tercelup waktu jenuh aki
terjadi pada menit ke-230 setelah itu terjadi penurunan daya yang sangat drastis
dari 615,4 watt sampai menjadi 573,1 watt. Pada perlakuan kedua yaitu delapan
lubang tercelup waktu jenuh aki terjadi pada menit ke-270 dengan daya yang
dihasilkan sebesar 601,7 watt, kemudian turun menjadi 544,5 watt pada menit ke-
280. Hal ini disebabkan karena pada delapan lubang tercelup bouyansi pada mesin
aerator stabil dibandingkan pada perlakuan pertama sehingga yang dikonsumsi
oleh mesin lebih stabil dibandingkan pada perlakuan pertama. Putaran pada kincir
masih kurang efektif, karena dipengaruhi oleh luasan permukaan pedal yang besar
dan perbandingan sistem transmisi yang kurang sesuai.
iv
RANCANG BANGUN SISTEM AERATOR DENGAN MENGGUNAKAN
ENERGI SURYA
Oleh :
MUHAMMAD FACHRUDIN
C54051215
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Kelautan
pada Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan
SKRIPSI
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
v
SKRIPSI
Judul Penelitian : RANCANG BANGUN SISTEM AERATOR
DENGAN MENGGUNAKAN ENERGI
SURYA
Nama Mahasiswa : Muhammad Fachrudin
Nomor Pokok : C54051215
Departemen : Ilmu dan Teknologi Kelautan
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, M.Sc. Dr. Ir. Totok Hestirianoto, M.Sc.
NIP. 19610410 198601 1 002 NIP. 19620324 198603 1 001
Mengetahui,
Prof. Dr. Ir. H. Setyo Budi Susilo, M. Sc.
NIP. 19580909 198303 1003
vi
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul:
RANCANG BANGUN SISTEM AERATOR DENGAN MENGGUNAKAN
ENERGI SURYA
adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk
apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi
yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir
Skripsi ini.
Bogor, Juli 2011
Muhammad Fachrudin
C54050428
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
berkah, rahmat dan karunia Allah SWT sehingga hanya atas ridho-Nya skripsi ini
dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul RANCANG BANGU SISTEM
AERATOR DENGAN MENGGUNAKAN ENERGI SURYA diajukan sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, M.Sc.
dan Prof. Dr. Totok Hestrianto, M.Sc. sebagai dosen pembimbing, yang dengan
sabar membimbing dan mengarahkan selama penelitian hingga penulisan skripsi
ini dapat diselesaikan. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ir.
Irzal Effendi, M.Sc selaku dosen penguji. Ucapan terima kasih sedalam-dalamnya
penulis sampaikan kepada Ibunda Marsilah dan Ayahanda Sutarli serta keluarga
atas dukugan dan do’a yang diberikan kepada penulis. Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada seluruh teman dan sahabat di IPB terutama teman-teman ITK
angkatan 42 atas persaudaraan dan kebersamaan selama ini.
Bogor, September 2011
Muhammad Fachrudin
ix
© Hak cipta milik Muhammad Fachrudin, tahun 2011
Hak cipta dilindungi undang-undang 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun, baik
cetak, fotokopi, microfilm, dan sebagainya tanpa mencantumkan atau menyebut
sumber.
a. Pengutipan hanya kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya
ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah.
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.
iii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ v
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................
vi
vii
I. PENDAHULUAN.............................…........................................................
1.1 Latar Belakang ............................…........................................................
1.2 Tujuan .......................................…..........................................................
1
2
II. TINJAUANPUSTAKA........…....................................................................... 3
2.1 Akuakultur……....................................................................................... 3
2.2 Oksigen Terlarut ................................................................................….
2.3 Transfer Oksigen….................................................................................
4
4
2.4 Sistem Aerasi........................................................................................... 6
2.5 Komponen-komponen pada Aerator Tipe Kincir ............................…... 10
2.5.1 Motor Listrik ...........….......................................................….... 10
2.5.2 Solar Panel… .....................................................................….... 13
2.5.3 Kincir…...........................................................................…....... 15
2.5.4 Kopling.......................…….................................................….... 17
III. BAHAN DAN METODE ............................................................................. 18
3.1 Tempat dan Waktu ..................…………............................................... 18
3.2 Bahan dan Alat .......................…....…....................................................
3.2.1 Bahan ...............................................…......................................
3.2.2 Alat….........................................................................................
18
19
18
3.2.3 Alat Ukur yang Digunakan........................................................ 19
3.3 Pelaksanaan Penelitian ...........................................................................
3.3.1 Perancangan Alat….…………………………………………..
3.3.2 Pembuatan Desain Aerator…....................................................
3.3.3 Pengumpulan Komponen..........................................................
3.3.4 .Perakitan Komponen……..…..................................................
21
23
24
25
25
3.4 Cara Kerja…….….................................................................................. 25
3.5 Proses Pengambilan Data........................................................................ 27
3.5.1 Data yang Dikonsumsi oleh Mesin terhadap Aki..................... 28
3.5.2 Pengambilan Data Putaran Pedal (rpm).................................... 30
iv
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................................... 31
4.1 Sistem Aerator dengan Menggunakan Energy surya.............................. 31
4.2 Komponen Mesin Aerator Tipe Kincir................................................... 32
4.2.1 Kerangka Aerator...................................................................... 32
4.2.2 Kincir Pedal............................................................................... 34
4.2.3 Motor AC dan Sistem Reduksi................................................. 36
4.2.4 Kopling...................................................................................... 39
4.2.5 Bearing (Bantalan Poros)........................................................... 39
4.3 Sistem Solar Panel................................................................................. 40
4.3.1 Solar Panel................................................................................. 40
4.3.2 Batre (accumulator)................................................................... 40
4.3.3 Controler Solar Panel................................................................. 41
4.3.4 Inverer AC to DC...................................................................... 42
4.4 Pengaruh Luasan Pedal yang Tercelup Terhadap Daya Accumulator... 43
V. KESIMPULAN DAN SARAN 47
5.1 Kesimpulan........................................................................................... 47
5.2 Saran..................................................................................................... 48
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 49
DAFTAR RIWAYAT HIDUP............................................................................... 50
vi
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Pompa Bawah Permukaan...............................…………………………......
2. Aerator Tipe Kincir.................................……………………………..........
3. Sumber Daya AC 1 Fase …….…………………………………………….
4. Sumber Daya AC 3 Fase …...……………………………….................…..
5. Komponen Motor …………………………………………………….……
6. Stator dan Motor…………………………. ….…………………………….
7. Pedal wheel pelton turbin …..…………………………………...…………
8. Digital Multy Meter ..…………………………..……………….….……..
9. Digital Clampmeter ……...…………………….………………..………
10. Amper Meter DC dan Tahanan …….………….…………………………
8
10
11
12
12
13
15
20
20
21
11. Diagram Pelaksanaan Penelitian …….………….………………………… 22
12. Rancangan Mesin Aerator …...…………………………………………… 23
13. Desain Konstruksi Mesin Aerator ..................…………………………......
14. Diagram Alir Kerja Alat .........................……………………………..........
15. Pedal dan Jumlah Lubang yang Dicelupkan ……………………………….
16. Kerangka Aerator Tipe 1 …...……………………………….................…..
17. Kerangka Aerator Tipe 2 .…………………………………………….……
18. Pedal Aerator ….………………………….….…………………………….
19. Kelengkungan Pedal ………..…………………………………...…………
20. Motor AC Dilengkapi Gear box ...……………………………….….……..
21. Kopling pada Mesin Aerator …………………..………….………………
22. Inverter DC to AC 600 watt ……..……..…….…………………………
24
26
28
32
33
34
35
37
39
43
23. Grafik Penurunan Gaya pada Aki dengan Luasan Celupan Empat dan
Delapan Lubang ………........................................................………………
44
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Data Konsumsi Aerator Terhadap Aki pada Perlakuan Empat Lubang
Tercelup ..........................................................…………………………......
51
2. Data Konsumsi Aerator Terhadap Aki pada Perlakuan Delapan Lubang
Tercelup .............………………….............................................………......
3. Gambar Alat Aerator ..................................................………………..........
4. Lokasi Uji Coba Alat ……….……………………………….…………….
5. Konstruksi Alat ………..…...……………………………….................…..
52
53
53
54
1
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Air merupakan tempat hidup dan berkembangbiak bagi ikan. Kualitas air yang
baik dalam kolam dapat meningkatkan produksi ikan dalam proses budidaya. Air
murni mengandung gas nintrogen, oksigen dan lain-lain. Kelarutan oksigen
merupakan faktor kritis dalam budidaya ikan, sehingga akan menentukan tingkat
keberhasilan dan kegagalan dalam proses tersebut. Beberapa faktor yang
mempengaruhi oksigen terlarut adalah pergerakan permukaan air, suhu, tekanan
udara, salinitas, dan tanaman air (Lesmana et al. 2001).
Tingkat kelarutan oksigen dalam kolam sangat berpengaruh dengan
keberhasilan budidaya ikan, oleh karena itu pembudidaya ikan memerlukan aerasi
untuk meningkatkan kadar oksigen terlarut dalam kolam. Alat aerasi yang umum
digunakan oleh pembudidaya adalah aerator. Aerator dapat meningkatkan kontak
air dengan udara. Untuk menjalankan aerator dibutuhkan energi listrik sehingga
dapat meningkatkan beban biaya produksi yang ditanggung oleh pembudidaya,
dan juga tidak dapat digunakan pada daerah yang terbatas oleh prasarana listrik
yang memiliki potensi budidaya misalnya marine culture yang berada ditengah
laut dan tambak udang karena daerah terpencil.
Aerator yang dikembangkan pada penelitian ini yaitu aerator yang berbasis
solar panel, yaitu menggunakan energi mata hari sebagai masukan energi yang
akan dirubah menjadi energi listrik. Ketika solar panel terkena sinar matahari
maka akan terjadi efek foto listrik sehingga panel akan menghasilkan energi
listrik. Energi yang berasal dari panel tidak stabil karena bergantung pada
kedudukan sinar matahari terhadap panel, oleh kerena itu dibutuhkan penstabil
2
tegangan yang akan mengatur keluar masuknya energi listrik yang disebut
controler. Alat ini yang akan mengatur keluar masuknya energi listrik sehingga
dapat disimpan kedalam penyimpanan energi aki (Accumulator). Controler juga
berfungsi sebagai pengatur keluar masuknya daya yang akan digunakan oleh
motor sehingga dapat memutar kincir.
1.2. Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat sistem aerator tipe kincir yang
memiliki daya yang rendah, memeiliki harga ekonomis dan dapat memanfaatkan
energi yang berasal dari sinar matahari sehingga dapat meminimalkan biaya
penggunaan listrik dan dapat digunakan oleh pembudidaya kecil.
3
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Akuakutur
Akuakultur yaitu kegiatan budidaya membudidayakan organisme akuatik,
seperti ikan, moluska dan tanaman air. Dalam proses budidaya tersebut sangat
dipengaruhi oleh manusia yang mengatur proses budidaya (FAO, 2001 diacu dari
Lucas dan Paul, 2005).
Faktor yang paling penting bagi kehidupan akuatik yaitu kandungan
oksigen dalam air yang digunakan untuk pembudidayaan organisme tersebut. Air
merupakaan komposisi kimia yang dilambangkan dengan H2O, yang menandakan
gabungan dua molekul hidrogen dan satu molekul oksigen. Secara kimia, air yang
benar-benar murni jarang sekali ditemukan karena komposisi air yang universal
memungkinkan adanya kontaminasi terhadap air tersebut. Kualitas air ditentukan
oleh banyak faktor, antara lain faktor biologi, fisika dan kimia (Boyd, 1982).
Dalam budidaya ikan, kualitas air didefinisikan sebagai kesesuaian air sebagai
tempat hidup dan berkem biak ikan dan hanya sedikit faktor yang sangat
mempengaruhinya. Kualitas air yang baik dalam suatu kolam akan meningkatkan
produksi dan perkembangbiakan bagi ikan. Air murni mengandung gas, ion-ion
inorganik dan bahan-bahan organik di dalam larutan dan bahan partikular di
dalam substansi. Gas-gas seperti nitrogen oksigen dan kabrbondioksida
mempunyai jumlah yang melimpah didalam air murni, tetapi bahan-bahan seperti
amonia yang tidak diionisasikan, hydrogen sulfide dan metana dapat mencapai
jumlah yang cukup tinggi dalam kondisi tertentu (Boyd, 1982).
4
2.2 Oksigen Terlarut
Kelarutan oksigen merupakan faktor kritis budidaya ikan secara intensif.
Tingkat keberhasilan atau kegagalan usaha budidaya sering dipengaruhi oleh
kemampuan pembudidaya untuk mengatasi masalah kelarutan oksigen yang
rendah (Boyd, 1982). Lesmana et al. (2001) menyatakan bahwa oksigen dapat
larut dalam air melalui proses difusi atau persinggungan dengan udara. Beberapa
faktor yang memepengaruhi banyaknya oksigen terlarut adalah pergerakan
permukaan air, suhu, tekanan udara, salinitas, dan tanaman air.
Wheaton (1970) diacu dalam Adnan (2003) menyatakan bahwa larutnya
oksigen dari udara kedalam air dipengaruhi oleh suhu air, derajat kejenuhan air,
dan turbulensi dari kontak udara dengan air. Turbulensi dari kontak air dan udara
akan efektif meningkatkan luas area kontak udara dengan air. Pelarutan oksigen
ke dalam air hampir seluruhnya berkaitan dengan sirkulasi, pola arus, dan
turbulensi. Hepher et al. (1981) menyatakan bahwa jika konsentrasi oksigen
terlarut di bawah tingkat jenuh maka oksigen akan terlepas ke udara. Makin besar
selisih konsentrasi oksigen di udara dan di air akan mempercepat proses kelarutan
atau pelepasan oksigen. Transfer dari atau ke dalam air terjadi antara lapisan
permukaan atmsofir dan air.
2.3. Transfer Oksigen
Wheaton (1977) diacu dalam Adnan (2003) Menyatakan bahwa laju
perubahan konsentrasi oksigen dipengaruhi oleh luas permukaan kontak air
dengan udara, perbedaan konsentrasi oksigen, koefesien pelarut dan turbulensi.
Secara matimatis adalah sebagai berikut :
5
……………………………………………………(1)
Keterangan :
= Laju perubahan konsentrasi oksigen (mg/jam)
A = Koefisien pelarutan oksigen (cm/jam)
= Konsentrasi oksigen jenuh (mg/L)
= Konsentrasi okseigen ada satu waktu (mg/L)
Nialai KL yaitu koefesien pelarutan oksigen, sangat suluit ditentukan. Boyd
(1982) mengemukakan persaman berikut unutk nilai KL :
……………………………………………(2)
Keterangan :
KL(A)T = Kosefisien pelarut Oksigen (L/jam)
Cs = Konsentrasi oksigen jenuh (mg/L)
C1 = Konsentrasi oksigen pada 20% jenuh (mg/L)
C2 = Konsentrasi oksigen pada 80% jenuh (mg/L)
t1 = Waktu saat konsentrasi oksigen 20% (menit)
t2 = Waktu saat konsentrasi oksigen 80% (menit)
T = Suhu air (20°C)
6
Wheaton (1977) diacu dalam Adnan (2003) menyatakan bahawa pelarutan
oksigen dalam air melalui tiga fase perubahan yaitu gas oksigen dari udara
menuju permukaan air, kemudian berdifusi melalui perumkaan air dan terakih
bergerak dalam massa air.
2.4. Sistem Aerasi
Penambahan udara dalam air diperlukan untuk meningkatkan kadar
oksigen dalam air. Penambahan udara ini dapat dilakukan dengan menggunakan
aerator. Boyd (1982) menyatakan bahwa salah satu cara meningkatkan kontak
dengan air yaitu dengan peralatan mekanis yang berfungsi untuk meningkatkan
nilai oksigen yang masuk dalam air. Menurut Boyd (1998) yang diacu dalam
Adnan (2003) fungsi aerator antara lain :
(1) Menambah oksigen secara langsung kedalam air .
(2) Mensirkulasi atau mencampur lapisa atas air atau permukaan air dengan
dasar air untuk memastika kandungan oksigen di dalam air benar-benar
merata.
(3) Memindahkan air yang telah teraerasi dengan cepat kearea sekelilignya
sehingga belum teraerasi dapat teraerasi.
(4) Dengan lapisan sedimen organik di dalam kolam, akan menciptakan
permukaan yang teroksidasi gas-gas dan cairan beracun seperti hidrogen
sulfida dan amonia tidak dapat masuk air.
(5) Sirkulasi akan mendorong berbagai macam gas berbahaya dan nitrogen
berlebihan dan kabrondioksida untuk lepas kedalam atmosfer.
7
Boyd (1991) menyatakan bahwa terdapat dua teknik dasar dalam aerasi air
kolam, yang pertama udara masuk kedalam air dengan cara dideburkan (splasher
aerators), dan yang kedua gelembung udara dilepaskan kedalam air (bubbel
aerator). Splasher aerators meliputi pompa spryer dan kincir aerator, sedangkan
blubber aerator meliputi diffuser dan aspirator pompa. Aerator biasanya
digerakan menggunakan motor listrik. Ketika tegangan listrik tidak tersedia,
aerator dapat digerakan dengan menggunakan tenaga PTO (power take off) atau
dengan menggunakan mesin disel.
Wheaton (1977) diacu dalam boyd (1982) membagi alat aerasi menjadi
empat bagian tipe dasar yaitu gravitasi, permukaan, diffuser, dan turbin. Salain itu
terdapat pula beberapa jenis yang merupakan gabungan dari tipe dasar dengan
perinsip memecah dan mengaduk permukaan air sehingga interaksi air dengan
udra meningkat dan selanjutnya akan memperbesar pelarutan oksigen dalam air.
Semakin besar pengadukan atau air yang terpecah maka konsentrasi oksigen akan
semakin tinggi. Contoh tipe ini adalah kincir air.
Chris Bird dan Cassels (1996) diacu dalam Adenan (2003) mengemukakan
bahwa tipe-tipe kerja aerator dapat dibagi menjadi empat bagian yaiut :
(1). Diffuser (diffused air)
Tipe aerator ini tidak efesien apabila digunakan unuk kolam-kola dengan
kedalaman yang dangkal, hal ini dikarenakan aerator ini bekeja dengan cara
bergantung pada lama waktu antara air dan gelembung udara yang dihasilkan.
Semakin lama waktu kontak dengan air maka oksigen yang masuk kedalam air
akan semakin banyak. Evesiensi aerator ini bergantung dengan ukuran gelembu-
gelembung udra yang dihasilkan semakin baik gelembung udara yang dihasilkan
8
maka semakin baik efesiensi yang dihasilkan, dan cara peletakan aerator. Aerator
dapat tergantung di udara atau dibiarka bebas di air.
(2). Pompa bawah air permukaan (submersible pumps)
Penggunaan aerator tipe ini yaitu dengan cara meletakan di dekat dasar
kolam dan meletakan saluran pengeluaranya dekat kepermukaan air. Aerator tipe
ini sangant bergantung pada ukuran dari pompa tersebut. Pompa ini akan
mengalirkan dan mencampur adukan udara dengan air, namun efeknya hanya
untuk area tertentu. Aerator ini tidak banyak menmbah jumlah oksigen terlarut
secara langsung kedalam air kecuali melalui difusi dengan cara mengeluarkan air
yang memepunyai kualitas okesigen rendah kepermukaan.
Gambar 1. Pompa bawah permukaan (www.pianeer-tw.com)
(3). Propeller aspirator
Aerator jenis ini sangat baik untuk mensirkulasikan udara di dalam kolam,
tetapi aerator tipe ini didesain untuk kolam dengan kedalaman yang lebih. Aerator
tipe ini lebih baik digunakan di bendungan untuk meningkatkan produksi
walaupun terkadang masih terhambat oleh dana yang mahal.
(4). Aerator tipe kincir (paddle wheel)
9
Aerator tipe kincir merupakan aerator yang banyak digunakan dan telah
terbukti paling efisien. Ada beberapa keuntungan tipe kincir dibandingkan dengan
jenis aerator lain, yaitu :
a. Mekanisme aerasi sangat efektif, menyemprotkan air ke udara sekaligus
memasukkan udara ke dalam air.
b. Fungsi sirkulasi baik.
c. Menghasilkan aerasi yang merata.
d. Konstruksi sederhana namun handal.
e. Pemeliharaan mudah
f. Biaya operasi rendah
Wheaton (1977) diacu dalam Adnan (2003), menyatakan bahwa aerator
tipe kincir (paddle wheel) merupakan aerator yang paling banyak digunakan dan
telah terbukti paling efisien. Berdasarkan sumber tenaganya, kincir air dapat
dibedakan menjadi beberapa jenis, antara lain :
a. Menggunakan sumber tenaga traktor (PTO).
b. Menggunakan sumber tenaga diesel.
c. Menggunakan sumber tenaga listrik.
Penempatan aerator di kolam dapat dilakukan dimana saja, tetapi
berddasarkan hasil penelitian tempat terbaik meletakkan aerator yaitu titik tengah
sisi terpanjang kolam dan menghadap ke arah sisi terpanjang kolam. Hal ini akan
menyebabkan air akan tersirkulasi dengan baik dan merata ke seluruh area
sehingga kadar okigen air hanya terkonsentrasi pada suatu area saja. Meskipun
penempatan aerator pada titik tengah sisi terpanjang memberikan hasil aerasi yang
terbaik, perlu dilakukan percobaan penempatan aerator di sisi yang lain untuk
10
meningkatkan sirkulasi air menjadi lebih baik pada kolam dengan ukuran dan
bentuk yang berbeda (Boyd, 1991).
Gambar 2. Aerator tipe kincir (www.pianeer-tw.com)
2.5 Komponen-Komponen pada Aerator Tipe Kincir
Komponen aerator pada aerator tipe kincir dibagi menjadi beberapa bagian
yaitu motor listrik, poros kincir, kincir, bantalan poros, krangka, dan kopel.
2.5.1 Motor Listrik
Mott (2009) mengemukakan bahwa motor listrik dibedakan menjadi dua
kelompok utama, yaitu arus bolak-balik (Alternating Current (AC)) dan arus
searah (Derect Current (DC). Motor AC menurut dayanya dikelompokkan dalam
satu fase atau tiga fase. Sebagian besar unit perusahaan kecil biasanya
menggunakan motor satu fase, yang disambungkan dua kawat konduktor dan satu
11
kawat ke tanah (ground). Bentuk gelombang motor satu fase yaitu bentuk
gelombang sinus tunggal kontinu yang amplitudonya adalah tegangan nominal
daya.
Gambar 3. Sumber Daya AC 1 Fasa (http://eprints.ums.ac.id)
Daya tiga fase disalurkan kesistem tiga kawat dan susunan dari tiga
gelombang berbeda dengan amplitudo dan frekuensi yang sama dengan beda tiap
fase 120o. Setiap daya pada motortiga fase dihubungkan dengan kumparan-
kumparan tembaga, ketika arus masuk ke dalam kumparan-kumparan tersebut
maka akan timbul medan eletromagnetik sehingga motor dapat bergerak.
12
Gambar 4. Sumber Daya AC 3 fasa (http://eprints.ums.ac.id)
Gambar 5. Komponen Motor (http://eprints.ums.ac.id)
Dalam motor listrik terdapat dua bagian aktif yaitu stator atau elemen
yang tetap dan rotor atau elemen yang berputar. Rotor diletakkan di bagian dalam
stator dan terhubung tetap pada poros. Poros ditumpu oleh bantalan pada rumah
motor. Stator dibuat dari piringan-piringan plat tipis yang disebut juga
13
laminatons, yang tersusun rapat dan diberi perekat antar satu dengan yang lainnya
sehingga membentuk kanal-kanal. Beberapa lapis kawat tembaga dilewakan
melalui kanal-kanal tersebut dan dibuat simpul-simpul disekelilingnya untuk
membentuk seperangkat lilitan kontinu yang disebut kumparan. Banyaknya lilitan
dalam stator akan menunjukkan jumlah kutub motor yang menunjukan bahwa
kecepatan putar akan bergantung pada jumlah kutub (Mott, 2004).
Gambar 6. a) Stator b) Motor
2.5.2 Solar Panel
Sinar matahari merupakan sumber energi yang paling utama bagi
kehidupan. Namun hanya sebagian kecil saja yang dapat mencapai bumi, yaitu
sekitar setengah dari satu permilyar bagian. Pancaran yang kecil ini sudah
merupakan energi yang dasyat. Diperkirakan bahwa setiap tahunnya sekitar 745
ribu triliun kWh energi matahari yang mencapai bumi. Oleh karena itu, ilmuan
14
mencari cara untuk memanfaatkan energi tersebut. Di wilayah tropis energi
matahari akan lebih tinggi daripada di daerah subtropis atau daerah yang garis
lintangnya tinggi.
Silikon atau germanium merupakan bahan yang diklasifikasikan karena
dapat menjadi konduktor bahan isolator. Silikon di alam biasanya berikatan
dengan unsur lainnya. Setelah silikon disuling dan dimurnikan, kemudian dapat
dibentuk menjadi bangunan kristal. Setiap atom di bagian lingkaran luar dari
atom-atom silikon menduduki tempat tertentu dalam bangunan kristal. Setiap
atom dibagian luar menduduki tempat-tempat tertentu di bangunan kristal.
Hasilnya adalah silikon merupakan konduktor yang sangat buru dikarenakan
memerlukan energi yang sangat tinggi untuk menarik elektron-elektron keluar dari
kedudukannya. Untuk membuat elektron bermanfaat dalam alat elektron seperti
dioda, transistor atau solar cell bahannya diubah dengan menyuntikkan sejumah
kecil unsur lain, proses ini dinamakan doping. Bila fosfor disuntikkan ke dalam
bahan ini, maka akan terdapat sejumlah elektron bebas yang tidak mempunyai
tempat kedudukan di dalam bangunan kristal. Elektron bebas ini dapat bergerak
secara mudah yang sering disebut dengan muatan tipe N atau muatan negatif.
Apabila silikon disuntikkan unsur boron, maka akan terdapat tempat-tempat
elektron yang kosong atau sering disebut dengan Hole, dimana lubang-lubang
memiliki muatan positif yang sama dan berlawanan dengan muatan negatif yang
ada pada elektron. Silikon yang disuntikkan dengan boron disebut dengan silikon
tipe P atau tipe positif (Phillip, 2006).
15
2.5.3 Kincir
Kincir dengan desain yang baik umumnya mempunyai diameter kincir
kurang lebih 90 cm dengan susut triangular sebesar 135o. Kedalaman kincir
sekitar 10-15 cm dan kecepatannya sekitar 80-90 rpm. Aerator kincir
membutuhkan tenaga kira-kira sebesar 1 kW untuk setiap 50 cm panjang kincir
dan kedalaman operasi. Untuk tenaga ideal yang dibutuhkan yaitu sebesar 2-10
kW. Variasi kincir yang ada tidak terlalu banyak, sebagian menggunakan kincir
dengan bentuk segitiga dan sebagian yang lain menggunakan menyilang (Boyd,
1991).
Husain, et al., (2008) mengemukakan bahwa konsep pengadukan pada
kolam hampir mirip dengan turbin, pada konsep turbin air dimanfaatkan oleh
pedal wheel untuk menggerakkan listrik. Namun pada konsep aerator listrik
dirubah menjadi gerak sehingga menghasilkan turbulensi pengadukan dan
akhirnya meningkatkan kandungan oksigen. Mesin yang mengubah energi dari
perputaran air disebut turbin. Turbin diklasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu
Hydrolik turbin (Pelton turbin, Francis dan Kapaln), Stream turbin dan gas turbin.
Pedal wheel menggunakan konsep pelton turbin.
Gambar 7. Pedal wheel pelton turbin
16
Kecepatan putar dari pedal akan diperoleh dari perpindahan sudut,
perpindahan sudut adalah keliling lingkaran pedal dibagi dengan jari-jari pedal
sehingga akan didapatkan persamaan matematis seperti berikut :
………………………………………………………………(
3)
Keterangan :
θ = Perpindahan sudut pada pedal (rad)
r = jari-jari pedal
π = sudut pada lingkaran (3.14)
atau dengan kata lain 1 kali putaran adalah 360 atau 2 π rad. Pada gerak
melingkar, kelajuan rotasi benda dinyatakan dengan putaran per menit (biasa
disingkat rpm – revolution per minute). Kelajuan yang dinyatakan dengan
satuan rpm adalah kelajuan sudut. Dalam gerak melingkar, kita juga dapat
menyatakan arah putaran. Kelajuan sudut adalah perpindahan sudut dibagi dengan
waktu. Dengan persaman matematik sebagai berikut :
…………………………………………………………………………...(4)
Keterangan
ω = kecepatan sudut pedal (rpm)
θ = Perpindahan sudut (rad)
t = waktu putar satuan (secon)
17
2.5.4 Kopling
Istilah kopling berkaitan dengan alat yang digunakan untuk
menghubungkan dua poros pada kedua ujungnya dengan maksud perpindahan
daya. Ada dua jenis kopling secara umum kopling kaku dan kopling fleksibel.
Kopling kaku di rancang unutk menghubungkan kedua poros secara kencang
sehingga tidak terjadi gerakan relatif diantara kedua poros. Kopling fleksibel
dirancang utuk memindahkan torsi secara halus sementara memungkinkan
terjadinya sedikit ketidaklurusan aksial, anggular, radial . Fleksibelitas berfungsi
ketika terjadi ketidak lurusan bagian-bagian kopling berpindah sedikit atau tanpa
hambatan. Sehingga tidak terjadi tegangan lengkung atau aksial yang signifikan
pada poros. (Moltt, 2004)
18
3. BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Akustik dan instrumentasi
Kelautan, Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan dan kolam percobaan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Rancang bangun
penelitian ini dimulai pada bulan September 2009 sampai dengan April 2011.
Setelah itu dilakukan ujicoba pada bulan April sampai bu;an Juli 2011.
3.2 Bahan dan Alat
3.2.1 Bahan
Bahan yang digunakan dalam pembuatan aerator tipe kincir adalah :
1. Solar panel 50 Wp
2. Aki 100 Aper
3. Pembalik tegangan DC menjadi AC
4. Motor listri 3 phasa 24 watt yang digunakan sebagai penggerak motor kincir
5. Solar panel sebagai pemasok energi
6. Bearing sebagai bantalan poros
7. Baud dan mur untuk mengunci rangka dengan bagian lainnya
8. Besi poros, dipasang sebagai poros pada pedal
9. Gear box dengan perbandingan 1 : 7,5
10. Pedal kincir, untuk mengaduk air
19
11. Copling, digunakan untuk menyambung antara poros motor dengan poros
pedal dan berfungsi agar mengurangi hentakan ketika poros motor berputar
12. Cat besi
3.2.2 Alat
Penelitian ini menggunakan alat-alat yang terdapat di Laboratorium
Akustik dan Instrumentasi Kelautan. Dalam pembuatan desain kincir
menggunakan software google skech up, sedangkan dalam pembuatan alat
menggunakan :
1. Gerinda, digunakan untuk memotong, meratakan dan menghaluskan
permukaan hasil pengeboran dan pemotongan
2. Amplas, digunakan untuk menghaluskan permukaan ketika akan di cat
3. Bor listrik, untuk membuat lubang pada pedal
4. Gergaji, digunakan untuk memotong bahan-bahan sesuai cetakan desain
5. Penggaris dan meteran, mengukur rancangan disain
6. Kunci inggris, kunci pas
3.2.3 Alat Ukur yang Digunakan
Alat ukur yang digunakan untuk pengambilan data, baik data instrument
maupun data mekanik. Data instrument yang diukur adalah tegangan dan arus
yang mengalir. Data ini diambil untuk melihat daya yang digunakan motor untuk
memutar pedal. Untuk mengukur diameter lubang pada poros dan mengukur
rancangan kerangka pada rancangan mekanik menggunakan jangka sorong dan
mistar.
Alat ukur yang digunakan :
20
1. Digital Multy Meter (DMM)
Digunakan untuk mengukur tegangan pada arus searah atay DC, dan untuk
mengambil data tegangan pada aki. Ditunjukan pada gambar 8.
Gambar 8. Digtal Multy Meter
2. Digital Clamp Meter
Digital clamp meter digunakan untuk mengukur tegangan dan arus bolak-balik
atau AC.
Gambar 9. Digital Clamp Meter
21
3. Amper meter DC dan Tahanan
Digunakan untuk mengukur arus searah yang berasal dari aki.
Gambar 10. Amper meter DC dan Tahanan
3.3 Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dalam enam tahap yaitu perancangan,
pembuatan disain, pengumpulan bahan, pembuatan dan perakitan alat, uji coba
dan pengambilan data. Pada tahap perancangan dilakukan pemilihan bahan yang
digunakan, perancangan bentuk aerator dan analisis biaya. Pembuatan disain
dikerjakan setelah perancangan selesai dan komponen-komponen direncanakan.
Pengumpulan bahan adalah pengumpulan komponen-komponen dan alat-
alat yang dibutuhkan untuk membuat aerator tipe kincir. Setelah alat dan bahan
tersedia, maka dilakukan pemasangan alat serta dilakukan uji coba dilapangan. Uji
coba dilakukan dua kali, uji coba pertama dilakukan di Laboratorim Akustik dan
Instrumentasi kelautan. Uji coba kedua dilakukan di kolam percobaan, Fakultas
22
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Gambar 11 menunjukan
diagram alir proses pembuatan alat.
Gambar 11. Diagram Pelaksanaan Penelitian
23
3.3.1 Perancangan Alat
Proses perancangan dalam penelitian ini adalah perancangan pembuatan
alat, mencakup bentuk alat yang dibuat, bahan yang digunakan dan estimasi biaya
yang diperlukan dalam pembuatan alat. Pada tahapan perancangan alat dibutuhkan
perencanaan yang matang sehingga hasil yang digunakan sesuai dengan
perhitungan. Proses perencanaan meliputi tiga unsure pokok, yang pertama bentuk
alat harus kokoh dan ringan agar dapat mengambang dan tidak terjadi getaran
pada mesin. Kedua daya yang dihasilkan dari energy matahari harus dapat
meningkatkan kandungan oksigen terlarut pada kolam dan yang terakhir adalah
memiliki niali ekonomis sehingga peternak ikan dapat membeli alat ini dengan
harga yang terjangkau. Gambar 11 menunjukkan gambar rancangan alat yang
akan dibuat.
Gambar 12. Rancangan mesin aerator
24
3.3.2 Pembuatan Disain Aerator
Disain aerator dikerjakan dengan menggunakan software google sketh up
7, dengan spesifikasi computer laptop axio ram 2 Giga dan prosesor Intel Core to
duo. Proses ini dilakukan melalui dua tahap. Tahap pertama yaitu pembuatan
sketsa alat sesuai ukuran dan tahap kedua yaitu pembuatan disain pada google
sketh up dengan perbandingan 1 : 15, sehingga dihasilkan gambar yang
ditampilakan pada gambar 12. Gambar 13 merupakan disain kerangka aerator
yang menjadi acuan untuk pembuatan aerator.
Gambar 13. Disain konstruksi mesin aerator. (A) pelampung, (B) dudukan motor,
(C) motor DC 250 watt, (D) gearbox 1 : 7,5, (E) kopling, (F) Bearing, (G) pedal
whell, (H) poros pedal, (I) dudukan bearing, (J) kerangka mesin.
25
Tujuan utama pembuatan disain adalah agar rancangan dapat
dikomunikasikan secara fisual kepada orang lain. Misalnya tukang las atau tukang
bubut, sehingga dapat mengurangi kesalahan pada proses perakitan alat.
3.3.3 Pengumpulan Komponen
Pengumpulan bahan-bahan adalah salah satu proses yang penting dalam
penelitian ini. Pada tahapan ini harus dicari komponen yang mempunyai kualitas
baik dan nilai ekonomi yang tidak terlalu tinggi. Hal ini agar tujuan penelitian ini
dapat tercapai, yaitu memiliki nilai ekonomis dan sesuai dengan daya tahan
aerator tersebut baik mekanik maupun elektrik. Bahan-bahan sebagian besar dibeli
di pusat perbelanjaan alat-alat mekanik di Gelodok, Jakarta Pusat.
3.3.4 Perakitan Komponen
Pemasangan atau perakitan komponen dilakukan dilakukan di
Laboratorium Akustik dan Instrumentasi Kelautan (AIK). Perakitan komponen
harus sesuai dengan kerangka acuan yang dibuat, sehingga dapat meminimalisir
kesalahan dalam pembuatan alat. Perakitan komponen dibagi dalam dua tahap,
yaitu perakitan mesin dan perakitan komponen solar panel agar mempermudah
pengerjaan.
3.4 Cara Kerja Alat
Proses bekerjanya alat sama seperti aerator-aerator lainnya namun
perbedaannya adalah bagaimana cara menggunakan motor listrik yang rendah
26
dengan memodifikasi system reduksi pada gear box, dan cara memanfaatkan
energy matahari dengan menggunakan solar panel. Cara kerja alat dapat dilihat
pada gambar 14.
Gambar 14. Diagram Alir Cara Kerja Alat
27
Ketika solar panel terkena cahaya matahari, solar panel akan
mengeluarkan energi listrik yang akan dikontrol oleh controller agar tegangan
keluaran solar panel stabil. Controller akan memasukan energi solar panel ke aki
ketika mesin tidak bekerja, yang sering disebut dengan charging atau pengisian
aki. Ketika mesin bekerja, energi motor listrik akan mengambil energi melalui aki
melewati controller. Hal ini menyebakkan daya yang disalurkan motor akan stabil
karena disalurkan oleh controller. Pada controller keluaran tegangan listrik masih
berupa tegangan DC, sedangkan motor membutuhkan tegangan AC untuk
menggerakkannya. Oleh karena itu, pada penelitian ini digunakan inverter AC to
DC untuk mengubah tegangan AC menjadi tegangan DC. Setelah motor berputar,
putaran motor akan direduksi oleh gear box yang berfungsi mengurangi kecepatan
putar motor dan mengubahnya ke torsi atau kekuatan putaran. Setelah itu
dimanfaatkan oleh pedal untuk mengangkat dan mengaduk air pada kolam
sehingga meningkatkan kandungan oksigen terlarut pada kolam.
3.5 Proses Pengambilan Data
Proses pengambilan data pada pembuatan alat aerator ini dibagi menjadi
dua bagian yaitu pengambilan data konsumsi daya yang digunakan oleh aerator
dengan menggunakan dua perlakuan dan pengambilan putaran permenit terhadap
kedua perlakuan.
28
3.5.1 Daya yang Dikonsumsi oleh Mesin terhadap Aki
Pengambilan data dilakukan dua kali. Data yang diambil pertama kali
yaitu amper dan tegangan untuk mengetahui daya listrik yang dikonsumsi oleh
aerator dengan lebar celupan satu lubang pada pedal dengan menggunakan alat
ukur digital clamp meter. Pengambilan data kedua juga mengambil data tegangan
dan amper dengan lebar luas celupan dua lubang pada pedal untuk
membandingkan konsumsi daya listrik yang dikonsumsi pada pertama. Gambar
15 menunjukkan lubang pada pedal yang dicelupkan.
Gambar 15. Pedal dan Jumlah Lubang yang Dicelupkan
Perbandingan data konsumsi daya listrik pada luas celupan lubang pertama
dan luas celupan lubang kedua bertujuan untuk melihat perbedaan daya yang
dikonsumsi oleh aerator. Daya yang dikonsumsi oleh aerator dapat diketahui
29
dengan cara mengukur aki. Pengukuran dilakukan untuk mengetahui tegangan dan
arus yang mengalir sebelum akhirnya masuk converter DC to AC. Pengukuran
dilakukan dengan menggunakan Digital multymeter untuk mengukur tegangan
dan ampermeter DC untuk mengukur arus sehingga kita dapat mengukur daya
yang dikeluarkan dengan persamaan berikut :
P = V x I…………………………………………………………………………(4)
Keterangan : P = Daya yang dikeluarkan aki
V = Tegangan pada aki
I = Arus yang mengalir menuju beban
Daya yang digunakan oleh aerator dapat diketahui dengan cara mengetahui
energi yang dihasilkan untuk memutar pedal dalam satuan daya atau watt. Alat
yang digunakan untuk mengukur tegangan motor adalah Digital Clampmeter.
Arus motor dapat diketahui dengan menjepitkan Digital Clampmeter pada kabel
yang berasal dari motor kemudian setelah muncul angka pada layar tekan menu
hopld pada alat ukur tersebut maka akan didapat arus yang dihasilkan oleh motor.
30
3.5.2 Pengambilan Data Putaran Pedal (rpm)
Pengambilan data kecepatan putar dilakukan secara manual dengan cara
mengikatkan tali pada salah satu ujung pedal kemudian setelah pedal berputar,
putarannya dihitung dengan menggunakan stop watch selama satu menit. Hal ini
dikarenakan Laboratorium Akustik dan Instrumentasi Kelautan, Institut Pertanian
Bogor. Pengambilan data ini dilakukan secara manual dikarenakan tidak
tersedianya alat pengukur putaran pedal di Laboratorim tersebut, alat ukur tersebut
yaitu tacho meter.
31
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Sistem Aerator dengan Menggunakan Energi Surya
Sistem aerator dengan yang memanfaatkan energi surya menggunakan
solar panel dalam menghasilkan energinya. Surya yang ditangkap oleh panel akan
dirubah menjadi energi listrik yang searah. Pada penelitian ini solar panel yang
digunakan memiliki daya keluaran maksimum 50 wattpeak atau dengan kata lain
solar panel ini akan menghasilkan maksimum 50 watt perjamnya. Daya yang
dihasilkan oleh solar panel akan diproses oleh controller agar tegangan masukan
yang berasal dari solar panel stabil. Selain sebagai penstabil tegangan controller
juga berfungsi sebagai pengatur pengisian pada aki sehigga daya yang masuk dari
solar panel menuju aki akan stabil dan tidak menyebabkan kerusakan pada aki
saat pengisian. Keluaran daya pada aki berupa tegangan DC atau tegangan searah
sedangkan pada motor yang digunakan menggunakan tegangan AC atau tegangan
bolak-balik. Oleh karena itu, pada penelitian digunakan inventer agar dapat
merubah tegangan DC menjadi tegangan AC sehingga dapat menggerakkan motor
listrik. Untuk menggerakkan pedal yang berada di dalam air maka membutuhkan
torsi yang besar pula. Semakin luas luasan pedal yang dicelupkan ke dalam air
maka semakin tinggi gaya yang dibutuhkan untuk mengaduk permukaan air pada
pedal sehingga dibutuhkan torsi yang besar. Torsi pada motordapat dinaikkan
dengan menggunakan gear box, untuk mereduksi kecepatan putar dengan satuan
rpm menjadi tenaga atau sering disebut dengan torsi. Gear box yang digunakan
32
menggunakan perbandingan 1 : 7,5 yang berarti setiap motor berputar 7,5 kali
makan akan keluaran poros pada gear box akan berputar 1 kali.
4.2 Komponen Mesin Aerator Tipe Kincir
4.2.1 Kerangka Aerator
Bagian yang terpenting dalam rancang bangun mesin adalah pembuatan
kerangka. Kerangka berfungsi sebagai penopang dan pemersatu antara komponen-
komponen mesin yang satu dengan komponen mesin lainnya. Kerangka menjadi
bagian yang sangat penting sehingga kerangka menentukan bentuk mesin yang
ideal dalam rancang bangun alat.
Gambar 16. Kerangka Aerator Tipe 1.
33
Gambar 16 adalah gambar kerangka aerator, pada kerangka aerator tipe 1
dirancang aerator tipe pedal dengan menggunakan satu kincir. Kerangka ini
menggunakan besi siku dengan lebar besi 2 mm, panjang kerangka untuk pedal
sebesar 55 cm dan panjang kerangka untuk bantalan motor sebesar 29,9 cm dan
tinggi 15 cm seperti terlihat seperti pada gambar 15. Kelebihan pada kerangka
model ini mempunyai struktur kuat dan kokoh, namun tidak mempunyai
keseimbangan yang baik saat diberikan bantalan pelampung. Model kerangka
seperti ini baik ketika diletakkan di pinggir kolam dan bisanya digunakan utuk
aerator tipe kincir yang permanen. Sehingga pada penelitian ini tidk menggunakan
kerangka tipe 1 tapi menggunakan kerangka tipe 2 yang ditunjukkan pada gambar
17.
Gambar 17. Kerangka Aerator Tipe 2
34
Penelitian ini menggunakan rancangan kerangka tipe 2 dikarenakan
kerangka tipe ini memiliki daya apung yang baik ketika diberikan bantalan
pelampung atau dengan kata lain stabil. Pelampung akan diikatkan dalam empat
sisi kerangka, sehingga mempunyai keseimbangan yang stabil. Pada penelitian ini
saya menggunakan dirigen sebagai pelampung. Kerangka ini mempunyai panjang
157 cm, lebar 95 cm. lebar dudukan pada pelampung sebesar 59 cm dan dudukan
pada motor sebesar 31 cm panjang bantalan pelampung 32 cm pada masing-
masing sisinya.
4.2.2 Kincir Pedal
Kincir yang digunakan pada penelitan ini adalah kincir yang mempunyai
delapan pedal dengan tinggi antara pedal satu dengan yang lain adalah 81,5 cm.
Kincir ini sama seperti kincir aerator tipe pedal lainnya dan dapat dijumpai di
pasaran. Pedal mempunyai enam belas lubang setiap lubang mempunyai diameter
sebesar 25 mm, tinggi 122,9 mm, lebar 213,2 mm, dan sisi miring 111,5 mm,
serta lebar slot pedal 20 mm. pedal ini membutuhkan daya yang tinggi untuk
mengaduk air dalam kolam karena mempunyai bentuk datar.
Gambar 18. Pedal Aerator
35
Adnan (2003) membahas pengaruh bentuk kelengkungan, jumlah lubang,
kemiringan, dan kecepatan putar pedal pada aerator tipe kincir terhadap konsumsi
daya listrik, diameter dan lebar semburan, persentase sebaran air yang dihasilkan
pada diameter semburan tersebut, converage area, dan converage volume.
Sedangkan tujuan khususnya adalah untuk merancang bentukpedal suatu aerator
tipe kincir yang dapat memberikan efek aerasi yang baik namun mmembutuhkan
daya yang relatif.
Gambar 19. Kelengkungan Pedal (Adnan, 2003)
Hasil penelitian Adnan (2003) menunjukkan konsumsi daya terkecil
adalah 518 watt pada perlakuan lengkung 35o, lubang 30
o, kemirgan pedal 30
o,
dan kecepatan putar 96 rpm. Sedangkan daya terbesar adalah 625 watt pada
perlakuan lengkungan 35o, jumlah lubang pada masing-masing pedal 20 lubang,
kemiringan pedal 15o, dan kecepatan putar 124 rpm. Dapat disimpulkan bahwa
jumlah lubang pedal kelengkungan dan luasan pedal sangat berpengaruh pada
konsumsi daya yang digunakan pada motor.
36
4.2.3 Motor AC dan Sistem Reduksi
Motor yang digunakan pada penelitian ini adalah motor AC dengan daya
250 watt, dengan kecepatan putaran kurang lebih 1400 rpm. Motor ini
menggunakan gear box sebagai reduksi putaran untuk menaikkan torsi atau
kekuatan putar motor. Gear box yang digunakan memiliki perbandingan gear 1 :
7,5 atau dengan kata lain ketika motor berputar 7,5 kali gear box akan berputar
motor atau torsi meningkat. Hubungan perputaran motor dan torsi digambarkan
dalam persamaan berikut :
T = F X r…………………………………………………………… (5)
Keterangan :
T : torsi atau gaya putar
F : gaya yang bekerja pada motor (watt)
r : hari-jari gear
Dengan kata lain apabila mengacu pada rumus di atas torsi akan
meningkat 7,5 kali dari gaya yang dihasilkan motor dengan perbandingan gear
box yang ada, namun perputan motor akan menjadi lebih pelan. Hal ini
disebabkan karena adanya perbedaan jari-jari gear yang terhubung dengan poros
motor lebih kecil dari pada jari-jari gear yang terhubung pada poros pedal degan
perbandingan 1 : 7,5.
37
Gambar 20. Motor AC dilengkapi Gear box
Rosmawati (2009) membandingkan sistem transmisi yang bekerja pada
aerator. Sistem transmisi yang digunakan adalah rantai dan roda gigi, dimana
penelitian sebelumnya menggunakan puli. Penelitian Sari Rosmawati
menggunakan motor dengan spesifikasi motor 1 HP dan kecepatan putar 1440
rpm membandingkan penelitian (Prasetia, 2005), dengan tiga kali reduksi sistem
transmisi yaitu 117 rpm, 138 rpm dan 157 rpm maka dihasilkan perbandingan
seperti ditunjukkan pada tabel 1.
Tabel 1 adalah tabel perbandingan antara penelitian Rosmawati (2009)
dengan Prasetia (2003) dengan parameter lebar daya yang dikonsumsi aerator,
lebar sembran, coverage area dan coverage volume. Daya yang terbesar
didapatkan pada penelitian Sari Rosmawati adalah sebesar 622 dengan sudut
kelengkungan 45o, jumlah lubang 20 dan keceparan putar 157 rpm. Sedangkan
daya terkecil yaitu 560 watt. Daya terbesar yang dihasilkan oleh penelitian
Prasetia (2003) adalah 625 dengan sudut kelengkungan 35o, jumlah lubang 20 dan
kecepatan putar sebesar 124 rpm. Sedangkan daya yang terkecil adalah 96 rpm.
38
Tabel 1. Perbandingan Daya Uji Sistem Tranmis
Parameter Uji
Penelitian Rosmawati (2009) Penelitian Prasetia (2003)
terbesar terkecil terbesar terkecil
Daya (watt) 622 (45o-20-
0o-157)*
560 (45o-20-
0o-117)*
625 (35o-20-
15o-124)*
518 (35o-30-
30o-96)*
Lebar
semburan (cm)
132 (45o-20-
0o-157)*
116 (45o-20-
0o-117)*
120 (45o-30-
0o-124)*
34 (25o-40-
30o-83)*
Coverage area
(cm2)
41080 (45o-
20-0o-157)*
30485 (45o-
20-0o-117)*
38761 (45o-
20-0o-124)*
4360 (35o-
40-30o-83)*
Coverage
volume (cm3)
5427652 (45o-
20-0o-157)*
3560228 (45o-
20-0o-117)*
4306771 (45o-
20-0o-124)*
130804 (35o-
40-30o-83)*
Tegangan AC motor yang dihasilkan pada penelitian yaitu 213 volt
sedangkan amper yang dihasilkan sebesar 0,9 amper, sehingga daya yang
dihasilkan motor sebesar 191, 7 watt. dengan kelengkungan 0o dan jumlah lubang
4 yang dicelupkan ke dalam air dan menghasilkan kecepatan putar sebesar 32
rpm. Hanya dihasilkan gelombang dan tidak terdapat semburan. Hal ini
disebabkan oleh perbandingan sistem reduksi yang terlalu kecil sehingga torsi
yang dihasilkan sistem reduksi kurang untuk mengangkat air yang diaduk. Selain
itu, jenis motor yang dipakai hanya hanya menggunakan motor yang kapasitas
maksimum 200 watt. sedangkan luasan pedal yang diaduk terlalu besar dan tidak
terdapat sistem kelengkungan seperti yang digunakan pada penelitian Adnan
(2003).
39
4.2.4 Kopling
Kopling berfungsi sebagai penghubung antara poros motor dengan poros
pedal. Poros motor dihubungkan dengan menggunakan koplig. Kopling yang
digunakan adalah jenis kopling fleksibel sehingga dapat memindahkan torsi secara
halus dan merata. Selain itu, kopling fleksibel juga berfungsi meluruskan
sambungan antara poros motor dengan poros pedal baik aksial maupun radial.
Sehingga tidak terjadi tegangan lengkup akibat ketidaklurusan antara kedua poros
tersebut. Kopling diberi lubang antara poros motor dengan poros pedal
menggunakan mesin bubut.
Gambar 21. Kopling pada Mesin Aerator
4.2.5 Bearing (Bantalan Poros)
Bearing adalah komponen mesin yang berfungsi sebagai tumpuan pada
poros pedal agar poros pedal dapat berputar tanpa mengalami gesekan yang
berlebihan. Bearing yang digunakan pada komponen mesin. Jenis yang di pakai
40
adalah pillow bolks SL2. Jenis bearing ini adalah bearing yang repersentatif dan
umum digunakan pada setiap sistem transmisi dan mudah dijumpai di pasaran.
4.3 Sistem Solar Panel
4.3.1 Solar Panel
Elektron-elektron yang terdapat pada bahan solar sel bergerak akibat
terkena sinar matahari sehingga terdapat beda potensial dan menghasilkan
tegangan. Keluaran solar panel berupa kutub positif dan kutub negatif. Daya yang
masuk melalui solar panel tidak stabil tergantung sinar matahari efektif atau posisi
sinar matahari terhadap solar panel. Sinar matahari dapat dikatakan efektif ketika
posisi sudut matahari terhadap solar panel 45o hingga 90
o yaitu berada pada jam 9
hingga jam 3 siang. Solar panel yang digunakan adalah solar panel yang memiliki
daya 50 wattpick dengan kata lain solar panel ini mengeluarkan 50 watt setiap
jamnya untuk mengsi aki dan tegangan yang dikeluarkan adalah 12 volt.
4.3.2 Batre (accumulator)
Aki merupakan bagian yang sangat penting dalam sistem solar panel.
Selain penyimpan energi, aki juga menentukan beban daya yang akan digunakan.
Apabila daya yang akan dikonsumsi oleh alat aerator tinggi maka harus memiliki
aki yang stabil dan memiliki resistensi yang baik agar aki tidak mudah rusak.
Penelitian ini menggunakan aki Panaonic LC-XA12100CH dengan daya
100 ah dan tegangan sebesar 12 volt. Aki ini mempunyai berat 30 kg, lebar 17,3
41
cm, panjang 40,7 cm, dan tinggi 18,4 cm. Aki ini juga memiliki kinerja yang baik,
aki tidak mengalami kebocoran elektrolit ketika digunakan pada keadaan normal.
Aki ini mampu menahan tegangan dengan amplitudo 4 mm dan frekuensi 16,7 Hz
selama satu jam tanpa kebocorn aki. Pada pemakaian normal dengan suhu
maksimal 25oC, aki mampu bertahan selama 6 sampai 10 tahun pemakaian.
Daya maksimum yang dikeluarkan aki ketika alat menyala sekitar 700
watt dan daya minimum adalah 500 watt. Ketika daya aki berada di bawah daya
minimum aki akan drop dengan kata lain aki tidak dapat menahan beban daya
yang dikonsumsi oleh alat. Spesifikasi aki ini mampu menggerakkan kincir
selama empat hingga lima jam dengan pengisian energi dari solar panel dengan
daya 50 watpick. Dikarenakan input daya solar panel lebih kecil dari pada daya
yang dikonsumsi oleh alat.
4.3.3 Controler Solar Panel
Controler berfungsi untuk mengatur arus yang berasal daro solar panel ke
aki agar stabil. Controler yang dipakai dalam penelitian ini bermerek sinyoku
mode S990 yang mempunyai tegangan 12 volt, karena tegangan solar panel yang
keluar tidak stabil tergantung posisi sinar matahari. Oleh karena itu, dibutuhkan
penstabil tegangn yang berfungsi untuk mengatur keluar masuknya arus yag
berasal dari solar panel menuju aki.
Controler dapat mentoleransi amper 5 hingga 10 amper. Selain itu,
controler juga dapat menahan 25 % dari amper maksimum selama 1 menit.
Tegangan rata-rata yang masuk ke aki hingga 14,6 volt. Dengan kata lain
42
controler S990 hanya dapat menahan beban hingga 1 aki dengn tegangan
maksimum 12 volt, tidak bisa lebih hingga 24 volt. Controler ini memiliki timer
sehingga dapat digunakan untuk mengatur waktu alat ini akan mulai bekerja dan
berhenti secara otomatis tergantung pada timer yang telah diatur.
4.2.4 Inverter DC to AC
Inverter DC to AC berfungsi sebagai pembalik tegangan atau dengan kata
lain alat ini akan merubah tegangan searah yang berasal dari aki menjadi tegangan
bolak-balik agar dapat memutar motor AC dengan daya 250 watt. komponen ini
dapat merubah tegangan searah 12 volt menjadi tegangan bilak-balik hingga
mencapai 230 volt, daya maksimum yang dihasilkanmncapai 600 volt. Inverter
menjadi bagian yang sangat penting dalam sistem ini, karena menjadi penghubung
antara sistem solar panel dengan mesin aerator sebagai suplai energi.
Arus yang dihasilkan dari power inverter setelah diukur dengan clamp
meter sebesar 0,9 amper AC dengan tegangan sebesar 213 volt AC. Sedangkan
input amper yang diserap sebesar 55 amper DC.
43
Gambar 22. Inverter DC to AC 600 watt
4.4 Pengaruh Luasan Pedal yang Dicelupkan terhadap Daya Accumulator
Uji coba alat aerator menggunakan dua perlakuan untuk melihat daya yang
dikonsumsi oleh motor. Perlakuan pertama dengan menggunakan empat lubang
yang dicelupkan dan perlakuan kedua menggunakan delapan lubang yang
dicelupkan. Uji coba alat bertujuan untuk melihat lama waktu yang dihasilkan
motor, kecepatan putar pada pedal dan daya yang dikeluarkan oleh aki.
Pengambilan data dilakukan pada jam 11.45 ketika matahari maksimum.
Hal ini bertujuan untuk melihat pengaruh solar panel untuk input ke aki pada
kekuatan aki. Pada celupan empat lubang tidak terjadi semburan ketika alat
bekerja dan hanya menghasilkan gelombang pada permukaan air. Kecepatan putar
pedal yang dihasilkan pada perlakuan ini sebesar 32 rpm. Tegangan pada motor
sebesar 213 volt dan amper yang dihasilkan sebesar 0,9 amper, sehingga
dihasilkan daya pada motor sebesar 191,7 watt. Grafik pada gambar 22
44
menunjukkan model penurunan daya pada aki sebelum masuk ke inverter DC to
AC inventer maka dihasilkan grafik seperti pada gambar 22.
Grafik yang berwarna merah pada gambar 22 menunjukkan model
penurunan daya dengan perlakuan empat lubang yang dicelupkan. Grafik yang
berwarna biru menunjukkan perlakuan delapan lubang tercelup. Penurunan daya
pada aki setiap 10 menit hingga aki tidak dapat memenuhi memenuhi daya yang
dikonsumsi oleh aerator hingga aerator mati.
Gambar 23. Grafik Penurunan Daya pada Aki dengan Luasan Celupan
Empat dan Delapan Lubang
Waktu yang dibutuhkan aki pada perlakuan empat lubang yang dicelupkan
untuk dapat menyalakan aerator selama 280 menit atau sekitar 4 jam 40 menit.
Daya awal yang dihasilkan aki sebesar 664 watt setelah alat aerator menyala
45
selama 10 menitdan daya minimum yang dihasilkan aki untuk menyalakan aerator
menyala sebesar 526 watt. Data yang dihasilkan pada menit kesepuluh relatif
stabil namun ketika memasuki menit ke 230 dengan daya 615,4 watt terjadi
penurunan daya. Daya pada aki tidak stabil hal ini dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu kestabilan daya apung aerator dan daya pengisian dari solar panel ke
aki. Pada menit ke 260 daya yang dihasilkan sebesar 573,1 terjadi penurunan yang
derastis. Titik tersebut adalah titik jenuh aki dimana daya yang dikonsumsi
melebihi ambang yang dihasilkan oleh aki sehingga terjai penurunan yang
signifikan hingga menit ke 270 daya 432,4 watt.
Pengambilan data kedua yaitu perlakuan delapan lubang tercelup
dilakukan pada jam 12.15 ketika cahaya matahi maksimum. Tidak terjadi
semburan pada pedal aerator, namun hanya menghasilkan gelombang pada
permukaan air. Kecepatan putar pedal sebesar 22 rpm, terjadi penurunan
kecepatan namun daya apung pada aerator stabil. Pada perlakuan ini terjadi sedikit
goyangan pada aerator ketika alat bekerja.
Penurunan daya aki pada luasan tercelup delapan lubang terlihat grafik
yang berwarna biru. Daya awal yang dihasilkan sebesar 662,8 watt, terjadi
penurunan yang stabil hal ini disebabkan karena ketika aerator dicelupkan delapan
lubang terjadi kestabilan pada aerator sehingga daya yang dikonsumsi stabil. Titik
jenuh aki terjadi pada menit 270 dengan daya 601,7 watt kemudian terjadi
penurunan yang signifikan hingga menit ke 290 daya sebesar 532,4. Tidak terjadi
perubahan pada daya motor setelah diukur dengan digital clamp meter tegangan
sebesar 213 dan kuat arus sebesar 0,9 amper. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
pada kedua perlakuan ini motor menggunakan daya maksimal untuk untuk
47
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Sistem aerator yang menggunakan energi surya dengan motor 250 watt
dapat bekerja selama kurang lebih 5 jam dan daya yang dihasilkan pada aerator ini
adalah sekitar 191,7 watt. Terjadi penurunan daya yang stabil pada penggunaan
aki, baik pada perlakuan empat lubang tercelup maupun delapan lubang tercelup.
Pada perlakuan pertama yaitu perlakuan empat lubang tercelup waktu jenuh aki
terjadi pada menit ke-230 setelah itu terjadi penurunan daya yang sangat drastis
dari 615,4 watt sampai menjadi 573,1 watt. Pada perlakuan kedua yaitu delapan
lubang tercelup waktu jenuh aki terjadi pada menit ke-270 dengan daya yang
dihasilkan sebesar 601,7 watt, kemudian turun menjadi 544,5 watt pada menit ke-
280. Hal ini disebabkan karena pada delapan lubang tercelup bouyansi pada mesin
aerator stabil dibandingkan pada perlakuan pertama sehingga yang dikonsumsi
oleh mesin lebih stabil dibandingkan pada perlakuan pertama. Putaran pada kincir
masih kurang efektif, karena dipengaruhi oleh luasan permukaan pedal yang besar
dan perbandingan sistem transmisi yang kurang sesuai.
48
5.2 Saran
Perlu diadakan penelitian lebih lanjut yang membahas tentang luasan
permukaan pedal dan sistem transmisi. Pedal luas permukaan terlalu luas,
sehingga membutuhkan torsi yang besar untuk memutar kincir. Hal ini akan
berpengaruh pada kecepatan putar motor. Penggunaan sistem transmisi kurang
sesuai, karena sistem trnasmisi akan dapat meningkatkan torsi yang dihasilkan
motor namun akan menurunkan kecepatan putar motor.
49
DAFTAR PUSTAKA
Adnan, I. F. 2003. Pengaruh Jumlah Lubang, Bentuk Pedal, dan Posisi
Pemasangan Pedal pada Aerator Tipe Kncir terhadap Daya, Diameter
Semburan, dan Luas Penutupan. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian,
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Boyd, C. E. 1982. Water Quality Management and Pond Fish Culture. Elsevier
Scientific. Publishing Company. Amsterdam.
Boyd, C. E. 1992. Water Quality Management and Aeration in Shrimp Farming.
Pedoman Teknis dari Proyek Penelitian dan Pengembangan Perikanan. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Perikanan. Jakarta.
Helpher, B., dan Pruginin, Y. 1981. Commercial Fish Farming. John Wiley &
Sons. New York.
http://www.pioneer-tw.com/comm/upimage/p_080221_06066.gif. [diakses
tanggal 18 Januari 2011]
http://epints.ums.ac.id/756/1/Emitor_HSY_PengendalianKecPutarMotorInduksi1
Phs.pdf. [diakses tanggal 18 Januari 2011]
Hurley, P. 2006. Build Your Own Solar Panel. Weelock VT. New York. USA.
Husain, Z., Mohd., Z. A. 2008. Basic Fluid Mechanics and Hydraulic Machines.
www.Bspublications.net. [diakses tanggal 20 Januari 2011]
Lesmana, D. S dan Dermawan, I. 2001. Budidaya Ikan Hias Air Tawar Popular.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Lucas, J. S., dan Paul, C. S. 2005. Aquaculture Farming aquatic Animals and
Plants. Blackwell Publishing.Brisbane. Australia.
Mott, R. L. 2009. Elemen-elemen Mesin dalam Perancangan Mekanis. Edisi ke-4.
ANDI. Yogyakarta.
Rosmawati, S. 2009. Pengaruh Modifikasi Aerator Tipe Kincir Tipe Pedal
Lengung pada Peningkatan Kadar Oksigen Air. Skripsi. Fakultas Teknologi
Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
50
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 20
Oktober 1986 dari pasangan Bapak Sutarli dan Ibu
Marsilah. Penulis merupakan anak pertama dari dua
bersaudara.
Pada tahun 2004 penulis menyelesaikan
pendidikan Sekolah Menengah Atas Negeri 103
(SMAN 103) Jakarta Timur. Pada tahun 2005 penulis
diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor, melalui jalur SPMB (Seleksi
Penerimaan Mahasiswa Baru). Penulis memilih Departemen Ilmu dan Teknologi
Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Selama mahasiswa penulis aktif dalam berbagai kegiatan organisasi
diantaranya, anggota Departemen Hubungan Luar Komunikasi, HIMITEKA
periode 2008-2009 dan ketua klub Marine Instrumentation and Telemetry (MIT)
periode 2009-2010. Selama mahasiswa penulis juga pernah lolos seleksi
Recognition and Prementoring Program (RAMP).
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada
Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan. Penulis menyelesaikan skripsi dengan
judul “Rancang Bangun Sistem Aerator dengan Menggunakan Energi Surya”.
51
Lampiran 1. Data Konsumsi Daya Aerator terhadap Aki pada Perlakuan
Empat Lubang Tercelup
Waktu Tegangan Tegangan Daya
(menit) (volt) (amper) (watt)
10 12.08 55 664.40
20 12.06 55 663.30
30 12.03 55 661.65
40 11.99 55 659.45
50 11.97 55 658.35
60 11.94 55 656.70
70 11.89 55 653.95
80 11.86 55 652.30
90 11.83 55 650.65
100 11.80 55 649.00
110 11.77 55 647.35
120 11.74 55 645.70
130 11.71 55 644.05
140 11.68 55 642.40
150 11.65 55 640.75
160 11.63 55 639.65
170 11.58 55 636.90
180 11.47 55 630.85
190 11.43 55 628.65
200 11.31 55 622.05
210 11.31 55 622.05
220 11.24 55 618.20
230 11.19 55 615.45
240 10.90 55 599.50
250 10.71 55 589.05
260 10.42 55 573.10
270 9.68 55 532.40
280 9.58 55 526.90
290 10.37 0 0.00
52
Lampiran 2. Data Konsumsi Daya Aerator terhadap Aki pada Perlakuan
Delapan Lubang Tercelup
Waktu Tegangan Tegangan Daya
(menit) (volt) (amper) (watt)
10 12.05 55 662.75
20 12.02 55 661.10
30 12.00 55 660.00
40 11.97 55 658.35
50 11.94 55 656.70
60 11.92 55 655.60
70 11.89 55 653.95
80 11.87 55 652.85
90 11.84 55 651.20
100 11.81 55 649.55
110 11.78 55 647.90
120 11.75 55 646.25
130 11.75 55 646.25
140 11.69 55 642.95
150 11.60 55 638.00
160 11.63 55 639.65
170 11.57 55 636.35
180 11.55 55 635.25
190 11.50 55 632.50
200 11.55 55 635.25
210 11.41 55 627.55
220 11.32 55 622.60
230 11.24 55 618.20
240 11.20 55 616.00
250 11.13 55 612.15
260 11.05 55 607.75
270 11.94 55 656.70
280 10.78 55 592.90
290 10.49 55 576.95
300 9.90 55 544.50
310 9.68 55 532.40
320 10.22 0 0.00
53
Lampiran 3. Gambar Alat Aerator
Lampiran 4. Lokasi Uji Coba Alat (Kolam Percobaan Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan , IPB)